skripsi - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/76519/2/kkc kk fkp.n.189-18 har p...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN PENGOBATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLAMPIS BANGKALAN
PENELITIAN QUASY-EKSPERIMENTAL
Oleh:
USWATUN HASANAH
NIM. 131311133100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
SKRIPSI
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN PENGOBATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLAMPIS BANGKALAN
PENELITIAN QUASY-EKSPERIMENTAL
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
dalam Program Studi Pendidikan Ners
pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR
Oleh:
USWATUN HASANAH
NIM. 131311133100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
iii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
iv
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
v
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
vi
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
vii
MOTTO
“DEKATILAH DAN KENALILAH ALLAH, SENANTIASA ALLAH AKAN
SELALU BERSAMAMU. BISMILLAHIRROHMANIRRAHIM”
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah
dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PEER GROUP SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
PENGOBATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS
KLAMPIS BANGKALAN” ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya sampaikan
terimakasih banyak kepada dosen pembimbing saya yaitu Bapak Dr.Makhfudli,
S.Kep., Ns., M.ked Trop. dan ibu Lailatun Ni’mah, S.Kep. Ns., M.Kep. atas
kesempatan waktu yang diluangkan untuk membimbing, memotivasi dan
memberi saran yang sangat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep)
pada Program studi Pendidikan Ners (PSPN) Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan pada baginda
Rasulullah SAW dengan suri tauladannya saya mampu memotivasi diri untuk
tetap bersemangat dan giat dalam mencari ilmu.
Tidak ada balasan yang bisa saya berikan kecuali doa terbaik dan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Nursalam M. Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang memberikan kesempatan
dan kemudahan bagi saya untuk menimba ilmu dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Pendidikan Ners (PSPN).
2. Bapak Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah membantu kelancaran
pengerjaan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Nursalam M. Nurs (Hons) . selaku dosen wali yang tiada lelah
menyemangati dan memberi saran dan solusi atas setiap kesulitan yang saya
hadapi.
4. Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes. selaku penguji proposal dan skripsi yang
dengan sabar memberikan bimbingan serta saran dalam perbaikan penyusunan
skripsi.
5. Bapak Andri Setiya Wahyudi S.Kep.,Ns., M. Kep. selaku penguji proposal
penelitian atas kesabaran dalam memberikan bimbingan serta saran dalam
perbaikan penyusunan skripsi.
6. Puskesmas Klampis bangkalan yang telah memberikan ijin dalam pengambilan
data awal dan ijin melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Klampis.
7. Ibu Emi Purnama S.Kep., Ns., M.Kep. selaku koordinator pelayanan
keperawatan P2 TB di Puskesmas Klampis yang telah membantu dalam
pengambilan data dan memberikan informasi data serta menemani dalam
kunjungan rumah ke beberapa rumah responden penelitian.
8. Kedua orang tua saya dan kakak saya yang tiada henti memeotivasi saya
untuk segera menyelesaikan skripsi serta bantuan dana sehingga pengerjaan
skripsi ini berjalan dengan lancar.
9. Adik sepupu saya Ana Ghurrotul Munawarah yang selalu setia menemani
saya ketika melakukan penelitian dan membantu dalam prosesi penelitian saya.
10. Teman-teman satu program studi : spesial untuk Eva, desi, lia,raoef, Frida,
eva yang banyak membantu dalam setiap kesulitan yang saya hadapi.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
ix
11. Teman satu bimbingan yaitu Nia yang selalu ada dan membantu ketika saya
merasa kebingungan dalam menyelesaikan proposal hingga skripsi.
12. Mas agung yang berkenan dan ikhlas meluangkan waktu mengajari saya
statistika dan cara mengoperasikan apliaksi SPSS
13. Rekan-rekan mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Airlangga,
khususnya angkatan 2013, terimakasih atas dukungan dan bantuan
14. Staf Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yaitu Pak Hendi, Bu Nur,
Pak Udin, dan Bu Anik yang telah banyak membantu memfasilitasi
terselesaikannya skripsi ini.
Saya menyadari bahwa dalam skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, kriik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang banyak.
Aamiin
Surabaya, 25 Juli 2017
Penulis
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
x
ABSTRACT
THE EFFECT OFF PEER GROUP SUPPORT ON THE LEVEL OF
TREATMENT TO LUNG TUBERKULOSIS KLIEN PUSKESMAS
KLAMPIS BANGKALAN WORK AREA
QUASY EXPERIMENT
BY: USWATUN HASANAH
Introduction: Lung tuberculosis is the most concern disease in the world now. In
2014, about 1,2 million people died by tuberculosis. Klampis district on January
until March 2017 had 41 klien of lung tuberculosis, and I person has recurrence.
The data presents that some of klien had disobedient in treatment. The purpose of
this study was to increase the obedience of lung tuberculosis treatment in Klampis
district Bangkalan.
Method: Design for this study was Quasy Experiment with pre test and post test
group. The sample of this study was 36 people with purposive sampling techncs.
The independent variable of this study was peer group support, and the dependent
variable of this study was the obedience of lung tuberculosis treatment. The data
in this study collection analyzed with chi square statistical test and Mc Nemas
test.
Resulth: The result of this study with chi square statistical showed that the
obedient of lung tuberculosis treatmen t had significant association (p=0,005) and
the result of Mc Nemar test showed that the obedience of taking tb drug no mush
significant change to the order obedience variable (p=0,004)
Discusion: The result make a proof that peer group support effect to the
obedience of taking tuberculosis drug and there is no significant result to other
obedience variables. It can be conclude that peer group support can be used as an
optional intervention to increase the obedience of lung tuberculosis treatment in
klien.
Key word: peer group support, the obedience of treatment, lung tuberculosis
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xi
DAFTAR ISI
Halaman judul ....................................................................................................... i
Halaman persyaratan gelar .................................................................................. .ii
Surat Pernyataan.................................................................................................. iii
Lembar pernyataan persetujuan publikasi ........................................................... iv
Halaman Pengesahan ........................................................................................... v
Halaman Penetapan Panitia Penguji ................................................................... vi
Motto .................................................................................................................. vii
Ucapan Terimakasih.......................................................................................... viii
Abstract ................................................................................................................ x
Daftar isi .............................................................................................................. xi
Daftar tabel ........................................................................................................ xiv
Daftar gambar………………………………………………………………….xv
Daftar lampiran……………………………………………………………..... xvi
Daftar lambang, singkatan dan istilah………………………………………...xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum ....................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
1.4.1 Manfaat teoritis .................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat praktis ..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar TB Paru .................................................................................. 7
2.1.1 Definisi ................................................................................................. 7
2.1.3 Etiologi ................................................................................................. 7
2.1.4 Gejala .................................................................................................... 8
2.1.5 Klasifikasi dan tipe penyakit ................................................................. 9
2.1.6 Faktor resiko ....................................................................................... 11
2.1.7 Epidemologi dan prevalensi ................................................................ 12
2.1.8 Kasus TB paru di Indonesia ................................................................ 12
2.1.9 Diagnosis TB paru .............................................................................. 13
2.1.10 Cara Penularan TB Paru .................................................................... 14
2.1.11 Pengobatan TB paru .......................................................................... 16
2.1.12 Efek samping Pengobatan ................................................................. 20
2.1.13 Upaya pencegahan ............................................................................ 20
2. 1.14 Komplikasi ...................................................................................... 22
2.2 Konsep Kepatuhan ...................................................................................... 22
2.2.1 Pengertian kepatuhan .......................................................................... 22
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ............................................... 24
2.2.3 Upaya untuk meningkatkan kepatuhan ............................................... 26
2.3 Konsep Peer Group Support (Dukungan Kelompok Sebaya) ..................... 26
2.3.1 Definisi kelompok ............................................................................... 26
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xii
2.3.2 Ciri kelompok ..................................................................................... 27
2.3.3 Jenis kelompok .................................................................................... 28
2.3.4 Jenis dukungan sosial .......................................................................... 29
2.3.5 Dukungan kelompok sebaya (Peer group support) ............................ 30
2.3.6 Latar belakang terbentuknya peer group support ............................... 30
2.3.7 Fungsi peer group support .................................................................. 31
2.3.8 Ciri-ciri peer group support ................................................................ 32
2.3.9 Jenis peer group support ..................................................................... 32
2.3.10 Kegiatan peer group support ............................................................ 33
2.3.11 Manfaat peer group support ............................................................. 34
2.4 Konsep perilaku ........................................................................................... 36
2.4.1 Pengertian perilaku.............................................................................. 36
2.4.2 Faktor terbentuknya perilaku .............................................................. 36
2.4.3 Teori Precede-Proceed ........................................................................ 37
2.5 Theoritical Mapping .................................................................................... 41
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................... 44
3.2 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 45
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 46
4.2 Populasi Sampel dan Teknik Sampling ....................................................... 47
4.2.1 Populasi ............................................................................................... 47
4.2.2 Sampel ................................................................................................. 47
4.2.3 Sampling ................................................................................................
...................................................................................................................... 48
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Varibel ................................. 48
4.3.1 Variabel Independen ........................................................................... 48
4.3.2 Variabel Dependen .............................................................................. 48
4.3.3 Definisi Operasional........................................................................... 49
4.4 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 50
4.5 Instrumen Peneltian ...................................................................................... 50
4.6 Lokasi dan waktu Peneltian ......................................................................... 51
4.7 Prosedur Pengambian atau pengumpulan data ............................................. 51
4.8 Cara analisi data ........................................................................................... 53
4.9 Kerangka operasional kerja .......................................................................... 55
4.10 Masalah Etik............................................................................................... 56
4.10 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 58
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
5.1 Hasil penelitian............................................................................................. 60
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian...................................................... 60
5.1.2 Data umum respoden.......................................................................... 61
5.1.3 Data khusus ......................................................................................... 63
5.2 Pembahasan .................................................................................................. 66
5.2.1 Tingkat Kepatuhan Pengobatan Klien Tuberkulosis paru .................. 66
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xiii
5.2.2 Pengaruh Peer group support terhadap tingkat kepatuhan pengobatan
(cara, waktu, dosis, pengambilan obat) pada klien tuberculosis paru..68
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ...................................................................................................... 71
6.2 Saran ............................................................................................................. 71
Daftar pustaka .................................................................................................... 73
Lampiran ............................................................................................................ 75
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dosis paduan OAT-KDT Kategori 1:2………………………………..18
Tabel 2.2 Dosis paduan OAT-KDT kategori 2:2……………………………….. 18
Tabel 2.3 Dosis paduan OAT-KDT kategori 1:2…………………………...…....19
Tabel 2.4 Dosis paduan OAT-KDT kategori 2:2…………………...…………....29
Tabel 2.5 Efek samping ringan dari OAT.............................................................20
Tabel 2.6 Efek samping Berat dari OAT…………………………………….......20
Tabel 2.7 Theoritical mapping……………………..…………………………….41
Tabel 4.1 Definisi Operasional peer group support terhadap tingkat kepatuhan
pengobatan klien tuberculosis paru d iwilayah kerja puskesmas klampis
Bangkalan pada bulan juni – juli 2017………………………………..49
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi klien tuberculosis paru di
puskesmas klampis bangkalan……………………...............................62
Tabel 5.2Analisis satistik chi square pre test kontrol dan pre test perlakuan di
wiliyahah kerja puskesmas Klampis Bangkalan pada bulan Juni – Juli
2017…………………………………………………………………. 63
Tabel 5.3 Analisis statistic chi square post test kontrol dan post test perlakuan di
wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan pada bulan Juni – Juli
2017……………………………………………………………….......64
Tabel 5.4 Analisis statistik Mc Nemar pada kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan di wilayah Kerja Puskesmas Klampis
Bangkalan pada bulan Juni – Juli 2017…………………………….....65
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur diagnosis Tuberkulosis………………………………………..14
Gambar 2.2 Precede- Proceed model……………………………………………38
Gambar 2.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Green Lawrence.
& Kreuter MW. 1991)……………………………………………….40
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual……………………………………………….44
Gambar 4.1 Rancangan penelitian ………………………………………………46
Gambar4.2 Kerangka Operasional penelitian pengaruh peer group support
terhadap tingkat kepatuhan pengobatan klien tuberculosis paru di
wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan pada bulan Juni – Juli
2017…………………………………...……………………………55
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin survey penelitian dari fakultas…………………………....77
Lampiran 2 Surat ijin survey dari Badan Kesatuan Bangsa dan politik……........78
Lampiran 3 Surat ijin survey penelitian dari Dinkes…………………………….79
Lampiran 4 Surat ijin penelitian dari fakultas……………………………………80
Lampiran 5 Surat Ijin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik……...81
Lampiran 6 Surat Balasan dari Puskesmas Klampis……………………………..82
Lampiran 7 Surat kelulusan etik…………………………………………………83
Lampiran 8 Lembar penjelasan penelitian……………………………………….84
Lampiran 9 Informed consent……………………………………………………87
Lampiran 10 Kuesioner penelitian……………………………………………….88
Lampiran 11 Panduan dan peraturan peer group support………………………..93
Lampiran 12 Satuan acara kegiatan……………………………………………...94
Lampiran 13 Hasil uji statistik…………………………………………………...99
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
ARTI : Animal Risk of Tuberkulosis Infection
BTA : Bakteri Tahan Asam
Depkes : Departemen Kesehatan
HIV-AIDS : Human Immunodeficiency Virus
Infeksi : Kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing tegrhadap
organisme inang dan dapat mebahayakan inang
KDT : Kombinasi obat tetap
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
MDR TB : Multi drug resistan tuberculosis
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
PMO : Pengawas Menelan Obat
SPS : Sewaktu Pagi Sewaktu
Suspek TB : Seseorang dengan tanda gejala tuberkulosis
TB : Tuberkulosis
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
+ : Positif
- : Negatif
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
xviii
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui
percikan dahak (dorplet) dari penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan.
Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, namun dapat
juga menyerang organ lain seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar limfe,
tulang, sendi, usus, sistem urogenital, dan lain-lain (Kemenkes RI 2013).
Tuberkulois paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global saat ini.
Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun jumlah penderita dan jumlah kematian masih
banyak diperkirakan 1,2 juta pada tahun 2014 meninggal dunia akibat
tuberkulosis (WHO 2015). Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh
ketidakpatuhan pengobatan yang dapat menyebabkan kuman tuberkulosis menjadi
kebal terhadap obat anti tuberkulosis (OAT).
Kepatuhan klien tuberkulosis dalam menjalani pengobatan merupakan hal
utama dalam keberhasilan pengobatan. Kepatuhan dalam meminum obat pada
penderita tuberkulosis paru dapat meningkatkan hasil yang baik dalam proses
pengobatan, selain itu juga dapat mencegah terjadinya resisten obat (Nugroho
2013). Kendala kegagalan pengobatan yang dialami saat ini yaitu kebosanan
minum obat yang terlalu lama dan jumlah obat yang efektif cukup banyak, merasa
sudah sehat dan adanya efek samping obat sehingga penderita menghentikan
pengobatannya (Depkes 2008).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
2
Kasus tuberkulosis terbaru pada tahun 2015 diperkirakan 10,4 juta kasus
baru. Kemajuan global tergantung dari kemajuan dalam pencegahan dan
pengobatan dari tuberkulosis (WHO 2016). Indonesia menduduki peringkat kedua
dunia pada tahun 2014, dengan jumlah tuberkulosis terbanyak setelah india
(WHO 2015). Tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak
330.910 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang
ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus, dengan angka
keberhasilan pengobatan sebesar 85% (data per juni 2016) dan terjadi penurunan
dibandingkan 7 tahun sebelumnya, tingkat keberhasilan pengobatan klien
tuberkulosis paru sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pengobatan yang dilakukan.
Kasus tuberkulosis di Indonesia setiap tahun masih tetap tinggi karena tingkat
kepatuhan pengobatan klien yang cenderung rendah. Hal tersebut dapat
mengakibatkan waktu pengobatan semakin lama dan mengakibatkan resistensi
terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Di tingkat Nasional, Provinsi Jawa timur merupakan salah satu daerah
penyumbang kasus tuberculosis terbesar. Provinsi Jawa timur menempati
peringkat kedua terbanyak kasus tuberkulosis setelah propinsi Jawa Barat. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2016), melaporkan adanya kasus tuberkulosis
seluruh kasus sepanjang tahun 2015 mencapai 44.077 orang dimana 2.173
penderita diantaranya adalah anak-anak (0-14 tahun).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan di tahun 2015 jumlah
seluruh penderita tuberkulosis sebanyak 900 penderita, ditahun 2016 terjadi
peningkatan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 1.248 penderita dengan
penemuan kasus baru (Bakteri Tahan Asam ) BTA (+) sebanyak 615 penderita ,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
3
kasus tuberkulosis anak 0-14 tahun sebanyak 53 penderita yang tersebar di 9
puskesmas dan paling banyak terdapat di Puskesmas Galis sebanyak 6 orang dan
di Klampis sebanyak 3 orang.
Dari 12 Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Bangkalan Kecamatan
Klampis ada di urutan ke 4 kasus tuberkulosis terbanyak. Hasil wawancara yang
dilakukan pada bulan april 2017 di Puskesmas Klampis didapatkan jumlah
penderita tuberkulosis paru pada tahun 2016 sebanyak 151 orang dan jumlah
kekambuhan sebanyak 4 orang. Di tahun 2017 dari bulan Januari hingga Maret
ditemukan ada 41 penderita TB paru, dan 1 orang mengalami kekambuhan. Staf
dari Puskesmas Klampis menyatakan bahwa sebagian besar klien tuberkulosis
paru kurang tanggap dan perhatian terhadap penyakit yang dideritanya serta
dukungan dari keluarga serta kerabat kurang baik. Salah satu faktor yang
mengakibatkan pengobatan pasien menjadi lama yaitu disebabkan oleh
ketidakpatuhan dalam berobat. Pasien yang berobat ke Puskesmas Klampis
terdapat pasien yang kurang patuh dalam berobat meskipun dari pihak puskesmas
telah melakukan penyuluhan secara perorangan maupun kelompok.
Kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan perlu mendapatkan
dukungan baik dari kelurga atau teman sesama penderita, yang setiap saat dapat
saling mengingatkan untuk minum obat (Hiswani 2004). Dukungan sosial dari
keluarga dan teman-teman kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan (Friedman 2010). Ketika
mendapatkan dukungan sesorang akan merasa dicintai, dihargai, dan diakui serta
membuat dirinya lebih berarti (Smeltzer dan Bare 2002).
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
4
Bentuk dukungan yang dapat diberikan kepada klien penderita
tuberkulosis paru adalah dalam bentuk peer group support yang dapat berupa
dukungan positif pada setiap kegiatan yang dilakukan. Al-Mighwar (2006)
berpendapat bahwa pengaruh teman sebaya terhadap sikap, minat dan tingkah
laku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Milgram (dalam Wade dan Tavris
2007) menjelaskan bahwa, ketika subjek bekerja dengan teman-teman dekatnya
atau berada dalam lingkungan yang sama dengan peer group, maka subjek akan
melakukan apa yang dilakukan pula oleh teman-temannya, baik itu sikap patuh
maupun tidak. Peer group support telah dilakukan pada penelitian sebelumnya
dan berdampak positif terhadap kemajuan kesehatan klien. Peer group support
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan minum obat pada klien TB paru (Alfid
2016).
Berdasarkan teori Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu faktor pendukung (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling
factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors) (Notoadmojdo 2012). Pada
faktor pendorong melibatkan teman sebaya atau peer group support pada sesama
penderita tuberkulosis paru. Peer group support sangat menunjang terhadap
keberhasilan pengobatan klien tuberculosis paru dengan memberikan dukungan
emosional seperti saling mengingatkan untuk selalu rutin minum obat. Dengan ini
peer group support dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan klien tuberkulosis
paru serta menurunkan angka kekambuhan dan terjadinya resisten obat
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peer group support dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan pada
klien TB Paru di wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan ?
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis pengaruh peer group support terhadap tingkat kepatuhan
pengobatan klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas Klampis
Bangkalan
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan tingkat kepatuhan pengobatan klien Tuberculosis paru di
wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan
2. Menjelaskan pengaruh peer group support terhadap tingkat kepatuhan
pengobatan klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas
Klampis Bangkalan
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat menambah dan memperdalam wawasan mengenai tuberkulosis paru
serta dapat menambah khazanah keilmuan bidang keperawatan komunitas
terkait keterlibatan teman sebaya terhadap peningkatan kepatuhan
pengobatan pasien tuberkulosis paru.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Klien
Dapat meningkatkan perilaku dalam memberikan dukungan pada klien sesame
tuberkulosis paru
2. Wilayah kerja puskesmas Klampis
Sebagai upaya meningkatkan peran klien sebagai sesama penderita dalam
mengawasi kepatuhan minum obat tuberkulosis paru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
6
3. Perawat
Bagi perawat dalam menambah alternatif tindakan untuk meningkatkan peran
serta sesama penderita dalam mengawasi kepatuhan pengobatan pasien TB
paru.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar TB Paru
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan dari pasien TB BTA
(bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB
dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan penyakit TB meskipun
dengan tingkat penularan yang kecil (Kemenkes RI 2015).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya, namun yang paling sering terkena adalah organ paru (90%)
(Suarni 2009). Bila menyerang organ lain selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak,
tulang, usus ginjal) disebut ektra paru (Depkes 2002). Penyakit tuberkulosis ini
merupakan penyakit menahun bahkan bisa seumur hidup (Wibisono dkk 2010).
Mycobacterieum tuberkulosis jika menyerang orang yang sehat seringkali tidak
menunjukkan gejala, dikarenakan sistem imun atau sistem tubuh manusia bereaksi
sebagai perisai dari bakteri TB (WHO 2010).
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberkulosis. Kuman
Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk batang aerobic tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet
(Stanhope 2010). Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1 sampai 4 mm dengan tebal 0,3 sampai 0,6 mm.
Sebagian besar komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid
7
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
8
sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat
kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, Mycobacterium tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis (Somantri
2007).
2.1.3 Gejala
Beberapa gejala TB paru hampir sama dengan penyakit paru lainnya
seperti bronkiestasis, bronkhitis kronik, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia masih sangat tinggi, maka setiap klien
yang berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala yang sama
pada penyakit paru di atas, maka dianggap sebagai suspek TB paru klien dengan
suspek TB paru selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopik
secara langsung. Pemeriksaan dahak ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. (Depkes RI
2014) menyatakan bahwa gejala TB paru meliputi:
1. Gejala utama
Terdapat tanda dan gejala utama berupa batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Gejala ini timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan oleh klien. Gejala tersebut awalnya bersifat non produktif kemudian
menjadi berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2. Gejala tambahan
1) Batuk berdahak (hemoptisis)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
9
Gejala ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah sehingga darah dikeluarkan
bersama dengan dahak. Kondisi ini bisa bervariasi, mungkin tampak berupa
bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Berat ringan tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
2) Sesak napas disertai dengan nyeri dada
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
beberapa hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan
lain-lain. Nyeri dada seperti nyeri pleuritik ringan juga dapat dirasakan klien TB
paru apabila sistem persarafan di pleura terkena.
3) Gejala sistemik lain
Munculnya gejala sistemik lain seperti demam lebih dari satu bulan, keringat
dingin pada malam hari tanpa aktivitas, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Hal ini juga terkadang menunjukkan beberapa gejala yang menyerupai
gejala pneumonia (Kemenkes RI 2011).
2.1.4 Klasifikasi dan Tipe Penyakit
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu
definisi kasus yang meliputi 4 hal yaitu
1. Lokasi dan organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru
2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopi): BTA positif atau
BTA negatif
3. Riwayat pengobatan sebelumnya: pasien baru atau sudah pernah diobati
4. Status HIV pasien
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
10
Penentuan klasifikasi penyakit (Kemenkes RI 2011), akan dijabarkan sebagai
berikut:
1) Klasifikasi penyakit
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam:
(1) Tuberkulosis paru BTA positif
1. Sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2. Satu spesimen dahak SPS dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biaakan kuman TB
positif
4. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian anitibiotik non OAT.
(2) Tuberculosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
2. Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis
3. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi
pasien dengan HIV negatif
4. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
2) Tipe penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada
beberapa tipe penderita yaitu:
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
11
(1) Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan
BTA dapat positif atau negatif.
(2) Kasus pengobatan ulang
1. Kambuh
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, diagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
2. Loss of follow up
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif
3. Kasus setelah gagal
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan
(3) Pindahan
Adalah pasien yang dipindahkan ke register lain untuk melanjutkan
pengobatannya (Kemenkes RI 2011)
2.1.5 Faktor Resiko
Hiswani dalam Sahat (2010) mengungkapkan bahwa keterpaparan
penyakit TB pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Faktor sosial ekonomi. Terkait dengan keadaan rumah, kepadatan hunian,
lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat
memudahkan penularan kuman TB. Pendapatan keluarga yang kecil juga
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
12
terkait dengan penularan TB karena tidak mampu memenuhi syarat-syarat
kesehatan.
2. Status gizi. Keadaan malnutrisi mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru.
3. Umur. Penyakit TB paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun.
4. Jenis kelamin. Pasien TB cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Prevalensi TB pada laki-laki tinggi disebabkan kebiasaan
merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem
pertahanan tubuh sehingga mudah terpapar dengan agent penyebab TB paru.
2.1.6 Epidemologi dan Prevalensi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global.
Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkiran masih menyerang 9,6
juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. (WHO 2015)
Angka prevalensi TB pada tahun 2014 menjadi sebesar 647/100.000
penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun sebelumnya, angka
insidensi tahun 2014 sebesar 399/100.000 penduduk dari sebelumnya sebesar
183/100.000 penduduk pada tahun 2013, demikian juga dengan angka mortalitas
pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk, dari 25/10.000 penduduk pada
tahun 2013 (WHO 2015).
2.1.7 Kasus TB Paru di Indonesia
Tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910
kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
13
pada tahun 2014 yang sebesar 34.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang
dilaporkan terdapat di propinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga propinsi tersebut
sebesar 38% dari jumlah seuruh kasus baru di Indonesia (Kemenkes RI 2015)
Jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan yanitu 1,5
kali dibandingkan pada perempuan. Masing-masing propinsi di seluruh Indonesia
kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan (Kemenkes RI
2015).
Kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak ditemukan pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok umur 45-54
tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 17,18%
(Kemenkes RI 2015).
2.1.8 Diagnosis TB paru
Diagnosis Tuberkulosis paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
pemeriksaan bakteriologis dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Semua
suspek Tuberkulosis diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari dengan SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu). Apabila pemeriksaan bakteriologis hasilnya negatif,
maka penegakkan diagnosis TB dapat dilakukan secara klisis menggunakan
pemeriksaan foto toraks. Hasil pemeriksaan positif apabila sedikitnya dua hari
dari 3 spesimen SPS hasil BTA positif. Bila hanya satu spesimen perlu dilakukan
pemeriksaan foto thorak atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Tidak dibenarkan
jika hanya mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto thoraks, karena
foto thoraks tidak selalu memberikan gambaran khas klien TB paru. Hal ini sering
menyebabkan overdiagnosis ataupun underdiagnosis (Kemenkes RI 2014)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
14
Gambar 2 .1 Alur Diagnosis TB paru pada orang Dewasa (Kemenkes RI 2014)
2.1.9 Cara Penularan
Cara penularan TB paru melalui percikan dahak (droplet). Sumber
penularan adalah penderita TB paru BTA positif, pada saat penderita TB paru
batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB paru dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
Suspek TB
Pemeriksaan dahak sewaktu pagi sewaktu (SPS)
Tidak
Hasil BTA Suspek TB Suspek TB
Beri antibiotik non OAT
Foto rontgen dada dan
pertimbangan dokter Membaik
Penderita TB BTA (+) Hasil BTA
+ + +
+ + -
+ - -
Periksa dahak
SPS diulang
Hasil Mendukung Hasil BTA
- - -
--- Hasil tidak mendukung
Foto rontgen dada Hasil mendukung
Hasil tidak mendukung
Penyakit lain bukan
TB
Penderita TB BTA (-)
Rontgen (+)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
15
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman,
percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab. Orang dapat terinfeksi, jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TB paru masuk kedalam tubuh melalui pernafasan,
kuman TB paru tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau
penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Kemenkes 2011).
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahaknya maka penderita tersebut semakin menularkan. Bila hasil
pemerikaan dahaknya negatif maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB paru ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
(Kemenkes 2011).
Resiko penularan setiap tahun Animal Risk of Tuberkulosis Infection
(ARTI) di Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Daerah dengan
ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk, 10 orang akan
terinfeksi, kemudian sebagian besar dari orang yang terinfeki tidak akan
terinfeksi, kemudian sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi
penderita TB paru, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi
penderita tuberkulosis. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diperkirakan
bahwa pada daerah dengan ARTI 1%, maka di antara 100.000 penuduk rata-rata
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
16
terjadi 100 penderita setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif
(Kemenkes 2011).
2.1.10 Pengobatan
Tujuan pengobatan antara lain menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup, mencegah kematian oleh karena TB atau
dampak buruk yang akan timbul, mencegah kekambuhan TB, menurunkan
penularan TB, serta mencegah penularan TB dan resisten obat.
Pengobatan TB adalah salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dai kuman TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi
prinsip (Kemenkes RI 2014):
1. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi,
2. Diberikan dalam dosis yang tepat,
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan,
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan pengobatan TB (Depkes RI 2008):
1. Tahap awal (intensif)
Tahap ini pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
17
2. Tahap lanjutan
Pada tahap ini, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama yaitu empat bulan. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan.
Standar yang digunakan untuk pengobatan TB aktif membutuhkan waktu
selama 6 atau 9 bulan ( Gough 2011) dengan beberapa macam farmakoterapi.
Berikut 4 obat yang umum digunakan untuk pengobatan TB:
1. Isoniazid (H). Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
2. Rifampisin (R). Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant
(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid..
3. Pirasinamid (Z). Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam.
4. Streptomisin (S). Bersifat bakterisid.
5. Etambutol (E). Bersifat sebagai bakteriostatik.
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian TB di
Indonesia adalah:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin,
Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid dan etambutol.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
18
Kemenkes RI (2014), paduan obat dan peruntukan:
1. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2.
Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas
dalam satu paket untuk satu pasien.
2. Panduan OAT-KDT lini pertama
1) Kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Paduan ini diberikan untuk pasien TB paru BTA positif, TB paru BTA
negatif foto toraks positif, dan TB ekstra paru.
Tabel 2.1 Dosis paduan OAT-KDT Kategori-1:2(HRZE)/4(HR)3
Berat Badan Tahap Intensif
Tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
2) Kategori-2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien kambuh, pasien gagal dan pasien
dengan pengobatan setelah putus berobat (default).
Tabel 2.2 Dosis paduan OAT-KDT kategori 2:2(HRZE)S(HRZE)/5(HR)3E3
Berat
Badan
Tahap Intensif
tiap hari RHZE (150/75/400/275)+S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu RH
(150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT +
500mg streptomisin
inj
2 tab 4 KDT 2 tablet 2 KDT + 2 tab
etambutol
38-54 kg 3 tablet 4 KDT +
750mg streptomisin
3 tab 4 KDT 3 tablet 2 KDT + 3 tab
etambutol
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
19
inj
55-70 kg 4 tablet 4 KDT +
1000mg streptomisin
inj
4 tab 4 KDT 4 tablet 2 KDT + 4 tab
etambutol
≥ 71 kg 5 tablet 4 KDT
+1000mg
streptomisin inj
5 tab 4 KDT (>
do maks)
5 tablet 2 KDT + 5 tab
etambutol
3. Paket kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri isoniazid, rifampisin, piraziamid dan
etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami
efek samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelum ini.
Tabel 2.3 Dosis paduan OAT kombipak kategori 1 2 (HRZE)/(HR)3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengobatan
Dosis per hari/ kali Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
Isoniazid
@300mgr
Kaplet
Rifampisin
@450mgr
Tablet
Pirazinamid
@500mgr
Tablet
Etambutol
@250mgr
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Tabel 2.4 Dosis paduan OAT kombipak kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengob
atan
Tablet
INH
@300
mgr
Kaplet R
@450mg
r
Tablet Z
@500m
gr
Tablet E S
injeksi
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
@250
mgr
@400
mgr
Intensif
(dosis harian)
2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75
gr
-
56
28
Lanjutan
(dosis 3x
seminggu)
5 bulan 2 1 - - 60
4. Paduan OAT kategori anak
Disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT).
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
20
Dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas satu paket
untuk satu pasien.
2.1.11 Efek samping pengobatan TB paru
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu
pemantauan efek samping diperlukan selama pengobatan dengan cara:
1. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat,
2. Menanyakan efek samping pada waktu pasien mengambil obat.
Tabel 2.5 Efek samping ringan dari OAT
Obat Efek Samping Penanganan
Rifampisin Tidak nafsu makan, mual, sakit
perut, warna kemerahan pada air
seni (urine)
Perlu penjelasan kepada pasien
lebih baik obat diminum
malam sebelum tidur
Pirasinamid Nyeri sendi Beri aspirin
INH Kesemutan sampai dengan rasa
terbakar di kaki
Beri vitamin B6 (piridoxin)
100mg per hari
Tabel 2.6 Efek samping berat dari OAT
Obat Efek Samping Penanganan
Streptomisin Tuli, gangguan keseimbangan Streptomisin dihentikan, ganti
etambutol
Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan etambutol
Rifampisin Purpura dan renjatan (syok) Hentikan rifampisin
Semua jenis
OAT
Gatal dan kemerahan pada kulit Diberi antihistamin
Hampir semua
OAT
Ikterus tanpa penyebab lain,
bingung dan muntah-muntah
Hentikan semua OAT sampai
ikterus menghilang dan segera
lakukan tes fungsi hati
2.1.12 Upaya pencegahan
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, kata-kata itu selalu menjadi acuan
dalam penanggulangan penyakit TB paru di masyarakat. Buku Kementrian
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
21
Kesehatan RI (2010) menjelaskan upaya pencegahan yang harus dilakukan
adalah:
1. Minum OAT secara lengkap dan teratur sampai tuntas (sembuh)
2. Klien TB paru harus menutup mulutnya pada saat bersin dan batuk karena
ribuan hingga jutaan kuman TB keluar melalui percikan dahak saat
1). Bicara : 0-200 kuman
2). Batuk : 0-3500 kuman; dan
3). Bersin : 4500-1.000.000 kuman.
3. Tidak membuang dahak disembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat
khusus dan tertutup, misalnya dengan menggunakan wadah atau kaleng
tertutup, misalnya dengan menggunakan wadah kaleng tertutup yang sudah
diberi karbol atau aseptik atau pasir. Kemudian timbunilah ke dalam tanah.
4. Menjalankan perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain
1) Menjemur peralatan tidur pada sinar matahari langsung sehingga
mematikan kuman
2) Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar aliran udara (ventilasi) dapat
mengurangi jumlah kuman TB serta sinar matahari dapat masuk karena
kuman TB dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan
lembab.
3) Menjaga nutrisi tubuh dengan makanan yang bergizi.
4) Tidak merokok dan minum beralkohol.
5) Lakukan aktfitas fisik atau olahraga secara teratur.
6) Mencuci peralatan makan dan minum dengan air bersih mengalir dan
memakai sabun hingga bersih
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
22
7) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun.Tanpa
pengobatan setelah lima tahun, 50% dari penderita TB paru akan
meninggal, akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan
25% ditetapkan sebagai kasus kronik yang tetap menular (Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2011)
2.1.13 Komplikasi
Komplikasi penyakit TB paru jika tidak ditangani dengan benar maka akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empyema, laringitis, TB
usus.
Depkes RI (2014) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB paru
stadium lanjut:
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau obstruksi jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis dan fibrosispara.
4. Pneumotoraks spontan, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagaianya.
6. Insufisiensi kardio pulmoner.
2.2 Konsep kepatuhan
2.2.1 Pengertian kepatuhan
Kepatuhan pasien merupakan perilaku pasien dengan ketentuan yang
diberikan oleh professional kesehatan (sackett, 1976 dalam Niven 2002). Brunner
& Suddarth (2002) bahwa kepatuhan diartikan sebagai upaya aktif, kolaboratif,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
23
sukarela antara pasien dan penyedia perawatan kesehatan. Pasien yang patuh
berobat adalah pasien yang menyelesaikan pengobatan 6 sampai 8 bulan secara
terus menerus (teratur) dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dan dilakukan
dengan tuntas sampai sembuh (Depkes 2006).
Salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah terapi terutama untuk
penyakit kronis adalah kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan. Pasien
setiap saat bisa saja menjadi tidak patuh berobat selama masa terapi, tetapi
kecenderungan untuk tidak patuh terjadi pada awal-awal terapi. Hal tersebut
karena efek samping obat atau rasa tidak percaya diri pasien kalau mereka
menderita penyakit.
Tidak patuh, tidak hanya diartikan sebagai tidak minum obat, namun bisa
memuntahkan obat atau mengkonsumsi obat dengan dosis yang salah sehingga
menimbulkan Multi Drug Resistance (MDR). Ketidakpatuhan disebabkan karena
faktor kesengajaan maupun tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja
terlihat pada pasien yang gagal mengingat, atau dalam beberapa kasus yang
membutuhkan pengaturan fisik, untuk meminum obat yang sudah diresepkan.
Ketidakpatuhan yang disengaja berhubungan dengan keyakinan tentang
pengobatan, antara manfaat dan efek samping yang dihasilkan. Gough (2011),
katidakpatuhan juga akan meningkatkan kejadian drug resistance dimana bakteri
basil tidak akan sensitif terhadap antibiotik tertentu. Jika hal ini terjadi pada
beberapa obat maka terjadi MDR yang membuat pengobatan lebih sulit.
Kepatuhan dalam pengobatan akan meningkat ketika pasien mendapatkan
bantuan dari keluarga (Ramirez dalam Glick et al. 2011). Pasien yang tidak
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
24
memiliki keluarga akan mempengaruhi terminasi pengobatan lebih awal dan hasil
yang tidak memuaskan (Glick et al. 2011).
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Permatasari dalam Sahat (2010) mengemukakan faktor yang mempengaruhi
kepatuhan berobat:
1. Faktor sarana: ketersediaan obat yang cukup dan kontinue, dedikasi petugas
kesehatan yang baik, pemberian regiment OAT yang adekuat,
2. Faktor pasien: pengetahuan pasien yang cukup mengenai penyakit TB paru,
dampak berobat tidak adekuat, cara menjaga kondisi tubuh yang baik dengan
makanan bergizi, cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan tidak
membuang dahak sembarang, bila batuk menutup mulut dengan saputangan,
jendela rumah cukup besar untuk mendapatkan lebih banyak sinar matahari,
sikap tidak perlu menjaga harga diri atau karena hinaan pada pasien TB paru
adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila berobat dengan
benar, serta kesadaran dan keinginan pasien untuk sembuh. Suparyanto
(2010) tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh
secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu.
3. Faktor keluarga dan masyarakat lingkungan. Dukungan keluarga sangat
menunjang keberhasilan pengobatan seseorang dengan cara selalu
mengingatkan pasien agar minum obat, pengertian yang dalam terhadap
pasien yang sedang sakit dan memberi semangat agar tetap rajin berobat.
4. Kesakitan dan pengobatan. Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit
kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
25
jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang
kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas
(Suparyanto 2010).
5. Perubahan model terapi. Membuat program pengobatan sesederhana mungkin
dan mengikutsertakan klien dalam pembuatan program pengobatan akan
memperingat model terapi yang sesuai dengan keinginan pasien (Suparyanto
2010).
6. Usia. Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan
berulangtahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang-orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini pengaruh dari
pengalaman dan kematangan jiwa (Suparyanto 2010).
7. Kualitas interaksi. Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan klien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan, dari
hasil penelitian dikemukakan ada kaitan yang erat antara kepuasan konsultan
dengan kepatuhan.
8. Komunikasi. Tingkat pengawasan rendah, kurang penjelasan yang eksplisit,
tepat, jelas, jumlah memadai dan termasuk menerima tanggapan. Selain itu
kurang informasi yang seimbang tentang risiko dan efek samping, strategi
yang dilakukan profesional kesehatan untuk mengubah sikap dan
kepercayaan pasien kurang, kepuasan pasien dalam berinteraksi dengan
profesional kesehatan rendah, profesional kesehatan dianggap tidak ramah
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
26
dan kurang perhatian serta tidak melibatkan pasien dalam membuat keputusan
(Rantucci, J. M. 2007).
9. Hambatan ketaatan. Regimen pengobatan yang kompleks, durasi terapi yang
panjang, efek merugikan atau efek samping, tidak dapat membaca,
kemampuan kognitif rendah, hambatan bahasa dan fisik serta finansial untuk
mendapatkan obat (Rantucci, J. M. 2007).
10. Pengawasan. Pengawasan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepatuhan, yaitu dengan memperhatikan dan melihat bagaimana suatu
peraturan yang berlaku tersebut dijalankan atau tidak. Pengawasan tersebut
dapat berupa peringatan atau anjuran untuk selalu mematuhi waktu dan dosis
yang telah dianjurkan untuk meminum obat tersebut.
2.2. Upaya untuk meningkatkan kepatuhan
Strategi meningkatkan kepatuhan seperti meningkatkan keterampilan
komunikasi perawat, memberikan informasi yang jelas pada pasien mengenai
penyakit yang diderita serta cara pengobatan, keterlibatan lingkungan sosial, dan
pendekatan perilaku (Prayogi 2014).
2.3 Konsep Peer Group Support (Dukungan Kelompok Sebaya)
2.3.1 Definisi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan individu yang berinteraksi dan saling
mempengaruhi (Walgito 2003). Kelompok didefinisikan sebagai kumpulan orang
yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Pola
interaksi yang dilakukan dapat terorganisasi secara rapi dan berkesinambungan,
dapat pula tidak. Tidak semua manusia yang berkumpul secara fisik didefinisikan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
27
sebagai kelompok. Kelompok juga bukan sejumlah orang dengan persamaan ciri
dan disebut sebagai kategori (Horton dan Hunt, 1993 dalam Yunita 2007).
2.3.2 Ciri kelompok
Tidak semua kumpulan individu dianggap sebagai kelompok. (Walgito
2003) memaparkan ciri-ciri umum kelompok menjadi 4, yaitu:
1. Interaksi
Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan yang lain (mutual
influences). Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non verbal, emosional,
dan sebagainya.
Interaksi dalam kelompok juga dipengaruhi oleh kepribadian anggota
kelompok. Ada 2 tipe kepribadian yaitu introvert dan extrovert. Introvert
adalah kepribadian seseorang dimana ia kurang menyenangi bersama orang
lain. Extrovert adalah kebalikan dari introvert, yaitu seseorang yang lebih
senang dengan orang lain. Kedua tipe tersebut memiliki ciri yang tersendiri
pada tiap kelompok yang menerapkannya.
2. Tujuan (goals)
Individu yang tergabung dalam kelompok mempunyai beberapa tujuan atau
alasan. Tujuan dapat bersifat intrinsik, misalnya apabila tergabung dalam
kelompok akan merasa senang. Tujuan juga dapat bersifat ekstrinsik, yaitu
untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri melainkan secara
bersama-sama, atau disebut common goals yang merupakan faktor pemersatu
paling kuat dalam kelompok.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
28
3. Struktur
Sebuah kelompok memiliki struktur yaitu peran (roles), norma dan hubungan
antar anggota. Peran dari masing-masing anggota kelompok bergantung pada
posisi atau kemampuan individu. Norma merupakan aturan yang mengatur
perilaku anggota kelompok. Hubungan antar anggota berdasarkan banyak
faktor misalnya otoritas dan attraction.
4. Groupness
Kelompok merupakan satu kesatuan (entity) dengan merupakan obyek yang
disatukan, oleh karena itu dalam menganalisis kelompok, yang dianalisis
adalah perilaku kelompok, bukan tiap individu dari kelompok.
2.3.3 Jenis kelompok
Rahmat (2005) menyatakan bahwa kelompok memiliki beberapa bentuk
antara lain:
1. Kelompok primer dan kelompok sekunder
Kelompok primer adalah kelompok yang memiliki hubungan akrab, lebih
personal, dan lebih dekat. Kualitas komunikasi kelompok primer bersifat
dalam, menulis, personal dan lebih ditekankan pada aspek hubungan daripada
aspek isi. Contoh dari kelompok primer yaitu kawan sepermainan, tetangga
dekat, dan keluarga. Walgito (2003) kelompok primer adalah kelompok yang
memiliki interaksi sosial yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara
anggota satu dengan anggota yang lain cukup baik.
Kelompok sekunder adalah lawan dari kelompok primer. Hubungan dalam
kelompok ini tidak akrab, tidak personal, dan tidak terlalu dekat. Kualitas
komuniksi bersifat dangkal dan terbatas. Contoh dari kelompok sekunder yaitu
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
29
organisasi massa, fakultas, serikat buruh, dan sebagainya. Kelompok sekunder
menurut Walgito (2003) adalah kelompok yang mempunyai interaksi kurang
mendalam bila dibandingkan dengan kelompok primer. Hubungan antara
anggota kelompok satu dengan yang lain kurang mendalam. Hubungan pada
kelompok sekunder lebih bersifat formal, obyektif, atas dasar rasional, dan
kurang bersifat kekeluargaan.
2.3.4 Jenis dukungan sosial
House dalam Smet (1994) membedakan empat jenis atau dimensi
dukungan sosial, yaitu:
1. Dukungan emosional
Dukungan emosi menjadi dukungan yang paling penting di antara dukungan
yang lain. Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik dan
penegasan). Diharapkan setelah mendapat dukungan emosional ini, individu
akan menjadi lebih tenang.
2. Dukungan penghargaan
Dukungan ini dilakukan dengan ungkapan hormat (penghargaan) untuk orang
lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu,
dan perbandingan positif orang dengan orang lain, misalnya dengan
membandingkan orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk
keadaannya (menambah penghargaan diri).
3. Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, seperti memberi pinjaman materi pada orang
lain atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
30
4. Dukungan informatif
Dukungan informatif berupa pemberian nasehat, petunjuk, maupun saran yang
diberikan agar seseorang lepas dari stress atau kesedihan yang berlarut.
2.3.5 Dukungan kelompok sebaya (peer group support)
Peer group support adalah sekelompok orang yang terdiri tidak lebih dari
8 orang yang datang dengan berbagai keluhan, bertemu secara regular pada waktu
yang telah disetujui, saling mendengarkan satu sama lain dan berbagai kesulitan
serta mencari solusi bersama-sama, sehingga konsekwensi, anggota dapat
merasakan dukungan satu sama lain dan akan mencoba mengungkapkan setiap
permasalahan yang ada untuk diselesaikan secara bersama-sama (Training in
Human Right and Citizenship Cowell of Europe 1997)
2.3.6 Latar belakang terbentuknya peer group support
Santoso (2004) menjelaskan latar belakang munculnya peer group support yaitu:
1. Adanya perkembangan proses sosialisasi. Individu dapat saling berinteraksi
satu sama lain, berusaha mengerti dan memahami satu sama lain agar dapat
diterima dalam kelompok.
2. Kebutuhan untuk menerima penghargaan, individu membutuhkan
penghargaan dari orag lain agar mendapatkan kepuasan dari apa yang telah
dicapainya secara psikologis, oleh karena itu individu bergabung dalam teman
sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin
dihargai. Individu merasakan adanya kebersamaan atau kekompakan dalam
kelompok teman sebayanya.
Perlu diperhatikan dari orang lain. Individu memerlukan perhatian dari
orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
31
2.3.7 Fungsi peer group support
Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga mempunyai
fungsi. Fungsi peer group menurut Santrock (2003) adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari
teman atau kelompoknya, individu belajar apakah yang mereka lakukan
lebih baik, sama atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan individu
lainnnya.
2. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang
berada di tempat itu.
3. Mengajarkan perkembangan sosial. Individu yang berada dalam peer group
belajar untuk membentuk jejaring social dan menempatkan di tengah teman
sebayanya.
4. Mengajarkan prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi
ketidaksetujuan dengan teman sebaya.
5. Mengajarkan cara membangun hubungan akrab dengan orang lain. Individu
yang memiliki kemampuan dan sensitif terhadap hubungan akrab akan
membantu menciptakan landasan bagi hubungan dalam kencan dan
pernikahan.
Fungsi dalam peer group adalah memberikan bimbingan dan mengatasi
masalah kehidupan yang mengganggu yang terkait dengan diagnosa dan
pengobatan. Peer group ini berfungsi sebagai kelompok pengobatan sejawat (peer
therapy/peergroup support).
2.3.8 Ciri-ciri peer group support
Ciri-ciri peer group support (Walgito 2003) adalah sebagai berikut:
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
32
1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, maksudnya kelompok
teman sebaya terbentuk secara spontan. Di antara anggota kelompok
mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota
kelompok yang dianggap sebagai pemimpin oleh semua anggota, karena
memang pantas dijadikan pemimpin.
2. Bersifat sementara, karena tidak ada struktur organisasi yang jelas,
kelompok ini tidak bisa bertahan lama.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas, misalnya
teman sebaya disekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang
berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau kebiasaan yang
berbeda. Lalu dimasukkan dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling
belajar secara tidak langsung kebiasaan yang dipilih sesuai dengan
kelompok kemudian dijadikan kebiasaan kelompok.
4. Anggota adalah individu yang sebaya, individu yang terbentuk mempunyai
umur yang realtif sama dan mempunyai tujuan yang sama.
2.3.9 Jenis peer group support
Jenis peer group support dapat bermacam-macam tergantung berapa lama
waktu pertemuan, fokus pembicaraan, dan pihak yang bertanggungjawab terhadap
jalannya kelompok. Sebagian kelompok pendukung dapat difasilitasi oleh tenaga
professional atau kelompok tertentu (Randall 2003)
1. Peer Listening
Merupakan jenis dukungan yang paling banyak digunakan dan biasa diterapkan
di lingkungan sekolah. Kelompok bertindak sebagai pendengar yang aktif. Di
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
33
sekolah, biasanya kelompok dikumpulkan pada saat jam istirahat atau makan
siang.
2. Peer Mediation
Model ini digunakan untuk menanggulangi korban tindak kekerasan dengan cara
mempertemukan korban dan pelaku di bawah pengawasan seorang teman sebaya
yang mereka kenal dan bertanggungjawab sebagai penengah, selain itu, dapat
juga digunakan dalam terapi pengobatan seperti pada penderita TB paru yang
membutuhkan keteraturan minum obatt
3. Peer Support in Mental Health
Anggota program kesehatan berkumpul bersama untuk membuat organisasi atau
perkumpulan yang tidak bertujuan mencari keuntungan (profitable) tetapi
bertujuan untuk mempertinggi kesehatan mental para angggota yang lain.
2.3.10 Kegiatan peer group support
Training in Human Right and Citizenship Council of Europe (1997), kegiatan
yang dilakukan oleh peer group support adalah:
1. Checking in
Aktivitas ini dilakukan anggota untuk menyatakan bahwa dirinya akan
mengikuti kelompok ini. Pada tahap ini anggota berhak berpendapat
mengenai model peer group support yang akan digunakan.
2. Presentasi masalah
Sesi ini anggota berhak mengutarakan masalah yang dialami dan masalah
yang disampaikan dapat dijadikan bahan sebagai materi pertemuan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
34
3. Klarifikasi masalah
Masalah yang telah disampaikan oleh anggota pada sesi sebelumnya dibahas
bersama-sama untuk dicari jalan keluarnya. Pada sesi ini anggota
mengeluarkan pertanyaan terbuka tentang apa yang dibutuhkan dan perasaan
saat ini.
4. Berbagi usulan
Anggota lain yang memiliki masalah yang sama dan telah dapat
menyelesaikan dapat berbagi pengalaman dan berbagi cara penyelesaian yang
baik
5. Perencanaan tindakan
Sesi ini anggota merencanakan suatu strategi tindakan yang akan dilakukan
untuk membantu anggota kelompok.
6. Checking out
Sesi ini kelompok melakukan peninjauan ulang atas apa yang telah dibahas
dan kelompok menentukan tema yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
2.3.11 Manfaat peer group suppoort
Weiss (1974) dalam Peplau (1992), individu yang bergabung dalam suatu
kelompok berkesempatan untuk mendapatkan hal-hal penting sebagai berikut:
1. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan rasa aman yang diberikan oleh hubungan yang
sangat erat
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
35
2. Interaksi sosial
Hubungan sosial dalam kelompok memberikan kesempatan bagi individu
untuk menikmati berbagai kebersamaan. Kebersamaan dalam berbagai
kegiatan, minat, dan sikap yang sering diberikan oleh hubungan dalam
kelompok. Inilah yang sering berkembang menjadi rasa persahabatan serta
rasa memiliki dan dimiliki oleh kelompok (sense of belongingness).
3. Harga diri
Individu menjumpai ancaman-ancaman terhadap harga dirinya, misalnya
keraguan terhadap kemampuannya, daya tarik fisiknya, atau kepercayaan
dirinya. Kelompok bisa berfungsi sebagai media katarsis, tempat anggota
kelompok menyediakan dirinya sebagai pendengar yang baik. Pengungkapan
masalah ini seringkali disertai dengan pengungkapan aspek individu,
sehingga dengan demikian individu diasumsikan akan memilih orang yang
akan benar-benar dianggap dekat, misalnya pasangan, anggota keluarga, atau
sahabat. Peningkatan harga diri dengan dukungan kelompok ini belum bisa
dipahami sepenuhnya oleh para ahli, namun diyakini bahwa dengan
kesediaan mendengarkan, kelompok memberikan dukungan psikologis
kepada anggota-anggotanya sebagai orang yang berkemampuan dan layak
untuk dihargai.
4. Rasa kebersamaan yang dapat diandalkan
Anggota kelompok paham bahwa dia bersama dengan orang-orang yang
dapat diandalkan bantuannya pada saat dia membutuhkan. Keandalan ini
meliputi dukungan emosional, perhatian, atau jasa.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
36
5. Bimbingan
Tidak semua masalah bisa dipecahkan sendiri oleh individu. Begitu idividu
menyadari keterbatasan kemampuannya, maka dia cenderung untuk berusaha
mencari informasi mengenai karakteristik pemecahannya dan solusi yang
tersedia baginya. Dukungan ini diberikan oleh anggota kelompok yang
diangggap lebih kompeten atau ahli dalam memberikan bantuan yang
diharapkan oleh anggota kelompok.
6. Kesempatan untuk mengasuh
Individu diberi kesempatan untuk membantu anggota kelompok yang lain,
hal ini dapat memberikan perasaan dibutuhkan dan perasaan penting bagi
individu
2.4 Konsep Perilaku
2.4.1 Pengertian Perilaku
Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan aktifitas organisme atau
makhluk hidup yang bersangkutan, oleh sebab itu dari segi biologis, semua
mahluk hidup dimulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktifitas
masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai
bentengan kegiatan yang sangat luas (Notoatmodjo 2003)
2.4.2 Faktor terbentuknya perilaku
Faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku, antara lain (Pieter
& Lubis 2010):
1. Emosi
Emosi dapat mempengaruhi individu dalam memahami objek atau perubahan
yang disadari untuk mengubah sikap dan perilaku
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
37
2. Persepsi
Persepsi individu mampu mengetahui atau mengenal objek melalui alat
penginderaan.
3. Motivasi
Motivasi akan mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis dan sosial sehingga hasilnya dapat diwujudkan dalam perilaku
4. Belajar
Belajar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman individu sehingga
dengan adanya belajar dapat mengubah perilaku dan menampilkan
kemampuan bedasarkan kebutuhan.
5. Intelegensi
Merupakan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri terhadap situasi
baru secara cepat dan efektif serta memahami interkonektif dan belajar secara
efektif dalam menggunakan konsep yang bersifat abstrak.
2.4.3 Teori Precede-Proceed
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berasal dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan
(nonbehaviour causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan
pengelolaan manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan,
intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi (Nursalam 2015). Proses
pelaksanaannya Green menggambarkan dalam bagan berikut ini.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
38
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model
pengkajian penindaklanjutan (Precede-Proceed model) yang diadaptasi dari
konsep Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha
mengubah, memelihara, atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih
positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindak lanjutan
pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku
kesehatan adalah penerapan keempat proses pada umunya ke dalam model
pengkajian dan penindaklanjutan.
1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang
pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sejahtera.
Semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini
Phase 6
Implementation Phase 7
Process
evaluation
Phase 9
Outcome
evaluation
HEALTH
PROMOTION
Policy
Regulation
Organization
Health
Education
Predisposing
factors
Reinforcing
factors
Enabling
factors
Behavior and
lifestyle
Enviroment
Health Quality
of life
Phase 8
Impact
evaluation
Gambar 2.2 Precede-Proceed model (Green LW. & Kreuter MW 1991) dalam
(Nursalam 2015)
Phase 5
Administrative
and policy
diagnosis
Phase 4
Educational and
organizational
diagnosis
Phase 3
Behavioral and
enviromental
diagnosis
Phase 2
Epidemologi
cal diagnosis
Phase 1
Social
diagnosis
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
39
salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat
kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah
kesehatan yang sedang dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap
derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.
3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis, dan sosial budaya yang
lngsung/tidak memngaruhi derajat kesehatan.
4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.
Faktor perilaku akan terjadi apabila rangsangan, sedangkan gaya hidup
merupakan pola kebiasaan seseorang atau kelompok orang yang dilakukan
karena jenis pekerjaannya mengikuti tren yang berlaku dalam kelompok
sebaya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari
tiga faktor.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
40
Gambar 2. 3 Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Green Lawrence. &
Kreuter MW.1991) dalam Nursalam (2015).
1. Faktor predisposisi, merupakan faktor internal yang ada pada diri individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu untuk
berperilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keykinan, nilai-nili, dan sebagainya.
2. Faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan.
3. Faktor pendorong, merupakan faktor yang mnguatkan perilaku, yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang
tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Reinforcing factors:
1. Family
2. Peers
3. Teachers
4. Employers
5. Health provider
6. Community leader
7. Decision makers
Predisposing factors: 1. Knowledge
2. Beliefs
3. Values
4. Attitudes
5. Confidence
Enabling factors: 1. Availibity of health resources
2. Accessibility of health
3. Community/government laws,
proitity, and commitment to health
4. Health-related skill
Environment
(conditionts of living)
Health
Specific behavior by
individuals or by
organizations
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
41
2.5 Theoritical mapping
Tabel 2.7 Theoritical maping
No. Judul; Penulis; Tahun Metode
(Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisis
Hasil
1. Pengaruh Perr Group
Support Terhadap
Peningkatan
Pengetahuan, Sikap,
Kepatuhan Minum Obat
Dan Kualitas Hidup klien
Tuberkulosis Paru (Alfid,
2016)
D: Quasy Experiment
S: Penderita TB paru
yang berada di Jember
dan Melakukan
pengobatan di
Puskesmas di Jember
yang berjumlah 20
orang.
VI: peer group support
VD: Pengetahuan dan
sikap, perilaku
kepatuhan minum obat
pada klien TB paru, dan
kualitas hidup
I: Kuesioner
A: Paired T Test,
Independent T test,
Mann Whitney U test,
Chi square test dan Mc
Nemar test.
Hasil dalam penelitian ini.
Pada pengetahuan di
dapatkan nilai p < 0,0001,
sikap p < 0,0001 dan
kualitas hidup p < 0,0001
yang berarti α < 0,05, dari
hasil tersebut berarti
terdapat pengaruh yang
signifikan dari peer group
support terdapat
pengetahuan sikap dan
kualitas hidup klien TB
paru. Pada kepatuhan
minum obat didapatkan
niali P=0, ni berarti tidak
terdapat 375 yang berarti α
> 0,05, i pengaruh yang
signifikan antara peer
group support terhadap
kepatuhan minum obat.
2. Peer Group Support
terhadap Perubahan
Kepatuhan Pengelolaan
Penyakit Diabetes
Mellitus Tipe 2 (Yuyun
dkk, 2012)
D: Quasy Experiment
S: 22 orang
VI: Peer Group Support
VD: Kepatuhan
Pengelolaan penyakit
Diabetes tipe 2
I: Kuesinoner
A: Wilcoxon Signed
Rank Test, Mann
Whitney U test
Peer group support
dengan media informasi
booklet tidak berpengaruh
terhadap peningkatan
kepatuhan dalam
menjalankan diet pada
penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 , tetapi
berpengaruh terhadap
peningkatan kepatuhan
exercise dan komsumsi
obat pada penderita
Diabetes Mellitus tipe
3. Hubugan Dukungan
Sebaya terhadap
Respon Psikologis
Depresi Pada Ibu
dengan HIV di
Kelompok Dukungan
D: Deskriptif Analitik
S: 20 orag
VI: Dukungan sebaya
VD: Respon
psikologis depresi
Pada analisis kolerasi
didapatkan ada
hubungan antara
dukungan sebaya,
emosional, informasi
dan jaringan social
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
42
Sebaya Netral Plus
Kota Malang
(Pradittya, 2015)
I: Kuesioner
A: Spearman’s rho
dengan respon
psikologis (depresi)
pada ibu dengan HIV.
Semakin baik dukungan
sebaya maka semakin
ringan respon psikologis
(depresi) pada ibu
dengan HIVdi
kelompok dukungan
sebaya Netral plus Kota
Malang
4. Peran kelompok
dukunga sebaya (KDS)
dan kepatuhan minum
obat pada ODHA (Tri
Johan Agus dkk, 2014)
D: Korelasi
Experiment
S: 30 orang KDS dan
30 orang ODHA
VI: Peran kelompok
dukungan sebaya
VD: Kepatuhan
minum obat pada
ODHA
I: Kuesioner
A: Crosstab Uji
Spearnmans
Hasil analisis didapkan
hasil p=0.000(<0.05)
dan nilai r =0.772,
berarti ada hubungan
yang signifikan antara
peran kelompok
dukungan sebaya
dengan kepatuhan
minum obat
5. Hubungan Peran
Kelompok Dukungan
Sebaya dengan
Kepatuhan ODHA
dalam mengkonsumsi
ARV di Klinik VCT
RSUD Ambarawa
(Maria dkk, 2016)
D: Cross Sectional
S: 62 ODHA
VI: peran kelompok
dukungan sebaya
VD: kepatuhan
ODHA dalam
mengkonsumsi ARV
I: kuesioner
A: Univariat, Bivariat
Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa
41 responden yang
menyatakan peran KDS
baik, sebagian kecil yaitu
6 orang (12,8) tidak patuh
dalam mengkonsumsi
ARV. Dan 15 responden
yang menyatakan peran
KDS kurang baik,
sebagian kecil yaitu 8
orang responden (53,3%)
tidak patuh dalam
mengkonsumsi ARV
6. Pengembangan Model
Peningkatan Kepatuhan
Berbasis Teori Sistem
Interaksi King dan
Pengaruhny terhadap
Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru
(Tintin Sukartini, 2015)
D: Deskriptif
eksploratif dan Quasy
eksperimen
S: 100 orang
VI: Model
peningkatan
kepatuhan berbasis
teori sistem interaksi
King
VD: Pengetahuan, self
efficacy, motivasi,
Model peningkatan
kepatuhan berbasis teori
King terbukti efektif
meningkatkan
pengetahuan, self efficacy,
motivasi, pencegahan
penularan, kpatuhan
nutrisi, dan berpengaruh
terhadap cara dan waktu
minum obat.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
43
pencegahan
penularan, kepatuhan
nutrisi dan
kepatuhann
pengobatan
I: wawancara, catatan
lapangan, tape
recorder, kuesioner,
form TB 01 dan form
02
A: Univariat, Bivariat,
Multivariat
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
44
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan
: Diteliti :Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual pengaruh peer group support terhadap tingkat
Kepatuhan pengobatan pada klien Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Klampis Bangkalan (Green dalam Nursalam 2015).
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Nilai
4. Sikap
5. keyakinan
Faktor Pendukung
1. Adanya sarana kesehatan
2. Terjangkaunya sarana
kesehatan
3. Masyarakat / pemerintah
hukum
4. keterampilan terkait
kesehatan
Faktor Pendorong
1. Keluarga
2. Guru
3. pengusaha
4. Petugas kesehatan
5. Tokoh masyarakat
6. Pengambilan keputusan
Kepatuhan pengobatan klien
TB paru
7. Teman Sebaya
1). Checking in (pernyataan
mengikuti kegiatan )
2). Presentasi masalah
3). Klarifikasi masalah
4). Berbagi usulan
5). Perencanaan tindakan
6). Checking out
(peninjauan ulang apa yang
sudah dibahas)
Klien kurang tanggap terhadap penyakit yang diderita
serta dukungan dari teman sesama penderita kurang
PERILAKU
1. Jadwal minum obat
2. Dosis obat
3. Tanggal pengambilan obat
4. Cara minum obat
Peningkatan kepatuhan pengobatan
44
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
45
Tori Green (1980) menyampaikan ada 3 faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan. Perilaku kepatuhan minum obat pada pasien TB paru
berdasarkan teori Green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain: 1) Faktor
predisposisi (presisposing fctors) yaitu: pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap,
keyakinan. 2) Faktor pendukung (Enabling factors) yaitu: adanya sarana
kesehatan, terjangkunya akses kesehatan, masyarakat atau pemerintah hukum dan
keterampilan terkait kesehatan. 3) Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu
keluarga, teman sebaya, guru, pengusaha, petugas kesehatan, tokoh masyarakat,
dan pengambilan keputusan. Faktor pendorong merupakan faktor yang paling
dominan untuk berperan dalam kepatuhan pengobatan pada klien TB paru.
Faktor pendorong pada penelitian ini merupakan faktor yang berperan
penting dalam proses pemantauan kepatuhan pengobatan pada klien TB paru.
Faktor pendorong dalam penelitian ini yaitu teman sebaya (peer group). Metode
peer group support pada teman sebaya yang sama-sama menderita TB paru akan
memaksimalkan proses pengobatan karena lebih memahami kebutuhan untuk
berobat demi kesembuhan bersama. Di dalam peer group support ini terdapat 6
fase yaitu, cheking in, presentasi masalah, klarifikasi masalah, berbagi usulan,
perencanaan tindakan, dan checking out. Di dalam peer group support penderita
akan saling memberikan dukungan antar sesama terhadap program pengobatan
klien dengan TB paru dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan klien
menjalani pengobatan.
3.2 Hipotesis Penelitian
HI: Ada pengaruh peer group support terhadap kepatuhan pengobatan klien TB paru
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses
penelitian yang diuraikan secara rinci seperti variabel penelitian, rancangan
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, cara penafsiran, dan
penyimpulan hasil penelitian (Hidayat 2009).
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment (experiment semu)
dengan desain pre test post test group design dengan kelompok kontrol. Desain
penelitian ini berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental (Nursalam
2008).
Metode ini diharapkan dapat diketahui pengaruh peer group support
terhadap tingkat kepatuhan pengobatan klien TB paru di wilayah kerja puskesmas
Klampis Bangkalan. Adapun desain penelitian ini digambarkan dalam skema
sebagai berikut:
Pre test Post test
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan:
X1 : Pengukuran kepatuhan minum obat klien pada kelompok Perlakuan
sebelum diberikan intervensi (pre test)
X2 : Pengukuran kepatuhan minum obat klien pada kelompok control (pre
test)
Kelompok A
Kelompok B
X1
X2
Y X3
X4
46
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
47
X3 : Pengukuran kepatuhan minum obat pada kelompok perlakuan sesudah
diberikan intervensi (post test)
X4 : Pengukuran kepatuhan minum obat klien pada kelompok control (post
test)
Y : Intervensi peer group support
4.2 Populasi Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah Klien TB paru
yang berobat di Puskesmas Klampis Bangkalan
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
dapat mewakili seluruh objek penelitian (Nursalam 2014).
Kriteria Inklusi
1. Klien TB paru yang menjalani pengobatan pada tahap lanjutan (3-6 bulan)
2. Usia Klien 21-60 tahun
3. Klien bisa membaca dan menulis
Kriteria ekslusi
1. Klien dengan kondisi khusus seperti kehamilan
2. Klien TB paru dengan komplikasi hemoptysis, bronkiestasis, kolaps,
insufiensi kardio pulmoner, dan pneumotoraks spontan
Penentuan besar sampel dapat dilakukan dengan rumus Federer
(t – 1) (n – 1) ≥ 15
(2 – 1) (n – 1) ≥ 15
(n – 1) ≥ 15
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
48
n ≥ 15
n ≥ 16
Keterangan :
t : Jumlah kelompok
n : jumlah sampel / responden tiap kelompok
Dari perhitungan diatas, dibutuhkan jumlah sampel sebanyak 16
responden pada setiap kelompok. Untuk mengantisipasi terjadinya dropout
ditambahkan 10% sehingga menjadi 18 responden dan maka total sampel yang
dibutuhkan adalah sebanyak 36 responden
4.2.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Cara pengambilan sampel yang digunakan peneliti
adalah purposive sampling agar mendapatkan populasi sesuai yang dikehendaki
dan sampel mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
4.3 Variabel penelitian dan Definisi Operasional variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam 2014).
4.3.1 Variabel Independen (VI)
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain (Nursalam 2014). Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah peer
group support
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
49
4.3.2 Variabel Dependen (VD)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditetukan oleh variabel
lain (Nursalam 2014). Sebagai variabel terkait dalam penelitian ini adalah tingkat
kepatuhan pengobatan klien TB paru
4.3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan semua variabel dan istilah yang
digunakan dalam penelitian secara operasioanl, sehingga mempermudah pembaca
atau penguji dalam mengartikan penelitian (Nursalam 2013).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Peer Group Support terhadap Tingkat Kepatuhan
Pengobatan Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Klampis Bangkalan pada bulan Juni-Juli 2017
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat ukur Skala Skor
Independen
Peer Group
Support
(kelompok
teman
sebaya
Sekelompok
orang yang
terdiri tidak
lebih dari 8
orang yang
datang dengan
Tuberkulosis
paru, bertemu
secara regular
pada waktu
yang telah
disetujui,
saling
mendengarkan
satu sama lain
dan berbagi
kesulitan serta
mencari solusi
bersama-sama
- Checking in
- Presentasi
masalah
-Klarifikasi
masalah
- Berbagi ususlan
-Perencanaan
tindakan
- Checking out
Dilaksanakan 4
kali pertemuan
selama 2 minggu
dengan durasi tiap
pertemuan 30-45
menit
SAK - -
Dependen
Kepatuhan
pengobatan
Ketepatan
pasien minum
obat,sesuai
dosis, cara
minum, waktu,
pengambilan
obat
1. Dosis obat
2. Cara minum
Pemantauan
Form TB 01
dan 02
Kuesioner
Nominal
Nominal
1. Sesuai
BB
2. Tidak
sesuai
BB
1. Satu kali
satu
waktu
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
50
3. Waktu
4. Pengambilan
obat
Kuesioner
Obsevasi form
TB 01 dan 02
Nominal
Nominal
2. Beberapa
waktu
1. 1 jam
Sebelum
makan
2. Sesudah
makan
1. Sesuai
jadwal
2. Tidak
sesuai
jadwal
4.4 Alat dan Bahan penelitian
Alat dan bahan pada penelitian ini yaitu kuesioner lembar form TB 01,
form TB 02, bolpen, map, handphone, dan kamera
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan lebih baik, lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto 2006). Instrumen
kepatuhan pengobatan pasien TB paru menggunakan kuesioner dan lembar
observasi form TB 01 dan form TB 02. Ketepatan dosis obat diobservasi dari
Form TB 01 apakah dosisnya sesuai dengan berat badan penderita atau tidak, pada
tahap lanjutan pasien akan minum obat sesuai dengan berat badan yaitu 2 tablet, 3
tablet, 4 tablet dan 5 teblat. Form ini diisi oleh petugas puskesmas. Untuk cara
minum obat menggunakan kuesioner yang diberikan pertanyanan apakah obat
diminum sekali satu waktu atau beberapa waktu, dan untuk waktu minum obat
diberikan kuesioner yang diberikan pertanyaan apakah obat diminum sebelum
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
51
makan atau setelah makan, dan ketepatan pasien dalam pengambilan obat
diobservasi dari lembar form TB 01 dan 02, di lembar form TB 02, yang akan
dicatat kapan pasien mengambil obat dan kapan dia harus kembali untuk
mengambil obat. Pasien dikatakan patuh jika dalam minum obat tepat dosis, cara,
waktu dan tepat dalam pengambilan obat. Sedangkan pasien tidak dikatakan patuh
jika dalam minum obat tidak tepat dosis, cara, waktu dan tidak tepat dalam
pengambilan obat.
4.6 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Klampis
Bangkalan pada bulan Juni – Juli 2017
4.7 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam 2013).
Peneliti telah melakukan berbagai prosedur untuk pengumpulan data yaitu
1. Mengurus perizinan pengambilan data awal ke bagian akademik Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
2. Mengurus surat rekomendasi ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(Bakesbangpol) Kabupaten Bangkalan kemudian menyerahkan surat
rekomendasi kepada Dinas Kesahatan Kabupaten Bangkalan.
3. Permohonan izin mengambil data awal dan studi pendahuluan di Puskesmas
Klampis Bangkalan berupa wawancara terstruktur dengan pemegang program
TB.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
52
4. Setelah diketahui populasi, peneliti selanjutnya meminta bantuan berupa data
klien yang menjadi calon responden penelitian kepada pemegang program TB
di Puskesmas Klampis Bangkalan.
5. Selanjutnya mempersiapkan instrumen penelitian
6. Mengurus perizinan penelitian ke bagian akademik Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga, Bakesbangpol Kabupaten Bangkalan, Dinas kesehatan
Kabupaten Bangkalan, dan kepala Puskesmas Klampis Bangkalan
7. Berkolaborasi dengan pemegang TB paru di puskesmas Klampis Bangkalan
untuk mendapatkan data klien TB paru untuk mengetahui jadwal pasien yang
seharusnya melakukan pengambilan obat
8. Ketika pasien datang untuk pengambilan obat peneliti mengidentifikasi apakah
pasien memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, selanjutnya peneliti menjelaskan
tujuan dari penelitian yang dilakukan dan menyerahkan informed consent
untuk meminta persetujuan menjadi responden dalam penelitian.
9. Selanjutnya mengidentifikasi tingkat kepatuhan klien sebelum dilakukan peer
group support dengan cara menanyakan ke pemegang TB di puskesmas
Klampis Bangkalan serta mengobservasi form TB 01 dan 02.
10. Selanjutnya peneliti memilah antara responden kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan yang nantinya diberikan intervensi peer group support
11. Peer group support dilakukan selama 2 minggu dengan 4 kali pertemuan
dan setiap pertemuan berdurasi 30-45 menit. Pertemuan pertama dimulai
dengan pembagian kuesioner kepatuhan dan data demografi pasien, setelah itu
peneliti juga membacakan aturan dan tata tertib peer group support, serta
langsung memberikan topik tentang pengetahun TB paru. Pertemuan kedua,
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
53
peneliti memberikan topik tentang kepatuhan pengobatan yang nanti dibahas
bersama-sama. Pertemuan ketiga, peneliti memberikan topik tentang manfaat
patuh berobat. Minggu terakhir, peneliti memberikan topik untuk ringkasan
keseluruhan pertemuan serta memberikan sedikit pertanyaan kepada penderita.
12. Form TB 01 dan form TB 02 diobservasi kembali setelah 20 hari
dilakukan intervensi peer group support untuk melihat perubahan kepatuhan
pengobatan pasien.
4.8 Cara analisis data
Analisis data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data
menjadi informasi. Statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses
pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat 2009).
Proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,
diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir
Kuesioner yang diperoleh dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
54
3. Entry data
Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di
entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
meng-entry data ke komputer.
1) Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan
dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam
bentuk tabel atau grafik (Setiadi 2007). Variabel pada penelitian ini
meliputi variabel independen yaitu peer group support dan variabel
dependennya adalah motivasi dan kepatuhan pengobatan pasien TB paru.
2) Analisis bivariat
Pada Analisis data yang dilakukan untuk uji normalitas semua data yang
diberikan kepada klien TB dengan menggunakan uji chi square
digunakan untuk melihat perbedaan proporsi kepatuhan dalam
pengobatan tuberkulosis paru. Uji Mac Nemar untuk mengetahui
perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
55
4.9 Kerangka operasional/kerja
Gambar 4.2 Kerangka Operasional Penelitian Pengaruh peer Group Support
Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan Klien TB paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Klampis Bangkalan pada bulan Juni-Juli 2017
Klien TB paru yang berobat di
Puskesmas Klampis
Mengidentifikasi Klien TB paru yang
akan menjadi responden penelitian
Kelompok perlakuan diberikan metode peer
group support selama 2 minggu dengan 4 kali
pertemuan dan setiap pertemuan terdiri dari 6
fase yang berdurasi 45 menit yaitu terdiri dari
fase Cheking in, presentasi masalah, klarifikasi
masalah, berbagi usulan, perencanaan
tindakan,dan Checking out akan diberikan
topik oleh peneliti untuk didiskusikan
Kelompok kontrol melakukan
kegiatan sesuai SOP puskesmas
dengan tanpa diberikan
intervensi yang sama dengan
kelompok perlakuan.
Pengumpulan data dengan mengobservasi form TB 01 dan 02
yang sudah diberikan intervensi selama 2 minggu
Data dianalisis menggunakan Chi square dan Mc Nemar test
Pengumpulan data dengan mengobservasi form TB 01 dan 02 serta
membagi sampel menjadi 2 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Sampel yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi
Hasil
Peer Group
Support
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
56
4.10 Masalah Etik (Ethical Clearance)
Penelitian ini telah lulus kajian Etik dengan nomor 400-KEPK. Penelitian
ini berpedoman pada prinsip etika penelitian milik Nursalam (2016), yaitu untuk
melindungi hak-hak responden. Etik penelitian harus dipikirkan dengan sungguh-
sungguh karena subjek yang digunakan adalah manusia. Peneliti harus
mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan rekomendasi dari fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, dan permintaan izin kepada Kepala
Puskesmas Klampis Bangkalan. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan
kemudian peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan poin-poin
berikut:
1. Sikap Menghormati Orang (Respect to Human)
Respect to Human diartikan ners harus memenuhi hak-hak klien. Hak-hak
klien terpenuhi dengan adanya:
1) Lembar persetujuan (Lembar Informed Consent)
Cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya, jika subjek bersedia maka mereka harus mendatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
57
2) Tanpa nama (Anonimity)
Merupakan masalah etika dalam penelitian kerahasiaan dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.
4) Asas menepati janji (fidelity)
Ners dan klien memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
kesepakatan yang telah disepakati.
5) Otonomi (autonomy)
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap
pilihannya sendiri, prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kebebasan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
pilihannya sendiri.
6) Bebas (freedom)
Perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan pihak lain. Siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut
pandangannya sesuatu yang terbaik. Klien mempunyai hak untuk
menerima atau menolak asuhan kenersan yang diberikan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
58
2. Berbuat Baik dan Tidak merugikan (Beneficience and Non Maleficiene)
1) Tidak merugikan (non maleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
2) Berbuat baik (beneficience)
Berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan suatu
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain dan secara
aktif berkontribusi bagi kesahatan dan kesejahteraan klien.
3) Keadilan (justice)
Keterlibatan subjek penelitian berdasarkan undian yang dilkukan peneliti
dan semua subjek diperlukan sama dan adil. Keadilan dalam penelitian ini,
diterapkan dengan memnuhi hak subjek untuk mendapatkan penanganan
yang sama dan adil, dengan memberikan kesempatan yang sama dan
menghormati persetujuan dalam informed consent yang telah disepakati.
4.11 Keterbatasan Penelitian
Dalam aspek keterbatasan ini dijelaskan mengenai hambatan atau
keterbatasan penelitian, antara lain:
1. Peneliti kesulitan untuk mengumpulkan responden untuk melaksanakan
peer group support karena rumah penderita satu dan yang lain berjauhan.
2. Peneliti kesulitan mengatur jadwal pelaksanaan peer group karena
mayoritas responden bekerja dan harus menyesuaikan jadwal semua
responden.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
59
3. Peneliti harus berpindah-pindah tempat dalam pelaksanaan peer group
karena peer group tidak dilaksanakan dipuskesmas melainkan dirumah
responden.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
60
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan pengaruh
peer group support terhadap tingkat kepatuhan pengobatan pada klien
tuberculosis paru di wilayah kerja puskesmas klampis bangkalan. Data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian meliputi
gambaran umum lokasi penelitian, data umum responden, dan data khusus yang
membahas tentang pengaruh peer group support terhadap tingkat kepatuhan
pengobatan pada klien tuberculosis paru dalam menjalani pengobatan.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Puskesmas Klampis terletak didaerah utara Bangkalan. Puskesmas ini
terletak di jalan raya Klampis Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan.
Pelayanan dibuka dari senin sampai sabtu dengan jadwal hari senin sampai kamis
buka dari jam 08.00-13.00 WIB, hari jumaat buka dari jam 08.00-10.30 WIB, dan
hari sabtu buka dari jam 08.00-12.00 WIB. Jumlah pegawai/staf Puskesmas
terdapat 134 0rang yang terdiri dari kepala Puskesmas, Kepala subag tata usaha,
dokter umum, dokter gigi, bidan (bidan penyelian, bidan kontrak, bidan desa,
bidan PTT), perawat (perawat penyelian, perawat kontrak, perawat PTT),
kesehatan masyarakat, analis medis, apoteker, staf bendahara, staf loket, supir
ambulan, staf jubun.
Puskesmas Klampis memiliki 6 poli yaitu poli umum, poli P2M, poli gizi,
KIA dan KB, poli mata, poli gigi. Terdapat juga pelayanan rawat inap dan rawat
jalan.
60
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
61
Pelaksanaan penanggulangan TB paru di Puskesmas Klampis telah
berjalan dengan baik. Puskesmas tidak hanya menerima pasien TB paru di
wilayah kecamatan Klampis, tetapi juga menjadi rujukan pengobatan pasien TB
paru dari berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan. Alur pelayanan
diatur dengan cara pasien baru yang terindikasi TB paru mendaftar terlebih dahulu
di loket dilanjutkan pemeriksaan di poli umum kemudian uji laboratorium. Jika
positif TB paru maka pasien mendapatkan pengobatan di poli p2 TB, sedangkan
untuk pasien rujukan juga terlebih dahulu mendaftar di loket lalu menuju poli
umum dan selanjutnya mendapat pengobatan di poli p2 TB. Pengambilan obat ke
Puskesmas dilakukan ketika obat pasien sudah mau habis. Pengambilan obat
pertama kali harus dihadiri oleh pasien dan anggota keluarga, untuk selanjutnya
obat dapat diambil oleh anggota keluarga dan pasien ataupun cukup oleh anggota
keluarga saja.
5.1.2 Data umum responden (pasien TB paru)
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Juni sampai 11 Juli 2017 di
Wilayah kerja Puskesmas Klampis Bangkalan. Untuk pelaksaan peer group
dilakukan dirumah warga yang rumahnya berdekatan. Besar sampel yaitu 36
responden yang dibagi menjadi 2 kelompok.
Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian berdasarkan, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
62
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi krakteristik responden penelitian berdasarkan data
demografi responden di Puskesmas Klampis Bangkalan pada Bulan
Juni-Juli 2017
No. Demografi Kontrol
Perlakuan
F % F %
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 11 61 8 44
Perempuan 7 39 10 56
Ʃ 18 100 18 100
2. Usia
< 18 tahun
18 – 35 tahun 7 39 5 28
36 – 50 tahun 6 33 7 40
> 50 tahun 5 28 6 33
Ʃ 18 100 18 100
3. Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD 4 22 10 56
Tamat SLTP 13 72 6 33
Tamat SLTA 1 5 2 11
Perguruan Tinggi
Ʃ 18 100 18 100
4. Pekerjaan
Tidak bekerja 6 33 5 28
Buruh
Pelajar/Mahasiswa
Wiraswasta 4 22 1 6
Pegawai
Negri/TNI/POLRI
Lain-lain 8 44 12 67
Ʃ 18 100 18 100
5. Penghasilan
< Rp.1.000.000,- 3 17 4 22
Rp.1.000.000,- s/d
Rp.2.000.000,- 11 61 13
72
> Rp.2000.000,- 4 22 1 6
Ʃ 18 100 18 100
6.
Jumlah anggota keluarga
serumah
1 -2 anggota keluarga
2- 4 anggota keluarga 16 89 12 67
> 5 anggota keluarga 2 11 6 33
Ʃ 18 100 18 100
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
63
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari responden kelompok kontrol mayoritas
bejenis kelamin laki-laki yaitu 11 responden (61%), dengan rentang usia
terbanyak yaitu 18-35 tahun dengan jumlah 7 responden (39%), mayoritas
berpendidikan SLTP yaitu 14 responden (72%), mayoritas pekerjaan paling
banyak yaitu lain-lain (kuli bangunan dan petani) sebanyak 8 responden (44%),
dan penghasilan mayoritas Rp.1000.000 – 2.000.000 sebanyak 11 responden
(61%), jumlah anggota yang tinggal serumah mayoritas tinggal dengan jumlah
anggota keluarga 2 -4 orang yaitu 16 responden (89%).
Dari kelompok perlakuan mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu 10
responden (56%), dengan rentang usia terbanyak 36 – 50 tahun (40%), mayoritas
pendidikan tamat SD yaitu 10 responden (56%), mayoritas pekerjaan lain-lain
(kuli bangunan dan petani) yaitu 12 responden (67%), dengan mayoritas
penghasilan Rp.1000.000 – 2000.000 yaitu 13 responden (72%), jumlah anggota
yang tinggal serumah mayoritas 2 - 4 anggota keluarga yaitu 12 reponden (67%).
5.1.3 Data Khusus
Bagian ini menguraikan tentang hasil penelitian pengaruh peer group
support terhadap tingkat kepatuhan pengobatan pada klien uberkulosis paru
Tabel 5.2 Analisa statistik chi square pretest kontrol dan pre test perlakuan di
wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan pada bulan Juni - Juli
No. Variabel Pre test kontrol Pre test perlakuan P
Pre % F %
1. Cara minum obat
Satu kali satu waktu 18 100 17 94 0,000
Beberapa waktu 1 6
2. Waktu minum obat
1 jam sebelum makan 11 61 6 33 0,157
Sesudah makan 7 39 12 67
3. Dosis obat
Sesuai BB 18 100 18 100 1
Tidak sesuai BB
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
64
4. Pengambilan obat
Sesuai jadwal 18 100 18 100 1
Tidak sesuai jadwal
Tabel 5.2 menunjukkan kepatuhan pasien kelompok kontrol pre test dan
kelompok perlakuan pre test didapatkan hasil, pada cara minum kelompok kontrol
semua pasien minum obat dengan satu kali satu waktu tetapi pada kelompok
perlakuan didaptakan 1 pasien (6%) minum obat dengan beberapa waktu. pada
uji chi square didapatkan nilai p=0,0000 artinya ada perbedaan yang signifikan
cara minum obat antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada waktu
minum kelompok kontrol 11 orang (61%) minum obat pada 1 jam sebelum makan
dan 7 orang( 39%) minum obat sesudah makan, sedangkan pada kelompok
perlakuan 6 orang (33%) minum obat 1 jam sebelum makan dan 12 orang (67%)
minum obat sesudah makan, pada uji chi square didapatkan nilai p=0,157 artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada dosis semua pasien baik kelompok
kontrol maupun kelompok perlakuan mendapatkan dosis yang sesuai dikarenakan
obat sudah disesuaikan dengan berat badan masing-masing oleh puskesmas. Dan
juga pada pengambilan obat semua pasien tepat waktu dalam pengambilannya.
Tabel 5.3 Analisis statistik chi square post test kontrol dan post test perlakuan di
wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan pada bulan Juni - Juli
2017
Variabel Post test kontrol Post test perlakuan P
F % F %
Cara minum obat
Satu kali satu waktu 18 100 18 100 1
Beberapa waktu
Waktu minum obat
1 jam sebelum makan 11 39 15 83 0,005
Sesudah makan 17 61 3 17
Dosis obat
Sesuai BB 18 100 18 100 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
65
Tidak sesuai BB
Pengambilan obat
Sesuai jadwal 18 100 18 100 1
Tidak sesuai jadwal
Tabel 5.3 menunjukkan hasil kepatuhan pengobatan post test antara kelompok dan
kelompok perlakuan, pada cara minum obat semua responden minum obat satu
kali satu waktu hal ini terjadi peningkatan pada kelompok perlakuan. Pada waktu
minum obat kelompok kontrol 11 orang (39%) minum obat 1 jam sebelum makan
dan 7 orang minum obat sesudah makan, sedangkan pada kelompok perlakuan 15
orang (83%) minum obat 1 jam sebelum makan dan 3 orang (17%) minum obat
sesudah makan, uji chi square didapatkan nilai p=0,005 terjadi perubahan yang
signifikan setelah diberikan intervensi.
Tabel 5.4 Analisis statistik Mc Nemar pada kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan di wilayah kerja Puskesmas Klampis
Bangkalan pada bulan Juni – Juli 2017
Variabel Pre test Post test P
F % F %
Cara minum obat
Satu kali satu waktu 17 94 18 100 1
Beberapa waktu 1 6
Waktu minum obat
1 jam sebelum makan 6 61 15 83 0,004
Sesudah makan 12 39 3 17
Dosis obat
Sesuai BB 18 100 18 100 1
Tidak sesuai BB 0 0 0 0
Pengambilan obat
Sesuai jadwal 18 100 18 100 1
Tidak sesuai 0 0 0 0
Tabel 5.4 menunjukkan hasil uji statistik Mc Nemar ada perubahan yang
signifikan antara sebelum dan setelah diberikan peer group support pada waktu
minum obat didapatkan nilai p:0,004. Untuk cara minum obat tidak didapatkan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
66
hasil yang signifikan tetapi ada perubahan yang terjadi pada 1 responden pada
cara minum obatnya setelah diberikan intervensi.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Tingkat Kepatuhan Pengobatan (cara, waktu, dosis, ketepatan
pengambilan obat) klien tuberkulosis paru
Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kepatuhan pada cara
minum dan waktu minum obat pada pasien tuberculosis paru dalam menjalani
pengobatan. Sebagian besar pasien sebelum diberikan intervensi peer group
support memiliki tingkat kepatuhan yang cukup baik, Hal ini dimungkinkan
disebabkan oleh karena pasien telah menerima informasi yang cukup dari petugas
medis di puskesmas. Kepatuhan disini dapat diukur dari cara minum obat, waktu
minum obat, dosis obat, dan ketepatan pasien dalam mengambil obat. Kepatuhan
ini dilihat dari kuesioner kepatuhan dan form TB 01 dan TB 02 serta catatan
petugas medis di puskesmas. Pada responden yang berobat rata-rata sudah
mengetahui tentang cara minum obat namun masih ada yang kurang paham untuk
waktu minum obat. Walaupun pada statistik tidak mengalami perubahan yang
signifikan, tetapi ada perubahan yang terjadi pada cara minum obat dan waktu
minum obat pada kelompok perlakuan terdapat data bahwa 1 responden yang
mengalami peningkatan kepatuhannya dalam hal cara minum obat yang
semulanya minum obat beberapa waktu berubah menjadi satu kali satu waktu
setelah diberikan peer group support selama 4 kali pertemuan. Kepatuhan
merupakan suatu perubahan perilaku individu dari perilaku yang tidak mentaati
peraturan menuju perilaku patuh. Menurut Rantucci, J. M (2007) kepatuhan
didefinisikan sebagai seberapa jauh perilaku seseorang (dalam hal menggunakan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
67
obat, mengikuti diet, atau mengubah gaya hidup) sesuai nasihat medis atau saran
kesehatan.
Tingkat kepatuhan pengobatan merupakan sebuah fenomena kompleks
yang dinamis dengan berbagai faktor yang berdampak pada perilaku klien dalam
pengobatan. Pelayanan kesehatan yang tidak menyeluruh, pemahaman dan
kepatuhan pengobatan yang kurang baik menjadi kendala yang besar untuk
menemukan solusi yang ekektif. Indicator kepatuhan pengobatan tuberculosis
paru dilihat dari keteraturan klien dalam berobat selama 6 bulan dengan 2 fase
pengobatan secara rutin. Pemahaman faktor-faktror penting juga dipertimbangkan
pada klien, perawat, dan penyedia pelayanan kesehatan karena dapat menjadi
kontribusi terhadap kepatuhan pengguna OAT (Munro et. all, 2007).
Tingkat kepatuhan seseorang dapat dipengaruhi oleh penerimaan diri dari
individu terkait suatu hal yang merasa di butuhkan (Oedes et all 2012). Kepatuhan
seseorang juga dipengaruhi lamanya dari masa pengobatan. Hal ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Erawatyningsih, dkk (2009) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lama pengobatan terhadap
ketidakpatuhan berobat pada penderita TB paru. Pasien dalam pengobatan fase
lanjutan cenderung memiliki derajat ketidakpatuhan lebih tinggi dari pada pasien
pada pengobatan fase intensif. Karena pasien akan merasa sembuh dan gejala-
gejala sudah mulai berkurang dan tubuh sudah mulai membaik. Sehingga pada
penelitian ini dilaksanakan pada pasien tuberculosis yang sedang menjalani
pengobatan pada fase lanjutan.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
68
5.2.2 Pengaruh peer group support terhadap tingkat kepatuhan pengobatan (cara,
waktu, dosis, ketepatan pengambilan obat) pada klien tuberculosis paru
Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil uji statistik Mc Nemar ada
perubahan yang signifikan pada kelompok perlakuan setelah diberikan peer group
support yaitu pada waktu minum obat dan terjadi peningkatan terhadap cara
minum obat. Hal ini sejalan dengan penelitian Alfid (2016) bahwa peer group
support berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap pada klien tuberculosis paru
dan berdampak positif terhadap kepatuhan minum obat pada pasien yang sedang
menjalani pengobatan. Al-Mighwar (2006) juga berpendapat bahwa pengaruh
teman sebaya terhadap sikap, minat dan tingkah laku lebih besar dari pada
pengaruh keluarga. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas
dan dukungan kelompok, Notoatmodjo (2010).
Suatu perilaku dapat terbentuk jika proses berlangsung dari penerimaan
stimulus sampai tindakan, pada proses penerimaan yang dalam hal ini pada
perilaku patuh dalam pengobatan juga memerlukan stimulus dari luar atau dalam
(Vu van et all, 2012). Stimulus dari luar dapat berupa pembelajaran tentang
tuberculosis, hal ini senada dengan hasil penelitian Pramonodjati (2010), meneliti
pengaruh pembelajaran tuberkulosis terhadap kepatuhan berobat dan tingkat
kesembuhan penderita tuberkuloisis didapatkan hasil bahwa pembelajaran
tuberkulosis pada pasien memberikan kontribusi sebesar 13% terhadap kepatuhan
berobat dan tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis paru. Hal ini juga senada
dengan penelitian Noor (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
69
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kesehatan dan sikap klien penderita
TB paru di Sragen.
Tintin (2015) meneliti pengembangan model peningkatan kepatuhan
berbasis teori sistem interaksi King dan pengaruhnya terhadap kepatuhan pasien
tuberculosis paru didapatkan hasil bahwa pengembangan teori ini berpengaruh
terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis paru yang sedang menjalani
pengobatan. Kepatuhan terhadap pengobatan jangka panjang seperti pada penyakit
tuberculosis merupakan kunci keberhasilan penyembuhan penyakit tuberculosis
(Cayla et. Al, 2009). Perlunya kesadaran dari seseorang guna meningkatkan
perilaku yang lebih positif supaya tercapai suatu tujuan yang lebih baik. Pada
penelitian ini terdapat responden yang kurang patuh serta rendahnya dukungan
serta semangat dari keluarga dan kerabat.
Peran keluarga yang baik juga merupakan motivasi atau dukungan yang
ampuh dalam mendorong klien untuk berobat secara teratur sesuai anjuran dokter.
Adanya dukungnyang optimal dari keluarga dapat mempengaruhi perilaku
kepatuhan klien TB paru dalam menjalani pengobatan. Hal ini senada dengan
penelitian Pare dan Amelda (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan klien dalam minum obat.
Hal ini juga diperkuat dengan penelitian M.Nain (2016) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara dukungan kelurga dengan tingkat kepatuhan klien
tuberculosis paru dalam menjalani pengobatan di puskesmas Pegirian Surabaya.
Kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan perlu dukungan baik
dari keluarga atau teman sesama penderita, yang setiap saat dapat saling
mengingatkan untuk minum obat (Hiswani 2004). Pada intervensi penelitian ini
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
70
responden belajar bersama bagaimana cara minum obat yang baik serta waktu
minum obat yang tepat. Hasil penelitian peer group support ini berdampak positif
terhadap resonden dimana terjadi peningkatan kepatuhan pada pengobatan, hal ini
senada dengan dengan penelitian Milgram (2007) menjelaskan bahwa, ketika
subjek bekerja dengan teman-teman dekatnya atau berada dalam lingkungan yang
sama, maka subjek akan melakukan apa yang dilakukan pula oleh oleh teman-
temannya.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
71
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan membahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
pengaruh peer group support terhadap tingkat kepatuhan pengobatan pada klien
tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas Klampis Bangkalan.
6.1 Kesimpulan
Kepatuhan pengobatan terjadi perubahan dan peningkatan setelah diberikan
intervensi dengan peer group support, hal ini dikarenakan pada peer group
support ketika subjek bekerja dengan teman-teman dekatnya, maka subjek akan
melakukan apa yang dilakukan pula oleh teman-temannya yaitu berperilaku sama
seperti apa yang dilakukan oleh temannya, selain itu pada peer group support
seseorang akan saling mendukung dan memberikan semangat satu sama lain
sehingga seseorang merasa bahwa dirinya dicintai, dihargai dan membuat dirinya
lebih berarti, sehingga membuat dirinya lebih patuh dalam menjalani pengobatan.
6.2 Saran
1. Petugas perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan kepada pasien serta
masyarakat yang masih kurang faham mengenai tata cara pengobatan
tuberculosis.
2. Responden
Responden diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan
kepatuhannya dalam menjalani pengobatan, serta rajin kontrol ke unit UPK.
71
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
72
3. Peneliti selanjutnya
Melakukan penelitian peer group support untuk mengukur variabel lain
secara utuh sesuai dengan teori Lawrence Green
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
73
DAFTAR PUSTAKA
Alfid, 2016, Pengaruh Peer Group Support Terhadap pengetahuan, Sikap,
kepatuhan Minum Obat dan Kualitas Hidup Klien Tuberkulosis paru,
Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Al-Mighwar, M, 2006, Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka setia
Arikunto, S 2006, Manajemen penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,penerjamah;
Kuncara HY et all, Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan, RI 2008, Pedoman nasional penanggulangan
tuberculosis, Edisi 2, Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan, RI 2014, TBC Masalah Kesehatan Dunia, Bakti
Husada, Jakarta 2016
Dinkes, 2016, Analisa Situasi TB Jatim Tahun 2015 Seksi p2 TB Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun
Glic, I.D, Anya, H Tekoll & Spencer, Hays 2011, „The role of the family and
improvenment in treatment maintenance, adherence, and outcome for
schizophrenia‟, Journal of Clinical Psychopharmacology, Vol.31, No.1,
Februari 2011
Gough, A & Kaufman, Garri 2011, „Pilmonary tuberculosis: clinical features and
patient management‟, Nursing Standard, Vol.25, No.47, July 2011
Hidayat, A.A.A 2009, Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah, Jakarta:
Salemba Medika
Hiswani, 2004, Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi YangMasih Menjadi
Masalah Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehata Masyarakat
Universitas Sumatera. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
hiswani12.pdf, diakses tanggal 05 april jam 15:00 WIB
Kemenkes RI 2011, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyakit
lingkungan, Pedoman Nasional Penendalian Tuberkulosis, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta
Kemenkes RI 2011, Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014,
Jakarta: Direktorat Jendral pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
73
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
74
Kemenkes R1 Ditjen. PP&PL, 2014, Pedoman nasional pengendalian TB,
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI 2015, Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh Info
datin,pp.2-3, http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodat
in_tb.pdf
Menru, SA, Lewis, SA, Smith, HJ, Engel, ME, Freithem, M, & Volmink, J 2007 Patient
Adherence to Tuberculosis treatment: A Symtematic Review of Qualitative
Reseacrh, Plos Med, 4 (7)
Niven, N, 2002, Psikologi Kesehatan Ed.2, Jakarta, EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, M, A, 2013, Perbedaan Kepatuhan Minum Obat Penderita
Tuberkulosis Antara Yang Menggunakan Layanan Pesan Singkat Dengan
Pengawas Minum Obat di Puskesmas Dinoyo Malang
Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan,
Ed.2, Salemba Medika
Nursalam 2013 , Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta, Salemba
Medika.
Nursalam 2014, Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Oades, et all 1992, Peer support in a mental health service context, Manual of
Psychosocial Rehabilitation, http//www.e-resources.perpusnas.go.id
diakses tanggal 1 agustus 2017 jam 21.30 WIB
Peplau,et all 1992, Social Psychology seventhedision, New Jersey, Prentice Hall
Pramonodjati 2010. Pengaruh pembelajaran tuberculosis terhadap kepatuhan
berobat dan tingkat kesembuhan penderita tuberculosis. Tesis Universitas
Sebelas Mare
t
Prayogi, B 2014, Psyhoeducative Family Therapy Untuk Meningktkan Dukungan
Keluarga, Kepatuhan Minum Obat dan Kualitas Hidup Pasien TB Paru,
Tesis FKP-UNAIR
Rakhmat, J 2005, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
75
Randall, MC 2003, Support Group: What They Are and What They Do,
www.genetichelath.com, diakses tanggal 15 April Jam 14:30 WIB
Rantucci, J. M 2007, Komunikasi apoteker-pasien. Panduan konseling pasien,
Edisi 2, Jakarta: EGC
Sahat, P Manalu 2010, „Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru dan
upaya penanggulangan‟, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.9, No4, Desember
2010
Santoso, S 2004, Dinamika Kelompok, Jakarta, Bumi Aksara
Santrock, J. (2011), Life -Span Development 13th
Edition. New York : McGraw-
Hill
Somantri, I. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. 2007
Smeet. B, 1994, Psikologi Kesehatan, Jakarta: Gramedia Widiasaran Indonesia
Stanhope, Marcia, Ruth N. Knollmuelles.2010. Praktik Keperawatan Komunitas
edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suarni,Helda.2009.Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Krjadian
Penyakit TB BTA Positif di kecamatan Pancoran Mas Kota Depo Bulan
Oktober Thaun 2008-April Tahun 2009. Universitas Indonesia
Suparyanto, 2010, Konsep Kepatuhan, diakses 10 April 2017 Jam 15:00 WIB,
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2010/07/konsep-kepatuhan.html
Sukartini, 2015, Pengembangan Model Peningkatan Kepatuhan Berbasis Teori
Sistem Interaksi King dan Pengaruh Kepatuhannya Terhadap Kepatuhan
Pasien Tuberkulosis Paru, Disertasi Universitas Indonesia.
Training in Human Right and Citzenship education Council of Europe, 1997,
Peer Group Support, http://www.dadalos.org diakses tanggal 15 April Jam
14:00 WIB
Vu van, et all 2012, Peer support and improved quality of life among persons
living with HIV on antiretroviral treatment: A randomized controlled trial
form nort-eastern Vietnam.
Walgito, B 2003, Psikologi social (Suatu Pengantar), Cet. Keempat, Yogyakarta,
CV Andi Offset
Wade, C., dan Tarvis, C, 2007, Psikologi, Edisi 9. Terjemahan Benedictine
Widyasinta dan Darma Juwono, Jakarta Erlangga.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
76
WHO 2012, Global Tuberculosis Report,
http://apps.who.int/iris/bitsream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf.
Diakses tanggal 02 April 2017
WHO 2015, Global Tuberkulosis Report 20th
edition, diakses 02 April 2017, http://extranet.who.int/sree/Reports
Wibisono, MJ, Winarni, Slamet H (ed). 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD dr. Soetomo.
Yunianti, RN 2012, Hubungan Dukungan Sosial dengan Kulaitas Hidup pada
Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Balai pengobatan Penyakit Paru-
Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran, Jurnal Tuberkulosis Indonesia,
8(2),7-11
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
77
Lampiran 1
Surat Ijin Survey Penelitian dari Fakultas
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
78
Lampiran 2
Surat Ijin Survey dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Bangkalan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
79
Lampiran 3
Surat Ijin Survey Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan
kepada Puskesmas Klampis Bangkalan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
80
Lampiran 4
Surat Ijin Penelitian Dari Faklutas Keperawatan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
81
Lampiran 5
Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Bangkalan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
82
Lampiran 6
Surat Balasan dari Puskesmas Klampis Bangkalan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
83
Lampiran 7
Surat Kelulusan Etik
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
84
Lampiran 8
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
BAGI RESPONDEN (WAWANCARA KUESIONER)
Judul penelitian: Pengaruh Peer Group Support terhadap Tingkat Kepatuhan
Pengobatan pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Klampis
Bangkalan
Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisis Pengaruh Peer Group Support terhadap Tingkat Kepatuhan Pengobatan
Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Klampis Bangkalan
Tujuan khusus
1. Menjelaskan Tingkat Kepatuhan Pengobatan klien Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Klampis Bangkalan
2. Menjelaskan Pengaruh Peer Group Support terhadap Tingkat Kepatuhan
Pengobatan Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Klampis
Bangkalan
Perlakuan yang diterapkan pada subyek
Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimental dengan pre-test post-test
control design sehingga responden terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan diberikan metode peer group support selama
2 minggu sedangkan kelompok kontrol melakukan SOP puskesmas dengan tanpa
diberikan intervensi yang sama dengan kelompok perlakun. Tetapi setelah penelitian
selesai pada kelompok kontrol akan diberikan juga peer group support untuk menjaga
keadilan. Responden akan diberikan kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan peer
group support. Kuesioner ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan klien
tuberculosis paru dalam menjalani pengobatan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
alat yaitu kamera untuk mengambil gambar yang dilakukan selama penelitian
berlangsung.
Manfaat
Responden yang terlibat dalam penelitian ini akan menambah dan memperdalam
wawasan mengenai tuberculosis paru dalam meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
85
Bahaya potensial
Tidak ada bahaya petensial yang diakibatkan dari keterlibatan responden dalam penelitian
ini, karena peneliti akan memberikan metode peer group support untuk meningkatkan
kepatuhan pengobatan klien tuberkulosis paru dalam menjalani pengobatan.
Hak untuk undur diri
Keikutsertaan subyek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk
mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan.
Jaminan Kerahasiaan Data
Semua data dan informasi identitas responden penelitian dan dijaga kerahsiaanya yaitu
tidak mencantumkan identitas responden secara jelas pada laporan penelitian nama
responden akan dirubah dalam bentuk kode.
Adanya insetif untuk subyek
Peserta diskusi kelompok terarah akan memperoleh penghargaan berupa souvenir
Informasi tambahan
Nama : Uswatun Hasanah
Telp : 082233348185
Email : [email protected]
Instansi : Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Alamat : Kampus C Mulyorejo
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
86
Prosedur penelitian
Lampiran 2
Penyusunan proposal penelitian
Penyusunan instrument
penelitian (kuesioner kepatuhan)
Pengajuan ethical
clearance perijinan
Listing calon responden
Pembuatan kerangka sampling dan pemilhan responden
berdasarkan kriteria inklusi dn eksklusi dari daftar
sampel dengan metode purposive sampling
Mengagendakan pertemuan
dengan responden terpilih
Pemberian informed consent,
pengisian formulir identitas dan
pengisian kuesioner pre test
Kelompok perlakuan diberikan metode peer
group support selama 2 minggu dengan 4
kali pertemuan dan setiap pertemuan terdiri
dari 6 fase yang berdurasi 45 menit
Kelompok kontrol melakukan SOP
puskesmas dengan tanpa diberikan
intervensi yang sama dengan
kelompok perlakuan
Pemantauan form TB 01 dan form TB 02
Entry dan analisis data menggunakan chi square dan Mc Nemar test
Pelaporan hasil penelitian
Peer Group
Support
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
87
Lampiran 9
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Yang bertandatangan di bawah ini, Saya:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Peer Group Support terhadap Tingkat
Kepatuhan Pengobatan pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Klampis Bangkalan”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada responden
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya potensial yang akan timbul
5. Hak untuk mengundurkan diri
6. Jaminan kerahasiaan data
7. Adanya intensif untuk responden
Setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*)
secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa
keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Klampis,...................2017
Peneliti, Responden,
(Uswatun Hasanah ) (……………………………….)
Saksi,
(……………………………)
Lampiran 3
*) Coret salah satu
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
88
Lampiran 10
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
PENGOBATAN PADA KLIENTUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KLAMPIS BANGKALAN
No. Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian jawaban
1. Pilihlah jawaban yang menurut Anda sesuai dengan memberikan tanda cek atau
centang (√) pada salah satu jawaban yang telah disediakan.
2. Silahkan bertanya pada peneliti apabila ada pertanyaan yang kurang jelas.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden :
2. Alamat responden :
3. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Umur responden :
a. < 18 tahun
b. 18-35 tahun
c. 36-50 tahun
d. > 50 tahun
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak tamat sekolah atau tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Perguruan tinggi
6. Pekerjaan responden :
a. Tidak bekerja
b. Buruh
c. Pelajar/Mahasiswa
d. Wiraswasta
e. Pegawai negeri/TNI/POLRI
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
89
f. Lain-lain
1. Pelayaran
2. Petani
7. Status Pernikahan :
a. Nikah
b. Belum
8. Penghasilan keluarga
a. < Rp. 1.000.0000,-
b. Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-
c. > Rp. 2.000.000,-
9. Jumlah keluarga yang tinggal serumah……….anggota keluarga
10. Siapa pengawas minum obat anda ?
a. Nama :
b. Hubungan :
11. Sudah berapa lama menjalani pengobatan ?
12. Apakah bapak/ibu/saudara teratur dalam menjalani pengobatan TB?
13. Siapakah yang mengantarkan ibu jika ingin mengambil obat ke puskesmas ?
14. Apakah bapak/ibu/saudara teratur dalam pengambilan obat ?
TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN
1. Cara minum obat
1). Satu kali satu waktu
2). Beberapa waktu
2. Waktu
1.) 1 jam Sebelum makan
2.) Sesudah makan
3. Lembar observasi
Formulir TB 01 dan Formulir TB 02
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
90
Formulir TB 01
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
91
Formulir TB 02
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
92
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
93
Lampiran 11
PANDUAN DAN PERATURAN PEER GROUP SUPPORT
Diadopsi dari Fata (2009)
Peraturan Peer Group Support berungsi untuk menjaga kelancaran pelaksanaan Peer
Group Support dan melindungi peserta dari hal-hal yang tidak diinginkan. Peraturan
dibuat untuk kepentingan kelompok sehingga diharapkan tidak ada yang merasa
dirugikan. Perubahan peraturan bisa terjadi apabila ada kesepakatan dari seluruh anggota
Peer Group Support.
Peraturan yang perlu diterapkan dalam Peer Group Support antara lain:
1. Kelompok beranggotakan tidak lebih dari 8 orang
2. Peserta diharapkan datang 5 menit sebelum kegiatan dilaksanakan
3. Waktu dan tempat pelaksaan peer group support dilaksanakan dirumah penderita
4. Pemilihan ketua kelompok berdasarkan kesepakatan dari anggota peer group
support.
5. Pemilihan topik dan tema ditentukan oleh peneliti
6. Peserta perlu bicara jujur dan apa adanya semaksimal mungkin
7. Peserta jika mengajukan pertanyaan atau sanggahan, diharapkan mengangkat
tangan dan menunggu dipersilahkan untuk berbicara
8. Jika ada yang menangis atau bertengkar, peneliti menghentikan proses diskusi
sampai situasi dan kondisi memungkinkan untuk diteruskan.
9. Peserta lain memperhatikan dan tidak ramai ketika yang lain sedang berbicara
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
94
Lampiran 12
SATUAN ACARA KEGIATAN
Topik : Peer Group Support
Sasaran : Klien TB paru yang berobat di puskesmas
Waktu : 30-45 menit
Tempat : Rumah Penderita
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Peer group support dapat meningkatkan kepatuhan minum obat
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Peer group support meningkatkan kepatuhan minum obat klien TB paru
B. Materi
Materi yang akan dibahas yaitu tentang kepatuhan minum obat
C. Metode
Ceramah dan diskusi
D. Fasilitator
Fasilitator dan tim
E. Alat dan Bahan
Kuesioner dan bolpen
F. Langkah Kegiatan
1. Pertemuan pertama
No. Fase Aktifitas Waktu
1. Check in - Fase ini peserta memperkenalkan diri, karena
merupakanpertemuan pertama
- Peneliti memberikan penjelasan tentang tata cara model peer
group support yang akan dilaksanakan oleh Klien
- Peneliti menyampaikan tata cara beserta aturan dalam
pelaksanan kegiatan
- Peneliti menyampaikan tujuan dan topic peer group support
pada pertemuan ini, topiknya tentang penyakit TB paru
5 menit
2. Presentasi
Masalah
-Fase ini, peserta sudah dibentuk kelompok dan menyampaikan
permasalahan yang berkaitan dengan dengan topik penyakit TB
paru
- Permasalahn yang sudah disampaikan setiap peserta
5 menit
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
95
ditampung terlebih dahulu
3. Klarifikasi
masalah
-Fase ini, peserta membahas masalah yang telah disampaikan
pada fase sebelumnya
- Setiap permasalahn dicari jalan keluarnya bersama-sama,
anggota dapat memberikan pertanyaan terkait permasalahan
yang telah disampaikan
20
menit
4. Berbagi
usulan
-Fase ini, peserta berbagi pengalaman dan permasalahn yang
pernah dialami agar dapat menjadi pertimbangan dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh setiap peserta.
5 menit
5. Perencanaan
tindakan
-Fase ini setelah menampung usulan-usulan pada sesi
sebelumnya, peserta merencanakn strategi untuk melakukan
tindakan yang akan membantu permasalah pada anggotanya
5 menit
6. Checking
out
-Fase ini, perwakilan anggota kelompok menyimpulkan topic
yang telah dibahas
-setelah itu peneliti menutup peer group support pada
pertemuan pertama dan melakukan kontrak untuk pertemuan
selanjutnya.
5 menit
2. Pertemuan kedua
No. Fase Aktifitas Waktu
1. Check in - Peneliti menyapa semua anggota dan mereview pertemuan
sebelumnya
- peneliti menyampaikan topik peer group support yang akan
dilaksanakn pada pertemuan kali ini, topiknya tentang
pengobatan TB
5 menit
2. Presentasi
Masalah
-Fase ini, peserta yang sudah pada kelompok menyampaikan
permasalahan yang berkaitan dengan topik pengobatan TB
-permasalahan yang sudah disampaikan setiap peserta
ditampung terlebih dahulu
5 menit
3. Klarifikasi
masalah
-Fase ini, peserta membahas masalah yang telah disampaikan
pada fase sebelumnya
-Setiap permasalahan dicari jalan keluarnya bersama-sama,
anggota dapat memberikan pertanyaan terkait permasalahan
yang telah disampaikan
20
menit
4. Berbagi
usulan
-Fase ini, peserta berbagi pengalaman dan permasalahan yang
pernah dialami agar menjadi pertimbangan dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi oleh setiap peserta
5 menit
5. Perencanaan
tindakan
-Fase ini setelah menampung usulan-usulan pada sesi
sebelumnya, peserta merencanakan strategi untuk melakukan
tindakan yang akan membantu anggota lain untuk
menyelesaikan permasalahannya.
5 menit
6. Checking
out
-Fase ini, perwakilan angggota kelompok menyimpulkan
tentang topik yang telah dibahas
-Setelah itu, peneliti menutup pertemuan peer group support
kali ini dan membacakan kontrak waktu untuk peertemuan
selanjutnya
5 menit
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
96
3. Pertemuan ketiga
No. Fase Aktifitas Waktu
1. Check in -Peneliti menyapa dan menanyakan kabar serta mereview
tentang pertemuan sebelumnya
-Peneliti menyampaikan topik yang akan dibahas pada
pertemuan ini, topiknya tentang manfaat patuh berobat
5 menit
2. Presentasi
Masalah
-Fase ini, peserta yang sudah berkelompok menyampaikan
permasalah yang berkaitan dengan topik manfaat patuh berobat
-Permasalahan yang sudah disampaikan setiap peserta
ditampung terlebih dahulu
5 menit
3. Klarifikasi
masalah
-Fase ini, peserta membahas masalah yang telah disampaikan
pada fase sebelumnya
-setiap permasalahan dicari jalan keluarnya bersama-sama,
anggota dapat memberikan pertanyaan terkait permasalahn
yang telah disampaikan
20
menit
4. Berbagi
usulan
-Fase ini, peserta berbagi pengalaman dan permasalahan yang
pernah dialami agar dapat menjadi pertimbangan dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh setiap peserta
5 menit
5. Perencanaan
tindakan
-Fase ini setelah menampung usulan-usulan pada sesi
sebelumnya, peserta merencanakan strategi untuk melakukan
tindakan yang akan membantu angggota lain untuk
menyelesaikan permasalahannya.
5 menit
6. Checking
out
-Fase ini, perwakilan anggota kelompok menyimpulkan tentang
topik yang telah dibahas
-Setelah itu, peneliti menutup pertemuan peer group support
pada pertemuan ini dan melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya.
20
menit
4. Pertemuan keempat
No. Fase Aktifitas Waktu
1. Check in -Peneliti menyapa dan menanyakan kabar serta mereview
tentang pertemuan sebelumnya.
-Peneliti menyampaikan topik peer group support pada
pertemuan ini yaitu review kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya.
5 menit
2. Presentasi
Masalah
-Fase ini, peserta yang sudah membentuk kelompok
menyampaikan permasalahn yang berkaitan dengan hal-hal
yang telah dilakukan selama mengikuti kegiatan peer group
support
-Permasalahan yang sudah disampaikan setiap peserta
ditampung terlebih dahulu
5 menit
3. Klarifikasi
masalah
-Fase ini, peserta membahas masalah yang telah disampaikan
pada fase sebelumnya
- Setiap permasalah dicari jalan keluarnya bersama-sama,
20
menit
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
97
anggota dapat memberikan pertanyaan terkait permasalahan
yang telah disampaikan.
4. Berbagi
usulan
-Fase ini, peserta berbagi pengalaman dan permasalahan yang
pernah dialami agar dapat menjadi pertimbangan dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh setiap peserta.
5 menit
5. Perencanaan
tindakan
-Fase ini setelah menampung usulan-usulan pada sesi
sebelumnya, peserta merencanakan strategi untk melakukan
tindakan yang akan membantu anggota lain untuk
menyelesaikan permasalahannya.
5 menit
6. Checking
out
-Fase ini, perwakilan anggota kelompok menyimpulkan
anggota tentang topik yang telah dibahas
- Setelah itu, peneliti menutup peer group support pada
pertemuan ini dan menutup kegiatan secara keseluruhan karena
merupakan pertemuan terakhir
5 menit
G. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama setelah klien berkenalan dilanjutkan dengan
memberikan pemahaman tentang proses peer group support yang
dilakukan oleh peneliti. Klien lanjut dengan memberikan klarifikasi
masalah yang dirasakan oleh setiap individu, setelah itu klien berbagi
usulan terkait penyelesaian permasalahan yang diutarakan.
Selanjutnya,usulan yang masuk ditampung dan diambil bebrapa yang
sesuai untuk dilaksanakan. Pertemuan pertama ditutup dengan
menyimpulkan topik dan usulan yang akan dilaksanakan.
2. Pertemuan kedua, klien mendiskusikan terkait pertemuan sebelumnya bisa
berupa kendala ataupun masalah yang dihadapi. Setelah itu, peneliti
memberikan topik kedua untuk didiskusikan. Klien berbagi usulan dan
pendapat terkait proses pengobatan TB paru. Beberapa usulan yang masuk
ditampung dan didiskusikan serta diambil yang sesuai untuk klien.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
98
Pertemuan kedua ditutup dengan menyimpulkan topik dan usulan yang
akan dilaksanakan.
3. Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga klien setelah menyampaikan evaluasi dari pertemuan
kedua, peneliti memberikan topik berupa manfaat patuh dalam berobat.
Klien langsung mendiskusikan terkait manfaat dan kerugian semisal tidak
patuh dalam proses pengobatan. Setelah proses diskusi dilaksanakan,
beberapa usulan terkait manfaat patuh berobat telah ditampung dan dipilih
untuk dilaksanakan. Pertemuan ketiga ditutup dengan menyimpulkan topik
dan usulan yang akan dilaksanakan.
4. Pertemuan keempat
Pertemuan keempat klien menyampaikan evaluasi dari pertemuan ketiga,
setelah itu peneliti memberikan topik terakhir yaitu mengulang topik dari
awal pertemuan. Klien menyampaikanterkait permasalahan yang dihadapi,
lalu klien berbagi usulan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Usulan-
usulan yang masuk dipilih dan diambil yang sesuai oleh klien untuk tetap
dilaksanakan. Pertemuan keempat ini diakhiri dengan menyimpulkan topik
dan usulan dari pertemuan pertama sampai keempat. Setelah itu, ditutup
serangkaian fase dalam peer group support dengan harapan klien tetap
melaksanakannya.
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
99
Lampiran 13
Hasil Uji Statistik
1. Frekuensi kepatuhan kelompok kontrol pre test
caraminum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid satu kali satu waktu 18 100.0 100.0 100.0
waktu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 jam sebelum makan 11 61.1 61.1 61.1
sesuda makan 7 38.9 38.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
dosisobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai obat 18 100.0 100.0 100.0
pengambilanobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai jadwwal 18 100.0 100.0 100.0
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
100
2. Frekuensi kepatuhan kelompok kontrol post test
caraminum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid satu kali satu waktu 18 100.0 100.0 100.0
waktu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 jam sebelum makan 11 61.1 61.1 61.1
sesuda makan 7 38.9 38.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
dosisobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai obat 18 100.0 100.0 100.0
pengambilanobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai jadwwal 18 100.0 100.0 100.0
3. Frekuensi kepatuhan kelompok perlakuan pre test
Caraminum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid satu kali satu waktu 17 94.4 94.4 94.4
bebrapa waktu 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
101
Waktu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 jam sebelum makan 6 33.3 33.3 33.3
sesudah makan 12 66.7 66.7 100.0
Total 18 100.0 100.0
dosisobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai BB 18 100.0 100.0 100.0
pengambilanobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai jadwal 18 100.0 100.0 100.0
4. Frekuensi kepatuhan kelompok perlakuan post test
caraminum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid satu kali satu waktu 18 100.0 100.0 100.0
waktu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 jam sebelum makan 15 83.3 83.3 83.3
sesudah makan 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0
dosisobat
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
102
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai BB 18 100.0 100.0 100.0
Pengambilanobat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sesuai jadwal 18 100.0 100.0 100.0
5. Uji Chi square pre tetst antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
6. Carakontrol
Observed N Expected N Residual
satu kali satu waktu 35 18.0 17.0
beberapa waktu 1 18.0 -17.0
Total 36
Caraperlakuan
Observed N Expected N Residual
satu kali satu waktu 17 9.0 8.0
beberapa waktu 1 9.0 -8.0
Total 18
Test Statistics
carakontrol Caraperlakuan
Chi-Square 32.111a 14.222b
df 1 1
Asymp. Sig. .000 .000
a. 0 cells (0.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 18.0.
b. 0 cells (0.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 9.0.
Waktukontrol
Observed N Expected N Residual
1 jam sebelum makan 17 18.0 -1.0
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
103
sesudah makan 19 18.0 1.0
Total 36
Waktuperlakuan
Observed N Expected N Residual
1 jam sebelum makan 6 9.0 -3.0
sesudah makan 12 9.0 3.0
Total 18
Test Statistics
waktukontrol waktuperlakuan
Chi-Square .111a 2.000b
df 1 1
Asymp. Sig. .739 .157
a. 0 cells (0.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 18.0.
b. 0 cells (0.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 9.0.
Dosiskontrol
Observed N Expected N Residual
sesuai BB 36 36.0 .0
Total 36a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be
performed.
Dosisperlakuan
Observed N Expected N Residual
sesuai BB 18 18.0 .0
Total 18a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be
performed.
Pengambilankontrol
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
104
Observed N Expected N Residual
Sesuaijadwal 36 36.0 .0
Total 36a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
Pengambilanperlakuan
Observed N Expected N Residual
sesuaijadwal 18 18.0 .0
Total 18a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
7. Uji Chi square post test kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Carakontrol
Observed N Expected N Residual
satu kali satu waktu 36 36.0 .0
Total 36a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
Caraperlakuan
Observed N Expected N Residual
satu kali satu waktu 18 18.0 .0
Total 18a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
Waktukontrol
Observed N Expected N Residual
1 jam sebelum makan 26 18.0 8.0
sesudah makan 10 18.0 -8.0
Total 36
waktuperlakuan
Observed N Expected N Residual
1 jam sebelum makan 15 9.0 6.0
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
105
sesudah makan 3 9.0 -6.0
Total 18
Test Statistics
waktukontrol waktuperlakuan
Chi-Square 7.111a 8.000b
Df 1 1
Asymp. Sig. .008 .005
a. 0 cells (0.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 18.0.
b. 0 cells (0.0%) have expected frequencies less than
5. The minimum expected cell frequency is 9.0.
dosiskontrol
Observed N Expected N Residual
seuai BB 36 36.0 .0
Total 36a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be
performed.
dosisperlakuan
Observed N Expected N Residual
seuai BB 18 18.0 .0
Total 18a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be
performed.
pengambilankontrol
Observed N Expected N Residual
sesuai jadwal 36 36.0 .0
Total 36a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
pengambilanperlakuan
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
106
Observed N Expected N Residual
sesuai jadwal 18 18.0 .0
Total 18a
a. This variable is constant. Chi-Square Test cannot be performed.
k1 1 1 1 1 1 p1 1 1 1 1
k2 1 1 1 1 1 p2 1 1 1 1
k3 1 1 1 1 1 p3 1 1 1 1
k4 1 2 1 1 1 p4 1 2 1 1
k5 1 2 1 1 1 p5 1 1 1 1
k6 1 2 1 1 1 p6 1 1 1 1
k7 1 1 1 1 1 p7 1 1 1 1
k8 1 1 1 1 1 p8 1 1 1 1
k9 1 1 1 1 1 p9 1 2 1 1
k10 1 2 1 1 1 p10 1 1 1 1
k11 1 1 1 1 1 p11 1 1 1 1
k12 1 1 1 1 p12 1 1 1 1
k13 1 1 1 1 1 p13 1 2 1 1
k14 1 2 1 1 1 p14 1 1 1 1
k15 1 1 1 1 1 p15 1 1 1 1
k16 1 1 1 1 1 p16 1 1 1 1
k17 1 2 1 1 1 p17 1 1 1 1
k18 1 2 1 1 1 p18 1 1 1 1
8. Uji kepatuhan Mc Nemar Kelompok perlakuan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
carapre * carapost 18 100.0% 0 0.0% 18 100.0%
carapre * carapost Crosstabulation
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
107
Count
carapost
Total
satu kali satu
waktu
carapre satu kali satu waktu 17 17
bebrapa waktu 1 1
Total 18 18
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
McNemar-Bowker Test . . .a
N of Valid Cases 18
a. Computed only for a PxP table, where P must be greater than 1.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
waktupre * waktupost 18 100.0% 0 0.0% 18 100.0%
waktupre * waktupost Crosstabulation
Count
waktupost
Total
1 jam sebelum
makan sesudah makan
waktupre 1 jam sebelum makan 6 0 6
sesudah makan 9 3 12
Total 15 3 18
Chi-Square Tests
Value
Exact Sig. (2-
sided)
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
108
McNemar Test .004a
N of Valid Cases 18
a. Binomial distribution used.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dosispre * dosispost 18 100.0% 0 0.0% 18 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
McNemar-Bowker Test . . .a
N of Valid Cases 18
a. Computed only for a PxP table, where P must be greater than 1.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengambilanpre *
pengambilanpost 18 100.0% 0 0.0% 18 100.0%
pengambilanpre * pengambilanpost Crosstabulation
Count
pengambilanpost
Total tepat waktu
Pengambilanpre tepat waktu 18 18
Total 18 18
Chi-Square Tests
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
109
Value Df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
McNemar-Bowker Test . . .a
N of Valid Cases 18
a. Computed only for a PxP table, where P must be greater than 1.
p1 1 2 1 1 p1 1 1 1 1
p2 1 2 1 1 p2 1 1 1 1
p3 1 2 1 1 p3 1 1 1 1
p4 1 2 1 1 p4 1 2 1 1
p5 1 1 1 1 p5 1 1 1 1
p6 1 1 1 1 p6 1 1 1 1
p7 1 1 1 1 p7 1 1 1 1
p8 1 1 1 1 p8 1 1 1 1
p9 1 2 1 1 p9 1 2 1 1
p10 1 2 1 1 p10 1 1 1 1
p11 1 2 1 1 p11 1 1 1 1
p12 1 2 1 1 p12 1 1 1 1
p13 1 2 1 1 p13 1 2 1 1
p14 1 1 1 1 p14 1 1 1 1
p15 1 2 1 1 p15 1 1 1 1
p16 1 1 1 1 p16 1 1 1 1
p17 2 2 1 1 p17 1 1 1 1
p18 1 2 1 1 p18 1 1 1 1
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI
61
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEER GROUP SUPPORT .... USWATUN HASANAHSKRIPSI