skripsi kajian hukum ekonomi syariah terhadap …

102
SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN KEBUN KOPI YANG DIGADAIKAN (Studi Kasus di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus) Oleh: TINA AGUSTIN NPM. 1502090047 Jurusan: Hukum Ekonomi Syariah(HESy) Fakultas: Syariah INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1441H/2020M

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

SKRIPSI

KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN KEBUN KOPI

YANG DIGADAIKAN

(Studi Kasus di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten

Tanggamus)

Oleh:

TINA AGUSTIN

NPM. 1502090047

Jurusan: Hukum Ekonomi Syariah(HESy)

Fakultas: Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441H/2020M

Page 2: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN KEBUN KOPI

YANG DIGADAIKAN

(Studi Kasus di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus)

Diajukan untuk memenuhi tugas dan memenuhi sebagian syarat guna memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

TINA AGUSTIN

NPM. 1502090047

Pembimbing I : H. Husnul Fatarib, Ph.D

Pembimbing II : Dr. H. Azmi Siradjuddin, Lc, M. Hum

Jurusan: Hukum Ekonomi Syariah(HESy)

Fakultas: Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441H/2020M

Page 3: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 4: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 5: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 6: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

ABSTRAK

KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK

PEMANFAAATAN KEBUN KOPI YANG DIGADAIKAN (STUDI KASUS

DESA TALANG LEBAR KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN

TANGGAMUS)

Oleh:

Tina Agustin

NPM. 1502090047

Salah satu kegiatan muamalah yang sering dilakukan oleh masyarakat saat ini

yaitu gadai. Gadai yang merupakan salah satu kegiatan saling tolong menolong

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Praktik gadai yang dilakukan

masyarakat di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus

dengan cara: Bapak Samsudin menggadaikan kebun kopinya seluas 0,5 hektar

sebesar Rp 10.000.000,00 selama 1 tahun kepada Bapak Suhar, dengan syarat

yang mengelola dan mengambil seluruh kebun kopi yang dijadikan jaminan

tersebut adalah Bapak Suhar sampai Bapak Samsudin melunasi hutangnya sesuai

dengan waktu yang telah disepakati. Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan kebun kopi

yang digadaikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Analisis hukum Islam terhadap praktik pemanfaatan kebun kopi yang

digadaikantersebut yang ada di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten

Tanggamus. Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu dapat menjadi media

belajar bagi peneliti untuk dan memecahkan masalah dan khususnya yang

berkaitan dengan praktik pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan dan

diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan pemikiran lebih lanjut terhadap

masyarakat yang melakukan praktik pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan.

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di

Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus. Untuk

mendapatkan data yang valid peneliti menggunakan sumber data primer dan

sumber data sekunder. Peneliti menggunakan metode analisis kualitatif dengan

metode berpikir deduktif. Berdasarkan hasil penelitian, praktik gadai yang terjadi

di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus telah memenuhi

rukun dan syarat gadai, ditinjau dari hukum ekonomi syariah gadai tersebut

diperbolehkan, namun jumlah hasil yang diambil dari marhun kurang sesuai

karena seluruh hasil kebun kopi yang dijadikan jaminan diambil seluruh hasilnya

oleh murtahin, bukan sekedar untuk mengganti biaya pemeliharaan dan

perawatan.

Page 7: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 8: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

MOTTO

dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah

kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

(QS. Al-Maidah: 2)

Page 9: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, peneliti

mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Ayahanda tercinta Arsan dan Ibunda Raunah yang senantiasa mendoakan

yang terbaik untuk peneliti, memberi kesejukan hati, dan memberi dukungan

demi keberhasilan peneliti.

2. Kakak-kakakku tercinta Raden, Herma Yulisa dan Nur Hidayatullah yang

senantiasa memberi semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Almamater IAIN Metro.

Page 10: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah

dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah

IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M. Ag , selaku rektor IAIN Metro.

2. Bapak H. Husnul Fatarib, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Bapak Sainul, SH., MA, selaku ketua jurusan Hukum Ekonomi Syariah.

4. Bapak H. Husnul Fatarib, Ph. D, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.

5. Bapak Dr. H. Azmi Siradjuddin, Lc., M.Hum, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.

6. Ibu Netty Hermawati, SH., MA., MH dan Bapak Fredy Gandhi Midia, SH.,

MH sebagai Penguji 1 dan Sekertaris dalam kelancaran sidang munaqosyah.

7. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro.

8. Seluruh perangkat Desa Talang Lebar yang telah menyediakan waktu dan

membekali ilmu pengetahuan kepada peneliti.

Page 11: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan danditerima

dengan kelapangan dada. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu Hukum Ekonomi Syariah.

Metro, Januari 2019

Peneliti

Tina Agustin

NPM. 1502090047

Page 12: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6

D. Penelitian Relevan ............................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Gadai................................................................................................... 12

B. Pemanfaatan Barang Gadai .................................................................. 20

C. Batal atau Berakhinya akad Gadai ....................................................... 24

D. Konsep Gadai Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah .............. 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian ..................................................................... 33

B. Sumber Data........................................................................................ 34

C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 35

D. Teknik Analisia Data ........................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus . 39

B. Pelaksanaan Pemanfaatan Gadai Kebun Kopi di Desa Talang Lebar

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus ......................................... 42

C. Kajian Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Pemanfaatan

Kebun Kopi Yang Digadaikan ............................................................. 54

Page 13: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 62

B. Saran .................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Batas-Batas Wilayah Desa Talang Lebar ....................................................... 39

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Talang Lebar Menurut Jenis Kelamin ....................... 40

Tabel 4.3 Pendidikan Penduduk Desa Talang Lebar ..................................................... 40 Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Desa Talang Lebar Menurut Mata Pencaharian ............... 41

Tabel 4.5 Pelaksanaan Gadai ........................................................................................ 42

Page 15: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pembimbing Skripsi

2. Outline 3. Alat Pengumpul Data

4. Surat Research

5. Surat Tugas

6. Surat Balasan Research 7. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi

8. Surat Keterangan Bebas Pustaka

9. Foto-Foto Penelitian 10. Daftar Riwayat Hidup

Page 16: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki banyak kebutuhan, bukan

hanya kebutuhan rohani saja, akan tetapi manusia juga memiliki kebutuhan

jasmani, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tentunya manusia harus saling

berinteraksi antara sesamanya dan alam sekitarnya. Inilah yang disebut

dengan bermuamalah. Salah satu kegiatan muamalah yang sering dilakukan

oleh masyarakat saat ini yaitu gadai. Gadai yang merupakan salah satu

kegiatan saling tolong menolong manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Borg pada awalnya, merupakan alternatif yang diberikan kepada

orang yang kesulitan, sementara ia dalam perjalanan. Dalam QS. Al-Baqarah

[2]: 283, Allah memerintahkan pihak yang terlibat dalam utang piutang untuk

mencatatkan utang. Namun, apabila tidak ada yang dapat mencatat, maka

sebagai jaminannya dapat diserahkan sesuatu sebagai borg-nya. Selain

bertujuan untuk menjamin utang, borg juga merupakan cara meminta

kepercayaan dari yang punya utang bahwa utang tersebut akan dibayar.1

1 Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 95.

Page 17: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Gadai adalah pinjam-meminjam uang dengan menyerahkan barang

dan dengan batas waktu.2 Dalam Islam, ar-rahn merupakan akad tabarru’

(akad saling tolong menolong) tanpa ada imbalan jasa. Adapun rukun ar-rahn

menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: ar-rahin (orang yang menyerahkan

barang jaminan) dan al-murtahin (orang yang menerima barang jaminan), al-

marhun (barang jaminan), al-marhun bih (utang), dan sighat.3 Ar-rahn

hukumnya jaiz (boleh) menurut Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’.4Adapun

dasar hukum ar-rahn adalah QS. Al-Baqarah [2: 283]:

“jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan

persaksian. Barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia

adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahuiapa yang

kamu kerjakan.

2 Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi) (Jakarta: Prenada Media

Group, 2016), 197. 3 Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah (Prinsip dan Implementasinya pada sektor

Keuangan syariah), 254. 4 Ibid., 252.

Page 18: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Menurut pasal 1150 KUHPdt, gadai adalah hak yang diperoleh

kreditor atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitor

atau oranglain atas namanya, untuk menjamin suatu utan, dan yang

memberikan kekuasaan kepada kreditor untuk mendapat pelunasan dari benda

tersebut lebih dulu daripada kreditor lainnya. Benda jaminan itu dapat berupa

benda bergerak dan dapat pula benda tidak bergerak, apabila benda jaminan

itu bergerak, hak atas benda jaminan itu disebut gadai (pand). Apabila benda

jaminan itu berupa benda tidak bergerak, hak atas benda jaminan itu disebut

“hak tanggungan” atau dapat juga berupa hipotek. Menurut ketentuan pasal

1162 KUHPdt, hipotek adalah hak kebendaan atas suatu benda tidak bergerak

untuk mengambil pergantian dari benda tersebut bagi pelunasan suatu utang

apabila debitor tidak membayar utangnya.5 Berdasarkan penjelasan di atas

dapat diketahui bahwa bukan hanya hukum Islam saja yang mengatur tentang

gadai tetapi diatur juga dalam hukum perdata.

Gadai yang terjadi di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus disebut hak tanggungan atau hipotek karena benda

yang dijadikan sebagai jaminan utang piutang adalah berupa benda tidak

bergerak. Dalam penulisan ini peneliti menggunakan istilah gadai karena

istilah tersebut yang dipakai di masyarakat. Setelah peneliti menjelaskan

gadai menurut hukum Islam dan hukum perdata, peneliti akan menjelaskan

tentang praktik gadai yang terjadi di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus.

5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

2014), 171-177.

Page 19: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Sebagaimana hasil survey yang telah dilakukan Di Desa Talang

Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus yang mayoritas

masyarakatnya adalah berprofesi sebagai petani kopi dan rata-rata masyarakat

melakukan praktik gadai kebun kopi dengan sistem keseluruhan dari hasil

kebun kopi diambil oleh penerima gadai seperti yang dilakukan oleh bapak

Samsudin dan bapak Suhar. Bapak Samsudin meminjam uang kepada bapak

Suhar sebesar Rp 10.000.000,00 selama 1 tahun dengan jaminan berupa

kebun kopi seluas 0,5 hektar yang dimiliki bapak Samsudin. Dalam perjanjian

tersebut, bapak Suhar memberikan syarat kepada bapak Samsudin bahwa

bapak Suhar yang mengurus dan mengambil seluruh hasil dari kebun kopi

tersebut sampai bapak Samsudin mengembalikan uang yang dipinjamnya dari

bapak Sumar sebesar Rp 10.000.000,00. Apabila bapak Samsudin tidak bisa

membayar hutangnya sebesar Rp 10.000.000,00 tersebut pada waktu yang

telah ditentukan dalam akad, maka hutang tersebut diperpanjang berdasarkan

kesepakatan yang disepakati. Kebun kopi adalah mata pencaharian pokok

bapak Samsudin, biasanya bapak Samsudin mendapatkan hasil panen kebun

kopinya sebesar 3 kwintal biji kopi bersih pertahun. Ketika kebun kopi

tersebut digadaikan maka bapak Samsudin tidak berhak mengambil hasil dari

kebun kopi tersebut selama satu tahun karena sudah digadaikan kepada bapak

Suhar. Jadi, bapak Samsudin mendapat beban harus menyerahkan seluruh

hasil kebun kopinya dan juga ia harus membayar hutangnya sebesar Rp

10.000.000,00 yang ia pinjam dalam waktu satu tahun kepada bapak Suhar.6

6 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Page 20: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Melihat cara pelaksanaan gadai di atas peneliti menyatakan bahwa

praktik gadai yang terjadi di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus layak untuk di teliti lebih lanjut. Karena praktik gadai

yang dilakukan kurang sesuai dengan sebagaimana mestinya. Karena pada

hakikatnya akad ar-rahn dalam Islam adalah akad tabarru’, yakni akad yang

dilaksanakan tanpa ada imbalan dan tujuannya hanya sekedar tolong

menolong.7 Akad gadai bertujuan meminta kepercayaan dan menjamin utang

bukan mencari keuntungan dan hasil. Selama hal itu demikian keadaannya,

maka orang yang memegang gadai (murtahin) yang memanfaatkan barang

gadai tak ubahnya seperti qiradh (utang piutang) yang mengalir manfaat yang

oleh nabi disebut riba.8 Ketika penerima gadai mengambil seluruh hasil dari

kebun kopi yang digadaikan, itu berarti penerima gadai mengambil

keuntungan dari utang piutang tersebut. Dengan demikian peneliti tertarik

ingin meneliti lebih lanjut bagaimana “Kajian Hukum Ekonomi Syariah

Terhadap Praktik Pemanfaatan Kebun Kopi yang Digadaikan”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan pertanyaan

penelitian sebagai berikut “Bagaimana kajian hukum ekonomi syariah

terhadap praktik pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan”?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tanggal 13 Mei 2019.

7 Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah (Prinsip dan Implementasinya pada sektor

Keuangan syariah), 257. 8 Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi)., 212.

Page 21: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah untuk mengetahui

bagaimana kajian hukum ekonomi syariah terhadap praktik pemanfaatan

kebun kopi yang digadaikan tersebut yang ada di Desa Talang Lebar

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis

1) Sebagai media belajar bagi peneliti dan memecahkan masalah dan

khususnya yang berkaitan dengan praktik pemanfaatan kebun kopi

yang digadaiakan.

2) Bagi masyarakat luas umumnya dan khususnya masyarakat di Desa

Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus?

b. Secara Praktis

1) Diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan pemikiran lebih lanjut

terhadap masyarakat yang melakukan praktik pemanfaatan kebun kopi

yang digadaikan.

2) Diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat dalam

praktik pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan.

D. Penelitian Relevan

Sejauh pengamatan dan penelusuran peneliti menemukan beberapa

penulisan penelitian diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Deka Amilia Sari mahasiswa Universitas

Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung dengan judul “Tinjauan

Page 22: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

hukum Islam terhadap bagi hasil barang gadaian antara penggadai dan

penerima gadai dalam pandangan hukum ekonomi Islam di Desa

Tanjungraya Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat”9

penelitian ini membahas tentang bagi hasil barang gadaian yaitu praktik

gadai yang terjadi di Desa Tanjungraya, si A menggadaikan kebunnya

dengan si B sebesar Rp. 20.000.000,00 selama 3 tahun, penggadai tetap

mengelola kebun tersebut dan pada saat panen penerima gadai meminta

syarat bahwasannya barang yang digadaikan tersebut harus dibagi dua

setiap kali panen sampai hutang tersebut dilunasi. Praktik gadai seperti

ini dibolehkan karena dilihat dari akad pada saat melakukan perjanjian

pihak penggadai dan penerima gadai terjadi sesuai dengan kesepakatan.

Pada saat melakukan penyerahan tidak menimbulkan kerugian, tidak ada

gharar, dan tidak ada unsur riba. Dapat diketahui bahwa penerima gadai

meminjamkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 tersebut selama 3 tahun

kepada penerima gadai apabila tidak mendapat apa-apa maka penerima

gadai tersebut rugi, pada zaman sekarang ini tidak ada orang yang akan

meminjamkan uang tersebut tanpa keuntungan pihak penerima gadai

mendapatkan kerugian. Sedangkan penggadai mendapatkan keuntungan

karena mendapat pinjaman uang dengan memberikan hasil kebun yang

digadaikan dibagi dua dengan penerima gadai maka praktik tersebut

sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Menguntungkan

9 Deka Amilia Sari, Tinjauan hukum Islam terhadap bagi hasil barang gadaian antara

penggadai dan penerima gadai dalam pandangan hukum ekonomi Islam di Desa

Tanjungraya Kecamatan Waytenong Kabupaten Lampung Barat, TP, 2017-2018, Skripsi,

UIN Raden Intan Lampung. www.google.com. di unduh pada tanggal 5 Mei 2019, pada jam

19:45 WIB.

Page 23: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

bagi penggadai karena telah diberikan pinjaman Rp. 20.000.000,00

selama 3 tahun dan menguntungkan pula bagi penerima gadai (pemberi

pinjaman) karena hasil dari barang yang digadaikan dibagi dua antara

penggadai dan penerima gadai. Dapat diketahui bahwa praktik yang yang

terjadi di Desa Tanjungraya tersebut atas dasar kesepakatan keduabelah

pihak, tidak ada unsur pemaksaan dan kerugian didalamnya maka praktik

tersebut dibolehkan. Berdasarkan penjelasan dari penelitian di atas maka

persamaan dengan penelitian peneliti adalah sama-sama membahas

tentang gadai kebun kopi. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah

sistem bagi hasil yang dilakukan yaitu penerima gadai meminta syarat

bahwasanya hasil kebun yang digadaikan harus dibagi dua hasilnya

selama hutang tersebut belum dilunasi, maka hasil dari kebun kopi

tersebut harus tetap dibagi dua sampai hutang penggadai dilunasi.

Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti bahwa hasil dari

kebun kopi yang digadaikan seluruhnya adalah milik penerima gadai

sampai hutang tersebut benar-benar dilunasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saddam Hasri Mahasiswa Universitas

Islam Negeri (UIN) Sutan Syarif Kasim Riau dengan judul

“Pengambilan Hasil Gadai Lahan Sawit dan Karet Serta Dampaknya

Terhadap Penggadai Menurut Perspektif Fiqh Muamalah di Desa

Sarang-arang Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir”10 penelitian ini

10 Saddam Hasri, Pengambilan Hasil Gadai Lahan Sawit dan Karet Serta Dampaknya

Terhadap Penggadai Menurut Perspektif Fiqh Muamalah di Desa Sarang-arang Kecamatan

Pujud Kabupaten Rokan Hilir, TP, 2012-2013, Skripsi, UIN Sutan Syarif Kasim Riau.

www.google.com. di unduh pada tanggal 10 Mei 2019, pada jam 12:42 WIB.

Page 24: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

membahas tentang pegadaian yang telah menjadi kebiasaan masyarakat

di Desa Siarang-arang Kecamatan Pujud Kabupaten Rokan Hilir

memberikan 100% dari taksiran barang jaminan, tetapi selama hutang

belum dibayarkan maka hasil dari harta tersebut menjadi hak milik

pemberi pinjaman modal. Pegadaian yang terjadi di masyarakat Desa

Siarang-arang yang selama ini telah turun temurun dilakukan masyarakat

dengan menggunakan bunga berbentuk pengambilan hasil harta selama

hutang dibayarkan sama hukumnya dengan melakukan transaksi pada

bank konvensional yang memakai bunga dan diharamkan oleh para

ulama. Masyarakat Desa Siarang-arang apabila membutuhkan dana

secara mendadak, mereka langsung menuju juragan/penerima gadai

dikarenakan ada beberapa faktor membuat masyarakat tidak bisa

menggadaikan lahannya kepada badan pegadaian resmi. Adapun alasan

masyarakat yang membutuhkan dana tidak bisa meminjam kepada

pegadaian syariah atau bank dikarenakan lembaga tersebut meminta

jaminan kebun sawit atau karet mereka dengan surat-surat lengkap.

Terdapat dampak dari pegadaian di Desa Siarang-arang Kecamatan

Pujud dalam segi ekonomi yang terdiri dari pendapatan bulanan dan

pekerjaan setelah menggadaikan lahan sawitnya serta keadaan sosial dan

psikis dari penggadai. Jumhur ulama fiqh selain Hanabilah berpendapat

bahwa pemegang barang jaminan tidak boleh memanfaatkan barang

jaminan karena barang itu bukan miliknya secara penuh. Hak pemegang

barang jaminan terhadap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang

Page 25: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

yang ia berikan. Berdasarkan penjelasan dari penelitian di atas maka

persamaan dengan penelitian peneliti adalah sama-sama membahas

tentang gadai kebun yang terjadi di masyarakat dan hasil dari kebun yang

digadaikan yang dijadikan sebagai jaminan hutang diambil seluruhnya

oleh penerima gadai. Adapun perbadaan dari penelitian yang dilakukan

oleh peneliti adalah jenis kebun yang dijadikan sebagai barang jaminan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutawaddiah Mahasiswa Universitas

Islam Negeri (UIN) Alauddin Makasar dengan judul “Pelaksanaan

Gadai Tanah dalam Perspektif Ekonomi Islam di Desa Bajiminasa

Bulukumba”11 penelitian ini membahas tentang pelaksanaan gadai tanah

(sawah) di Desa Bajiminasa dialkukan sejak dahulu dengan alasan

persoalan ekonomi. Persoalan gadainya hanya dilakukan secara lisan,

yaitu pihak rahin mendatangi dan menawarkan sawahnya kepada

murtahin untuk digadaikan dengan maksud untuk memperoleh pinjaman

sejumlah uang, dari pertemuan tersebut rahin dan murtahin mengadakan

kesepakatan. Menurut pandangan ekonomi Islam bila dilihat dari rukun

dan syarat gadai sudah terpenuhi. Akan tetapi, dilihat dari segi sighat

(penentuan batas waktu) yang tidak dipermasalahkan. Sehingga

mengakibatkan hak dan kewajiban gadai dalam ekonomi Islam belum

terpenuhi sepenuhnya seperti: apabila telah jatuh tempo dan rahin tidak

mampu melunasi utangnya. Maka murtahin berhak menjual barang gadai

tersebut. Sedangkan, yang terjadi di Desa Bajiminasa tidak adanya

11 Mutawaddiah, Pelaksanaan Gadai Tanah dalam Perspektif Ekonomi Islam di Desa

Bajiminasa Bulukumba, TP, 2015-2016, Skripsi, UIN Alauddin Makasar. www.google.com.

di unduh pada tanggal 10 Mei 2019, pada jam 12:50 WIB.

Page 26: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

penjualan sawah (barang gadai) meskipun telah jatuh tempo. Tidak

adanya penjualan sawah atau barang gadai, karena rahin memang tidak

ingin menjualnya. Jadi, pelaksanaan gadai tanah (sawah) di Desa

Bajiminasa Bulukumba belum sepenuhnya sesuai dengan ekonomi Islam.

Berdasarkan penjelasan dari penelitian di atas maka persamaan dengan

penelitian peneliti adalah sama-sama membahas tentang gadai kebun

yang terjadi di masyarakat dan hasil dari kebun yang digadaikan yang

dijadikan sebagai jaminan hutang diambil seluruhnya oleh penerima

gadai. Adapun perbadaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah jenis kebun yang dijadikan sebagai barang jaminan dan apabila

telah jatuh tempo pembayaran utang tidak adanya penjualan marhun.

Page 27: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Gadai

1. Pengertian Gadai

Secara etimologi, gadai (ar-rahn) berarti tetap dan lestari. Gadai

dikatakan juga al-hasbu, artinya penahanan, misalnya ungkapan ni’matun

rahinah (karunia tetap dan lestari , yang dalam hukum positif disebut dengan

barang jaminan agunan dan tangguhan).12 Sedangkan secara terminologi, ar-

rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya, dan barang tersebut memiliki nilai ekonomis.

Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat

mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya.13

Secara istilah, rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang yang diterimanya.14 Arti gadai juga adalah

pinjam-meminjam uang dengan menyerahkan barang dan dengan batas waktu.

12 Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014),

187.

13 Fadlan, “Gadai Syariah Perspektif Fikih Muamalah dan Aplikasinya dalam Perbankan,”

Jurnal Iqtishadia, Vol.1 No.1 Juni 2014, 31.

14 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), 262.

Page 28: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Rahn juga diartikan dengan menggadaikan atau merungguhkan. Sebagaimana

sabda Nabi SAW berikut:15

صلى الله عليه وسلم –أنه النهبييه –رضي الله عنها –عن عائشة

طعاما إلى أجل معلوم ، وار تهن منه اشت – رى من يهو دي 16. درعا من حديد

“Dari Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari

seorang Yahudi secara tempo dan ia menggadaikan baju besinya kepada

orang Yahudi itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Menurut Ibn ‘Arafah, rahn adalah menjadikan barang sebagai jaminan

utang yang dapat diambil kembali setelah utang dibayar. Mahmud

‘Abd. al-Rahman mendefinisikan rahn dengan menjadikan barang yang

bernilai sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat atau cenderung

mengikat. Sayyid Sabiq menyatakan bahwa rahn adalah menjadikan

sesuatu atau barang yang bernilai harta menurut syara’ sebagai jaminan

utang.17

Menurut ketentuan pasal 1150 KUHPdt, gadai adalah hak yang

diperoleh kreditor atas suatu benda bergerak yang diserahkan

kepadanya oleh debitor atau orang lain atas namanya, untuk menjamin

suatu utang, dan memberikan kekuasaan kepada kreditor untuk

mendapat pelunasan dari benda tersebut lebih dulu daripada kreditor

lainnya, kecuali biaya untuk melelang benda tersebut dan biaya yang

telah dikeluarkan untuk pemeliharaan setelah benda itu digadaikan,

biaya-biaya mana harus didahulukan.18

2. Dasar Hukum Gadai

a. Al-Quran

Legitimasi rahn dalam al-Quran adalah berdasarkan surat al-

Baqarah ayat 283:

15 Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi) (Jakarta: Prenada Media

Group, 2016), 197.

16 Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim,

hadis nomor 275, (Jakarta: PT Darul Falah, 2002), 761.

17 Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi)., 198.

18 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

2014), 171.

Page 29: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu;amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memeperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”19

b. As-Sunnah

Landasan hukum atau dasar hukum dari akad gadai (rahn) selain

al-Quran ialah beberapa hadis berikut ini:

صلى الله –أنه النهبييه –رضي الله عنها –عن عائشة

طعاما إلى أجل معلوم ، –عليه وسلم اشترى من يهو دي 20. وار تهن منه درعا من حديد

“Dari Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW pernah membeli

makanan dari seorang Yahudi secara tempo dan ia menggadaikan baju

besinya kepada orang Yahudi itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

الظههر -صلى الله عليه وسلم -عن أبى هريرة قل قل رسول الله

قهته إذا كان مرهونا ويسرب لبن الدهر إذا كان مرهونا يركب بنف وعلى الهذى يشرب ويركب نفقته.21

“Dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu bahwa Rasulullah

Shalallaahu’alaihi wa sallam barsabda: “Punggung hewan yang

digadaikan boleh dinaiki dengan membayar dan susu hewan yang

digadaikan boleh diminum dengan membayar. Bagi orang yang menaiki

dan meminumnya wajib membayar.”

19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2010), 49.

20 Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim,

hadis nomor 275, 761.

21 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits Shahih Al-

Bukhari 1, (Jakarta: Almahira, 2011), 567.

Page 30: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

لا قال: -صلى الله عليه وسلم -عن أبى هريرة قال أن رسول اللههن من صا حبه الهذى رهنه له غنمه وعليه غرمه.22 يغلق الره

“Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:”gadai tidak

menutup pemiliknya yang menggadaikannya (Ia memiliki hasilnya) dan

wajib menanggung kerusakannya.”

c. Ijma’

Kaum muslimin sepakat diperbolehkan rahn (gadai) secara syariat

ketika bepergian (safar) dan ketika di rumah (tidak bepergian) kecuali

Mujahid berpendapat yang berpendapat rahn (gadai) hanya berlaku ketika

bepergian berdasarkan ayat di atas. Akan tetapi pendapat Mujahid ini

dibantah dengan argumentasi hadis di atas. Disamping itu, penyebutan safar

(bepergian)ayat di atas keluar dari yang umum (kebiasaan).23

d. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

Pasal 385 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

menyatakan bahwa:

1) Pada prinsipnya harta pinjaman tidak boleh digadaikan kecuali dengan

seizin pemiliknya.

2) Apabila pemilik harta memberi izin secara mutlak, maka peminjam

boleh menggadaikannya secara mutlak, maka peminjam boleh

menggadaikannya secara mutlak; dan apabila pemilik harta memberi

izin secara terbatas maka peminjam harus menggadaikannya secara

terbatas.

22 Abu Abdullah bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Ensiklopedia Hadits Ibnu Majah,

(Jakarta:Almahira, 2011), 436. Hadis ke-2441

23 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 290.

Page 31: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

3) Pemilik harta yang mengizinkan hartanya dijadikan jaminan dalam

rahin harus mengetahui dan memahami resikonya.

4) Pemilik harta yang dipinjamkan dan telah digadaikan, mempunyai hak

untuk meminta kepada pemberi gadai guna menebus harta gadai serta

mengembalikan kepadanya.24

e. Fatwa tentang Gadai

Dalam konteks hukum, di Indonesia telah ditemukan beberapa

produk hukum yang berkaitan dengan rahn ini, baik dalam bentuk peraturan

prundang-undangan maupun dalam bentuk fatwa yang dikeluarkan oleh

DSN Majelis Ulama Indonesia. Undang-undang pertama yang menyebutkan

istilah ijarah adalah UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU

Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Dalam Undang-undang ini, rahn

disebut dengan istilah agunan yang berarti jaminan tembahan yang

diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas

kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Ketentuan ini diperkuat

lagi dalam pasal 1 ayat 26 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syariah yang menyebutkan bahwa rahn (agunan) adalah jaminan tambahan,

baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan

oleh pemilik aguan kepada bank syariah dan/atau UUS, guna menjamin

pelunasan kewajiban Nasabah Penerima Fasilitas.

24 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 107.

Page 32: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Produk hukum lain yang berbicara tentang rahn adalah Fatwa DSN

MUI. Ada tiga fatwa yang terkait dengan rahn ini, yaitu Fatwa DSN-MUI

Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, Fatwa DSN-MUI Nomor

26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, dan Fatwa DSN-MUI Nomor

26/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn Tajily.

Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 telah

disebutkan berbagai aturan yang berkaitan dengan rahn. Rahn dalam fatwa

tersebut diartikan dengan menahan barang sebagai jaminan atas utang.

Selain itu, dalam fatwa tersebut dikemukakan pula ketentuan umum yang

berkaitan dengan rahn.

Himpunan fatwa keuangan syariah Dewan Nasional MUI

menyatakan, bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai

jaminan hutang dalam bentuk rahn dibolehkan. Ketentuan rahn yaitu:

1) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun

(barang) sampai semua hutang rahin (yang menyerahkan barang)

dilunasi.

2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya,

marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin,

dengan tidak mengurangi nilai marhun dan manfaatnya sekedar

pengganti biaya pemeliharaan dan perawatan.

3) Pemeliharaan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban

rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya

dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

Page 33: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh

ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

Penjualan marhun:

a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk

segera melunasi hutangnya.

b) Apabila rahin tetap tidak bisa melunasi hutangnya, maka marhun

dijual paksa/dieksekusikan melalui lelang sesuai syariah.

c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya

penjualan.

d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya

menjadi kewajiban rahin.25

3. Rukun dan Syarat Gadai

a. Rukun Gadai

Rukun gadai ada empat, yaitu:

1) Akad Ijab dan kabul, seperti seseorang berkata; ”aku gadaikan

mejaku ini dengan harga Rp. 10.000,00” dan yang satu lagi

menjawab. “Aku terima gadai mejamu seharga Rp. 10.000,00”

atau bisa pula dilakukan selain dengan kata-kata, seperti dengan

surat, isyarat, atau yang lainnya.

2) Aqid, yaitu yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima gadai

(murtahin). Adapun syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharuf,

25 Yadi Janwari, Fikih Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2015), 104-105.

Page 34: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

yaitu mampu membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami

persoalan yang berkaitan dengan gadai.

3) Barang yang dijadikan jaminan (borg), syarat pada benda yang

dijadikan jaminan ialah keadaan barang itu tidak rusak sebelum

janji utang harus dibayar.

4) Ada utang, disyaratkan keadaan utang telah tetap.26

b. Syarat Gadai

Syarat-syarat ar-rahn menurut ulama fiqh sesuai dengan rukun

ar-rahn meliputi sebagai berikut.

1) Syarat yang berkaitan dengan orang yang berakad, yaitu cakap

dalam bertindak hukum menurut jumhur ulama,yaitu orang yang

balig dan berakal, sedangkan menurut ulama Hanafiyah, cukup

dengan berakal sehat saja.

2) Syarat yang berkaitan dengan shighat ulama Hanafiyah

mengatakan dalam akad ar-rahn tidak boleh dikaitkan dengan

akad tertentu atau dengan masa yang akan datang karena akad ar-

rahn sama dengan akad jual-beli. Jika ada syarat yang dikaitkan

dengan masa yang akan datang, syaratnya batal, sekalipun

akadnya sah. Adapun menurut Malikiyah, Syafi’iyah dan

Hanabilah, apabila mendukung kelancaran akad, syarat-syarat

tersebut dibolehkan akan tetapi jika bertentangan dengan

kebiasaan akad ar-rahn maka syaratnya batal.

26Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), 107-108.

Page 35: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

3) Syarat yang berkaitan dengan al-marhun. Syarat ini meliputi

beberapa hal. Pertama, barang jaminan tersebut boleh dijual dan

nilainya seimbang dengan utang. Kedua, barang jaminan itu jelas

dan tertentu. Ketiga, barang jaminan tersebut bernilai harta dan

boleh dimanfaatkan. Keempat, agunan itu milik sah orang yang

berutang. Kelima, barang jaminan itu tidak berkaitan dengan orang

lain. Keenam, barang jaminan merupakan harta yang utuh tidak

bertebaran dalam beberapa tempat. Ketujuh, barang jaminan itu

boleh diserahkan materi atau manfaatnya.

4) Syarat yang berkenaan dengan al-marhun. Hal ini meliputi bahwa

utang itu merupakan hal yang wajib dikembalikan kepada orang

yang berutang, utang boleh dilunasi dengan agunan, dan utang

harus jelas dan tertentu.27

B. Pemanfaatan Barang Gadai

Pada hakikatnya, barang gadai (marhun) tidak boleh diambil

manfaatnya, baik oleh rahin maupun murtahin, kecuali mendapat izin dari

pihak yang bersangkutan. Hal ini karena hak rahin terhadap marhun

setelah akad ar-rahin bukan hak milik sempurna atas perbuatan hukum

terhadap barang tersebut. Hak murtahin atas marhun hanya terbatas pada

sifat kebendaan tersebut yang memiliki nilai, bukan pada pemanfaatan

hasilnya. Sekalipun demikian, ketentuan tersebut bertentangan dengan

prinsip Islam dalam hak milik bahwa hak milik pribadi tidak mutlak, tetapi

27 Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, 190-191.

Page 36: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

memiliki fungsi sosial terhadap harta hakikatnya milik Allah (Q.S. An Nur

ayat 33) dan merupakan amanah bagi pemiliknya.28

Tidak boleh menyia-nyiakan manfaat suatu barang, meskipun

barang gadaian. Setiap barang yang bermanfaat harus dimanfaatkan.29

Pada dasarnya tidak boleh terlalu lama memanfaatkan borg sebab hal itu

akan menyebabkan borg hilang atau rusak. Hanya saja diwajibkan

mengambil faedah ketika berlangsungnya rahn. Berkaitan barang gadaian,

maka terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai siapa yang

berhak memanfaatkan barang gadaian yang dijadikan jaminan atas hutang,

apakah pihak yang menggadaikan (rahin) atau penerima gadai (murtahin).

Jumhur ulama selain Hanabilah berpendapat bahwa murtahin tidak boleh

memanfaatkan borg, kecuali jika rahin tidak mau membiayai borg. Dalam

hal ini murtahin dibolehkan mengambil manfaat sekadar untuk mengganti

ongkos pembiayaan.30

Ulama Hanafi berpendapat bahwa hukum kebolehan memanfaatkan

barang gadaian oleh si penggadai jika hal itu diizinkan oleh pemilik

barang. Dari pendapat Hanafi ini dapat dipahami, jika tidak dizinkan oleh

pemilik barang, maka haram bagi si penggadai untuk memanfaatkan

barang gadaian tersebut.

28 Ibid., 193-194.

29 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2015), 169.

30 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 172-173.

Page 37: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Imam Malik berpendapat bahwa manfaat atau hasil dari barang

yang digadaikan adalah milik orang yang menggadaikan. Akan tetapi, si

penerima gadai dapat mengambil manfaat berdasarkan syarat-syarat yang

telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Imam Hambali lebih melihat kepada barang yang digadaikan.

Adakalanya barang yang digadaikan itu berupa binatang yang bisa

dijadikan kendaraan, beternak, dan bisa diperah. Menurut Imam Hambali,

boleh bagi si penerima gadai untuk menungganginya dan menebus

susunya tanpa seizin dari pihak pemilik barang gadaian. Adakalanya juga

barang yang digadaikan itu bukan berupa binatang , maka si penerima

gadai boleh mengambil manfaat dengan seizin pemilik barang gadaian.

Menurut Imam Hambali, dibolehkannya mengambil manfaat bagi

penerima gadai itu bukan dikarenakan sebab menguntungkan kalau sebab

itu maka menurutnya termasuk riba dan haram meskipun ada izin dari

pemilik barang gadaian.31

Akad gadai bertujuan meminta kepercayaan dan menjamin utang

bukan mencari keuntungan dan hasil. Selama hal itu demikian keadaannya,

maka orang yang memegang gadai (murtahin) yang memanfaatkan barang

gadai tak ubahnya seperti qiradh (utang piutang) yang mengalir manfaat

yang oleh Nabi disebut sebagai riba. Larangan tersebut berlaku jika barang

gadai bukan binatang yang bisa ditunggangi atau binatang ternak yang bisa

diambil susunya. Jika barang yang dijadikan jaminan adalah binatang

31 Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2017), 263.

Page 38: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

ternak, maka menurut sebagian ulama Hanafiyah, penerima gadai

(murthain) boleh memanfaatkan hewan itu apabila mendapat izin dari

pemiliknya.32 Ulama Hanabilah berpendapat bahwa murtahin boleh

memanfaatkan borg jika berupa hewan seperti dibolehkan untuk

mengendarai atau mengambil susunya, sekadar pengganti pembiayaan.33

Tetapi apabila melebihi maka termasuk riba.

Apabila penerima gadai mengeluarkan biaya untuk memelihara

atau merawat barang gadai (marhun) misalnya memberi makan binatang

yang digadaikan dengan terlebih dahulu meminta izin kepada hakim dalam

keadaan orang yang menggadaikan tidak ada, sedangkan dia tak setuju,

maka ini berarti pemberi gadai berutang kepada penerima gadai yang

memberi makan binatang yang digadaikan. Hanya saja, ulama mazhab

Syafi’i berpendapat bahwa pemberi gadai (rahin) boeh memanfaatkan

barang yang telah dijadikan jaminan utang asal tidak mengurangi kualitas

dan kuantitas barang itu. Karena untung rugi barang tersebut menjadi

haknya. Namun apabila manfaat barang itu berkurang secara kualitatif dan

kuantitatif, maka ia tidak boleh memanfaatkannya. Menurut ulama

Hanabilah, apabila barang jaminan itu bukan hewan atau sesuatu yang

tidak memerlukan biaya pemeliharaan seperti tanah. maka pemegang

barang jaminan tidak boleh memanfaatkannya.34

32 Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi)., 211-212.

33 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, 172.

34 Idri, Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi)., 212.

Page 39: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Sohari Sahrani dalam bukunya fiqih muamalah menjelaskan,

apabila barang gadaian itu berupa barang yang mudah disimpan,

seperti : emas, pakaian, kendaraan dan sebagainya berada ditangan

penerima gadai. Jika berupa tanah, rumah ternak dan sebagainya

biasa berada di tangan pihak penggadai, apabila barang gadaian itu

berupa barang yang bisa diambil manfaatnya sepanjang tidak

mengurangi nilai aslinya, misalnya: kuda dapat ditunggangi, lembu

atau kerbau dapat digunakan untuk membajak, mobil atau sepeda

motor dapat dikendarai, dan juga jasah yang diperoleh diimbangi

dengan ongkos pemeliharaan.35

Ulama fiqih menyatakan “bahwa ketika berlangsung nya akad

kedua belah pihak menetapkan syarat bahwa kedua belah pihak boleh

memanfaatkan barang agunan maka akad rahn tersebut dianggap

tidaksah”.36

C. Batal atau Berakhirnya Akad Gadai

Berakhirnya akad rahn, menurut Wahbah Az-Zuhaili dikarenakan hal-

hal berikut:

1. Barang telah diserahkan kembali kepada pemiliknya

2. Rahin (penggadai) membayar hutangnya

3. Dijual paksa, yaitu dijual berdasarkan penetapan hakim atas permintaan

rahn.

4. Pembebasan hutang dengan cara apapun, sekalipun dengan pemindahan

oleh murtahin.

5. Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak

rahn.

6. Rusaknya barang gadaian oleh tindakan atau penggunaan murtahin.

35 Sohari Sahrani, Fiqih Muamalah,(Bogor: Ghaliah Indonesia, 2011), 160.

36 Sohari Sahrani, Fiqih Muamalah., 240.

Page 40: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

7. Memanfaatkan barang gadai dengan menyewa, hibah atau sadaqah, baik

dari pihak rahn maupun murtahin.

8. Meninggalnya rahn (menurut malikiyah) dan atau murtahin (menurut

hanafiyah), sedangkan Syafiiyah dan Hannabilah, menganggap

kematian para pihak tidak mengahiri akad rahn.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berakhirnya

akad rahn apabila rahin (penggadai) telah membayar lunas hutang nya

kemudian murtahin (penerima gadai) menyerahkan kembali barang jaminan

kepada rahin atau salah satu pihak meninggal dunia. Para ulama berbeda

pendapat dalam hal meninggalnya pihak yang berakad. Menurut ulama

Malikiyah dan Hanafiyah meninggalnya salahsatu pihak rahin atau murtahin,

maka akad rahn berakhir. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah dan

Hanabilah meninggalnya pihak yang berakad tidak mengahiri akad rahn. Hal

ini karena akad rahn disebut bisa dilanjutkan oleh ahli waris pihak yang

meninggal (rahin atau murtahin).37

D. Konsep Gadai Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

1. Rukun dan Syarat Rahn

Gadai menurut KHES Bab I Pasal 20 ayat 14, rahn/gadai adalah

penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai

jaminan.38 Dalam Bab XIV Pasal 373 KHES, menyatakan bahwa:

(1) Rukun akad rahn terdiri dari: murtahin, rahin, marhun, marhun

37 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di

Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 243.

38 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1., 16.

Page 41: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

bih/utang, dan akad.

(2) Dalam akad gadai terdapat 3 (tiga) akad paralel, yaitu: qardh, rahn, dan

ijarah.

(3) Akad yang dimaksud ayat (1) di atas harus dinyatakan oleh para pihak

dengan cara lisan, tulisan, atau isyarat.

Pasal 374 menyatakan bahwa para pihak yang melakukan akad rahn

harus memiliki kecakapan hukum. Pasal 375 menyatakan bahwa akad rahn

sempurna apabila marhun telah diterima oleh murtahin.

Pasal 376 menyatakan:

(1) Marhun harus bernilai dan dapat diserah-terimakan.

(2) Marhun harus ada ketika akad dilakukan.

2. Penambahan dan Pergantian Harta rahn

Mengenai Penambahan dan Pergantian Harta rahn Pasal 377

menyatakan bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam marhun, maka turut

digadaikan pula.39 Pasal 378 menyatakan bahwa marhun dapat diganti dengan

marhun yang lain berdasarkan kesepakatan keduabelah pihak. Pasal 379

menyatakan bahwa marhun bih/utang yang dijamin dengan marhun bisa

ditambah secara sah dengan jaminan marhun yang sama. Pasal 380

menyatakan bahwa setiap tambahan dari marhun merupakan bagian dari

marhun asal.

3. Pembatalan Akad Rahn

Berkaitan dengan pembatalan akad rahn dalam KHES terdapat

39 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1,. 105.

Page 42: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

beberapa pasal yang mengatur hal tersebut. Pasal 381 menyatakan bahwa

akad rahn dapat dibatalkan apabila marhun belum diterima oleh murtahin.

Pasal 382 menyatakan bahwa murtahin dengan kehendak sendiri dapat

membatalkan akadnya. Pasal 383 menyatakan bahwa:

(1) Rahin tidak dapat membatalkan akad rahn tanpa persetujuan dari

murtahin.

(2) Rahin dan murtahin dapat membatalkan akad dengan kesepakatan.

Pasal 384 menyatakan bahwa murtahin boleh menahan marhun

setelah pembatalan akad sampai marhun bih/utang yang dijamin oleh marhun

itu dibayar lunas.

4. Rahn harta pinjaman

Menurut KHES Bagian Keempat Pasal 385 menyatakan bahwa:

(1) Pada prinsipnya harta pinjaman tidak boleh digadaikan kecuali dengan

seizin pemiliknya.

(2) Apabila pemilik harta memberi izin secara mutlak, maka peminjam boleh

menggadaikannya secara mutlak; dan apabila pemilik harta memberi izin

secara terbatas maka peminjam harus menggadaikannya secara terbatas.

(3) Pemilik harta yang mengizinkan hartanya dijadikan jaminan dalam rahn

harus mengetahui dan memahami resikonya.

(4) Pemilik harta yang dipinjamkan dan telah digadaikan, mempunyai hak

untuk meminta kepada pemberi gadai guna menebus harta gadai serta

mengembalikan kepadanya.

5. Hak dan Kewajiban dalam Rahn

Page 43: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Mengenai hak dan kewajiban dalam rahn telah diatur dalam KHES

Bagian Kelima Pasal 386 yang menyatakan bahwa:

(1) Murtahin mempunyai hak menahan marhun sampai marhun bih/ utang

dibayar lunas.

(2) Apabila rahin meninggal, maka murtahin mempunyai hak istimewa dari

pihak-pihak yang lain dalam mendapatkan pembayaran utang.40

Pasal 387 menyatakan bahwa adanya marhun tidak menghilangkan

hak murtahin untuk menuntut pembayaran utang. Pasal 388 menyatakan

bahwa rahin dapat menuntut salah satu marhun apabila ia telah membayar

lunas utang yang didasarkan atas jaminan marhun tersebut.

Pasal 389 menyatakan bahwa akad rahn tidak batal karena rahin dan

murtahin meninggal. Pasal 390 menyatakan bahwa:

(1) Ahli waris yang memiliki kecakapan hukum dapat menggantikan rahin

yang meninggal.

(2) Perbuatan hukum ahli waris dari rahin yang tidak cakap hukum

dilakukan oleh walinya.

(3) Wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat menjual harta gadai

setelah mendapat izin dari murtahin untuk melunasi utang.

Pasal 391 menyatakan bahwa:

(1) Apabila rahin meninggal dunia dalam keadaan pailit, pinjaman tersebut

tetap berada dalam status pinjaman.

(2) Marhun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas tidak boleh dijual

40 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Edisi Revisi Cet. Ke 1,. 106-107.

Page 44: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

tanpa persetujuan rahin.

(3) Apabila rahin bermaksud menjual marhun sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), marhun harus dijual meskipun tanpa persetujuan murtahin.41

Pasal 392 menyatakan bahwa:

(1) Apabila pemberi pinjaman harta yang digadaikan meninggal dunia dan

utangnya lebih besar dari kekayaannya, maka rahin harus segera

membayar utang/menebus marhun yang telah dipinjam dari yang

meninggal.

(2) Apabila rahin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mampu

mambayar utang/menebus marhun, maka harta yang dipinjamnya

/marhun akan terus dalam status sebagai marhun dalam kekuasaan

murtahin.

(3) Ahli waris dari pemberi pinjaman harta yang dijadikan marhun dapat

menebus harta itu dengan cara membayar utang rahin.

Pasal 393 menyatakan bahwa:

(1) Apabila ahli waris rahin tidak melunasi utang pewaris/rahin, maka

murtahin dapatmenjual marhun untuk melunasi utang pewaris.

(2) Apabila hasil penjualan marhun melebihi jumlah utang rahin, maka

kelebihan tersebut dikembalikan kepada ahli waris rahin.

(3) Apabila hasil penjualan marhun tidak cukup untuk melunasi utang rahin,

maka murtahin berhak menuntut pelunasan utang tersebut kepada ahli

warisnya.

41 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1,. 108.

Page 45: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Pasal 394 menyatakan bahwa kepemilikan marhun beralih kepada ahli

waris apabila rahin meninggal.42

6. Hak Rahin dan Murtahin

Hak rahin dan murtahin telah diatur di dalam KHES Bagian keenam

Pasal 395 yang menyatakan bahwa rahin dan murtahin dapat melakukan

kesepakatan untuk meminjamkan marhun kepada pihak ketiga. Pasal 396

menyatakan bahwa murtahin tidak boleh memanfaatkan marhun tanpa izin

rahin.

7. Penyimpanan Marhun

Mengenai penyimpanan barang jaminan/marhun dalam KHES

Bagian Ketujuh telah diatur dalam Pasal 397 menyatakan bahwa murtahin

dapat menyimpan sendiri marhun atau pada pihak ketiga. Pasal 388

menyatakan bahwa kekuasaan penyimpanan harta gadai sama dengan

kekuasaan penerima harta gadai. Pasal 399 menyatakan bahwa penyimpanan

harta gadai tidak boleh menyerahkan harta tersebut baik kepada pemberi

gadai maupun kepada pemberi gadai tanpa izin dari salah satu pihak.

Pasal 400 menyatakan bahwa:

(1) Harta gadai dapat dititipkan kepada penyimpan yang lain apabila

penyimpan yang pertama meninggal, dengan persetujuan pemberi dan

penerima gadai.

(2) Pengadilan dapat menunjuk penyimpan harta gadai apabila pemberi dan

penerima gadai tidak sepakat.

42 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1,. 109.

Page 46: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Pasal 401 menyatakan bahwa pemberi gadai bertanggung jawab atas

biaya penyimpanan dan pemeliharaan harta gadai, kecuali ditentukan lain

dalam akad.

8. Penjualan Harta Rahn

Mengenai penjualan harta rahn telah di dalam KHES Bagian

Kedelapan dalam Pasal 402 yang menyatakan bahwa apabila telah jatuh

tempo, pemberi gadai dapat mewakilkan kepada penerima gadai atau

penyimpan atau pihak ketiga untuk menjual harta gadainya.

Pasal 403 menyatakan bahwa:

(1) Apabila jatuh tempo, penerima gadai harus memperingatan pemberi

gadai untuk segera melunasi utangnya.

(2) Apabila pemberi gadai tidak dapat melunasi utangnya maka harta gadai

dijual paksa melalui lelang syariah.

(3) Hasil penjualan harta gadai digunakan untuk melunasi utang, biaya

penyimpanan dan pemeliharaan yang belum dibayar erta biaya penjualan.

(4) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik pemberi gadai dan

kekurangannya menjadi kewajiban pemberi gadai.43

Pasal 404 menyatakan bahwa apabila pemberi gadai tidak diketahui

keberadaannya, maka penerima gadai boleh mengajukan ke pengadilan agar

pengedilan menetapkan bahwa penerima gadai boleh menjual harta gadai

untuk melunasi utang pemberi gadai.

43 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1,. 110-111.

Page 47: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Pasal 405 menyatakan bahwa apabila harta gadai tidak menyimpan

dan/atau memelihara gadai sesuai dengan akad, maka pemberi gadai dapat

menuntut ganti rugi. Pasal 406 menyatakan bahwa apabila harta gadai rusak

karena kelalaiannya, penerima gadai harus mengganti harta gadai.

Pasal 407 menyatakan bahwa apabila yang merusak harta gadai adalah

pihak ketiga, maka yang bersangkutan harus menggantinya. Pasal 408

menyatakan bahwa penyimpanan harta gadai harus mengganti kerugian

apabila harta gadai itu rusak karena kelalaiannya.44

44 Pusat Pengkajian Hukum Islam (PPMHI), Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi

Revisi Cet. Ke 1,. 112.

Page 48: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research).

Penelitian lapangan adalah penelitian yang bertujuan mempelajari secara

intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi status sosial,

individu, kelompok, lembaga , dan masyarakat.45

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kajian hukum

ekonomi syariah terhadap praktik pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan

(studi kasus desa talang lebar kecamatan pugung kabupaten tanggamus).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian yang

bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memberikan

gambaran tentang suatu peristiwa yang terjadi.46

Berdasarkan keterangan tersebut bahwa penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran secara

sistematis, factual, dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian-

45 Purnomo Setiyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, edisi ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara,

2011), 24.

46 Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

23.

Page 49: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

kejadian yang digambarkan dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang yang dapat diamati untuk memperoleh kesimpulan.

B. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah

subjek dari mana data dapat diperoleh.47 Penelitian ini menggunakan dua

sumber data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak

dijelaskan, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Adapun sumber data yang dimaksud adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dapat dikumpulkan

langsung oleh peneliti melalui pihak pertama.48 Sumber data primer ialah

data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,

gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat

dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti.49

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memeberikan data kepada pengumpul data.50 Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data primernya yaitu lima orang pemberi gadai dan empat

orang penerima gadai di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus.

47 Suharsini Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rajawali,

1987), 129.

48 Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), 225.

49 Suharsini Arikanto, Prosedur Penelitian., 22. 50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2011), 225.

Page 50: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder menurut Sarjono Soekanto adalah mencakup

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan, dan sebagainya.51 Menurut Lofland sebagaimana

dikutip oleh Moleong bahwa sumber data utaa dala penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis

datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto

dan statistik.52

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud

dengan sumber data sekunder adalah sumber data kedua yaitu sumber

data yang diperoleh dari sumber lain yang tidak berkaitan secara

langsung dengan penelitian ini, seperti data yang diperoleh dari

perpustakaan antara lain buku-buku yang membahas tentang gadai.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara

Salah satu metode pengumpul data dilakukan melalui wawancara,

yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para

responden. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara

interviewer(s) dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara

51 Sarjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), 10.

52 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),

157.

Page 51: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

lisan.53 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.54

Metode ini menggunakan wawancara bebas. Wawancara bebas

artinya peneliti boleh menanyakan apa saja yang dianggap perlu dalam

wawancara, respondan juga boleh manjawab bebas sesuai pikiran yang

ingin dikemukakannya.55 Dengan demikian peneliti memperoleh

gambaran yang lebih luas tentang bagaimana kajian hukum ekonomi

syariah terhadap praktik pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan (studi

kasus desa talang lebar kecamatan pugung kabupaten tanggamus).

Sasaran dalam metode wawancara ini adalah pihak-pihak pemberi

maupun penerima gadai untuk mengetahui dan menggali informasi

terkait dengan penelitian.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah proses pengumpulan data secara

tertulis maupun tercetak. Dokumentasi adalah mencuri data-data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, dan sebagainya.56 Dokumentasi digunakan untuk

mengungkap kembali jika diperlukan untuk keperluan analisa atau

pembanding lainnya.

53 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2004), 39.

54 Lexy J Meloeng, Metode Penelitian., 186.

55 S. Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 119.

56 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, cet. Ke-6, (Bandung: Alfabeta, 2010), 9.

Page 52: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data

mengenai penyebab adanya praktik pemanfaatan kebun kopi yang

digadaikan.

D. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.57 Teknik analisa data

yang dilakukan oleh peneliti mengumpulkan data yang dilakukan oleh

peneliti mengumpulkan data adalah mengelola data-data yang ada.

Analisis adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi suatu yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.58

Peneliti menggunakan metode analisis kualitatif lapangan, karena

data yang diperoleh merupakan keterangan-keterangan dalam bentuk

uraian. Creswell (1998), menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu

gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian

kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

manggunakan analisis dengan pendekatan induktif.59 Kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu sumber dari

57 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2004), 123.

58 LexyJ, Meloeng, Metode Penelitian., 248.

59Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2013), 34.

Page 53: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

tertulis suatu ungkapan tingkah laku yang di observasi dari manusia

tersebut.60 Penelitian kualitatif bersifat deduktif yaitu dalam penelitian

kualitatif data yang bersifat umum digunakan untuk membangun konsep,

wawasan dan pengertian baru yang bersifat lebih khusus.61

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian menggunakan data

yang telah diperoleh dalam bentuk uraian-uraian untuk dianalisis dengan

cara berfikir deduktif yang berangkat dari informasi pada praktik

pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan di Desa Talang Lebar

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus yang dianalisis secara umum

setelah itu diuraikan secara khusus. Hal ini dapat diketahui dengan

mendapatkan informasi dari pihak-pihak yang bersangkutan. Kemudian

peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang terjadi di lapangan

dalam penyelesaian terhadap Kajian Hukum Ekonomi Syariah Terhadap

Praktik Pemanfaatan Kebun Kopi yang Digadaikan (Studi Kasus di Desa

Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus).

60 Burhan Ashara, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 16.

61 W. Gulo, Metode Penelitian, 4.

Page 54: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus

1. Kondisi Wilayah Desa Talang Lebar

Pekon Talang Lebar Kecamatan Pugung merupakan pemekaran dari

Pekon Tangkit Serdang Kecamatan Pugung dengan jumlah penduduk 254

KK atau 982 jiwa terdiri dari: laki-laki 494 jiwa dan perempuan 488

jiwa..62

a. Batas-Batas Wilayah

Batas wilayah digunakan untuk mengatur dan menandai luas

cakupan suatu wilayah daerah tersebut atau pemisah antara daerah satu

dengan daerah lain. Berikut adalah tabel batas wilayah Desa Talang Lebar.63

Tabel 4.1

Batas-Batas Wilayah Desa Talang Lebar

Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Pekon Batu Tegi Air Naningan

Sebelah Selatan Pekon Tangkit Serdang Pugung

Sebelah Timur Sungai Way Sekampung -

Sebelah Barat Pekon Tekad Pulau Panggung

Sumber: Dokumentasi Profil Pekon Talang Lebar

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Desa Talang Lebar berbatasan

langsung dengan Desa lain seperti: Batu Tegi, Tangkit Serdang, dan Tekad

serta kecamatan lain yaitu: Air Naningan, Pugung, dan Pulau Panggung.

62Dokumentasi Profil Pekon dan Kelurahan Talang Lebar Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus Tahun 2019. 63Dokumentasi, Data Pokok Desa/ Pekon dan Kelurahan Talang Lebar Tahun 2019.

Page 55: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

b. Luas Wilayah

Desa Talang Lebar memiliki luas wilayah 1.193,12 Ha. Yang terdiri

dari:64

1) Lahan Sawah : 0 Ha

2) Lahan Ladang : 175 Ha

3) Lahan Perkebunan : 1.004 Ha

4) Lahan Peternakan : 0 Ha

5) Hutan : 0 Ha

6) Waduk/Danau/Situ : 0 Ha

7) Lahan Lainnya : 12,42 Ha

2. Keadaan Penduduk Desa Talang Lebar

a. Jumlah Penduduk

Desa Talang Lebar mempunyai jumlah penduduk 770 jiwa yaitu

sebagai berikut:65

Tabel 4.2

Jumlah penduduk Desa Talang Lebar menurut jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 413

2 Perempuan 357

Jumlah 770

Sumber: Data Pokok Desa/ Pekon Dan Kelurahan Talang Lebar Tahun

2019

64 Dokumentasi, Data Pokok Desa/ Pekon dan Kelurahan Talang Lebar Tahun 2019.

65 Dokumentasi, Data Pokok Desa/ Pekon dan Kelurahan Talang Lebar Tahun 2019.

Page 56: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

b. Menurut Pendidikan

Masyarakat Desa Talang Lebar pendidikannya beragam. Berikut

jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Talang Lebar:66

Tabel 4.3

Pendidikan Penduduk Desa Talang Lebar

No Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 7 Orang

2 Pra Sekolah 26 Orang

3 Tamat SD Sederajat 295 Orang

4 Sedang SD Sederajat 84 Orang

5 Tidak Tamat SD Sederajat 194 Orang

6 Sedang SMP 150 Orang

7 Tamat SMP 145 Orang

8 Sedang SMA/SMK 126 Orang

9 Lulus SMA/SMK 145 Orang

10 Lulus Akademi/DI-DIII -

11 Sedang DI-DIII -

12 Sarjana SI 2 Orang

13 Sedang Sarjana SI 18 Orang

14 Sarjana S2 1 Orang

Jumlah 1.193 Orang

Sumber: Tingkat Perkembangan Desa Talang Lebar Tahun 2019

c. Mata Pencaharian

Data mata pencaharian yang ditekuni oleh masyarakat di Desa

Talang Lebar dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:67

Tabel 4.4

Keadaan Penduduk Desa Talang Lebar Menurut Mata

Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Orang

1 Karyawan 9 Orang

2 Pegawai Negeri Sipil 3 Orang

3 TNI/Polri 1 Orang

4 Swasta 5 Orang

5 Wiraswasta/Pedagang 17 Orang

6 Petani 210 Orang

66 Dokumentasi, Tingkat Perkembangan Desa Talang Lebar Tahun 2019. 67 Dokumentasi, Data Pokok Desa/ Pekon dan Kelurahan Talang Lebar Tahun 2019.

Page 57: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

7 Buruh Tani 22 Orang

8 Nelayan 0 Orang

10 Jasa 0 Orang

11 Peternak 0 Orang

12 Pengerajin 0 Orang

13 Pekerja Seni 0 Orang

14 Pensiunan 0 Orang

15 Lainnya 207 Orang

16 Tidak Bekerja/Pengangguran 301 Orang

Sumber: Data Desa/ Pekon Dan Kelurahan Talang Lebar Tahun2019

B. Pelaksanaan Pemanfaatan Gadai Kebun Kopi di Desa Talang Lebar

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus

Gadai merupakan salah satu kegiatan tolong menolong antara sesama

manusia dengan memberikan sejumlah uang untuk dipinjamkan dan barang

digunakan sebagai jaminan tanpa mengharapkan imbalan. Gadai yang terjadi

di Desa Talang Lebar adalah gadai dengan memberikan kebun kopi untuk

dijadikan sebagai barang jaminan hutang.

Adapun deskripsi mengenai pelaksanaan gadai di Desa Talang Lebar

Kecamatan Pugung kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.5

Pelaksanaan Gadai

Nama Status Pengelola Hutang Sistem Jangka

Waktu Hasil

Samsudin Rahin Murtahin 10 juta

Murtahin 100%

1 Tahun 5,9 Juta Suhar Murtahin

Indra Rahin Murtahin 20 Juta

Murtahin

100% 2 Tahun

11,8

Juta Jamilah Murtahin

Usta Rahin Rahin 15 Juta

Bagi hasil 50:50

1 Tahun 2,9 Juta Titin Murtahin

Wanto Rahin

Murtahin 10 Juta Murtahin

100% 1 Tahun

5,9

Juta Dartini Murtahin

Hartono Rahin

Sumber: wawancara dengan rahin dan murtahin

Page 58: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Pelaksanaan Gadai yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Talang

Lebar jika dilihat dari segi pengelolaannya terdapat dua cara yaitu kebun

kopi yang dijadikan sebagai barang jaminan dikelola sendiri oleh rahin dan

kebun kopi yang dijadikan barang jaminan dikelola oleh murtahin. Adapun

sistem pembagian hasil dari kebun kopi yang digadaikan ada dua macam

pembagian yaitu mengikuti siapa yang mengelola kebun kopi tersebut. Jika

kebun kopi dikelola oleh pihak rahin maka hasil dari kebun kopi tersebut

dibagi dua antara pihak rahin dan murtahin mendapatkan bagian setengah-

setengah dari jumlah hasil kebun kopi tersebut (50:50).

Selanjutnya, jika kebun kopi tersebut dikelola oleh pihak penerima

gadai (murtahin) maka hasil dari kebun kopi tersebut adalah milik penerima

gadai (murtahin) 100 %.

1. Kondisi Sosial Ekonomi

Mayoritas masyarakat Desa Talang Lebar adalah berprofesi sebagai

petani kopi, usaha tani yang banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Talang

Lebar yaitu perkebunan kopi, karet, dan lada. Selain berprofesi sebagai

petani, masyarakat Desa Talang Lebar juga ada yang berprofesi sebagai guru,

pedagang, buruh tani dan lain-lain. dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

masyarakat Desa Talang Lebar sangan bergantung pada hasil perkebunannya,

apabila harga kopi naik dan hasil panen kopinya juga banyak maka

pendapatan yang yang didapat juga banyak. Begitupun sebaliknya apabila

Page 59: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

harga kopi turun dan hasil kopi juga tidak banyak maka pendapatan yang

didapat juga sedikit.68

2. Pihak-Pihak Yang Melakukan Praktik Gadai

a. Penerima Gadai (Murtahin)

1) Bapak Suhar, Umur 36 tahun. Bapak Suhar adalah seorang

wirausaha dan juga petani kopi. Bapak Suhar memiliki usaha

perdagangan sembako di Desa Banding Agung , dan Bapak Suhar

juga memiliki 2 hektar kebun kopi di Desa Talang Lebar terdapat

5.000 batang pohon kopi.69

2) Ibu Jamilah, Umur 55 Tahun adalah seorang petani, ia memiliki

kebun kopi kurang lebih sekitar 3 hektar terdapat sekitar 7.500

batang pohon kopi yang terletak di beberapa desa yaitu Desa Batu

Bedil 1 hektar dan di Desa Talang Lebar 2 hektar. Ibu Jamilah

sudah sering meminjamkan uang dengan barang jaminan berupa

kebun kopi tidak hanya kebun kopi, Ibu Jamilah juga menerima

barang jaminan berupa sawah.70

3) Ibu Titin, Umur 58 tahun adalah seorang petani, ia memiliki sawah

1 hektar dan kebun kopi 2 hektar terdapat sekitar lima ribu batang

pohon kopi. Ibu titin sudah 2 kali melakukan praktik gadai kebun

kopi, bukan hanya menerima gadai kebun kopi di Desa Talang

68 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Petani Kopi (Pemberi Gadai),

Pada Tanggal 12 November 2019. 69 Hasil Wawancara dengan Bapak Suhar Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada

Tanggal 12 November 2019. 70 Hasil Wawancara dengan Ibu Jamilah Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada

Tanggal 13 November 2019.

Page 60: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Lebar tetapi Ibu Titin juga pernah menerima gadai kebun kopi di

Desa lain yaitu di Desa Air Bakoman.71

4) Ibu Dartini, Umur 58 Tahun adalah seorang petani kopi. Ia

memiliki 2,5 hektar kebun kopi yang terdiri dari 1 hektar di Desa

Talang Lebar dan 1,5 hektar di Desa Talang Muara. Ibu Dartini

juga memiliki sawah 1 hektar di Desa Sinar Agung. Ibu Dartini

sudah sering melakukan praktik gadai, ia memberikan pinjaman

uang dengan jaminan berupa kebun kopi. Saat ini Ibu Dartini sudah

memberikan pinjaman kepada Bapak Wanto dan Hartono dengan

jaminan berupa kebun kopi.72

b. Pemberi Gadai (Rahin)

1) Bapak Samsudin, Umur 48 Tahun adalah seorang petani kopi, ia

memiliki kebun kopi 2 hektar sekitar 5.000 batang pohon kopi.

Bapak Samsudin menggadaikan kebun kopinya kepada Bapak

Suhar seluas 1 hektar terdapat 2.500 batang pohon kopi. Bapak

Samsudin meminjam uang sebesar Rp. 10.000.000,00 kepada

Bapak Suhar menggadaikan kebun kopi nya kepada Bapak Suhar

selama satu tahun.73

2) Bapak Indra, Umur 50 Tahun adalah seorang pedagang bakso dan

petani kopi, ia memiliki usaha dagang bakso dan ia juga memiliki

71 Hasil Wawancara dengan Ibu Titin Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada Tanggal

14 November 2019. 72 Hasil Wawancara dengan Ibu Dartini Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada

Tanggal 15 November 2019. 73 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 12 November 2019.

Page 61: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

0,5 hektar kebun kopi terdapat sekitar 1.500 batang pohon kopi.

Bapak Indra meminjam uang sebesar Rp. 20.000.000,- kepada Ibu

Jamilah dengan menggadaikan kebun kopinya 0,5 hektar selama

dua tahun kepada Ibu Jamilah.74

3) Ibu Usta, Umur 45 Tahun adalah seorang buruh tani dan petani

kopi, ia memiliki 0,5 hektar kebun kopi terdapat sekitar 1.500

batang pohon kopi. Ibu Usta meminjam uang kepada Ibu Titin

sebesar Rp. 15.000.000,00 dengan menggadaikan 0,5 hektar kebun

kopinya kepada Ibu Titi selama satu tahun.75

4) Bapak Wanto, Umur 40 Tahun adalah seorang petani kopi, ia

memiliki 1 hektar kebun kopi terdapat sekitar 2.500 batang pohon

kopi. Ia meminjam uang sebesar Rp. 10.000.000,00 dengan

menggadaikan kebun kopinya seluas 0,5 hektar kepada Bapak

Badrun selama satu tahun.76

5) Bapak Hartono, Umur 56 Tahun adalah seorang buruh tani, ia

memiliki 0,5 hektar kebun kopi terdapat sekitar 1.500 batang pohon

kopi. Ia meminjam uang sebesar Rp. 10.000.000,00 kepada Bapak

Hartono dengan menggadaikan 0,5 hektar kebun kopinya kepada

Ibu Dartini selama satu tahun.77

74 Hasil Wawancara dengan Bapak Indra Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal

12 November 2019 75 Hasil Wawancara dengan Ibu Usta Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 14

November 2019 76 Hasil Wawancara dengan Bapak Wanto Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal

15 November 2019 77 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 16 November 2019

Page 62: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

3. Praktik Gadai Yang Terjadi di Desa Talang Lebar

Gadai adalah Gadai merupakan salah satu kegiatan tolong

menolong antara sesama manusia dengan memberikan sejumlah uang

untuk dipinjamkan dan barang digunakan sebagai jaminan tanpa

mengharapkan imbalan. Menurut Ibu Dartini, gadai adalah utang piutang

dengan menjaminkan suatu barang atau kebun sebagai bentuk

kepercayaan terhadap orang yang berhutang.78

a. Pelaksanaan Akad Gadai

Pelaksanaan gadai yang terjadi di Desa Talang Lebar hanya

dilakukan antara kedua belah pihak yang melakukan akad tidak

melibatkan pihak kelurahan, sehingga tidak ada data tentang siapa saja

yang melakukan gadai.79 Rahin datang langsung ke rumah masyarakat

yang biasa meminjamkan uang atau masyarakat yang biasa menerima

gadai (murtahin). Rahin memberitahukan kepada murtahin bahwa ia

ingin meminjam sejumlah uang kepada murtahin. Apabila murtahin

bersedia meminjamkan uang kepada rahin, maka rahin harus

memberikan jaminan berupa kebun kopi untuk jaminan kepercayaan

kepada murtahin atas pinjaman uang yang telah diterimanya.

Penentuan harga gadai pada awalnya ditentukan oleh pihak rahin,

lalu pihak murtahin boleh menawar harga yang telah ditentukan oleh

rahin. Apabila rahin dalam keadaan terdesak, maka rahin akan menerima

78 Hasil Wawancara dengan Ibu Dartini Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 15

November 2019. 79 Hasil Wawancara dengan Bapak Purwoto Selaku Sekertaris Desa Talang Lebar, Pada

Tanggal 07 November 2019.

Page 63: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

tawaran dari murtahin, namun apabila pihak rahin tidak menerima

tawaran dari pihak murtahin maka rahin akan mencari murtahin lain.80

Sebelum terjadi kesepakatan maka murtahin terlebih dahulu akan

menaksir luas kebun kopi yang akan dijadikan jaminan, dimana letak

kebun kopi yang dijadikan jaminan, perkiraan hasil kebun kopi yang

dijadikan jaminan apakah sesuai dengan pinjaman yang akan ia berikan

apabila ia yang mengelola kebun kopi tersebut. Namun ada pula

murtahin yang langsung menerima tawaran dari rahin melihat kondisi

rahin yang sedang sangat membutuhkan pinjaman.81

Akad perjanjian gadai yang terjadi antara rahin dan murtahin

adalah rahin dan murtahin bertemu langsung dan membuat kesepakatan

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dengan melakukan ijab-qabul

“saya gadaikan kebun kopi saya seluas 0,5 hektar kepada bapak sebagai

jaminan hutang saya kepada bapak sebesar Rp. 10.000.000,00 selama

satu tahun.” dan pihak murtahin menjawab “saya pinjamkan uang Rp.

10.000.000,- ini dan saya terima gadai tersebut beserta dengan syaratnya

bahwa yang mengurus dan mengambil hasil adalah saya sendiri sampai

utang tersebut lunas.” 82

80 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 12 November 2019 81 Hasil Wawancara dengan Ibu Titin Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada Tanggal

14 November 2019 82 Hasil Wawancara dengan Ibu Jamilah Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada

Tanggal 13 November 2019

Page 64: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Talang Lebar hampir

sama yang membedakan hanya jumlah uang beserta waktu

pengembalian, luas kebun yang digadaikan, bagi hasil, dan siapa yang

akan mengelola kebun kopi yang digadaikan. Bapak Samsudin

menggadaikan kebun kopinya dengan harga Rp. 10.000.000,- dalam

jangka waktu satu tahun, Bapak Indra menggadaikan kebun kopinya

dengan harga Rp. 20.000.000,00 dalam jangka waktu dua tahun, Ibu Usta

menggadaikan kebun kopinya dengan harga Rp.15.000.000,00 dalam

jangka waktu satu tahun,Bapak Wanto menggadaikan kebun kopinya

dengan harga Rp. 10. 000.000,00 dalam jangka waktu satu tahun, dan

Bapak Hartono menggadaikan kebun kopinya dengan harga Rp. 10.

000.000,- dalam jangka waktu satu tahun.83 Terjadinya perbedaan

jumlah pinjaman dan jangka waktu pengambalian terjadi karena nominal

jumlah uang yang dipinjam.84

Bagi hasil dari kebun kopi yang digadaikan, terjadi perbedaan bagi

hasil dari kebun kopi yang digadaikan antara pihak; Bapak Samsudin,

Bapak Indra, Bapak Wanto dan Bapak Hartono sama-sama

menggadaikan kebun kopi nya seluas 0,5 hektar dengan sistem yang

mengurus dan menganbil semua hasilnya adalah murtahin85 Berbeda

dengan yang dilakukan oleh Ibu Usta dengan Ibu titin, Ibu Usta

83 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin, Bapak Indra, Ibu Usta, Bapak Wanto dan

Bapak Hartono Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 12-16 November 2019. 84 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 12 November 2019. 85 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin, Bapak Indra, Bapak Wanto Dan Bapak

Hartono Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 12-16 November 2019.

Page 65: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

menggadaikan kebun kopinya dengan sistem bagi hasil 50:50 (dibagi

dua) dan yang mengurus kebun kopi tersebut adalah Ibu Usta.86

Saat akad gadai kebun kopi terjadi baik dari rahin dan murtahin

tidak menggunakan saksi, hal tersebut dikarenakan antara rahin dan

murtahin sudah saling mengenal dan mempercayai antara satu sama

lain.87 Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Samsudin, Bapak Indra, Ibu

Usta Bapak Wanto dan Bapak Hartono yang menyatakan bahwa tidak

perlu mendatangkan saksi karena sudah saling kenal lama dan saling

mempercayai bahkan ada yang masih ada hubungan kekerabatan.88

b. Alasan melakukan Gadai

Beberapa alasan yang melatar belakangi terjadinya gadai kebun

kopi yang dilakukan masyarakat Desa Talang Lebar adalah kebutuhan

ekonomi seperti kebutuhan yang sangat mendesak yaitu untuk biaya

kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah, biaya pengobatan yang mahal.

Ketika musim paceklik datang sehingga penghasilan tidak mencukupi

kebutuhan sehari-hari dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi

maka solusi dari permasalahan ini adalah dengan menggadaikan kebun

kopi.

86 Hasil Wawancara dengan Ibu Usta Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 14

November 2019. 87 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 12 November 2019. 88 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin, Bapak Indra, Ibu Usta, Bapak Wanto dan

Bapak Hartono Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 12-16 November 2019.

Page 66: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Menggadaikan kebun kopi yang dimiliki menjadi pilihan utama karena

bingung mencari pinjaman dari orang secara cuma-cuma dengan nominal

uang yang dipinjam lumayan besar.89

Selain itu, alasan pihak murtahin menerima gadai dari pihak rahin

dikerenakan untuk tolong menolong saling membantu tetangga yang

sedang membutuhkan uang dan meminta jaminan kebun sebagai jaminan

kepercayaan, sedangkan mengurus dan mengambil hasil dari kebun kopi

yang digadaikan adalah untuk penghasilan tambahan selama uang yang ia

pinjamkan belum dilunasi oleh rahin.90

c. Pemanfaatan Kebun Kopi yang Digadaikan

Kebun kopi yang dijadikan jaminan adalah kebun kopi yang

sudah berbuah permusimnya, kebun kopi adalah tanaman kopi yang

sudah tumbuh permanen dan sebelumnya menghasilkan buah kopi. Agar

kebun kopi tersebut berbuah maksimal, maka kebun kopi harus dirawat

seperti memberi pupuk, menunas, menyetek, memotong rumput, dan

lain-lain.91

Kebun kopi yang dijadikan jaminan, didalam kebun kopi tersebut

bukan hanya tanaman kopi saja namun tanaman lain seperti pohon

pisang, pohon duku, pohon durian, dan lain-lain. dalam hal ini,

pemanfaatan yang dilakukan oleh murtahin bukan hanya hasil kopi yang

89 Hasil Wawancara dengan Ibu Usta Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 14

November 2019. 90 Hasil Wawancara dengan Ibu Titin Selaku Penerima Gadai (Murtahin), Pada Tanggal

14 November 2019 91 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 12 November 2019

Page 67: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

diambil, namun hasil dari tanaman lain seperti buah pisang dan tanaman

lain yang terdapat di kebun kopi tersebut. Pengelolaan kebun kopi yang

digadaikan yang terjadi di Desa Talang Lebar berbeda-beda. Seperti yang

dilakukan oleh Ibu Usta, bahwa kebun kopi yang digadaikan dikelola

sendiri olehnya selaku pihak rahin. Alasan Ibu Usta mengelola sendiri

kebun kopi yang ia gadaikan karena kebutuhan yang banyak untuk biaya

sekolah anak sehingga penghasilan mengurus kebun kopi yang hanya 0,5

hektar dan penghasilan berjualan bakso kurang mencukupi. Ketika kebun

kopi yang digadaikan dikelola oleh rahin maka hasil dari kebun kopi

tersebut dibagi dua (50:50) antara rahin dan murtahin. Pembagian hasil

kebun kopi yang digadaikan dibagi dua berdasarkan kesepakatan dan

bukan hanya hasil dari tanaman kopi yang dibagi, namun hasil tanaman

yang tumbuh di kebun tersebut seperti hasil panen buah pisang, lada,

duku, durian dan lain-lain.92

Kebun kopi yang kelola sendiri oleh rahin biaya pengelolaan dan

perawatan kebun kopi tersebut seperti pupuk dan obat pestisida

ditanggung oleh murtahin. Ibu Usta mengungkapkan bahwa hasil dari

kebun kopi yang ia gadaikan 0,5 hektar adalah kurang lebih 3 kwintal,

jadi Ibu Usta dan murtahin hanya mendapat 0,5 kw atau jika

dinominalkan yaitu sebesar Rp. 2.700.000,00 dan hasil kebun lain seperti

pisang, lada, dan lain-lain juga dibagi dua (50:50). Gadai seperti ini

memang membantu pihak rahin karena sudah dibantu oleh murtahin

92 Hasil Wawancara dengan Ibu Usta Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 14

November 2019

Page 68: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

biaya pengelolaannya dan perawatan, namun tetap saja menurut rahin

cukup memberatkan rahin karena hasil kebun kopi yang sedikit harus

dibagi dua dengan pihak murtahin.93

Berbeda dengan yang dilakukan oleh Bapak Samsudin, Bapak

Indra, Bapak Wanto, dan Bapak Hartono. Kebun kopi yang digadaikan

dikelola oleh murtahin dan hasilnya (100%) adalah milik murtahin.

Selama rahin belum dapat melunasi hutangnya kepada murtahin maka

seluruh hasil kebun kopi tersebut dikelola dan diambil oleh murtahin

sampai waktu yang telah disepakati. Apabila sudah jatuh tempo maka

pihak rahin dan murtahin akan memperpanjang waktu dengan syarat

sama seperti pada awal perjanjian gadai tersebut.94 Bapak Hartono

menggadaikan kebun kopinya seluas 0,5 hektar kepada murtahin dan

yang mengelola serta mengambil seluruh hasil dari kebun kopi tersebut

adalah murtahin. Hasil dari kebun kopi yang digadaikan tersebut menurut

Bapak Hartono biasanya sampai 3 kwintal dan seluruh hasil kebun kopi

tersebut diambil oleh murtahin.95

Menurut Bapak Wanto gadai seperti ini terjadi karena sedang

dalam keadaan terdesak tidak ada pilihan lain karena sangat

membutuhkan uang tanpa terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi,

tanpa ada biaya bulanan seperti meminjam uang di bank, hanya dengan

93 Hasil Wawancara dengan Ibu Usta Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 14

November 2019. 94 Hasil Wawancara dengan Bapak Samsudin, Bapak Indra, Bapak Wanto dan Bapak

Hartono Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal 12-16 November 2019. 95 Hasil Wawancara dengan Bapak Hartono Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada

Tanggal 16 November 2019.

Page 69: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

menjaminkan sebuah kebun kopi tanpa menyerahkan surat tanah dapat

memperoleh pinjaman dengan mudah. Kemudian jika sudah jatuh tempo

waktu pengembalian uang antara pihak rahin maupun murtahin dapat

memperpanjang waktu pengembalian uang dengan syarat kebun kopi

yang digadaikan yang mengelola dan mengambil seluruh hasilnya adalah

murtahin.96

C. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Pemanfaatan

Kebun Kopi Yang Digadaikan

Hukum Ekonomi Syariah adalah kumpulan peraturan yang berkaitan

dengan praktik ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang

bersifat komersial dan tidak komersial yang didasarkan pada hukum Islam.

Gadai salah satu kegiatan muamalah yang sering dilakukan oleh

masyarakat di Desa Talang Lebar. Gadai telah dijelaskan dalam Al-Qur’an

Surah al-Baqarah: 283:

Artinya:”Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu;amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memeperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”(QS. Al-Baqarah:

283).

Gadai diperbolehkan dalam hukum Islam. Nabi Muhammad SAW

pernah melakukan gadai. Beliau menggadaikan baju besinya kepada seorang

yahudi. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadis berikut ini:

96 Hasil Wawancara dengan Bapak Wanto Selaku Pemberi Gadai (Rahin), Pada Tanggal

15 November 2019

Page 70: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

صلى الله عليه –أنه النهبييه –رضي الله عنها –عائشة عن

طعاما إلى أجل معلوم ، وار تهن –وسلم اشترى من يهو دي

. منه درعا من حديد

“Dari Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW pernah membeli makanan

dari seorang Yahudi secara tempo dan ia menggadaikan baju besinya kepada

orang Yahudi itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Terkait dengan pelaksanaan gadai di Desa Talang Lebar dapat

dideskripsikan di bawah ini:

1. Rukun dan Syarat Gadai

Gadai mempunyai rukun dan syarat, rukun gadai seperti akad ijab dan

qabul, aqid yaitu orang yang berakad (rahin dan murtahin), barang yang

dijadikan jaminan (marhun), dan ada hutang (marhun bih). Pelaksanaan gadai

di Desa Talang Lebar telah memenuhi keempat rukun tersebut, yaitu adanya

akad ijab dan qabul yang dilakukan antara rahin dan murtahin, adanya aqid

yaitu rahin dan murtahin, adanya marhun yaitu kebun kopi, dan marhun bih

yaitu adanya utang.

Adapun syarat orang yang melakukan akad gadai yaitu cakap dalam

bertindak hukum, yaitu orang yang baligh dan berakal, syarat marhun yaitu

barang jaminan boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang, barang

jaminan bernilai harta dan boleh dimanfaatkan, barang jaminan itu jelas dan

tertentu, barang jaminan milik sah orang yang berutang , barang jaminan

tidak berkaitan dengan orang lain, barang jaminan adalah harta yang utuh

tidak bertebaran di beberapa tempat, barang jaminan boleh diserahkan materi

dan manfaatnya.

Page 71: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Gadai yang terjadi di Desa Talang Lebar telah memenuhi rukun dan

syarat gadai, antara pihak rahin dan pihak murtahin telah saling bertemu dan

memberikan pernyataan saling serah terima. Hal ini dapat dilihat dari

pengucapan kata-kata “saya gadaikan kebun kopi saya...” “saya pinjamkan

uang ... dan saya terima gadai...” yang dalam pelaksanaan gadai kebun kopi

tersebut dilaksanakan oleh rahin dan murtahin yang cakap hukum sudah

dewasa dan berakal sehat jasmani maupun rohani. Kebun kopi yang dijadikan

jaminan adalah kebun kopi milik sendiri yang telah membuahkan hasil dan

marhun bih (utang) sudah sesuai dengan Hukum Islam karena

pengembaliannya sesuai dengan hutang awal dan tidak ada penambahan.

Pelaksanaan akad gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Talang

Lebar masih banyak pihak yang yang tidak menggunakan surat perjanjian

tertulis dan saksi. Meskipun sudah saling mempercayai dan masih adanya

ikatan keluarga. Perjanjian tertulis dan saksi penting untuk menjadi bukti jika

kemudian hari terjadi perselisihan antara pihak rahin dan murtahin dan

wanprestasi.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan

gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Talang Lebar sudah memenuhi

rukun dan syarat gadai.

Page 72: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

2. Pemanfaatan Barang Jaminan

Gadai adalah kegiatan meminjam sejumlah uang dengan memberikan

barang yang bernilai sebagai jaminan atas uang yang dipinjam, dan apabila

utang tersebut tidak dapat dilunasi pada waktu yang telah ditentukan maka

barang jaminan tersebut dapat di lelang atau dijual untuk melunasi utang

tersebut.

Kebun kopi yang dijadikan sebagai barang jaminan adalah kebun kopi

yang sebelumnya sudah berbuah dan menghasilkan buah permusimnya. Jadi,

kebun kopi tersebut hanya perlu dirawat tidak perlu melakukan penanaman

kembali seperti memberi pupuk, membersihkan kebun agar pohon kopi

tersebut dapat menghasilkan buah yang banyak.

Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah (KHES) Pasal 396

menyatakan bahwa murtahin tidak boleh memanfaatkan marhun tanpa seizin

rahin. Jumhur Ulama selain Hanabilah berpendapat bahwa murtahin tidak

boleh memanfaatkan barang jaminan, kecuali jika rahin tidak mau membiayai

barang jaminan. Dalam hal ini murtahin boleh mengambil manfaat sekedar

mengganti ongkos pembiayaan.

Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 25/DSN-MUI//III/2002 menyatakan

marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun

tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan manfaatnya sekedar pengganti biaya

pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan penyimpanan marhun pada

dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh

Page 73: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi

kewajiban rahin.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diartikan bahwa gadai boleh

dimanfaatkan oleh murtahin atas izin dari rahin, namun hasil dari barang

jaminan tidak boleh diambil seluruhnya oleh murtahin karena murtahin hanya

dapat mengambil manfaat sekedar untuk mengganti biaya perawatan yang

sudah ia keluarkan untuk merawat kebun kopi tersebut. Pelaksanaan gadai di

Desa Talang Lebar rata-rata masyarakat yang melakukan gadai kebun kopi

barang jaminan yang berupa kebun kopi dikelola dan dimbil seluruh hasilnya

oleh murtahin, bukan hanya hasil dari buah kopinya saja namun hasil

tanaman yang ada di kebun kopi tersebut juga diambil oleh murtahin. Hal ini

dapat dilihat dari pemaparan di bawah ini:

a. Kebun yang dikelola oleh murtahin

1) Bapak Samsudin menggadaikan kebun kopi seluas 0,5 hektar dengan

harga Rp. 10.000.000,00 selama satu tahun. Hasil permusimnya ± 3

kwintal, jika diasumsikan dengan harga Rp. 18.000,00 per kilogram

maka hasilnya adalah Rp. 5.400.000,00 permusimnya. Hasil buah

pisang di kebun tersebut ± 5 kwintal jika diasumsikan dengan harga

Rp. 1.000,00 maka hasilnya adalah Rp. 500.000,00 dalam satu tahun.

Jika dijumlahkan hasil kopi dan hasil buah pisang dalam waktu satu

tahun maka hasilnya adalah Rp. 5.900.000,00. Hasil tersebut akan

sepenuhnya diambil oleh murtahin karena yang mengelola kebun

kopi tersebut adalah murtahin.

Page 74: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

2) Bapak Indra menggadaikan kebun kopi seluas 0,5 hektar dengan

harga Rp. 20.000.000,00 selama satu tahun. Hasil permusimnya ± 3

kwintal, jika diasumsikan dengan harga kopi Rp. 18.000,00 per

kilogram maka hasilnya adalah Rp. 5.400.000,00 permusimnya.

Hasil buah pisang di kebun tersebut ± 5 kwintal jika diasumsikan

dengan harga Rp. 1.000,- maka hasilnya adalah Rp. 500.000,00

dalam satu tahun. Jika dijumlahkan hasil kopi dan hasil buah pisang

dalam waktu satu tahun maka hasilnya adalah Rp. 5.900.000,00

dalam waktu 2 tahun maka murtahin akan mendapatkan hasil kopi

±6 kwintal, jika diasumsikan dengan harga kopi Rp. 18.000,00 per

kilogram maka hasilnya adalah Rp. 10.800.000,00 permusimnya.

Hasil buah pisang di kebun tersebut selama dua tahun ± 10 kwintal

jika diasumsikan dengan harga Rp. 1.000,00 maka hasilnya adalah

Rp. 1.000.000,00. Jika dijumlahkan hasil kopi dan hasil buah pisang

dalam waktu dua tahun maka hasilnya adalah Rp. 11.800.000,00.

Hasil tersebut akan sepenuhnya diambil oleh murtahin karena yang

mengelola kebun kopi tersebut adalah murtahin.

3) Bapak Wanto menggadaikan kebun kopi seluas 0,5 hektar dengan

harga Rp.10.000.000,00 selama satu tahun. Hasil permusimnya ± 3

kwintal, jika diasumsikan dengan harga Rp. 18.000,00 per kilogram

maka hasilnya adalah Rp. 5.400.000,00 permusimnya. Hasil buah

pisang di kebun tersebut ± 5 kwintal jika diasumsikan dengan harga

Rp. 1.000,00 maka hasilnya adalah Rp. 500.000,00 dalam satu tahun.

Page 75: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Jika dijumlahkan hasil kopi dan hasil buah pisang dalam waktu satu

tahun maka hasilnya adalah Rp. 5.900.000,00. Hasil tersebut akan

sepenuhnya diambil oleh murtahin karena yang mengelola kebun

kopi tersebut adalah murtahin.

4) Bapak Hartono menggadaikan kebun kopi seluas 0,5 hektar dengan

harga Rp.10.000.000,00 selama satu tahun. Hasil permusimnya ± 3

kwintal, jika diasumsikan dengan harga Rp. 18.000,00 per kilogram

maka hasilnya adalah Rp. 5.400.000,00 permusimnya. Hasil buah

pisang di kebun tersebut ± 5 kwintal jika diasumsikan dengan harga

Rp. 1.000,00 maka hasilnya adalah Rp. 500.000,00 dalam satu tahun.

Jika dijumlahkan hasil kopi dan hasil buah pisang dalam waktu satu

tahun maka hasilnya adalah Rp. 5.900.000,00. Hasil tersebut akan

sepenuhnya diambil oleh murtahin karena yang mengelola kebun

kopi tersebut adalah murtahin.

b. Kebun yang dikelola oleh rahin

Ibu Usta menggadaikan kebun kopi seluas 0,5 hektar dengan

harga Rp.15.000.000,00 selama satu tahun. Hasil permusimnya ± 3

kwintal, jika diasumsikan dengan harga Rp. 18.000,00 per kilogram

maka hasilnya adalah Rp. 5.400.000,00 permusimnya. Hasil buah

pisang di kebun tersebut ± 5 kwintal jika diasumsikan dengan harga

Rp. 1.000,00 maka hasilnya adalah Rp. 500.000,00 dalam satu tahun.

Jika dijumlahkan hasil kopi dan hasil buah pisang dalam waktu satu

tahun maka hasilnya adalah Rp. 5.900.000,00. Maka Ibu Usta dan

Page 76: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

murtahin akan mendapatkan bagian sebesar Rp. 2.950.000,00 dalam

waktu satu tahun.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa

pemanfaatan kebun kopi yang digadaikan yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten

Tanggamus kurang sesuai dengan hakikat akad gadai adalah akad

tolong menolong. Murtahin boleh memanfaatkan marhun dengan

syarat telah diberikan izin oleh rahin dan hasil barang jaminan

tersebut diambil sekedar untuk mengganti ongkos pembiayaan,

namun gadai yang dilakukan masyarakat Desa Talang Lebar

merugikan pihak rahin, karena kebun kopi yang seharusnya hasil

dan pengelolanya adalah rahin dikuasai penuh oleh murtahin dan

hasil dari pemanfaatan kebun kopi tersebut sangat menguntungkan

pihak murtahin. Terlebih dengan gadai yang telah ditetapkan jumlah

dan bagi hasilnya itu sangat mendzolimi pihak rahin.

Page 77: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa praktik

gadai kebun kopi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Talang Lebar

Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus telah memenuhi syarat gadai

dalam hukum Islam.

Pemanfaatan kebun kopi yang dijadikan sebagai jaminan yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Talang Lebar diperbolehkan karena seizin

rahin, berdasarkan kompilasi hukum ekonomi syariah (KHES) Pasal 396

yang menyatakan bahwa murtahin tidak boleh memanfaatkan marhun tanpa

seizin rahin. Menurut pendapat Jumhur Ulama selain Hanabilah bahwa

murtahin tidak boleh memanfaatkan barang jaminan, kecuali jika rahin tidak

mau membiayai barang jaminan. Dalam hal ini murtahin boleh mengambil

manfaat sekedar mengganti ongkos pembiayaan. Menurut Fatwa DSN-MUI

Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 menyatakan pada prinsipnya, marhun tidak

boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak

mengurangi nilai marhun dan manfaatnya sekedar pengganti biaya

pemeliharaan dan perawatan. Namun dalam pengambilan jumlah hasil dari

marhun kurang sesuai karena seluruh hasil kebun kopi diambil seluruhnya

oleh murtahin bukan sekedar untuk mengganti biaya pemeliharaan dan

perawatan.

Page 78: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan, peneliti

mengungkapakan beberapa saran yang berhubungan dengan penelitian ini,

adapun saran-saran tersebut antara lain:

1. Bagi pihak pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin)

hendaklah dalam melakukan akad gadai kebun kopi hendaklah

menggunakan surat perjanjian dan saksi pada saat melakukan akad gadai

untuk menjadi bukti jika kemudian hari terjadi perselisihan antara pihak

rahin dan murtahin dan wanprestasi.

2. Bagi pihak penerima gadai (murtahin) hendaklah dalam memberikan

pinjaman kepada pemberi gadai (rahin) tidak mencari keuntungan lebih

dari gadai kebun tersebut, apabila kebun kopi tersebut dipercayakan

kepada murtahin untuk mengelolanya maka biaya yang dikeluarkan rahin

hanya untuk mengganti biaya pengelolaan dan pemeliharaan yang telah

dikeluarkan murtahin.

3. Bagi pihak pemerintah desa, hendaklah terlibat dalam praktik gadai kebun

kopi di Desa Talang Lebar baik dari memberikan pemahaman tentang

gadai yang sesuai dengan prinsip hukum Islam maupun tentang

pencatatan gadai.

Page 79: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

DAFTAR PUSTAKA

Alu Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim,

hadis nomor 275, Jakarta: PT Darul Falah, 2002.

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Ensiklopedia Hadits Shahih

Al-Bukhari 1, (Jakarta: Almahira, 2011).

Arikanto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rajawali, 1987.

Ashara, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Diponegoro, 2010.

Djuwaini, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogayakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

Djazuli, A. Ilmu Fiqh (Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum

Islam), Cet. 7. Jakarta: Kencana, 2010

Enizar. Hadis Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Fadlan. “Gadai Syariah Perspektif Fikih Muamalah dan Aplikasinya dalam

Perbankan,” Jurnal Iqtishadia, Vol.1 No.1 Juni 2014.

Fathurrahman Djamil. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di

Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Gulo, W. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo, 2004.

Ibnu Majah, Abu Abdullah bin Yazid al-Qazwini. Ensiklopedia Hadits Ibnu

Majah, (Almahira, ), 436. Hadis ke-2441

Idri. Hadis Ekonomi (Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi). Jakarta: Prenada

Media Group, 2016.

Janwari, Yadi. Fikih Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2015.

Khosyi’ah, Siah. Fiqh Muamalah Perbandingan. Bandung: CV Pustaka Setia,

2014.

Page 80: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

Setiyadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial edisi ke-2. Jakarta: Bumi

Aksara, 2011.

Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Meloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2014.

Mustofa, Imam. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2015.

Nasution, S. Metode Reseach Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2013.

Pusat P engkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIMM) Edisi Revisi

cet. Ke-1, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009.

Rozalinda. Fikih Ekonomi Syariah (Prinsip dan Implementasinya pada sektor

Keuangan syariah). Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sahrani, Sohari. Fiqih Muamalah. Bogor: Ghaliah Indonesia, 2011.

Shidiq, Sapiudin. Fikih Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2017.

Soekanto, Sarjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2004.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, cet. Ke-6. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sugono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.

Suryabrata, Samadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Syafe’i, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Page 81: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 82: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 83: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 84: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 85: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 86: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 87: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 88: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 89: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 90: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 91: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 92: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 93: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 94: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 95: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 96: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 97: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

FOTO-FOTO PENELITIAN

Page 98: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 99: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 100: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …
Page 101: SKRIPSI KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama lengkap Tina Agustin, kerap

disapa Tina, lahir di Talang Lebar, 24 Agustus 1997,

yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Peneliti lahir dari pasangan suami istri Bapak Arsan dan

Ibu Raunah.

Peneliti menyelesaikan pendidikan formal di SDN 1 Sindang Marga lulus

pada tahun 2008/2009, lalu peneliti melanjutkan sekolah menengah pertamanya di

SMPN 2 Talang Padang lulus pada tahun 2011/2012, setelah itu lanjut kejenjang

SLTA di SMAN 1 Pulau Panggung pada tahun 2014/2015 dengan mengambil

jurusan IPA.

Setelah lulus SMA kemudian peneliti melanjutkan pendidikan S1 di

STAIN Jurai Siwo Metro yangkemudian pada tanggal 19 Desember 2016 beralih

status menjadi IAIN Metro . peneliti memilih Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di

Fakultas Syariah, dan pada masa akhir studi, peneliti mempersembahkan skripsi

yang berjudul “KAJIAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP

PRAKTIK PEMANFAATAN KEBUN KOPI YANG DIGADAIKAN (Studi

Kasus di Desa Talang Lebar Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus)”.