ekonomi syariah

Upload: asmara-kanthi

Post on 19-Jul-2015

419 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

EKONOMI SYARIAH DALAM PERJALANAN SYARIAH (Motivasi Kewenangan PA)Penulis : SITI JANNATUL HILMI, MA.(HAKIM PENGADILAN AGAMA SINJAI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru Besar Hukum Acara Perdata Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Eman Suparman, mengatakan wawasan yang dimiliki hakim Pengadilan Agama mengenai ekonomi syariah saat ini masih terbatas. Karena itu, para hakim Pengadilan Agama harus terus meningkatkan wawasan hukum tentang ekonomi syariah dalam bingkai regulasi Indonesia dan aktualisasi fikih Islam. Selain itu, hakim pun harus punya wawasan memadai tentang produk layanan dan mekanisme operasional dari lembaga keuangan syariah dan prediksi terjadinya sengketa dalam akad yang berbasis ekonomi syariah. Karena itu para hakim juga dituntut lebih responsif terhadap perkembangan manajemen peradilan yang lebih modern. Di lembaga keuangan syariah juga terdapat nasabah non Muslim. Jika terjadi sengketa, hal ini pun membuat kompetensi absolut Peradilan Agama sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman mengalami perubahan strategis. Lembaga keuangan syariah Indonesia mulai menjamur di berbagai daerah. Dengan berkembangnya bisnis ekonomi syariah diperlukan penyelesaian hukum jika terjadi sengketa antara

1

lembaga dan nasabah. Sengketa ekonomi syariah di Indonesia dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) dan Pengadilan Agama. Menurut Dosen Fakultas Hukum Universitas Yarsi, Hermayulis, keberadaan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan sengketa bisnis merupakan kewenangan baru. Oleh karena itu, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah, di sisi sumber daya manusia, kelembagaan, dan budaya masyarakat. (Sumber :

www.republika.co.id.) Bank Syariah merupakan Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam1. Bank berdasarkan prinsip Syariah atau Bank Syariah seperti halnya Bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu Lembaga intermediasi

( intermediary institution ), yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.2

Pakar Ekonom Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Masyhudi Muqorrobin, S.E., M.Ec., Ph.D, menyatakan ekonomi syariah bukan identik bank syariah. Salah satu aplikasinya bisa bank syariah. Ada

Dewan redaksi Ensiklopedi hukum Islam: Ensiklopedi Hukum Islam, jilid I, Cet. I (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), 194 Sutan Remy Sjahdeini, Prof., Dr., SH., Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Cet. II (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2005), 12

1

2

kesan mendalam bahwa ekonomi syariah adalah perbankan syariah, padahal permasalahan ekonomi bukan hanya perbankan tapi juga masalah produksi, distribusi, dan konsumsi dan masih banyak aspek ekonomi syariah lain yang harus terus dikembangkan selain perbankan syariah. Keunggulan ekonomi syariah adalah adanya keseimbangan antara sector riil dan sektor perbankan, sehingga memperkuat fondasi ekonomi secara nasional di suatu negara seperti di Indonesia. Ekonom semacam Wakil Presiden Budiono mengakui keunggulan tersebut. Jadi, ekonomi syariah menawarkan keseimbangan antara sekor riil dan perbankan,

Namun ada persoalan ketika perbankan lebih maju dan ekonomi syariah dipersepsikan sebagai bank syariah, keunggulan ekonomi syariah secara konseptual ada tranparansi. Misalnya, nasabah pinjam uang di bank syariah akan mendapatkan kejelasan terkait pemanfaatan uang, pembagian hasil, ketiadaan bunga dan lain-lain. Ini yang tidak dimiliki oleh bank konvensional. Kemudian bank syariah mengatur ada penjamin atau underlying asset, bisa jadi alat kontrol dari debitur.

Diantara masalah-masalah hukum Islam yang berhubungan dengan situasi kontemporer adalah aspek ekonomi, seperti keberadaan Bank Syariah dengan segala bentuk kegiatan usaha yang dijalankan. Usaha Bank akan selalu dihubungkan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan

utamanya. Kegiatan dan usaha Bank akan selalu terkait dengan komoditas,

3

antara lain : memindahkan uang, menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lain, membeli dan menjual surat-surat berharga, membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang, memberi kredit; dan memberi jaminan Bank. Dalam melaksanakan fungsinya, secara umum bank membeli uang dari masyarakat pemilik dana dalam bentuk tabungan pemilik dana dengan suatu harga tertentu yang disebut bunga kredit. Sebaliknya bank akan menjual uang dalam bentuk pemberian pinjaman dalam suatu harga tertentu yang disebut bunga debet. Dengan demikian pemilik bank akan mendapatkan bagian keuntungan yang merupakan selisih antara harga jual dan harga beli dana / uang. Jenis-jenis Kegiatan Usaha Bank Syariah Menurut Undang-undang Perbankan, baik undang-undang No.7 tahun 1992 sebelum diubah dan undang-undang perubahannya, yaitu undang-undang, No. 10 tahun 1998 menganut asas pembatasan jenis-jenis kegiatan usaha perbankan sebagai perwujudan dari prinsip kehati-hatian yang harus dianut oleh perbankan Indonesia. Bank-bank umum hanya boleh melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang jelas-jelas disebutkan di dalam pasal 6 dan 7 Undang-undang No. 7 tahun 1992 sebagaimana kemudian di ubah dengan undang-undang No. 10 tahun 1998. Pasal 6 Undang-undang No. 10 tahun 1998 berbunyi sebagai berikut :

4

Usaha Bank umum meliputi : a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, Sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. memberikan kredit; c. memberikan surat pengakuan utang; d. membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; 1. Surat - surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam

perdagangan surat-surat dimaksud; 2. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surau-surat dimaksud; 3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; 4. Sertifikat bank Indonesia ( SBI ) 5. Obligasi; 6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 ( satu ) tahun; 7. Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

dengan 1 ( satu ) tahun; e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

5

f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan wesel ,cek, atau sarana lainnya; g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak; j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercacat di bursa efek; k. dihapus berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998; l. melakukan wali amanat; m. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan

berdasarkan Prinsipsyariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia; n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sedangkan pasal 7 berbunyi sebagai berikut : Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, bank umum dapat pula :

6

a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan, seperti sewa guna usaha, penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia ; c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk megatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsipsyariah denga syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia; dan d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. Daftar kegiatan-kegiatan usaha sebagaimana disebutkan rinciannya dalam Pasal 6 dan 7 tersebut merupakan suatu kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh bank, dan kegiatan-kegiatan usaha yang tidak disebutkan

dalam daftar itu merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh suatu bank. Jenis-jenis kegiatan usaha dalam daftar itu tidak boleh ditambahtambah. Hal itu sesuai dengan ketentuian pasal 10 yang berbunyi sebagai berikut : a. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan huruf c;

7

b. melakukan usaha peransurasian c. melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 7. Kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh bank umum syariah mendapat penegasan dan rincian dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/34/Kep/Dir tentang bank Umum berdasarkan Prinsipsyariah tanggal 12 Mei 1999. Kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh bank perkreditan rakyat dalam undang-undang perbankan dalam pasal 13 yang berbunyi sebagai berikut : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. Memberikan kredit; c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan dasar Prinsipsyariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; d. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia ( SBI ),

Deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. Menurut pasal 14, Bank perkreditan rakyat hanya boleh melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang tercantum di dalam pasal 13 itu ( dengan kata lain tidak bol;eh melakukan kegiatan-kegiatan usaha diluar kegiatan-kegiatan

8

usaha yang tercantum dalam pasal 13 itu ) yaitu sebagaimana ditentukan oleh pasal 14 undang-undang tersebut. Bunyi pasal 14 tersebut adalah sebagai berikut : Bank perkreditan rakyat dilarang : a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing; c. melakukan penyertaan modal; d. melakukan usaha perasurasian; e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 13. Kegiatan kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh bank perkreditan rakyat syariah mendapat penegasan dan rincian dalam surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/36/Kep/Dir tentang bank Perkreditan Rakyat Prinsipsyariah. Dari ketentuan pasal 10 ayat (1) dapat diketahui bahwa bank umum tidak boleh melakukan penyertaan modal, kecuali apabila penyertaan modal itu dilakukan : 1. Pada perusahaan bank atau pada perusahaan di bidang keuangan ( pasal 7 huruf b ) ; atau 2. dalam rangka mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ( pasal 7 huruf c).

9

Mengingat menurut pasal 6 huruf m, bank umum boleh menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsipsyariah, sedangkan menurut pasal 13 huruf c, bank perkreditan rakyat boleh menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsipsyariah seperti halnya bank umum. Sehubungan dengan berlakunya ketentuan pasal 10 Ayat 1 dan pasal 14 huruf c, timbul pertanyaan : apakah ketentuan pasal 10 ayat (1) tersebut berlaku pula bagi bank umum yang melakukan kegiatan yang berdasarkan Prinsipsyariah, kalau berlaku apakah kegiatan usaha tersebut sesuai dengan hukum Islam dan undang-undang perbankan ?

pertanyaan yang sama dapat juga diajukan pada bank perkreditan rakyat sehubungan dengan berlakunya ketentuan pasal 14 huruf c. pertanyaan ini perlu diajukan mengingat salah satu kegiatan perbankan Islam ialah melakukan penyertaan modal, yaitu dalam bentuk transaksi musyarakah, kalau penyertaan modal sebagai kegiatan bank syariah dilarang, terpaksa kegiatan musyarakah di Indonesia dilakukan melalui pendirian lembaga pembiayaan yang notabene bukan merupakan lembaga bank yang tunduk pada undangundang perbankan. Kejelasan diberikan oleh pasal 1 ayat (13) mengenai apa yang dimaksudkan dengan Prinsip syariah, Yaitu : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan

10

Prinsipbagi hasil ( mudhrabah ), pembiayaan berdasarkan Prinsippenyertaan modal (musyarakah) , Prinsipjual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan modal modal berdasarkan Prinsipsewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina); Dari pengertian Prinsipsyariah sebagaimana diberikan oleh pasal 1 ayat (13) tersebut diatas, maka secara yuridis ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf a dan pasal 14 huruf c hanya berlaku bagi bank yang semata-mata melakukan kegiatan bank konvensional. Namun, bagi bank syariah atau bank umum yang memilki Islamic window boleh melakukan penyertaan modal sepanjang hal itu dilakukan dalam bentuk musyarakah sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah yang menganut profit and loss sharing principle. Bank umum yang melakukan kegiatan berdasarkan Prinsipsyariah selain boleh melakukan penyertaan modal dalam bentuk musyarakah, seperti halnya bank konvensional, juga boleh melakukan penyertaan pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan (yaitu dengan cara mendirikan bank atau lembaga pembiayaan yang dimaksud ). Dalam hal suatu bank syariah bermaksud untuk menggunakan peluang yang diberikan oleh unadng-undang perbankan, yaitu peluang untuk melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan (sebagai pemegang saham), tentulah harus pada bank atau perusahaan

11

dibidang keuangan yang melakukan kegiatan usaha yang juga berdasarkan Prinsipsyariah (interest free financial transactions) pada bank atau perusahaan di bidang keuangan yang melakukan kegiatan usaha dengan membebankan bunga (interest bearing financial transactions) sebagai pendapatnya, akan menjadi tidak taat asas (inconsistions) dan melanggar ketentuan syariah (hukum Islam). Hubungan hukum antara Bank Syariah dan Nasabahnya diatur oleh Hukum Perjanjian Berdasarkan KUH Perdata. Sudah merupakan hal yang biasa dalam praktek perbankan, sebagaimana praktek dunia bisnis pada umumnya, bahwa untuk pemberian fasilitas pembiayaan atau jasa perbankan lainnya, hubungan hukum antara bank (termasuk juga bank suariah) dan para nasabhnya selalu dituangkan dalam perjanjian tertulis. Apabila hubungan hukum antara bank dan nasabahnya dituangakan dalam suatu perjanjian, maka bagi hubungan hukum itu berlaku ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam perjanjian itu. Dalam praktek perbankan, bagi hubungan hukum jasa-jasa tertentu, bank menyediakan pula ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlakunya ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum tersebut adalah berdasarkan surat pernyataan yang ditanda tangani oleh nasabah atau berdasarkan perjanjian antara bank dan nasabah yang didalamnya memuat pernyataan bahwa nasabah tunduk pada ketentuanketentuan dan syarat-syarat umum itu.

12

Sistem bunga dalam Bank konvensional menjadi salah satu latar belakang lahirnya Bank Syariah sehingga dalam kajian ini penulis juga menguraikan tentang masalah riba. Berdasarkan firman Allah Swt dalam surat (2) Al Baqarah ayat : 275 yang berbunyi :

Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Para Ulama sepakat bahwa dalam syariat Islam, pengoperasian uang dengan sistem bunga yang mengandung unsur riba adalah haram. Dan untuk menghindari hal tersebut, Islam memperkenalkan Prinsipmuamalah dalam Bank Syariah sebagai alternatif Perbankan dalam bentuk kegiatan usaha sebagai berikut : 1. Kegiatan Perbankan ( Banking operations ) dalam bentuk-bentuk :

rekening giro / current account (al wadiah), buku tabungan / saving account (al wadiah) dan tabungan berjangka / deposit (mudarabah) 2. Pembayaran proyek ( Project Financing ) dalam bentuk-bentuk : usahausaha komanditer / trustee (mudarabah), Penyertaan modal / saham / equity partisipation (al-musyarakah), usaha-usaha patungan / join venture ( al-musyarakah ) dan profit sharing placement (al murabahah),

Pembelian dengan penyerahan kemudian / sale on future delivery (al bai bi as-salam), penjualan dengan pembayaran kemudian atau dengan cicilan / deferred sale an installment sale (al bai ajil), sewa menyewa /

leasing (ijarah) dan sewa beli / hire purchase (ijarah).

13

3. Pembiayaan Perdagangan / modal kerja ( Trade and working Capital financing ) dalam bentuk-bentuk : letter of credit 100 persen deposito (al wakalah), 50 persen deposito (musyarakah), 0 persen deposito

(murabahah), Bank garansi / letter of guarantee (al kafalah) dan pembiayaan modal kerja / working capital financing (al murabahah). Prinsip muamalah yang dimaksudkan adalah sesuai dengan

Prinsipsyariat Islam sebagaimana

kegiatan usaha Bank Syariah dalam

penghimpunan dana, penyaluran dana dan mekanisme operasionalnya yang juga harus sesuai dengan Prinsipsyariat Islam. Hal ini dapat dilihat beberapa Prinsip kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Syariah, antara lain yaitu : 1. Al wadiah, yaitu perjanjian simpan menyimpan atau penitipan barang berharga antara pihak yang mempunyai barang dan pihak yang diberi kepercayaan. 2. Al Mudarabah atau al qirad, yaitu perjanjian kesepakatan bersama antara pemilik modal dan pengusaha dengan ketentuan pihak pemilik modal menyediakan dana dan pihak pengusaha memutar modal dengan dasar bagi hasil (keuntungan). 3. Al Musyarakah, yaitu perjanjian kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modal sahamnya pada suatu proyek, yang biasanya berjangka waktu panjang. Pelaksanaan kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran Dana pada Bank Syariah di Indonesia juga harus tunduk pada ketentuan Peraturan

14

Perundang undangan mengenai perbankan di Indonesia, seperti Undang undang Nomor 7 tahun 1992 dan Undang undang Nomor 10 Tahun 1998 serta Peraturan Bank Indonesia dan beberapa petunjuk operasional yang harus dipatuhi. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan sehubungan dengan kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Syariah, antara lain ; Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, Pasal (3) yang menjelaskan tentang syarat-syarat kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atau tabungan berdasarkan Prinsipwadiah, Pasal (4) yang menjelaskan tentang syarat syarat kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro berdasarkan Prinsip mudarabah, dan Pasal (5) yang menjelaskan tentang syarat syarat penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudarabah. Penyaluran dana berdasarkan Mudarabah dan musyarakah (Pasal 6-8), penyaluran dana berdasarkan murabahah, salam dan istishna (Pasal 914), penyaluran dana berdasarkan ijarah muntahiya bitamlik dan qard (Pasal 15-18). Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 32/34/KEP/DIR., tanggal 12 Mei 1999, tentang : Bank Umum Berdasarkan PrinsipSyariah, Pasal 28, 29 dan 31 juga menjelaskan tentang aturan-aturan yang harus dijalankan bagi bank umum yang berdasarkan PrinsipSyariah, diantaranya adalah : kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

15

simpanan yang terdiri dari giro berdasarkan Prinsip wadiah, tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudarabah, deposito berjangka berdasarkan Prinsipmudarabah, atau bentuk lain berdasarkan Prinsipwadiah atau mudarabah, melakukan penyaluran dana melalui transaksi jual beli berdasarkan Prinsipmurabahah, istishna, ijarah, salam, jual beli lainnya, pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsif, mudarabah, musyarakah, bagi hasil lainnya, pembiayaan lainnya berdasarkan Prinsip hiwalah, rahn, qard, membeli, menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction( berdasarkan Prinsip jual beli atau hiwalah, membeli surat-surat berharga pemerintah dan/atau bank indonesia yang diterbitkan atas dasar Prinsipsyariah, memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan Prinsipwakalah, menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsipwakalah, menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan Prinsipwadiah yad amanah, melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan Prinsipwakalah, melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan Prinsipujr, memberikan fasilitas letter of credit (l/c) berdasarkan Prinsipwakalah, murabahah, mudarabah, musyarakah dan wadiah serta memberikan fasilitas

16

garansi bank berdasarkan Prinsipkafalah, melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan Prinsipujr, melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan Prinsipwakalah, melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh dewan syariah nasional, melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan Prinsipsharf, melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan Prinsipmusyarakah dan atau mudarabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsipsyariah, melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan

Prinsipmusyarakah dan atau mudarabah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun berdasarkan Prinsipsyariah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dan masih banyak lagi kegiatan usaha bank syariah lainnya yang berdasarkan pada Prinsipsyariah dan sesuai dengan Undang-undang perbankan. Dalam al Quran dan hadist juga banyak dijelaskan tentang Prinsipwadiah dan mudarabah yang dijadikan sebagai landasan Syariah, seperti dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 58 yang menjelaskan tentang kewajiban menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ( antara Muwaddi/ Penitip dan Mustawda/ Penyimpan, masing-masing harus dapat menjalankan amanat sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama ); demikian juga dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 283 yang artinya : Hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanah .

17

Hadist riwayat Abu Daud, At tirmidzi dan hakim menjelaskan . Tunaikanlah amanat yang dipercayakan kepadamu .. B. Rumusan Masalah Permasalahan Pokok pada penelitian ini adalah bagaimana kegiatan usaha Bank Syariah dan bagaimana bila dalam kegiatan usaha Bank Syariah tidak sesuai lagi dengan Prinsip-prinsip Syariah dan undang - undang Perbankan. Dari pokok permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut 1. Bagaimana Kegiatan Usaha Bank Syariah dalam pandangan Hukum Islam dan Undang Undang Perbankan ? 2. Bagaimana bila dalam kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana pada Bank Syariah tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip Syariah dan Undang-Undang Perbankan ? 3. Siapa yang akan bertanggung jawab bila dalam kegiatan usaha yang di lakukan oleh para pemakai modal tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip Syariah dan Undang-Undang Perbankan (Bagaimana hubungan hukum antara Bank Syariah dan nasabahnya) ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apa dan bagaimana PrinsipPrinsip kegiatan usaha Bank Syariah menurut hukum Islam dan UndangUndang Perbankan melalui berbagai referensi, yaitu : 1. Membuktikan kegiatan usaha Bank Syariah ditinjau dari hukum Islam dan Undang-Undang Perbankan;

18

2. Mendapatkan bahan referensi yang berkaitan dengan kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana Perbankan Islam; 3. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman dan sosialisasi tentang prinsip-prinsip Syariah dalam kegiatan usaha Bank Syariah pada masyarakat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diketahuinya Kegiatan Usaha Bank Syariah menurut tinjauan Hukum Islam dan Undang Undang Perbankan, dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian tentang kegiatan usaha Bank Syariah dengan variabel yang lebih luas; b. Diketahuinya kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana pada Bank Syariah yang tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip Syariah dan Undang-Undang Perbankan, maka dapat ditemukan pula solusi yang tepat untuk penyelesaiannya. c. Diketahuinya pihak pihak yang bertanggung jawab bila dalam kegiatan usaha yang di lakukan oleh para pemakai modal tidak sesuai lagi dengan Prinsip-Prinsip Syariah dan Undang-Undang Perbankan sehingga dapat diambil tindakan pencegahan (Fikih iftiradi), yang tegas dan ditingkatkan pengawasan.

19

2. Manfaat Praktis a. Dalam bidang hukum, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif Kajian Ilmiah bagi hakim (khususnya di Pengadilan Agama) dengan keluarnya Undang Undang Nomor 03 tahun 2006 tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan telah diubah lagi dengan Undang Undang Nomor 50 tahun 2009, antara lain penambahan kewenangan Pengadilan Agama untuk

menyelesaikan perkara dibidang ekonomi syariah, diantaranya yang berkaitan dengan Bank Syariah, dalam pengambilan keputusan dan sebagai bahan pertimbangan hukum; b. Dalam bidang pendidikan, dapat menambah khasanah perbendaharaan yang berkaitan dengan ilmu tentang Kegiatan Usaha Bank Syariah menurut tinjauan Hukum Islam dan Undang Undang Perbankan dan Prinsip PrinsipBank Syariah serta Kegiatan Pengawasan bagi yang tidak menjalankan kegiatan usaha sesuai dengan Prinsip

Prinsiptersebut; c. Dalam bidang ekonomi, akan menambah pengetahuan tentang ekonomi Islam yang dihubungkan dengan kegiatan Usaha Bank Syariah, baik mengenai kegiatan pengimpunan dana, penyaluran dana maupun mekanisme operasionalnya.

20

d. Sosialisasi Hukum Islam dalam bidang muamalah kepada masyarakat, pendapat para Ulama yang bersumberkan Al Quran dan Al Hadist, khususnya yang berkaitan dengan ekonomi syariah. e. Sosialisasi kepada masyarakat tentang Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Per-Undang-Undangan yang berkaitan dengan Bank Syariah; Dengan demikian, disamping bermanfaat dibidang hukum juga akan memberikan nilai tambah dibidang pendidikan dan bidang ekonomi serta di dunia perbankan sehingga penelitian ini menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat. E. Sistematika Untuk lebih sistematisnya pembahasan dalam penelitian ini, penulisan ini dibagi dalam 5 bab dengan sistematika : Bab Pertama, Pendahuluan. Pada Bagian ini digambarkan secara umum tentang penelitian yang dilakukan, latar belakang penelitian, masalah yang dikaji, tujuan dan manfaat penelitian, manfaat teoritis dan praktis, dan sistematika pembahasan. Pada Bab dua, Landasan Teori yang membahas tentang makna Syariah dan Hukum Islam, pengertian Bank Syariah disertai uraian tentang penghimpunan dan penyaluran dana, prinsip-prinsip penghimpunan dan penyaluran dana, antara lain wadiah dan mudarabah, tinjauan pustaka yang berkaitan dengan masalah Perbankan dan beberapa uraian tentang Perundang-

21

undangan yang terkait dengan kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana pada Bank Syariah, hasil penelitian berbagai referensi, dan hipotesis. Pada Bab tiga, penulis menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan, pendekatan, metode pengumpulan data, analisa data dan langkah penelitian. Pada bab empat, penulis membahas hasil penelitian pustaka berupa Hukum Islam (Filsafat dan sejarah), Dasar Perbankan Syariah yang

membahas tentang macam-macam riba, PrinsipSyariah dalam Bank Islam dan Kegiatan Usaha Bank Syariah menurut tinjauan hukum Islam dan UndangUndang Perbankan, prinsip-prinsip kegiatan usaha Bank Syariah yang terdiri dari mudarabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan ijarah wa iqtina, istishna, salam, hiwalah, rahn dan qard. sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun1992 tentang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 07/46/PBI/2005 Tentang Akad

Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan PrinsipSyariah, didalamnaya dijelaskan pula bagaimana bila dalam operasionalnya tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip tersebut, sanksi bagi bank dan atau Unit Usaha Syariah yang melanggar. Selanjutnya diuraikan tentang Bank Syariah yang ada di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Dan Bab lima yang merupakan bab terakhir berisi kesimpulan dan rekomendasi.

22

BAB II LANDASAN TEORI

Hukum Islam yang bersumber dari Al Quran, Al hadist, Ijmak dan Qias sebagai landasan teori dalam pembahasan tentang kegiatan usaha bank syariah ini adalah sebagaian besar yang mencakup Hukum Islam dari segi ilmu Pengetahuan, filsafat, sejarah dan lain-lain yang turut menunjang tercapainya penemuan akan adanya suatu kebenaran dalam ekonomi Islam, khususnya yang berkaitan dengan prinsip-prinsip muamalah yang dijadikan sebagai prinsip-prinsip dalam kegiatan usaha bank syariah. Sehingga masyarakat mempunyai kemampuan untuk memahami keberadaan bank syariah sebagai suatu kebutuhan yang mendesak, khususnya dinegara yang mayoritas penduduknya Muslim seperti di Indonesia. Jika salah satu Prinsip dasar dalam muamalah Islam tidak dimasukkan dalam sistem operasional bank syariah atau dilanggar, ini berarti ada semacam ketidak konsistenan dari bank syariah menggunakan kata-kata syariah karena menerapkan prinsip-prinsip syara dalam kegiatan usahanya adalah bagian

komitmen berdirinya bank syariah, merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan atau di tinggalkan sebagai bukti bahwa kegiatan usaha bank syariah benar benar berdasarkan pada prinsip-prinsip syara yang merupakan berbagai referensi hukum Islam dibidang muamalah. Bank syariah mencerminkan tanggapan umat Islam terhadap hasil kajian dari

kebutuhan dasar hidupnya, yaitu menjalankan syariat Islam dengan sebenar-

23

benarnya.. Para pakar ekonomi Islam mengidentifikasikan kebutuhan umat Islam akan adanya rasa aman dari unsur riba untuk pemenuhan kebutuhannya.

Sedangkan manusia mempunyai kemampuan bertindak secara benar yang berdasarkan pada ajaran agama yang diyakini kebenarannya, dan oleh sebab itu manusia berusaha mencari sesuatu yang benar untuk memenuhi kebutuhan nya akan rasa aman tersebut. Termasuk diantaranya adalah rasa aman dari hal-hal yang sifatnya bertentangan dengan ajaran agama yang diyakini. Dengan kata lain, berpaling kembali kejalan yang benar, kepada prinsip agama yang mengajarkan cara hidup yang benar. Pada hakekatnya, bank syariah merupakan alat

penyelamat umat Islam untuk bermuamalah secara benar sesuai dengan dasardasar ajaran agama Islam jika kegiatan usaha yang dijalankan benar-benar sesuai dengan pribsif dasar berdirinya. Walaupun pada dasarnya yang merupakan

penyelamat manusia atau suatu kaum adalah kemampuannya untuk menggali potensi diri dengan akal yang diberikan Tuhan agar menghasilkan sesuatu yang lebih berarti dalam kehidupannya di masa masa yang akan datang karena manusia tidak bisa terlepas dari kebutuhan akan pengakuan adanya potensi diri yang harus dikembangkan. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu berikhtiar untuk merubah nasibnya sendiri (Firman Allah). Nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh manusia, khususnya umat Islam adalah nilai nilai ketaatan pada agama (Islam) yang dianutnya, jika menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat karena dunia ibarat jembatan untuk mencapai akhirat. Nilai- nilai ketaatan tersebut mencakup berbagai bidang, antara

24

lain meliputi ; teori tentang hukum Islam dibidang ilmu, muamalah / ekonomi, filsafat, sosial, dan sebagainya yang merupakan nilai-nilai yang harus dijangkau untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan hubungan yang baik dengan Allah Swt, Sang khaliq dan hubungan yang baik dengan sesama manusia. Untuk menemukan satu kebenaran yang benar benar diyakini oleh manusia bukan hanya dapat ditemukan dengan akal karena sesuatu yang diluar kemampuan akal untuk memahaminya dan sulit untuk dinalar oleh manusia yang merupakan pengalaman bathin manusia dan diyakini betul dapat mewujudkan tujuan hidup manusia di dunia juga merupakan kebenaran yang menghasilkan ketentraman, kebahagiaan dan merupakan jalan keluar bagi kesulitan kesulitan hidup manusia. Ilmu tentang hukum Islam merupakan bagian dari pengetahuan tentang muamalah menurut Islam dan pengetahuan tentang muamalah menurut Islam merupakan bagian dari pengetahuan tentang bank syariah dan pengetahuan tentang bank syariah merupakan suatu cara untuk mengetahui kegiatan usaha yang dijalankan, apakah sudah sesuai dengan hukum Islam .?. Hukum Islam dan bank syariah tidak bisa dipisahkan. Dengan adanya hukum Islam, yang

didalamnya menjelaskan tentang ekonomi Islam maka lahirlah bank syariah sebagai salah satu upaya penerapan nilai nilai yang positif dalam muamalah menurut ajaran Islam dan begitupun sebaliknya jika ada dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank syariah yang tidak sesuai dengan nilai nilai yang

positif yang telah diadopsi dari ajaran Islam maka hal tersebut berarti karena

25

kurangnya pemahaman tentang nilai nilai positif tersebut sehingga perlu adanya pengkajian secara berkesinambungan dalam rangka memberikan pemahaman akan pentingnya nilai-nilai ajaran tersebut yang selanjutnya harus terus

dikembangkan. Karena kesuksesan dalam menerapkan prinsip-prinsip dalam bermuamalah secara benar itu bukanlah sesuatu yang lahir dengan sendirinya, melainkan harus dikelola dengan sebenar benarnya agar terus dalam proses perubahan yang positif. Hukum Islam merupakan sumber nilai yang mendukung

terselenggaranya pengembangan kegiatan usaha bank syariah. Sebagai sumber nilai yang terus dibutuhkan maka hukum Islam, harus terus dipelajari, difahami dan diamalkan sesuai dengan memampuan manusia untuk mengamalkannya

(istithoah) dalam proses kehidupan bermasyarakat yang akan terus berjalan. Dan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan untuk menjalankan syariat Islam secara berkualitas pada bank syariah, maka sumber daya manusia juga merupakan salah satu sumber yang tidak kalah pentingnya. Sehingga ILMU yang dimiliki oleh Pengelola bank Syariah dan pihak-pihak yang terkait didalamnya harus mumpuni (profesional) dibidangnya masing-masing karena ILMU yang dimiliki oleh seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap sesuatu yang dihasilkan. Dengan ilmu segalanya menjadi mudah untuk mencapai suatu kebenaran. Ilmu yang benar tentang agama, hukum, politik, negara dan

kehidupan semesta alam akan berdampak terhadap kehidupan berketuhanan dan bermasyarakat.

26

Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan dan merupakan produk dari proses berpikir menurut langkah langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berpikir ilmiah, yaitu : kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan persyaratan tertentu . Sebagai salah satu cara berpikir maka ilmu dapat menghasilkan nilai nilai yang sesuai dengan pemikiran manusia yang berkembang dalam masyarakat saat itu. Jika dalam masyarakat yang kapitalis maka yang akan mendominasi adalah kapitalisme, begitupun nilai nilai yang akan berkembang dan dianggap mampu menyelesaikan setiap permasalahan manusia pada saat itu adalah kapitalisme. Dan jika yang berkembang adalah nilai nilai religi maka yang akan mendominasi adalah pemikiran pemikiran religi yang dianggap paling sesuai pada zamannya. Hal ini sangat mempengaruhi cara berpikir dan kehidupan yang berkembang dalam masyarakat yang bahkan dapat mengaburkan nilai nilai yang ada, apakah negative atau positif karena sudah mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan manusia. Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar / untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran ini pada hakekatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan diluar bidang keilmuan. Nilai nilai yang berkembang dalam masyarakat juga merupakan hasil kegiatan manusia berpikir untuk menemukan kebenaran dan menjadikannya

27

sebagai pedoman hidup yang patut diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Diantara nilai yang terpancar dari hakekat keilmuan yakni : Kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Dan nilai nilai tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain, saling mempengaruhi untuk menghsailkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan manusia. Manusia adalah sumber lahirnya suatu ilmu, namun manusia juga dapat menjadi korban sebuah kebodohannya karena tidak memiliki ilmu tentang sesuatu yang dibutuhkannya; jika tidak mampu menghasilkan sesuai yang lebih baik dan bermanfaat dengan ilmu yang dimiliki. Kegiatan berfikir untuk menemukan dan melakukan sesuatu yang benar harus selalu dilakukan oleh manusia agar menemukan nilai-nilai yang benar-benar sesuai dengan kebenaran yang diyakininya sehingga ilmu yang dimiliki dapat mengangkat derajatnya menjadi hamba Allah yang muttaqien. Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu beberapa derajat (Firman Allah). Umat Islam, harus memahami betul tentang nilai-nilai ajaran Islam agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain, dalam hal bertransaksi, bermuamalah sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti yang ditawarkan dalam kegiatan usaha bank syariah. Untuk mencapai pada pemahaman yang benar tentang kegiatan usaha bank syariah, apakah sudah sesuai dengan hukum Islam, maka hal pertama yang perlu difahami adalah makna syariah dan hukum Islam, selanjutnya kegiatan usaha bank syariah berdasarkan tinjauan undang-undang

28

perbankan di Indonesia sebagai salah satu negara mayoritas muslim, dan beberapa pembahasan terkait, sebagaimana uraian berikut : A. Makna Syariah dan Hukum Islam Secara leksikal Syariah berarti jalan ke tempat pengairan atau jalan yang harus diikuti atau tempat lalu air di sungai. Arti terakhir ini digunakan orang arab sampai sekarang untuk maksud kata Syariah. 3 Didalam Al quran dijelaskan tentang kata Syariah antara lain dalam QS. 5/ Al

Maidah : 48, QS. 42/ Al Syura : 13 dan QS. 45/ Al Jasiyah : 18 yang berbunyi :

untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang (QS.5/ Al Maidah : 48)

Dia

Allah ) telah mensyariatkan kepadamu agama,

yang telah

diwasiatkanNya kepada Nuh (QS.42 /Asy Syura : 13)

Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat ( peraturan ) agama itu maka ikutilah syariat itu (QS. 45 /Al Jasiyah :18). Prof. Dr. Amir syarifuddin menjelaskan dalam garis garis Besar Fikih bahwa Syariah adalah nama dari hukum hukum yang bersifat

Amir Syarifuddin, Prof., Dr., : Garis Garis Besar Fikih, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), 2

3

29

amaliah. Walaupun pada mulanya Syariah itu diartikan agama sebagaimana dalam QS. Al Syura : 13. Pengkhususan ini dimaksudkan karena agama pada dasarnya adalah satu dan berlaku secara universal, sedangkan Syariah berlaku untuk masing masing umat yang mungkin berbeda dengan umat sebelumnya. Syariah adalah hukum amaliah yang berbeda menurut perbedaan rasul yang membawanya dan setiap yang datang kemudian memperbaiki dan meluruskan syariat yang lalu karena generasinya sudah berbeda, situasi dan kondisi umat yang mengamalkannya juga sudah berbeda; sedangkan dasar agama, yaitu tauhid hanya satu yang bersifat universal dan tidak terpengaruh pada waktu dan tempat. Mahmud Syaltut mengartikan Syariah dengan Hukum hukum dan aturan aturan yang ditetapkan Allah bagi hambaNya untuk diikuti dalam hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Dr. Farouk abu Zen menjelaskan bahwa Syariah adalah apa apa yang ditetapkan Allah Swt melalui lisan nabiNya, Allah adalah Pembuat Syariah yang menyangkut kehidupan agama dan kehidupan dunia. Dengan uraian penjelasan tentang makna Syariah ini berarti sebuah lembaga keuangan yang menggunakan nama Syariah atau Bank Syariah harus benar benar mencerminkan Prinsip PrinsipSyariah yang berarti jalan yang harus diikuti, yaitu benar benar membawa nama ajaran agama yang bertujuan bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia saja melainkan juga di akhirat sebagaimana diperintahkan oleh allah Swt bahwa manusia harus

30

mencari kebahagiaan untuk bekal di akhirat tetapi jangan melupakan kebahagiaan di dunia. (QS.28/ Al Qasas : 77).

Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia ... (QS.28/ Al Qasas : 77). Sedangkan Pengertian Hukum Islam sebagaimana diuraikan dalam Kamus Ensiklopedi Hukum Islam, ialah Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah Swt dan sunnah Rasulullah Saw tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua yang beragama Islam. Ditinjau dari segi penetapannya, hukum Islam dibagi dalam dua macam, Pertama, ialah hukum syariat yang diartikan dengan ketentuan yang ditetapkan Allah Swt yang dijelaskan oleh RasulNya tentang tindak tanduk manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Kedua, ialah hukum Fikih, yaitu ketentuan yang ditetapkan oleh mujtahid berdasarkan nalar sebagai refleksi perkembangan kehidupan

masyarakat yang selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan waktu. Diantara pembagian hukum fikih menurut Ulama Fikih adalah Hukum fikih sebagai hukum yang berkaitan dengan bidang Muamalah, yaitu persoalan hubungan sesama manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan material dan

31

hak masing masing, seperti jual beli, perserikatan, dagang, sewa menyewa dan lain lain, termasuk diantaranya adalah kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh Bank Syariah. Semua kegiatan perekonomian tersebut masuk dalam bidang muamalah. Kata muamalah yang berakar pada kata amil berarti hubungan antara orang dengan oranag dan bila dihubungkan dengan lafadz fikih, mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di dunia. Hubungan antara sesama manusia dalam kehidupan di dunia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan situasi dan kondisi serta kemajuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu aturan Allah yang terdapat dalam Al Quran secara umum telah mengatur tatanan tersebut, kemudian secara khusus datang aturan dari hadist Rasulullah Saw.

B. Pengertian Bank Syariah. Falsafah dasar Perbankan Syariah mengacu kepada ajaran Agama Islam yang bersumber pada Al Quran, Al hadist dan Al Ijtihad. Islam mengajarkan tentang ikhtiar untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, untuk mencapai kebahagiaan lahir dan bathin. Hal ini berarti dalam mencapai kebahagiaan dunia harus dilakukan juga untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Diantaranya adalah dalam bidang muamalah yang tetap mengacu pada Prinsip Prinsip ajaran agama sebagai jembatan menuju kebahagiaan akhirat. Seperti

32

dalam Perbankan Islam yang harus berpegang pada dasar dasar muamalat menurut Al quran, Al hadist dan al ijtihad. Muamalah adalah ketentuan syariat yang mengatur hal hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia, seperti : jual beli, perdagangan, sewa menyewa, pinjam meminjam dan lain sebagainya. Syariat adalah hukum atau peraturan yang ditentukan Allah Swt untuk hambaNya sebagaimana yang terkandung dalam al quran dan hadist. Bank Syariah adalah Sistem Perbankan yang kegiatan usaha dan operasionalnya berdasarkan Syariah. Perbankan Islam juga berdasarkan pada aturan perundang-undangan yang mengatur mekanisme operasional dan manajemen perbankan Islam sesuai dengan yang telah ditetapkan sebagaimana bank konvensional, kecuali yang bertentangan dengan syariat Islam. Kegiatan Usaha Bank Syariah antara lain diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 07 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Pasal 1 nomor (12) dan (13) UU 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dinyatakan bahwa (12) Pembiayaan berdasarkan PrinsipSyariah adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (13) Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk pembiayaan dana dan atau kegiatan

33

usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan Syariah, antara lain Pembiayaan berdasarkan Prinsipbagi hasil (mudarabah), Pembiayaan berdasarkan Prinsippenyertaan modal (musyarakah), Prinsipjual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan Prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) Pelaksanaan kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana pada Bank Syariah di Indonesia tunduk pada ketentuan Peraturan Perundang undangan mengenai perbankan di Indonesia, seperti Undang undang Nomor 7 tahun 1992 dan Undang undang Nomor 10 Tahun 1998, disamping itu juga harus sesuai dengan ketentuan ketentuan Syariah yang merupakan landasan dalam pelaksanaan kegiatan Penghimpunan Dana pada Bank

Syariah. Kegiatan Penghimpunan dana antara lain dilakukan dalam bentuk : Giro atau Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah;Tabungan berdasarkan prinsip Wadiah dan atau Mudarabah;Deposito berjangka berdasarkan PrinsipMudarabah. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan sehubungan dengan kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Syariah, antara lain ; Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, Tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

34

Prinsipsyariah, Pasal (3) yang menjelaskan tentang syarat-syarat kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Giro atau tabungan berdasarkan PrinsipWadiah, Pasal (4) yang menjelaskan tentang Syarat syarat kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Giro berdasarkan PrinsipMudarabah, dan Pasal (5) yang menjelaskan tentang syarat syarat penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan Mudarabah. Dalam al Quran dan hadist banyak dijelaskan tentang Prinsip wadiah dan mudarabah yang dijadikan sebagai landasan Syariah, seperti dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 58 yang menjelaskan tentang kewajiban menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ( antara Muwaddi/ Penitip dan Mustawda/ Penyimpan, masing-masing harus dapat menjalankan amanat sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama ); demikian juga dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 283 yang artinya : Hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanah . Hadist riwayat Abu Daud, At tirmidzi dan hakim menjelaskan . Tunaikanlah amanat yang dipercayakan kepadamu .. Diantara prinsip-prinsip yang dijadikan dasar kegiatan usaha bank syariah adalah : a. Berdasarkan PrinsipWadiah Al Wadiah dapat diartikan dengan meninggalkan atau

meletakkan , yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan menurut Istilah Al Wadiah adalah memberikan

35

kekuasaan pada orang lain untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan atau isyarat yang semakna dengan itu. Menurut ulama hanafiah, Al Wadiah adalah Mengikut sertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas melalui tindakan maupun melalui isyarat. Sedangkan menurut Ulama Malikiah, syafiiyah dan Hambaliah (Jumhur Ulama), Al Wadiah adalah : Mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu. Wadiah adalah akad penitipan barang / uang antara pihak yang mempunyai barang / uang (Muwaddi) dengan pihak yang diberi kepercayaan (Mustauda) dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang. Dalam perkembangannya, wadiah terbagi atas 2 macam, yaitu : 1. Wadiah Yad Amanah adalah akad penitipan barang / uang, dimana pihak penerima tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan; 2. Wadiah Yad dhamanah adalah penitipan barang / uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang / uang dapat memanfaatkan barang / uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang / uang titipan. Semua

36

manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang / uang tersebut menjadi hak penerima titipan. Dalam hal ini, Bank Syariah menggunakan akad wadiah Yad Dhmanah, yaitu Bank dapat menggunakan uang simpanan nasabahnya untuk dikelola dan hasil keuntungan dari pengelolaan dana tersebut adalah milik Bank, namun kerugian yang dialami harus ditanggung oleh Bank, karena nasabah mendapat jaminan perlindungan atas dananya. Bank dapat memberikan bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan. Manfaat yang diperoleh oleh Bank adalah keuntungan dari hasil pengelolaan dana. Aplikasinya pada perbankan Islam, Wadiah Yad Dhamanah

diterapkan pada tabungan dan giro. Adapun skemanya adalah sebagai berikut : Gambar 1. Wadiah Yad Dhamanah pada Penghimpunan Dana.

NASABAH Muwaddi (Penitip

1. Titip Dana

BANK Mustauda (Penyimpan)

4. Beri Bonus

3. Bagi Hasil

2. Pemanfaatan dana

USERS OF FUND (Dunia Usaha)

37

Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan ketentuan mengenai giro yang dapat diterapkan dengan sistem Wadiah, yaitu pada fatwa DSN Nomor: 01/DSN-MUI/IV/2000. Pada Fatwa ini, giro yang berdasarkan Wadiah ditentukan bahwa : 1. Dana yang disimpan pada Bank adalah bersifat titipan; 2. Titipan dana ini bisa diambil kapan saja (on call); 3. Tak ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank. Sedangkan tabungan diatur dalam Fatwa DSN Nomor : 02/DSNMUI/IV/2000. Pada Fatwa ini disebutkan ketentuan mengenai tabungan yang berdasarkan Wadiah, yaitu : 1. Dana yang disimpan pada Bank adalah bersifat Simpanan; 2. Simpanan ini bisa diambil kapan saja (on call); 3. Tak ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank. b. Berdasarkan PrinsipMudarabah. Mudarabah adalah akad antara pihak Pemilik Modal (Shahibul Mal) dengan Pengelola (Mudarib) untuk memperoleh Pendapatan atau keuntungan yang kemudian dibagi berdasarkan nisbah yang telah

disepakati diawal akad. Aplikasinya dalam Perbankan Islam pada penghimpunan dana yaitu pada deposito dan tabungan; antara Bank dan

38

nasabah penyimpan telah melakukan kesepakatan diawal akad mengenai nisbah bagi hasil. Dana nasabah yang disimpan di Bank akan dikelola oleh Bank untuk mendapatkan keuntungan. Hasil pengelolaannya itulah kemudian yang harus dibagikan antara Bank dan Nasabah. Akad yang terjadi antara kedua belah pihak aadalah berdasarkan pada kesepakatan yang disetujui kedu belah pihak dan tidak memberatkan salah satu pihak. Gambar 2. Mudarabah Pada Penghimpunan Dana. 1. Titip DanaNASABAH BANK

2. Pemanfaatan DanaDUNIA USAHA

4. Bagi Hasil

3. Pemanfaatan Dana

Sistem Mudarabah ini dapat diaplikasikan pada produk tabungan, deposito, dan Giro. Seperti halnya pada sistem wadiah, tabungan juga diatur dalam Fatwa DSN Nomor : 02/DSN-MUI/IV/2000 dan giro diatur dalam Fatwa DSN Nomor : 01/DSN-MUI/IV/2000, sedangkan mengenai deposito diatur dalam Fatwa DSN Nomor : 03/DSN-MUI/IV/2000. Mudarabah merupakan salah satu cara untuk memobilisasi dana masyarakat guna membiayai pengusaha. Juga merupakan suatu transaksi pembiayaan yang melibatkan minimal 2 pihak, yaitu : 1. Pihak yang memiliki dan menyediakan modal guna membiayai proyek atau usaha yang memerlukan pembiayaan ( Shahib Al Mal / Shahibul Mal atau Rabb Al Mal );

39

2. Pihak Pengusaha yang memerlukan modal dan menjalankan proyek atau usaha yang dibiayai dengan modal dari shahibul mal (Mudarib). Ketentuan tabungan, giro dan deposito berdasarkan mudarabah dalam masing masing Fatwanya adalah sama. Isi dari ketentuanketentuannya adalah sebagai berikut : 1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana dan Bank bertindak sebagai mudarib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudarib, Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan PrinsipSyariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudarabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudarib menutup biaya operasional tabungan atau giro atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Adapun syarat-syarat syahnya perjanjian mudarabah dalam Perbankan Islam adalah :

40

1. Bank menerima dana dari nasabah penyimpan dana dalam bentuk mudarabah tidak terbatas; 2. Bank boleh menggunakan dana yang diterima untuk keperluan investasi Bank sendiri; 3. Bank boleh mengumpulkan keuntungan dari semua proyek (investasi) yang dibiayai Bank untuk menentukan besarrnya keuntungan nasabah dan membayar keuntungan itu; 4. Bank yang berbentuk mudarabah dalam hal membiayai adalah mudarabah tidak terbatas; 5. Bank tidak boleh mencampuri manajemen nasabah yang memperoleh pembiayaan mudarabah; 6. Dalam mudarabah, Bank tidak boleh meminta jaminan apapun; Tanggung jawab Bank dalam kedudukannya sebagai shahibul mal terbatas hanya sampai modal yang disediakan, sedangkan tanggung jawab nasabah dalam kedudukan sebagai mudarib terbatas semata-mata terhadap kerja dan usahanya saja. Namun apabila terbukti ada kecurangan atau miss management, maka nasabah tersebut harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut dan bertanggung jawab mengganti kerugian tersebut kepada Bank. Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, Pasal (4) dijelaskan tentang Syarat syarat kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Giro berdasarkan PrinsipMudarabah. Dalam kegiatan

41

penghimpunan dana dalam bentuk giro berdasarkan mudarabah berlaku persyaratan lebih kurang sebagai berikut : a. Nasabah bertindak sebagai pemilik dana (Shahibul maal) dan Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudarib); b. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan Prinsipsyariah dan mengembangkannya termasuk didalamya melakukan akad mudarabah dengan pihak lain; c. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang, serta dinyatakan jumlah nominalnya; d. Nasabah wajib memelihara saldo giro minimum yang ditetapkan oleh Bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening; e. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening; f. Pemberian keuntungan untuk nasabah didasarkan pada saldo terendah setiap akhir bulan laporan; g. Bank menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya; dan h. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan

nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Dan dalam Pasal (5) dijelaskan tentang syarat syarat

penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan

42

Mudarabah. Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudarabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut : a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana; b. Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal; c. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah; d. Pada akad tabungan berdasrkan mudarabah, nasabah wajib

menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh Bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening; e. Nasabah tidak diperbolehkan menarik dana diluar kesepakatan; f. Bank sebagai mudarib menutup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya; g. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan; dan h. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda perundang-undangan yang berlaku. Adapun prinsip kegiatan kegiatan usaha bank syariah yang lain yaitu : dalam

43

1. Prinsip Jual Beli : murabahah, istishna dan salam; 2. Prinsip Bagi Hasil : mudarabah dan musyarakah; 3. Prinsipsewa menyewa : ijarah dan ijarah muntahiya bi tamlik; 4. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qard. Disamping itu ada juga kegiatan usaha yang berupa jasa pelayanan, yaitu : Wakalah, hawalah, kafalah dan Rahn. C. Tinjauan Pustaka Ada beberapa buku yang membahas tentang kegiatan usaha Bank Syariah, seperti karya Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH. Yang berjudul Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia yang antara lain berisi tentang kecaman terhadap Praktek Perbankan Islam disamping uraian tentang jasa-jasa Perbankan Islam serta perkembangan Perbankan Islam, disebutkan pada awal pembahasan tentang larangan riba sebagai latar belakang lahirnya Perbankan Islam, Riba dan Bunga Bank dalam Islam, Kebutuhan Pendirian Bank Islam dan tujuan pendiriannya, Jasa jasa Perbankan Islam, Mekanisme Pengerahan Dana dan Pembiayaan PeBankan Islam, Ketentuan ketentuan administratif Bank umum Syariah, Rambu rambu kesehatan Bank bagi Bank Syariah, dan Perkembangan Perbankan Islam. Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH menyatakan bahwa : Bank Islam dapat melaksanakan semua kegiatan Usaha yang biasa dilakukan oleh Bank konvensional tetapi tidak boleh berdasarkan bunga. Bank Islam memberikan jasa berlandaskan konsep transaksi

44

keuangan yang sangat modern dan sangat maju serta konsep keadilan, Bank Islam boleh melayani masyarakat non muslim ataupun dimiliki dan dikelola oleh mereka yang non Muslim karena kegiatan usaha Perbankan Islam bukan merupakan ritual keagamaan melainkan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam bidang muamalah,; Ikhtisar Hukum-hukum Islam Praktis Karya DR. Musthafa Diibul Bigha yang didalamnya antara lain membahas tentang jual beli dan muamalah lainnya menurut hukum Islam, dijelaskan bahwa jual beli ada tiga macam, yaitu : 1. Jual beli yang kelihatan didepan pembeli dan penjual, hukumnya boleh; Allah swt menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al Baqarah : 275) 2. Jual beli benda yang hanya disebutkan sifatnya dalam suatu janji maka hukumnya boleh apabila sifat yang disebutkan sesuai dengan yang disebutkan (dalam UU Perbankan berdasarkan Prinsipsyariah disebutkan tidak boleh ada gharar), dengan demikian bila tidak sesuai dengan yang disebutkan maka berarti ada gharar sehingga hukumnya menjadi haram. Kegiatan usaha semacam ini dalam Perbankan syariah dilarang.; Hadist riwayat Al hakim Rasulullah Saw ditanya : Pekerjaan apakah yang paling baik ? Beliau menjawab : Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang mabrur (tanpa ada penipuan).4 Dalam hadist lain yang

Dr. Musthafa Diibul Bigha, Ikhtisar hukum-hukum Islam Praktis, Cet. Ke-1, (Semarang : Asy Syifa, 1994),469.

4

45

diriwayatkan oleh Imam Muslim juga disebutkan Dan sesungguhnya Rasulullah Saw melarang jual beli dengan unsur tipuan 3. Jual beli suatu benda yang tidak ada dan tidak dapat dilihat oleh penjual dan pembeli, hukumnya tidak sah. Barang-barang yang diperjualbelikan harus betul-betul milik penjual, tidak milik orang lain. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud Tidak sah jual beli kecuali dapat dimiliki. Tidak boleh menjual belikan barang-barang yang najis dan tidak ada manfaatnya. Dasar hadistnya yaitu, Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang artinya : Dari Jabir ra. Sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda Pada tahun penaklukan kota Mekkah, Allah dan Rasulnya mengharamkan menjual minuman yang memabukkan, bangkai, babi, dan berhala. Ditanyakan Ya Rasulullah bagaimana pendapat mu tentang lemak bangkai ? lemak itu biasanya digunakan untuk mengecat perahu, untuk menggosok kulit dan untuk menyalakan lampu ? Maka beliau menjawab : tidak boleh, itu haram. ... Uraian tersebut menjelaskan tentang kegiatan usaha yang dibolehkan menurut hukum Islam. Jika Bank Syariah menjalankan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan apa yang termaktub dalam Prinsipsyariah itu sendiri maka hal itu berarti tidak sesuai dengan hukum Islam sehingga masih membutuhkan pengkajian sedemikian rupa untuk mencapai kesempurnaan dam

mengaplikasikannya dalam operasional kegiatan usaha Perbankan Islam. Namun demikian ada hal-hal yang sulit untuk dijangkau, misalnya dalam

46

proses kerja sama Bank Syariah dengan nasabah sekaligus pemakai modal Bank Syariah, kemudian nasabah atau pemakai modal tersebut tersebut

adalah bukan agam Islam yang kemudian menjalankan usaha yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah. Hal ini akan sulit untuk diatasi manakala Bank Syariah sifatnya hanya untuk kepentingan perkembangan ekonomi Islam tanpa menekankan kembali prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar walaupun pada dasarnya muamalah dengan non muslim adalah dibolehkan dalam agama Islam. Ada hal-hal Prinsipdalam kegiatan usaha yang bernafaskan Islam yang tidak sama tata gerak dan ruang lingkupnya dengan yang bukan Islam. Seperti bunyi hadist diatas dalam hal jual beli daging babi,?. Prinsip-prinsip kegiatan usaha dalam hukum Islam semakin lama akan mentolerir yang seharusnya tidak bisa ditolerir manakala kegiatan usaha Bank Syariah ini hanya untuk kepentingan peningkatan ekonomi saja tanpa ada misi tertentu untuk agama yang menjadi sumber utama dasar- dasar terbentuknya Bank Syariah tersebut. Karya Mervin K. Lewis dan Latifa M. Algaoud yang berjudul Perbankan Syariah, Prinsif, Praktek, Prospek yang membahas hukum Islam, Dasar Perbankan Islam, Sistem Keuangan Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan Perbankan Islam, tujuan utama Perbankan dan keuangan Islam adalah adalah penghapusan riba dari semua transaksi keuangan dan pembaharuan semua aktifitas Bank agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Sehingga jika terdapat kegiatan usaha bank Syariah bertentangan dengan hukum Islam,

47

maka hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan falsafah dasarnya ; Bank dan asuransi Islam di Indonesia dengan Tim Penyusun yang terdiri dari : Wirdiyaningsih, SH. MH., Karnaen Perwataatmadja, SE., MPA., FIIS, Gemala Dewi, SH., LLM., dan Yeni Salma Barlinti, SH. MH., Karya Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS. Yang berjudul Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dan Sistem Operasional, buku ini sebagian besar membahas tentang asuransi Islam namun ada beberapa pembahasan yang menjelaskan tentang Perbankan Islam. Fenomena riba dan bunga Bank menjelaskan tentang Pengertian riba, haramnya bunga Bank, keputusan lembaga internasional muktamar, lembaga riset Islam tentang haramnya bunga Bank dan beberapa penjelasan tentang riba.; Karya Gemala Dewi, SH., LL.M. Wirdyaningsih, SH., MH. Yeni Salma Barlinti, SH., MH. Yang berjudul Hukum Perikatan Islam di Indonesia yang didalamnya menghadirkan konsep dasar hukum perikatan dalam Islam. Dr. Rifyal Kabah dengan karyanya yang berjudul Penegakan syariat Islam menjelaskan Ekonomi Islam dan Bank Syariah, Ekonomi Islam adalah Ekonomi yang berjalan menurut tuntunan Islam. Dalam buku garis garis besar Fikih karya Amir syarifuddin, Prof., dr. dijelaskan tentang Syariah, fikih dan hukum Islam serta masalah muamalat yang didalamnya menguraikan tentang beebrapa bentuk transaksi jual beli yang tidak Islami, yang diharapkan dari penulisan tentang Bank Syariah akan menemukan beberapa transaksi yang tidak sesuai dengan Prinsip Prinsip hukum Islam dan harus dihindari bagi pihak pihak yang

48

bekerja sama dengan Perbankan Islam karena Perbankan Islam adalah suatu lembaga keuangan yang kegiatan usahanya, baik penghimpunan dana maupun penyaluran dana serta mekanisme operasionalnya harus sesuai dengan

PrinsipPrinsipmuamalah dalam hukum Islam. Sebagian besar buku-buku tentang Bank Syariah memaparkan tentang Perbankan Islam, Perikatan Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme operasional Perbankan Islam yang meliputi pengertian, uraianuraian yang berkaitan dengan ekonomi Islam ditinjau dari hukum Islam. Sedikit sekali yang membahas tentang bagaimana kegiatan usaha Bank Syariah dalam pandangan hukum Islam dan undang Undang Perbankan, bagaimana bila dalam kegiatan usaha Bank Syariah tersebut tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip Syariah yang hal itu dapat memberikan identitas yang kurang positif bagi perkembangan Perbankan Islam bila ternyata ada penyimpangan-penyimpangan atau ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Perbankan Islam, dan bahkan tidak sesuai dengan UndangUndang Perbankan yang ada. Oleh karena itu sangat menarik sekali untuk dikaji dan dijadikan sebagai salah satu karya ilmiah yang akan menambah wawasan dan perbendaharaan dibidang hukum Islam, ekonomi dan pengetahuan tentang Perbankan, khususnya Perbankan Islam atau syariah. D. Hipotesis Dari beberapa pustaka dan teori yang telah dikaji peneliti, dapat diambil beberapa hipotesa, yaitu :

49

1. Kegiatan Usaha Bank Syariah adalah kegiatan usaha yang dijalankan oleh Bank Syariah yang harus sesuai dengan hukum Islam dan Undang Undang Perbankan, ekonomi syariah harus mengikuti perjalanan syariah (sesuai syariah);. 2. Bila dalam kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana pada Bank Syariah tidak sesuai lagi dengan prinsip-prinsip Syariah dan UndangUndang Perbankan maka harus diluruskan kembali agar sesuai dengan Prinsip-Prinsip tersebut disertai dengan tindakan tegas serta peningkatan pengawasan dari Dewan Pengawas Bank Syariah, disamping itu juga perlu pengkajian ulang tentang kegiatan usaha yang dijalankan Bank Syariah, termasuk kegiatan manajerial, operasinal dan hal-hal yang berkaitan dengan Bank Islam; 3. Yang bertanggung jawab bila dalam kegiatan usaha yang di lakukan oleh para pemakai modal tidak sesuai lagi dengan Prinsip-Prinsip Syariah dan Undang-Undang Perbankan adalah pihak pihak yang terkait dengan akad yang telah disepakati bersama, yaitu Bank dan/ atau Unit Usaha Syariah dan diselesaikan sesuai dengan hukum positif yang berlaku atau upaya damai yang dilakukan oleh kedua belah pihak dengan musyawarah terlebih dahulu.

50

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah salah satu cara mencari kebenaran dalam masyarakat, baik kebenaran secara hukum, ilmiah, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan. Sedangkan Metodologi adalah suatu model yang menyediakan prinsip-prinsip teoritis dan kerangka kerja yang memberi petunjuk bagaimana penelitian dilakukan dalam konteks sebuah paradigma. Paradigma adalah satu set proposisi (rancangan usulan) bagaimana sesuatu (kegiatan usaha Perbankan Syariah) difahami dalam pandangan hukum Islam. Metodologi sebagai model menyediakan kerangka metode atau aturan yang digunakan oleh sebuah disiplin ilmu, atau analisis terhadap prinsip-prinsip atau prosedur prosedur penyelidikan dalam bidang tertentu. Metodologi merupakan ilmu tentang metode atau uraian tentang metode, yaitu : 1. Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan; 2. Sikap sekelompok sarjana terhadap bahasa atau linguistik, misal metode preskriptif dan komparatif;

51

3. Prinsip dan praktik pengajaran bahasa, misal metode langsung dan metode terjemahan.5 Ada beberapa metode yang digunakan Diantaranya adalah : 1. Metode ilmiah, yaitu pendekatan atau cara yang dipakai dalam penelitian suatu ilmu; 2. Metode deduktif, yaitu metode yang digunakan dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada yang khusus; 3. Metode induktif, yaitu metode yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus untuk menuju kesimpulan yang bersifat umum; 4. Metode Preskriptif, yaitu suatu metode yang bersifat memberi petunjuk atau ketentuan; bergantung pada atau menurut ketentuan resmi yang berlaku; 5. Metode Komparatif, yaitu : suatu metode penelitian berkenaan atau berdasarkan perbandingan. A. Pendekatan Obyek penelitian ini adalah hukum Islam yang berkaitan dengan kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dana pada Bank Syariah atau Bank Syariah dan Undang-Undang Perbankan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pustaka dengan pendekatan sosiologi hukum, tinjauan hukum Islam, filsafat, sejarah dan kebudayaan.Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. Ke-3, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002),740.5

dalam penelitian ini,

52

B. Metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data dilakukan dengan meneliti bahan bahan pustaka hukum Islam dari segi ilmu, filsafat, sejarah dan budaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha Bank Syariah , ekonomi Islam dan materi terkait serta Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Bank Syariah dan Perbankan. C. Sumber Data Sumber data yang utama adalah hukum Islam yang bersumber dari Al Quran, Al hadist, Ijmak Ulama, Qias, pendapat pendapat para ulama, baik ulama klasik maupun ulama kontemporer; buku-buku bahan bahan pustaka hukum Islam, Ekonomi Islam, bidang muamalah khususnya, dan hukum Islam yang berkaitan dengan kegiatan Usaha menurut prinsipprinsip muamalah dalam ajaran Islam, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Perbankan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang sesuai dengan judul Kegiatan Usaha Bank Syariah menurut Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perbankan. Sumber data yang lain adalah karya-karya pustaka fikih

Kontemporer tentang ekonomi Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, kamus bahasa Indonesia, pemikiran-pemikiran tentang metodologi, filsafat, sejarah, budaya dan berbagai karya pustaka lainnya yang terkait.

53

D. Analisa data Analisa data dilakukan melalui observasi pemikiran berbagai referensi, metode komparatif (perbandingan), simplifikasi

(penyederhanaan), deduksi, induksi, dan lain lain sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang dianggap sebagai kebenaran atau hukum (Relativitas Kesimpulan Hukum). E. Langkah Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan untuk penelitian ini adalah dengan terlebih dahulu memahami bahwa hukum adalah norma-norma masyarakat yang mendapat pengakuan sah dalam sebuah sistem hukum, mempunyai sistem peradilan untuk pelaksanaannya dan mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Selanjutnya mengkaji dan

menerapkan metode deduktif, induktif, analogi, analisis perbandingan serta pemahaman pemikiran pragmatis, yaitu bersifat praktis dan berguna bagi umum, mengutamakan segi segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis. Dalam penelitian ini Hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum, perlu difahami juga bahwa dalam pelaksanaannya yang berkaitan dengan Perbankan membutuhkan secondary rules, yaitu Peraturan perundangundangan tentang Perbankan. Langkah selanjutnya adalah mencari, mengumpulkan dan meneliti beberapa buku bahan pustaka hukum Islam yang berkaitan dengan Bank Syariah, ekonomi Islam dan materi terkait

54

serta Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Bank Syariah dan Perbankan. Disamping itu juga mengkaji hukum Islam sebagai sumber falsafah dasar berdirinya bank syariah, tinjauan filsafat, sejarah, budaya dan ilmu tentang hukum Islam. BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hukum Islam (Filsafat dan Sejarah) Membangun Supremasi hukum merupakan salah satu sendi dan sekaligus tujuan reformasi. Ada dua unsur penting dalam supremasi hukum, yaitu ; (1) hukum dijunjung dan ditempatkan sebagai yang menentukan bentuk dan cara melakukan hubungan atau peristiwa hukum beserta segala akibat yang timbul dari hubungan atau suatu peristiwa hukum. (2)

Supremasi hukum menuntut Ketundukan pada Hukum . Dalam berbagai konsep teori maupun wacana, tuntutan ketundukan pada hukum lebih ditujukan kepada penyelenggara atau pemegang kekuasaan. (The rulling Power). Karena seperti yang diutarakan oleh Montesquieu berbagai

pengalaman atau kenyataan secara Ajeg menunjukkan, setiap orang yang memegang kekuasaannya dan menjalankan kekuasaan itu tanpa batas. Dalam hal inilah perlu ditekankan pengkajian dalam etika hukum dan bidang hukum itu sendiri. Dan filsafat hukum Islam adalah salah satu dasar pengkajian tersebut.

55

Filsafat Hukum Islam merupakan Kaidah, asas, Prinsip atau aturan yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat Islam, baik berupa ayat al-Quran, hadis Nabi SAW, pendapat sahabat dan tabiin, maupun pendapat yang berkembang disuatu masa dalam kehidupan umat Islam. Proses perubahan tatanan masyarakat bagi Negara berkembang yang sedang membangun berbagai macam tatanan telah memaksa masyarakat untuk segera melaksanakan pembinaan di bidang hukum sebagai salah satu syarat tegak dan berjalannya roda pembangunan itu sendiri. Tegak dan berjalannya aspek hukum di suatu Negara tidak bisa terlepas dari Kaidah, asas, Prinsipatau aturan yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat di Negara tersebut dan hal tersebut akan menunjang bidang bidang lain untuk senantiasa berjalan diatas koridor hukum yang dibangun. Pada hakekatnya pembinaan dalam bidang hukum adalah ikhtiar bersama masyarakat dalam mengadakan pembaharuan pada sifat, isi dan nilai nilai dari ketentuan hukum yang berlaku sesuai dengan perubahan nilai nilai yang berkembang dalam masyarakat kemudian diarahkan secara maksimal untuk pembentukan hukum baru yang lebih baik. 1. Filsafat Kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia yang berarti, mengutamakan Hikmah atau mencintai Hikmah . Menurut istilah, filsafat berarti pengetahuan mengenai hikmah, Prinsipatau dasar dalam rangka mencari kebenaran terakhir. Adapun hikmah, menurut filsuf Ibnu

56

Sina (370 H/980M-428H/1037M), adalah mencari kesempurnaan diri manusia sehingga dapat menggambarkan segala urusan dan

membenarkan segala hakikat, baik yang bersifat teori maupun praktek, menurut kadar kemampuannya. Hikmah yang berkaitan dengan hal-hal yang harus diketahui tetapi tidak mesti diamalkan disebut hikmah nazariyyah, sedangkan hikmah yang berkaitan dengan dengan hal-hal yang harus diketahui dan harus pula diamalkan disebut hikmah Amaliyyah. Prinsippokok dari hikmah diperoleh dari agama, kemudian ditampung oleh kekuatan akal manusia dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hukum Islam yang masuk dalam pembahasan ini adalah koleksi dari hukum syariah yang berkaitan dengan perbuatan yang di gali dari dalil-dalil yang terperinci dihubungkan dengan kegiatan usaha bank syariah, apakah sudah sesuai dengan asas-asas dan prinsipprinsip ajaran Islam . Kebanyakan penulis arab, termasuk para filsuf muslim, menggunakan kata hikmah sebagai sinonim filsafat,. Adapun para fuqaha menggunakannya untuk menyebut rahasia hukum. Oleh sebab itu, filsafat hukum Islam tidak hanya mencakup hal-hal seperti hikmah shalat dan hikmah puasa, tetapi juga usul Al - Ahkam (pokok-pokok hukum) dan Qawaid al-ahkam ( kaidah-kaidah hukum ). Mustafa Abdur Razziq (ahli fiqih kontemporer dari mesir), misalnya, mengemukakan

57

bahwa filsafat hukum Islam itu terdiri atas sumber hukum, kaidah, dan tujuannya. Melihat dari tujuan penerapan hukum itulah ada orang yang menamakan filsafat hukum Islam dengan maqasid at-Tasyri atau maqasid asy-syariah (tujuan hukum Islam). Para ahli usul fiqih merumuskan falsafah at-Tasyri (filsafat pembinaan hukum). Sebagai dasar pembinaan hukum, yaitu filsafat yang memancarkan hukum Islam, menguatkan dan memeliharanya, seperti asas, titik tolak, sumber dan kaidah pembinaannya. Disamping itu, fuqaha juga berusaha mengungkap filsafat syariat dari materi hukum itu sendiri, seperti dari ibadah, muamalah, dan jinayah. Filsafat syariat ini dapat dibedakan atas rahasia-rahasia hukum, ciri khasnya, keindahannya, dan wataknya. Filsafat Tasyri (falsafah Tasyri) dan filsafat syariat inilah yang dikenal sebagai filsafat hukum Islam. Sebagian ahli usul fiqih menganggap semua obyek pembahasan filsafat hukum Islam sebagai dasar bagi pembinaan hukum (tasyri). Ini misalnya tampak pada karya Ali Ahmad al-jurjawi yang berbicara mengenai rahasia hukum, yaitu hikmah at-Tasyri wa falsafatuh (hikmah pembinaan hukum dan Filsafatnya). Ahli usul fiqih yang lain, seperti Izzuddin bin Abdussalam, menggunakan istilah Islam ahkam (hukum) untuk menyebut kaidah hukum Islam dalam karyanya (Qawaid alahkam fi masalih al-anam (Kaidah-kaidah hukum demi kemaslahatan manusia). Istilah ini juga digunakan oleh Imam al-Amidi dan Ibnu Hazm

58

untuk menyebut sumber-sumber hukum Islam dalam kitab al-ahkam fi Usul al-Ahkam (pemantapam pokok-pokok Hukum). Hukum Islam, seperti juga hukum-hukum yang lain, mempunyai asas dan tiang pokok yang memperlihatkan kekuatan dan

kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan social. Nafy al-Haraj (tidak meyulitkan) adalah salah satu diantara asas tersebut. Semua beban hukum yang ditetapkan berada dalam batas-batas kemampuan manusi sebagai subjek hukum. Hal ini ditegaskan antara lain dalam surah Al baqarah (2) ayat 286 dan surah al-hajj (22) ayat 78 serta beberapa hadis Nabi SAW. Keringanan bagi seseorang yang sedang sakit, dalam perjalanan, sedang hamil atau sedang menyusui untuk tidak berpuasa dan menggantinya pada hari-hari yang lain merupakan contoh penerapam asas nafy al-haraj ini. Asas kedua adalah bahwa hukum Islam tidak memikulkan beban hukum yang terlalu berat supaya tidak menyulitkan manusia sebagai pelaksanaannya. Surah al-Maidah (5) ayat 101 yang menjadi dasar bagi asas ini selalu diperhatikan oleh para sahabat dan fuqaha Madinah untuk tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kasus yang belum terjadi. Asas lainnya adalah penetapan hukum yang didasarkan pada Urf yang berkembang dalam masyarakat. Kata maruf yang disebutkan sebanyak 38 kali dan kata Urf sebanyak 2 kali dalam al-Quran

59

mengisyaratkan bahwa masalah muamalah dapat di selesaikan berdasarkan Urf setempat, yaitu aturan-aturan yang telah berkembang dan terkenal dalam masyarakat serta tidak dipandang jelek. Al-Quran sebagai sumber Tasyri utama tidak menjelaskan hukum secara terperinci, kecuali beberapa hukum tertentu, seperti ibadah, ibadah yang diwajibkan, beberapa sanksi hukum terhadap tindak pidana tertentu, dan faraid. Adapun hukum dalam bidang muamalah, yang berkaitan dengan ekonomi Islam, khususnya bank Syariah (kegiatan Usaha bank Syariah), dan beberapa Prinsipdalam

bermuamalah hanya dikemukakan secara umum. Para penguasa dapat menetapkan aturan yang sesuai dengan perkembangan masa dan keadaan asal tidak bertentangan dengan aturan yang bersifat umum. Hukum Islam mepunyai tiga watak yang tidak berubah-ubah. Yaitu takamul (lengkap), wasatiyyah, (pertengahan), dan harakah (dinamis). Watak takamul memperlihatkan bahwa hukum Islam dapat melayani golongan yang tetap bertahan pada apa yang sudah ada dan dapat pula melayani golongan yang menginginkan pembaruan. Konsep wasatiyyah menghendaki keselarasan dan keseimbangan antara segi kebendaan dan segi kejiwaan. Keduanya sama-sama diperhatikan oleh hukum Islam, tanpa mengabaikan salah satu diantaranya. Adapun dari segi harakah, hukum Islam mepunyai kemampuan untuk bergerak dan berkembang, memiliki daya hidup, dan dapat pula membentuk diri

60

sesuai dengan perkembangan masa. Dalam dinamikanya mengiringi perkembangan itu, hukum Islam mempunyai kaidah asasi, yaitu ijtihad yang dapat menjawab segala tantangan masa dan dapat memnuhi harapan zaman dengan tetap memelihara keperibadian dan nilai asasinya. Dalam bidang ibadah, misalnya, hukum Islam menghargai kondisi seseorang, apakah sudah mukalaf, berakal, sehat, sakit, dalam keadaan bepergian, tidur atau dalam kesulitan. Dalam bidang hukum keluarga, ia memelihara Prinsipyang menjamin kelansungan perkawinan dan kemaslahatan suami Istri. Adapun dalam bidang hukum pidana dan sanksinya, kaitannya dengan situasi yang mempengaruhi, serta kondisi pelakunya. Disamping itu, ia juga melidungi pihak yang di rugikan, yang dibunuh atau yang dicuri hartanya. Dalam bidang muamalah, hukum islam mempunyai prinsip-prinsip untuk menjaga hubungan dengan sesama manuai dalam bermuamalah sehingga manusia dapat terhindar dari kerusakan. Misalnya dalam jual beli tidak boleh ada unsur unsur yang menyebabkan kerusakan seperti tipu daya, paksaan, jual beli barang haram dan lain-lain. Khususnya yang berkaitan dengan ekonomi syariah, kegiatan usaha yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah hukum Islam. Hukum Islam mempunyai keistimewaan yang membuatnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta menjamin ketenangan dan kebahagiaan mereka. Adanya aturan-aturan Azimah dan rukhsah

61

menjadiklannya biasa sejalan dengan fitrah manusia dan mudah diamalkan dalam keadaan bagaimanapun. Disamping itu, segala hukum yamg di naskan dalam al-Quran dan sunah Rasullah SAW adalah maqulah al-mana (logis) dan sesuai dengan ketetapan akal dan logika yang benar dan belum dipengaruhi oleh hawa nafsu. Hukum itu juga mempunyai hikmah dan rahasia yang tinggi, baik dari segi budi pekerti, kejiwaan, maupun kemasyrakatan. Adapun hukum yang didasarkan pada rakyu, qias (qias), dan dengan memperhatikan kemaslahatan bersumber pada kebebasan berfikir yang diikat dengan dasar-dasar keadilan dan kaidah pembinaan hukum. Di antara ciri-ciri khas hukum Islam adalah bahwa ia sangat memperhatikan segi kemanusiaan seseorang, baik mengenai diri, jiwa, akal, maupun akidahnya; baik selaku perorangan maupun sebagai anggota masyarakat; baik mengenai anak dan istrinya maupun harta kekayaannya, manusialah yang menjadi sumber bagi segala hukum yang digariskan dalam al-Quran. Hukum Islam memberikan penghormatan kepada manusia karena kemanusiaannya,. Hukum Islam tidak

membenarkan seseorang melecehkan harga diri, mengancam atau menumpahkan darah orang lain. Disamping itu, hukum Islam juga tidak mendasarkan perintahnya pada pemaksaan yang dapat menghilangkan kemerdekaan manusia dan membatasi gerak-geriknya.

62

Kemaslahatan manusia di Dunia dan akhirat yang menjadi tujuan utama pensyariatan hukum Islam itu dapat dibedakan atas kemaslahatan tingkat daruri (primer), tingkat hajji, (sekunder), dan tingkat tahnisi (pelengkap). Keberadaan bank syariah dapat dikategorikan sebagai kemaslahatan tingkat daruri karena sudah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak sehingga jika tidak segera dilaksanakan dapat mendatangkan kemadaratan atau bahaya. Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa ad daruratu tubiihul mahdzuraat yang artinya kondisi yang darurat membolehkan sesuatu yang dilarang. Kegiatan usaha bank syariah berdasarkan pada prinsip hukum Islam dan telah disesuaikan dengan aturan yang berlaku serta merupakan hasil pemikiran berbagai pihak, ulama dan umara sehingga dapat mendatangkan kemaslahatan bagi agama, nusa dan bangsa. Bank Syariah merupakan alternatif terbaik untuk mengembangkan ekonomi Islam sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam bermuamalah. Kemaslahatan tingkat daruri adalah segala sesuatu yang diperlukan dan harus ada untuk tegaknya kehidupan manusia. Seperti halnya kegiatan usaha perbankan Islam merupakan suatu kebutuhan yang sifatnya darurat dan kebutuhan masyarakat yang harus

mendapatkan prioritas. Tegaknya kehidupan manusia itu dapat diwujudkan dengan jalan memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Syara menetapkan bahwa orang kafir yang menyesatkan orang

63

lain dan penganut bidah harus dibunuh untuk menjamin terpeliharanya kesucian agama. Syara menetapkan kewajiban qisas terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan untuk memelihara jiwa,, menetapkan pelaksaaan hukum dera terhadap para peminum khamar untuk memelihara kesehatan akal, mewajibkan pelaksanaan hukuman dera atau rajam terhadap pelaku tindak pidana perzinaan untuk memelihara kehormatan dan keturunan. Sebaliknya menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan lenyapnya salah satu diantara maslahat yang lima itu juga dipandang wajib. Dalam ekonomi Islam, berarti memelihara harta jika dilakukan sesuai dengan dasar ajaran Islam, yaitu dalam rangka menjaga harta itu agar tetap menjadi halalan thayyibah, salah satunya dengan menjauhi riba dalam setiap transaksi. Dalam bermuamalah harus dilandasi dengan sikap yang jujur, amanah, ridha, suka rela dan memperhatikan prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar. Kemaslahatn tingkat Hajj adalah segala Sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat untuk meghindari kesukaran. Apabila kemaslahatan tingkat hajj tidak ada, kehidupan manusia tetap bisa berlangsung tetapi menemui kesulitan. Kemaslahatan tingkat ini berlaku dalam bidang ibadah, adat, muamalah, dan jinayah. Dalam bidang ibadah misalnya, kemaslahatan tingkat hajj dapat dilihat dari adanya rukhsah untuk menghindari kesulitan karena sakit atau dalam perjalanan. Dalam bidang jinayah, seperti penolakan hudud karena adanya kesamaran pada kasus

64

yang diadili. Pengharaman jual beli minuman yang memabukkan, melihat aurat lawan jenis, dan pengharaman perbuatan ihtikar juga merupakan contoh kemaslahatan tingkat hajj. Diantara beberapa hal yang tidak dibolehkan dalam kegiatan usaha bank Syariah adalah yang mengandung unsur riba, khamar, risywah, maksiat dan gharar. Hal ini adalah untuk menghindari kemungkinan kesukaran - kesukaran yang dapat ditimbulkan oleh unsur-unsur tersebut. Kesukaran-kesukaran yang terjadi dapat mendatangkan bahaya atau kemadaratan dalam kehidupan masyarakat sehingga harus dihilangkan. Kemaslahatan tingkat tahsini adalah penggunaan segala sesuatu yang layak, pantas, dan dibenarkan oleh adat kebiasaan yang baik serta dicakup oleh bagian akhlak yang mulia. Kemaslahatan tingkat tahsini juga berlaku dalam bidang ibadah, adat, muamalah, dan uqubah (sanksi tindak pidana). Dalam bidang ibadah, misalnya kewajiban bersuci dari najis dan menutup aurat. Dalam bidang adat, seperti memelihara adab makan, adab minum, dan menjauhi makanan yang mengandung najis. Dalam bidang uqubah, misalnya larangan membunuh wanita, anak kecil, dan pendeta dalam peperangan. Dalam bidang muamalah, misalnya dengan beroperasinya bank syariah yang kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam disuatu negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, ini berarti merupakan sesuatu

65

yang layak, pantas dan sesuai dengan kondisi masyarakat dan merupakan bagian dari tegaknya ajaran Islam di bidang muamalah. Setiap perbuatan yang disyariatkan oleh Allah SWT mengandung hikmah, mempunyai hukum yang disertai oleh rahasia yang bisa

diungkapkan. Hanya saja diantara hikmah-hikmah ada yang bisa dijangkau dengan daya fakir manusia dan ada pula yang tidak bisa dijangkau. Sebagian besar sunah Rasullah SAW pun menjelaskan ilat dan hikmah hukum serta rahasianya. Penjelasan itu bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa semua ketentuan hukum Islam itu tidak sunyi dari ilat dan hikmah. Nabi SAW, Umpamanya, menganjurkan para pemuda yang telah mampu beristri supaya segera menikah, sedangkan yang belum mampu supaya mengadakan Riyadah ruhiyyah ( latihan kejiwaan ) Yaitu puasa Nabi SAW menyatakan bahwa perkawinan tersebut dapat memelihara seseorang dari perbuatan serong. Sedangkan ibadah puasa bagi mereka yang belum mampu dapat pula mengurangi gejolak hawa nafsu (HR-Al-Buhari, Muslim, dan Ahmad bin Hanbal). Pembahasan mengenai rahasia dan hikmah dari sebagian besar hukum yang disyariatkan oleh Allah SWT dikemukakan antara lain oleh Ali Ahmad al-jurjawi dalam kitab Hikmah at-Tasyri wa Falsafatuh dan shah waliullah ad-Dahlawi dalam Hujjah Allah al-Baligah. Dibidang muamalah, jika muamalah dilakukan dengan dasar-dasar yang benar sesuai dengan ajaran Islam, maka hikmahnya adalah menyadarkan

66

kepada manusia bahwa jika hubungan dengan sesama manusia dilakukan dengan cara yang benar sesuai aturan yang berlaku, maka akan menimbulkan kebaikan bagi banyak pihak. Masalik al-illah adalah metode pelacakan dan penetapan ilat pada suatu hukum. Metode ini sangat erat hubungannya dengan filsafat hukum Islam. Melalui metode ini dapat diketahui bisa atau tidaknya suatu kasus yang belum ada hukumnya dihubungkan atau dihukumkan sama dengan kasus lain yang hukumnya sudah ditetapkan berdasarkan nas ( teks ayat Al-Quran atau hadis Nabi SAW). Ulama usul fiqih menggambarkan hubungan antara hukum dan ilatnya ini dalam satu ungkapan atau kaidah : Alhukm yadur maa al-illah wujuda waadama (ada dan tidak adanya ilat). Pengar