skripsi kedokteran masyarakat

Upload: lysia-ely

Post on 03-Jun-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    1/53

    SKRIPSI

    JANUARI 2011

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KODE ETIK

    INTERNASIONAL PEMASARAN PENGGANTI ASI (PASI) DI RS/KLINIK

    BERSALIN DI KOTA MAKASSAR

    OLEH

    LYSIA KUSUMAWATI

    110 205 0101

    PEMBIMBING

    Dr. SURYANI TAWALI,MPH

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

    MAKASSAR

    2011

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    2/53

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Banyak fakta yang menyebabkan Air Susu Ibu (ASI) masih

    mendapat perhatian serius dari berbagai ahli kesehatan di dunia. Pada

    tahun 1989, UNICEF bersama WHO memperkenalkan Sepuluh Langkah

    Keberhasilan Menyusui dengan mengeluarkan sebuah Pernyataan Bersama

    mengenai Perlindungan, Promosi, dan Dukungan Menyusui: Peran

    Khusus Fasilitas Pelayanan Kesehatan Ibu. Setahun kemudian, pada

    tahun 1990 Deklarasi Innocenti menghimbau dunia agar mendukung

    pelaksanaan Sepuluh Langkah di semua fasilitas kesehatan yang

    memberikan pelayanan kesehatan ibu. Didalam deklarasi tersebut

    disepakati perlunya kampanye ASI melalui pekan ASI sedunia yang

    dilakukan pada setiap minggu pertama bulan Agustus (World Breast-

    Feeding Week). Tujuannya adalah untuk menyadarkan kembali

    masyarakat betapa pentingnya ASI dan supaya ibu mau menyusui

    bayinya.1,2

    Adapun Tema peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2010

    adalah Breast Feeding: Just Ten Step! The Baby Friendly Way dengan

    tema nasional Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi. Tema

    PAS 2010 ini sangat tepat untuk lebih menguatkan penerapan 10 Langkah

    Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) khususnya di fasilitas

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    3/53

    pelayanan kesehatan. 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui tersebut

    adalah :

    1. Fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan PeningkatanPemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin

    dikomunikasikan kepada semua petugas

    2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan danketerampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut

    3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui danpenatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai

    umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui

    4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelahmelahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat

    operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar

    5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan caramempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis

    6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayibaru lahir

    7.

    Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24

    jam sehari

    8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasanterhadap lama dan frekuensi menyusui

    9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    4/53

    10.Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) danrujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah

    Sakit/Rumah Bersalin/Fasilitas pelayanan kesehatan.2

    Salah satu alasan utama pentingnya ASI adalah karena sangat

    bermanfaat untuk bayi pada awal kehidupannya. ASI diciptakan sebagai

    makanan yang mengandung zat gizi dan non-gizi paling lengkap dan

    cukup untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (ASI Eksklusif). Kalau

    bayi lahir sampai enam bulan dengan hanya diberikan ASI saja,

    pertumbuhannya jauh lebih baik dibanding bayi yang tidak disusui. Pada

    periode usia tersebut bayi tidak dianjurkan untuk diberikan makanan

    apapun selain ASI. 1

    Penelitian yang dilakukan oleh The Bellagio Survival Study Group

    (2003) pada 42 negara mengenai tingginya angka kematian anak dibawah

    umur 5 tahun dan cara pencegahan yang efektif. Sebagaimana yang

    diterbitkan oleh The Lancet tentang hasil penelitian tersebut, bahwa pada

    tahun 2003 diperkirakan terjadi 10,8 juta bayi meninggal sebelum berumur

    5 tahun di 42 negara. Kemudian didapatkan bahwa ada banyak metode

    pencegahan yang efektif dengan biaya yang relatif rendah, tetapi porsi

    paling tinggi ternyata diberikan oleh pencegahan dengan metode

    pemberian ASI. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa ternyata sekitar

    1.302 bayi atau sekitar 13% dari semua kematian bayi tersebut dapat

    dicegah dengan pemberian ASI. 3

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    5/53

    Selain itu, penambahan makanan selain ASI pada usia yang terlalu

    dini dapat meningkatkan kesakitan (morbiditas). Bayi tersebut akan mudah

    terkena infeksi saluran pencernaan maupun pernafasan. Angka kematian

    bayi di Indonesia yang cukup tinggi diantaranya disebabkan oleh tingginya

    kejadian infeksi saluran pencernaan dan pernafasan pada bayi.

    TABEL 1.1

    POLA PENYAKIT PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA

    HASIL SKRT 1995 DAN SURKESNAS 2001

    Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab

    kematian Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak

    terlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan

    penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001, kematian Balita yang

    tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita), disusul

    oleh kematian akibat Diare (2,3 per 1.000 Balita). 4

    Ironisnya penyakit-penyakit infeksi tersebut sebenarnya dapat

    dicegah hanya dengan pemberian ASI eksklusif. Pande (2009) melakukan

    penelitian untuk mengetahui perbedaan angka prevalensi ISPA bagian atas

    antara bayi usia 6-12 bulan yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang

    diberi PASI di Wilayah Kerja Puskesmas Cisadea Kecamatan Blimbing

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    6/53

    Kota Malang, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat

    perbedaan angka prevalensi ISPA bagian atas yang signifikan pada jumlah

    serangan ISPA saat usia 0-6 bulan dan saat usia 6-12 bulan serta lama

    serangan ISPA antara bayi usia 6-12 bulan yang diberi ASI eksklusif

    dengan bayi yang diberi PASI di Wilayah tersebut. Kesimpulannya ialah

    pemberian ASI Eksklusif sejak lahir akan cenderung dapat mencegah dan

    menjarangkan terjadinya serangan ISPA serta mempersingkat lamanya

    bayi saat menderita ISPA bagian atas, daripada bayi yang mendapatkan

    PASI (susu formula).5

    Sebagai makanan terbaik bayi, ternyata ASI belum sepenuhnya

    dimanfaatkan oleh masyarakat, bahkan terdapat kecenderungan terjadi

    pergeseran penggunaan susu formula pada sebagian kelompok masyarakat.

    Data series Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

    menunjukkan ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif hanya 52,0% (tahun

    1997 ) dan 55,1% (tahun 2003) (BPS, 2003). Angka tersebut masih jauh

    dibandingkan dengan target pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun

    2000 sebesar 80%.1

    Seiring dengan menurunnya pemberian ASI eksklusi tersebut,

    Terjadi pula peningkatan konsumsi susu formula. Hal ini dilaporkan pada

    hasil studi di Kota Bogor (2002) pada bayi usia 5-10 bulan sebanyak 54,6

    % sudah mulai diberikan susu formula. Tingginya pemakaian susu formula

    di Indonesia juga ditemukan pada survei Yayasan Lembaga Konsumen

    (YLKI) dan Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI (BKPP-ASI). Data

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    7/53

    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2002) menunjukkan

    pada bayi berusia < 6 bulan yang menggunakan susu formula, yaitu

    sebanyak 76,6% pada bayi yang tidak disusui dan 18,1% pada bayi yang

    disusui.1

    Promosi susu formula dilakukan sangat gencar diberbagai media

    massa. Produsen susu formula juga mulai mengalihkan promosi produknya

    dari iklan langsung ke konsumen ke promosi di institusi pelayanan

    kesehatan seperti rumah sakit (RS), rumah bersalin, dan tempat praktik

    bidan. Selain memasang poster dan kalender, juga dilakukan pemberian

    sampel gratis kepada ibu yang baru melahirkan. Semua praktik ini jelas

    melanggar Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu

    (PASI) maupun peraturan pemerintah yang berlaku. 1

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukamdani,S.Ked (2010)

    didapatkan bahwa sekitar 66,67% rumah sakit/klinik bersalin atau 10 dari

    15 sampel ternyata melakukan promosi susu formula pada masing-masing

    tempat. Dari kelima variabel yang menjadi bahan acuan penelitian ini,

    variabel mengenai menampilkan produk pengganti ASI/botol/dot dalam

    gerai juga termasuk poster dan plakat memiliki presentasi terbesar, yakni

    sekitar 53,33% atau sekitar 8 dari 15 rumah sakit/kllinik bersalin yang

    menjadi sampel penelitian. Beberapa rumah sakit bahkan menampilkan

    langsung produk tersebut di depan kamar perawatan bayi sehingga hal ini

    cenderung dapat menjadi perhatian tersendiri baik itu bagi ibu bayi

    maupun keluarga pasien.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    8/53

    Bentuk promosi lain yang juga dilakukan di rumah sakit adalah

    melalui pemajangan barang-barang yang sebenarnya memiliki fungsi

    promosi dan edukasi, tetapi memuat lambang/nama produk bersangkutan.

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan sekitar 40% atau 6

    dari 15 rumah sakit/klinik yang menjadi sampel penelitian. Barang-barang

    ini sebagian besar dalam bantuk chart pertumbuhan, serta jadwal imunisasi

    dan di pajang sebagian besar di daerah poliklinik tempat keluarga pasien

    menunggu. Pada dasarnya tujuannya bagus, yakni untuk mensosialiasaikan

    mengenai jadwal imunisasi misalnya, tetapi dengan mencantumkan

    lambang/nama produk susu formula tertentu, maka hal tersebut melanggar

    ketentuan kode etik internasional mengenai pemasaran pengganti ASI.

    Fakta ini menimbulkan pertanyaan besar mengapa terjadi

    pelanggaran kode etik internasional mengenai pemasaran ASI, sehingga

    perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

    berkaitan dengan pelaksanaa kode etik internasional tersebut oleh petugas

    kesehatan di RS/klinik bersalin.

    I.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulis

    merumuskan masalah penelitian yaitu apa saja faktor-faktor yang

    mempengaruhi pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti

    ASI di RS/Klinik Bersalin?

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    9/53

    I.3. Batasan Penelitian

    Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI mengatur

    banyak subjek dan objek, mulai dari masyarakat umum dan ibu-ibu, sistem

    perawatan kesehatan, pihak-pihak yang dipekerjakan oleh pabrikan atau

    distributor, pembuatan label, mutu dan pekerja kesehatan. Dalam

    penelitian ini, aspek yang akan diteliti hanya aspek petugas kesehatan.

    Dalam hal ini petugas kesehatan di RS/Klinik Bersalin.

    I.4. Tujuan Penelitian

    I.4.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kode

    Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI

    I.4.2 Tujuan Khusus

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kode

    Etik Internasional Pemasaran ASI yaitu pengetahuan umum petugas

    kesehatan di RS/klinik bersalin, kebijakan RS/klinik bersalin tentang

    promosi dan penjualan produk Pengganti ASI, serta insentif dari

    produsen Pengganti ASI kepada petugas.

    I.5. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :

    1. Terhadap program, diharapkan hasil penelitian ini merupakan sumberinformasi penting bagi pemerintah serta instansi terkait agar lebih mengerti

    tentang Kode Etik internasional pemasaran pengganti ASI dan

    menjalankannya dengan baik.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    10/53

    2. Terhadap ilmu pengetahuan sebagai bahan ilmiah untuk bahan bacaanpada penelitian selanjutnya.

    3. Terhadap peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam rangkamenambah wawasan keilmuan melalui penelitian literature review

    sekaligus sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam

    bidang metodologi penelitian

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    11/53

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Kandungan dan Manfaat ASI

    ASI sangat penting dan perannya bagi bayi, dan tidak bisa

    digantikan oleh jenis susu lain. ASI mengandung lebih dari 100 jenis zat

    gizi yang tidak ada satu pun jenis susu lain bisa menyamainya. Selain itu

    tidak semua zat gizi yang terdapat dalam susu formula bisa diserap oleh

    bayi. Meskipun European Society for Peadiatric Gastroenterology and

    Nutrition Committee (1981) menetapkan standar komposisi zat gizi susu

    formula bayi, namun ASI tetap merupakan makanan yang baik bagi bayi.1

    Berikut merupakan tinjauan mengenai komposisi ASI: 6,7

    a. ASI selalu merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi walaupun ibusedang sakit, hamil, haid atau kurang gizi kandungan ASI. ASI

    mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 6 bulan I

    kehidupan, dianjurkan agar kepada masa ini hanya diberikan ASI.

    b. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayidalam jumlah yang tepat.

    c. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susulainnya dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi manusia.

    d. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulantidak memerlukan vitamin tambahan

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    12/53

    e. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyakzat besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan

    baik. Bayi yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat

    besi.

    f. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepatg. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASIh. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.

    ASI terdiri dari 88% air . Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi

    selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan

    sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang hanya

    mendapat sedikit ASI pertama (kolostrumcairan kental kekuningan),

    tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan

    cukup cairan di dalam tubuhnya.

    i. ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah . ASI dengankandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga

    atau keempat. Tabel 2 memperlihatkan komposisi ASI. Salah satu

    fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahanbahan larut

    melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium,

    nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi

    yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu

    mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga

    keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    13/53

    mengandung sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air

    sebanyak anak-anak atau orang dewasa.

    Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa

    aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek

    kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.8

    1. Aspek Gizi.Manfaat Kolostrum: 8

    a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untukmelindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

    b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung darihisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun

    sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

    Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

    c. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi danmengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

    dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

    d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yangpertama berwarna hitam kehijauan.

    2. Aspek Imunologik 8

    a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebaskontaminasi.

    b. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnyacukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    14/53

    melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada

    saluran pencernaan.

    c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zatkekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

    d. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300

    kali lebih banyak daripada susu sapi.

    e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-

    Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut

    Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran

    pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue

    (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

    f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri

    ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

    menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

    3. Aspek Psikologik

    8

    Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu

    menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui

    dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan

    meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya

    akan meningkatkan produksi ASI. Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    15/53

    dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi

    tersebut. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-

    bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to

    skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan

    kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah

    dikenal sejak bayi masih dalam rahim.8

    4. Aspek Kecerdasan 8

    Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

    untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan

    kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang

    diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan,

    4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada

    usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.8

    5. Aspek Neurologis

    Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan

    bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.8

    6. Aspek Ekonomis

    Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya

    untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian

    akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu

    formula dan peralatannya.8

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    16/53

    7. Aspek Penundaan Kehamilan

    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,

    sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara

    umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).8

    II.2 Kekurangan pemberian Pengganti ASI (PASI)

    Berikut merupakan beberapa kekurangan pemberian makanan pengganti

    ASI/Susu Formula:

    a) InfeksiSusu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk

    melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan

    lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.7

    b) PemborosanIbu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli

    cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam

    jumlah lebih sedikit dan rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk

    susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol

    sering kelaparan.7

    c) Kekurangan vitaminSusu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.7

    d) Kekurangan zat besiZat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI.

    Bayi yang diberi makanan buatan bisa terkena anemia karena

    kekurangan zat besi.7

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    17/53

    e) Terlalu banyak garamSusu sapi mengandung garam terlalu banyak yang kadang-kadang

    menyebabkan hipernatremia (terlalu banyak garam dalam tubuh) dan

    kejang, terutama bila anak terkena diare.7

    f) Terlalu banyak kalsium dan fosfatHal ini menyebabkan tetani yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-

    kejang).7

    g) Lemak yang tidak cocokSusu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh dibandingkan

    ASI, untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak

    jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak

    esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak

    mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim

    kering tidak mengandung lemak, sehingga tidak mengandung cukup

    banyak energi.7

    h) Protein yang tidak cocokSusu sapi mengandung terlalu banyak protein kasein. Kasein ini

    mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit

    dikeluarkan oleh ginjal bayi yang belum sempuma. Petugas kesehatan

    kadang-kadang mengajarkan ibu untuk mengencerkan susu sapi

    dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi, susu yang

    diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin dan taurin

    yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.7

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    18/53

    i) Tidak bisa dicernaSusu sapi lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase

    untuk mencerna lemak. Juga karena kasein membentuk gumpalan susu

    tebal yang sulit dicerna. Karena susu sapi lambat dicema maka lebih

    lama untuk mengisi lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak

    cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu sapi bisa menderita

    sembelit, yaitlu tinja menjadi Iebih tebal dan keras.7

    j) AlergiBayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak

    masalah alergi, misalnya asma dan eksim.7

    II.3 Keuntungan Menyusui dibanding Memberikan Susu Formula7

    a. ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASIlebih cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin

    ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan buatan

    b. ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukanpersiapan.

    c. ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibutidak menyusui bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu

    percaya bahwa ASI dalam payudara bisa basi, padahal hal ini tidak

    akan terjadi.

    d. Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelahmelahirkan.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    19/53

    e. Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilanberikutnya.

    f. Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantuterjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan

    dan mencintai satu sarna lain. Dekat secara emosional dengan ibunya

    pada saat dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak

    kelak dikemudian hari.

    g. ASI murah, tidak perlu dibeli.h. Semua ASI khusus untuk bayi, sedangkan susu buatan lainnya dapat

    digunakan untuk keluarga lain dan tamu.

    i. ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepatpenyembuhan anak sampai tahun kedua kehidupan.

    II.4. The I nternational Code of Marketing of Breastmilk Subsitutes

    The International Code of Marketing of Breastmilk Subsitutes,

    yang sering disebut sebagai Kode WHO, merupakan kumpulan

    rekomendasi untuk mengatur pemasaran susu pengganti ASI, dot dan

    botol. Kode WHO dibuat atas respon terhadap kenyataan bahwa

    praktek pemberian ASI yang kurang secara negatif mempengaruhi

    pertumbuhan, kesehatan dan perkembangan anak-anak, dan merupakan

    penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita. Praktek pemberian

    ASI yang kurang merupakan hambatan yang serius terhadap

    perkembangan sosial dan ekonomi. Sesi ke 34 World Health Assembly

    (WHA) mengadopsi The International Code of Marketing of

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    20/53

    Breastmilk Subsitutes pada tahun 1981 sebagai persyaratan minimal

    untuk melindungi dan mempromosikan pemberian makanan yang

    cocok untuk bayi dan balita. 9

    Kode WHO bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi

    tersedianya nutrisi yang aman dan memadai bagi bayi, dengan

    melakukan perlindungan dan promosi pemberian ASI, dan dengan

    memastikan bahwa makanan pengganti ASI digunakan secara tepat.

    Disebutkan juga bahwa, Susu pengganti ASI seharusnya tersedia jika

    dibutuhkan, tapi tidak untuk dipromosikan. Kode WHO mewakili

    ekspresi dari keinginan kolektif dari pemerintah untuk memastikan

    perlindungan dan promosi dari pemberian ASI yang optimal bagi bayi

    dan balita. 9

    Cakupan Kode WHO ini adalah setiap pemasaran dan praktek

    terkait lainnya terhadap produk berikut: 10

    Pengganti ASI, termasuk susu formula. Produk susu lainnya, makanan dan minuman termasuk MPASI

    dalam botol, yang dipasarkan atau direpresentasikan cocok untuk

    digunakan sebagai pengganti ASI baik seluruhnya maupun

    sebagian, dengan atau tanpa modifikasi.

    Botol dan dot.Dikarenakan WHO merekomendasikan menyusui hingga 2 tahun,

    maka cakupan tersebut juga berlaku untuk produk pengganti ASI

    hingga anak berumur 2 tahun.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    21/53

    Berikut merupakan beberapa ringkasan ketentuan-ketentuan yang

    diatur dalam Kode WHO ini:10

    a. Masyarakat dan umumBerisi mengenai larangan mengiklankan produk yang ditujukan

    untuk masyarakat umum, pembagian sampel produk kepada ibu

    hamil atau keluarga bayi, serta distribusi hadiah atau barang-

    barang rumah tangga yang dipergunakan untuk promosi produk.

    b. Sistem perawatan kesehatanBerisi mengenai larangan menggunakan sarana kesehatan sebagai

    tempat untuk promosi produk cakupan Kode, larangan

    menampilkan produk dalam gerai khusus termasuk pamflet, serta

    plakat pada sarana kesehatan, serta pemberian bantuan dan atau

    hadiah yang menampilkan lambang produsen ataupun salah satu

    produk kepemilikan produsen.

    c. Pihak-pihak yang dipekerjakan oleh pabrik atau distributorBerisi tentang larangan bagi personil yang dipekerjakan oleh

    pabrik atau distributor untuk melaksanakan fungsi-fungsi

    pendidikan yang berhubungan dengan ibu hamil ibu bayi dan

    balita.

    d. Pembuatan labelHarus berisi kata-kata pengumuman penting atau sepadannya

    yang menyebutkan keunggulan ASI, serta pernyataan bahwa

    penggunaan produk ini harus mendapatkan advis dari pekerja

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    22/53

    kesehatan serta peringatan akan adanya gangguan kesehatan jika

    tidak digunakan sesuai petunjuk. Label juga harus berisi

    mengenai komposisi, penyimpanan serta tanggal kadaluarsa

    dengan memperhatikan kondisi setempat.

    e. MutuProduk-produk makanan yang berada di dalam cakupan Kode

    (ini), ketika dijual atau didistribusikan, hendaknya memenuhi

    standar berlaku yang direkomendasikan oleh Komisi Codex

    Alimentarius dan juga Codex Kode (etik) Praktek-praktek

    Higienis untuk Makanan bagi Bayi dan Anak.

    f. Pekerja kesehatanpekerja kesehatan hendaknya mendorong dan melindungi

    pemberian ASI serta tidak diiming-imingi dengan materi/finansial

    agar mempromosikan produk cakupan Kode, termasuk informasi

    yang diberikan kepada petugas kesehatan haru terbatas pada hal

    yang ilmiah dan faktual.

    II.5 Peran Petugas Kesehatan7

    Sebagaimana halnya pengalaman dibanyak negara didunia bahwa

    penurunan pemberian ASI ada hubungannya dengan cara-cara yang

    dilakukan di rumah sakit, sikap dan perhatian para ahli kesehatan yang

    berkaitan dengan menyusui sangat diperlukan, terutama dalam

    menghadapi promosi-promosi pabrik pembuat susu formula bayi.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    23/53

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    24/53

    meningkatkan kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling tinggi gizi

    dan zat kekebalannya.

    2. Adanya anggapan masyarakat bahwa ASI bisa basi. Padahal dari medisnya

    ASI tidak pernah basi dalam payudara walau ibu tidak menyusui bayinya

    selama beberapa hari.

    Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk berhenti menyusui karena

    ibu sakit tetapi jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti

    menyusui.

    II.6 Peranan Petugas Dalam Pendidikan Kesehatan Pada Keluarga

    Khususnya Ibu7

    Pendidikan kesehatan tidak hanya berupa bimbingan pribadi tetapi

    juga pendidikan umum bagi masyarakat. Petugas kesehatan harus mencoba

    mendidik masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus

    dilakukan oleh si ibu. Akan tetapi petugas kesehatan harus mengetahui

    masyarakat yang bagaimana di tempat dia bekerja dan harus diketahui pula

    apa yang telah dilakukan masyarakat untuk kesehatan mereka sendiri

    termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi dalam

    keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan.

    7

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    25/53

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    III.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

    Pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI

    dimungkinkan karena berbagai faktor. Sehingga dari faktor-faktor tersebut

    diambil 8 variabel yaitu pengetahuan umum petugas kesehatan tentang

    keunggulan ASI eksklusif, pengetahuan umum petugas kesehatan tentang

    undang-undang yang melindungi pemberian ASI, mengikuti

    pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif atau Kode Etik Internasional

    PemasaranPengganti ASI, pengetahuan petugas kesehatan tentang isi Kode

    Etik Internasional PASI bahwa dilarang menampilkan lambang/nama

    produsen Pengganti Asi/dot/botol pada sarana kesehatan, dilarang

    menampilkan produk PASI/dot/botol dalam gerai juga termasuk poster dan

    plakat, dilarang menerima hadiah dari produsen/distributor yang

    menampilkan lambang produsen, dilarang menerima barang-barang

    bantuan dari produsen/distributor yang menampilkan lambang salah satu

    produk produsen dan dilarang menjual produk Pengganti ASI/dot/botol

    kepada ibu/keluarga. Selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya

    kebijakan RS/klinik bersalin tentang promosi dan penjualan produk

    Pengganti ASI/dot/botol, serta ada tidaknya insentif dari produsen kepada

    petugas.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    26/53

    Petugas yang memiliki pengetahuan tentang kelebihan pemberian

    ASI eksklusif akan mempengaruhi jumlah pemberian ASI eksklusif yang

    dengan sendirinya dapat menekan angka kematian bayi. Namun adanya

    petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif tidak

    cukup untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai jika tidak terdapat

    kebijakan yang melindungi pemberian ASI eksklusif dari RS/klinik

    bersalin sendiri. Sedangkan adanya insentif dari produsen Pengganti ASI

    (PASI) kepada petugas kesehatan ataupun RS/klinik bersalin dapat

    mempengaruhi pelaksanaan Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti

    ASI (PASI) sekalipun petugas kesehatan telah memiliki pengetahuan

    tentang ASI eksklusif yang cukup dan telah ada kebijakan yang mengatur

    pemasaran Pengganti ASI (PASI).

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    27/53

    Pengetahuan umum petugas

    kesehatan tentang tentang kode

    etik Internasional PASI dan ASI

    eksklusif

    Pelaksanaan

    kode etik

    Internasional

    PASI

    Pengetahuan petugas kesehatan

    tentang isi kode etik

    Internasional PASI

    Kebijakan RS/Klinik Bersalin

    tentang pemberian ASI eksklusif

    dan promosi produk PASI

    insentif dari produsen PASI

    kepada petugas

    Mengikuti pelatihan/ tentang

    ASI eksklusif atau Kode Etik

    Internasional PASI

    Menampilkan lambang/nama

    produsen Pengganti

    ASI/dot/botol pada sarana

    Menampilkan produk

    PASI/dot/botol dalam gerai

    u a termasuk oster dan lakat

    Barang-barang bantuan dari

    produsen/distributor yang

    menampilkan lambang salah

    satu produk produsen

    Menjual produk Pengganti

    ASI/dot/botol kepada

    III.2 Kerangka Konsep

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KODE

    ETIK PEMASARAN PENGGANTI ASI (PASI)

    Variabel yang diteliti

    Barang-barang hadiah dari

    produsen/distributor yang

    menampilkan lambang

    Pengetahuan umum tentang

    kelebihan/keuntungan ASI

    Pengetahuan tentang Undang-

    undang yang melindungi ASI

    Pelatihan/sosialisasi tentang

    ASI eksklusif

    Pelatihan/sosialisasi tentang

    Kode Etik Internasional PASI

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    28/53

    III.3 DEFINISI OPERASIONAL

    III.3.1 Wilayah Makassar III

    Wilayah Makassar III merupakan wilayah Kotamadya Makassar yang

    meliputi 4 kecamatan, yakni :

    Kecamatan Mariso Kecamatan Makassar Kecamatan Ujung Pandang Kecamatan Mamajang

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    29/53

    III.3.2 Pengetahuan umum petugas kesehatan

    a. ASI eksklusifDefinisi operasional : Responden mengetahui kelebihan pemberian

    ASI eksklusif yang diukur dengan pertanyaan apakah responden tahu

    tentang kelebihan pemberian ASI dan responden diminta untuk

    menyebutkan minimal 2 kelebihan ASI eksklusif.

    Kriteria objektif :

    1. Tahu2. Tidak tahu

    b. Undang-undang tentang ASI eksklusifDefinisi operasional : Responden mengetahui undang-undang tentang

    ASI eksklusif yang diukur dengan pertanyaan apakah responden tahu

    tentang undang-undang yang melindungi pemberian ASI eksklusif dan

    responden diminta menyebutkan minimal 1 undang-undang dan tidak

    dituntut untuk menjawab dengan lengkap undang-undang yang

    bersangkutan.

    Kriteria objektif :

    1. Tahu2. Tidak tahu

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    30/53

    III.3.3 Mengikuti pelatihan/sosialisasi

    a. ASI eksklusifDefinisi operasional : responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi

    tentang pemberian ASI eksklusif yang diukur dengan pertanyaan apakah

    responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang pemberian ASI

    eksklusif.

    Kriteria objektif :

    1. Pernah2. Tidak pernah

    b. Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI)Definisi operasional : Responden pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi

    tentang Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) yang

    diukur dengan pertanyaan apakah responden pernah mengikuti

    pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti

    ASI (PASI).

    Kriteria objektif :

    1. Pernah2. Tidak pernah

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    31/53

    III.3.4 Mengetahui isi Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI

    (PASI)

    a. Larangan untuk menampilkan nama produsen PASI/dot/botol padasarana kesehatan

    Definisi operasional: Responden mengetahui larangan untuk menampilkan

    nama produsen PASI/dot/botol pada sarana kesehatan yang diukur dengan

    pertanyaan apakah responden mengetahui larangan menampilkan nama

    produsen PASI/dot/botol pada sarana kesehatan.

    Kriteria objektif :

    1. Tahu2. Tidak tahu

    b. Mengetahui larangan menampilkan produk PASI/dot/botolDefinisi Operasional : Responden mengetahui larangan menampilkan

    Produk baik itu berupa susu formula, dot, maupun botol dalam gerai, juga

    termasuk, plakat maupun poster yang diukur dengan pertanyaan apakah

    responden mengetahui larangan menampilkan Produk baik itu berupa susu

    formula, dot, maupun botol dalam gerai, juga termasuk, plakat maupun

    poster.

    Kriteria objektif :

    1. Tahu2. Tidak tahu

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    32/53

    c. Mengetahui larangan menampilkan Barang-barang hadiah dariprodusen/distributor yang menampilkan lambang produsen

    Definisi operasional : Responden mengetahui larangan menampilkan

    barang hadiah dari produsen/distributor yaitu barang-barang yang tidak

    digunakan untuk edukasi maupun promosi kesehatan yang menampilkan

    lambang produsen yang diukur dengan pertanyaan apakah responden

    mengetahui larangan menampilkan barang hadiah dari

    produsen/distributor yang menampilkan lambang produsen.

    Kriteria objektif :

    1. Tahu2. Tidak tahu

    d. Mengetahui larangan menampilkan barang-barang bantuan dariprodusen/distributor yang menampilkan lambang salah satu produk

    produsen PASI/dot/botol

    Definisi operasional : Responden mengetahui larangan menampilkan

    barang-barang bantuan dari produsen/distributor yaitu barang-barang

    sumbangan produsen yang berfungsi untuk edukasi maupun promosi

    kesehatan yang menampilkan lambang salah satu produk produsen yang

    diukur dengan pertanyaan apakah responden mengetahui larangan

    menampilkan barang-barang bantuan dari produsen yang menampilkan

    lambang salah satu produsen PASI.

    Kriteria objektif :

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    33/53

    1. Tahu2. Tidak tahu

    e. Mengetahui larangan menjual produk PASI/dot/botol kepadaibu/keluarga bayi

    Responden mengetahui larangan menjual produk PASI/dot/botol kepada

    ibu/keluarga bayi yang baru melahirkan yang diukur dengan pertanyaan

    apakah responden mengetahui larangan menjual produk PASI/dot/botol

    kepada ibu/keluarga bayi yang baru melahirkan

    Kriteria objektif :

    1. Tahu2. Tidak tahu

    III.3.5 Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang pemberian ASI eksklusif dan

    promosi produk PASI

    Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang larangan promosi/penjualan dan

    promosi produk PASI yang diukur dengan pertanyaan apakah ada

    Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentanglarangan promosi/penjualan dan

    promosi produk PASI.

    Kriteria Objektif :

    1. Ada2. Tidak ada

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    34/53

    III.3.9 Insentif dari produsen/distributor PASI kepada petugas kesehatan

    Insentif berupa uang/barang bagi petugas kesehatan dan/atau RS/Klinik

    Bersalin dari produsen/distributor PASI yang diukur dengan pertanyaan

    apakah ada insentif berupa uang/barang bagi petugas kesehatan dan/atau

    RS/Klinik Bersalin dari produsen/distributor PASI

    Kriteria Objektif :

    1. Ada2. Tidak ada

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    35/53

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    IV.1 Jenis Penelitian

    Merupakan penelitian cross-sectional deskriptif dengan cara wawancara

    dengan petugas kesehatan. Peneliti akan turun ke lapangan langsung dan

    melakukan wawancara dengan petugas kesehatan dengan menggunakan

    kuesioner sebagai panduan.

    IV.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

    Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu waktu kepaniteraan antara tanggal 27

    Desember-8 Januari 2010. Penelitian dilakukan bertempat di Rumah

    sakit/Klinik bersalin di wilayah Makassar III. Sementara itu, wilayah

    Makassar I,II dan IV berada diluar cakupan penelitian ini.

    IV.3 Populasi Dan Sampel

    1.PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan RS/Klinik

    Bersalin di wilayah Makassar III

    2.SampelSampel penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan rumah sakit/klinik

    bersalin di wilayah Makassar III yang ada pada saat penelitian

    dilakukan(total sampling)

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    36/53

    IV.4 Instrumen Penelitian

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

    yang diambil dari wawancara dengan petugas kesehatan. Instrumen

    penelitian berupa kuesioner yang berisi variabel yang diteliti.

    IV.5 Teknik Pengambilan Data

    Data pada penelitian ini diambil secara langsung dengan melakukan

    wawancara dengan petugas kesehatan dengan pertanyaan yang ada di dalam

    kuesioner yang berisi variabel yang diteliti.

    IV.6 Pengolahan Data

    1. Editing : memeriksa kembali kebenaran pengisian data2. Koding : pemberian nilai pada option-option yang sudah lengkap

    dan memenuhi

    3. Tabulasi: data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusifrekuensi untuk masing-masing variabel penelitian dengan

    menggunakan microsoft excel dan penjelasan dalam bentuk narasi.

    IV.7 Etika Penelitian

    Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

    rekomendasi dari pihak pemerintah propinsi hingga kotamadya Makassar.

    Dalam penelitian ini peneliti melakukan konfirmasi kepada responden yang

    akan diwawancarai tentang penelitian ini dan meminta yang bersangkutan

    untuk menandatagani surat persetujuan.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    37/53

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Dari 15 rumah bersalin yang berada di wilayah penelitian ini, 1 rumah

    bersalin tutup, 3 rumah bersalin ternyata bukan rumah bersalin melainkan balai

    pengobatan dan prakter dokter umum yang tidak menerima partus, 1 rumah

    bersalin menolak dijadikan tempat penelitian dengan alasan Direktur Rumah

    Bersalin yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat, dan 2 rumah bersalin

    tidak ditemukan. Sehingga rumah bersalin yang dijadikan tempat penelitian

    berjumlah 8. Dari 8 rumah bersalin tersebut sampel yang berhasil dikumpulkan

    sebanyak 22 orang. Dari 22 sampel tersebut 16 orang sampel berprofesi sebagai

    bidan, 5 orang perawat dan 1 orang dokter umum.

    V.1 Pengetahuan Umum Petugas Kesehatan tentang ASI Eksklusif dan

    Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI)

    a. ASI Eksklusif

    Tabel 5.1. Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan

    Umum tentang ASI Eksklusif

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Pengetahuan

    umum

    tentang ASI

    Eksklusif

    Tahu

    Tidak Tahu

    22

    0

    100

    0

    Sumber : Data Primer 2011

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    38/53

    Dari tabel diatas di dapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 22

    orang mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif dan mampu menyebut

    minimal 2 kegunaan ASI eksklusif dimana jawaban terbanyak responden

    ialah bahwa ASI bergizi dan murah. Informasi tersebut paling banyak

    diperoleh dari media elektronik dan kuliah

    b.Kode Etik Internasional Pemasaran PASI

    Tabel 5.2. Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan Umum

    tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Pengetahuan

    umum tentang

    Kode Etik

    Internasional

    Pemasara PASI

    Tahu

    Tidak Tahu

    5

    17

    22

    77

    Sumber : Data Primer 201

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa 22,7% dari responden mengetahui Kode

    Etik Pemasaran Pengganti ASI sedangkan sisanya sebanyak 77,27% tidak

    mengetahui.

    V.2 Mengikuti Pelatihan / Sosialisasi

    a. ASI Eksklusif

    Tabel 5.3 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pernah Tidaknya

    mengikuti sosialisasi tentang ASI Eksklusif

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Mengikuti

    pelatihan/sosialisasi

    tentang ASI

    Pernah

    Tidak Pernah

    6

    12

    27,27

    72,72

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    39/53

    Eksklusif

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 27,27% pernah mengikuti

    pelatihan/sosialisasi tentang ASI eksklusif sedangkan sisanya sebanyak

    72,72% tidak pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi.

    b.Kode Etik Pemasaran Pengganti ASI (PASI)

    Tabel 5.4 Disribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan

    Umum tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Mengikutipelatihan/sosialisasi

    tentang Kode Etik

    Internasional

    Pemasaran PASI

    Pernah

    Tidak Pernah

    3

    19

    13,63

    86,36

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 13,63% responden yang

    pernah mengikuti pelatihan/sosialisasi tentang Kode Etik Pemasaran

    Pengganti ASI sedangkan sisanya sebanyak 86,36% tidak pernah

    mengikuti pelatihan/sosialisasi.

    V.3 Pengetahuan Petugas Kesehatan tentang Isi Kode Etik Internasional

    Pemasaran Pengganti ASI (PASI)

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    40/53

    a. Larangan untuk Menampilkan Lambang Produsen PASI/dot/botol

    pada Sarana Kesehatan

    Tabel 5.5 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan

    Petugas Kesehatan tentang Larangan untuk Menampilkan Lambang

    Produsen PASI/dot/botol pada Sarana Kesehatan

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Mengetahui larangan

    menampilkan

    lambang produsen

    PASI/dot/botol pada

    sarana kesehatan

    Tahu

    Tidak Tahu

    12

    10

    54,54

    45,45

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa 54,54% responden mengetahui bahwa

    menampilkan lambang produsen PASI pada sarana kesehatan melanggar

    Kode Etik Internasional Pemasaran PASI sedangkan sisanya sebanyak

    45,45% tidak mengetahui.

    b. Larangan menampilkan produk PASI/dot/botol dalam

    gerai/poster/plakat

    Tabel 5.6 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan

    tentang Larangan Menampilkan Produk PASI/dot/botol dalam

    gerai/poster/plakat

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    41/53

    Mengetahui larangan

    menampilkan produk

    PASI/dot/botol dalam

    gerai/poster/plakat

    Tahu

    Tidak Tahu

    8

    14

    36,36

    63,63

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari data diatas didapatkan bahwa 36,36% responden mengetahui bahwa

    menampilkan produk PASI dalam gerai/poster/plakat melanggar Kode

    Etik Internasional Pemasaran PASI sedangkan sisanya sebanyak 63,63%

    sisanya tidak mengetahui

    c. Larangan Menerima Barang-barang hadiah yang menampilkanlambang produsen PASI

    Tabel 5.7 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan tentang

    Larangan Menerima Barang-barang hadiah yang menampilkan lambang

    produsen PASI

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Mengetahui larangan

    menerima barang-barang

    hadiah yang menampilkanlambang Produsen Pasi

    Tahu

    Tidak Tahu

    9

    13

    40,9

    59,09

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 40,9% mengetahui bahwa

    menerima barang-barang hadiah yang menampilkan lambang produsen PASI

    melanggar Kode Etik Internasional Pemasaran PASI sedangkan sisanya

    sebanyak 59,09% tidak mengetahui.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    42/53

    d. Larangan Menerima barang-barang Bantuan yang menampilkanlambang produsen PASI

    Tabel 5.8 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan tentang

    Larangan Menerima barang-barang Bantuan yang menampilkan lambang

    produsen PASI

    Variabel Kategori n

    (n = 22)%

    Mengetahui larangan menerima barang-

    barang bantuan yang menampilkan

    lambang produsen PASI

    Tahu

    Tidak Tahu

    7

    15

    31,81

    68,18

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 31,81% responden

    menyatakan mengetahui bahwa menerima barang-barang bantuan yang

    menampilkan lambang produsen PASI melanggar Kode Etik Internasional

    Pemasaran PASI sedangkan sisanya sebanyak 68,18% tidak mengetahui

    e. Larangan Menjual Produk PASI/dot/botol kepada Ibu/KeluargaTabel 5.9.a Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan

    tentang Larangan Menjual Produk PASI/dot/botol kepada Ibu/Keluarga

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    43/53

    Mengetahui larangan

    menjual produk

    PASI/dot/botol kepada

    Ibu/Keluarga

    Tahu

    Tidak Tahu

    13

    9

    59,09

    40,9

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 59,09% responden

    mengetahui bahwa menjual produk PASI kepada ibu/keluarga melanggar

    Kode Etik Internasional Pemasaran PASI sedangkan sisanya sebanyak

    40,9% tidak mengetahui.

    Tabel 5.9.b Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Pernah Tidaknya

    Menganjurkan Produk PASI kepada Ibu/Keluarga

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Menjual Produk PASI

    pada Ibu/Kleuarga

    Pernah

    Tidak Pernah

    15

    7

    68,18

    31,81

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari data diatas didapatkan bahwa 68,18% responden menyatakan pernah

    menganjurkan produk PASI pada Ibu/Keluarga. Adapun alasan terbanyak adalah

    karena ASI ibu kurang lalu diikuti oleh karena Ibu baru melahirkan dan ASI Ibu

    kurang. Tidak ada diantara responden yang menjawab bahwa alasan

    menganjurkan Produk PASI pada Ibu/Keluarga adalah karena ada susu formula

    tersedia di RS/Klinik Bersalin dan mendapat bonus dari produsen. Sedangkan

    sisanya sebanyak 31,81% menyatakan tidak pernah menganjurkan produk PASI

    pada Ibu/Keluarga.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    44/53

    V.4 Kebijakan RS/Klinik Bersalin

    a. Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang ASI eksklusif

    Tabel 5.10 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Ada Tidaknya

    Kebijakan tentang ASI Eksklusif di RS/Klinik Bersalin tempat Mereka

    Bekerja

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Kebijakan RS/Klinik

    Bersalin tentang ASI

    eksklusif

    Ada

    Tidak Ada

    22

    0

    100

    0

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa seluruh responden menjawab bahwa di

    RS/Klinik Bersalin tempat responden bekerja terdapat peraturan tentang

    pemberian ASI eksklusif

    b.Kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang Kode Etik Internasional

    Pemasaran PASI

    Tabel 5.11 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Ada Tidaknya

    Kebijakan tentang Kode etik Internasional Pemasaran PASI di RS/Klinik

    Bersalin Tempat Mereka Bekerja

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Kebijakan RS/Klinik Bersalin

    tentang Kode Etik Internasional

    Pemasaran PASI

    Ada

    Tidak Ada

    6

    16

    27,27 %

    72,72%

    Sumber : Data Primer 2011

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    45/53

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 27,27% responden

    menyatakan bahwa di RS/Klinik bersalin tempat responden bekerja terdapat

    peraturan tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI sedangkan

    sisanya sebanyak 72,72% menyatakan tidak ada.

    V.5 Keadaan RS/Klinik Bersalin

    Tabel 5.12 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Keadaan RS/Klinik

    Bersalin Tempat mereka Bekerja

    No. Variabel Kategori

    n

    (n = 22)

    %

    1 Terdapat lambang/nama produsen

    PASI pada sarana kesehatan

    Ya

    Tidak

    6

    16

    27,27

    72,72

    2 Ditampilkan produk PASI di

    etalase, dan/atau pada poster dan

    plakat

    Ya

    Tidak

    15

    7

    68,18

    31,81

    3 Terdapat barang-barang bantuan

    dari produsen/distributor yang

    menampilkan lambang produsen

    PASI

    Ya

    Tidak

    12

    10

    54,54

    45,45

    4 Terdapat barang-barang hadiah dari

    produsen/distributor yang

    menampilkan lambang produsen

    PASI

    Ya

    Tidak

    4

    18

    18,18

    81,81

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    46/53

    5 Menjual produk PASI/dot/botol

    kepada ibu/keluarga

    Ya

    Tidak

    11

    11

    50

    50

    Sumber: Data Primer,2011

    Dari data diatas didapatkan bahwa 27,27% responden menyatakan bahwa di

    RS/Klinik Bersalin tempat responden bekerja ditampilkan lambang/nama

    produsen PASI pada sarana kesehatan, 68,18% menyatakan ditampilkan produk

    PASI/dot/botol dalam gerai/poster/plakat, 54,54% menyatakan terdapat barang-

    barang bantuan yang menampilkan lambang/nama produsen PASI, 18,18%

    menyatakan terdapat barang-barang hadiah yang menampilkan lambang/nama

    produsen PASI, dan 50% responden menyatakan bahwa di RS/Klinik Bersalin

    tempat mereka bekerja dijual produk PASI.

    V.6 Insentif dari produsen/distributor PASI kepada RS/petugas kesehatan

    Tabel 5.13 Distribusi Petugas Kesehatan Berdasarkan Ada Tidaknya Insentif dari

    Produsen PASI

    Variabel Kategorin

    (n = 22)%

    Kebijakan RS/Klinik

    Bersalin tentang ASI

    eksklusif

    Ada

    Tidak Ada

    9

    13

    40,9

    59,09

    Sumber : Data Primer 2011

    Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 40,9% responden menerima

    insentif dari produsen PASI sedangkan sisanya sebanyak 59,09% tidak

    menerima.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    47/53

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Dari penelitian ini didapatkan bahwa 100% responden yaitu sebanyak 22

    orang mengetahui kegunaan ASI eksklusif dan mampu menyebutkan sebanyak 2

    kegunaan ASI eksklusif. Adapun jawaban terbanyak dari responden yaitu bahwa

    ASI eksklusif bergizi dan murah. Namun sebenarnya lebih dari itu kegunaan ASI

    yang lain juga perlu untuk diketahui oleh petugas kesehatan disamping kerugian

    jika bayi tidak diberikan ASI eksklusif. Sehingga para petugas kesehatan tidak

    akan pernah beranggapan bahwa Penggganti ASI (susu formula) dapat

    menggantikan lebih-lebih menyamai ASI. Selain itu petugas kesehatan hendaknya

    juga dapat mengetahui kerugian pemberian susu formula. Sehingga dapat

    menjelaskan kepada ibu agar mengutamakan pemberian ASI eksklusif.

    Didapatkan pula bahwa hanya 22,7% responden atau sebanyak 5 orang yang

    mempunyai pengetahuan umum tentang Kode Etik Internasional Pemasaran

    PASI. Sehingga dapat diketahui pula dari sini bahwa salah satu faktor yang

    menyebabkan banyaknya pelanggaran terhadap Kode Etik Internasional

    Pemasaran PASI adalah karena kurangnya pengetahuan petugas kesehatan tentang

    kode etik itu sendiri. Sehingga wajar jika mereka membiarkan atau menjadi

    pelaku pelanggaran yang terjadi. Padahal Indonesia sendiri telah mengadopsi

    sebagian dari Kode WHO dalam KEPMENKES NO 237/MENKES/SK/1997

    tentang PEMASARAN PENGGANTI AIR SUSU IBU. Dalam Kepmenkes ini,

    diatur mengenai pemasaran Pengganti ASI dari 0-12 bulan, dengan ketentuan-

    ketentuan yang sama dengan Kode WHO tersebut. Bahkan di dalam Undang

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    48/53

    Undang Kesehatan terbaru No.36 Tahun 2009 terdapat pasal khusus yang

    membahas pemberian ASI eksklusif yaitu pasal 128, pasal 129 dan pasal 200. Di

    dalam pasal 200 disebutkan ancaman pidana bagi mereka yang menghalangi ibu

    memberikan ASI eksklusif. Baik dari kalangan petugas kesehatan ataupun

    produsen PASI.

    Dari segi pernah tidaknya mengikuti pelatihan / sosialisasi tentang ASI

    eksklusif ataupun Kode Etik Internasional Pemasaran PASI didapatkan bahwa

    hanya 27,27% responden yang pernah mengikuti pelatihan tentang ASI eksklusif

    sedangkan jumlah responden yang pernah mengikuti pelatihan tentang Kode Etik

    Internasional Pemasaran PASI lebih sedikit lagi yakni 13,63%. Sehingga dapat

    dipahami mengapa responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang Kode

    Etik Internasional Pemasaran PASI. Hal ini menunjukkan ketidakseriusan institusi

    kesehatan dan pemerintah dalam penjaminan pemberian ASI eksklusif.

    Sedangkan dari segi pengetahuan tentang isi Kode Etik Internasional

    Pemasaran PASI didapatkan bahwa hanya 54,54% responden yang mengetahui

    bahwa menampilkan lambang produsen PASI/dot/botol melanggar kode etik,

    36,36% responden yang mengetahui bahwa menampilkan produk PASI dalam

    gerai/poster/plakat melanggar kode etik, 40,9% responden yang mengetahui

    bahwa menerima barang-barang hadiah yang menampilkan lambang produsen

    PASI melanggar kode etik, serta hanya 31,81% responden yang mengetahui

    bahwa menerima barang-barang bantuan yang menampilkan lambang produsen

    PASI melanggar kode etik. Sedangkan jumlah responden yang mengetahui bahwa

    menjual produk PASI kepada ibu/keluarga adalah pelanggaran terhadap kode etik

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    49/53

    sebanyak 59,09%. Dari data ini didapatkan masih banyaknya petugas kesehatan

    yang tidak mengetahui isi Kode Etik Internasional Pemasaran Penggganti ASI

    (PASI) sehingga memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap isi kode etik

    tersebut..

    Adapun dari segi ada tidaknya kebijakan RS/Klinik Bersalin tentang ASI

    eksklusif dan Kode Etik Internasional PASI didapatkan bahwa seluruh responden

    menyatakan bahwa RS/Klinik Bersalin tempat responden bekerja memiliki

    peraturan tentang pemberian ASI eksklusif. Adapun mengenai Kode Etik

    Internasional Pemasaran PASI hanya 27,27% responden yang menyatakan

    RS/Klinik bersalin tempat mereka bekerja memiliki peraturan tentang Kode Etik

    Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI). Dari data ini dapat diketahui

    bahwa masih banyak RS/Klinik Bersalin yang tidak menerapkan peraturan yang

    sesuai dengan kode Etik Internasional Pemasaran PASI sehingga dengan

    sendirinya angka pelanggaran terhadap kode etik akan tinggi.

    Akibat kurangnya pengetahuan petugas kesehatan tentang isi Kode Etik

    Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) ditambah lagi dengan tidak

    adanya kebijakan dari RS/Klinik Bersalin yang mengatur tentang Kode Etik

    Internasional Pemasaran Pengganti ASI (PASI) terjadi banyak pelanggaran

    terhadap kode etik di RS/Klinik Bersalin. Dari jawaban responden didapatkan

    bahwa 27,27% RS/Klinik Bersalin menampilkan lambang/nama produsen PASI

    pada sarana kesehatan, 68,18% menampilkan produk PASI/dot/botol dalam

    gerai/poster/plakat, 54,54% terdapat barang-barang bantuan yang menampilkan

    lambang/nama produsen PASI, 18,18% terdapat barang-barang hadiah yang

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    50/53

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    51/53

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1Kesimpulan1. Petugas kesehatan mengetahui kegunaan pemberian ASI eksklusif secara

    umum. Namun masih jarang yang memiliki pengetahuan tentang Kode

    Etik Internasional Pemasaran PASI.

    2. Petugas Kesehatan yang pernah mengikuti Pelatihan/sosialisasi baiktentang ASI eksklusif maupun Kode Etik Internasional Pemasaran PASI

    masih kurang.

    3. Petugas Kesehatan masih banyak yang tidak mengetahui isi Kode EtikInternasional Pemasaran PASI.

    4. RS/Klinik bersalin yang mempunyai peraturan tentang ASI eksklusifbanyak namun yang memiliki peraturan tentang Kode Etik Internasional

    Pemasaran PASI sangat sedikit.

    5. Petugas kesehatan cukup banyak yang menerima Insentif dari ProdusenPASI dan menganjurkan PASI pada Ibu/Keluarga

    7.2Saran1. Petugas kesehatan perlu menambah pengetahuan tentang ASI eksklusif

    dari segi manfaat serta kerugian pemberian Pengganti ASI/susu formula.

    Agar dapat menjelaskan dan memotivasi Ibu agar mengutamakan

    pemberian ASI eksklusif. Selain itu perlu pula menambah pengetahuan

    tentang Kode Etik Internasional Pemasaran PASI karena kode etik tersebut

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    52/53

    adalah peraturan yang telah diadopsi oleh Indonesia dan telah ditetapkan

    sanksi bagi pelanggarnya.

    2. Perlu diadakan lebih banyak Pelatihan / sosialisasi tentang ASI eksklusifmaupun Kode Etik Internasional Pemasaran PASI bagi para petugas

    kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan

    Sulawesi Selatan bekerja sama dengan RS/Klinik Bersalin di Kotamadya

    Makassar.

    3. Pemerintah perlu mensosialisasikan isi Kode Etik Internasional PemasaranPASI kepada seluruh petugas kesehatan baik dokter, perawat maupun

    bidan. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan pelatihan ataupun melalui

    media lainnya.

    4. RS/Klinik bersalin hendaknya mempunyai kebijakan khusus tentang KodeEtik Internasional Pemasaran PASI dan untuk itu perlu adanya

    pengawasan dari Pemerintah sebagai wujud kepedulian pemerintah

    terhadap pemberian ASI eksklusif sehingga angka kematian bayi di

    Indonesia dapat ditekan.

    5. Pemerintah hendaknya melakukan pengawasan terhadap pelaksanaanKode Etik Internasional Pemasaran PASI di seluruh Rumah Sakit maupun

    Klinik Bersalin yang beroperasi serta memberi sanksi bagi siapapun yang

    melanggar. Sehingga para petugas kesehatan tidak lagi menjual PASI di

    Rumah Sakit ataupun Klinik Bersalin dengan imbalan insentif dari

    produsen PASI.

  • 8/12/2019 SKRIPSI kedokteran masyarakat

    53/53

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Briawan, Dodik. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap PergeseranPenggunaan Air Susu Ibu (ASI). Bogor: 2004 [cited 2010 September 28].

    Available from :http://www.rudyct.com/PPS702-

    ipb/09145/dodik_briawan.pdf

    2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman pekan ASI sedunia tahun 2010.Jakarta: 9 Juni 2010. 48 halaman.

    3. Jones G, Steketee RW, Black RE, Bhutta ZA, Morris SS et al. ChildSurvival II: How Many Child deaths can we prevent this year?. 2003.

    Bellagio: The Lancet: p.67.

    4. Pemerintah kota makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar tahun 2007.Makassar: dinas kesehatan kota Makassar, 8 September 2008. 90 halaman.

    5. Ayu, Pande MBN.2009. Perbedaan angka prevalensi ispa antara bayi usia6-12 bulan yang diberi asi eksklusif dengan bayi yang diberi pasi di

    wilayah kerja puskesmas cisadea kecamatan blimbing Kota malang.

    Dikunjungi 9 Oktober 2010:http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-

    2009-pandemadeb-

    15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&P

    HPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSE

    SSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985

    6. Linkages. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja : Satu-Satunya SumberCairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Oktober 2002. 4 halaman. No.

    497-A-00-01-00003-00.

    7. Siregar, Arifin. 2004. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pemberian AsiOleh Ibu Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

    8. Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001.Keunggulan ASI dan manfaat menyusui.

    9. World Health Organization. The international code of marketing of breast-milk substitutes: frequently asked question updated version. Geneva:

    WHO, 2008. 18 p.

    10.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kode (Etik) Internasional PemasaranPengganti Air Susu Ibu (ASI). Jenewa: 1981. 25 halaman. 92 4 154160 1.

    http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/dodik_briawan.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/dodik_briawan.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/dodik_briawan.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/dodik_briawan.pdfhttp://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2009-pandemadeb-15926&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newtheme=gray&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985&newlang=indonesian&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/dodik_briawan.pdfhttp://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/dodik_briawan.pdf