skripsi hukum shalat hadiah dalam perspektif...

78
SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAJELIS ULAMA INDONESIA, MUHAMMADIYAH DAN NAHDHATUL ULAMA Diajukan kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Muhammad Haikal NIM: 1113043000036 KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Upload: nguyenanh

Post on 08-Jun-2019

243 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

SKRIPSI

HUKUM SHALAT HADIAH

DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAJELIS ULAMA INDONESIA,

MUHAMMADIYAH DAN NAHDHATUL ULAMA

Diajukan kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Muhammad Haikal

NIM: 1113043000036

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

ii

Page 3: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

iii

Page 4: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

iv

Page 5: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

v

ABSTRAK

Muhammad Haikal. NIM 1113043000036. HUKUM SHALAT HADIAH (Dalam

Perspektif Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama) Program

Studi Perbandingan Madzhab, Konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqih, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439

H/2018 M.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai hukum melaksanakan

Shalat Hadiah. Pandangan hukum dalam perspektif para ulama yang berkecimpung

langsung pada Organisasi Masyarakat. Organisasi Masyarakat tersebut antaralain

adalah ulama Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdhatul ulama.

Kemudain berkaitan dengan praktek Shalat Hadiah di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian normatif dan

penelitian empiris. Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data

sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan masalah yang dibahas, sedangkan

penelitian empiris dilakukan dengan menganalisa putusan dan fatwa yang dikeluarkan

oleh Organisasi Masyarakat Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah dan

Nahdhatul Ulama. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka

(library research) dan wawancara (interview research). Studi pustaka dan wawancara

dalam penelitian ini dilakukan guna mengeksplorasi teori-teori tentang konsep dan

pemahaman yang terkait dengan tema penelitian penulis yaitu analisis komperatif

pada perspektif Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Shalat Hadiah ini didasari dalil yang

tidaklah mu‟tabar yang kemudian menghasilkan Takhrij hadis yang tidak memiliki

asal dikarenakan hadis tersebut tidak menyebutkan rawi dan sanad. Kemudian yang

pada akhirnya berhujung kepada jauhnya dari indikasi hadis yang Maqbul. Dari hasil

penelitian terkait inilah baru kemudian dilihat dari sudut pandang Majelis Ulama

Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.

Kata kunci : Hukum, Shalat Hadiah, Majelis Ulama Indonesia,

Muhammdiyah, Nahdhatul Ulama.

Pembimbing : 1 Afwan Faizin, MA.

2. H. Qosim Arsadani, MA.

Daftar Pustaka : 1943 s.d. 2018

Page 6: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

vi

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيمPuji dan rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam cinta dan mahabbah selalu

tercurahkan pada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Selanjutnya penulis ingin sampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi

ini, baik berupa dorongan moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis

secara khusus ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Perbandingan Madzhab dan Ibu Hj. Siti Hanna, S. Ag., Lc., MA., selaku

Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab;

3. Bapak Dr. H. Abdul Halim M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik

Penulis;

4. Bapak Afwan Faizin, M.A., dan Bapak H. Qosim Arsadani M.A, selaku

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan, saran dan

ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan

„Ilmu dan Akhlaq yang tidak ternilai harganya, sehingga penulis dapat

Page 7: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

vii

menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

7. Kedua orang tua tercinta Abi dan Umi serta kakak-kakak dan adik, yang

telah mencintai penulis dengan segenap jiwa dan raga, baik doa maupun

dukungan sehingga dengan ridha mereka penulis mampu berada pada titik

seperti saat ini;

8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Qotrun Nada Depok, yang telah

memberikan nasehat-nasehat moral terkait ibadah dan kehidupan sehingga

penulis mampu menghadapi lika-liku kehidupan dengan tegar dan ikhlas;

9. Keluarga Besar PMH angkatan 2013 yang telah menemani serta memberi

dukungan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

10. Sahabat-sahabat tercinta khususnya kepada teman-teman satu atap dimana

selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan studi secepatnya

sahabat kosan yudha dkk.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan

balasan yang berlimpah atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Amin.

Jakarta, 20 Maret 2018

3 Rajab 1439 H

Penulis

Page 8: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................iv

ABSTRAK.....................................................................................................v

KATA PENGANTAR.................................................................................vi

DAFTAR ISI................................................................................................viii

PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................. x

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

B. Identifikasi Masalah...........................................................................5

C. Batasan Masalah.................................................................................5

D. Rumusan Masalah..............................................................................6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6

F. Review Kajian Terdahulu ..................................................................7

G. Metode Penelitian...............................................................................7

H. Sistematika Penulisan.........................................................................9

BAB II: SHOLAT DALAM ISLAM .........................................................11

A. Hakikaat Shalat ................................................................................. 11

B. Kewajiban Shalat bagi individu ........................................................ 17

C. Pengganti Shalat.................................................................................19

Page 9: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

ix

BAB III: KONSEP UMUM TENTANG SHALAT HADIAH

....................................................................................................... 26

A. Pengertian Shalat Hadiah .................................................................. 26

B. Tata cara Shalat Hadiah .................................................................... 29

C. Praktek Shalat Hadiah di Indonesia ...................................................34

BAB IV. ANALISIS KOMPARATIF TENTANG SHOLAT

HADIAH.......................................................................................36

A. Pandangan Majelis Ulama Indonesia tentang Hukum Shalat Hadiah

...........................................................................................................36

B. Pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah tentang Hukum Shalat Hadiah

...........................................................................................................38

C. Pandangan Nahdhatul Ulama tentang Hukum Shalat Hadiah

...........................................................................................................42

D. Analisis Komperatif tentang Hukum Shalat Hadiah

...........................................................................................................45

BAB V. PENUTUP......................................................................................48

A. Kesimpulan .......................................................................................48

B. Saran..................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................58

LAMPIRAN .................................................................................................59

Page 10: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan

asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan

terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan

beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia

atau lingkup masih penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar akasara Arab dan padanannya dalam

aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

بb be

تt te

ثts te dan es

جj Je

حh ha dengan garis bawah

خkh ka dan ha

دd de

Page 11: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

xi

ذdz de dan zet

رr Er

زz zet

سs es

شsy es dan ye

صs es dengan garis bawah

ضd de dengan garis bawah

طt te dengan garis bawah

ظz zet dengan garis bawah

ع

koma terbalik di atas hadap

kanan

غgh ge dan ha

فf ef

قq Qo

كk ka

Page 12: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

xii

لl el

مm em

نn en

وw we

هh ha

ء apostrop

يy Ya

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia,

memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Page 13: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

xiii

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي___ ai a dan i

و___ au a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi diatas ـــــا

î i dengan topi atas ـــــى

û u dengan topi diatas ـــــو

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan

huruf alif dan lam( ال ), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti

huruf syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya:

اإلجثهاد = al-ijtihâd

الرخصة = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

e. Tasydîd (Syaddah)

Page 14: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

xiv

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah.

Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya:

al-syuî ‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah = الشفعة

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbûtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta

marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شزيعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشزيعة اإلسالمية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital,

namun dalam transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu

diperhatikan bahwa jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Misalnya, البخاري = al-

Bukhâri, tidak ditulis Al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam

alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak

tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal

Page 15: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

xv

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar

kara nama tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-

Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf

(harf), ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الضرورة تبيح احملظورات 1

al-iqtisâd al-islâmî اإلقتصاد اإلسالمي 2

usûl al-fiqh أصول الفقه 3

al-‘asl fi al-asyyâ’ al-ibâhah األصل يف األشياء اإلباحة 4

al-maslahah al-mursalah املصلحة املرسلة 5

Page 16: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seorang muslim untuk mengerti

dan faham betul apa tujuan mendirikan shalat dan apa manfaat bagi diri sendiri

dan dampak terhadap lingkungan sekitar. Seorang hamba memilki tugas di dalam

kehidupannya sesuai statusnya sebagai seorang hamba. Salah satunya adalah

menyembah kepada Tuhan. Dalam agama islam menyembah atau biasa disebut

dengan istilah “sembahyang” yang berarti menyembah tuhan itu adalah shalat.

Maka salah satu tugas seorang hamba muslim adalah menyembah tuhannya

dengan shalat.

Dalam pandangan filosofis, shalat adalah hubungan antara makhluk dan

khalik. Yaitu sebuah hubungan vertikal tegak lurus dari bawah ke atas, hubungan

antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya.1 Ketika memulai shalat seseorang

diperintahkan menghadap ke arah kiblat dengan wajahnya, sedang hatinya hanya

menghadap Allah semata; tidak menoleh dan berpaling kepada selain-Nya.

Kemudian ia berdiri dihadapan Allah dengan rendah diri, tunduk merasa

membutuhkan kepada-Nya, dan mengharap belas kasih dari Tuhan-Nya.2 Uraian

diatas mendeskripsikan sebuah hakikat shalat adalah hubungan ibadah seorang

hamba kepada tuhannya.Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Q.s Adz-

Dzaariyaat (51): 56:

نس إل لي عبدون وما خلقت الن والArtinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.”

1 Lihat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus besar bahasa indonesia versi 0,2,0 2016. 2 Ibnul Qoyyim, Rahasia Sholat, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2009), h., 27.

Page 17: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

2

Pada prinsipnya ibadah shalat merupakan sari ajaran Islam yang berarti

penyerahan diri secara sempurna pada kehendak Allah Swt. dengan demikian, hal

ini akan mewujudkan suatu sikap dan perbuatan dalam bentuk ibadah. Apabila hal

ini dapat dicapai sebagai nilai sikap dan perilaku manusia, maka akan lahir suatu

keyakinan tetap mengabdikan diri kepada Allah Swt.

Hal ini berarti tidak akan terbuka peluang bagi penyimpangan yang dapat

merusak pengabdian kepada Allah Swt. penyimpangan pengabdian berarti akan

merusak diri manusia itu sendiri, bukan merusak berakibat kepada Allah Swt.

oleh karena itu beribadah atau tidaknya manusia kepada-Nya tidaklah mengurangi

keagungan dan kebesaran Allah Swt. sebagai Rabb (Pemelihara) bagi alam

semesta.

Secara sosiologis bahwa shalat dapat mencegah dari kemungkinan

melakukan kejahatan dan perbuatan keji. Ini mengindikasikan bahwa shalat

merupakan rukun islam sebagai kontrol mendasar dalam mewujdukan sistem

sosial Islam. Dapat disimpulkan bahwa Shalat secara filosofis dan sosiologis

adalah Sebuah Alat komunikasi antara Makhluk dengan Khalik yang sebagai

upaya mendapatkan kontrol diri yang memiliki imbas baik terhadap lingkungan

sosial di sekitarnya.

Shalat memiliki dampak besar baik bagi individu maupun kelompok.

Dalam tatanan kehidupan ini manusia diatur dengan adanya peraturan. Yang

membedakan manusia dengan hewan adalah karena adanya aturan. Secara sosial

manusia dituntut hidup dengan hukum yang tidak tertulis sesuai dengan kebiasaan

yang dibenarkan dengan tanpa merugikan orang lain. Hukum yang tidak tertulis

ini akan bertujuan mendapatkan keadilan. Karnanya, untuk menggapai dan

mendapatkan sebuah keadilan yang hakiki diperlukannya jiwa-jiwa yang memilki

sikap bijak, tenang, dan adil pula. Beberapa karakteristik demikian akan didapati

oleh jiwa-jiwa yang tenang yakni jiwa yang memenuhi konsumsi spiritual yang

baik. Sudah dapat disimpulkan bahwa mengapa manusia harus mendapatkan

konsumsi spiritual? Karena, dengan mengkonsumsi spiritual itulah yang nantinya

Page 18: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

3

akan timbul jiwa-jiwa yang tenang dan terus berkembang menjadi karakter yang

bijak.

Shalat adalah ibadah mahdah, yang apabila dikerjakan ganjaran pahala

ibadah itu sendiri hanya kembali kepada orang yang melaksanakannya. Mengenai

pahala shalat pada hakikatnya akan diberikan kembali kepada siapa yang

melaksanakan shalat tersebut sebagai ganjaran pahala atas ketaatannya. Adapun

pahala shalat yang didapatkan seseorang yang kemudian dihadiahkan kepada

orang yang sedah meninggal merupakan hal yang tidak lumrah.3

Berbeda dengan hal-hal yang berkenaan dengan pahala ibadah yang dapat

dikirimkan kepada orang sudah meninggal. Pahala atau kebaikan yang dapat

dikirimkan kepada orang lain baik masih hidup maupun sudah mati hanya

meliputi tiga hal yaitu, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak

sholih yang mendoakan kedua orang tuanya. Dalam agama Islam ibadah

dibedakan menjadi ibadah mahdah, yaitu ibadah yang telah diatur dan

dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasulullah SAW. Bentuk ibadah ini berupa

kegiatan ritual yang telah pasti dan jelas aturannya seperti shalat, puasa, zakat,

haji dan lain-lain. Sementara itu bentuk ibadah lainnya adalah ghair mahdah,

yaitu seluruh bentuk aktivitas–dalam cakupan yang seluas-luasnya--sebagai

pengabdian dan penghambaan kepada Allah yang diniatkan dalam kerangka

mencari keridhaan-Nya dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran

Islam..4

Kemudian timbul sebuah pertanyaan yang berkenaan dengan hal yang

tidaklah masyhur di kalangan masyarakat umum. Sebuah tradisi yang dianggap

menjadi kebiasaan ibadah namun jarang ditemukan di halayak umum. Penulis

kemudian mengangkat sebuah masalah pada adat yang masyru’ atau kebiasaan ini

dalam bidang keagamaan yaitu Shalat Hadiah sebagai penelitian. Sebuah shalat

3 Baidlawi, MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM , Telaah Atas Pembaharuan

Pendidikan di Pesantren. (Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2). 2006), h., 159 4 Baidlawi, MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM , Telaah Atas Pembaharuan

Pendidikan di Pesantren. (Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2). 2006), h., 159

Page 19: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

4

sunah yang dilaksanakan sebagai pengganti shadaqah yang kemudian pahalanya

dikirimkan ke mayyit sebagai penghibur di alam kuburnya pada malam pertama

dikebumikan. Pasalnya pada malam pertama di alam kubur si mayit sedang

mendapatkan siksaan yang berat.5

Jika yang dilakukan masih dalam cangkupan yang sudah masyhur di

kalangan masyarakat/umat muslimin yang sudah jelas disyari’atkan oleh agama

maka tentu tidak menjadi masalah. seperti halnya shalat ghaib, shalat mayit dan

tahapan-tahapan sebelum pengkuburan mayit yang dianggap maklum di kalangan

masyarakat umum. Karenanya hal ini menjadi pertanyaan besar dikalangan

masyarakat tentang hukum melaksanakannya yang jarang ditemukan praktiknya

di kalangan masyarakat.

Kendatipun demikian, sudah banyak karya tulis yang membahas berkaitan

Shalat Hadiah namun, tidak ada yang menganalisis pendapat hukum secara

komparatif yang menghasilkan sebuah kesimpulan hukum yang kongkret. Isu ini

menjadi perselisihan di masyarakat akan ke-Shahihan dalilnya, maupun hukum

melaksanakannya. Karenanya penulis tertarik untuk mengangkat tema ini dengan

alasan supaya dapat membantu masyarakat umum dalam mengambil kesimpulan

yang rajih dalam beribadah.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diulas oleh penulis, penulis

mengidentifikasikan beberapa masalah dari latar belakang tersebut, antara lain;

1. Tata cara pelaksanaan Shalat Hadiah.

2. Pendapat Hukum dalam Perspektif Majelis Ulama Indonesia,

Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama.

5 Muhammad bin Umar Nawawi Al-jawi Al-bantani, Nihâyat al-Zain, (Dar Al-kotob Al-

ilmiyah, bayruth-libanon, tahun 2002), h., 107.

Page 20: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

5

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis

membatasi pokok masalah agar tetap terarah dan fokus pada substansi

pembahasan yaitu pendapat hukum MUI, Muhammadiyah, NU tentang Shalat

Hadiah.

D. Rumusan Masalah

Setelah dikemukakan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik

suatu perumusan masalah yang penulis rinci pertanyaan sebuah peneletian

sebagai berikut:

1. Bagaimana tata cara Shalat Hadiah?

2. Bagaimana pendapat hukum menurut MUI (Komisi Fatwa Majelis Ulama

Indonesia), Majelis Tarjih Muhammadiyah, dan Bahtsul Masaail Nahdatul

Ulama?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh

penulis, adapun tujuan itu adalah

a. Secara khusus, yaitu memenuhi persyaratan formalitas dalam

mendapatkan gelar akademik Sarjana Hukum Islam strata I Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Secara umum:

1) Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan Shalat Hadiah.

2) Menjelaskan sejarah tradisi Shalat Hadiah.

3) Mengidentifikasikan hukum Shalat Hadiah dan hukum

melaksanakannya.

4) Membandingkan pendapat hukum tentang Shalat Hadiah.

2. Manfaat Penelitian

Page 21: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

6

Adapun manfaat dalam melaksanakan penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis. Hasil analisis ini, diharapkan dapat memperluas dan

memperkaya ilmu pengetahuan penulis yang diperoleh selama di

bangku kuliah dan juga bermanfaat bagi penulis-penulis yang akan

datang khususnya mengenai hukum Shalat Hadiah.

b. Secara praktis, tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam mempertimbangkan

suatu perkara hukum dalam suatu ibadah yang berkenaan dengan Shalat

Hadiah serta solusi hukum yang tepat dalam melaksanakannya.

F. Review Kajian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan studi review terdahulu,

pada beberapa karya tulis yang telah dibaca oleh penulis, diantaranya:

1. Skripsi Danang Eko Purwanto yang berjudul Tradisi Shalat Unsil Qabri (Di

Desa Wonolelo Pleret Bantul Yogyakarta), yang diterbitkan oleh UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Skripsi ini membahas bagaimana

pelaksanaan dan kepentingan tradisi Shalat Unsil Qabri, dimana didalamnya

hanya fokus terhadap tata cara pelaksanaan dan urgensi dalam melaksanakan

Shalat Unsil Qabri bagi masyarakat Desa Wonolelo Pleret Bantul

Yogyakarta.6

2. Skripsi yang ditulis oleh Fahrul Ilmi, yang berjudul “Hadis tentang sampainya

hadiah pahala terhadap orang yang meninggal dunia” yang diterbitkan pada

tahun 2008 oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kesimpualan yang dapat

diambil bahwa pembahasan pada skripsi ini mengenai Kualitas hadis tentang

sampainya hadiah pahala terhadap orang yang sudah meninggal dunia.7

6 Danang Eko Purwanto, Skripsi Tradisi Shalat Unsil Qabri ( Di Desa Wonolelo Pleret

Bantul Yogyakarta), diterbitkan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. 7 Fahrul Ilmi, “Hadis tentang sampainya hadiah pahala terhadap orang yang meninggal

dunia” yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 22: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

7

G. Metodologi Penelitian

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, yakni merupakan suatu strategi inquiry yang menekan

pencarian makna, pengertian konsep, karakteristik, gejala, simbol maupun

deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multi metode, bersifat alami dan

holistik, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan

secara naratif.8

1. Sumber Data

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengumpulan data yaitu dengan

menggunakan study pustaka (library research), dan Interview research. Studi

pustaka dalam penelitian ini dilakukan guna mengeskplorasi dasar-dasar

hukum, pendapat para ulama fiqih. Sedangkan Studi Interview dilakukan

untuk menggali sebuah pendapat dari tokoh yang berkaitan. Studi juga

bersumber dari berbagai tulisan dan hasil penelitian di internet sebagai bahan

pelengkap.

2. Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga,

yaitu:9

a. Bahan Hukum primer yaitu bahan-bahan hukum antara lain:

1) Al-Qur’an dan Assunnah

2) Kitab Nihayat al-Zein.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan tertulis yang dipergunakan

untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti

buku-buku tentang praktik Shalat Hadiah dan yang berkaitan dengan

hukum Shalat Hadiah.

8 Muri Yusuf, MetodePenelitian; Kuantitatif, Kualitatifdan Penelitian Gabungan,

(Jakarta, Kencana Prenada Media, 2014), h., 329. 9 Muri Yusuf, MetodePenelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta, Kencana Prenada Media, 2014), h., 24.

Page 23: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

8

c. Data Tersier, yaitu data non-hukum yang diharapkan mendukung dalam

penulisan skripsi ini, seperti kamus, media elektronik, serta ensiklopedi

yang berkaitan dengan pembahasan.

3. Analisis Data

Setealah data-data diperoleh dari hasil penelitian kemudian diklarifikasi.

Penulis menganalisis dengan menggunakan metode kulitatif.1 0 Yaitu

menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum dan argumentasi rasional

dan diddokumentasi. Kemudaian data tersebut penulis paparkan dalam bentuk

narasi sehingga menjadi kalimat yang jelas dan dapat dipahami.

4. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada buku Pedoman Penulisan

Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidaytullah Jakarta tahun 2017.

H. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan dan dalam usaha memberikan

gambaran singkat mengenai isi dari skripsi dalam lima bab, dan tiap babnya

terdiri dari sub-sub bab yang tentunya antara satu bab dengan bab lainnya

mempunyai keterkaitan.

Adapun sistematika penulisan secara terperinci sebagai berikut:

BAB I sebagai pendahuluan yang membahas tentang latar belakang

masalah dan rumusan-rumusan masalah serta hal yang berkitan dengan

permasalahan dalam Hukum Shalat Hadiah.

BAB II merupakan konsep umum tentang shalat dalam islam baik secara

filosofis, dan Sosiologis.

1 0 Muri Yusuf, MetodePenelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta, Kencana Prenada Media, 2014), h., 400.

Page 24: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

9

BAB III merupakan konsep umum tentang Shalat Hadiah, yaitu

pengertian Shalat Hadiah, tata cara, sejarah masyru’nya dan praktik Shalat Hadiah

di Indonesia.

BAB IV yaitu pembahasan inti analisis komperatif tentang Shalat Hadiah,

pandangan hukum dalam perspektif MUI, Muhammadiyah dan NU, dan analisis

komperatif dari penulis.

BAB V adalah sebagai penutup, di sini penulis mengemukakan

kesimpulan dan saran-saran seperlunya.

Page 25: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

10

BAB II

SHALAT DALAM ISLAM

A. Hakikat Shalat

Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia adalah makhluk Allah

Swt. Yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi kepada-Nya. Hal ini seperti

firman Allah Swt Q.s. Adz-Dzaariyaat (51): 56:

نس إل لي عبدون وما خلقت ا لن والArtinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.”

Hadiah, yaitu pemberian tanpa mengharap balasan. Dan yang dimaksud di

sini adalah menghadiahkan pahala amal kebaikan kepada orang mukmin baik

yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Seperti menginfakkan

sebagian harta dan pahalanya dihadiahkan kepada kedua orang tuanya baik yang

masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Pahala yang diahadiahkan tersebut

insya Allah bermanfaat bagi yang diberi hadiah selama yang diberi hadiah orang

Islam kecuali kafir, maka tidak bermanfaat dan tidak sampai. Nabi SAW.

memberi contoh hadiah pahala seperti disebutkan dalam Hadis riwayat Imam

Muslim.1 1

Dengan demikian, manusia itu diciptakan bukan untuk berdiam diri di

dunia dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggungjawaban

kepada penciptanya, melainkan manusia itu diciptakan oleh Allah Swt. untuk

mengabdi kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt Q.s. Al-Bayyinah

(98): 5:

1 1 Ahmad Mafaid Nasution, pengamalan Shalat Hadiah untuk orang yang telah

meninggal di kampung mesjid kec. Kualuh Hilir kab. Lauhan batu utara. ( Sumatera Utara

Medan, Studi Hukum Islam Program Pasca Sarjana IAIN, 2014), h., 40.

Page 26: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

11

لي عبدوااهللا ملصي له ر م اأ م و وة وذالك وة وي ؤتواالزك ل ويقيمواالص ء حن فا ين لد اواإل دين القي مة

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan

lurus.”

Dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa manusia diciptakan bukan

sebagai unsur pelengkap isi alam saja yang hidupnya tanpa ada tujuan, tugas, dan

tanggungjawab. Akan tetapi, penciptaannya melebihi penciptaan makhluk

lainnya. Hal ini tercemin dalam Q.s. At-Tiin (95): 4:

نسان ف أحسن ت قويم ل قد خلقنا الArtinya: “Sesungguhya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya.”

Pada hakikatnya manusia itu diperintahkan supaya mengabdi kepada

Allah Swt. Karena itu, tidak ada alasan baginya untuk mengabaikan kewajiban

beribadah kepada-Nya. Allah Swt. berfirman dalam Q.s. Al-Baqarah (2): 21:

قون كم لعلكم ت ت من ق بل ذين ال و الذي خلقكم ي أي ها الناس اعبدوا ربكم Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.”

Hakikat adalah suatu dasar dan mendalam atas sesuatu. Hakikat pada

dasarnya mencari suatu asar dari sesuatu, yakni tujuan dalam menggapai dari apa

yang dikerjakan.1 2 Dalam KBBI, Hakikat memiliki dua definisi yaitu, yang

pertama berarti intisari atau dasar. Kemudian, yang ke dua kenyataan yang

sebenarnya. Maka dalam hal ini hakikat shalat adalah intisari dari shalat.

Kata shalat seringkali diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata

“sembahyang”. Sebenarnya pengertian kedua kata ini mempunyai makna yang

1 2 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus besar bahasa indonesia versi 0,2,0 2016.

Page 27: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

12

sangat berbeda. “Sembahyang” seringkali diartikan sebgai “menyembah sang

hiyang”, “menyembah Tuhan.” Kata “Sem bahyang” juga seringkali dikaitkan

dengan kegiatan tertentu yang dilakukan umat beragama secara umum dalam

rangka menyembah Tuhan mereka. Ini berarti kata “Sembahyang” dikenal dalam

semua umat beragama, baik islam maupun lainnya, dengan cara pelaksanaan yang

berbeda-beda. Dalam ajaran Islam ibadah shalat mempunyai kedudukan yang

tertinggi dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama

Islam. Islam tidak dapat tegak kecuali dengan shalat. Disamping itu shalat adalah

ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah Swt. Tanpa perantara, kepada

Rasulullah Saw. sewaktu beliau mi’raj, maka shalat juga merupakan ibadah yang

pertama kali diperintahkan Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. Shalat juga

merupakan wasiat terakhir yang diamanatkan oleh Rasulullah kepada umatnya,

sewaktu beliau hendak meninggal dunia.1 3 Pengertian kata “shalat” dalam islam tidaklah sama dengan kata

“sembahyang”. Kata “shalat” berasal dari bahasa Arab yang artinya doa.1 4

Sedangkan secara istilah shalat adalah ucapan dan perbuatan yang diawali dengan

takbiratulihram dan diakhri dengan salam.1 5 Jadi hakikat shalat adalah alat

berkomunikasi antara Makhluk dan Khalik. Rasulullah bersabda:1 6 هما قال:هللا اب رضي ط ال عن أب عبد الرحن عبدهللا بن عمر بن سول هللا سعت ر عن

: شه لى خ ع م ه وسلم ي قول: بن السل صلى هللا علي إل هللا، وأن ادة أن ل إله سم رمضان. الب يت، وصوم اة، وحج لزك اممدا رسول هللا، وإقام الصلة، وإي تاء

)رواه البخاري(

1 3 Zurinal Z.& Aminuddin, M.Ag., Fiqih Ibadah, (Jakarta, Lembaga Penelitian

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), cetakan 1, h., 67 1 4 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: PP Al-

Munawwir, 1984), h., 366. 1 5 Masykuri Abdurrahman, Kaifiyah dan Hikmah Shalat Versi Kitab Salaf, (Sidogiri,

Pustaka Sidogiri, 2006), Cetakan ke-7, h., 33. 1 6 Muhammad bin Ismail al-Ja’fi al-Bukhâri, Shahih al-Bukhâri, (T.tp: Dar Tuq al-Najah,

1422 H), Juz 1, h., 34.

Page 28: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

13

Artinya: “Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khattab RA, dia

berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Islam dibangun diatas

lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad

adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji

dan puasa Ramadhan.” (H.r al-Bukhâri).

Hadits diatas menjelaskan bahwa shalat adalah sebuah dasar, yaitu pilar

agama. Hadits ini termasuk hadits penting karena mengandung dasar agama dan

menjadi sumber rujukan bagi sebagian besar hukum Islam. Salah satunya adalah

shalat. Karenanya shalat sangatlah penting dikarenakan shalat adalah bagian dari

dasar sebuah agama.1 7

Pada prinsipnya ibadah shalat merupakan sari ajaran Islam yang berarti

penyerahan diri secara sempurna pada kehendak Allah Swt. dengan demikian, hal

ini akan mewujudkan suatu sikap dan perbuatan dalam bentuk ibadah. Apabila hal

ini dapat dicapai sebagai nilai sikap dan perilaku manusia, maka akan lahir suatu

keyakinan tetap mengabdikan diri kepada Allah Swt. ini berarti tidak akan

terbuka peluang bagi penyimpangan yang dapat merusak pengabdian kepada

Allah Swt. penyimpangan pengabdian berarti akan merusak diri manusia itu

sendiri, bukan merusak berakibat kepada Allah Swt. oleh karena itu beribadah

atau tidaknya manusia kepada-Nya tidaklah mengurangi keagungan dan

kebesaran Allah Swt. sebagai Rabb (Pemelihara) bagi alam semesta.

Selanjutnya mengenai shalat secara maknawi dalam bukunya Pedoman

Shalat Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan, bahwa shalat dalam pengertian Bahasa

Arab ialah “doa memohon kebajikan dan pujian”. Maka shalat Allah SWT kepada

Nabi-Nya ialah pujian Allah SWT kepada Nabi-Nya. Sebelum islam, orang Arab

1 7 Musthafa Dib Al-Bugha, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, (Damaskus, Dar

Al-Musthafa, 2007), h., 13.

Page 29: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

14

memakai kata shalat dengan arti demikian dan arti itu terdapat juga di beberapa

tempat didalam Al-Quran”1 8 Firman Allah SWT Q.s. At-Taubah (9): 103:

يه خذ من رهم وت زك ك سكن لم إن صلت هم صل علي ا و م ب أموالم صدقة تطه والليع عليم س

Artinya: “Dan bershalatlah atas mereka ("dan berdoalah" untuk mereka) karena

sesungguhnya shalatmu (doamu) itu (menjadi) menenangkan dan menentramkan

mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

سل موا تسليماو نوا صلوا عليه لذين آم اها أي ي إن الل وملئكته يصلون على النب

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk

Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. al-Ahzaab: 56)

Selanjutnya mengenai urgensi dari shalat juga telah dijelaskan oleh

Rasulullah Saw. bahwa shalat adalah sebagai tolak ukur ibadah seorang hamba.

Rasulullah bersabda:1 9

ث نا عل ثن حد ث نا هام قال حد ث نا سهل بن حادم حد ي بن نصر بن علي م الهضمي حدق تادة عن السن عن حريث بن قبيصة قال قدمت المدينة ف قلت اللهم يس ر ل جليسا

لست إل أب هري رة ف قلت إن سألت الل أن ي رزقن جليسا صالا صالا قال فج فعن به عته من رسول الل صلى الل عليه وسلم لعل الل أن ي ن ثن بديثم س ف قال فحد

صلى الل عليه وسلم ي قول إن أول ما ياسب به العبد ي وم القيامة من سعت رسول الل عمله صلته فإن صلحت ف قد أف لح وأنح وإن فسدت ف قد خاب وخسر فإن ان ت قص

1 8 Ahmad Mafaid Nasution, pengamalan Shalat Hadiah untuk orang yang telah

meninggal di kampung mesjid kec. Kualuh Hilir kab. Lauhan batu utara. ( Sumatera Utara

Medan, Studi Hukum Islam Program Pasca Sarjana IAIN, 2014), h., 44 1 9 Ahmad bin Syu’aib bin Ali al-Khurasani an-Nasai, Sunan an-Nasai, (Halb: Maktab al-

Mathbu’at al-Islamiyah, T.th.), Juz 1, h., 232.

Page 30: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

15

ل الرب عز وجل انظروا هل لعبدي من تطوعم ف يكمل با ما ان ت قص من فريضته شيء قا .من الفريضة ث يكون سائر عمله على ذلك

Artinya: “Ali bin Nashr bin Ali Al Jahdhami menceritakan kepada kami, Sahal

bin Hammad memberitahukan kepada kami, Hammam memberitahukan kepada

kami dari Al Hasan, dari Harits bin Qabishah, ia berkata, "Aku datang ke kota

Madinah sambil berdoa, 'Ya Allah, mudahkanlah bagiku untuk berteman dengan

orang yang shalih'." Ia berkata lagi, "Lalu aku berteman dengan Abu Hurairah,

maka aku berkata, 'Sesungguhnya aku telah meminta kepada Allah untuk diberi

rezeki berupa teman yang shalih, yang mau menceritakan kepadaku suatu hadits

yang ia dengar dari Rasulullah SAW., yang dengan hadits itu Allah akan

memberikan manfaat kepadaku'. Abu Hurairah berkata, 'Aku mendengar

Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada hari

Kiamat dari amalan manusia adalah shalatnya; jika amalan shalatnya baik maka

ia orang yang bahagia dan beruntung, tetapi jika amalan shalatnya rusak maka

ia termasuk orang yang rugi dan tidak beruntung. Jika terdapat kekurangan

sedikit dari shalat fardhunya, maka Allah berfirman, 'Lihatlah (hai para

malaikat) apakah hambaku mengerjakan shalat sunah untuk menyempurnakan

shalat fardhunya?' Kemudian jika hambaku mengerjakan shalat sunah, maka

shalat sunah itu untuk menyempurnakan shalat fardhunya yang kurang, kemudian

seluruh amalannya diperlakukan seperti itu'.”(H.r An Nasai).

Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat menjadi parameter

atas amal perbuatan dan kehidupan seorang hamba, hadist diatas menjelaskan jika

shalat kita benar maka semua amal kita akan benar, dan jika shalat kita salah

maka semua amal kita akan salah. Firman Allah SWT Q.s. Al-‘Ankabut (29): 45:

هى اتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصلة عن الفحشاء والمنكر إن الصلة ت ن ي علم ما تصن عون ولذكر الل أكب والل

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah

(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat Al-Quran di atas menjelaskan dampak sosial dari shalat. Bahwa

dampak baik dari shalat adalah Mujâhadah Nafsiyah yang timbul dari diri, yaitu

Page 31: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

16

mengontrol diri dari pekerjaan keji dan mungkar. Karena, ketik seorang hamba

berupaya mendirikan shalat dengan kesungguhan dan rasa khusyu’ maka

dampaknya adalah mendapatkan sebuah ketenangan emosional. Dampak

emosional ini dapat mempengaruhi semua sendi dalam tatanan kehidupan alhasil,

ia mendapatkan pribadi yang lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Shalat mengandung banyak faedah. Dengan shalat, seorang hamba

melakukan ikatan perjanjian dengan Tuhannya, menyatakan kehambaannya

kepada Allah; menyerahkan segala persoalan hanya kepada Allah, sambil

mengharap keamanan, ketenangan, dan keselamatan, yaitu jalan untuk mencapai

kemenangan, keberuntungan, dan menjauhkan diri dari segala kejahatan dan

kesalahan. Seperti dalam sabda Nabi Saw.: “Apakah engkau tidak memperhatikan

jika ada sebuah sungai yang mengalir di depan seseorang, lalu ia mandi di

dalamnya lima kali sehari semalam.” Apakah ada dakinya yang tertinggal.”

Rasulullah lalu bersabda: demikianlah perempumaan shalat lima waktu itu, Allah

menghapuskan dosa orang-orang yang melakukannya sebagaimana air mandi

menghapus segala daki yang ada di badan seseorang.2 0

Beberapa dalil diatas menjelaskan betapa penting dan mendasarnya nilai

shalat dalam islam baik secara filosofis maupun sosiologis. Urgensi lain dari

shalat bahwa yang paling pertama yang akan dihisab nanti di hari akhir adalah

shalat. maka ketika shalat seseorang tersebut baik, benar, dan khusyu’ dengan

indikator ikhlas dan karena Allah ta’ala maka baginya adalah pembersihan diri.

B. Kewajiban Shalat bagi individu Shalat mulai diwajibkan pada seusainya Nabi Muhammad di Isra’

Mi’rajkan Allah Swt. malam 27 Rajab, lebih kurang lima tahun sebelum hijrah.

yang kemudian dibagikan waktu-waktu shalat berikut dengan jumlah raka’at

setiap shalatnya. Shalat fardhu dibagi menjadi lima waktu, shalat Subuh, Zuhur,

2 0 Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam

Islam,(Jakarta, Prenada Media, 2003) h., 180.

Page 32: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

17

A‘shar Maghrib, dan Isya yang jika dihitung jumlah raka’at menjadi 17 rakaat.

Shalat lima waktu hukumnya wajib, dan semestinya setiap muslim melaksanakan

shalat tidak hanya sebatas menggugurkan kewajiban, tetapi merupakan sebuah

kebuTuhan, baik rohani maupun lahiriyahnya.

Shalat merupakan kewajiban yang paling besar setelah dua kalimat

syahadah. Begitu besarnya peroalan shalat ini, sehingga Rasulullah menyatakan

bahwa untuk membedakan antara seorang muslim dan seorang kafir adalah

meningglkan shalat.2 1 Ini berarti bahwa keislaman seseorang dapat diwujudkan

dengan mengerjakan shalat.

Selain shalat wajib, ada shalat sunah. Shalat sunah adalah shalat yang

dilakukan di luar ibadah shalat wajib. Kita pun dianjurkan untuk melaksanakan

shalat sunah. Shalat wajib ibarat modal, sedangkan shalat sunah adalah

keuntungannya. Selain shalat fardhu, umat Islam juga dianjurkan untuk

melaksanakan shalat sunah. Shalat sunah pun memiliki fadhilah atau manfaat,

baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Salah satu fadhilahnya adalah

mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan pelakunya dicintai Allah SWT.

Firman Allah SWT Q.s. Al-Baqarah (2): 238:

.نتي ق لل حافظوا على الصلوت والصلوة الوسط وق ومواArtinya: “Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha.

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.”

Adapun ayat Al-Quran di atas menunjukkan pentingnya shalat dalam

kehidupan muslim. Alquran menjelaskan bahwa menelantarkan shalat dan

mengabaikannya itu termasuk sifat-sifat yang menyimpang dan tersesat. Adapun

terus menerus mengabaikan shalat dan menghina keberadaannya, maka itu

termasuk kufur/kafir.

2 1 Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam

Islam,(Jakarta, Prenada Media, 2003) h., 180.

Page 33: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

18

C. Pengganti Shalat

Bagi yang meninggalkan shalat bisa disebabkan dua hal, yaitu karena

kesengajaan atau ketidaksengajaan. Bagi yang meninggalkan salat secar sengaja

terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, ia meninggalkan shalat karena sengaja,

yaitu mengingkari kewajiban. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa orang

yang menghindar dari kewajiban shalat tanpa ada alasan apapun

Badal di ambil dari bahasa Arab yang artinya pengganti, adapun badal

shalat secara Bahasa adalah pengganti Shalat yakni pengganti shalat seseorang

yang sudah meninggal dunia. Ada beberapa perkara yang dapat mengganti shalat

seseorang yang sudah meninggal yang terjadi dan masyhur dikalangan

masyarakat yaitu Qadha dan Membayar Fidyah.

Qadha secara bahasa adalah memutuskan dan mengganti, sedangkan

menurut istilah fiqih adalah mengerjakan shalat di luar waktu yang telah

disyariatkan. Maka dapat disimpulkan bahwa shalat Qadha diartikan dengan

melaksankan shalat diluar waktu yang ditentukan sebagai pengganti shalat yang

ditinggalkan karena unsur kesengajaan, lupa, memungkinkan atau tidak

memungkinkan dalam pelaksanaan shalat tersebut.2 2

Para ulama sepakat bahwa, barang siapa yang meninggalkan shalat fardhu,

maka wajib menggantinya atau mengqadhanya. Baik ditinggalkannya secara

sengaja, lupa, tidak tahu maupun karena tertidur. Sedangkan yang sedang dalam

keadaan haid atau nifas itu tidak diwajibkan untuk menggantikan shalat, sebab,

kewajiban shalatnya gugur bagi mereka. Namun bagi mereka yang hilang akal

sebab pingsan, mabuk dan gila. Para ulama berbedaa pendapat dalam menyikapi

hal ini, diantara lain adalah:2 3

Mazhab Hanafi mengatakan bahwa orang yang hilang akal disebabkan

benda yang memabukkan yang diharamkan olah Agama, maka hukumnya wajib

2 2 Qadha dan fidyah Shalat, iztyazzahra.wordpress.com/2016/04/15/qadha-dan-fidyah-

shalat-bagi-orang-yang-sudah-meninggal. Diakses pada tanggal 13/03/18 pada pukul 10:32 WIB 2 3 Muhammad Jawad M, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Basrie Press, 1991) H.172

Page 34: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

19

atasnya qadha shalat. Sedangkan orang yang hilang akal sebab pingsan dan gila,

maka gugur bagi mereka kewajiban mengqadha shalat dengan adanya dua

ketentuan syarat, yaitu:

1. Pingsan atau gilanya berlangsung terus menerus sampai lebih dari lima

kali waktu shalat, jika hanya lima kali shalat kurang dari itu, maka

wajib mengqadha atasnya.

2. Tidak sadar selama pingsan atau gilanya itu pada waktu shalat jika ia

sadar dan belum shalat, maka wajib qadha’.

Mazhab Maliki mengatakan bahwa pingsan tidak menggurkan qadha’.

Jadi, orang gila dan pingsan wajib mengqadha shalatnya, sedangkan orang yang

mabuk dibagi menjadi dua pendapat hukumnya:

1. Apabila mabuknya disebabkan oleh barang haram, maka ia wajib

qadha’

2. Jika disebabkan barang halal, maka tidak wajib mengqadha.

Mazhab hambali berpendapat bahwa orang yang pingsan dan mabuk

karena benda haram wajib mengqadha, sedangkan orang gila tidak wajib qadha.

Mazhab Syafii berpendapat bahwa orang gila tidak wajib untuk mengqadha apbila

gilanya menghabiskan seluruh waktu shalat.

Sedangkan Fidyah adalah memberikan makan orang miskin sebagai

pengganti seseorang yang meninggalkan kewajibannya sebagai muslim, baik itu

puasa atau shalat. Pembayaran fidyah ini sebanyak satu mud atau setara dengan 6

ons, bagi setiap shalatnya. Firman Allah Swt. Q.s. Al-Baqarah (2): 184:

ما معدوداتم مم أخر فمن كان منكم مريضا أو على أي ة من أي وعلى الذين سفرم فعدإن وأن تصوموا خي لكم فمن تطوع خيا ف هو خي له ونه فدية طعام مسكيم يطيق

تم ت علمون كن

Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara

kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah

Page 35: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

20

baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak

berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.

Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah

yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.”

Mengenai dalil fidyah shalat, memang dalam beberapa dalil hanya

membahas fidyah puasa, akan tetapi ada kesamaan illat yaitu antara puasa dan

shalat, maka pada pengalokasian fidyah shalat disamakan dengan fidyah puasa

yang diberikan kepada orang miskin. Mazhab Syafii berpendapat bahwa dalam

penerimaan fidyah ini golongan faqir lebih utama untuk mendapatkannya karena

dilihat dari kondisi yang lebih memperhatinkan dibandingkan si miskin.

Pembagian fidyah ini tidak diperuntukan 8 golongan dalam pembagian zakat.2 4

Selanjutnya pendapat Mazhab Syafi’i sejalan dengan fatwa Majelis Ulama

Indonesia tentang Fidyah Shalat dan Qadha tepatnya MUI Provinsi Jakarta pada

tanggal 19 Dzulqa’dah 1420 H/25 Februari 2000 M.2 5 Di dalam fatwa MUI itu

memutuskan bahwa:

1. Pada dasarnya, setiap manusia akan memperoleh balasan (pahala atau

siksa) sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu masih hidup di alam

dunia. Mereka tidak akan mendapatkan balasan amal perbuatan yang

dilakukan oleh orang lain. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT

dalam Q.s An-Najm (53): 39-4:

2 4 Syaikh Abu Bakar Syatha, I’anatu Al-Thalibin, (Menara Kudus, Al-haramain, 2007),

Juz II, H.244 2 5 Lihat Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, dalam rapatnya

pada tanggal 19 Dzulqa’dah 1420 H., bertepatan dengan tanggal 25 pebruari 2000 M.

Page 36: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

21

يزاه (ث ٤٠)عيه سوف ي رى(وأن س ٣٩)سعى وأن ليس لإلنسان إل ما (٤1) الزاء األوف

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain

apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan

diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi Balasan kepadanya

dengan Balasan yang paling sempurna.”

2. Sungguh pun setiap orang hanya akan mendapat balasan sesuai

dengan amal perbuatannya, agama Islam mewajibkan orang-orang

yang beriman untuk membantu sesama orang-orang yang beriman

dengan menshalatkan jenazahnya dan mendo’akannya agar seluruh

amal ibadahnya diterima Allah SWT dan dosa-dosanya diampuni.

Demikian juga firman Allah SWT dalam Q.s Al-Hasyr (59): 10:

ذين سب قون لخواننا ال لنا و غفر انا والذين جاءوا من ب عدهم ي قولون رب رحيم نا إنك رءوف وا رب آمن ين بلميان ول تعل ف ق لوبنا غل للذ

Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin

dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami

dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami,

dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami

terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya

Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

Berdasarkan ayat Al-Qur;an dan Hadits-Hadits di atas, para ulama

telah bersepakat bahwa do’a dan perbuatan baik yang diperuntukkan

bagi mayit akan sampai dan bermanfaat baginya. Bahkan Syaikh Al-

Islam Ibnu Taimiyah memfatwakan sebagai berikut: “Barang siapa

berkata bahwa do’a atau perbuatan baik yang diperuntukkan bagi

Page 37: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

22

mayit, pahalanya tidak sampai kepadanya maka mereka adalah

termasuk ahli bid’ah.”2 6

3. Agama Islam juga menyarankan kepada keluarga mayit agar beramal

shaleh dan bershadaqah atas nama mayit, meng-qadha’ ibadah haji

yang telah wajib atas mayit tetapi sewaktu hidup belum dilaksanakan

dan sebagainya. Semua pahala amal shalih yang diperuntukkan bagi

mayit akan sampai dan bermanfaat baginya. Para ulama berbeda

pendapat tentang perlu atau tidaknya meng-qadla’ atau membayar

fidyah sebagai ganti terhadap shalat yang ditinggalkan oleh seseorang

yang telah wafat. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena tidak

adanya satu pun nash Al-Qur’an atau Hadits yang secara sharih

(jelas) menerangkan masalah ini. Yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an

adalah fidyah puasa bagi orang yang tidak mampu melaksanakannya

karena tua renta atau sakit yang kronis sebagaimana disebutkan dalam

QS. Al-Baqarah (2): 184:

خي له وأن خيا ف هو ع من تطو ف كيم وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مس تم ت علمون ) (1٨٤تصوموا خي لكم إن كن

Artinya: “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya

(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi

Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati

mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan

berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”;

Menurut Jumhur Ulama, termasuk Syekh Zainuddin Al-Malibari

pengarang kitab Fathul Mu’in, bahwa jika ada orang yang sudah

wafat mempunyai hutang Shalat Fardlu, maka tidak perlu di-qadla’

atau dibayarkan fidyah-nya. Sementara itu menurut sebagian ulama

2 6 Ibn Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1978), Jilid 24, h., 306

Page 38: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

23

seperti as-Subki dan Ibnu Burhan berpendapat, bahwa jika ada orang

yang sudah wafat mempunyai hutang shalat Fardlu, maka supaya

dibayarkan fidyah-nya jika mayit meninggalkan harta benda (tirkah).

Pendapat ini didukung oleh para pengikut Mazhab Hanafi. Mereka

berpendapat, jika ada orang sudah wafat mempunyai hutang Shalat

dan Puasa, maka supaya dibayar fidyah-nya kepada kaum fakir

miskin. Pembayaran fidyah tersebut diambilkan dari harta

peninggalan mayit (tirkah) atau dari harta keluarganya. Keterangan

ini dapat dibaca dalam kitab I’anatut Thalibin sebagai berikut;2 7

دين تهجممن مات و عليه صلة فل قضاء و ل فدية و ف قول كجمع تنا و ن أئمع مأهنا تقضى عنه لب البخارى و غيه. و من ث إختاره مج

فعل به السبكي عن بعض أقاربه

“Barangsiapa wafat dan dia masih mempunyai hutang shalat, maka

tidak perlu di-qadla’ dan atau dibayarkan fidyah-nya. Menurut

sebagian pendapat para imam mujtahid, bahwa shalat tersebut harus

di-qadla’. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Al-Bukhâri dan yang lain. Sehubungan dengan hal itu, sebagian

ulama kita (Mazhab Syafi’i) memilih pendapat ini, bahkan Imam as-

Subki mempraktekkannya sebagai pengganti shalat yang ditinggalkan

oleh salah seorang kerabatnya”

Sehubungan dengan perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqh

diatas, Komisi Fatwa MUI DKI Jakarta memilih pendapat ulama yang

menyatakan bahwa shalat yang telah ditinggalkan mayit sewaktu

masih hidup dapat di-qadla’ atau diganti dengan membayar fidyah.

Sungguh pun demikian, bukan berarti orang yang masih hidup boleh

meninggalkan shalat untuk digantikan dengan membayar fidyah atau

2 7 Sayid Bakri Muhammad Syatha, Hasyiah ‘Ianatut Thalibin Ala Halli Alfadz Fath al-

Mu’in Lisyarh Qurrat al-A’in, (Beirut : Dar al-Fikr, ttH.), Juz ke-1, h., 24. Lihat juga, Wahbah az-

Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami Wa Adilatuhu, (Beirut : Dar al-Fikr, 1999), Juz ke-2, h., 134-135.

Page 39: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

24

berwasiat kepada keluarganya agar sesudah wafat, shalat-shalat yang

ditinggalkannya di-qadla’ atau dibayar dengan fidyah.

Dalam menjalankan sebuah kewajiban shalat fardhu terdapat ketentuan-

ketentuan yang mengiringi kewajiban melaksanakan shalat. Apabila tidak

ditunaikan maka akan mendapatkan konsekuensinya sesuai dengan hukum

syari’at. Hukuman bagi yang tidak melaksanakan shalat sudah diatur oleh Agama.

Fardhu/wajib adalah sesuatu yang wajib dikerjakan yang kemudian mendapatkan

pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Selain dosa, Mukallaf ini juga

diwajibkan untuk menggantinya. Dalam pengganti shalat ada beberapa upaya.

Yang pertama ulama Jumhur sepakat bahwa hukum mengganti shalat (qadha’)

adalah wajib.2 8 Namun, dalam keputusan fatwa MUI Provinsi DKI Jakarta

Komisi Fatwa MUI DKI Jakarta memilih pendapat ulama yang menyatakan

bahwa shalat yang telah ditinggalkan mayit sewaktu masih hidup dapat di-qadla’

atau diganti dengan membayar fidyah.

2 8 Muhammad Jawad M, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Basrie Press, 1991) h.,172

Page 40: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

25

BAB III

KONSEP UMUM TENTANG SHALAT HADIAH

A. Pengertian Shalat Hadiah

Pengertian Hadiah, Kata Hadiah berasal dari bahasa Arab " هدية

hadiyyatun" yang biasa disebut Hadiah atau Pemberian. Di dalam kamus al-

Munjid disebutkan bahwa kata هدية jamaknya adalah 2.هداي 9

االدية ج هداي: ماأحتف به اي بعث به إكراما او تودد “Jamak dari hadiyyah adalah hadaya: Maksudnya adalah dipersembahkan atau

dihadiahkan, yaitu mengirimkan sesuatu untuk mengharap kemuliaan atau kasih

sayang.”

Secara bahasa shalat diambil dari bahasa Arab yang berarti doa, Shalat

secara istilah adalah perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan

diakhiri dengan salam.3 0 Sedangkan hadiah secara bahasa adalah suatu pemberian

untuk mengembirakan seseorang karena sesuatu. Shalat Hadiah adalah shalat

yang dilakukan sebanyak dua raka’at sebagai nafal muthlaq, pada malam yang

pertama sesudah mayit dikebumikan.3 1

Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Swt. di samping mensyariatkan

shalat fardhu juga mensyariatkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mendekatkan

diri kepada-Nya (taqarrub) dengan shalat sunnah. Melakukan shalat sunnah

merupakan salah satu sarana terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Nya setelah

2 9 Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'alam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986),

h. 860 3 0 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h., 53 3 1 Syafi’i Hazami, Taudihul adillah, (Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010, bagian 2)

h., 161

Page 41: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

26

jihad fi sabilillah dan mencari ilmu. Rasulullah selalu mendekatkan diri kepada

Allah dengan melakukan shalat sunnah. Di dalam shalat tersusun barbagai

macam ibadah, seperti membaca AlQur'an, ruku', sujud, berdoa, merendahkan

diri, menundukkan hati, memohon, bertakbir, bertasbih, dan membaca shalawat

kepada Rasulullah.

Shalat sunah atau biasa disebut dengan “nawafil” adalah bentuk jama dari

kata nafilah yang berarti tambahan. Dilihat dari hukumnya, shalat itu ada yang

diwajibkan ada pula yang disunahkan. Shalat sunah (nawafil) itu ada yang

disunahkan mengerjakannya secara berjama’ah dan ada pula yang tidak

disunahkan untuk berjama’ah, bahkan ada yang disunahkan untuk dikerjakan di

rumah. Pada dasarnya shalat sunah itu lebih baik dikerjakan di rumah masing-

masing dari pada di masjid.

Shalat Hadiah adalah shalat sunah dua rakaat yang dilakukan setelah

mayit dikebumikan. Pada Tiap-tiap rakaat satu kali Fatihah, satu ayat kursi, satu

kali Al-Takatsur dan 10 kali surat Al-Ikhlas dan hendaklah berdoa sesudah

memberi salam.3 2 Alam kitab karangan Syekh Nawawi Al-Bantani, dalam

kitabnya Nihayat al-Zain fi Irsyad al-Mubtadiin, beliau mengutip hadis yang

menjadi dalil hukum Shalat Hadiah:

روي عن النب صلى هللا عليه وسلم أنه قال ل أيتى على امليت أشد من الليلة األول, فارحوا بلصدقة من ميوت. فمن مل يد فليصل ركعتي يقرأ فيهما: أي

, وألاكم التكاثر مرة, ف كل ركعة منهما فاحتة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرةوقل هو هللا أحد عشر مرات, ويقول بعد السلم: اللهم إن صليت هذه الصلة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابا إل قب فلن بن فلن فيبعث هللا من

3 2 Muhammad bin Umar Nawawi Al-jawi Al-bantani, Nihâyah al-Zain,(Bayruth-libanon,

Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2002) h., 107

Page 42: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

27

ساعته إل قبه ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إل يوم ينفخ ف الصور.

Artinya: “Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda,“Tiada beban siksa

yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya,

kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu

bersedekah, maka hendaklah shalat dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia

membaca surat Al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat Al-Takatsur 1

kali, dan surat Al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma

inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahumma ‘ab’ats

tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita

maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan shalat ini. Kau pun mengerti

maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala shalatku ini ke kubur (sebut

nama mayit yang dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000

Malaikat. Tiap Malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang akan

menghibur mayit sampai hari kiamat tiba.

Secara menyeluruh, Shalat Hadiah ini adalah shalat sunah dua raka’at yang

pahala shalatnya dihadiahkan untuk mayyit yang sudah meninggal. Yang

dikhususkan pada malam pertama setelah ia dikubur, untuk meringankan siksaan

kubur. Shalat Hadiah juga memiliki nama atau penyebutan yang berbeda namun

pengertian dan maknanya yang sama yaitu : 1. Shalat Lailat al-dafn: karena malam itu adalah malam pertama mayat

dikuburkan.

2. Shalat al-Wahsyah: mengandung tiga kemungkinan ;

a. Shalat ini mengangkat mayat dari kesendiriannya di dalam kubur dan

meringankan siksaan dan keadaan mayat pada malam pertama.

b. Sebagai pemberitahuan dan cara berpisah dengan mayat, karena

dengan kepergiannya membuat sunyi hati mereka yang ditinggalkan.

c. Merupakan bukti kesetiaan orang yang hidup terhadap orang yang

telah meninggal, dan taqarrub kepada Allah dengan doa dan shalat

untuk ruhnya.

Page 43: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

28

3. Shalat al-Hadiah: bahwasannya mayat setelah terputus dari kehidupan

duniawi ia sangat membutuhkan amalan-amalan shalih, maka shalat ini

merupakan hadiah orang yang hidup untuknya.3 3

Jadi, secara keseluruhan baik secara bahasa dan istilah bahwa Shalat

Hadiah ini memiliki tiga sebutan yang berbeda yang yakni, shalat wahsyah,

Shalat Hadiah, dan shalat lailatuddafni. Dan Shalat Hadiah ini adalah shalat

yang sama seperti shalat sunah lainnya hanya saja dengan bacaan-bacaan yang

sudah ditentukan didalam hadist yang dijadikan dalil dan dasar hukum Shalat

Hadiah yang kemudian pahalanya dikirimkan kepada mayyit.

B. Tata cara Shalat Hadiah

Shalat ditinjau menjadi tiga aspek, yaitu sebelum shalat, dalam shalat dan

setelah shalat. adapun tinjauan sebelum shalat adalah Tharah/bersuci. Dalam hal

ini bersuci sebelum shalat adalah berwudhu jika tidak hadas besar. Jika hadas

besar maka wajib mandi terlebih dahulu. Thaharah untuk Shalat Hadiah sama

pada shalat lainnya. Kemudian dilanjutkan didalam Pelaksanaan Shalat Hadiah

ini pada umumnya sama dengan shalat sunah lainnya, mulai dari gerakan dan

jumlah rakaat yang masyhurnya pun sama-sama 2 raka’at. Secara garis besar niat

Shalat Hadiah ini dibagi menjadi dua pendapat, yang pertama dengan niat Shalat

Muthlaq, yang kedua dengan niat Shalat Hadiah.

Berikut beberapa kutipan kitab-kitab yang dipergunakan oleh para ulama

sebagai sumber rujukan dalam pengamalan Shalat Hadiah.

1. Nazahat al-Majâlis yang ditulis oleh as-Shafuri.3 4

رأ يت ف كتاب املختار ومطالع النوار عن النب صلى هللا عليه وسلم أ نه أييت على امليت أشد من الليلة الول فارحوا مواتكم بلصدقة فمن مل لقال

3 3 Ahmad Mafaid Nasution, Tesis dengan judul Pengamalan Shalat Hadiah untuk orang

yang telah meninggal di kampung mesjid kec. Kualuh Hilir kab. Lauhan batu utara. ( Sumatera

Utara Medan, Studi Hukum Islam Program Pasca Sarjana IAIN, 2014) h., 44. 3 4 Abdul Rahman as-Shafuri, Syafi’I, Nazâhat al- Majalis ,( ttp. 1346 H ), Jilid 1 h., 63

Page 44: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

29

يد فليصل ركعتي يقرأ فيهما فاحتة الكتاب وأ ية الكرسي وأ لاكم التكاثر وقل هو هللا أ حد اإحدى عشة مرة ويقول اللهم اإن صليت هذه الصلة

فلن فيبعث هللا من ساعته وتعلم ما أ ريد اللهم ابعث ثوابا اإل قب فلن بناإل قبه أ لف ملك مع ك ملك نر وهدية يؤنسونه ف قبه اإل أن ينفخ ف الصور ويعطى هللا املصلي بعدد ما طلعت عليه الشمس حس نت ويرفع هللا ألربعي ألف درجة وأربعي ألف حجة وعرة وينب هللا أللف مدينة ف النة

يكسى ألف حلة قال مؤلف الكتاب املذكور ويعطى ثواب ألف شهيد و وهذه فائدة عظيمة ينبغي لكل مسلم أن يصليها كل ليلة ألموات املسلمي

Artinya: “Aku melihat dalam kitab Al-Mukhtar Wa Matholi'ul Anwar,

diriwayatkan daripada Nabi SAW. bahwasanya ia bersabda: "Tiada

beban siksa mayat yang lebih dahsyat dari malam pertama kematian.

Maka kasihanilah ia dengan bersedekah, jika tidak mampu, shalatlah

dua rakaat. Pada tiap-tiap rakaat menmbaca Al-Fatihah, Ayatul Kursi,

Alhakumuttakasur, Qulhuallahu Ahad 11 kali, lalu berdoa : Ya Allah!

Sesungguhnya aku telah lakukan shalat ini, sedang Engkau Maha

Mengetahui apa yang aku maksudkan. Ya Allah! Sampaikanlah

pahalanya kekubur si Fulan bin Fulanah, niscaya Allah Taala akan

mengirimkan pada saat itu juga seribu Malaikat, bersama tiap-tiap

Malaikat itu cahaya dan hadiah yang akan menghibur mereka

bersamanya di dalam kubur sampai ditiup sangkakala. Dan dikurniai

Allah Taala kepada yang melakukan shalat ini kebajikan sebanyak

bilangan terbitnya matahari, dan Allah Taala angkatkan baginya 40

ribu derajat, 40 ribu haji dan umrah dan dibangunkan baginya seribu

kota di dalam syurga dan diberi pahala seribu syahid dan dipakaikan

seribu persalinan. Pengarang buku tersebut mengatakan, ini adalah

suatu faedah yang sangat besar yang semestinya dilakukan oleh tiap

muslim pada setiap kematian".

Page 45: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

30

2. Nihayat al-Zain fi Irsyad al-Mubtadiin yang ditulis oleh Syekh

Muhammad bin Umar Nawawi Al-Jawi.3 5

من ت أشدمليروي عن النب صلى هللا عليه وسلم أنه قال ل أيتى على اي يقرأ ركعت يصلالليلة األول, فارحوا بلصدقة من ميوت. فمن مل يد فلوألاكم مرة, رسىفيهما: أي ف كل ركعة منهما فاحتة الكتاب مرة, وآية الك

اللهم إن م:رة, وقل هو هللا أحد عشر مرات, ويقول بعد السلالتكاثر من فلن لن بفب قصليت هذه الصلة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابا إل

ونه يؤنس ديةفيبعث هللا من ساعته إل قبه ألف ملك مع كل ملك نور وه إل يوم ينفخ ف الصو.

Artinya: “Diriwayatkan dari Nabi SAW. bahwa Nabi bersabda: (Akan

datang pada malam pertama mayat dikebumikan suatu keadaan yang

sangat dahsyat. Oleh kerana itu, kasihani kamulah untuk

mengurangkan keluh kesah mayat itu dengan bersedekah. Jika tidak

mampu bersedekah shalatlah 2 rakaat) bacalah padanya pada tiap-

tiap rakaat satu kali Fatihah, satu ayat Kursi, satu kali Al-Takatasur

dan 10 kali surat Al-Ikhlas, dan hendaklah berdoa sesudah memberi

salam: "Ya Allah! Sesungguhnya aku telah melaksanakan Shalat ini,

sedang Engkau Maha Mengetahui apa yang aku maksudkan. Ya Allah!

Sampaikanlah pahala Shalat ini kekubur si Fulan bin Fulan, maka

Allah akan mengirimkan ke kuburnya pada saat itu juga seribu

Malaikat, bersama tiap-tiap Malaikat itu nur dan hadiah. Dan

berbaurlah mereka itu bersamanya di dalam kubur sampai ditiup

sangkakala. Dan dalam sebuah Hadis disebutkan : Orang yang

melaksanakan Shalat tersebut akan memperoleh pahala yang banyak,

diantaranya ia tidak akan meninggalkan dunia hingga melihat

tempatnya di surga, sebagian mereka berkata: Maka berbahagialah

orang yang melaksanakan Shalat ini setiap malam dan ia memperoleh

pahala untuk tiap-tiap mayat daripada kaum muslimin, dan hanya

kepada Allahlah kita mendapat petunjuk.

3 5 Muhammad bin Umar Nawawi Al-jawi Al-bantani, Nihaayah az-Zain, (Dar Al-kotob

Al-ilmiyah, bayruth-libanon, tahun 2002), h., 107.

Page 46: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

31

3. K.H. Muhamad Syafi’i Hazami berpendapat termaktub dalam kitab

Taudihul Adillah. bahwa niat Shalat Hadiah dengan niat shalat sunah

muthlaq (Nafal)3 6. Dan tata cara menurut beliau yakni:

a. Niat Shalat Hadiah dengan niat shalat muthlaq.

b. Setiap setelah membaca Al-Fatihah bagi tiap rakaatnya membaca:

1) Ayat kursi 1 kali.

2) At-Takâtsur 1 kali.

3) Al-Ikhlas 11 kali.

Surah-surah ini dibaca setiap rakaat sesudah Al Fatihah. Setelah selesai

shalat hendaknya membaca doa sebagai berikut;

وابا إل قب ث لهم اب عث ريد, الا أ م م اللهم إن صل يت هذه الصلة وت عل

فلن بن فلن

Artinya: “Ya Allah. Aku telah lakukan shalat ini, sedang engkau maha

mengetahui apa yang yang aku kehendaki. Ya Alla, kirimkan

pahalanya kepada Qubur si Pulan bin Pulan.”

4. Abdul Rahman bin Ahmad bin Abdullah bin Aliy Kafiy, dalam

karyanya Risâlah al-Kubro mengunakan dalil yang hampir sama tetapi

terdapat beberapa kata (lafaz) yang sedikit berbeda dari syekh

Nawawi al-Bantaniy. Dasar hukum yang beliau gunakan:3 7

روي عن النب صلى هللا عليه وسلم أنه قال ل أيتى على امليت أشد من , فارحوا بلصدقة من ميوت. فمن مل يد فليصل ركعتي يقرأ الليلة األول

وقل هو هللا مرة, ألاكم التكاثرمرة, وآية الكرس مرة, فاحتة الكتاب فيهما

3 6 Syafi’i Hazami, Taudih al-Adillah, (Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010, bagian 2),

h., 161 3 7 Abdul Rahman ibn Ahmad ibn Abdullah ibn Aliy Kafiy ,Risalah al-Kubro,( Darul

Khawa: 1422 H ), h., 277.

Page 47: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

32

لهم إن صليت هذه الصلة وتعلم عشر مرات, ويقول بعد السلم: الأحد ما أريد, اللهم ابعث ثوابا إل قب فلن بن فلن فيبعث هللا من ساعته إل

ان ينفخ ف الصور قبه ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلDiriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang

lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah

mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah,

maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia

membaca surat al-Fatihah 1 kali, ayat Kursi 1 kali, surat at-Takatsur

1 kali, dan surat al-Ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa,

‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid.

Allahumma ‘ab’ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama

mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang

ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala

sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang di maksud),

niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 Malaika, tiap malaikat

membawakan cahaya dan hadiah yang akan menghibur mayit sampai

hari kiamat tiba.”

Dari beberapa kutipan kitab yang berkaitan dengan tatacara Shalat dapat

ditarik sebuah kesimpulan tata cara Shalat Hadiah dari berbagai kitab, dan di

simpulkan oleh tesis Ahmad Mafaid Nasution yang berjudul, “pengamalan

Shalat Hadiah untuk orang yang telah meninggal di kampung mesjid kec. Kualuh

Hilir kab. Lauhan batu utara.” Setelah jenazah itu dikuburkan siangnya, 3 8

a. Sesudah berwudlu, lalu berdirilah mengerjakan yang dimaksud

dengan lafazh/niatnya:

أصلي ركعتي سنة الدية هللا تعال"Aku niat shalat hadiah dua rakaat sunah karena Allah Ta'aala,

Allahu akbar"

3 8 Ahmad mafaid nasution, pengamalan Shalat Hadiah untuk orang yang telah

meninggal di kampung mesjid kec. Kualuh Hilir kab. Lauhan batu utara. ( Sumatera Utara

Medan, Studi Hukum Islam Program Pasca Sarjana IAIN, 2014) h., 61-62.

Page 48: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

33

b. Sesudah pembacaan Fatihah, bacalah pada raka'at pertama dan kedua

Ayatul Kursy (Surah Al-Baqarah ayat 225) sekali, Surah at-Takatsur

sekali, dan Surah Al-Ikhlas 10 kali.

c. Laksanakanlah yang dua raka'at itu sebagaimana shalat sunah yang

lainnya, sehingga sampai kepada Salam.

d. Sehabis Salam, maka berdo'alah ke haderat Allah, kiranya "Shalat

Hadiah" itu disampaikan Tuhan kepada yang dimaksud, do'anya

yaitu :

ا إل قب اللهم إن صل يت هذه الصلة وت علم ما أريد, اللهم اب عث ث واب

فلن بن فلن

"Ya Allah, sesungguhnya aku telah menyembahyangkan shalat ini,

dan Engkau Maha Mengetahui apa yang kumaksud, Ya Allah

mohonlah aku kepada-Mu, kiranya Engkau sampaikanlah

ganjaran/pahalanya kepada kuburan si Fulan ibn Fulan.

Demikianlah tata cara melaksanakan Shalat Hadiah dari

beberapa kutipan buku dan kitab-kitab yang membahas tentang

Shalat Hadiah.

C. Praktek Shalat Hadiah di Indonesia

Praktek Shalat Hadiah di Indonesia ini berbagai pendapat pula, kembali

kepada ulasan sebelumnya bahwa, praktek Shalat Hadiah ini hanya terdapat pada

daerah dakwah para penulis kitab yang masyhur diatas. Disamping itu juga

banyak masyarakaat kota yang tidak mengetahui bahwa adanya praktek Shalat

Hadiah.

Untuk menjelaskan bagaimana praktek Shalat Hadiah di Indonesia,

kemudian penulis mengambil satu daerah sebagai sampel untuk menggambarkan

Page 49: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

34

praktek Shalat Hadiah di Indonesia. Adapun daerah yang dipilih adalah daerah

hasil observasi tesis Ahmad Mafaid yang telah penulis paparkan, yaitu kampung

mesjid, kecamatan Kualuh Hilir Kabuparen Labuhan Utara, Sumatera Utara.

Ahmad Mafaid Nasution telah mendeskripsikan praktek Shalat Hadiah,

berikut adalah kutipan pada penelitiannya yang penulis simpulkan.

1. Bahwa pendapat tokoh agama di sana mereka mendapatkan tradisi

tersebut dengan belajar dari gurunya yang belajar cukup lama di

mekkah yaitu selama 14 tahun.

2. Kemudian praktik shalatnya sama seperti shalat pada umumnya yang

pada pembahasan sebelumnya penulis sudah paparkan.

a. Sesudah berwudlu, lalu berdirilah mengerjakan yang dimaksud

dengan lafazh/niatnya:

أصلي سنة الدية ركعتي هللا تعال"Aku niat shalat hadiah dua rakaat sunah karena Allah Ta'aala,

Allahu akbar"

b. Sesudah pembacaan Fatihah, bacalah pada raka'at pertama dan

kedua Ayatul Kursy (Surah Al-Baqarah ayat 225) sekali, Surah at-

Takatsur sekali, dan Surah Al-Ikhlas 10 kali.

c. Laksanakanlah yang dua raka'at itu sebagaimana shalat sunah

lainnya, sehingga sampai kepada Salam.

d. Sehabis Salam, maka berdo'alah ke haderat Allah, kiranya "Shalat

Hadiah" itu disampaikan Tuhan kepada yang dimaksud, do'anya

yaitu:

صلة وت علم ما أريد, اللهم اب عث ث وابا إل قب اللهم إن صل يت هذه ال فلن بن فلن

“Ya Allah, sesungguhnya aku telah melakukan shalat ini, dan

Engkau Maha Mengetahui apa yang kumaksud, Ya Allah

Page 50: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

35

mohonlah aku kepada-Mu, kiranya Engkau sampaikanlah

ganjaran/pahalanya kepada kuburan si Fulan ibn Fulan.”

Pelaksanaannya dilakukan setelah Shalat Magrib, yang selanjutnya jika

selesai Shalat kemudian memanjatkan doa untuk si mayat. Kemudian masyarakat

mendapatkan amplop yang dibagi-bagikan sebagai bentuk dan tanda terima kasih

dari keluarga ahli musibah.

Page 51: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

36

BAB IV

ANALISIS KOMPARATIF TENTANG SHALAT HADIAH

DALAM PERSPEKTIF MAJELIS ULAMA INDONESIA,

MUHAMMADIYAH, DAN NAHDHATUL ULAMA.

A. Perspektif Majelis Ulama Indonesia

Anlisis komperatif tentang Shalat Hadiah ini meliputi tiga variabel untuk

penulis jadikan sampel yakni perspektif Majelis Ulama Indonesia,

Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Ketiga Organisasi Masyarakat akan

memberikan pendapat hukum berkaitan dengan hukum melaksanakan Shalat

Hadiah. Fatwa atau putusan yang dikeluarkan oleh masing-masing Organisasi

Masyarakat ini yang nantinya akan menjadi data analisis komperatif untuk

penulis ambil kesimpulan sebuah pendapat hukumnya. Penulis membagi menjadi

tiga pertanyaan secara umum yang penulis ajukan. Pertanyaan pertama berkaitan

dengan sudah atau belumnya ketiga Lembaga Organisasi Masyarakat ini

mengeluarkan fatwa tentang Hukum Melaksanakan Shalat Hadiah. Kemudian

pertanyaan kedua memiliki substansi pendapat hukum melaksanakan Shalat

Hadiah. Dan pertanyaan ketiga adalah berkaitan dengan kualitas dalil yang

dijadikan dasar hukum Shalat Hadiah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa memang tidak

mengeluarkan fatwa berkaitan dengan praktek Shalat Hadiah. Maka dari itu

penulis kemudian mengajukan pertanyaan pendapat hukum kepada Prof. Dr. Hj.

Huzaemah T. Yanggo, MA selaku ketua bidang fatwa MUI dan juga rektor IIQ

(Institut Ilmu Quran).

Page 52: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

37

Selanjutnya penulis mengajukan beberapa pertanyaan dan pandangan

hukum. Adapun pertanyaannya antara lain:3 9

1. Apakah Majelis Ulama Indonesia pernah mengeluarkan fatwa

mengenai hukum Shalat Hadiah?

Bahwa Komisi Fatwa MUI belum pernah mengeluarkan fatwa

berkaitan dengan hukum mempraktikkan Shalat Hadiah.

2. Jika belum, bagaimana pendapat ibu megenai hukum tentang praktek

Shalat Hadiah?

a. Beliau berpendapat bahwa hukum Shalat Hadiah itu ikhtilaf,

karena Shalat Hadiah ini tidak ditemukan dalam Nash (AlQur’an

dan Hadis) hadis mu’tabarah.

b. Adapun yang membolehkan Shalat Hadiah itu dilihat besarnya

tanggung jawab mendirikan shalat.

ث نا عب ثن مان قال: حد ن طه ب هيم ار إب د هللا، عن عب دان، عن حد

ال م ح ن ان ب ر م ع دة، عن ن ب ري تب، عن اب مك ال سي عن رضي هللا صي ة، ف قال: )صل الصل عن ملسو هيلع هللا ىلص ت النب ب ب واسي، فسأل قال: كانت

(ف على جن تطع س ت مل ف قاعدا، فإن تطع تس مل قائما، فإن بمArtinya: “Abdan telah menceritakan kepada kami, dari 'Abdullah,

dari Ibrahim bin Thahman, beliau berkata: Al-Husain Al-Muktib

menceritakan kepadaku, dari Ibnu Buraidah, dari 'Imran bin

Hushain radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: Dulu aku terkena

penyakit wasir (ambeien). Lalu aku bertanya kepada Nabi

shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai shalat. Maka beliau

bersabda, “Shalatlah dengan berdiri. Jika engkau tidak mampu,

maka shalatlah dengan duduk. Jika engkau tidak mampu, maka

shalatlah dengan berbaring.” c. Sebagian dari kalangan Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa hukum

Shalat itu bisa diqiyaskan dengan puasa.

3 9 Huzaemah T. Yanggo, Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Interview

Pribadi, 13 Februari 2018.

ه

Page 53: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

38

Bagaimana pendapat Ibu mengenai kedudukan hadis yang dijadikan dalil

yakni tersebut dalam kitab NihayatAl-Zain yang dikarang oleh Muhammad bin

Umar Nawawi Al-Jawi Al-Bantani. Kemudian beliau berpendapat hadis itu

diperselisihkan keshahihannya semacam itu, dalam Nash (AlQur’an dan Hadis).

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Prof. Dr. Hj.

Huzaemah T. Yanggo, MA ini berpendapat, hukum melaksanakan Shalat Hadiah

merupakan ikhtilaf ulama. Sedangkan hadis yang dijadikan dasar hukum adalah

hadis tanpa dicantumkannya sanad dan rawi yang jelas, tidak ditemukan pula

dalam kitab-kitab hadis mu’tabarah. Wallahu’alam Bishawwab.

B. Perspektif Tarjih Muhammadiyah

Majelis Tarjih Muhammadiyah memang tidak mengeluarkan fatwa

mengenai hukum Shalat Hadiah akan tetapi penulis meminta data dengan

pendekatan wawancara kepada tokoh yang berkaitan. Penulis meminta Wakil

sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah yakni Dr. H. Sopa, M. Ag. untuk

memberikan pendapat hukum mengenai praktik Shalat Hadiah.

Selanjutnya penulis mengajukan beberapa pertanyaan dan pandangan

hukum secara normatif. Adapun pertanyaannya anatara lain :4 0

1. Apakah Majelis Tarjih Muhammadiyah pernah mengeluarkan fatwa

atau tarjih mengenai hukum Shalat Hadiah?

2. Jika belum, bagaimana pendapat bapak yakni mengenai pendapat

hukum tentag praktek Shalat Hadiah.

3. Bagaimana pendapat bapak mengenai kedudukan hadis yang

dijadikan dalil yakni tersebut dalam kitab NihayatAl-Zain yang di

karang oleh Muhammad bin Umar Nawawi Al-jawi Al-bantani.

Setelah menimbang dan mengkaji terlebih dahulu dalil yang digunakan

rajih atau tidak. Kemuadian beliau berpendapat:

4 0 Sopa. Wakil Sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah, Interview Pribadi, 29

November 2017.

Page 54: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

39

1. Bahwa Majelis Tarjih Muhammadiyah tidak/belum pernah

mengeluarkan tarjih yang berkaitan dengan Hukum Shalat Hadiah.

2. Bahwa ia berpendapat tidak ada Shalat Hadiah itu dengan

argumentasi sebagai berikut:

a. Shalat termasuk ibadah mahdah. Maka berlaku kaidah:4 1

لي ألمر لى ال ع الصل ف العبادة البطلن حت يدل الد

“Hukum asal ibadah itu batal atau tidak diterima sampai ada

dalil yang memerintahkannya.";

Yang dimaksud dalil adalah Al-qur'an dan hadis maqbul. Setelah

dicek tidak ada dalilnya.

b. Salat merupakan fardu 'ain (kewajiban individual) yang dalam

pelaksanaannya tidak boleh diwakilkan. Apabila ada kesulitan,

diberikan rukhshah dalam berbagai bentuknya. Firman Allah

SWT:

تدوه عند فسكم من خيم وا ألن م قد وما ت وأقيموا الصلة وآتوا الزكاة

لل با ت عملون بصي إن ا الل Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan

kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu

akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah

Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Baqarah:

110).

c. Pahala dan siksa di akhirat didapat oleh manusia berdasarkan

kasab (amal)-nya masing. Firman Allah SWT:

4 1 Ibnu Qayyim al Jauziyah, I'lam al-Muwaqqi'in, (Beirut, Dar al Fikr, T,th.), Juz 1 h.,

344.

Page 55: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

40

ها ما اكتسبت ل يكل ف الل ن فسا إل وسعها لا ما كسبت وعلي نا إصرا كما إن نسينا أو أخطأن رب نا ل ت ؤاخذن رب نا ول حتمل علي

لنا ما ل طاقة لنا به حلته على الذين من ق بلنا واعف رب نا ول حتم ;"ن على القوم الكافرين أنت مولن فانصر عنا واغفر لنا وارحنا

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)

yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)

yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami

tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada

kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada

orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.

Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum

yang kafir.” (Q.S Al-Baqarah: 286)

نسان إل ما سعى وأن ليس لإلArtinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh

selain apa yang telah diusahakannya.” (Q.S An-Najm :39)

حلها ل يمل منه شيء وإن تدع مث قلة إل ول تزر وازرة وزر أخرى

ا ت نذ ولو كان ذا ق رب م بلغيب وأقاموا الصلة إن ر الذين يشون رب

ا ي ت زكى ومن ت زكى وإل الل المصي لن فسه فإن

Artinya: “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa

orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil

(orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan

untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum

kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan

hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun)

mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang.

Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia

Page 56: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

41

mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada

Allahlah kembali(mu).” (Q.S Fatir: 18);

Beliau berpendapat bahwa, konsep hadiah salat bertentangan

dengan ayat-ayat tersebut. d. Kalaupun "ditolerir" transfer pahala itu pun hanya sedekah,

bacaan quran, dzikir dan ibadah lain. Saya belum baca pendapat

ulama yang membolehkan transfer pahala salat dari orang hidup

kepada orang mati (baca risalah tahlil). Imam Syafi'i sendiri

berpendapat tidak sampai pahalanya tersebut.

e. Hadis dalam kitab tersbut:

a) Hadis tersebut tidak ada sanadnya dan perawinya (mukharrij

seperti bukhari, muslim dsb). Maka, dalam ulumul hadis

disebut "hadis maudhu";

b) Indikator "kemaudhu'an" semakin kuat dengan memperhatikan

isinya yang menjanjikan pahala yang nyata (kuantitatif) dan

cenderung "berlebih lebihan", bukan kualitatif;

c) Hadis tersebut tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadis

muktabar. Wallahu a'lam bish shawab.

Kemudian ia memberikan penjelasan tambahan, bahwa indikator hadis

yang maqbul dan dapat dijadikan dalil.

1. Bahwa hadis itu bukan ditinjau dari masyhurnya akan tapi dilihat dari

keabsahannya, marfu’nya, tersambung kepada Nabi Muhammad

SAW.

2. Bahwa sampai saat ini belum ada bukti dalil secara tersurat, dan

adapun dalil tersebut tidak ada sanadnya dan tidak ada rawinya, dan

dalam Ulumul Hadis, jika tidak ada sanadnya dan tidak ada perawinya

maka hadis itu disebut hadis maudu’.

Page 57: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

42

3. Ibadah Mahdah itu harus mengikuti apa yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW.

4. Dalam Tarjih Muhammadiyah syarat hadis itu harus maqbul, yakni

a. Rawinya adil.

b. Dhabit.

c. Ta’amu dhabdi

d. Muttashil al-sanad ghair mua’allalin wa la syadz.

5. Apabila hadisnya tidak marfu’ atau tidak sampai kepada Nabi

Muhammad tidak dibenarkan.

Dan dapat disimpulkan bahwa menurut perspektif Tarjih Muhammadiyah

praktek Shalat Hadiah ini tidak dibenarkan adanya. Wallahu a'lam bish shawab.

Secara garis besar pendapat beliau ini mewakilkan Majelis Tarjih

Muhammadiyah, dan ia berpendapat bahwa Shalat Hadiah tidaklah dibenarkan.

C. Perspektif Nahdhatul Ulama

Kemudian dalam perspektif Bahtsul Masaail Nahdhatul Ulama. Setelah

menelusuri berbagai refrensi buku guna mendapatkan data sebagai bahan

penelitian penulis. Penulis mendapatkan pendapat hukum Shalat Hadiah yang

dikeluarkan pada putusan Muktamar Nahdhatul Ulama ke-6 di Pekalongan.

Pada analisis ini penulis menggunakan pendekatan interview guna

memperkuat putusan Bahtsul Masaail Nahdhatul Ulama pada MUNAS

(Muktamar Nasional) tentang pendapat hukum Shalat Hadiah. Bertepatan pada

Keputusan Muktamar Nahdhatul Ulama Ke-6 di Pekalongan pada tanggal 12

Rabiuts Tsani 1350 H./ 27 Agustus 1931 M.4 2

4 2 M Djamaluddin Miri, AHKAMUL FUQOHA Solusi Problematika Aktual Hukum

Islam: keputusan muktamar, Munas, dan konbes Nahdhatul Ulama (1926-1999), (LTN NU Jawa

Timur dan Diantama, Surabaya , 2004). h., 104

Page 58: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

43

MUKTAMAR NAHDHATUL ULAMA KE-6 DI PEKALONGAN

di Pekalongan pada tanggal 12 Rabiuts Tsani 1350 H./ 27

Agustus 1931 M.

ل ول تصح هذه الصلوات بتلك الن يات الت استحسن ها الصوفية من غي أن يرد لا أص السنة ن عم إن ن وى مطلق الصلة ث دعا ب عدها با ي تضمن نو استعاذةم أو استخارةم ف

مطلقةم مل يكن بذلك بس وأما حديث صلة الدية الذى ذكر ف املهي فل يعرف ف بب صلة األشراق( صحة راويه. ) الزء الثىن من حتفة احملتاج

“Tidak sah shalat dengan niat seperti yang dianggap baik kalangan sufi tanpa

dasar hadis sama sekali. Namun jika melakukan shalat muthlak dan berdoa

sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal doa isti’adzah (mohon

perlindungan) atau istikharah (meminta petunjuk Allah untuk di pilihkan yang

terbaik) maka shalat tersebut sah-sah saja.” (Tuhfah Al-Muhtaj Juz VII, Hal

317)

Dari putusan muktamar Nahdhatul Ulama Ke-6 di Pekalongan dapat

ditarik menjadi beberapa kesimpulan, penulis membaginya menjadi dua sudut

pandang. Yaitu : 1. Jika dilihat dari sudut dalil, bahwa putusan melaksanakan Shalat

Hadiah ini haram dan mengatakan tidak sah dikarenakan hadis yang

dijadikan landasan hukum ini adalah dalil dari kalangan sufi,

ditambah dengan tidak adanya sanad dan rawi yang jelas dari hadis

tersebut. Akan tetapi mereka berpendapat tidak sah dan menjadi

haram melaksankan shalat jika niatnya dengan niat Shalat Hadiah.

2. Kemudian jika dilihat dari sudut sampai tidaknya pahala shalat yang

dihadiahkan kepada si mayyit mereka tidak mempermasalahkan itu,

karena mereka berpendapat bahwa pahala apapun sampai kepada

mayyit.

3. Maka dianjurkan agar mengubah niat shalatnya menjadi Shalat

Muthlaq. Keputusan Muktamar ini sesuai dengan pendapat K.H

Page 59: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

44

Hasyim ‘Asyari yakni pendiri Nahdhatul ‘Ulama, yaitu melarang

Shalat Hadiah dengan niat shalat hadiah karena hadis yang

bersangkutan hadis yang tidak diketahui sanad dan perawinya.4 3

Kemudian putusan MUNAS NU ini diperkuat oleh tokoh Ulama

Nahdhatul Ulama yakni bapak Dr. Fuad Thohari M.Ag. penulis mengajukan

beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan klarifikasi putusan Mukhtamar

Nahdhatul Ulama ke-6 di Pekalongan tersebut dan berkaitan dengan hukum

melaksanakannya berserta kedudukan dalil yang dijadikan dasar hukum. Penulis

menyimpulkan hasil jadi wawancara menjadi tiga kesimpulan:4 4

1. Hasil putusan mukhtamar terkait adalah benar adanya putusan

Mukhtamar Nahdhatul Ulama ke-6 tentang Hukum Shalat Hadiah.

hanya saja ada sedikit kerancuan tempat dilaksanakannya muktamar

tersebut. Jika di redaksi yang dicantumkan penulis bertempat di

Pekalongan sedangkan beliau berpendapat bertempat di Surabaya.

Perbedaan tempat ini menyebabkan adanya perbedaan redaksi yang

sedikit berbeda pada literasinya, seperti beberapa kata yang tidak ada

dalam redaksi dari refrensi buku yang dicantumkan penulis.

2. Berkaitan dengan hukum melaksanakan Shalat Hadiah beliau

berpendapat bahwa;

a. Berdasarkan putusan Mukhtamar Nahdhatul Ulama ke-6 di

Pekalongan hukumnya tidak sah jika shalat dengan niat Shalat

Hadiah. Namun, jika niat shalatnya diganti dengan shalat Muthlaq

maka sah-sah saja.

b. Kemudian beliau berpendapat segala sesuatu yang berkaitan

dengan ‘amaliyah kalangan sufi tidak dibenarkan dikarenakan

4 3 Syaikh Hasyim Asya’ari Pendiri NU Melarang Shalat Rebo Wekasan dan Shalat

HadiaH./www.nahimunkar.org/syaikh-hasyim-asyaari-pendiri-nu-melarang-shalat-rebo-wekasan-

dan-shalat-hadiah/01/02/2018. 4 4 Fuad Thohari ., Tokoh Ulama Nahdhatul Ulama, Interview Pribadi, 12 Maret 2018.

Page 60: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

45

berbeda ranah dalil yang digunakan di kalangan sufi dengan

syari’at.

3. Berkaitan dengan dalil yang dikutip oleh Imam Nawawi al-Jawi

adalah hadits yang tidak disebutkan rawi dan sanad yang jelas. Maka

sulit untuk diteliti pada metode al-Jarh wa Ta’dîl. Indikator Hadis

Maqbul tidak terpenuhi. Seperti, Dhabit, adil, sanad yang

bersambung, dan tanpa adanya ilat dan syadz. Dan yang paling

penting adalah matannya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.

Wallahu’alam Bi as-Shawwab.

D. Analisis Komperatif

Dari beberapa hasil wawancara yang penulis lakukan kepada 3 Organisasi

Masyarakat, penulis membagi menjadi dua sudut pandang,

1. Dilihat dari sudut hukum melaksanakan Shalat Hadiah. Dalam perspektif

MUI memang tidak mengeluarkan fatwa hukumnya Dari hasil wawanclara

tersebut dapat disimpulkan bahwa Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA

ini berpendapat, hukum melaksanakan Shalat Hadiah masih menjadi ikhtilaf

keshahihan dalilnya. Wallahu’alam Bishawwab.

2. Dr. H Sopa M.Ag. berpendapat Hadis bisa dijadikan landasan hukum apabila

hadis itu marfu’ sampai kepada rasulullah, kemudian selanjutnya dilihat hadis

itu harus maqbul. Maka dilihatlah syarat-syarat hadis maqbul menurut Tarjih

Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

a. Rawinya adil.

b. Dhabit.

c. Ta’amu dhabdi

d. Muttashil al-sanad ghair mua’allalin wa la syadz. (Sanad yang

bersambung tanpa ada ilat dan kerancuan);

Sedangkan hadis yang termaktub tersebut adalah hadis yang sanad dan

rawinya tidak disebutkan. Kemudian juga tidak terdapat dalam kitab-

Page 61: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

46

kitab hadis yang mu’tabarah. kendatipun ada maka perkara ini sudah

dibahas di kalangan Madzâhib arba’ah. Kemudian bagaimana hadis ini

bisa disebut dengan hadist yang marfu’ dan maqbul sedangkan rawi dan

sanadnya tidak jelas.

3. Ada sedikit perberbedaan pendapat hukum dari Bahtsul Masail Nahdhatul

‘Ulama, MUKTAMAR NAHDHATUL ULAMA KE-6 DI PEKALONGAN

di Pekalongan pada tanggal 12 Rabiuts Tsani 1350 H./ 27 Agustus 1931 M.

Dijelaskan bahwa muktamar ini menghasilkan pendapat hukum yaitu Tidak

sah shalat dengan niat tersebut. Namun jika melakukan shalat muthlak dan berdoa

sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal doa isti’adzah (mohon

perlindungan) atau istikharah (meminta petunjuk Allah untuk di pilihkan yang

terbaik) maka shalat tersebut sah-sah saja.

Dari pendapat diatas dapat disumpulkan menjadi dua kesimpulan,

pertama tidak sahnya shalat saperti yang diniatkan, kemudian dibolehkan jika

niatnya diganti dengan shalat muthlak, maka sah-sah saja. Kesimpulan hukum

yang diambil dari masing-masing ORMAS:

a. Masing-masing ORMAS ini sepakat bahwa, Shalat Hadiah ini adalah

kebiasaan yang dijadikan amalan ibadah disuatu daerah yang

dilaksanakan di malam pertama setelah mayyit dikuburkan

dikarenakan siksaan yang pedih saat malam pertama dikuburkannya.

Adapun guna melaksanakan Shalat Hadiah ini sebagai amal ibadah

yang nantinya pahalanya dapat menolong dan menghibur si mayyit di

dalam kuburnya.

b. Kemudian pendapat hukum yang telah diulas dari tiga organisasi

masyarakat ini menghasilkan keputusan yang berbeda.

c. Jika MUI berpendapat bahwa masih ikhtilaf keshahihan dalilnya

berbeda dengan Muhammadiyah. Muhammadiyah berpendapat bahwa

dalil yang dijadikan dasar hukum adalah hadis yang tidak diketahui

sanad dan rawinya. Dalilnya tidak ditemukan dalam kitab hadis yang

Page 62: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

47

mu’tabarah. Dalilnya adalah hadis yang berindikasikan dha’if, karena

tidak diketahui asal hadis tersebut. Syarat-syarat hadis maqbul tidak

terpenuhi didalamnya. Jika benar hadis dan praktek shalat ini

dibenarkan mestinya sudah disyari’atkan dari dahulu. Menurut

perspektif NU tidak sedikit berbeda, NU mengharamkan shalat

dengan niat seperti shalat itu (hadiah). Namun NU memberikan

keterangan lebih lanjut jika niatnya diganti dengan Shalat Muthlaqah

maka sah-sah saja. Wallahu ‘Alam bi shawwab.

Page 63: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

48

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari ulasan yang penulis sudah paparkan dalam penelitian. Penulis

menyimpulkan kepada dua jawaban perumusan masalah. Berikut adalah jawaban

dari perumusan masalah:

1. Bahwa tata cara Shalat Hadiah menurut Syafi’i Hazami, Niat Shalat

Hadiah dengan niat Shalat Muthlaq. kemudian sesudah itu Al Fatihah

bagi tiap rakaatnya, membaca Ayat kursi 1 kali, At-Takatsur 1 kali,

Al-Ikhlas 11 kali. Surah-surah ini dibaca setiap rakaat sesudah Al

Fatihah. Setelah selesai shalat hendaknya membaca doa sebagai

berikut:

اللهم إن صل يت هذه الصلة وت علم ما أريد, اللهم اب عث ث وابا إل قب فلن بن فلن

Artinya: “Ya Allah. Aku telah lakukan sembahyang ini, sedang

engkau Maha Mengetahui apa yang yang aku kehendaki. Ya Allah,

kirimkan pahalanya kepada Kubur si Pulan bin Pulan.”

2. Jawaban dari rumusan masalah kedu yaitu berkaitan dengan hukum

dalam tiga perspektif. Majelis Ulalma Indonesia, Majelis Tarjih

Muhammadiyah, Bahtsul Masail Nahdhatul ‘Ulama. Kemudian

penulis mengambil seorang tokoh dari Komisi Fatwa MUI yaitu Prof.

Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Kemudian beliau berpendapat

bahwa hukum melaksanakan Shalat Hadiah masih dalam Ikhtilaf

pada keshahihan dalilnya. Berkaitan dengan dasar hukum dalilnya

adalah hadis yang dha’if dikarenakan tidak terdapat sanad dan

Page 64: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

49

rawinya secara jelas dan kemudian juga tidak ditemukan di kitab-

kitab hadis yang mu’tabarah.;

Kemudian Majelis Tarjih Muhammadiyah juga belum mengeluarkan

tarjih tentang hukum Shalat Hadiah. Kemudian, pendapat yang

mewakili Majelis tarjih Muhammadiyah yakni Dr. H. Sopa, M. Ag.

Selaku wakil sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah. Pendapat

bahwa tidak ditemukan Tarjih Muhammadiyah mengeluarkan

pendapat hukum tentang hukum Shalat Hadiah. Kemudian, beliau

juga berpendapat bahwa tidak dibenarkan adanya praktek Shalat

Hadiah. Beliau juga berpendapat tidak disyariatkan dalam agama

karena shalat itu termasuk ibadah mahdah dan harus jelas betul dasar

dalilnya. Kemudian beliau melanjutkan bahwa syarat hadis itu bisa

dijadikan dasar hukum adalah hadisnya marfu’ sampai kepada Nabi

Muhammad SAW, dan terkategorikan hadis yang maqbul, sanad dan

rawinya, kemudian dhabithnya, adilnya, tidak ada ilat dan Syadz

dalam hadis dan perawinya.;

Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama sudah mengeluarkan pendapat

hukum tentang Shalat Hadiah Bertepatan pada Keputusan Muktamar

Nahdhatul Ulama Ke-6 di Pekalongan pada tanggal 12 Rabiuts Tsani

1350 H./ 27 Agustus 1931 M. Dari putusan muktamar Nahdhatul

Ulama Ke-6 di Pekalongan, Dr. Fuad Thohari M.Ag berpendapat

bahwa putusan melaksanakan Shalat Hadiah itu hukumnya tidak sah

dikarenakan hadis yang dijadikan landasan hukum ini adalah dalil

dari kalangan sufi, ditambah dengan tidak adanya sanad dan rawi

yang jelas dari hadis tersebut.

B. Saran-saran

Demikianlah sudah upaya penulis memberikan sebuah karya ilmiah

penulisan penelitian dalam bentuk komperasi hukum dalam tiga perspektif

Organisasi Masyarakat di Indonesia yakni Majelis Ulama Indonesia, Majelis

Page 65: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

50

Muhammadiyah, dan Nahdhatul ‘Ulama. Tentunya dalam penulisan skripsi ini

banyaklah kekurangan dan kekhilafan penulis dalam menyalurkan gagasannya,

baik dalam penulisan maupun substansi tulisan itu sendiri. Dalam capaian ini

penulis menyimpulkan beberapa saran yang mungkin akan dibutuhkan pada

penelitian selanjutnya khususnya kepada:

1. Peneliti selanjutnya agar dapat mencantumkan data daerah yang

melakukan praktek Shalat Hadiah dengan lengkap secara

keseluruhan.

2. Tokoh Ulama Masyarakat untuk memberikan kesimpulan hukum

yang solutif agar supaya masyarakat tidak ragu dalam mengamalkan

ibadah-ibadah yang disyari’atkan.

Demikianlah beberapa saran yang didedikasikan kepada peneliti

selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagaimana

mestinya, dan semoga masyarakat bisa lebih bijak dalam mengikuti dan

menjalankan suatu kebiasaan ibadah dengan faham dengan dalil yang

mendasarinya. Demikianlah kiranya penulis memaparkan karya ilmiah ini dengan

banyak keterbatasan dan tidak luput dari kekhilafan dan kealfaan yang penulis

lakukan dalam penelitian ini.

Page 66: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

51

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, A. M. Pengamalan shalat hadiah untuk orang yang telah meninggal di

Kampung Mesjid Kec. Kualuh Hilir Kab. Labuhanbatu Utara (Doctoral

dissertation, Pascasarjana UIN Sumatera Utara), 2014

Yusuf, A. M. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.

Prenada Media, 2016

Munawwir, A. W., & Munawwir, Z. A. Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia. Unit

Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan, Pondok Pesantren" Al-Munawwir,

1984

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus besar bahasa indonesia versi 0,2,0

2016

Qoyyim, I. Rahasia Sholat, Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2009

Umar, N. M. Nihaayat al-Zain, Dar Al-kotob Al-ilmiyah, bayruth-libanon, 2002

Danang E. P. Skripsi Tradisi Shalat Unsil Qabri Di Desa Wonolelo Pleret Bantul

Yogyakarta, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014

Ilmi, Fahrul, Hadis tentang sampainya hadiah pahala terhadap orang yang

meninggal dunia, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2008

Yusuf, M. MetodePenelitian; Kuantitatif, Kualitatifdan Penelitian Gabungan,

Jakarta, Kencana Prenada Media, 2014

Zurinalk,. Z. & Aminuddin, M.Ag., Fiqih Ibadah, Jakarta, Lembaga Penelitian

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008

Ismail, A. M. , Shahih al-Bukhâri, T.tp: Dar Tuq al-Najah, 1422 H

Musthafa, D. B., Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, Damaskus, Dar Al-

Musthafa, 2007

Syu’aib, A. A. K. N, Sunan al-Nasai, Halb: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah,

T.tH., Juz 1, H. 232

Page 67: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

52

Raya, T. Ahmad, M.A., Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam, Jakarta,

Prenada Media, 2003

Jawad M, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Basrie Press, 1991

Syatha, Abu Bakar, I’anatu Al-Thalibin, Menara Kudus, Al-haramain, 2007

Taimiyah, I. Majmu’ al-Fatawa, Beirut: al-Maktab al-Islami, 1978, Jilid 24

Syatha, Muhammad. Sayid Bakri. Hasyiah ‘Ianatut Thalibin Ala Halli Alfadz Fath

al-Mu’in Lisyarh Qurrat al-A’in, Beirut : Dar al-Fikr, ttH

Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami Wa Adilatuhu, Beirut : Dar al-Fikr, 1999

Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010

Hazami, Syafi’i, Taudîh al-Adillah, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010

Abdul R. A. Syafi’I, Nazâhat al- Majalis , ttp. 1346 H, Jilid 1

Muhammad bin Umar Nawawi Al-jawi Al-bantani, Nihaayah az-Zain, (Dar Al-kotob

Al-ilmiyah, bayruth-libanon, tahun 2002

Rahman. Abdul. ,Risalah al-Kubro, Darul Khawa: 1422 H

T. Yanggo. Huzaemah, Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Interview

Pribadi, 13 Februari 2018

Sopa., Wakil Sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah, Interview Pribadi, 2017

Miri, Djamaluddin, Lc, MA. AHKAMUL FUQOHA Solusi Problematika Aktual

Hukum Islam: keputusan muktamar, Munas, dan konbes Nahdhatul Ulama

(1926-1999), LTN NU Jawa Timur dan Diantama, Surabaya, 2004

Thohari. Fuad., Tokoh Ulama Nahdhatul Ulama, Interview Pribadi, 2018

Baidlawi, H. M. MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM, Telaah Atas Pembaharuan

Pendidikan di Pesantren. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2). 2006

Syaikh Hasyim Asya’ari Pendiri NU Melarang Shalat Rebo Wekasan dan Shalat

HadiaH ./www.nahimunkar.org/syaikh-hasyim-asyaari-pendiri-nu-melarang-

shalat-rebo-wekasan-dan-shalat-hadiah/01/02/2018 Diakses pada tanggal

13/03/18 pada pukul 10:32 WIB

Page 68: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

53

Qadha dan fidyah Shalat, iztyazzahra.wordpress.com/2016/04/15/qadha-dan-fidyah-

shalat-bagi-orang-yang-sudah-meninggal. Diakses pada tanggal 13/03/18 pada

pukul 10:32 WIB

Page 69: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

54

LAMPIRAN

FATWA MUI TENTANG FIDYAH SHALAT DAN QADHA

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, dalam rapatnya

pada tanggal 19 Dzulqa’dah 1420 H, bertepatan dengan tanggal 25 Pebruari 2000 M,

yang membahas tentang Fidyah Shalat, setelah :

Menimbang:

1. Bahwa shalat adalah rukun Islam kedua sesudah syahadat dan merupakan

amal ibadah yang akan dihisab (diperhitungkan) pertama kali oleh Allah

SWT kelak di akhirat. Oleh karena itu umat Islam harus selalu

memperhatikan pelaksanaan shalat serta tidak meninggalkannya.

2. Bahwa sungguh pun demikian, karena satu dan lain hal ada diantara umat

Islam yang kurang sempurna dalam menjalankan ibadah shalat sehingga

ketika wafat mereka masih mempunyai hutang shalat sehingga ketika wafat

mereka masih mempunyai hutang shalat yang ditinggalkannya sewaktu masih

hidup.

3. Bahwa sebagian umat Islam menduga (berasumsi) bahkan meyakini, bahwa

hutang shalat yang ditinggalakan oleh orang yang sudah wafat dapat dibayar

dengan memberikan fidyah kepada fakir miskin. Sementara itu, sebagian yang

lain menolak pemahaman tersebut dan bahkan menilainya sebagai perbuatan

bid’ah.

4. Bahwa untuk meluruskan pemahaman sebagian umat Islam serta

menghindarkan terjadinya perselisihan yang berakibat pada lemahnya

ukhuwah Islamiyah, MUI Provinsi DKI Jakarta memandang perlu untuk

segera mengeluarkan Fatwa tentang Fidyah Shalat.

Mengingat:

Page 70: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

55

1. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Majelis Ulama Indonesia

(PD/PRT MUI)

2. Pokok-Pokok Program Kerja MUI Provinsi DKI Jakarta Tahun 2000 – 2005

3. Pedoman Penetapan Fatwa MUI

Memperhatikan:

Saran dan pendapat para ulama peserta rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

(MUI) Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 2000 M, yang membahas

tentang Fidyah Shalat.

Memutuskan:

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan memohon ridha-Nya memfatwakan

sebagai berikut:

1. Pada dasarnya, setiap manusia akan memperoleh balasan (pahala atau siksa)

sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu masih hidup di alam dunia.

Mereka tidak akan mendapatkan balasan amal perbuatan yang dilakukan oleh

orang lain. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat an-Najm

ayat 39-41 :

(ث يزاه الزاء ٤٠(وأن سعيه سوف ي رى )٣٩وأن ليس لإلنسان إل ما سعى ) )٤1األوف )

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat

(kepadanya). Kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan

yang paling sempurna”. [QS. An-Najm (53): 39-41]

2. Sungguh pun setiap orang hanya akan mendapat balasan sesuai dengan amal

perbuatannya, agama Islam mewajibkan orang-orang yang beriman untuk

membantu sesama orang-orang yang beriman dengan menshalatkan

jenazahnya dan mendo’akannya agar seluruh amal ibadahnya diterima Allah

Page 71: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

56

SWT dan dosa-dosanya diampuni. Sebagaimana disabdakan Rasulallah SAW

dalah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Sahabat Abu

Hurairah RA;

“Kewajiban orang Islam atas orang Islam yang lain ada lima ; menjawab

salam, menengok orang sakit, mengiring jenazah (ke kuburan), memenuhi

undangan, dan mendo’akan orang yang bersin”.

Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari sahabat

Utsman ibnu Affan RA:

“Rasulallah SAW jika selesai menguburkan mayat beliau berdiri di atas

kuburnya dan bersabda; ‘Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu ini dan

mohonkanlah untuknya agar diberikan ketetapan iman karena sekarang ia

sedang ditanya (oleh Malaikat Munkar dan Nakir)’”.

Demikian juga firman Allah SWT dalam surat al-Hasyr ayat 10

ذين جاءوا من ب عدهم ي قولون رب نا اغفر لنا ولخواننا الذين سب قون بلميان ول وال )1٠تعل ف ق لوبنا غل للذين آمنوا رب نا إنك رءوف رحيم )

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),

mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara

Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau

membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang

beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha

Penyayang.” QS. Al-Hasyr (59): 10

3. Berdasarkan ayat al-Qur;an dan Hadits-Hadits di atas, para ulama telah

bersepakat bahwa do’a dan perbuatan baik yang diperuntukkan bagi mayit

akan sampai dan bermanfaat baginya. Bahkan Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah

memfatwakan sebagai berikut : “Barang siapa berkata bahwa do’a atau

Page 72: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

57

perbuatan baik yang diperuntukkan bagi mayit, pahalanya tidak sampai

kepadanya maka mereka adalah termasuk ahli bid’ah”.

4. Agama Islam juga menyarankan kepada keluarga mayit agar beramal shaleh

dan bershadaqah atas nama mayit, meng-qadha’ ibadah haji yang telah wajib

atas mayit tetapi sewaktu hidup belum dilaksanakan dan sebagainya. Semua

pahala amal shalih yang diperuntukkan bagi mayit akan sampai dan

bermanfaat baginya. Hal ini didasarkan pada hadits shahih yang diriwiyatkan

Imam Ahmad bin Hambal dari ‘Aisyah RA:

“Dari ‘Aisyah RA bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulallah

SAW : ‘Sesungguhnya ibuku telah wafat secara mendadak. Saya yakin jika

beliau berkesempatan untuk berbicara pasti akan bershadaqah. Apakah dia

akan mendapat pahala jika aku bershadaqah atas nama dia?’ Rasulallah

SAW menjawab : “Ya”.

5. Para ulama berbeda pendapat tentang perlu atau tidaknya meng-qadla’ atau

membayar fidyah sebagai ganti terhadap shalat yang ditinggalkan oleh

seseorang yang telah wafat. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena tidak

adanya satu pun nash al-Qur’an atau Hadits yang secara sharih (jelas)

menerangkan masalah ini. Yang dijelaskan di dalam al-Qur’an adalah fidyah

puasa bagi orang yang tidak mampu melaksanakannya karena tua renta atau

sakit yang kronis sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 184 :

خي له وأن وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكيم فمن تطوع خيا ف هو …تم ت علمون ) )1٨٤تصوموا خي لكم إن كن

“(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara

kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka

(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-

hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika

mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang

Page 73: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

58

miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan

kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih

baik bagimu jika kamu mengetahui”. [QS. Al-Baqarah (2) : 184]

Menurut Jumhur Ulama, termasuk Syekh Zainuddin al-Malibari pengarang

kitab Fathul Mu’in, bahwa jika ada orang yang sudah wafat mempunyai hutang

Shalat Fardlu, maka tidak perlu di-qadla’ atau dibayarkan fidyah-nya. Sementara itu

menurut sebagian ulama seperti as-Subki dan Ibnu Burhan berpendapat, bahwa jika

ada orang yang sudah wafat mempunyai hutang shalat Fardlu, maka supaya

dibayarkan fidyah-nya jika mayit meninggalkan harta benda (tirkah). Pendapat ini

didukung oleh para pengikut Madzhab Hanafi. Mereka berpendapat, jika ada orang

sudah wafat mempunyai hutang Shalat dan Puasa, maka supaya dibayar fidyah-nya

kepada kaum fakir miskin. Pembayaran fidyah tersebut diambilkan dari harta

peninggalan mayit (tirkah) atau dari harta keluarganya. Keterangan ini dapat dibaca

dalam kitab I’anatut Thalibin sebagai berikut;

لب من مات و عليه صلة فل قضاء و ل فدية و ف قول كجمع جمتهدين أهنا تقضى عنه البخارى و غيه. و من ث إختاره مجع من أئمتنا و فعل به السبكي عن بعض أقاربه

“Barangsiapa wafat dan dia masih mempunyai hutang shalat, maka tidak perlu di-

qadla’ dan atau dibayarkan fidyah-nya. Menurut sebagian pendapat para imam

mujtahid, bahwa shalat tersebut harus di-qadla’. Hal ini didasarkan pada hadits

yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan yang lain. Sehubungan dengan hal itu,

sebagian ulama kita (madzhab Syafi’i) memilih pendapat ini, bahkan Imam as-Subki

mempraktekkannya sebagai pengganti shalat yang ditinggalkan oleh salah seorang

kerabatnya”

Sehubungan dengan perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqh diatas,

Komisi Fatwa MUI DKI Jakarta memilih pendapat ulama yang menyatakan bahwa

shalat yang telah ditinggalkan mayit sewaktu masih hidup dapat di-qadla’ atau

diganti dengan membayar fidyah. Sungguh pun demikian, bukan berarti orang yang

masih hidup boleh meninggalkan shalat untuk digantikan dengan membayar fidyah

Page 74: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

59

atau berwasiat kepada keluarganya agar sesudah wafat, shalat-shalat yang

ditinggalkannya di-qadla’ atau dibayar dengan fidyah.

Jakarta, 19 Dzulqa’dah 1420H.

25 Pebruari 2000 M.

KOMISI FATWA

MAJELIS ULAMA INDONESIA DKI JAKARTA

Ketua,

ttd

Prof. KH. Irfan Zidny, MA

Sekretaris,

ttd

KH. Drs. M. Hamdan Rasyid, MA

Mengetahui,

Ketua Umum,

ttd

KH. Achmad Mursyidi

Sekretaris Umum,

ttd

Drs. H. Moh. Zainuddin

Page 75: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa

60

MUKTAMAR NAHDHATUL ULAMA KE-6 DI PEKALONGAN

di Pekalongan pada tanggal 12 Rabiuts Tsani 1350 H./ 27

Agustus 1931 M.

ات الت استحسن ها الصوفية من غي أن يرد لا أصل ول تصح هذه الصلوات بتلك الن ي رةم ف السنة ن عم إن ن وى مطلق الصلة ث دعا ب عدها با ي تضمن نو استعاذةم أو استخا

يث صلة الدية الذى ذكر ف املهي فل يعرف مطلقةم مل يكن بذلك بس وأما حد صحة راويه. ) الزء الثىن من حتفة احملتاج ف بب صلة األشراق(

“Tidak sah shalat dengan niat seperti yang dianggap baik kalangan sufi tanpa

dasar hadis sama sekali. Namun jika melakukan shalat muthlak dan berdoa

sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal doa isti’adzah (mohon

perlindungan) atau istikharah (meminta petunjuk Allah untuk di pilihkan yang

terbaik) maka shalat tersebut sah-sah saja.” (Tuhfah Al-Muhtaj Juz VII, Hal

317)

Page 76: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa
Page 77: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa
Page 78: SKRIPSI HUKUM SHALAT HADIAH DALAM PERSPEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data ... dengan menganalisa