bahan ekonomi syariah

26
Pengertian Ekonomi Syariah March 18, 2010 | Author: MUHAMAD RIZKY RIZALDY | Filed under: Artikel Jika Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan menentukan pilihan-pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai kesejahteraan manusia, maka pada dasarnya definisi ilmu ekonomi Islam juga sama dengan definisi tersebut. Namun Ilmu Ekonomi Islam menetapkan tujuan ekonomi itu tidak terbatas pada kesejahteraan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan spiritual, yang senantiasa didasarkan kepada sumber- sumber hukum Islam. Prof. Dr. Muhammad Nejatullah Ash-Shidiqy merumuskan bahwa Ilmu Ekonomi adalah respon para pemikir Muslim terhadap tantangan ekonomi pada masanya, dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-Quran dan Sunnah, Akal (Ijtihad), dan pengalaman. Dalam pandangan praktis, Ekonomi Islam dapat diartikan sebagai Ekonomi Konvensional yang sebagiannya dihilangkan karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan ditambah dengan hal-hal yang mendukung penerapan syariat tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara aktual dan empirical, baik dalam produksi, distribusi, maupun konsumsi berlandaskan syariat Islam dengan tujuan kebahagian material dan spiritual. http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/03/18/pengertian- ekonomi-syariah/ 1. KONSEP DASAR EKONOMI SYARIAH Abida Muttaqiena (dari berbagai sumber) 2. Ilmu sosial yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. (Mannan) Suatu upaya yang sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku

Upload: jerdermawan

Post on 19-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ciaaatt

TRANSCRIPT

Page 1: BAHAN ekonomi Syariah

Pengertian Ekonomi Syariah

March 18, 2010 | Author: MUHAMAD RIZKY RIZALDY | Filed under: Artikel

Jika Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan menentukan pilihan-pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai kesejahteraan manusia, maka pada dasarnya definisi ilmu ekonomi Islam juga sama dengan definisi tersebut. Namun Ilmu Ekonomi Islam menetapkan tujuan ekonomi itu tidak terbatas pada kesejahteraan dunia saja, tetapi juga kebahagiaan spiritual, yang senantiasa didasarkan kepada sumber-sumber hukum Islam.

Prof. Dr. Muhammad Nejatullah Ash-Shidiqy merumuskan bahwa Ilmu Ekonomi adalah respon para pemikir Muslim terhadap tantangan ekonomi pada masanya, dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-Quran dan Sunnah, Akal (Ijtihad), dan pengalaman.

Dalam pandangan praktis, Ekonomi Islam dapat diartikan sebagai Ekonomi Konvensional yang sebagiannya dihilangkan karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan ditambah dengan hal-hal yang mendukung penerapan syariat tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara aktual dan empirical, baik dalam produksi, distribusi, maupun konsumsi berlandaskan syariat Islam dengan tujuan kebahagian material dan spiritual.

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/03/18/pengertian-ekonomi-syariah/

1. KONSEP DASAR EKONOMI SYARIAH Abida Muttaqiena (dari berbagai sumber) 2. Ilmu sosial yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-

nilai Islam. (Mannan) Suatu upaya yang sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku masyarakat, dalam perspektif Islam. (Khurshid Ahmad) Tanggapan para pemikir muslim atas berbagai tantangan ekonomi. Dalam hal ini didasarkan pada Qur’an dan Sunnah disamping alasan dan pengalaman. (Nejatullah Siddiqi) Suatu ilmu dan penerapan hukum syariah yang melindungi ketidakadilan dalam kaitan dengan upaya pencapaian kesejahteraan manusia dan pelaksanaan ibadah kepada Allah. (Hasanuz Zaman) Sebuah cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber daya-sumber daya langka yang seirama dengan maqasid, tanpa mengekang kebebasan individu, menciptakan ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, ataupun melemahkan solidaritas keluarga dan sosial serta jaringan moral masyarakat. (Umer Chapra) DEFINISI EKONOMI ISLAM

3. DEFINISI EKONOMI ISLAM ILMU MASALAH EKONOMI PERILAKU MASYARAKAT PEMIKIR MUSLIM NILAI-NILAI ISLAM (QUR’AN DAN SUNNAH) KESEJAHTERAAN MANUSIA DI DUNIA DAN AKHIRAT (FALAH) UNSUR

Page 2: BAHAN ekonomi Syariah

4. RANCANG BANGUN EKONOMI ISLAM Rancang bangun Ekonomi Islam (Karim, 2002:7) 5 nilai universal yg menjadi dasar teori-teori ekonomi Islam 3 prinsip yg membangun sistem ekonomi Islam Perilaku Islami dalam bisnis dan ekonomi AKHLAK Multitype Ownership Social Justice Freedom to Act Tauhid ‘ Adl Nubuwwah Khilafah Ma’ad

5. SISTEM EKONOMI ISLAM 6. NILAI DASAR Hakekat kepemilikan : Maslahat Keseimbangan Keadilan 7. NILAI INSTRUMENTAL Zakat Kerjasama Ekonomi Larangan Riba Peranan Negara 8. NILAI FILOSOFIS Bersifat terikat Dinamis 9. NILAI NORMATIF Landasan Aqidah Akhlak Syariah Al Qur’an Ijtihad 10. PRINSIP DASAR Kebebasan individu Hak terhadap harta Ketidaksamaan ekonomi

dalam batas yang wajar Jaminan sosial Distribusi Kekayaan Larangan menumpuk harta Kesejahteraan individu

11. NILAI DASAR NILAI INSTRUMENTAL NILAI FILOSOFIS NILAI NORMATIF PRINSIP DASAR TIGA PERTANYAAN DASAR EKONOMI ISLAM FALAH

12. 3 PERTANYAAN DASAR Bagaimana memperoleh harta kekayaan (barang dan jasa) ? Bagaimana mengelola (mengonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut ? Bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada ?

13. IMPLEMENTASI Abstain from wasteful and luxurious living (hidup hemat dan tidak bermewah-mewah) Permissible conduct (menjalankan usaha-usaha yang halal) Implementation of zakat Prohibition of riba etc

14. IMPLEMENTASI HARTA MENGALIR INVESTASI ALIRAN INVESTASI OPTIMAL AGGREGATE SUPPLY MENINGKAT By ZAKAT By ANTI RIBA By ANTI SPEKULASI

15. PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI Utilitarian individualism based on the “laissez faire” philosophy Individualism in the role of Vicegerent of God on Earth with an objective to achieve falah Dialectical Materialism PHILOSOPHIC FOUNDATIONS Economic Man Muslim Man No private ownership of the means of production BASIC OF THE MICRO FOUNDATIONS Market Economy Shari’ah Marxian PARADIGM CAPITALISM ISLAMIC ECONOMICS SOCIALISM Setiap orang mendapat imbalan berdasarkan usahanya Tidak menzalimi dan tidak dizalimi Setiap orang menerima imbalan yang sama KONSEP KEADILAN

16. THANKS FOR YOUR ATTENTION

http://www.slideshare.net/abida/dasardasar-ekonomi-syariah

PINSIP DASAR EKONOMI SYARIAH

1. RibaRiba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis riba berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio, 1999). Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba. Namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.

Page 3: BAHAN ekonomi Syariah

2. ZakatZakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan kesetaraan berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya.Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan pendidikan (QS. 58:11). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani perbedaan sosial dalam masyarakat dan agar kaum muslimin mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan memuaskan.

3. 3. HaramSesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek dan aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan lembaga keuangan syariah membentuk Dewan Penyelia Agama atau Dewan Syariah. Dewan ini beranggotakan para ahli hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang independen.Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu lembaga keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas atau item yang haram, seperti perdagangan minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain itu, lembaga keuangan syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi barang-barang primer untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.

4. 4. Gharar dan MaysirAlquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91). Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan transaksi yang adil dan etis, pengayaan diri melalui permainan judi harus dilarang.

5. 5. TakafulTakaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala, yang berarti memperhatikan kebutuhan seseorang.Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut dalam konteks yang berbeda sebagai asuransi bersama (mutual insurance), karena para anggotanya menjadi penjamin (insurer) dan juga yang terjamin (insured).

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/10/16/prinsip-prinsip-dasar-ekonomi-syariah-2/

Page 4: BAHAN ekonomi Syariah

KENAPA HARUS BANK SYARIAH

Di era saat ini sudah marak terdapat Bank Syariah dimana-mana, Bank Syariah ini menjadi tandingan Bank-bank Umum yang telah diketahui masyarakat sebelumnya. Melihat begitu menjamurnya Bank Syariah saat ini, saya mencoba menjelaskan mengenai Bank Syariah. Menurut pengertiannya, Perbankan Syariah ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan ushanya. Perbankan syariah pada umumnya sama dengan perbankan lainnya yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang. Bank syariah muncul sejak dikeluarkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada akhir Desember 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank haram hukumnya maka semua praktik bisnis yang menggunakan instrument bunga menjadi haram. Untuk lebih jelasnya mengapa bunga bank haram hukumnya, mari kita lihat kutipan fatwa MUI dibawah ini.

Kutipan Fatwa MUI

Berikut ini beberapa kutipan fatwa MUI No.1 tahun 2004 tentang bunga. Fatwa pertama yang dikeluarkan MUI yaitu mengenai bunga dan riba. Menurut MUI, bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di muka, dan pada umumnya berdasarkan presentase. Pada fatwa tersebut MUI juga mengeluarkan kutipan mengenai riba, menurutnya riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yan diperjanjikan sebelumnya. Dan inilah yang disebut riba nasi’ah.

Fatwa kedua yang dikeluarkan MUI yaitu mengenai hukum bunga. Menurutnya, praktik pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni riba nasi’ah. Dengan demikian, praktik pembungaan ini termasuk salah satu bentuk riba, dan riba haram hukumnya. Praktik pembungaan tersebut hukumnya adalah haram baik dilakukan oleh bank, asuransi, pasar modalm pegadaian, koperasi, dan lembaga keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.

Fatwa ketiga yang dikeluarkan oleh MUI yaitu mengenai bermuamalah dengan lembaga keuangan konvensional. Menurutnya, untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan lembaga keuangan syari’ah dan mudah dijangkau, maka tidak dibolehkan melakukan transaksi yang didasarkan kepada perhitungan bunga. Sedangkan untuk wilayah yang belum ada kantor/jaringan lembaga keuangan syari’ah maka diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di lembaga keuangan konvensional berdasarkan prinsip darurat/hajat.

Mekanisme & Sistem Operasi Bank Syariah

Pada Bank Syariah, jika nasabah investor melakukan investasi pada bank syariah, maka investor tersebut tidak mendapatkan imbalan bunga karena bank syariah tdak beroprasi berdasarkan

Page 5: BAHAN ekonomi Syariah

sistem bunga tetapi berdasarkan sistem bagi hasil. Jadi investor yang menginvestasikan dananya akan mendapatkan bagi hasil.  Berikut ini mekanisme dan sistem opeasi bank syariah :

1. Nasabah investor menyerahkan dananya kepada bank untuk dikelola.

2. Bank melakukan penjualan cicilan, kemudian bank melakukan :

a. Bank memberikan bagian keuntungan penjualan kepada nasabah

b. Bank mencatat pembayaran modal dan keuntungan bank

3. Bank melakukan sewa cicilan, kemudian bank melakukan :

a. Bank memberikan bagian keuntungan kerjasama usaha kepada nasabah

b. Bank mencatat pembayaran modal dan keunutngan bank

Dengan sistem ini, para nasabah investor dapat mengawasi kinerja bank syariah  secara langsung. Bila jumlah keuntungan yang dihasilkan bank dari pembiayaan semakin besar, maka bagi hasil unutk nasabah investor juga semakin besar. Dan sebaliknya jika bagi hasil yang diterima nasabah semakin kecil, maka hal itu disebabkan oleh menurunya kemampuan bank syariah dalam menghasilkan keuntungan. Dengan begitu dapat disimpulkan jika bagi hasil yang siterima nasabah investor terus mengecil tanpa adanya peningkatan maka dapat dikatakan bahwa bank syariah tersebut semakin tidak efisien.

(Dan kenapa riba diharamkan didalam ekonomi konvensional)

و�ال �اف�ة� ك �م ل الس� في �وا ل اد�خ� �وا آم�ن �ذين� ال �ه�ا ي� �اأ ي

ين م�ب ع�د�و# �م� �ك ل �ه� ن إ �ط�ان ي الش� خ�ط�و�ات ع�وا �ب �ت ت

Allah bersabda dalam QS Al-Baqarah 208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Ayat tersebut diatas sebut diatas menunjukan kepada manusia beriman diperintahkan Allah

Page 6: BAHAN ekonomi Syariah

untuk masuk Islam secara Kaafah atau keseluruhan dan janganlah mengikuti langkah-langkah saitan. Hal ini dapat dipahami jika setiap muslim mengingkari satupun ayat Allah didalam al-quran berarti ia mengingkari ayat tersebut, atau dengan kata lain tidak kaafah  dalam menjalankan syariat Islam, selanjutnya dalam QS Al Baqarah/2 : 85 :

اء� ج�ز� ف�م�ا �ع�ض5 ب ب ون� �ف�ر� �ك و�ت �اب ت �ك ال �ع�ض ب ب �ون� �ؤ�من ف�ت�ا �ي الد�ن �اة ي �ح� ال في ي خز� ال إ �م� �ك من ذ�لك� �ف�ع�ل� ي م�ن�

�ام�ة �قي ال �و�م� �ه�      و�ي الل و�م�ا �ع�ذ�اب ال د� �ش� أ ل�ى إ د�ون� �ر� ي�ون� �ع�م�ل ت ع�م�ا غ�افل5 ب

Artinya : .....Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.

Dalam surat al Baqarah 85, Allah memberikan ancaman kepada manusia yang menggunakan hanya sebagian dari hukum Allah atau hanya mau menerima ayat-ayat yang dianggap menguntungkan bagi dirinya saja, maka baginya akan diberikan kenistaan dalam kehidupannya didunia. Sehingga sangat jelas kalau Allah memerintahkan menggunakan aturan ekonomi syariah, berarti ini diperuntukan oleh semua mahluk karena Islam sendiri adalah rahmattilalamin.

Ada tiga kekuatan system ekonomi di dunia ini yaitu system ekonomi liberal/kapitalis, system ekonomi sosialis dan system ekonomi Islam atau sering disebut system ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah. Ingat penjajahan masa lalu dengan mengurus SDA (sumber daya alam) suatu bangsa, tetapi sekarang dengan menguasai system perekonomian suatu bangsa.

Perbedaan Ekonomi Syariah dengan Ekonomi Konvensional

Kiranya perlu dipahami bahwa sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

Page 7: BAHAN ekonomi Syariah

Ciri Khas Ekonomi Syariah

Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur’an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur’an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi[5]. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain: 1) Kesatuan (unity); 2) Keseimbangan (equilibrium); 3) Kebebasan (free will); dan 4) Tanggungjawab (responsibility)

Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

Muamalah Ribawi dan Bahayanya

Sesungguhnya muamalah Maliyah adalah medan hidup yang sudah tersentuh oleh tangan-tangan manusia sejak jaman klasik, bahkan jaman purbakala, sehingga jaman nabi Muhammad SAW. Setiap orang membutuhkan harta yang ada di tangan orang lain. Hal ini membuat manusia berusaha membuat beragam cara pertukaran, bermula dengan kebiasaan melakukan tukar menukar barang yang disebut barter, berkembang menjadi sebuah sistem jual beli yang kompleks dan multidimensional, seperti yang terjadi sekarang ini, didalam system ekonomi yang mengglobal.

Bagaimana tidak, karena semua pihak yang terlibat berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, dengan karakter dan pola pemikiran yang bermacam-macam, dengan tingkat pendidikan dan pemahaman yang tidak sama. Baik itu pihak pembeli atau penyewa, penjual atau pemberi sewaan, yang berhutang dan berpiutang, pemberi hadiah atau yang diberi, saksi, sekretaris atau juru tulis, hingga calo atau broker, kesemuanya adalah majemuk dari berbagai kalangan dengan berbagai latar belakang sosial dan pendidikannya yang variatif. Selain itu, transaksi muamalah maliyah juga semakin berkembang sesuai dengan tuntutan jaman. Sarana atau media dan fasilitator dalam melakukan transaksi juga kian hari kian canggih. Sementara komoditi yang diikat dalam satu transaksi juga semakin bercorak-ragam, mengikuti kebutuhan umat manusia yang semakin konsumtif dan semakin terikat tuntutan jaman yang juga kian berkembang.

Oleh sebab itu, muamalah maliyah yang sangat erat dengan perekonomian Islam ini akan tampak urgensinya bila kita melihat salah satu bagiannya yaitu dunia bisnis perniagaan dan khususnya level menengah ke atas. Seorang yang memasuki dunia perbisnisan ini membutuhkan kepekaan yang tinggi, feeling yang kuat dan keterampilan yang matang serta pengetahuan yang komplit

Page 8: BAHAN ekonomi Syariah

terhadap berbagai epistimologi terkait, seperti ilmu manajemen, akuntansi, perdagangan, bahkan perbankan dan sejenisnya. Atau berbagai ilmu yang secara tidak langsung juga dibutuhkan dalam dunia perniagaan modern, seperti komunikasi, informatika, operasi komputer, dan lain-lain. Itu dalam standar kebutuhan businessman (orang yang berwirausaha) secara umum.

Bagi seorang muslim, dibutuhkan syarat dan prasyaratan lebih untuk menjadi bisnisman dan pengelola modal yang berhasil. Karena seorang muslim selalu terikat -selain dengan kode etik ilmu perdagangan secara umum- dengan aturan dan syariat Islam dengan hukum-hukumnya yang komprehensif. Oleh sebab itu, tidak selayaknya seorang muslim memasuki dunia bisnis dengan pengetahuan kosong terhadap ajaran syariat, dalam soal jual beli misalnya. Karena yang demikian itu merupakan sasaran empuk ambisi syetan pada diri manusia untuk menjerumuskan seorang muslim dalam kehinaan.

Diantara permasalahan yang sering terjadi dan menimpa kaum muslimin dalam muamalah maliyah adalah permasalahan Riba. Sehingga sudah menjadi kewajiban orang yang masuk dalam muamalah ini untuk mengetahui permasalahan ini dengan baik dan jelas.

Pengharaman Riba

Seseungguhnya diharamkannya riba berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma’ para ulama, sudah menjadi aksioma dalam ajaran Islam ini.

Dalil Yang Mengharamkan Riba

Dalam Al-Qur’an telah membicarakan riba dalam empat tempat terpisah; salah satunya adalah Ayat Makkiyyah, sementara tiga lainnya adalah Ayat-ayat Madaniyyah.

Dalam surat Ar-Ruum 39, Allah ta’ala berfirman : "Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)." Ayat tersebut tidak mengandung ketetapan hukum pasti tentang haramnya riba. Karena kala riba memang belum diharamkan. Riba baru diharamkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Al-Madinah. Hanya saja ini mempersiapkan jiwa kaum muslimin agar mampu menerima hukum haramnya riba yang terlanjur membudaya kala itu. Sehingga dalam hal ini nabi memberlakukan pemahaman secara bertahap saat itu.

Dalam surat An-Nisaa 160-162, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : "Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.".

Ayat di atas menjelaskan diharamkannya riba terhadap orang-orang Yahudi. Ini merupakan pendahuluan yang amat gamblang, untuk kemudian baru diharamkan terhadap kalangan kaum

Page 9: BAHAN ekonomi Syariah

muslimin. Ayat tersebut turun di kota Al-Madinah sebelum orang-orang Yahudi menjelaskannya.

Dalam surat Ali Imran Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

ح�ون� �ف�ل ت �م� �ك �ع�ل ل �ه� الل �ق�وا و�ات م�ض�اع�ف�ة� �ض�ع�اف�ا أ �ا ب الر� �وا �ل �ك �أ ت ال �وا آم�ن �ذين� ال �ه�ا ي� أ �ا ي

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Ali Imraan: 130)

Baru kemudian turun beberapa ayat pada akhir surat Al-Baqarah, yaitu: (QS. Al-Baqarah: 275-279). Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat tentang riba yang terakhir diturunkan dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Riba dalam As-Sunnah

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

�تي } ال �ف�س الن �ل� و�ق�ت ح�ر� و�الس� �ه الل ب ك� ر� الش� ق�ال� ه�ن� و�م�ا �ه الل س�ول� ر� �ا ي �وا ق�ال ق�ات �م�وب ال �ع� ب الس� �وا ب �ن ت اج� �ات �م�ؤ�من ال �ات �م�ح�ص�ن ال و�ق�ذ�ف� ح�ف الز� �و�م� ي �و�ل�ي و�الت يم �ت �ي ال م�ال �ل� �ك و�أ �ا ب الر� �ل� �ك و�أ �ح�ق� ال ب ال� إ �ه� الل م� ح�ر�ت �غ�افال� { ال

"Hindarilah tujuh hal yang membinasakan." Ada yang bertanya: "Apakah tujuh hal itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa dengan cara yang haram, memakan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari medan perang, menuduh berzina wanita suci yang sudah menikah karena kelengahan mereka. "

Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan:

و�اء س� ه�م� و�ق�ال� �ه اهد�ي و�ش� �ه� ب �ات و�ك �ه� ل و�م�ؤ�ك �ا ب الر� آكل� �م� ل و�س� �ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه الل س�ول� ر� �ع�ن� ل

"Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja."

Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

{ فيه 5 د�م من� �ه�ر5 ن ع�ل�ى �ا �ن �ي �ت أ �ى ح�ت �ا �ق�ن �ط�ل ف�ان ة5 م�ق�د�س� ر�ض5� أ ل�ى إ ي ان ج� �خ�ر� ف�أ ي �ان �ي �ت أ �ن �ي ل ج� ر� �ة� �ل �ي الل �ت� �ي أ ر�

�ن� أ ج�ل� الر� اد� ر�� أ ذ�ا ف�إ �ه�ر الن في �ذي ال ج�ل� الر� �ل� ق�ب

� ف�أ ة ار� حج� �ه �د�ي ي �ن� �ي ب ج�ل ر� �ه�ر الن و�س�ط و�ع�ل�ى م ق�ائ ج�ل ر�ع� ج �ر� ف�ي ح�ج�ر5 ب فيه في م�ى ر� ج� �خ�ر� ي ل اء� ج� �م�ا �ل ك ف�ج�ع�ل� �ان� ك �ث� ح�ي د�ه� ف�ر� فيه في ح�ج�ر5 ب ج�ل� الر� م�ى ر� ج� �خ�ر� ي

�ا ب الر� آكل� �ه�ر الن في �ه� �ت ي� أ ر� �ذي ال ف�ق�ال� ه�ذ�ا م�ا ف�ق�ل�ت� �ان� ك �م�ا { ك

"Tadi malam aku melihat dua orang lelaki, lalu keduanya mengajakku pergi ke sebuah tanah yang disucikan. Kamipun berangkat sehingga sampai ke satu sungai yang berair darah. Di situ terdapat seorang lelaki sedang berdiri. Di tengah sungai terdapat seorang lelaki lain yang

Page 10: BAHAN ekonomi Syariah

menaruh batu di hadapannya. Ia menghadap ke arah lelaki yang ada di sungai. Kalau lelaki di sungai itu mau keluar, ia melemparnya dengan batu sehingga terpaksa lelaki itu kembali ke dalam sungai darah. Demikianlah seterusnya setiap kali lelaki itu hendak keluar, lelaki yang di pinggir sungai melempar batu ke mulutnya sehingga ia terpaksa kembali lagi seperti semula. Aku bertanya: "Apa ini?" Salah seorang lelaki yang bersamaku menjawab: "Yang engkau lihat dalam sungai darah itu adalah pemakan riba."

Ijma’ yang Mengharamkan Riba

Kaum muslimin seluruhnya telah bersepakat bahwa asal dari riba adalah diharamkan, terutama sekali riba pinjaman atau hutang. Bahkan mereka telah berkonsensus dalam hal itu pada setiap masa dan tempat. Para ulama Ahli Fikih seluruh madzhab telah menukil ijma’ tersebut. Memang ada perbedaan pendapat tentang sebagian bentuk aplikasinya, apakah termasuk riba atau tidak dari segi praktisnya, namun tidak bertentangan dengan asal ijma’ yang telah diputuskan dalam persoalan itu.

Ijma’ akan pengharamannya dinukilkan Ibnu Hazm dalam Maratib Al Ijma’ hal 103, Ibnu Rusyd dalam Al Muqaddimah wal Mumahadah 2/8, Al Mawardi dalam Al Haawi Al Kabir 5/74, An Nawawi dalam Al Majmu’ Syarhul Muhadzab 9/391, dan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al fatawa 29/419. Pengharaman Riba tidak terbatas hanya pada syari’at Islam bahkan juga ada dalam syari’at agama sebelumnya.

Balasan Pemakan Riba

Imam Al Sarkhosi menyampaikan 5 balasan dan hukuman bagi pemakan riba yang ada dalam ayat-ayat ini (Al Baqarah: 275-279) yaitu : 1. Kesurupan, (QS. Al Baqarah: 275); 2. Dihapus (Barokahnya), (QS. Al Baqarah: 276); 3. Kufur, (QS. Al Baqarah: 276); 4. Kekal di Neraka. (QS. Al Baqarah: 275); 5. Allah Ta’ala memerangi pemakan riba. (QS. Al Baqarah: 278-279).

Demikianlah perbedaan secara umum sistem ekonomi Islam dan konvensional, beserta makna dan kandungan yang telah Allah berikan kepada umat Muhammad melalui Al Quran, As sunnah dan juga ijma.

Beda Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Memahami Perbedaan Prinsip Antara Bank Syariah dengan Bank KonvensionalOleh : Ibnu Anwaruddin, SH., Angg. dept. KIM DPP LDIIEmail : [email protected] [email protected] (Hp. 08174970703, 081383283313)

Page 11: BAHAN ekonomi Syariah

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” QS. Ali Imron, 3:130Berbicara mengenai perbankan syariah sebenarnya tidak lengkap tanpa mengurai bagaimana sejarah, tujuan penerapan prinsip syariah, batasan-batasan prinsip syariah, jenis produk pembiayaan syariah, ketentuan hukum, Dewan Pengawas Syariah dll. Namun untuk mengawali rubrik syariah ini penulis tidak akan akan memaparkan secara keseluruhan mengenai hal-hal tersebut di atas, namun lebih kepada pokok permasalahan mengenai perbedaan yang mendasar antara prinsip syariah dengan prinsip konvensional.

Sebelum membicarakan beberapa perbedaan sistem bank Islam dengan sistem bank konvensional, perlu diberikan suatu penjelasan perbedaan antara bagi hasil dan pemberian bunga dalam bidang perniagaan, khususnya dalam operasional bank. Selama 4 tahun mengabdi pada sebuah bank yang beroperasional secara syariah, penulis banyak menemukan kesalahan pemahaman di kalangan banyak orang yang menganggap bahwa bagi hasil tidak ada bedanya dengan pemberian / pengambilan bunga, untuk dapat memahami perbedaan yang sangat mendasar tersebut terlebih dahulu harus dipahami hal-hal sebagai berikut :

a.   Dasar perniagaan adalah untuk mencari keuntungan karena itu setiap pemilik modal mengharapkan setiap uang yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan, ini sesuai dengan kaedah fiqh, yaitu : pembayaran/pembiayaan dibalas dengan ganjaran. Karena itu Islam menggalakkan umatnya untuk berdagang.

b.   Dalam pandangan Islam, uang yang disimpan tanpa digunakan tidak akan bertambah, justru jumlahnya semakin menurun dari tahun ke tahun, karena ia wajib membayar zakat sebanyak 2,5% pertahun hingga sampai dibawah nisab (batas minimal jumlah harta yang wajib dikeluarkan). Karena itu Islam mengakui konsep bunga yang diperoleh seseorang jika menyimpan uangnya di bank misalnya dan dianggap riba, kecuali jika bank itu diberikan kekuasaan untuk memakai uang tersebut. Lalu jika bank mendapat keuntungan, maka dibagi dengan orang tersebut berdasarkan berapa persen dari untung yang didapat, bukan berapa persen dari uang yang disimpan. Maka jumlah yang diterima dari bank itu dianggap sebagai untung.

c.   Islam tidak mengakui bunga dalam pembayaran hutang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya bahwa setiap hutang yang membawa keuntungan material bagi si pemberi hutang adalah riba.

d.   Tujuan Islam mengharamkan riba selain karena mengandung unsur penindasan, riba juga merupakan sistem yang hanya mengutamakan kepentingan individu saja tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat, padahal Islam lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada individu.

Secara singkat perbedaan-perbedaan antara bunga dengan bagi hasil dapat terlihat pada tabel di berikut :  

No. Bunga Bagi Hasil1. Penentuan bunga dibuat sewaktu 

perjanjian   tanpa   berdasarkan Penentuan   bagi   hasil   dibuat sewaktu   perjanjian   dengan 

Page 12: BAHAN ekonomi Syariah

kepada untung/rugi. berdasarkan kepada untung/rugi.2. Jumlah   persen   bunga 

berdasarkan jumlah uang (modal) yang ada.

Jumlah   nisbah   bagi   hasil berdasarkan   jumlah   keuntungan yang telah dicapai.

3. Pembayaran bunga  tetap  seperti perjanjian   tanpa   diambil pertimbangan   apakah   proyek yang   dilaksanakan   pihak   kedua untung atau rugi.

Bagi   hasil   tergantung  pada  hasil proyek.   Jika   proyek   tidak mendapat   keuntungan   atau mengalami   kerugian,   maka resikonya ditanggung kedua belah pihak.

4. Jumlah pembayaran  bunga  tidak meningkat   walaupun   jumlah keuntungan berlipat ganda.

Jumlah   pemberian   hasil keuntungan   meningkat   sesuai dengan   peningkatan   keuntungan yang didapat.

5. Pengambilan/pembayaran   bunga adalah haram.

Penerimaan/pembagian keuntungan adalah halal

 Perbedaan pokok antara sistem bank Konvensional dengan sistem bank Islam secara ringkas dapat dilihat dari 4 (empat) aspek seperti terlihat pada tabel berikut ini :

No Perbedaan Aspek Bank Islam

Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan atas bunga,   spekulasi   dan ketidakjelasan

Berdasarkan atas bunga

2 Operasional -   Dana   masyarakat berupa   titipan   dan investasi   yang   baru akan   mendapatkan hasil   juka   diusahakan terlebih dahulu

-   Penyaluran   pada sektor   usaha   yang halal   dan menguntungkan

-   Dana masyarakat berupa   simpanan yang   harus dibayar bunganya pada   saat   jatuh tempo-   Penyaluran pada sektor yang menguntungkan, aspek  halal   tidak menjadi pertimbangan utama

3 Sosial Dinyatakan   secara eksplisit   dan   tegas yang   tertuang   dalam Visi & Misi perusahaan

Tidak   tersirat secara tegas

4 Organisasi Harus  memiliki  Dewan Pengawas   Syariah (DPS).

Tidak   memiliki Dewan Pengawas Syariah.

Page 13: BAHAN ekonomi Syariah

 Tabel di atas hanyalah sebagian kecil konsep produk pembiayaan syariah yang berprinsip pada system bagi hasil, masih banyak lagi produk pembiayaan yang berbasis jual beli (bai’), sewa (ijarah), gadai (rahn) dll. Dan dari table tersebut hendaknya kita dapat membaca dan memahami perbedaan yang sangat mendasar antara bunga dan bagi hasil atau perbedaan prinsip antara bank syariah dan bank konvensional. Namun tentu tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak yang meragukan apakah prinsip syariah tersebut benar-benar dapat dijalankan secara utuh, bukan karena kepentingan untuk menjaring pasar semata tanpa memperhatikan kemaslahatan usaha yang dijalankan.

Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang berdiri pada tahun 1991 merupakan bank pertama di Indonesia yang murni menerapkan prinsip-prinsip syariah, baik dari segi permodalan maupun dari kegiatan usaha yang dijalankan. Kemudian setelah itu bermunculan bank yang turut mengaplikasikan operasionalnya secara syariah, diantaranya; Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Niaga Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah IFI dll.

Saat ini belum semua bank syariah merupakan bank yang murni berdiri sendiri tanpa keterkaitan dengan bank induk atau bank konvensionalnya. Masih ada beberapa bank syariah yang merupakan unit usaha dari bank konvensional, yang mana notabene permodalan unit syariah tersebut pada dasarnya berasal dari bank konvensional atau bank induknya, sehingga masih ada mata rantai yang tidak terputus antara syariah dan konvensional. Selain itu, ada juga bank yang melakukan konversi dari konvensional menjadi syariah, hal mana patut dipertanyakan mengenai asset dan permodalan yang sebelumnya berasal dari hasil usaha konvensional.

Fenomena ini tentu membuat gamang tidak sedikit muslim yang ingin berinvestasi atau melakukan kegiatan usaha yang memerlukan layanan perbankan. Namun kita juga tentu tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kegiatan riba dengan melakukan transaksi di bank konvensional yang terus membelenggu masyarakat muslim di Indonesia khususnya. Bebas murni dari riba mungkin tidak semudah yang kita bayangkan karena praktik konvensional telah berjalan ratusan tahun lalu, sedangkan praktik syariah di Indonesia belum genap dua dasa warsa. Paling tidak saat ini kita harus berupaya meminimalisir penggunaan bank konvensional dan beralih ke bank syariah agar iklim investasi syariah terus meningkat dan praktik syariah dapat terus memasyarakat.

Selain untuk memenuhi keinginan umat Islam untuk berhubungan dengan lembaga perbankan yang bebas bunga, bank Islam tentu diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dan keselarasan dengan aspek moralitas Islam yang melandasi operasionalnya. Pendirian Bank Islam juga mempunyai tujuan khusus, yang selaras dengan tujuan LDII yang telah dijabarkan dalam rekomendasi Munas VI 2005 dan diperkuat dengan Rakernas LDII 2007 tentang pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Hal tersebut diantaranya ;

1.Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim.2.Menggalang partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi syariah.3.Mengembangkan lembaga perbankan dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan partisipasi masyarakat dalam menggalakkan usaha-usaha ekonomi masyarakat dengan memperluas jaringan lembaga-lembaga keuangan syariah hingga ke daerah-daerah terpencil.

Dewan Pengawas Syariah

Selain beberapa perbedaan prinsip operasional di atas, salah satu ciri yang membedakan antara bank Islam dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Bank 

Page 14: BAHAN ekonomi Syariah

Islam. DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dengan kata lain DPS bertanggung jawab atas produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat agar sesuai dengan prinsip syariah; investasi atau proyek yang ditangani oleh bank harus juga sesuai dengan prinsip syariah, dan tentu saja bank itu harus di-manage sesuai dengan prinsip syariah.

Secara umum anggota pengawas syariah tentulah harus merupakan orang yang memiliki otoritas di bidang syariah. Mekanisme penentuan anggota Dewan Pengawas Syariah berbeda pada setiap negara. Pada beberapa negara yang sudah mengatur secara sentral keberadaan dan operasional bank Islam, seperti Malaysia, Mesir, Jordania, Kuwait, Pakistan, Indonesia; mekanismenya telah diatur dalam undang-undang atau peraturan negra. Filosofi dari mekanisme ini adalah untuk menjaga independensi Dewan Pengawas Syariah.

Di Indonesia, otoritas masalah keagamaan di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebingungan di kalangan umat akibat banyak dan beragamnya DPS. MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi keislaman di Indonesia menganggap perlu dibentuknya suatu dewan syariah yang bersifat nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan. Pada bulan Juli 1997 dalam acara Lokakarya Reksadana Syariah dihasilkan rekomendasi pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN). Lembaga ini didirikan pada tahun yang sama dan merupakan badan otonom MUI yang diketuai secara eks-oficio oleh Ketua MUI. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari DSN dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian DSN. Bagi perusahaan yang akan membuka bank Islam atau lembaga keuangan syariah lainnya, mereka harus mengajukan rekomendasi anggota DPS kepada DSN. Saat ini, Dewan Syariah Nasional di Ketuai oleh KH. Ma’ruf Amin, salah satu Ketua MUI Pusat yang cukup produktif menulis berbagai buku mengenai ekonomi syariah.

Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan. Jika lembaga yang bersangkutan tidak mengindahkan teguran yang diberikan, DSN dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas, seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sanksi.

Sumber penulisan :1. DR. Syafiie Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek.2. Dr. Ir. H. M. Amin Azis, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia.3. Artikel Khusus, “Bank Menurut Konsep Syariah Islam”, Majalah Mimbar Ulama, MUI.4. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia.

http://3ayat.blogspot.com/2010/02/beda-bank-syariah-dengan-bank.html

Pengharaman RibaSeseungguhnya diharamkannya riba berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma’ para ulama, sudah menjadi aksioma dalam ajaran Islam ini.

Page 15: BAHAN ekonomi Syariah

Dalil Yang Mengharamkan Riba

Dalam Al-Qur’an telah membicarakan riba dalam empat tempat terpisah; salah satunya adalah Ayat Makkiyyah, sementara tiga lainnya adalah Ayat-ayat Madaniyyah.

Dalam surat Ar-Ruum 39, Allah ta’ala berfirman : "Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)." Ayat tersebut tidak mengandung ketetapan hukum pasti tentang haramnya riba. Karena kala riba memang belum diharamkan. Riba baru diharamkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Al-Madinah. Hanya saja ini mempersiapkan jiwa kaum muslimin agar mampu menerima hukum haramnya riba yang terlanjur membudaya kala itu. Sehingga dalam hal ini nabi memberlakukan pemahaman secara bertahap saat itu.

Dalam surat An-Nisaa 160-162, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : "Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.".

Ayat di atas menjelaskan diharamkannya riba terhadap orang-orang Yahudi. Ini merupakan pendahuluan yang amat gamblang, untuk kemudian baru diharamkan terhadap kalangan kaum muslimin. Ayat tersebut turun di kota Al-Madinah sebelum orang-orang Yahudi menjelaskannya.

Dalam surat Ali Imran Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

�ا �ه�ا ي ي� �ذين� أ �وا ال �وا ال آم�ن �ل �ك �أ �ا ت ب �ض�ع�اف�ا الر� �ق�وا م�ض�اع�ف�ة� أ �ه� و�ات �م� الل �ك �ع�ل �ف�لح�ون� ل ت

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Ali Imraan: 130)

Baru kemudian turun beberapa ayat pada akhir surat Al-Baqarah, yaitu: (QS. Al-Baqarah: 275-279). Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat tentang riba yang terakhir diturunkan dalam Al-Qur’an Al-Karim.

Riba dalam As-Sunnah

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

�وا } ب �ن ت �ع� اج� ب ق�ات الس� �م�وب �وا ال �ا ق�ال س�ول� ي �ه ر� ك� ق�ال� ه�ن� و�م�ا الل ر� �ه الش� الل ح�ر� ب �ل� و�الس� �ف�س و�ق�ت ي الن �ت م� ال ح�ر�

Page 16: BAHAN ekonomi Syariah

�ه� ال� الل �ح�ق� إ ال �ل� ب �ك �ا و�أ ب �ل� الر� �ك م�ال و�أ يم �ت �ي �و�ل�ي ال �و�م� و�الت ح�ف ي �ات و�ق�ذ�ف� الز� �م�ح�ص�ن �ات ال �م�ؤ�من ت ال �غ�افال� ال }

"Hindarilah tujuh hal yang membinasakan." Ada yang bertanya: "Apakah tujuh hal itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa dengan cara yang haram, memakan riba, memakan harta anak yatim, kabur dari medan perang, menuduh berzina wanita suci yang sudah menikah karena kelengahan mereka. "

Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan:

�ع�ن� س�ول� ل �ه ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه الل �ي �م� ع�ل ل �ا آكل� و�س� ب �ه� الر� ل �ه� و�م�ؤ�ك ب �ات �ه و�ك اهد�ي و�اء ه�م� و�ق�ال� و�ش� س�

"Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja."

Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

�ت� } �ي أ �ة� ر� �ل �ي �ن الل �ي ل ج� ي ر� �ان �ي �ت ي أ ان ج� �خ�ر� ل�ى ف�أ ر�ض5 إ� ة5 أ �ا م�ق�د�س� �ق�ن �ط�ل �ى ف�ان ت �ا ح� �ن �ي �ت �ه�ر5 ع�ل�ى أ 5 من� ن ج�ل فيه د�م م ر� ق�ائ

�ه�ر و�س�ط و�ع�ل�ى ج�ل الن �ن� ر� �ي �ه ب �د�ي ة ي ار� �ل� حج� ق�ب� ج�ل� ف�أ �ذي الر� �ه�ر في ال ذ�ا الن اد� ف�إ ر�

� ج�ل� أ �ن� الر� ج� أ �خ�ر� م�ى ي ج�ل� ر� الر�

ر5 ح�ج� د�ه� فيه في ب �ث� ف�ر� ي �ان� ح� �م�ا ف�ج�ع�ل� ك �ل اء� ك ج� ج� �خ�ر� ي م�ى ل ح�ج�ر5 فيه في ر� جع� ب �ر� �م�ا ف�ي �ان� ك ه�ذ�ا م�ا ف�ق�ل�ت� ك�ذي ف�ق�ال� �ه� ال �ت ي

� أ �ه�ر في ر� �ا آكل� الن ب الر� }

"Tadi malam aku melihat dua orang lelaki, lalu keduanya mengajakku pergi ke sebuah tanah yang disucikan. Kamipun berangkat sehingga sampai ke satu sungai yang berair darah. Di situ terdapat seorang lelaki sedang berdiri. Di tengah sungai terdapat seorang lelaki lain yang menaruh batu di hadapannya. Ia menghadap ke arah lelaki yang ada di sungai. Kalau lelaki di sungai itu mau keluar, ia melemparnya dengan batu sehingga terpaksa lelaki itu kembali ke dalam sungai darah. Demikianlah seterusnya setiap kali lelaki itu hendak keluar, lelaki yang di pinggir sungai melempar batu ke mulutnya sehingga ia terpaksa kembali lagi seperti semula. Aku bertanya: "Apa ini?" Salah seorang lelaki yang bersamaku menjawab: "Yang engkau lihat dalam sungai darah itu adalah pemakan riba."

Ijma’ yang Mengharamkan Riba

Kaum muslimin seluruhnya telah bersepakat bahwa asal dari riba adalah diharamkan, terutama sekali riba pinjaman atau hutang. Bahkan mereka telah berkonsensus dalam hal itu pada setiap masa dan tempat. Para ulama Ahli Fikih seluruh madzhab telah menukil ijma’ tersebut. Memang ada perbedaan pendapat tentang sebagian bentuk aplikasinya, apakah termasuk riba atau tidak dari segi praktisnya, namun tidak bertentangan dengan asal ijma’ yang telah diputuskan dalam persoalan itu.

Ijma’ akan pengharamannya dinukilkan Ibnu Hazm dalam Maratib Al Ijma’ hal 103, Ibnu Rusyd dalam Al Muqaddimah wal Mumahadah 2/8, Al Mawardi dalam Al Haawi Al Kabir 5/74, An Nawawi dalam Al Majmu’ Syarhul Muhadzab 9/391, dan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al fatawa 29/419. Pengharaman

Page 17: BAHAN ekonomi Syariah

Riba tidak terbatas hanya pada syari’at Islam bahkan juga ada dalam syari’at agama sebelumnya.

Balasan Pemakan Riba

Imam Al Sarkhosi menyampaikan 5 balasan dan hukuman bagi pemakan riba yang ada dalam ayat-ayat ini (Al Baqarah: 275-279) yaitu : 1. Kesurupan, (QS. Al Baqarah: 275); 2. Dihapus (Barokahnya), (QS. Al Baqarah: 276); 3. Kufur, (QS. Al Baqarah: 276); 4. Kekal di Neraka. (QS. Al Baqarah: 275); 5. Allah Ta’ala memerangi pemakan riba. (QS. Al Baqarah: 278-279).

Syari’ah vs konvensional — Presentation Transcript

1. Bank Syari’ah VS Bank Konvensional Nama : Khoirunisa Kesuma Dhani NIM : 20080420014

2. Perbedaan cara perhitungannya BANK SYARI’AH Prinsipnya bagi Hasil : Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

3. BANK KONVENSIONAL Sistim Bunga : Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik

4. Kelemahan dan Kebaikan dari Bank Syari’ah dan Bank Konvensional 5. BANK KONVENSIONAL Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana

(deposan) adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah). Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga perantara saja Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang

6. BANK SYARI’AH Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam Bank syariah menempatkan

Page 18: BAHAN ekonomi Syariah

karakter/sikap baik nasabah maupun pengelola ank pada posisi yang sangat penting dan menmpatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank syariah