skripsi lengkap

73
PREVALENSI STOMATITIS PADA MASA PUBERTAS BERDASARKAN PENYEBABNYA (Studi pada SMU Samudera Nusantara Makassar) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA KEDOKTERAN GIGI OLEH : RAHMY WARDININGSIH J III 08 276 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

Upload: adisds

Post on 16-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkapskripsi lengkap

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi lengkap

PREVALENSI STOMATITIS PADA MASA PUBERTAS

BERDASARKAN PENYEBABNYA

(Studi pada SMU Samudera Nusantara Makassar)

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT GUNA

MENCAPAI GELAR SARJANA KEDOKTERAN GIGI

OLEH :

RAHMY WARDININGSIH

J III 08 276

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

1

Page 2: skripsi lengkap

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Prevalensi Stomatitis Pada Masa Pubertas Berdasarkan

Penyebabnya

(Studi Pada SMU Samudera Nusantara Makassar)

Nama : Rahmy Wardiningsih

Stambuk : J III 08 276

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal September 2011

Oleh :

Pembimbing

Prof. DR. Drg. Harlina, M.Kes

NIP. 19630118 198903 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof. Drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D

NIP. 19540625 198403 1 001

2

Page 3: skripsi lengkap

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, karunia, dan

rahmat-Nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi

yang berjudul “Prevalensi Stomatitis Pada Masa Pubertas Berdasarkan

Penyebabnya (Studi Pada SMU Samudera Nusantara Makassar)”. Salam

dan shalawat tidak lupa penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW, yang

menjadi teladan terbaik sepanjang masa. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi. Selain itu, skripsi ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah

pengetahuan mereka dalam bidang perawatan kesehatan gigi.

Sembah sujud dan ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya

untuk kedua orangtua tercinta Ayahanda Wardihan, SE, MSi dan ibunda Dra.

Sofyaningsih atas segala doa, perhatian, pengertian, dukungan moril serta

bimbingan dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis dan tak lupa

pula ucapan terimakasih kepada adinda tersayang Muh.Fahmy Aswar dan

Muh.Fadhil Aswar yang setia menemani penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga mendapatkan banyak

bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

3

Page 4: skripsi lengkap

kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Prof. Drg.H. Mansyur Nasir,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin.

2. Prof. DR. Drg. Harlina , M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan,

dan memberi nasehat penulis dalam membuat skripsi ini.

3. drg. Maria Tanumihardja. MDSc selaku Penasehat Akademik atas

bimbingan, nasehat dan dukungan bagi penulis selama perkuliahan.

4. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin tanpa terkecuali. Terimakasih atas bimbingannya kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Seluruh staf perpustakaan FKG UNHAS dan staf bagian IPM yang

telah banyak membantu penulis.

6. Buat teman-teman seperjuangan genk IPM Sari, Ana, Rica dan Hera

yang senantiasa bersama-sama saat menghadap ke pembimbing dan tak

lupa ucapan terimakasih buat Kak Ikhsan atas bantuannya.

7. Kepada teman-teman Halitosis tersayang yang telah memberikan

motivasi dan bantuan jasa selama penelitian serta motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Buat saudara Andini Putri, terimakasih atas bantuan dan dukungan

morilnya teman terbaikku.

4

Page 5: skripsi lengkap

9. Buat pak Aji dan kak Ardian yang telah banyak membantu selama

penelitian berlangsung. Terimakasih atas dukungan, bantuan, dan

doanya.

10. Buat Kepala Sekolah dan Staf Pengajar di SMU Samudera

Nusantara yang sangat membantu dalam berjalannya penelitian dan

juga terimakasih kepada Siswa-Siswi SMU Samudera Nusantara

Makassar.

11. Buat teman-teman KKN Jennae Manise khususnya buat Duphy yang

membantu dalam mengolah data.

12. Buat teman-teman I-ton yang senantiasa memberikan dukungan.

13. Buat kakanda senior yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

ini.

14. Kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat,

yang tidak dapat saya sebutkan, terimakasih banyak.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan semoga

bantuan dari berbagai pihak diberi balasan oleh Allah SWT.

Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap agar tulisan ini

dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran di Fakultas Kedokteran Gigi di

kedepannya, dan bisa membantu dalam perbaikan kualitas kesehatan Gigi dan

Mulut masyarakat. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, September 2011

Penulis

5

Page 6: skripsi lengkap

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................... 2

1.3 TUJUAN PENELITIAN .......................................................... 3

1.4 MANFAAT PENELITIAN ...................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN STOMATITIS ................................................ 4

2.2 KLASIFIKASI STOMATITIS ................................................. 5

2.3 ETIOLOGI STOMATITIS ....................................................... 10

2.4 GAMBARAN KLINIS STOMATITIS .................................... 17

2.5 PENANGANAN STOMATITIS .............................................. 18

2.6 PENGERTIAN PUBERTAS .................................................... 20

2.7 BATASAN USIA REMAJA .................................................... 21

2.8 KONDISI FISIOLOGIS REMAJA .......................................... 22

2.9 KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA ......................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 26

6

Page 7: skripsi lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................ 30

BAB V PEMBAHASAN .......................................................... 33

BAB VI PENUTUP .......................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 39

7

Page 8: skripsi lengkap

DAFTAR TABEL

No. Teks Hal.

1. Faktor etiologi stomatitis apthosa rekuren 16

2. Distribusi responden stomatitis dan tidak stomatitisdi SMU Samudera nusantara makassar 30

3. Distribusi responden stomatitis berdasarkan jenis kelamin di SMU Samudera nusantara makassar 31

4. distribusi responden stomatitis berdasarkan penyebab terjadinya stomatitis di SMU Samudera nusantara makassar 32

8

Page 9: skripsi lengkap

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal.

1. Minor apthous ulcer6

2. Mayor apthous ulcer7

3. Multiple herpetiform ulcers8

9

Page 10: skripsi lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa remaja adalah masa peralihan yang membuat sebagian besar orang

mengalami perubahan mental yang labil. Minimnya pengetahuan tentang

kesehatan dan sikap cuek pada remaja membuat remaja sering mengabaikan

hal-hal kecil yang dapat merusak kesehatan termasuk kesehatan gigi dan mulut

sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah dalam mulut. Salah satu

penyakit mulut yang paling populer pada remaja adalah stomatitis atau yang

lebih dikenal pada masyarakat awam dengan sariawan.1

Pada masa pubertas terjadi perubahan hormon yang drastis yang membuat

gejolak di dalam tubuh remaja. Perubahan hormon yang belum stabil ini

membuat remaja gampang mengalami perubahan mental yang berdampak pada

suasana hati dan perilaku remaja. Sekarang ini, gejala ketidakseimbangan

hormon pada remaja menjadi sangat umum. Hal ini disebabkan beberapa

alasan yang menyebabkan perubahan hormonal. Kondisi saat ini lebih banyak

terkontaminasi dengan bahan kimia dibandingkan kondisi zaman dulu, bahkan

hingga ratusan bahan kimia. Bahan kimia ini tidak hanya berasal dari

lingkungan yang tercemar, tetapi juga sebagai pengawet, pewarna makanan

serta bumbu makanan dan minuman.

10

Page 11: skripsi lengkap

Penyebab lain gejala ketidakseimbangan hormon pada remaja adalah stres.

Dengan tekanan yang ada di rumah, persaingan di sekolah dan persaingan antar

teman membuat remaja berada di bawah tekanan sehingga menyebabkan naik

turunnya sekresi hormon dalam tubuh remaja dan juga menempatkan tekanan

tambahan pada kelenjar adrenal yang mengatur hormon dalam tubuh sehingga

kelenjar ini menjadi terganggu yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon.

Ketidakseimbangan ini menyebabkan beberapa masalah emosional serta fisik

lainnya yang berkaitan dengan hormon pada remaja. Stres dan

ketidakseimbangan hormonal merupakan faktor pemicu terjadinya stomatitis.2,3

SMU Samudera Nusantara merupakan sekolah dengan mayoritas siswanya

memiliki status ekonomi rendah. Rendahnya status ekonomi masyarakat

menyebabkan kebutuhan gizi yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari

tidak tercukupi sehingga rentan terhadap penyakit khususnya terhadap

stomatitis. Hal ini sesuai pada penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa

ditemukan adanya hubungan stomatitis dengan menurunnya intake makanan

yang mengandung zat besi dan vitamin B1.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana prevalensi stomatitis pada siswa-siswi SMU Samudera Nusantara

Makassar?

11

Page 12: skripsi lengkap

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu :

Untuk mengetahui prevalensi stomatitis pada siswa-siswi SMU Samudera

Nusantara Makassar.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat yaitu :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

mengenai prevalensi stomatitis kepada siswa SMU Samudera Nusantara

Makassar.

2. Terhadap ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah

dalam rangka memperkaya khasanah keilmuan terutama dalam bidang

ilmu penyakit mulut dan menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya.

12

Page 13: skripsi lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN STOMATITIS

Stomatitis merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut yang

biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak

cekung. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis

yang terjadi berulang pada rongga mulut disebut Reccurent Apthous Stomatitis

(RAS). RAS merupakan salah satu kelainan mukosa yang paling sering terjadi

dan menyerang kira–kira 15-20% populasi di Inggris. Penyakit ini umumnya

terjadi dan seringkali mengenai wanita dan laki–laki. Prevalensi yang lebih

tinggi juga didapatkan pada golongan sosial ekonomi atas dan di antara para

mahasiswa selama waktu–waktu ujian.4,5

Manifestasi klinis dari RAS adalah ulser tunggal atau multipel,

dangkal, bulat, lonjong dan sakit. Prevalensi pada populasi secara umum

berkisar 50-66%. Hipotesis dari terjadinya RAS bermacam-macam tergantung

pada faktor pemicunya, antara lain disebabkan karena alergi, faktor genetik,

kekurangan nutrisi, kelainan hematologi, hormonal, infeksi, trauma dan stres.6

Didalam rongga mulut, RAS merupakan kondisi yang paling banyak

dijumpai pada jaringan lunak mukosa. Diperkirakan sebanyak 15% - 20%

populasi penduduk diseluruh dunia terserang penyakit seperti ini. Penyakit ini

nampak lebih banyak di Amerika Utara khususnya pada kelompok sosial

ekonomi rendah, insiden ini nampak hingga mendekati 40%.7

13

Page 14: skripsi lengkap

2.2 KLASIFIKASI STOMATITIS

1. Stomatitis apthous Reccurent

Stomatitis yang sifatnya berulang atau Reccurent Apthous Stomatitis

dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser

major, dan ulser herpetiform:8

a. Rekuren apthous stomatitis minor

Sebagian besar pasien (80%) yang menderita bentuk minor ditandai

dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang

kurang dari 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi

bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima

dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas.5 Ulkus

ini mempunyai kecendrungan untuk terjadi pada mukosa bergerak yang

terletak pada kelenjar saliva minor. Pernah dilaporkan adanya gejala-gejala

pendahulu seperti parastesia dan hiperestesia. Ulkus ini sangat bervariasi,

kambuh, dan pola terjadinya bervariasi.9

14

Page 15: skripsi lengkap

GAMBAR II.1 Minor apthous ulcer

GAMBAR II.1 Minor apthous ulcer

Sumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006. P.159

Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka waktu beberapa

bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat sakit dan biasanya mempunyai

gambaran tak teratur. Frekuensi RAS lebih sering pada laki-laki daripada

wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien

dengan ulser minor mengalami ulserasi yang berulang dan lesi individual dapat

terjadi dalam jangka waktu pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain.

Ulser ini sering muncul pada mukosa nonkeratin. Lesi ini didahului dengan

rasa terbakar, gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus.

Klasiknya, ulserasi berdiameter 3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7-14

hari.10

b. Rekuren Apthous Stomatitis Major

Rekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari penderita

RAS dan lebih hebat dari bentuk minor. Secara klasik, ulser ini berdiameter

kira-kira 1-3 cm dan berlangsung selama empat minggu atau lebih dan dapat

terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut termasuk daerah-daerah yang

15

Page 16: skripsi lengkap

berkeratin.5 Dasar ulser lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti ulser minor,

hanya terbatas pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang.11

GAMBAR II.2 Mayor apthous ulcer

Sumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease. Second Edition. New York: Thieme; 2006. p.160

Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang rekuren

atau disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,

namun banyak bukti yang berhubungan dengan defek imun.11 Tanda adanya

ulser seringkali dilihat pada penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk

karena keparahan dan lamanya lesi terjadi.5 Awal dari ulser mayor terjadi

setelah masa puberti dan akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau

lebih.10

c. Herpetiformis apthous stomatitis

16

Page 17: skripsi lengkap

Istilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi

herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip

dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus herpes tidak

mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis atau dalam setiap

bentuk ulserasi aptosa.2

GAMBAR II.3 Multiple herpetiform ulcers

Sumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006. p.161

Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan

frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan

berdiameter rata-rata 1-3 mm.5 Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi

kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang

membesar, bergabung dan mnjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus

tersebut berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100.

Mukosa disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit.9

17

Page 18: skripsi lengkap

2. Oral thrush

Yaitu sariawan yang disebabkan jamur Candida Albican, biasanya

banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat di

dalam mulut. Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah

penggunaan obat antibioka yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu

pemakaian, jamur Candida Albican akan tumbuh lebih banyak lagi.

3. Stomatitis Herpetik

Yaitu sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan beralokasi di

bagian belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan biasanya langsung

terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh

sedang rendah sehingga sistem imun tidak dapat menetralisir atau mengatasi

virus yang masuk sehingga terjadilah ulser.12

2.3 ETIOLOGI STOMATITIS

Semakin banyaknya penelitian dan teori-teori baru mengenai faktor

predisposisi stomatitis memungkinkan suatu saat nanti apa yang saat ini

18

Page 19: skripsi lengkap

masihkita anggap faktor predisposisi telah terbukti sebagai etiologi. Seperti

yang telah diketahui bahwa faktor etiologi stomatitis adalah idiopatik (belum

diketahui) namun telah banyak dugaan mengenai faktor predisposisi

stomatitis.5 Faktor–faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya

stomatitis adalah sebagai berikut :

1. Genetik

Riwayat keluarga terdapat pada 50% kasus. Insiden tertinggi terdapat di

antara saudara bila kedua orang tua terkena stomatitis.2 Beberapa peneliti

menyatakan bahwa hubungan genetik berpengaruh terhadap timbulnya

stomatitis. Salah satu penelitian menemukan bahwa 35% dari orang yang

menderita stomatitis memiliki paling tidak satu orang tua yang juga menderita

stomatitis Penelitian lain menemukan bahwa 91% kembar identik menderita

stomatitis dimana untuk kembar biasa hanya 57%.13

2. Imunologik

Respon imun mungkin merupakan peran utama stomatitis umum terjadi

pada pasien dengan imunodefisiensi sel B dan 40% dari pasien-pasien

stomatitis mempunyai kompleks dari sirkulasi imun. Ulserasi dapat disebabkan

oleh pengendapan imonoglobulin dan komponen-komponen komplemen dalam

epitel atau respons imun seluler terhadap komponen-komponen epitel.2

Antibodi tersebut bergantung pada mekanisme sitoksik atau proses penetralisir

racun yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika sistem imunologi mengalami

abnormalitas, maka dengan mudah bakteri ataupun virusmenginfeksi jaringan

lunak disekitar mulut.14

19

Page 20: skripsi lengkap

3. Hematologik

15-20% pasien stomatitis adalah penderita kekurangan zat besi, vitamin

B12 atau folid acid dan mungkin juga terdapat anemia. Penyembuhan

stomatitis sering terjadi sesudah terapi untuk mengatasi kekurangan-

kekurangan tersebut.2 Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan

menjadi lebih buruk pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya

tersembunyi, hemoglobulin dengan batasan yang normal dan ciri utama

adalaah mikrositosis dan makrositosis pada sel darah merah.14

4. Gastrointestinal

Hanya sebagian kecil dari pasien-pasien mempunyai gejala

gastrointestinal, terutama penyakit pada usus kecil yang berhubungan dengan

malabsorpsi. Walaupun hanya 2-4% pasien-pasien stomatitis mempunyai

penyakit seliak tetapi terdapat 60% pasien-pasien dengan penyakit seliak yang

menderita stomatitis. Stomatitis dapat dihubungan dengan penyakit Crohn dan

colitis ulseratif.2

5. Hormonal

Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya

terjadi pada fase stress dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penelitian,

ditemukan kadar hormon progesterone yang lebih rendah dari normal pada

penderita RAS sementara kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada

kedua grup adalah normal. Pada wawancara didapat adanya riwayat anggota

keluarga yang mengalami RAS dibanding bukan penderita RAS. Dari

20

Page 21: skripsi lengkap

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita RAS pada umumnya

mempunyai kadar hormon progesteron yang lebih rendah dari normal dan ada

salah satu keluarganya yang menderita RAS.14

Stomatitis dapat berlanjut atau berhenti selama kehamilan dan karena pada

sebagian kecil wanita ulserasi berkembang hanya selama fase luteal dari siklus

menstruasi maka kadang-kadang hal ini berhubungan dengan adanya

perubahan-perubahan pada hormonal.2

6. Trauma

Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian

rongga mulut dapat menyebabkan stomatitis. Dalam banyak kasus, trauma ini

disebabkan oleh masalah–masalah yang sederhana. Trauma merupakan salah

satu faktor yang dapat menyebabkan ulser terutama pada pasien yang

mempunyai kelainan tetapi kebanyakan stomatitis mempunyai daya

perlindungan yang relatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu proteksi

yang paling umum.15

Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut meliputi:

a. Pemakaian gigi tiruan

Rekuren apthous stomatitis disebabkan oleh pemasangan gigi palsu.

Seringkali, gigitiruan yang dipasang secara tidak tepat dapat

mengiritasi dan melukai jaringan yang ada di dalam rongga mulut.

Masalah yang sama sering pula dialami oleh orang-orang yang

menggunakan gigitiruan kerangka logam. Logam dapat melukai

bagian dalam rongga mulut.

21

Page 22: skripsi lengkap

b. Trauma makanan

Banyak jenis makanan yang kita makan dapar menggores atau

melukai jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan

menyebabkan RAS. Contohnya adalah keripik, kue yang keras,dll.

c. Trauma sikat gigi

Beberapa pasien berpikir bahwa ulser terjadi karena trauma pada

mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh cara penggunaan dari

sikat gigi yang berlebihan dan cara menyikat gigi yang salah dapat

merusak gigi dan jaringan yang ada dalam rongga mulut.

d. Menggigit bagian dalam mulut

Banyak orang yang menderita luka di dalam mulutnya karena

menggigit bibir dan jaringan lunak yanga da di dalam rongga mulut

secara tidak sengaja. Seringkali, hal ini dapat menjadi kebiasaan yang

tidak disadari atau dapat terjadi selama tidur dan luka juga disebabkan

oleh tergigitnya mukosa ketika makan dan tertusuk kawat gigi

sehingga dapat menimbulkan ulser yang mengakibatkan RAS. Luka

tergigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur.

e. Prosedur dental

Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan

menyebabkan terjadinya RAS. Terdapat informasi bahwa hanya

dengan injeksi novacaine dengan jarum dapat menyebabkan

timbulnya RAS beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.16

7. Stres

22

Page 23: skripsi lengkap

Banyak orang yang menderita stomatitis menyatakan bahwa stomatitis

yang mereka alami disebabkan oleh stres. Terkadang orang secara objektif

menghubungkan timbulnya stomatitis dengan peningkatan stres. 13

8. HIV

Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV. Stomatitis

memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun seperti yang

telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya

menunjukkan tanda klinis yang sangat jelas yaitu kerusakan jaringan yang

sudah parah.15

9. Kebiasaan merokok

Kelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan

dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.15

10. Kondisi Medik

Beberapa kondisi medik yang berbeda juga dapat dihubungkan dengan

timbulnya stomatitis. Untuk pasien yang mengalami stomatitis yang resisten

harus mendapatkan evaluasi dan tes dokter untuk mengetahui ada tidaknya

penyakit sistemik. Beberapa kondisi medik yang dihubungkan dengan

stomatitis yaitu seperti penyakit Behcet, disfungsi neutrofil, radang usus, dan

HIV-AIDS.13

23

Page 24: skripsi lengkap

11. Pengobatan

Penggunaan obat-obatan anti peradangan, beta bloker, kemoterapi, dan

nicorandil dilaporkan menjadi salah satu pemicu timbulnya stomatitis.13

12. Infeksi

Fakta bahwa zat-zat kimia seperti pada penggunaan kemoterapi dan radiasi

biasanya dihubungkan dengan bakteri seperti ANUG yang kaya dengan

bacillus fusiformis dsn spirochete, dan virus pada Virus Herpes Simpleks yang

meliputi sitomegalovirus, virus voricella zoster, Epstein Bar ini ternyata dapat

menjadi salah satu penyebab dari stomatitis.13

Berikut ini ada beberapa fakta tentang faktor predisposisi dari penyebab

stomatitis (Tabel 2.1) :2

TABEL 2.1. Faktor etiologi stomatitis apthosa rekuren Faktor Predisposisi Fakta

Defisiensi Adanya defisiensi zat besi, asam folat, vitamin

B12, atau B kompleks

Psikologis Meningkatnya insiden stomatitis pada populasi

mahasiswa menjelang ujian

Trauma Terbentuknya ulser pada daerah-daerah setelah

bekas terjadinya luka penetrasi

Endokrin Terbentuknya stomatitis pada fase luteal dari

siklus haid pada beberapa penderita wanita

24

Page 25: skripsi lengkap

Alergi Kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara

beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser

Merokok Pembentukan stomatitis pada perokok yang

dahulunya bebas simtom, ketika kebiasaan

merokok dihentikan

Herediter Meningkatnya insiden pada anak-anak yang

kedua orantuanya menderita stomatitis, kesamaan

yang tinggi pada anak kembar

Inunologi Fakta bertentangan, tetapi beberapa informasi

mengenai kadar imunoglobulin abnormal

Sumber : Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Widya Medika; 1998. p.48-9

2.4 GAMBARAN KLINIS STOMATITIS

Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau terbakar pada 1 sampai 2 hari di

daerah yang akan mengalami stomatitis. Rasa ini timbul sebelum luka dapat

terlihat di rongga mulut. Stomatitis dimulai dengan adanya luka seperti

melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah

beberapa hari, luka tersebut pecah dan menjadi berwarna putih ditengahnya

dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan

rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih

serta aliran saliva menjadi meningkat berdasarkan ciri khasnya secara klinis.

Adanya ulkus kecil didalam mulut biasanya dibagian dalam, atas, dan bawah

bibir pada pipi, lidah, dan gusi.4

25

Page 26: skripsi lengkap

Gejalanya berupa rasa sakit dan rasa terbakar yang terjadi satu sampai

dua hari yang kemudian menimbulkan luka di rongga mulut. Bercak luka yang

ditimbulkan akibat dari stomatitis ini agak kaku dan sangat peka terhadap

gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini

dapat membuat kita susah makan, susah minum ataupun susah bicara dan

mengeluarkan banyak air liur.

Rasa sakit akibat stomatitis yang berukuran kecil biasanya akan hilang

antara 7 sampai 10 hari dan lesi ini akan sembuh secara sempurna dalam waktu

satu sampai dua minggu. Namun, apabila ukuran lesi stomatitis cukup besar

biasanya lesi membutuhkan waktu mulai dari beberapa minggu sampai

beberapa bulan untuk sembuh. Stomatitis yang tidak sembuh dalam waktu 2

minggu sebaiknya segera dikonsultasikan dengan dokter gigi.4

2.5 PENANGANAN STOMATITIS

Terapi stomatitis aftosa rekuren tidak memuaskan dan tidak ada yang

pasti. Terapi dilakukan secara siptomatik. Telah banyak obat yang dicoba

menanggulangi stomatitis namun tidak ada yang efektif. Penatalaksanaan

stomatitis aftosa rekuren ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, atau

mencegah timbulnya lesi baru. Rasa sakit dapat dikurangi dengan cara

menghindari makanan yang berbumbu, asam, atau minuman beralkohol.

26

Page 27: skripsi lengkap

Anastetikum topikal merupakan obat yang umumnya digunakan dalam

pengobatan stomatitis. Pengolesan anastetikum sebelum makan dapat

mengurangi rasa sakit.

Faktor predisposisi yang berperan perlu ditelusuri agar dapat

meringankan penderitaan pasien. Tujuan dari pengobatan adalah untuk

meringankan penderitaan pasien yang harus berdampingan engan ulserasi

sepanjang hidupnya. Pasien perlu diyakinkan bahwa stomatitis aftosa rekuren

bukan suatu penyakit yang berbahaya walaupun merepotkan. Dengan adanya

keyakinan tersebut kemungkinan tidak diperlukan pengobatan sistemik,

covering agent atau kumur antiseptik.

Masa perjalanan dapat dipersingkat dengan pemberian kortikosteroid

topikal, seperti triamcinolone acetonide 0,1% dalam orabase yang bersifat

adesif. Contoh lain adalah fluocinonide gel yang lebih kuat dan rasanya lebih

enak. Obat dioleskan pada ulserasi 4–8 kali sehari. Untuk lesi yang parah dapat

diberikan kortikosteroid sistemik. Lesi akan segera sembuh sehingga

memperpendek perjalanan lesi selama obat digunakan. Penggunaan secara

sistemik perlu berhati–hati karena apabila terlalu lama digunakan dapat

menimbulkan efek samping. Beberapa ahli ada yang mencoba tetrasiklin yang

dipakai secara topikal atau sistemik. Penggunaan secara topikal dilakukan

dengan melarutkan obat dalam 30 mL air dan digunakan sebagai obat kumur.17

Obat–obat sistemik seperti levamisole, inhibitor monoamine oksidase,

thalidomide atau dapsone digunakan untuk penderita yang sering mengalami

27

Page 28: skripsi lengkap

ulserasi oral yang serius. Tetapi, penggunaan obat–obat ini harus

dipertimbangkan efektifitas serta efek sampingnya.5

Untuk pasien dengan gangguan hematologi maka terapi yang diberikan

kepada pasien anemia karena kekurangan zat besi adalah tablet zat besi yang

berisi ferrous sulfate, ferrous gluconate, dan ferrous fumarate yang diberikan

peroral. Respon tubuh pada terapi biasanya cepat, sel darah merah akan

kembali normal setelah 1-2 bulan. Oleh sebab itu pasien diberikan sulemen

yang berisi zat besi 2x1 sehari yang diminum selama dua minggu.6

Beberapa literatur menyebutkan bahwa lidah buaya memiliki khasiat

bagi kesehatan terutama untuk mukosa mulut antara lain sebagai analgesik,

antiseptik, dan antiinflamasi karena bahan yang terkandung antara lain aloktin

A dan asam salisilat.18

2.6 PENGERTIAN PUBERTAS

Pubertas adalah masa ketika tubuh sedang mengalami perubahan besar

dari struktur tubuh anak-anak menjadi struktur tubuh orang dewasa. Masa ini

ditandai dengan kematangan organ reproduksi dan tumbuhnya seks sekunder.

Pada masa ini, remaja mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Ada ahli yang

mengatakan bahwa masa pubertas terjadi sebelum munculnya menstruasi dan

mimpi basah. Secara fisik dalam tubuh kita terjadi perubahan-perubahan yang

cepat.

Perubahan pada masa pubertas yang terjadi dari masa anak memasuki

masa remaja diatur oleh hormon seks. Pada bagian otak yaitu hypothalamus

28

Page 29: skripsi lengkap

sudah mengeluarkan zat yang disebut sebagai faktor pencetus yang

menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon tersebut bekerja sama dengan

kelenjar bawah otak mengendalikan urut-urutan rangkaian perubahan dengan

mengeluarkan hormon-hormon tertentu. Hormon tersebut adalah hormon

estrogen yang dominan pada remaja perempuan dan hormon testosteron pada

remaja laki-laki. Pengaruh hormon estrogen pada anak perempuan Hormon

estrogen membawa sifat kewanitaan pada seorang anak perempuan setelah

remaja.19

2.7 BATASAN USIA REMAJA

Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada

pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Dilihat dari siklus

kehidupan, masa remaja merupakan masa yang sulit untuk dilalui oleh

individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi

perkembangan pada tahap-tahap selanjutnya. Karena pada masa ini banyak

terjadi perubahan dalam diri individu baik dari perubahan fisik maupun

psikologi. Perubahan dari ciri kekanakan menuju pada kedewasaan.20

WHO memberikan batasan usia remaja yaitu usia 19-20 tahun. WHO

menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia

29

Page 30: skripsi lengkap

kesuburan atau fertilitas wanita tetapi batasan itu juga berlaku pada pria dan

WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun

dan remaja akhir 15-20 tahun. Usia pada saat pubertas di Eropa dan Amerika

Serikat beragam, usia tersebut menurun dengan kecepatan satu sampai tiga

bulan dawarsa selama lebih dari 175 tahun.21

Sementara United Nations (UN) menyebutkan sebagai anak muda

(youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum

muda yang mencakup usia 10-24 tahun.20

2.8 KONDISI FISIOLOGIS REMAJA

Pada saat remaja memasuki masa pubertas terjadi perubahan yang

cukup mencolok pada fisiknya. Pada masa itu mereka tidak hanya tumbuh

menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi juga tejadi perubahan-

perubahan didalam tubuhnya sehingga mampu untuk bereproduksi.20

a. Perubahan fisik yang terjadi pada perempuan

Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon/zat dalam tubuh terutama

hormon estrogen dan progesterone mulai berperan aktif sehingga mulai

tumbuh payudara, panggul mulai melebar dan membesar dan akan mengalami

menstruasi. Di samping itu akan mulai tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak

30

Page 31: skripsi lengkap

dan vagina. Beberapa dari remaja mengalami jerawat pada wajah. Dan

perubahan lainnya seperti:

Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang

Tangan dan kaki bertambah besar

Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar

Vagina mulai mengeluarkan cairan

Pantat berkembang lebih besar

Kulit dan rambut mulai berminyak

Keringat bertambah banyak

Indung telur mulai membesar

Hormon estrogen membuat seorang anak perempuan memiliki sifat

kewanitaan setelah remaja. Hormon estrogen mempunyai beberapa khasiat,

hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga

payudara membesar. Selain itu merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga

rahim dan vagina sehingga membesar. Pada vagina, estrogen membuat dinding

kian tebal dan cairan vagina bertambah banyak. Manfaat estrogen lainnya yaitu

mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita tetapi juga dapat

memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh

kelenjar dibawah otak.

Selain hormone estrogen, hormon yang dominan pada anak perempuan

adalah hormon progesteron, yang khasiatnya adalah melemaskan otot-otot

halus, meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu

badan. Efek progesteron yang terpenting ialah pada rahim. Hormon ini

31

Page 32: skripsi lengkap

mempertebal dinding di dalam rahim dan merangsang kelenjar-kelenjar agar

mengeluarkan cairan pemupuk bagi sel telur yang dibuahi. Hal tersebut untuk

melindungi sel telur dibuahi dan memperkuat kedudukannya di dinding

rahim.20

b. Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki

Sama halnya dengan remaja perempuan, hormone testosteron akan

membantu tumbuhnya bulu-bulu halus diketiak, kemaluan laki-laki, janggut

dan kumis, terjadi perubahan suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya jerawat

dan mulai diproduksinya sperma yang pada waktu tertentu keluar sebagai

mimpi basah. Perubahan lainnya adalah: 20

Tubuh bertambah berat dan tinggi

Pundak dan dada bertambah besar dan bidang

Penis dan buah zakar membesar

Keringat bertambah banyak

Kulit dan rambut mulai berminyak

Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang

Tangan dan kaki bertambah besar

Tulang wajah mulai memanjang dan membesar

Tumbuh jakun

Suara berubah menjadi berat

2.9 KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA

32

Page 33: skripsi lengkap

Selain terjadi perubahan fisik, masa pubertas juga mengalami

perubahan emosi, pikiran, perasaan, dan lingkungan pergaulan. Secara

emosional, remaja bergerak kea rah mandiri lepas dari orang tua mereka yang

lebih tua dan membentuk hubungan dan minat dengan yang baru.

Seorang remaja mulai menyesuaikan sikapnya sebagai orang dewasa

karena adanya perubahan pada tubuhnya serta bertambahnya pengetahuan. Ciri

seorang remaja yang sedang memasuki masa pubertas, yaitu :

a. Mulai meninggalkan ketergantungan pada keluarga dan ketenangan masa

kecil ke arah dunia dewasa yang frustasi, persaingan dan kekecewaan.

b. Mulai mempelajari sikap serta pandangan yang berbeda tentang moral dan

seksualitas antara sikap dan pandangan yang dianut oleh keluarganya

dengan pandangan yang ada di dunia luar.

c. Mulai menghadapi konflik dan harus memutuskan berapa norma yang

harus diambil diluar serta berapa banyak ajaran orangtua yang harus

ditolak.19

33

Page 34: skripsi lengkap

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan bersifat observasional deskriptif yaitu

suatu rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap objek

yang akan diteliti tanpa melakukan intervensi.

3.2 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian yaitu cross sectional dimana tiap subyek hanya

diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat

pemeriksaan tersebut.

34

Page 35: skripsi lengkap

3.3 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMU Samudera Nusantara Makassar.

3.4 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu.

3.5 SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian yaitu siswa-siswi SMU Samudera Nusantara Makassar.

3.6 METODE SAMPLING

Metode sampling yang digunakan adalah total sampling.

3.7ALAT DAN BAHAN

1. Alat :

- Alat diagnostik

- Neer Beckhen

- Senter Kecil

- Alat Tulis Menulis

2. Bahan :

- Alkohol / Betadine

- Kapas / kasa dan tissue

35

Page 36: skripsi lengkap

3.8 DEFINISI OPERASIONAL

a. Prevalensi adalah jumlah kejadian pada suatu saat atau periode tertentu.

b. Stomatitis adalah radang pada mukosa mulut berupa lesi atau cekungan

dengan dasar dangkal berwarna kekuningan yang dibatasi dengan batas

merah yang jelas. Stomatitis dapat terjadi pada selaput lendir bagian

dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga

mulut.

c. Masa pubertas adalah masa dimana terjadinya perubahan dari anak-

anak menjdai dewasa yang ditandai oleh kematangan organ reproduksi

dan tumbuhnya seks sekunder.

3.9 ALUR PENELITIAN

Pemeriksaan klinis pada

sampel

Ada stomatitis Tidak ada stomatitis

Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan

Anamnesis

36

Page 37: skripsi lengkap

3.10 DATA

1. Jenis Data : Data primer yaitu data yang diambil langsung dari objek

yang diteliti.

2. Pengolahan Data : Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi

16.0

3. Penyajian Data : Data disajikan dalam bentuk tabel

Deskripsi data

37

Page 38: skripsi lengkap

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMU Samudera Nusantara Makassar pada

bulan Juli 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 165 siswa. Berikut ini adalah

hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut :

Tabel 4.1 Distribusi responden stomatitis dan tidak stomatitis di SMU

Samudera Nusantara Makassar

38

Page 39: skripsi lengkap

Frequency Percent

Valid Stomatitis 36 21.8

Tidak Stomatitis 129 78.2

Total 165 100.0

Pada tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 165 siswa yang diperiksa, terdapat 36

siswa (21,8%) yang mengalami stomatitis dan 129 siswa (78,2%) yang tidak

mengalami stomatitis.

Tabel 4.2 Distribusi responden stomatitis berdasarkan jenis kelamin di SMU Samudera Nusantara Makassar

Frequency Percent

Valid laki-laki 11 30.6

Perempuan 25 69.4

Total 36 100.0

39

Page 40: skripsi lengkap

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa perempuan lebih dominan mengalami

stomatitis yaitu sebesar 69,4% (25 siswa) dan laki-laki yang mengalami

stomatitis sebesar 30,6% (11 siswa).

Tabel 4.3 Distribusi responden stomatitis berdasarkan penyebab terjadinya stomatitis di SMU Samudera Nusantara Makassar

40

Page 41: skripsi lengkap

Frequency Percent

Valid Trauma 11 30.6

Hormon 6 16.7

Alergi 3 8.3

defisiensi

nutrisi4 11.1

Psikologi 2 5.6

kebiasaan

buruk4 11.1

faktor lain 6 16.7

Total 36 100.0

Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan beberapa penyebab dari terjadinya

stomatitis. Penyebab yang paling dominan dari sampel yaitu faktor trauma

sebesar 30,6% kemudian faktor hormon pada wanita sebesar 16,7%.

BAB V

PEMBAHASAN

41

Page 42: skripsi lengkap

Pada penelitian yang dilakukan di SMU Samudera Nusantara

didapatkan 36 siswa yang mengalami stomatitis dari 165 siswa (21,8%) yang

diperiksa sedangkan yang tidak mengalami stomatitis sebanyak 129 siswa

(78,2%). Hal tersebut menunjukkan prevalensi stomatitis pada daerah

penelitian cukup rendah yakni sebesar 21,8% jika dibandingkan pada

penelitian yang dilakukan di Amerika Utara, penyakit ini nampak lebih banyak

di daerah tersebut khususnya pada kelompok sosial ekonomi rendah, insiden

ini nampak hingga mendekati 40%.7

Hal ini diakibatkan karena pada usia remaja merupakan masa-masa

puberitas bagi anak remaja. Setiap individu remaja cenderung mengalami

banyak kekecewaan yang dapat mengakibatkan terjadinya kekacauan

psikologis. Kekacauan psikologis diketahui mempunyai hubungan tidak

langsung terhadap terjadinya perubahan hormon dan juga memiliki hubungan

yang erat dengan sistem imunologik.

Adanya kejadian stomatitis disebabkan karena rendahnya status

ekonomi dan rendahnya status pendidikan menyebabkan orangtua kurang

menyadari pentingnya menjaga kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.

Terlebih pada siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah yang tergolong

sebagai sekolah kumuh dengan mayoritas orangtua siswa berprofesi sebagai

pemulung serta keadaan lingkungan disekitar sekolah yang cukup

memprihatinkan yang jauh dari prilaku hidup bersih dan sehat sehingga

diduga memiliki pola makan yang tidak sehat menyebabkan defisiensi nutrisi

42

Page 43: skripsi lengkap

sehingga semakin memicu untuk terjadinya stomatitis pada lokasi penelitian

ini.

Berdasarkan jenis kelamin prevalensi tertinggi adalah pada perempuan

yaitu sebesar 69,4% dibandingkan laki-laki yang mendapatkan persentase

sebesar 30,6%. Salah satu faktor yang memicu karena pengaruh hormon pada

perempuan. Salah satu faktor presdiposisi dari stomatitis adalah hormon.

Hormon pada kombinasi oral dapat memberikan juga dampak, khususnya

hormon estrogen dan progesterone. Pada masa pra menstruasi akan terjadi

penurunan hormon tersebut yang mengakibatkan terjadi penurunan aliran darah

sehingga suplai darah utamanya daerah perifer menurun sehingga terjadinya

gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses

keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan

lunak mulut sehingga rentan terhadap iritasi lokal dan mudah terjadi

stomatitis.22

Pada kelompok sampel yang mengalami stomatitis dilakukan penelitian

lebih lanjut berupa anamnesis untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan stomatitis yang dialaminya. Dari data hasil penelitian yang didapatkan

menunjukkan bahwa faktor trauma merupakan faktor yang paling dominan

yaitu sebesar 30,6% atau sebanyak 11 siswa. Faktor trauma yang dimaksud

diantaranya karena adanya gesekan benda tajam dan runcing seperti kawat gigi,

akibat menyikat gigi yang terlalu keras, dan bisa juga disebabkan karena

makanan yang runcing yang melukai mukosa mulut.

43

Page 44: skripsi lengkap

Faktor hormon juga merupakan penyebab paling banyak sehingga

stomatitis lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Terlebih

pada masa remaja yaitu masa pubertas, perubahan hormon yang belum stabil

membuat gejolak dalam tubuh remaja yang menyebabkan perubahan mental

yang berdampak pada prilaku remaja.

Sedangkan penyebab defisiensi nutrisi terdapat pada empat siswa di

penelitian ini atau sebesar 11,1%. Hal ini disebabkan karena rendahnya status

ekonomi masyarakat sehingga tidak tercukupinya kebutuhan gizi yang

dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai pada penelitian yang

dilakukan di Jepang bahwa ditemukan adanya hubungan stomatitis dengan

menurunnya intake makanan yang mengandung zat besi dan vitamin B1.

Mengingat bahwa defisiensi vitamin dapat menyebabkan menurunnya kualitas

mukosa sehingga bakteri mudah melekat pada mukosa dan menurunnya

sintesis protein sehingga menghambat metabolisme sel.4

Faktor psikologi juga merupakan faktor pemicu terjadinya stomatitis

terutama pada masa remaja yang memiliki tingkat stress yang cukup tinggi,

sangat labil dan mudah terpancing emosi. Kejadian stress yang terjadi pada

siswa dapat memberikan respon terhadap tubuh baik itu respon fisiologis,

respon psikologis, respon hormonal maupun respon hemostatik dimana

metabolisme terganggu sehingga rentan terhadap rangsangan.23

Berdasarkan sebuah referensi dijelaskan bahwa telah dilakukan

penelitian mengenai hubungan stomatitis dengan stress yaitu ditemukannya

insiden terjadinya stomatitis yang tinggi pada kelompok siswa dan mahasiswa

44

Page 45: skripsi lengkap

dimana semakin meningkatnya insiden stomatitis pada populasi siswa dan

mahasiwa pada saat menjelang ujian akhir.2

Sedangkan penyebab faktor psikologi pada penelitian ini hanya sebesar

5,6% atau hanya terdapat pada 2 siswa. Hal ini dikarenakan karena mayoritas

sampel memiliki tingkat ekonomi kebawah sehingga menjalani kehidupan

sehari-harinya dengan sangat sederhana, santai, hanya menjalani kehidupan

apa adanya, tidak terlalu memikirkan kehidupan duniawi sehingga diduga

memiliki tingkat stress yang cukup rendah. Faktor kebiasaan buruk pada

penelitian ini berupa kebiasaan menggigit bibir yakni sebesar 11,1% dan

terdapat pada 4 orang siswa.

BAB VI

PENUTUP

45

Page 46: skripsi lengkap

6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMU Samudera

Nusantara Makassar pada tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi

stomatitis pada masa pubertas cukup rendah yaitu sebesar 21,8% dimana

tingkat kejadian stomatitis pada siswa perempuan jauh lebih tinggi jika

dibandingkan dengan siswa laki-laki. Jika dilihat dari faktor penyebabnya,

trauma merupakan faktor penyebab yang paling dominan selanjutnya hormon

pada perempuan juga memiliki persentase yang cukup tinggi sebagai faktor

penyebab stomatitis.

6.2 SARAN

Saran yang ingin disampaikan penulis dari penyusunan skripsi ini

adalah:

1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi

dan penyebab dari stomatitis pada usia pubertas ditempat yang berbeda

sehingga dapat menjadi referensi tambahan tentang prevalensi

stomatitis pada usia pubertas bagi penelitian selanjutnya.

2. Perlu ditingkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat terutama

mengenai kesehatan gigi dan mulut karena pengetahuan akan kesehatan

gigi dan mulut masih sangat rendah terutama pada masyarakat dengan

status ekonomi rendah.

46

Page 47: skripsi lengkap

DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and

Treatment. London: Elsevier Limited; 2004. p.194-00

2. Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku pintar patologi untuk kedokteran

gigi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran; 2002. p.81

47

Page 48: skripsi lengkap

3. Sariawan. Available from :

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1811761-sariawan-kecil-tapi-

menyengsarakan/. Akses 21 Desember 2010

4. Katherinearta. Stomatitis Apthosa Rekuren. Available from:

http://one.indoskripsi.com/click/9141/. Akses 02 Januari 2011

5. Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Widya

Medika; 1998. p.48-9

6. Apriasari ML, Tuti H. Stomatitis aftosa rekuren oleh karena anemia.

Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2010; 9(1) : 44-5

7. Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and maxillofacial

pathology. 2nd ed. Mosby: St Louis; 2004. p.184

8. Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral medicine diagnosis and treatment.

10th ed. Philedelpia: BC Decker Inc; 2003. p.63-4

9. Langlais RP, Miller CS. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang

lazim. Alih bahasa: Susetyo B. Editor: Juwono L. Jakarta: Hipokrates;

1994. p.94-8

10. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial

pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1991. p.287-8

11. Eversole LR. Clinical outline of oral pathology: diagnosis and treatment.

3rd ed. Hamilton Ontario: BC Decker Inc; 2002. p.64-66

12. Jenis-jenis sariawan. Available from: http://www.mail-archive.com/milis-

[email protected]/msg03970.html. Akses 11 Desember

2010

13. Canker sores (Recurrent Minor Aphthous Ulcers): What Causes These

Mouth Ulcers Risk Factors. 2006 : [internet]. Available from:

48

Page 49: skripsi lengkap

http://www.animated-teeth.com/canker-sores/t1-canker-sores.html.

Accessed Desember 6, 2010

14. Penyebab sariawan. Available from :

http://www.bmf.litbang.depkes.go.id/index.php?

option=content&task=view&id=130&Itemid=53. Akses 20 Desember

2010

15. Cawson RA, Odell EW, Porter S . Cawson’s essentials of oral pathology

and oral medicine. 7th ed. New York: Churchill living stone; 2005. p.192-3

16. Penyebab trauma di rongga mulut. Available from:

http://www.ayahbunda.com. Akses 20 Desember 2010

17. Marwati E, Chahya R. Penatalaksanaan penderita stomatitis aftosa

rekuren. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2004; 19(55) : 29

18. Juniastuti M, Ekaputri S. Perbandingan efek anti inflamasi substrat lidah

buaya 10% dengan substrat lidah buaya 25% selama 1 hari. Indonesian

Journal of Dentistry 2005; 12(3) : 187

19. BKKBN. Pendalaman materi membantu remaja memahami dirinya.

Jakarta: Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi; 2008.

p.1-7

20. BKKBN. Remaja hari ini adalah pemimpin masa depan. Jakarta:

Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi; 2004. P.14-9

21. Stomatitis. Available from:

http://www.ahealthyme.com/topic/topic100587510. Akses 10 Januari 2010

22. Bhaskar SN. Sypnosis of oral pathology. 7th ed. Toronto-London: The C.V.

Mosby Company ST.Louis; 1999.

23. Pitojo S. Keterlibatan infeksi bakteriologik pada stomatitis apthosa dan

peranan antimikroba pada pengobatannya. Medan: FKG-USU; 1991.

49

Page 50: skripsi lengkap

50