skripsi melda j 111 11 285 - core.ac.uk · pdf fileprevalensi smoker’s melanosis pada...

57
PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111 11 285 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: lykien

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

SKRIPSI

MELDA

J 111 11 285

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MELDA

JIII 11 285

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

Oleh : MELDA / J111 11 285

Telah diperiksa dan disah kan pada tanggal 20 Juni 2014

Oleh :

Pembimbing

Prof.Dr.drg.Harlina,M.kes

NIP.19630118 198903 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Prof.drg.H.Mansjur Nasir, Ph.D

NIP.19540625 198403 1 001

Page 4: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang tercantum namanya di bawah ini :

Nama : MELDA

Nim : J111 11 285

Judul Skripsi : PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN

PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan tidak terdapat

di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.

Makassar, 19 Juli 2014

Staf, Perpustakaan FKG-UH

NURAEDA, S.Sos

Page 5: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA

KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang

Kab.Sidrap) sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa

hambatan dan kekurangan. Akan tetapi, berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati perkenankanlah penulis

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang tiada putus-putusnya melimpahkan taufiq, rahmat, serta

hidayah-Nya

2. Prof.drg.H.Mansjur Nasir,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin.

3. Prof.Dr.drg.Harlina, M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, seta petunjuk

kepada penulis yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tugas akhir ini.

Page 6: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

4. drg.Baharuddin MR.Sp.Orth, selaku Penasehat Akademik yang telah

memberikan pengarahan selama menyelesaikan program studi Strata 1 di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

5. Staf pengajar bagian penyakit mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

6. Seluruh staf pegawai Fakultas Krdokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada keluarga

tercinta Ayahanda Suardi dan Ibunda Rahmatiah yang tercinta. Dengan segenap

curahan kasih saying, doa yang tulus ikhlas serta pengorbanan beliau yang tak

terhingga mempermudah langkah penulis dalam meraih cita-cita. Semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan memberikan surge,

sebaik-baiknya blasan bagi beliau. Begitu pula dengan saudara penulis tercinta

Herawati, Ade Irma Suardi dan Muh.rizaldi terima kasih atas bantuan dan

pengertiannya.

8. Untuk Andi Affan Makkaraka, S.E, terima kasih banyak atas perhatian, kasih

sayang, serta dukungannya selama ini kepada penulis.

9. Seluruh keluarga besar Oklusal 2011 FKG UNHAS yang tersayang dan tercinta

terima kasih atas bantuannya, motivasi, kebersamaannya dan solidaritasnya,

penulis sangat berterima kasih.

Page 7: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

10. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Keluarga Besar Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang tidak dapat disebutkan namanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun. Semoga skripsi ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Kedokteran

Gigi. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita

semua, amin.

Makassar, 20 Juni 2014

Penulis

Page 8: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

MELDA

Abstrak

Latar Belakang : Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi di masyarakat.

Perokok saat ini dapat dijumpai berbagai kelas sosial, status serta kelompok umur

yang berbeda. Ironisnya sebagian besar perokok justru berasal dari golongan ekonomi

yang rendah dimana prevalensi perokok pada petani lebih besar dibanding yang tidak

bekerja, sekolah, pegawai dan wiraswasta. Hal ini dikarenakan rokok sangat mudah

untuk didapatkan. Merokok dapat menyebabkan timbulnya kondisi patologis di

rongga mulut. Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan merokok adalah

smoker’s melanosis.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi smoker’s

melanosis dikalangan petani.

Metode : Penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan studi potong

lintang.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan dari 110 orang subjek penelitian yang

diperiksa, prevalensi smoker’s melanosis pada kalangan petani sebanyak 94 orang

(85.5%). Kejadian smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok yang

merokok dengan jenis rokok putih sebanyak 47 orang (42.7%). Kejadian smoker’s

melanosis paling banyak dijumpai pada lama merokok > 10 tahun sebanyak 88 orang

(80.0%). Kejadian smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok dengan

jumlah rokok yang dihisap >15 batang per hari sebanyak 75 orang (68.2%). Kejadian

smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok dengan cara

menghisap rokok dengan hisapan dalam sebanyak 65 orang (59.1%).

Kata kunci : Perokok, Smoker’s Melanosis, petani

Page 9: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

PREVALENCE OF SMOKER’S MELANOSIS FOR FARMERS

(A Study of Smoker Farmer in Panca Rijang Subdistrict of Sidrap Regency)

MELDA

Abstract

Background: Cigarette is a usual material for people. Today, the smokers can be found in

various different social class, status and age group. The ironical mostly of smokers coming

from low economic class where the prevalence of smoker farmers is larger than

unemployment, students, public servant and entrepreneur. This due to the cigarette is easy to

obtained. The smoking can cause the occurrence of pathologic condition in mouth cavity.

The disease is frequent associated to the smoke is smoker’s melanosis.

Objective: the objective of this study was to know the prevalence of smoker’s melanosis for

farmers.

Methods: this study is descriptive by cross-section approach.

Results: the result of study indicate that from 110 subject of study studied, prevalence of

smoker’s melanosis for farmers of 94 persons (85.5%). The incidence of smoker’s melanosis

at most found for smokers who smoke white cigarette as much 47 persons (42.7%). The

incidence of smoker’s melanosis as most found in the length of smoke > 10 years of 88

persons (80.0%). The incidence of smoker’s melanosis at most found of smokers who smoke

total cigarette > 15 stick a day as much 75 persons (68.2%). The incidence of somker’s

melanosis at most found for smokers who smoke by deep sucking as much 65 persons

(59.1%).

Keywords: smoker, smoker’s melanosis, farmer

Page 10: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………… i

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI.………………………………………………………………….. vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...... ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….. …. 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 3

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………. 3

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………. 5

2.1 Konsep Dasar Merokok……………………………………………… 5

2.1.1 Pengertian merokok…………………………………………. 5

2.1.2 Cara menghisap Rokok……………………………………… 5

2.1.3 Klasifikas Rokok…………………………………………….. 6

2.1.4 Kandungan Rokok…………………………………………… 7

2.1.5 Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut…………………….. 10

Page 11: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

2.2 Smoker’s Melanosis………………………………………………… 13

2.2.1 Pengertian Smoker’s Melanosis……………………………. 13

2.2.2 Gambaran Klinis Smoker’s Melanosis……………………… 15

2.2.3 Etiologi Smoker’s Melanosis……………………………….. 15

2.2.4 Perawatan smoker’s melanosis……………………………… 16

BAB III KERANGKA KONSEP…………………………………………….. 17

BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………… 18

4.1 Jenis Penelitian……………………………………………………. 18

4.2 Rancangan Penelitian……………………………………………… 18

4.3 Lokasi Penelitian………………………………………………….. 18

4.4 Waktu Penelitian………………………………………………….. 19

4.5 Populasi dan Sanpel Penelitian……………………………………. 19

4.6 Kriteria Sampel……………………………………………………. 19

4.7 Metode Pengambilan Sampel……………………………………… 20

4.8 Data………………………………………………………………... 20

4.9 Prosedur Penelitan………………………………………………… 21

4.10 Alat dan bahan…………………………………………………… 21

4.11 Definisi Operasional……………………………………………... 22

BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………… 23

BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………… 32

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 38

Page 12: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

7.1 Kesimpulan……………………………………………………. 38

7.2 Saran…………………………………………………………... 38

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 40

LAMPIRAN………………………………………………………………….. 43

Page 13: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kandungan Rokok…………..……………………………………. 9

Gambar 2.2 Smoker’s Melanosis………………………….…………………… 14

Page 14: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur……………….. 23

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis rokok…………………….. 24

Tabel 5.3 Distribusi responden berdaasarkan lama merokok………………… 25

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan jumlah rokok yang

dihisap per hari……………………………………………………. 26

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan cara menghisap rokok…………. 27

Tabel 5.6 Distribusi responden smoker’s melanosis………………………….. 28

Tabel 5.7 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Jenis rokok…………………………………………………………. 29

Tabel 5.8 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Lama merokok……………………………………………………… 30

Tabel 5.9 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Jumlah rokok yang dihisap per hari……………………………….. 31

Tabel 5.10 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Cara menghisap rokok…………………………………………….. 32

Page 15: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi di masyarakat kita. Merokok

sudah menjadi kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan meluas

dimasyarakat. Meskipun kebiasaan merokok berdampak buruk pada kesehatan, tapi

prevalensi perokok terus meningkat.1,2

Meningkatnya prevalensi merokok di Negara berkembang termasuk Indonesia

menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa tembakau sedunia yang

diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan perokok untuk mengurangi

kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah menganggap bahwa merokok adalah

suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan sehingga merokok dianggap hal yang biasa.3

Menurut lembaga survey WHO tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat ke- 3

sebagai jumlah perokok terbesar di Dunia.4

Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007

prevalensi perokok di Indonesia sebanyak 29,2% dan pada data Riset Kesehatan dasar

2012 prevalensi perokok di Indonesia telah menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan prevalensi perokok di Indonesia.5

Page 16: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda.

Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi perokok di daerah perdesaan lebih banyak dari

pada yang ada diperkotaan. Ironisnya sebagian besar perokok justru berasal dari

golongan sosial ekonomi rendah dimana prevalensi perokok pada petani lebih besar

dibanding yang tidak bekerja, sekolah, pegawai dan wiraswasta.6

Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat

menyebabkan timbulnya kondisi patologis di rongga mulut. Rongga mulut merupakan

bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok sehingga sangat mudah terpapar

efek rokok karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok

yang utama. Beberapa kelainan rongga mulut yang ditimbulkan atau sebagai efek dari

merokok yaitu penyakit periodontal, leukoplakia, stomatitis nikotina, smokeless tobacco

keratosis, fibrosis submukosa, hairy tongue dan smoker’s melanosis.5,7

Konsumsi tembakau dikaitkan dengan berbagai perubahan pada mukosa mulut.

Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan merokok adalah smoker’s melanosis.8

Smoker’s melanosis merupakan pigmentasi pada mukosa mulut yang secara langsung

dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, lamanya meokok dan

kebiasaan merokok tembakau.9 Smoker’s melanosis dapat mempengaruhi permukaan

mukosa manapun namun pada umumnya terjadi pada gingiva anterior labial mandibula,

khusunya pada labial gigi anterior perokok.10

Page 17: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Berdasarkan uraian diatas, maka muncul suatu permasalahan yang menjadikan

peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi smoker’s melanosis, sehingga perlu

dilakukan penelitian khususnya dikalangan petani. Hasil dari penelitian ini nantinya

diharapkan dapat mememberikan pengetahuan tentang kebiasaan merokok yang dapat

menyebabkan timbulnya smoker’s melanosis.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang peneliti, maka rumusan masalah yang diajukan adalah

berapa prevalensi smoker’s melanosis di kalangan petani.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui prevalensi smoker’s melanosis dikalangan petani.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan :

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai efek dari

kebiasaan merokok terhadap perubahan mukosa yang terjadi pada rongga mulut.

Page 18: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

2. Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi yang ingin

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik dan masalah yang sama.

Page 19: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP DASAR ROKOK

2.1.1 Pengertian Rokok

Kata rokok berasal dari bahasa Belanda yaitu roken. Merokok adalah membakar

tembakau kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan

pipa.3,11

Rokok merupakan sebuah produk hasil olahan tembakau berbentuk silinder dari

kertas berukuran panjang antara 70 sampai 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm

yang berisi daun-daun yang telah dicacah yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lain atau sintesisnya yang mengandung nikotin

dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.12

2.1.2 Cara Menghisap Rokok

Merokok di mulai sejak umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin

awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok jg punya dose -

Page 20: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

responde effecet, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya.

Cara mengisap rokok juga dapat dibedakan menjadi:13,14

1. Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal).

2. Dihisap sampai kedalam mulut (di mulut saja).

3. Dihisap sampai di faring (isapan dalam).

2.1.3 Klasifikasi Rokok

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu temabakau. Di

Indonesia ada dua jenis produk rokok yaitu rokok putih dan rokok kretek.15

Berdasarkan bahan dan ramuan rokok, rokok digolongkan menjadi beberapa jenis

yaitu:15

1. rokok kretek : rokok yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada

tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap.

2. rokok putih : rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris

atau tembakau lainya tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas

sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan

berdasarkan ketentuan Pemerintah RI.

3. cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan

bagian pembalut luarnya berupa lembaran daun tembakau dan bagaian isinya

campuran serpihan tembakau tanpa penambahan bahan lainnya.

Page 21: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Berdasarkan cara pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. sigaret kretek tangan (SKT) : rokok kretek yang dibuat menggunakan tangan.

2. sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang berawal ketika pabrik rokok Bentoel

menggunakan mesin karena kekurangan tenaga pelinting.

Pengukuran tentang kebiasaan merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu

kriteria yang dibuat berdasarkan anamesis atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap

hari atau lamanya kebiasaan merokok.16

Menurut Smeth. perokok diklasifikasikan berdasarkan tiga tipe perokok menurut

banyakanya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:16

1. Perokok ringan adalah perokok yang menghisap 1 – 4 batang rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5 -14 batang rokok dalam

sehari.

3. Perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 15 batang dalam sehari.

2.1.4 Kandungan Rokok

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia.5 Dalam asap rokok itu

mengandung 4.000 zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, 40 jenis diantaranya

bersifat karsinogeneik. Dari satu batang rokok yang dibakar menghasilakan sekitar 92%

gas dan 8% bahan-bahan partikel padat. Asap rokok terbagi atas asap utama (main

Page 22: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap yang

dihirup langsung perokok, sedangkan asap samping merupakan asap yang disebarkan ke

udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.17

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, karbon dioksida, oksigen,

hidrogen sianida, amoniak, nitrogen, senyawa hidrokarbon. Sebagian besar fase gas

adalah karbodioksida, oksigen , dan nitrogen. Kompenen partikel padat antara lain tar,

nikotin, benzopiren, fenol, kadmiun, indol,karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun,

mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Nikotin merupakan komponen yang

paling banyak dijumpai di dalam rokok.7

Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling

berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar

masuk ke rongga mulut sebagai uap padat dan setelah dingin akan menjadi padat dan

membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan paru-

paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko

timbulnya kanker.7

Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan

ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk

cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat

dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam

Page 23: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal,

menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran.7

Gas Karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan

berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas

dengan hamoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen

terhadap hamoglobin.7

Gambar 2.1 Kandungan Rokok

Sumber : http://wir-nursing.blogspot.com//2013/12/bahaya-rokok-bagi-kesehatan.html.

Diakses tanggal 8 Januari 2014

Page 24: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

2.1.5 Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut

Rongga mulut ialah bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok sehingga

sangat mudah terpapar efek rokok karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat

hasil pembakaran rokok yang utama.5

Beberapa kelainan rongga mulut yang ditimbulkan atau sebagai efek dari merokok

yaitu:18,19

1. Penyakit periodontal

Efek sanping tembakau pada jaringan periodontal berhubungan erat dengan

kuantitas komsumsi rokok per hari dan lamanya merokok. Studi epidemiologi

membuktikan bahwa merokok terbukti merupakan salah satu faktor resiko yang

bermakna dalam hal terjadinya penyakit periodontal.

Nikotin sebagai produk dari hasil pembakaran rokok menyebabkan

vasokonstriksi termasuk juga vaskularisasi pada jaringan periodontal gigi yang

akan mengakitbatkan nekrosis dan ulserasi pada jaringan gingiva, sehingga

memudahkan terjadinya gingivitis kronis ataupun infeksi gingiva, dikenal

sebagai acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG), yaitu penyakit pada

gingiva yang ditandai dengan nekrosis papilla interdental, gingivitis

ulceromembranosa, dan ulkus spesifik pada membran mukosa yang dikenal

sebagai abklatsch ulcer. Nikotin juga menghambat pembentukan fibroblast

gingiva berikut produknya antara lain fibronektin dan kolagen. Komponen lain

Page 25: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

dari hasil pembakaran rokok akan meningkatkan resiko hilangnya perlekatan

membran periodontal, sehingga mengakibatkan terbentuknya poket periodontal,

selanjutnya terjadi kerusakan tulang alveolar, resesi gingiva dimana akar gigi

terlihat kemudian gigi menjadi goyang dan akhirnya gigi tanggal.

Penelitian juga membuktikan perokok lebih banyak mengalami kerusakan

tulang yang besar dan poket lebih dalam di antara gigi dan gusi dibandingkan

bukan merokok.

2. Leukoplakia :

Leukoplakia adalah reaksi protektif terhadap iritasi kronis. Tembakau,

alkohol, sifilis, defisiens vitamin, ketidak seimbangan hormon, galvanisme,

gesekan kronis, dan kandidiasis termasuk dalam penyebab lesi ini. Daerah-

daerah yang lebih sering terserang leukoplakia adalah lateral dan ventral lidah,

dasar mulut, mukosa alveolar, bibir, trigonom retromolar palatum lunak dan gusi

cekat mandibula. Permukaan lesinya pecah-pecah, berkerut, verukoid, noduler,

atau berbercak-bercak. Warnanya dapt merupakan variasi lembut dari lesi putih

translusen pucat sampai abu-abu atau putih coklat. Leukoplakia bisa mengenai

semua usia, tetapi sebagian besar kasus terjadi pada pria antara usia 45-65 tahun.

Langkah awal dalam perawatan leukoplakia adalah menghilangkan setiap

faktor iritasi dan penyebab, kemudian mengamati penyembuhanya. Lesi tersebut

dapat atau tidak dapat hilang. Jika leukoplakia mulut yang tak jelas tersebut

Page 26: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

menetap, maka harus dibiopsi. Biopsi dari berbagai daerah mungkin diperlukan

untuk lesi yang menyebar. Daerah-daerah nonhomogen dari suatu lesi harus

selalu dipilih untuk dibiopsi.

3. stomatitis nikotina

stomatitis nikotina dijumpai sebagai hiperkeratosis di palatum durum.

Mayoritas kasus ini dijumpai lebih pada perokok dengan pipa dan cerutu

dibandingkan dengan merokok sigaret.

Manifestasi awal ditandai dengan eritema pada palatum durum, diikuti

dengan sejumlah papul merah di sekitar orifice kelenjar liur minor di palatum

sebagai red dot. Lesi yang timbul ini ukurannya bervariasi dan kemudian

palatum ditutupi oleh gambaran putih keabuan akibat pembentukan

ortoparakeratin. Ketebalan dari lesi putih keabuan ini tergantung dari jumlah

tembakau yang dipakai dan lamanya lesi.

Lesi ini meluas difus keseluruh palatum durum dengan gambaran permukaan

yang kasar atu ireguler. Pada stadium ekstrim bisa disertai fissur pada palatum.

Bila pasien menghentikan aktivitas rokok, lesi ini bisa reversible dalam waktu

beberapa bulan

4. Smoker’s melanosis :

Pada ras kulit putih, merokok dapat memberikan gambaran pigmentasi di

attached gingiva mirip dengan pigmentasi melanosis normal yang dijumpai pada

Page 27: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

ras kulit gelap.Kondisi ini asimtomatis dan akan menghilang bila kebiasaan

merokok dihentikan.

5. hairy tongue

Merokok dapat merangsang papila filiformis sehingga menjadi lebih panjang.

Pembakaran rokok menghasilkan substansi berwarna hitam kecoklatan yang

mudah didepositkan pada papila lidah, sehingga perokok sukar merasakan rasa

pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa. Kondisi

ini disebut sebagai hairy tongue.

Iritasi dari asap tembakau menyerang sel-sel epitel mukosa sehingga aktivitas

seluler bertambah, terjadi perubahan keratotik, epitel menjadi tebal berwarna

putih keabuaan pada mukosa bukal dan pada dasar mulut.

2.2 SMOKER’S MELANOSIS

2.2.1 Pengertian Smoker’s Melanosis

Merokok dapat menyebabkan pigmentasi pada mukosa mulut dengan peningkatan

produksi melanin. Smoker’s melanosis ini paling jelas terlihat pada kulit putih karena

kurangnya pigmentasi pada mukosa mulut. Tetapi, beberapa orang berkulit gelap yang

merokok akan memiliki pigmentasi lebih menonjol pada mukosa mulutnya. Wanita lebih

sering terkena dari pada pria, yang menunjukkan efek sinergis antara hormon seks

wanita dan merokok.10,20,21

Page 28: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena

merokok. Smoker’s melanosis secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang

dihisap per hari, lamanya meokok dan kebiasaan merokok tembakau.10

Smoker’s

melanosis dapat mempengaruhi permukaan mukosa manapun namun pada umumnya

terjadi pada gingiva anterior labial mandibula, khusunya pada labial gigi anterior

perokok. Pada perokok pipa menunjukkan pigmentasi pada mukosa bukal dan Smoker’s

melanosis terlihat pada pallatum durum yang merokok secara terbalik. 21,22

Gambar 2.2 Smoker’s Melanosis

Sumber :http://gr.dentistbd.com/smoker%E2%80%99s-melanosis-ppt.html.

Diakses tanggal 8 Januari 2014

Page 29: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

2.2.2 Gambaran Klinis Smoker’s Melanosis

Smoker’s melanosis tampak sebagai bercak berawarna coklak difus, berbentuk datar,

dan tidak teratur yang ukuranya beberapa sentimeter. Biasanya terdapat pada gingiva

anterior labial dan mukosa pipi, daerah-daerah rawan lain termasuk mukosa bibir,

palatum, lidah, dasar mulut dan bibir. Pigmentasi yang dikaitkan dengan merokok pipa

terjadi mukosa bukal. Pada beberapa orang menggunakan rokok seperti rokok putih

yang ditempatkan pada kavitas mulut, akan menunjukkan pigmentasi pada palatum

keras. Derajat pigmentasi berkisar dari coklat muda sampai tua. Pigmentasi pada mukosa

mulut berhubungan dengan lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap. Biasanya di

menjumpai fokus coklat tua yang tersebar asimetris yang disertai gigi-gigi yang

mengalami perubahan warna menjadi coklat halitosis.23,24

2.2.3 Etiologi Smoker’s Melanosis

Faktor dari smoker’s melanosis yaitu nikotin. Kondisis ini disebabkan oleh efek panas

dari asap tembakau pada jaringan mulut atau efek langsung dari nikotin yang

merangsang melanocytes yang terletak disepanjang sel-sel basal epitel untuk

menghasilkan melanosomes sehingga mengakibatkan deposisi peningkatan melanin.

Melanosit tersebut mengalami derajat bervariasi dari kemunculan/stimulasi, mengarah

pada pigmentasi mukosa.24

Page 30: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

2.2.4 Perawatan Smoker’s Melanosis

Smoker’s melanosis biasanya hilang dan kembali normal dalam waktu tiga tahun

setelah berhenti merokok. Biopsi harus dilakukan jika peningkatan permukaan atau

peningkatan intensitas pigmen atau jika pigmentasi pada sisi yang tidak diduga.22,27

Page 31: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan :

KEBIASAAN

MEROKOK

SMOKER’S

MELANOSIS

KESIMPULAN

INTENSITAS

ROKOK

USIA

LAMA

MEROKOK

POLA HIDUP

RAS

: Variabel Independen : Variabel Kontrol

: Variabel tidak Terkontrol : Variabel Dependen

: Hub. variabel yang diteliti : Hub. Variabel yang tidak

diteliti

ANALISA

Page 32: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional analitik yaitu suatu

rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti tanpa

melakukan intervensi.

4.2 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

pendekatan studi potong lintang (cross sectional study).

4.3 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kecematan Panca Rijang, Desa Timoreng Panua RW 001.

Page 33: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

4.4 WAKTU PENELITAN

Penetian ini dilakukan pada bulan Maret- April 2014.

4.5 POPULASI DAN SAMPE PENELITAN

1. Populasi

Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh petani yang berdomisili di

kecamatan Panca Rijang, Desa Timoreng panua RW 001.

2. Sampel

Subjek dalam penelitan ini adalah petani yang berdomisili di Desa Timoreng

Panua RW 001, kemudian mempunyai riwayat merokok.

4.6 KRITERIA SAMPEL

kriteria inklusi

1. Memiliki kebiasaan merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-

kurangnya 1 tahun sampai pada saat penelitian dilakukan.

2. Perokok berjenis kelamin laki-laki dan berusia minimal 15 tahun

3. Bersedia mengikuti penelitian.

Page 34: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Kriteria eksklusi

1. Kebiasaan merokok dilakukan hanya sewaktu-waktu (tidak perokok rutin).

2. Menolak turut serta dalam penelitian.

4.7 METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel purposive sampling

yaitu dengan teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi

sesuai yang ditetapkan dalam dua kriteria yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

4.8 DATA

1. Jenis data : data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dari

hasil yang diamati langsung di lapangan.

2. Pengumpulan data : Pengumpulan data diperoleh dari hasil kuesioner dan berupa

anamnesis yang dilakukan pad pemeriksaan klinis.

3. Penyajian data : data yang disajikan dalam bentuk data.

Page 35: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

4.9 PROSEDUR PENELITIAN

Tahapan dan penelitian yaitu:

Peneliti mendatangi petani satu persatu pada sampel yang mewakili populasi yang

memiliki kriteria kemudian sampel diberikan kuesioner untuk dijawab dan antara

peneliti dan sampel dilakukan pemeriksaan dengan cara duduk di depan sampel dan

diperiksa gambaran pigmentasi yang terjadi pada mukosa mulutnya.

4.10 ALAT DAN BAHAN

1. Alat :

a. Alat Tulis

b. Handskun

c. Masker

d. Alat OD.

e. Senter kecil

f. Nierbekken

2. Bahan

a. Alkohol

b. Kapas

Page 36: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

4.11 DEFINISI OPERASIONAL

1. Smoker’s melanosis adalah perubahan warna yang khas pada permukaan mukosa

gingiva dan berwarna coklat muda sampai coklat tua.

2. Perokok adalah orang yang memiliki kebiasaan merokok lebih lebih satu tahun

3. Petani adalah yang orang bekerja dibidang pertanian khususnya orang yang

bekerja dikebun dan disawah.

Page 37: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada sampel laki-laki perokok yang bertempat tinggal di

Desa Timoreng Panua, Kab Sidrap pada bulan Maret-April 2014 dengan jumlah sampel

110 orang. Kemudian dari hasil penelitian diperoleh data tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Umur (tahun)

Jumlah

N %

15-24 19 17.3

25-34 30 27.3

35-44 35 31.8

45-54 16 14.5

55-64 6 5.5

65-74 4 3.6

>75 0 0

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Page 38: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 110 responden yang merokok

berdasarkan kelompok umur terdapat 19 responden atau 17.3% berumur 15-24 tahun, 30

responden atau 27.3% berumur 25-34 tahun, 35 responden atau 31.8% berumur 35-44

tahun, 16 responden atau 14.5% berumur 45-54 tahun, 6 responden atau 5.5% berumur

55-64 tahun, 4 responden atau 3.6% yang berumur 65-74 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan jenis rokok

Jenis rokok

Jumlah

N %

Rokok kretek 21 19.1

Rokok putih 63 57.3

Rokok campur 26 23.6

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan jenis

rokok terdapat 21 responden atau 19.1 % merokok jenis rokok kretek, 63 responden atau

57.3% merokok jenis rokok putih dan 26 responden atau 23.6% merokok jenis rokok

campur. Dengan demikian, jenis rokok yang paling banyak dikomsumsi oleh responden

adalah rokok putih yaitu 63 atau 57.3%.

Page 39: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok

Lama merokok

Jumlah

N %

<5 tahun 10 9.1

5-10 tahun 11 10.0

>10 tahun 89 80.9

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan lama

merokok terdapat 10 responden atau 9.1% sudah merokok dibawah 5 tahun, 11

responden atau 10.0% sudah merokok antara 5-10 tahun dan 89 responden atau 80.9%

sudah merokok diatas 10 tahun. Dengan demikian, sebagian besar responden sudah

merokok diatas 10 tahun yaitu 89 atau 80.9%.

Page 40: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah rokok yang dihisap per hari

Jumlah rokok

Jumlah

N %

1-4 batang 10 9.1

5-14 batang 25 22.7

>15 batang 75 68.2

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan

jumlah rokok yang dihisap per hari terdapat 10 responden atau 9.1% mengkomsumsi

rokok antara 1-4 batang perhari, 25 responden atau 22.7% mengkomsumsi rokok antara

5-14 batang perhari, dan 75 responden atau 68.2% mengkomsumsi rokok sebanyak lebih

dari 15 perhari. Dengan demikian, sebagian besar responden mengkomsumsi rokok lebih

dari 15 batang perhari yaitu 75 atau 68.2%.

Page 41: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Menghisap Rokok

Cara menghisap rokok

Jumlah

N %

Dangkal 18 16.4

Dimulut saja 26 23.6

Dalam 66 60.0

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan cara

menghisap rokok terdapat 18 responden atau 16.4% menghisap rokok dengan cara

dangkal, 26 responden atau 23.6% menghisap rokok dengan cara dimulut saja, dan 66

responden atau 60.0% menghisap rokok dengan cara dalam. Dengan demikian,

responden tertinggi berdasarkan cara menghisap rokok adalah cara hisapan yang dalam

atau sampai faring yaitu sebesar 66 atau 60.0%.

Page 42: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.6 Distribusi Responden Smoker’s Melanosis

Perokok

Jumlah

N %

Melanosis 94 85.5

Tidak melanosis 16 14.5

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 110 responden terdapat 94

responden atau 85.4% mengalami melanosis pada rongga mulut dan 16 responden atau

14.5% tidak mengalami melanosis pada rongga mulut. Dengan demikian, sebagian besar

responden perokok mengalami melanosis.

Page 43: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.7 Distribusi Responden Kejadian Smoker’s Melanosis Berdasarkan jenis

Rokok

Jenis rokok

Kejadian smoker’s melanosis

Jumlah

Ada Tidak

N % N % N %

Rokok kretek 21 19.1 0 0 21 19.1

Rokok putih 47 42.7 16 14.5 63 57.3

Rokok Campuran 26 23.6 0 0 26 23.6

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

bahwa dari 21 yang merokok dengan jenis rokok kretek, semuanya mengalami smoker’s

melanosis. Dari 63 orang yang merokok dengan jenis rokok putih, sebanyak 47 orang

atau 42.7% terdapat smoker’s melanosis dan 16 orang atau 14.5% tidak terdapat

smoker’s melanosis. Dari 26 orang yang merokok dengan jenis rokok campuran,

semuanya mengalami smoker’s melanosis.

Page 44: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.8 Distribusi Responden Kejadian Smoker’s Melanosis Berdasarkan Lama

Merokok

Lama merokok

Kejadian smoker’s melanosis

Jumlah

Ada Tidak

N % N % N %

<5 tahun 0 0 10 9.1 10 9.1

5-10 tahun 6 5.5 5 4.5 11 10.1

>10 tahun 88 80.0 1 0.9 89 80.9

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

bahwa dari 10 orang yang merokok kurang dari lima tahun, semuanya tidak mengalami

smoker’s melanosis. Dari 11 orang merokok 5-10 tahun, sebanyak 6 orang atau 5.5%

mengalami smoker’s melanosis dan 5 orang atau 4.5% tidak mengalami smoker’s

melanosis. Dari 89 orang yang merokok lebih dari 10 tahun, sebanyak 88 orang atau

80.0% mengalami smoker’s melanosis dan 1 orang atau 0.9% tidak mengalami smoker’s

melanosis.

Page 45: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.9 Distribusi Responden Kejadian Smoker’s Melanosis Berdasarkan

Jumlah Rokok yang di hisap per hari

Jumlah rokok

Kejadian smoker’s

melanosis

Jumlah

Ada Tidak

N % N % N %

1-4 batang 0 0 10 9.1 10 9.1

5-14 batang 19 17.3 6 5.5 25 22.7

>15 batang 75 68.2 0 0 75 68.2

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

bahwa dari 10 orang yang merokok 1-4 batang per hari, semuanya tidak mengalami

smoker’s melanosis. Dari 25 orang yang merokok 5-14 batang per hari, sebanyak 19

orang atau 17.3% mengalami smoker’s melanosis dan 6 orang atau 5.5% tidak

mengalami smoker’s melanosis. Dari 75 orang yang merokok >15 batang per hari,

semuanya mengalami smoker’s melanosis.

Page 46: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Tabel 5.10 Distribusi Responden Kejadian smoker’s Melanosis Berdasarkan Cara

Menghisap Rokok

Cara menghisap

Kejadian smoker’s melanosis

Jumlah

ada tidak

N % N % N %

Dangkal 5 4.5 13 11.8 18 16.4

Dimulut saja 24 21.8 2 1.8 26 23.6

Dalam 65 59.1 1 0.9 66 60.0

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

bahwa dari 18 orang yang merokok degan cara hisapan dangkal, sebanyak 5 orang atau

4.5% mengalami smoker’s melanosis dan 13 orang atau 11.8% tidak mengalami

smoker’s melanosis. Dari 26 orang yang merokok dengan cara hisapan dimulut saja,

sebanyak 24 orang atau 21.8% mengalami smoker’s melanosis dan 2 orang atau 1.8%

tidak mengalami smoker’s melanosis. Dari 66 orang yang merokok dengan cara hisapan

dalam sebayak 65 orang atau 59.1% yang mengalami smoker’s melanosis dan 1 orang

atau 0.9% tidak mengalami smoker’s melanosis.

Page 47: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui prevalensi smoker’s melanosis.

Smoker’s melanosis yang dimaksud adalah perubahan warna yang khas pada pemukaan

mukosa mulut yang tampak sebagai bercak berawarna coklak difus, berbentuk datar, dan

tidak teratur yang ukuranya beberapa sentimeter. Biasanya terdapat pada gingiva

anterior labial dan mukosa pipi, daerah-daerah rawan lain termasuk mukosa bibir,

palatum, lidah, dasar mulut dan bibir yang disebabkan karena kandungan rokok yaitu

nikotin dan tar. Adapun karakeristik subjek penelitan didistribusikan berdasarkan

kelompok umur, jenis rokok, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari, cara

menghisap rokok dan gambaran melanosis pada mukosa mulut pada perokok.

Penelitian ini didapatakan jumlah sampel 110 orang perokok berjenis kelamin

laki-laki. Sampel ini diambil berdasarkan kareakteristik (purposive sampling). Menurut

lembaga survey WHO tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat ke- 3 sebagai jumlah

perokok terbesar di Dunia.4

Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007 prevalensi

perokok di Indonesia sebanyak 29,2% dan pada data Riset Kesehatan dasar 2012

prevalensi perokok di Indonesia telah menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan prevalensi perokok di Indonesia.5

Page 48: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status ,serta kelompok umur yang

berbeda. Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi perokok di daerah pedesaan lebih

banyak dari pada yang ada diperkotaan. Ironisnya sebagian besar perokok justru berasal

dari golongan sosial ekonomi rendah dimana prevalensi perokok pada petani lebih besar

dibanding yang tidak bekerja, sekolah, pegawai dan wiraswasta.6

Umur sabjek penelitian dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan umur yang

dilakukan oleh Riskesdas 2010. Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1

menunjukkan distribusi perokok paling banyak pada kelompok umur 35-44 tahun

sebesar 31.8%. Namun hasil ini berbeda dengan hasil penelitan yang dilakukan

Riskesdas tahun 2010. Data Riskesdas 2010 menunjukkan umur 45-54 tahun yang

paling banyak merokok sebesar 38.2%. Hal ini dapat terjadi kerena adanya pebedaan

distribusi umur subjek penelitian yang diteliti dan jumlah subjek penelitian pada

Riskesdas lebih banyak dan mencakup wilayah yang luas.6

DI Indonesia 80-95% memilih jenis rokok kretek untuk dikomsumsi.5

namun

berbeda dengan hasil penelitan ini, yaitu subjek penelitian paling banyak ditemukan

merokok dengan jenis rokok putih sebesar 63 atau 57.3%. hal ini karena di desa

timoreng panua harga rokok putih lebih murah dibanding rokok kretek. Begitu juga

dengan hasil penelitian oleh Djokja di desa Monsongan kecamatan Banggai Tengah.

Walaupun presentasinya lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian ini, jenis

rokok yang paling banyak dikomsumsi ialah rokok putih sebesar 96.25%.5

Page 49: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Berdasarkan lama merokok, pada penelitian ini paling banyak perokok dengan

lama merokok >10 tahun ditemukan sebanyak 89 orang atau 80.9%. hasil ini berbanding

lurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Djokja yang menunjukkan jumlah perokok

yang paling banyak dengan lama merokok >10 tahun sebesar 61 orang atau 81.25%.5

Perokok pada subjek penelitian ini termasuk dalam kategari perokok berat,

dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 15 batang per hari sebanyak 75 orang atau

68.2%. Hasil ini berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh syahrir yakni paling

banyak ditemukan perokok yang merokok >15 batang perhari sebesar 59.1%.27

Menghisap rokok adalah sebuah kesenangan tersendiri yang dapat menibulkan

ketenangan, sebagian mengaku merasakan nikmatnya merokok saat sedang merasakan

bosan, santai, setelah makan, serta saat merasakan gugup. Cara hisapan rokok dengan

kategori hisapan dalam yaitu menghisap rokok sampai ke kerongkongan merupakan cara

yang paling disukai oleh responden sebesar 66 orang atau 60.0%. Hasil ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh kurniati A, dkk yang menunjukkan jumlah

perokok dengan cara hisapan dimulut saja sebesar 61.11%.13

Berdasarkan jenis rokok dapat dilihat pada tabel 5.6, smoker’s melanosis paling

banyak ditemukan pada jenis rokok putih yaitu sebanyak 47 orang atau 42.7%. Hal ini

dikarenakan paling banyak ditemukan perokok dengan dengan jenis rokok putih.

Namum bisa kita lihat juga pada tabel 5.6, smoker’s melanosis terdapat pada seluruh

perokok dengan jenis rokok kretek. Penelitian yang dilakukan Susana dkk menunjukkan

Page 50: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

paling besar ditemukan nikotin pada jenis rokok kretek. Karena pada rokok kretek tidak

dilengkapi filter yang berfungsi mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang

terdapat pada jenis rokok putih.28

Berdasarkan lama merokok dapat dilihat pada tabel 5.7, lama merokok >10 tahun

paling banyak ditemukan smoker’s melanosis yaitu sebanyak 88 orang atau 80.0%. hal

ini disebabkan karena terpaparnya asap rokok pada mukosa mulut, sehingga semakin

lama seseorang merokok, maka semakin besar pula kemungkinana terjadinya smoker’s

melanosis. penelitian ini didukung dengan dengan Nadeem M, et al di Pakistan,

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara lama merokok dengan distribusi

pigementasi melanin intra oral. Kondisi ini disebabkan oleh efek panas dari asap

tembakau pada jaringan mulut atau efek langsung dari nikotin yang merangsang

melanocytes yang terletak disepanjang sel-sel basal epitel untuk menghasilkan

melanosomes sehingga mengakibatkan deposisi peningkatan melanin.26

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari dapat dilihat pada tabel 5.8,

smoker’s melanosis paling banyak ditemukan pada perokok dengan jumlah rokok yang

di hisap >15 batang per hari yaitu sebanyak 75 orang atau 68.2%. Hasil ini di dukung

dengan penelitian yang dilakukan oleh O Solomon pada pekerja pabrik di Nigeria bahwa

jumlah rokok yang dihisap perhari berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya

smoker’s melanosis.24

Page 51: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

Berdasarkan cara menghisap rokok dapatdilihat pada tabel 5.9, smoker’s

melanosis paling banyak ditemukan pada hisapan dalam atau sampai faring sebenyak 65

atau 59.1%. hal ini menyebabkan rongga mulut dan faring dipenuhi oleh asap sehingga

menyebabkan pigmentasi dan gangguan fungsi sel-sel dalam tubuh.13

Berdasarkan prevalensi smoker’s melanosis, dari 110 orang subjek penelitisn

terdapat 94 orang atau 85.% yang mengalami smoker’s melanosis dan 16 orang atau

14.5% tidak mengalami smoker’s melanosis. Hal ini diesebabkan rongga mulut

merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok, sehingga mukosa mulut

menjadi bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok dan menjadi tempat penyerapan

hasil pembakaran rokok yang utama. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh jenis

rokok yang dihisap, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, dan cara

menghisap rokok.24

Page 52: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan dari 110 orang subjek penelitian yang diperiksa,

prevalensi smoker’s melanosis pada kalangan petani sebanyak 94 orang (85.5%).

Kejadian smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok

dengan jenis rokok putih sebanyak 47 orang (42.7%). Kejadian smoker’s melanosis

paling banyak dijumpai pada lama merokok > 10 tahun sebanyak 88 orang (80.0%).

Kejadian smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok dengan jumlah

rokok yang dihisap >15 batang per hari sebanyak 75 orang (68.2%). Kejadian smoker’s

melanosis paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok dengan cara menghisap

rokok dengan hisapan dalam sebanyak 65 orang (59.1%).

7.2 SARAN

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi

penulis.

2. Disarankan bahwa adanya penelitian ini masyarakat baik perokok maupun

Page 53: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

non perokok diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.Perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai penyebab lain dari pigmentasi mukosa mulut.

Page 54: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

DAFTAR PUSTAKA

1. Putry KK, Kumboyono, Supriati L. Perbedaan lama merokok dengan kejadian

keluhan pernafasan pada usia pensiun (54-64) di RT 01 RW 03 kelurahan

mulyorejo.(internet). Available from

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/M,AJALAH%20kristia

nita%20kurnia.pdf. Diakses tanggal 8 desember 2013.

2. Rosali Devita, Maseda, Suba Baithesda, Wongkar Djon. Hubungan pengetahuan

dan sikap tentang bahaya merokok pada remaja putra di sma negeri 1

tompasobaru. ejournal keperawatan 2013:1(1):1-8

3. Fawzani N, Triratnawati A. Terapi berhenti merokok ( studi kasus 3 perokok

berat ). Makara Kesehatan. 2005;9(1):15-22.(internet). Available from

http://journal.ui.ac.id/health/article/view/342 . Diakses tanggal 8 Desember 2013.

4. Fikriyah S, Febrijanto Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal Stikes. 2012;5(1):99-109.

(internet).Available from

http://www.academia.edu/4313571/Jurnal_faktor_yg_mempengarui_perilaku_m

erokok_remaja_putra. Diakses tanggal 8 Desember 2013.

5. Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran perokok dan angka

kejadian lesi mukosa muludi desa mosongan kecamatan banggai tengah. Jurnal

e-gigi. 2013;1(1):38-44. (internet). Available from

http://journal.unissula.ac.id/majalahilmiahsultanagung/article/view/20. Diakses

tanggal 8 Desember 2013.

6. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan republik

Indonesia.(internet). Available from

http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf.

Diakses tanggal 8 Desember 2013

Page 55: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

7. Kusuma ARP. Pengaruh rokok terhadap terhadap kesehatan gigi dan rongga

mulut. Majalah ilmiah sultan agung. (internet). Available from

http://journal.unissula.ac.id/majalahilmiahsultanagung/article/view/20. Diakses

tanggal 8 Desember 2013.

8. Tobacco and oral health. (intrnet) Available from

http://ash.org.uk/files/documents/ASH_598.pdf. Diakses tanggal 8 Desember

2013.

9. Saraf Sanjay. Textbook of oral pathology. India: jaypee brothers medical

publishers.2006, p.9-10.

10. Pindborg JJ. Atlas penyakit mukosa mulut. Tangerang : Binapura aksara

publishing; 2009, p.214.

11. Wijaya AA. Merokok dan tuberculosis. 2012:8:18-22. (internet). Available from

http://ppti.info/ArsipPPTI/PPTI-Jurnal-Maret-2012.pdf. Diakses tanggal 8

Desember 2013.

12. Mariani A. pemberlakuan larangan merokok ditempat umum dan hak atas derajat

kesehatan optimal. (internet). Available from http://eprints.unika.ac.id/263/.

Diakese tanggal 15 Desember 2013.

13. Kurniati A, Udiyono A, Saraswati D.M. Gambaran kebiasaan merokok dengan

profil tekanan darah pada mahasiswa perokok laki-laki usia 18-22 tahun (studi

kasus di fakultas teknik jurusan geologi universitas diponegoro semarang). Jurnal

kesehatan masyarakat.2012:1(2):1-6

14. Cimi A. (internet) available from http://atikcimi.blogspot.com/2012/02/v-

behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses tanggal 16 Desember 2013.

15. Kusuma AD, Yuwono SS, Wulan SN. Studi kadar nikotin dan tar Sembilan merk

rokok kretek filter yang beredar di wilayah kabupaten nganjuk J.Tek.Pert.

2009;5(3):152. (internet) Available from

Page 56: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

http://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/178. Dakses tangal 15 Desember

2013.

16. Lestari R, Purwandari E. Perilaku merokok pada remaja sma/smk di kota dan

luar kota. Prosceeding temu ilmiah nasional VIII IPPI.2012. Available from

http://psikologi.ums.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/Perilaku-Merokok-Pada-

Remaja-SMA-SMK-di-Kota-dan-Luar-Kota.pdf. Diakses tanggal 16 2013.

Diakses tanggal 15 Desember 2013.

17. Syahdrajat T. Merokok dan masalahnya. Dexa media. 2007:20:184-5.

18. K Mubeen, H Chandrashekhar, M Kavitha, S nagarathna. Effect of tobacco on

oral-health an overview. Journal of evolution of medical and dental sciences.

2013;2(20):24-34.

19. Tumilisiar LD. Tembakau dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut.

J.kedokteran meditek. 2011;17(44):19-23.

20. Sasireka K. pigmented lesions of the oral cavity-review an differential

diagnosis.chettinad health city medical journal.(internet). Available from

http://www.chcmj.ac.in/journal/pdf/vol2_no2/pigmented.pdf. Diakses tanggal 8

Desember 2013

21. Sabrinath, Sivapathasundharam, ghosh gaurav, dhivya. pigmentation. Indian

journal of dental advancements. 2009;1(1):41

22. O Solomon, savage WF, Ayanbadejo P. smoker’s melanosis in anigerian

population: a preliminary study. Journal of comtemporary dental practice.

2007;8(5):1-6.

23. Laskaris G. Color atlas of oral disease. German:georg thieme verlag.2006,p.45

Page 57: SKRIPSI MELDA J 111 11 285 - core.ac.uk · PDF filePREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111

24. Langlais R.B, Miller C.S. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim.

Jakarta: hiporates.2000,p.70

25. Green berg, Glick, ship. Oral medicine. India:CB Decker Inc. 2008.p.117

26. Nadeem M, Shafique R, Yaldram A, dkk. Intraoral distribution of oral melanosis

and cigarette smoking in a Pakistan population. International journal of dental

clinics. 2011;3(1):25-28

27. Syahrir TMR. Hubungan kebiasaan merokok dengaan kelainan jaringan lunak

mulut dikalangan penarik becak di Kotamadya Medan. Skripsi USU. (internet).

Available from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2/5307/5/chapter%20I.pdf

28. Susanna D, Hartono B, Fauzan H. penentuan kadar nikotin dalam asap rokok.

Makara kesehatan.2003;7(2):1-4.(internet). Available from

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/75.pdf