skripsi -...

32
i SKRIPSI AMALIA CHOIRUNNISA’ PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS) (Penelitian di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2017

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

i

SKRIPSI

AMALIA CHOIRUNNISA’

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN

GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)

(Penelitian di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017

Page 2: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

ii

Page 3: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

ii

Page 4: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Sang Semesta Alam berkat

rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN GUILLAIN

BARRE SYNDROME (GBS) (Penelitian di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang)

untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program

Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai

pihak yang memberikan bantuan, bimbingan serta doa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Kedua orang tua saya H. Syuhada’ dan Hj. Marsiti yang telah

memberikan semangat, nasehat, dukungan moral dan materi secara

langsung maupun tidak langsung, serta yang paling utama adalah doa

yang berlimpah sehingga saya dapat menjalani studi farmasi dengan

baik.

3. Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep., Sp.Kep. MB selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Ibu Dian Ermawati, M.Farm., Apt selaku Kepala Program Studi

Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Bapak Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., MP selaku Dosen Wali. Terima

kasih banyak atas arahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.

6. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt selaku Dosen Pembimbing I

yang dengan sabar dan tiada hentinya memberikan arahan, nasehat serta

motivasi penulis saat bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si. Apt., Sp.FRS selaku Dosen

Pembimbing II, disela kesibukan Ibu yang padat masih bisa

Page 5: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

iv

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta

dorongan moril hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS, selaku Dosen Penguji I, ibu

Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt dan ibu Dian Ermawati, M.Farm.,

Apt selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dan

masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

9. Direktur RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang beserta jajarannya yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

skripsi di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.

10. Bapak Jainuri Erik Pratama, M.Farm.Klin., Apt selaku Pembimbing III,

disela kesibukannya membimbing, memberi nasehat dan masukan saya

dalam proses penelitian dan pengerjaan skripsi selama di RSUD. Dr.

Saiful Anwar Malang

11. Staff pegawai Diklit dan RMK RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang yang

banyak membantu selama proses pengambilan dan pengumpulan data

skripsi.

12. Seluruh Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan

mengajarkan saya ilmu yang berharga dan bermanfaat selama saya

mengikuti program sarjana.

13. Semua Staf Tata Usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak

membantu selama proses perkuliahan dan kelengkapan administrasi

penulis.

14. Semua Staf Laboratorium Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu

kemudahan serta bantuan selama proses praktikum saat penulis

menjalankan perkuliahan.

15. Untuk ketiga kakakku Esa Dia, Shafar Dana dan Fakhrur Rizqi terima

kasih telah memberikan dukungan sebagai saudara serta keluarga besar

Bani Oemar Mansyur, terima kasih telah memberikan dukungan serta

doa agar penulis diberi kelancaran dan kemudahan selama ini.

Page 6: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

v

16. Teman skrispsi klinis seperjuangan GBS, yakni Aulia Rahmi, Devi

Retno, dan Ivana Rambu terima kasih atas kebersamaan, bantuan,

motivasi semangat, tukar pikiran serta kerja samanya selama ini

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

17. Teman-teman Farmasi UMM angkatan 2013 atas dukungan dan

bantuan selama ada di bangku perkuliahan. Dan teman-teman yang ada

di Farmasi E 2013 “EXOPEC” kalian tak tergantikan dan terima kasih

untuk menjadi teman sejawat yang pertama kali sejak penulis belajar di

studi ini.

18. Teruntuk teman sejawat terbaikku Najla, Afi, Zila, Auli, Endah, Vike,

Yaya, Raisa dan Ira yang selama ini saling memberikan dukungan,

semangat dan canda tawa hingga saat ini. Semoga kita sukses bareng

menjadi Apoteker yang amanah. See you on top, guys!

19. Teman-teman “Totality Pioneer” angkatan 2012 para alumni PMDG

Putri III atas doa dan dukungan dalam menyelesaikan naskah skripsi ini

serta kenangan yang tak akan terlupakan selama perjuangan bersama

yang menjadi motivasi dalam menuntut ilmu yang lebih tinggi.

20. Untuk beberapa pihak yang belum sempat disebutkan satu persatu

namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas bantuan, dukungan, serta doa kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

Dukungan dan jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian

ini, penulis tidak mampu membalasnya dengan apapun. Semoga amal baik semua

pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, 7 September 2017

Penyusun

(Amalia Choirunnisa’)

Page 7: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

vi

RINGKASAN

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN

GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)

(Penelitian di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang)

Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan suatu penyakit neuropati pada

saraf perifer yang terjadi secara akut. Penyakit ini merupakan autoimun yang

penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun dari beberapa kejadian dapat

dipicu oleh infeksi pencetus, pada umumnya infeksi gastrointestinal dan

pernafasan. Pada penyakit autoimun, respon imun ini terkacaukan dan sistem

imun menyerang sel tubuh yang normal, dalam hal ini sel saraf perifer. Secara

imunobiologi, ada empat faktor yang mengendalikan proses ini yaitu adanya

antibodi antigangliosida pada saraf perifer, kemiripan molekular antara lipo-

oligosakarida (LOS) dengan karbohidrat gangliosida dan reaksi silang, aktivasi

komplemen, serta adanya faktor host. Akibatnya terjadi kerusakan saraf perifer

yaitu demielinasi dan degenarasi aksonal primer dan dapat berlanjut pada

neuropati. GBS termasuk penyakit langka dan jarang terjadi, hanya 1 atau 2 kasus

per 100.000 populasi di dunia tiap tahunnya dan penyakit ini terjadi sepanjang

tahun serta dapat menyerang berbagai usia dan genetik. Insiden terjadinya di

Indonesia menurut Perdossi, pada akhir tahun 2010-2011 tercatat 48 kasus GBS

dalam 1 tahun dengan berbagai variannya. Dibandingkan tahun sebelumnya

memang terjadi peningktana sekitar 10%.

GBS merupakan penyakit autoimun, sehingga dapat diatasi dengan

pemberian imunoterapi yang efektif mengurangi kerusakan saraf, mengurangi

progresivitas penyakit, dan memepercepat pemulihan keadaan pasien. Imunoterapi

yang dapat diberikan, yaitu IVIG (intravena imunoglobulin), PE (Plasma

Exchange) dan kortkosteroid. IVIG bekerja dengan menetralkan antibodi

patogenik dan menghambat aktivasi komplemen autoantibodi serta berperan

mengeblok reseptor makrofag dan menekan mediator inflamasi, PE bekerja

dengan cara menghilangkan antibodi secara non-spesifik dan komplemen,

sedangkan kortikosteroid bekerja sebagai imunosupresan dengan cara

menghambat sitokin pada sistem imun. Selain imunoterapi, pasien GBS dapat

diberikan terapi suportif (simptomatis-komplikatif) terhadap gejala-gejala atau

komplikasi lain yang mungkin dapat timbul pada pasien selama masa terapi,

antara lain kelemahan otot dan kelumpuhan motorik, disautonomia,

neuromuscular respiratory failure, rasa nyeri dan infeksi nosokomial. Terapi

simptomatis seperti analgesik dan neurotropik. Analgesik digunakan untuk

mengatasi rasa nyeri pada pasien GBS seperti aspirin, asetaminofen, analgesik

opioid, gabapentin, karbamazepin, dan lain-lain. Neurotropik diharapkan dapat

meminimalkan kerusakan saraf selama fase penyakit mendukung perbaikan saraf/

regenerasi akson selama fase pemulihan GBS. Terapi komplikasi seperti antibiotik

pada pasien GBS juga diperlukan sebagai terapi infeksi nosokomial karena pasti

akan terjadi, khususnya pasien GBS yang dirawat di ICU dalam jangka waktu

yang lama serta penggunaan alat kesehatan. Terapi suportif lain yang dapat

diberikan yaitu dengan fisioterapi, hal ini sangat membantu dalam melatih gerak

otot, koordinasi saraf agar kembali normal serta dapat meningkatkan progresivitas

kesembuhan pasien dalam masa pemulihan. Pada pasien yang mengalami

Page 8: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

vii

gangguan respiratorik akan membutuhkan bantuan ventilasi mekanis (mechanical

ventilation), bahkan pemakaian intubasi pada kondisi yang berat.

Dari penelitian ini diharapkan menjawab dari permsalahan dan tujuan dari

penelitian ini yaitu mengetahui profil penggunaan obat pada pasien Guillain Barre

Syndrome (GBS) di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.

Penelitian ini bersifat observasional karena peneliti tidak memberikan

perlakuan terhadap pasien. Data penelitian bersifat sekunder karena peneliti

mencatat data Rekam Medik Kesehatan (RMK) pasien yang telah dicatat oleh

Petugas Medis Rumah Sakit. Penilitian ini dijabarkan secara Deskriptif dengan

pengambilan data Crossectional (pengambilan data pada suatu kurun waktu).

Kriteria inklusi meliputi semua RMK pasien rawat inap dengan diagnosa GBS

yang mendapat terapi berbagai obat baik yang bersifat kausatif maupun

simptomatis di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Pencatatan yang dilakukan

meliputi: data administrasi, data klinik, data laboratorium, dan profil pengobatan

pasien. Dari pencatatan tersebut data akan dideskripsikan profil penggunaan obat

pada pasien GBS . Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.

Dari hasil penelitian didapatkan 14 RMK pasien, dan semuanya masuk ke

dalam kriteria inklusi karena mendapatkan terapi kausatif maupun simptomatis,

dimana pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 pasien dengan presentase

50% dan perempuan sama banyak yaitu 7 pasien dengan presentase 50%. Usia

pasien GBS paling banyak adalah 21-30 tahun yaitu 36%. Status penjamin pasien

umum yaitu 5 pasien (36%) dan pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)

sebanyak 9 pasien (64%). Diagnosa penyerta dapat dikelompokkan ke dalam

beberapa kategori penyakit, diagnosa penyerta tersering yaitu Pneumonia

sebanyak 3 pasien (16%), disusul dengan ISK (Infeksi Saluran Kencing) sebanyak

2 pasien (6%), Hiponatrium sebanyak 2 pasien (6%), dan Increase Transaminase

sebanyak 2 pasien (6%). Profil penggunaan obat pada pasien GBS paling banyak

digunakan adalah imunoterapi dan neurotropik sebanyak 12 pasien (21%),

analgesik sebanyak 11 pasien (20%) serta antibiotik sebanyak 7 pasien (13%).

Profil penggunaan obat berdasarkan golongan obat, paling banyak digunakan

adalah antibiotik sebanyak 30 pasien (15%), imunoterapi sebanyak 24 pasien

(13%), neurotropik sebanyak 21 pasien (11%) dan analgesik sebanyak 21 pasien

(11%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi yang banyak digunakan pada

pasien GBS adalah terapi spesifik/etiologis berupa imunoterapi sebanyak 12

pasien (21%) dan terapi suportif (simptomatis) berupa neurotropik sebanyak 12

pasien (21%) dan analgesik sebanyak 11 pasien (20%), serta terapi komplikatif

berupa antibiotik sebanyak 7 pasien (13%). Penggunaan imunoterapi paling

banyak pada pasien adalah Metilprednisolon (3x2,5 mg – 3x75 mg) IV sebanyak

13 pasien (47%), penggunaan analgesik paling banyak pada pasien adalah

Metamizol (3x1g) IV sebanyak 6 pasien (29%), penggunaan neurotropik paling

banyak pada pasien adalah Mecobalamin (3x500μg) PO sebanyak 4 pasien (18%),

dan penggunaan antibiotik paling banyak pada pasien adalah Ceftriaxon (2x1g) IV

sebanyak 3 pasien (10%).

Page 9: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

viii

ABSTRAK

PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN

GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)

(Penelitian di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang)

Amalia Choirunnisa’(1)

Didik Hasmono(1)

, Hidajah Rachmawati(2)

, Jainuri Erik Pratama(3)

Latar Belakang : Guillain Barre Syndrome (GBS) atau Acute Inflammatory

Demyelinating Syndrome (AIDP) merupakan suatu penyakit autoimun pada

susunan sistem saraf yang terjadi secara akut dan menyeluruh terutama mengenai

radiks dan saraf tepi yang biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran

pencernaan dan infeksi saluran pernafasan atas. Penggunaan obat pada pasien

GBS dibagi menjadi 2, yaitu sebagai terapi spesifik/ kausatif berupa imunoterapi

(IVIG, PE, dan Kortikosteroid) dan sebagai terapi suportif (simptomatis-

komplikatif), simptomatis yaitu analgesik dan neurotropik sedangkan komplikatif

yaitu antibiotik dan golongan lainnya.

Tujuan : Untuk mengetahui profil penggunaan obat pada pasien Guillain Barre

Syndrome (GBS) di Instalansi Rawat Inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.

Metode : Penelitian ini bersifat Observasional dengan pengambilan sampel

sekunder dan studi retrospektif pada pasien Guillain Barre Syndrome (GBS) pada

periode 1 Januari 2016-31 Desember 2016.

Hasil & Kesimpulan : Profil penggunaan obat pada pasien GBS paling banyak

digunakan adalah terapi spesifik/etiologis berupa imunoterapi sebanyak 12 pasien

(21%) dan terapi suportif (simptomatis) berupa neurotropik sebanyak 12 pasien

(21%) dan analgesik sebanyak 11 pasien (20%), serta terapi komplikatif berupa

antibiotik sebanyak 7 pasien (13%). Penggunaan imunoterapi paling banyak pada

pasien adalah Metilprednisolon (3x2,5 mg – 3x75 mg) IV sebanyak 13 pasien

(47%), penggunaan analgesik paling banyak pada pasien adalah Metamizol (3x1g)

IV sebanyak 6 pasien (29%), penggunaan neurotropik paling banyak pada pasien

adalah Mecobalamin (3x500μg) PO sebanyak 4 pasien (18%), dan penggunaan

antibiotik paling banyak pada pasien adalah Ceftriaxon (2x1g) IV sebanyak 3

pasien (10%).

Kata kunci : GBS, Imunoterapi, Neurotropik, Analgesik, Antibiotik

Page 10: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

ix

ABSTRACK

THE PROFILE OF DRUG USE IN

GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS) PATIENTS

(Research in RSUD dr. Saiful Anwar Malang)

Amalia Choirunnisa’(1)

Didik Hasmono(2)

, Hidajah Rachmawati(1)

, Jainuri Erik Pratama(3)

Department of Pharmacy, Faculty of Health Sciences, University of

Muhammadiyah Malang(1)

Faculty of Pharmacy, Airlangga University(2)

Background : Guillain Barre Syndrome (GBS) or Acute Inflammatory

Demyelinating Syndrome (AIDP) is an autoimmune disease in the arrangement of

the nervous system which is happen acutely and spread all over especially about

radical and peripheral nerves usually preceded by gastrointestinal tract infections

and upper respiratory tract infections. The uses of drug in GBS patients divided

into piece are as spesific/causative theraphy immunotherapy (IVIG, PE, and

Corticosteroids) and as supportive (symptomatic-complication), symptomatic are

analgesic and nootropic while complication is antibiotic and the others

Objectives : This study is aims to know the profile of drug use in Guillain Barre

Syndrome (GBS) patients in RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Methodes : This study was an observational with secondary sampling and

retrospective studies in Guillain Barre Syndrome (GBS) patients in the periode 1

January 2016-31 December 2016

Result and Conclusion : The profile of drug use in GBS patients the most widely

use are spesific/ etiology therapy is immunotherapy as 12 patients (21%) and

supportive therapy (simptomps) is nootropic as 12 (21%) patients and analgesic as

11 patients (20%) and antibiotic as 7 patients (13%). The most widely use of

immunotherapy is Metilprednisolon with dose among (3x2,5 mg – 3x75 mg) IV

as 13 patients (47%), analgesic is Metamizol with dose 3x1g IV as 6 patients

(29%), nootropic is Mecobalamin with dose 3x500 μg PO as 4 patients (18%) and

antibiotic is Ceftriaxon with dose 2x1g IV as 3 patients (10%).

Keyword: GBS, Immunotheraphy, Nootropic, Analgesic, Antibiotic

Page 11: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAH ....................................................................................... ii

LEMBAR PENGUJIAN ..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

RINGKASAN ..................................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4

1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 4

1.4.2 Bagi Rumah Sakit ............................................................................... 4

1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1 Anatomi Sistem Saraf ................................................................................. 5

2.1.1 Definisi Sistem Saraf ......................................................................... 5

2.1.2 Susunan Sistem Saraf ........................................................................ 6

2.1.3 Sel-sel pada Sistem Saraf ................................................................ 10

2.1.4 Regenerasi Neuron .......................................................................... 15

2.2 Sistem Imunitas Tubuh ............................................................................. 16

2.2.1 Respon Imun Terhadap Infeksi Secara Umum .................................. 18

2.3 Guillain Barré Syndrome (GBS) .............................................................. 19

2.3.1 Definisi GBS ...................................................................................... 19

2.3.2 Epidemiologi GBS ............................................................................. 20

Page 12: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xi

2.3.3 Etiologi GBS ...................................................................................... 21

2.3.4 Patofisiologi GBS .............................................................................. 24

2.3.5 Klasifikasi GBS ................................................................................. 28

2.3.6 Manifestasi Klinik GBS ..................................................................... 31

2.3.7 Komplikasi GBS ................................................................................ 36

2.3.8 Diagnosa GBS ................................................................................... 43

2.3.9 Tingkatan Klinik GBS ....................................................................... 45

2.3.10 Penatalaksanaan GBS ...................................................................... 48

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ......................................................... 102

3.1 Skema Kerangka Konseptual Profil Penggunaan Obat pada Pasien

Guillain-Barre Syndrome (GBS) ............................................................. 102

3.3 Skema Kerangka Opersional Profil Penggunaan Obat pada Pasien

Guillain-Barré Syndrome (GBS) ............................................................. 103

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 104

4.1 Metode Penelitian .................................................................................... 104

4.2 Populasi Penelitian .................................................................................. 104

4.3 Sampel Penelitian .................................................................................... 104

4.4 Kriteria inklusi dan Eksklusi .................................................................. 104

4.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................. 104

4.3.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 104

4.4 Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 105

4.5 Tempat Penelitian .................................................................................... 105

4.6 Waktu Penelitian ..................................................................................... 105

4.7 Instrumen Penelitian ................................................................................ 105

4.8 Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 105

4.9 Definisi Operasional ................................................................................ 106

4.10 Analisa Data .......................................................................................... 107

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 108

5.1 Data Demografi Pasien GBS ................................................................... 109

5.1.1 Jenis Kelamin Pasien ....................................................................... 109

5.1.2 Usia Pasien GBS .............................................................................. 109

5.1.3 Status Penjamin Pasien GBS ........................................................... 109

Page 13: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xii

5.2 Kondisi (Faktor Pencetus) Pasien GBS ................................................... 110

5.3 Gejala Pasien GBS .................................................................................. 110

5.4 Tipe GBS (Guillain Barre Syndrome) Pasien GBS ................................. 111

5.5 Diagnosa Penyerta pada Pasien GBS ...................................................... 111

5.6 Profil Penggunaan Obat pada Pasien GBS .............................................. 112

5.5.1 Penggunaan Imunoterapi Pada Pasien GBS .................................... 113

5.5.2 Penggunaan Analgesik Pada Pasien GBS ........................................ 115

5.5.3 Penggunaan Neurotropik dan Neuroprotektan pada Pasien GBS .....116

5.5.4 Penggunaan Antibiotik pada Pasien GBS ........................................ 118

5.5.5 Penggunaan Golongan Terapi Lain Pada Pasien GBS .................... 120

5.7 Lama Perawatan Pasien GBS .................................................................. 123

5.8 Kondisi dan keterangan keluar rumah sakit (KRS) pasien GBS ............. 124

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 125

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 140

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 141

LAMPIRAN ...................................................................................................... 152

Page 14: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Perbedaan Lesi LMN dan UMN............................................................... 16

II.2 Subtipe GBS dan antibodi antigangliosida yang terlibat ......................... 26

II.3 Gambaran patologis dan klinis subtipe GBS ...........................................32

II.4 Skala disabilitas pasien GBS ....................................................................48

II.5 Peranan aktivitas relatif hormon kortikosteroid ......................................... 60

II.6 Interaksi Piridoksin ..................................................................................... 76

II.7 Substituen Vitamin B12 .............................................................................. 78

V.1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien GBS ....................................................... 109

V.2 Distribusi Usia Pasien GBS ...................................................................... 109

V.3 Distribusi Status Penjamin Pasien GBS .................................................... 109

V.4 Distribusi Kondisi (Faktor Pencetus) Pasien GBS .................................... 110

V.5 Distribusi Gejala (Manifestasi Klinis) Pasien GBS .................................. 111

V.6 Distribusi Tipe GBS Pasien GBS .............................................................. 111

V.7 Distribusi Diagnosa Penyerta pada Pasien GBS ....................................... 112

V.8 Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien GBS ............................... 112

V.9 Distribusi Profil Penggunaan Obat Pada Pasien GBS (golongan terapi) .. 113

V.10 Distribusi Profil Penggunaan Imunoterapi Pada Tiap Pasien GBS .......... 113

V.11 Distribusi Penggunaan Imunoterapi Pada Pasien GBS ............................. 114

V.12 Distribusi Profil Penggunaan Analgesik Pada Tiap Pasien GBS .............. 115

V.13 Distribusi Penggunaan Analgesik pada Pasien GBS ................................ 116

V.14 Distribusi Profil Penggunaan Neurotropik Pada Tiap Pasien .................. 117

V.15 Distribusi Penggunaan Neurotropik pada Pasien GBS ............................ 117

V.16 Distribusi Penggunaan Neuroprotektan pada Pasien GBS ....................... 118

V.17 Distribusi Profil Penggunaan Neuroprotektan Pada Tiap Pasien GBS ... 118

V.18 Distribusi Profil Penggunaan Antibiotik Tiap Pasien GBS ..................... 118

V.19 Distribusi Penggunaan Antibiotik pada Pasien GBS ............................... 119

V.20 Distribusi Penggunaan Acid Supression pada Pasien GBS ...................... 120

V.21 Distribusi Penggunaan Bronkodilator-Bronkospasme pada Pasien GBS 121

V.22 Distribusi Penggunaan Obat Batuk-Pilek pada Pasien GBS ................... 121

Page 15: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xiv

V.23 Distribusi Penggunaan Laksatif pada Pasien GBS .................................. 122

V.24 Distribusi Penggunaan Obat Lainnya pada Pasien GBS ......................... 122

V.25 Distribusi Lama Perawatan Pasien GBS.................................................. 124

V.26 Distribusi pasien GBS berdasarkan kondisi dan keterangan KRS Pasien

GBS ........................................................................................................ 124

Page 16: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Fungsional Sistem Saraf 5

2.2 Sususnan Saraf Manusia 6

2.3 Bagian-Bagian Otak 7

2.4 Bagian Area Medula Spinalis 8

2.5 Distribusi Saraf Kranial 9

2.6 Saraf Spinalis (31 Pasang) Beserta Nama Dan Letaknya 9

2.7 Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik) 10

2.8 Struktur Neuron 11

2.9 Selubung Mielin Normal Dan Selubung Mielin Pada GBS 13

2.10 Bagian Neuron Dan Neuroglia 13

2.11 Imunobiologi Dalam Perjalanan Penyakit Gbs 27

2.12 AIDP Dan AMAN Yang Disebabkan Pasca Infeksi Akibat C Jejuni 29

2.13 Perbedaan Kondisi Normal Saraf Motorik dengan AIDP Antara AMAN

dan AMSAN 30

2.14 Skema Patogenesis HAP dan VAP 39

2.15 Skema Penatalaksanaan HAP dan VAP 42

2.16 Mekanisme Kerja Glukokortikoid 58

2.17 Efek Glukokortikoid Pada Sistem Sel Imun 59

2.18 Skturtur Metilprednisolon 60

2.19 Struktur Prednison 61

2.20 Struktur Deksametason 61

2.21 Struktur Azatioprin 63

2.22 Struktur Siklosporin 64

2.23 Struktur Tiamin 70

2.24 Struktur Piridoksin Dan Variannya 74

2.25 Struktur Cobalamin 78

2.26 Manifestasi Neurologi Dari Defisiensi Vitamin B12 83

5.1 Skema Inklusi Dan Eksklusi Penelitian Profil Penggunaan Obat

Pada Pasien GBS 108

Page 17: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup 152

2 Surat Pernyataan 153

3 Surat Kelaikan Etik 154

4 Lembar Pengumpulan Data Pasien GBS 155

5 Tabel Data Induk Pasien GBS 245

Page 18: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AIDP : Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy

AIIP : Acute Inflammatory Idiophatic Polineuropathy

AMAN : Acute Motor Axonal Neuropathy

AMSAN : Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy

BM : Berat Molekul

BUN : blood urea nitrogen

CMV : Cylomegalovirus

CSF : Cerebro-Spinalis Fluid = CSS: Cairan Serebro-Spinalis

CT Scan : computerized tomography scanner

Da : Dalton

DMK : Dokumentasi Medik Kesehatan

DUS : Drug Utilization Study

EMG : Elekromiografi

g/ dl : gram per desiliter

GBS : Guillain Barré Syndrome

HAP : hospital-acquired pneumoniae

IgIV : Imunoglobulin Intravena

KRS : Keluar Rumah Sakit

LDP : Lembar Pengumpulan Data

LMN : lower motor neuron

LP : Lumbal pungsi

LOS : Lipo-oligosakarida

MAC : Membran Attack Complex

MFS : Miler Fisher Syndrome

mEq/L : miliekuivalen/ liter

mg/kg BB : miligram per kilogram berat badan

mg/dl : miligram per desiliter

ml : mililiter

mmHg : milimeter merkuri

MMR : Mumps, Measless, and Rubella

MRI : Magnetic Resonance Imaging

Page 19: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

xviii

MRS : Masuk Rumah Sakit

mm3 : milimeter kubik

NCS : Nerve Conduction Studies

RMK : Rekam Medik Kesehatan

PE : Plasma Exchange

SMF : Staff Medik Fungsional

SNPs : Single-nucleotide polymorphisms

SSP : Sistem Saraf Pusat

SST : Sistem Saraf Tepi

SSS : Sistem Saraf Somatik

SSO : Sistem Saraf Otonom

UMN : upper motor neuron

VAP : ventilator-associated pneumoniae

Page 20: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

141

DAFTAR PUSTAKA

AAN. 2012. Summary of Evidence-based Guideline for Patients and their

Families. Chicago. p.1-2.

Aggarwal A.N., Gupta, D., Lal, V., Bahera, D., Jindai, S.K., Prabhakar, S. 2003.

Ventilatory management of respiratory failure in patients with severe

Guillain Barre Syndrome. Neurology India, Vol.51: No.2, p. 203-205.

Ahadinarahma. 2014. Guillain Barre Syndrome. Rumah Sakit Angkatan Laut.

Surabaya. hal:1-4. http://www.docstoc.com/docs/110158954/Guillain-

Barre-syndrome-RSAL-Ahadinarahmah. diakses pada tanggal 1 Desember

2016

Alvarado, A.M. and Navarro, S.A., 2016. Complex B vitamins: Physiology and

Therapeutic Effect on Pain. American Journal of Pharmacological

Sciences, 4(2), pp.20-27.

Andary, M.T., Oleszek, J.L., Maureleus, K., and Mc-Crimmon, R.Y., 2016.

Guillain Barre Syndrome. http://emedicine.medscape.com/article/315632-

overview diakses tanggal 10 Desember 2016.

Anonim,

http://www.enchantedlearning.com/subjects/anatomy/brain/Neuron.shtml.

diakses pada tanggal 20 Desember 2016.

Azim, A., Singhal, S., Baronia A. K., Gurjar, M., Poddar, B., Singh, R. K., 2013.

Outcome of Mechanical Ventilation in Patients of Guillain -Barre Syndrome

: An Audit from A Tertiary Care Centre. Sahel Medical Journal, Vol. 16

Issue 2, p. 48-51.

Aziz, A. Latief., 2011. Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Divisi Gawat

Darurat Lab/SMF Kesehatan Anak. FK Unair. RSUD dr.Sutomo. Surabaya.

http://www.unpad.ac.id/dzakia/files/2011/06/kortiko.pdf diakses tanggal 12

Januari 2017.

Bahrudin, M., 2012. Neuroanatomi dan Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. Edisi

Pertama, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang Press, hal 5-26.

Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis. Edisi Pertama, Malang, Universitas

Muhammadiyah Malang Press, hal 53-55.

Baumann, T.J., and Stricland, J. In: Dipiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke,

G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds). 2008. Pharmacotherapy: A

Pathophysiologic Approach, Seventh Edition. New York: The McGraw-

Hill Companies, Inc. p.511-528

Baxter, Karen., et al. Eds. 2010. Stockley's Drug Interaction. Ninth Edition.

London. Pharmaceutical Press. p. 138-139; 328-329; and 628-629.

Page 21: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

142

Berger, M., Mc Callus, D.E. & Lin, C.S.Y., 2013. Rapid and reversible responses

to IVIG in autoimmune neuromuscular diseases suggest mechanisms of

action involving competition with functionally important autoantibodies.

Journal of the Peripheral Nervous System, 18(4), hal.275–296.

Bhagat, H., Dash, H.H., Chauhan, R.S., Khanna, P. and Bithal, P.K., 2014.

Intensive care management of Guillain-Barre syndrome: A retrospective

outcome study and review of literature. Journal of Neuroanaesthesiology

and Critical Care, 1(3), p.188.

Budihardja D. Guillain-Barre Syndrome. 2012.

http://www.docstoc.com/docs/110158954/Anak-RSAL-Guillain-Barre-

syndrome-Debby-Budihardja. diakses pada tanggal 1 Desember 2016

Buraga, Ioan., Martin, R.E., Dobrescu, Adrian., and Buraga, Ioana. 2013. Clinical

Response to Intravenous Immunoglobulin in Acute Inflammatory

Demyelinating Polyradiculoneuropathy. FARMACIA, Vol. 61 No. 5, p.

957-964

Burmester, G.R., Pezzutto, A., Ulrichs, T., and Alrich, A., 2003. Color Atlas of

Immunology. Georg Thieme Verlag. Stutgart, Germany. P.236-237

van den Berg, B. et al., 2014. Guillain–Barré syndrome: pathogenesis, diagnosis,

treatment and prognosis. Nature Reviews Neurology, 10(8), hal.469–482.

Burns, T.M., 2008. Guillain-Barre Syndrome. Seminars in Neurology, 28(2),

hal.152–167.

Brunton, Laurence L., Chabner, Bruce A. and Knollmann, Björn C. 2011.

Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics,

Twelfth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies,

Inc

Chambers, H. F. Eds. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik, 10th Ed. Jakarta:

EGC, p. 748-795.

Chumaidah A.N. 2013. Neurologi.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/neurologi/2013.pdf. diakses tanggal

20 Januari 2017.

Czock et al. 2005. Pharmacokinetis and Pharmacodynamics of Systematically

Administered Glucocorticoids. Clinical Pharmacokinetic 44 (1): 61-98

Dalakas, B.M.C., 2010. Update on the Clinical Use and Mechanisms of Action of

IVIG in the Treatment of Autoimmune Neurological Disorders. National

Home Infusion Association

Dash, S. et al., 2014. Pathophysiology and diagnosis of Guillain – Barre syndrome

– challenges and needs. International Journal of Neuroscience, hal.1–6.

Page 22: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

143

Departemen Kesehatan. 2011. Guillain Barre Syndrome.

http://www.depkes.go.id/article/print/1628/guillain-barre-sindrome.html.

diakses tanggal 28 November 2016

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman

Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta : Kemenkes RI.

Dewanto, George, Suwono, Wita J., Riytanto, Budi, Turana, Yuda. 2007.

Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dewoto, Hedi R. 2007. Vitamin dan Mineral. In: Gunawan, Sulistia G., Setiabudy

Rianto, Nafrialdi, dan Elysabeth (Eds.). Farmakologi dan Terapi edisi 5.

Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran-

Universitas Indonesia, hal. 769-793.

Dewoto, H.R. dan Wardhini, S., 2007. Antianemia defisiensi dan

eritropoietin. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi kelima. Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Percetakan Gaya Baru, Jakarta, pp.800-2.

Dhadke, S.V. et al., 2013. Clinical Profile of Guillain Barre Syndrome. ,

61(march), hal.168–172.

Dimachkie, M.M., and Barohn, R.J. 2013.Guillain-Barré syndrome and

variants. Neurologic clinics, 31(2), 491-510.

van Doorn, P.A., 2013. Diagnosis, treatment and prognosis of Guillain-Barré

syndrome (GBS). La Presse Médicale, 42(6), hal.193–201.

van Doorn, P.A., Ruts, L. & Jacobs, B.C., 2008. Clinical features, pathogenesis,

and treatment of Guillain-Barré syndrome. The Lancet Neurology, 7(10),

hal.939–950.

Drug Information Handbook 17th

Ed. 2008-2009. American Pharmacist

Association. Lexi Drug's. p.3756-3766.

E-katalog. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan. 2016.

https://e-katalog.lkpp.go.id/backend/katalog/list_produk/imunoglobulin-

intravena. diakses tanggal 20 Januari 2017.

Elovaara, I., et al., 2008. EFNS guidelines for the use of Intravenous

Immunoglobulin in treatment of neurological disease. Europan Journal of

Neurology, Vol.15, p. 838-854.

EL-Said, A.M., 2014. Emergent management of Guillain-Barré syndrome. Ain-

Shams Journal of Anaesthesiology, 7(2), p.88.

Emedicine Staff. Guillan-Barre Syndrome. 2009.

http://www.emedicinehealth.com/guillain-barre_syndrome/article_em.htm.

diakses tanggal 1 Desember 2016

Page 23: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

144

Expert Group on Vitamins and Minerals (EVM), Committee on Toxicity. 2003.

Safe Upper Levels for Vitamins and Minerals. London: Food Standards

Agency Publications.

Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi

Kontraksi Otot Rangka. http://library.usu.ac.id/download/fk/060001194.pdf

diakses tanggal 21 Oktober 2016.

Fishback, F.T., Dunning, M.B., 2004. Immunodiagnostic studies. In: A manual

of laboratory and diagnostic tests 7th

ed. Philadelphia. Lippincott. p.595-

99

Fish, M., & Llewelyn, G. 2008. The Guillain-Barré syndrome. ACNR (Advanced

in Clinical Neuroscience and Rehabilitation) ,Vol. 8. No.4, p.10-2.

Fletcher, S., 2005. Catheter-Related Bloodstream Infection. Continuing Education

in Anaesthesia, Critical Care & Pain, Vol. 5 No. 2, p. 49-51

Fokke, C., Van Den Berg, B., et al., 2014. Diagnosis of Guillain-Barre syndrome

and validation of Brighton criteria. Brain, 137(1), hal.33–43.

Fry, D.E., 2012. Sepsis, systemic inflammatory response, and multiple organ

dysfunction: the mystery continues. The American Surgeon, 78(1), pp.1-8.

Gunawan, SG., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. Eds. 2009. Farmakologi dan

Terapi. Edisi 5, hal. 664-731. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Gorson, K. C. (2012). An update on the management of chronic inflammatory

demyelinating polyneuropathy. Therapeutic advances in neurological

disorders, 5(6), 359-373.

Hakim, M. 2011. Sindroma Guillain-Barre. MEDICINUS Scientific Journal of

Pharmaceutical Development and Medical Application, 24 No 4 (Sindroma

Guillain-Barre), hal.8–16.

Harniza, Yulika. 2009. Pola Resistensi Bakteri yang Diisolasi dari Bangsal Bedah

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Pada Tahun

2003-2006. p. 4-27

Hartiningtyas. 2014. Studi Penggunaan Vitamin B1,B6 dan B12 pada pasien

Guillain-Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Hasdianah., Prima, D., Peristiowati, Y., Imam, S., 2014. Imunologi Diagnostik

dan Teknik Biologi Molekuler. Edisi ke-1, Yogyakarta: Nuha Medika, hal

25-45

Hughes, R.A.C., Wijdicks, E.F.M., Barohn, R., Benson, E., Cornblath, D.R.,

Hahn, A.F., and Stevens, J.C. 2003. Practice parameter: Immunotherapy for

Guillain–Barré syndrome Report of the Quality Standards Subcommittee of

the American Academy of Neurology. Neurology, Vol.61, No.6, p.736-740.

Page 24: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

145

Hughes, R.A., Wijdicks, E.F., Benson, E., Cornblath, D.R., Hahn, A.F.,

Meythaler, J. M., and Stevens, J. C. 2005. Supportive care for patients with

Guillain-Barré syndrome. Archives of neurology, Vol.62 No. 8, p. 1194-

1198.

Hughes, R.A. et al., 2007. Immunotherapy for Guillain-Barré syndrome: a

systematic review. Brain, 130(Pt 9), hal.2245–57.

Hughes, R.A. 2011. Give or take? Intravenous immunoglobulin or plasma

exchange for Guillain-Barré syndrome. Crit Care, 15(4), 174.

Hughes, R. A., & van Doorn, P. A. (2012). Corticosteroids for Guillain-Barré

syndrome. Cochrane Database of Systematic Reviews, 8(8).

Hughes, R. A., Brassington, R., Gunn, A. A., & van Doorn, P. A. (2016).

Corticosteroids for Guillain‐Barré syndrome. The Cochrane Library.

Hughes, R., Swan, A. & Van Doorn, P., 2012. Intravenous immunoglobulin for

Guillain-Barré syndrome (Review). Cochrane Database of Systematic

Reviews, (7).

Hughes, R., Swan, A. & van Doorn, P., 2014. Intravenous immunoglobulin for

Guillain-Barré syndrome. Cochrane Database of Systematic Reviews, (9),

hal.CD002063.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia,

Vol.48-2013 s/d 2014). Jakarta. PT ISFI. p.566-568.

Immune Deficiency Foundation. 2012. IDF Guide for Nurses: Immunoglobulin

Therapy for Primary Immunodeficiency Disease, 3rd edition. USA:

Immune Deficiency Foundation

Imran, Darma. 2012. Waspada Penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) &

Myasthenia Gravis (MG).Tabloid Kabar Sehat, Edisi 015. Tahun V, April-

Juni 2012, hal .4

Inawati. 2010. Sindroma Guillain Barre.

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/sindromaguillainbarre.pdf.

diakses tanggal 26 Desember 2016

Inayah, Novita H. 2014. Studi Penggunaan Obat Kortikosteroid pada pasien

Guillain-Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). 2014. Jakarta: BPOM RI, KOPER

POM dan CV SagungSeto. www.http://pionas.pom.go.id/ioni diakses

tanggal 12 Mei 2017

Israr, Y.A., Juraita dan Rahmat, 2009. Sindroma Guillain-Barre. http://www.files-

of-Drsmed.tk diakses pada tanggal 16 Desember 2016

Jain K. K., 2011. The Handbook of Neuroprotection. Springer: Humana Press.

Page 25: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

146

Japardi, Iskandar. 2002. Sindroma Guillain Barre.

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar-japardi-46.pdf diakses

pada tanggal 16 Oktober 2016

Jasti, A.K. et al., 2016. Expert Review of Clinical Immunology Guillain-Barré

syndrome : causes , immunopathogenic mechanisms and treatment. Expert

Review of Clinical Immunology, 12(11), hal.1175–1189.

Jurisdictional Blood Committee. 2012. Criteria for the Clinical Use of

Intravenous Immunoglobulin in Australia, 2nd Edition. Canberra:

Commonwealth of Australia.

Kaida, K., & Kusunoki, S. 2010. Antibodies to gangliosides and ganglioside

complexes in Guillain–Barré syndrome and Fisher syndrome: mini-

review. Journal of neuroimmunology, Vol.223, No.1, p.5-12.

Karnatovskaia, L. V., Festic, E. 2012. Sepsis: A Review for The

Neurohospitalist. The Neurohospitalist 2(4) : 144-153.

Katzung, B.G. ed., 2016. Basic & clinical pharmacology. McGraw-Hill Medical.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Ed.V. 2014.

Jakarta; Kemenkes RI. p.570-621.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.HK.02.02/ MENKES/ 523/

2015. Tentang Formularium Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta,

p.126, 132-133.

Khafinudin, Ahmad. 2012. Organ Pada Sistem Saraf.

http://khafinudin.files.wordpress.com/2012/03/sistem-saraf.pdf diakses

tanggal 21 Desember 2016

Koleba, T., and Ensom, M.H. 2006. Pharmacokinetics of intravenous

immunoglobulin: a systematic review. Pharmacotherapy: The Journal of

Human Pharmacology and Drug Therapy, Vol. 26 No.6, p. 813-827.

Kresno, S.B., 2013. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi

ke-5, Jakarta: Badan Penerbit FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia), hal 4-97, 364-386

Kroger, A.T and Strikas, R.A., 2014. General Recommendation for Vaccination

and Immunoprophylaxis. Centers for Disease Control and Prevention. p.1-

19.

Kuitwaard, et al. 2009. Pharmacokinetics of Intravenous Immunoglobulin: A

Sistematic Review. Pharmacotherapy, Vol. 26, No.6,p.813-827.

Kusuma, Gabriella K. 2013. Studi Penggunaan Obat pada pasien Guillain-

Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Page 26: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

147

Lacy, Charles F., Armstrong, Lora L., Goldman, Morton P., Lance, Leonard

L. 2003. Drug Information Handbook, 11th edition. Canada: Lexi-Comp,

Inc.

Lanello, Silvia. 2005.Guillain-Barre Syndrome: Pathological, Clinical, and

Therapeutical Aspects. Nova Biomedical Book. New York. p.1-30.

Leussink, V. I., Hartung, H.-P., Kieseier, B.C., & Stettner, M. 2016. Subcutaneous

immunoglobulins in the treatment of chronic immune-mediated

neuropathies. Therapeutic Advances in Neurological Disorders, Vol. 9,

No.4, p. 336–343.

Liu, Dora, et al.,2013. A Practical Guide to The Monitorinf and Management of

The Complications of Systemic Corticosteroid Therapy. Allergy, Astma &

Clinical Immunology Journals, Vol.30 No.9, p.1-25.

Lünemann, J.D., Nimmerjahn, F. & Dalakas, M.C., 2015. Intravenous

immunoglobulin in neurology--mode of action and clinical efficacy. Nature

reviews. Neurology, 11(2), hal.80–9.

Lunn, M. & Hughes, R., 2011. The Relationship between Cytomegalovirus

Infection and Guillain Barre Syndrome. , 52, hal.845–847.

Maddur, M.S. et al., 2014. Intravenous immunoglobulin exerts reciprocal

regulation of Th1/Th17 cells and regulatory T cells in Guillain-Barre

syndrome patients. Immunol Res, 60(2–3), hal.320–329.

Mardjono M. Sidharta P. 2000. Guillain–Barré syndrome. Dalam: Neurologi

Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;.p. 42, 87,176,421.

Masood, Sohail. 2012. Effectiveness of Intravenous Immunoglobulin (IVIG)

Therapy in Treatment Guidelines for Guillain Barre Syndrome.

http://www.kabafusion.com/IVIG-in-Treatment-of-GBS.html diakses pada

tanggal 12 Desember 2016.

McEvoy, Gerald K. 2002. AHFS Drug Information. Bethesda: American

Society of Health-System Pharmacists, p. 3535-3543

MEDIKA. 2014. Inovasi Baru Vitamin Neurotropik Untuk Atasi Neuropati.

Jurnal Kedokteran Indonesia. No.5 Vol.XI. 2014.

http://www.jurnalmedika.com/280-edisi-no-05-vol-xl-2014/kegiatan-

78729/353-inovasi-baru-vitamin-neurotropik-untuk-atasi-neuropati

Meena, a K., Khadilkar, S. V & Murthy, J.M.K., 2011. Treatment guidelines for

Guillain-Barré Syndrome. Annals of Indian Academy of Neurology,

14(Suppl 1), hal.S73-81.

Miller, Ariel, Korem, Maya, Almog, Ronit, and Galboiz, Yanina. 2005.

Vitamin B12, Demyelination, Remyelination, and Repair in Multiple

Sclerosis. Journal of the Neurological Sciences, Vol. 233, p. 93-97.

Page 27: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

148

Muid, M., 2005. Manifestasi Klinis dan Laboratorium Penderita Sindroma

Guillain Barre di Ruang Perawatan Anak RSU DR. Saiful Anwar Malang.

Jurnal Kedokteran Brawijaya, XXI(No.2), hal.90–97.

Munir, Badrul. 2015. Neurologi Dasar. Universitas Brawijaya Malang. Sagung

Seto. Jakarta. p.330-338.

Nelson, T., 2015.

http://activateanddominate.com/wpcontent/uploads/2015/09/parasympatheti

c.jpg. Diakses tanggal 20 Desember 2016.

Nugroho. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf.

http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/ANATOMI-FISIOLOGI-

SISTEM-SARAF.pdf diakses tanggal 21 Desember 2016

Nurlaila, R. et al., 2013. Terapi Imunoglobulin Intravena Pada Penyakit

Autoimun. MDVI (Media Dermato-Venereologica Indonesiana), Perdoski,

40(No 3), hal.133–137.

Nyati, K.K. & Nyati, R., 2013. Role of campylobacter jejuni infection in the

pathogenesis of Guillain-Barre syndrome: An update. BioMed Research

International, 2013.

Orlikowski, D., Porcher, R., Sivadon-Tardy, V., Quincampoix, J. C., Raphaël, J.

C., Durand, M. C., and Rozenberg, F. 2011. Guillain–Barré syndrome

following primary cytomegalovirus infection: a prospective cohort

study. Clinical infectious diseases, 52(7), 837-844.

Pangesti, D.Y., 2015. Plasmapharesis (Plasma Exchange) dan Imunoglobulin

Intravena Untuk Terapi Guillain Barre Syndrome. Prodi Magister

Farmasi Klinis Ubaya. Review Paper.

Parry, Gareth, J., and Steinberg, Joel, S., 2007. Guillain-Barré Syndrome: From

Diagnosis to Recovery. New York: Demos Medical Publishing.

Patwa, H.S. et al., 2012. Evidence-based guideline: Intravenous immunoglobulin

in the treatment of neuromuscular disorders Report of the Therapeutics and

Technology Assessment Subcommittee of the American Academy of

Neurology. Neurology, 78(13), hal.1009–1015.

Pdpersi (Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Indonesia). 2012.

Mewaspadai Kelumpuhan Otot Pernafasan.

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=799&catid=23

diakses tanggal 21 Desember 2016

Peake, Deirdre, Whitehouse, William P., and Philip, Sunny. 2004. The

Management of Guillain-Barré Syndrome. Current Paediatrics, Vol. 14, p.

252-257.

Page 28: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

149

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pneumonia Nosokomial,

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dan MERCK

Indonesia, 2012. Siaran Pers: Neuropati Perifer Diabetes.

http://www.merck.co.id/country.id/id/images/Siaran%20Pers%20N5000%2

0Makassar_4Oct_tc m663_104054.pdf?Version=/ diakses tanggal 16 Mei

2016

Puspitasari, Aldita C. 2014. Studi Penggunaan Antibiotika pada pasien

Guillain-Barré Syndrome (GBS). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Putra, A. E., 2011. Kolonisasi Mikroorganisme pada Pemasangan Kateter

Intravena dan Faktor yang Mempengaruhinya. Majalah Kedokteran

Andalas, Vol. 29 No. 2, p. 55-63.

Playfair, J.H.L., Chain, B.M., 2012. At a Glance Imunologi. Edisi ke-9, Jakarta:

Penerbit Erlangga, hal 8-98.

Rabinstein, Alejandro A. 2007. Chapter 1, What is Guillain Barre Syndrome. In:

Guillain Barre Syndrome from Diagnosis to Recovery. American

Academy of Neurology (AAN): Demos Medical Publishing.

Richards, Duncan and Aronson, Jeffrey. 2005. Oxford Handbook of Practical

Drug Therapy, 1st Edition. Oxford University Press. p.638-653

Rizvi, A., A. Ahmad, Z., Rizvi, 2013. Efficacy of combination of vitamin B1, B6

and B12 in management of diabetic peripheral neuropathy,

http://pjmhsonline.com/JulySept2013/efficacy

_of_combination_of_vitamin_B1B6,b12.htm/ diakses pada tanggal 23 Mei

2015

Rosen, B.A., 2016. Guillain-Barre ´ Syndrome. Pediatrics in Review, American

Academy of Pediatrics, 33(4), hal.164–171.

Saderholm, B.H., 2010. Treatment of Acute Immune-mediated Neuropathies:

Guillain-Barre Syndrome and Clinical Variants. Seminars of Neurology,

Vol.30 No.4: 366-372.

Schacke, Heike, Wolf-Dietrich Docke, Khusru Asadullah.2002. Mechanisms

involved in the side effects of glucocorticoids. Pharmacology &

Therapeutics. Research Business Area Dermatology: Berlin, Germany.

Vol.96, p.23-43

Schienfield, N.S. 2016. Intravenous Immunoglobulin.

http://emedicine.medscape.com/article/210367-overview diakses pada

tanggal 12 Desember 2016.

Sebastian, S., 2012. A Case of Guillain-Barre Syndrome in a Primary Care

Setting. The Journal for Nurse Practitioners, 8(8), hal.643–648.

Page 29: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

150

Sejvar, J.J. et al., 2011. Population incidence of Guillain-Barré syndrome: A

systematic review and meta-analysis. Neuroepidemiology, 36(2), hal.123–

133.

Siswandono dan Bambang Soekarjo. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya:

Airlangga University Press.

Smithline H, Donnino M, Greenblatt Dj. 2012. Pharmacokinetics of high dose

oral thimine hydrochloride in healthy subjects. BMC clinical

pharmacology; 12(4): 1-10.

Sweetman, S.C (ed). 2009. Martindale, The Complete Drug Reference, 36th

edition. London: The Pharmaceutical Press. hal 1001-2243.

Tandel, H. et al., 2016. GUILLAIN-BARRÉ SYNDROME (GBS ): A REVIEW.

, 3(2), hal.366–371.

Tsai, C.P, Wang, K.C, Liu, C.Y, Sheng, W.Y, and Lee, T.C. 2006.

Pharmacoeconomics of Therapy for Guillain Barre Syndrome: Plasma

Exchange and Intravenous Immunoglobulin. Journal of Clinical

Neuroscience, Vol. 14, p. 625-629.

Tatro, David. S.,2003. A to Z Drug Facts. Facts and Comparisons.Books@Ovid.

Vucic Steve, Matthew C. Kiernan, David R. Cornblat, 2009. Guillain-Barre

syndrome : An Update. Journal of Clinical Neuroscience, Vol. 16, p.733-

741

Walling, A.D. & Dickson, G., 2013. Guillain-Barré syndrome. American

Academy of Family Physicians, 87(No.3), hal.191–197.

Wang, Y. et al., 2016. Complications of Guillain-Barré syndrome. ,

8409(December 2015).

Willison, H.J., Jacobs, B.C., and van Doorn, P.A. 2016. Guillain Barre Syndrome.

Seminar. Lancet, Vol. 338, p. 717-727.

Winer, J.B., 2014. An update in guillain-barre syndrome. Autoimmune Diseases,

2014.

World Health Organization. 2002. Prevention of Hospital-acquired Infections, A

Practical Guide, 2nd

edition. Malta: World Health Organization.

Yuki, N. & Hartung, H.-P., 2012. Guillain Barre Syndrome. New England

Journal of Medicine, 366(24), hal.2294–2304.

Zen, M., Canova, M., Campana, C., Bettio, S., Nalotto, L., Rampudda, M.,

Ramonda, R., Iaccarino, L. and Doria, A., 2011. The kaleidoscope of

glucorticoid effects on immune system. Autoimmunity reviews, 10(6),

pp.305-310.

Page 30: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

151

Zhang, G., Lehmann, H. C., Bogdanova, N., Gao, T., Zhang, J., & Sheikh, K. A.

(2011). Erythropoietin enhances nerve repair in anti-ganglioside antibody-

mediated models of immune neuropathy. PLoS One, Vol. 6, No.10, e27067.

Zhong, M. & Cai, F., 2007. Current perspectives on Guillain-Barré syndrome.

World Journal of Pediatrics, Vol.3, No.3, p. 187-194.

Page 31: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

ii

Page 32: SKRIPSI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43147/1/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-1-pendahul-n.pdf · iv meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan serta dorongan

141