skripsi hubungan pola asuh orang tua dengan …...sekolah dan 82 diantaranya meninggal dunia (komnas...
TRANSCRIPT
7
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMA
PERGURUAN GAJAH MADA
MEDAN 2019
OLEH :
RICA MARINTAN SITORUS
032015089
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
8
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMA
PERGURUAN GAJAH MADA
MEDAN 2019
Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
dalam Program Studi Ners
pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
oleh :
RICA MARINTAN SITORUS
032015089
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA
ELISABETH MEDAN
2019
9
10
11
12
13
14
ABSTRAK
Rica Marintan Sitorus
032015089
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Bullying pada Siswa SMA
Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Program Studi Ners 2019
Kata kunci: pola asuh orang tua, perilaku bullying
(xviii + 49 + lampiran)
Perilaku bullying merupakan perilaku yang menyimpang, seperti mengejek,
menghina, dan menindas orang yang lemah,hal ini terjadi pada anak sekolah
akibat pola asuh orang tua yang salah dengan kurang mengajari berperilaku
baik, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga menjadi panutan bagi
anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
dengan perilaku bullying pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah
sampel 72 orang dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dengan analisa data uji chi
square. Hasil penelitian diperoleh nilai p = 0,040 (p<0,05), hal ini
menunjukkan ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying
pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019. Diharapkan orang tua
berperilaku yang baik dalam mendidik anaknya dan menerapkan pola asuh
yang baik agar tidak terjadi perilaku bullying di sekolah.
Daftar Pustaka (2011-2017)
15
ABSTRACT
Rica Marintan Sitorus 032015089
Relationship Between Parenting Parents and Bullying Behavior In Medan
Gajah Mada High School Student 2019
Nursing Study Program 2019
Keywords: parenting, bullying behavior
(xviii + 49 + attachments)
Bullying behavior is a deviant behavior, such as mocking, insulting, and
oppressing weak people, this occurs in school children due to parenting parents
who are wrong by not teaching good behavior, teaching values / norms, giving
attention and affection and showing attitude and good behavior so that it
becomes a role model for children. This study aims to determine the
relationship of parenting parents to bullying behavior in Gajah Mada College
High School students in Medan. This research method uses a cross sectional
design. The number of samples is 72 people with a simple random sampling
technique. Data collection using questionnaire sheets with analysis of chi
square test data. The results obtained p = 0.040 (p <0.05), this indicates there
is a relationship between parenting style and bullying behavior in Gajah Mada
College High School students in Medan 2019. It is expected that parents
behave well in educating their children and applying parenting good so that
bullying behavior does not occur at school.
Bibliography (2011-2017)
16
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian
ini. Adapun judul skripsi ini adalah “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Perilaku Bullying pada Siswa SMA Perguruan Gajah Mada
Medan 2019”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi Ners Tahap Akademik di STIKes Santa Elisabeth
Medan.
Skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, perhatian dan kerja sama
dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Mestiana Br. Karo, M.Kep., DNSc selaku ketua STIKes Santa Elisabeth
Medan yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Fo’arota Zega, M.Pd selaku Kepala Sekolah Perguruan Gajah Mada
Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian di sekolah Perguruan Gajah Mada Medan.
3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners
yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
17
4. Imelda Derang, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Ketua II STIKes Santa
Elisabeth Medan, sekaligus pembimbing dan penguji I yang membantu,
membimbing ilmu yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pomarida Simbolon, SKM., M.Kes selaku koordinator Lembaga Pusat
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPPM), sekaligus pembimbing
dan penguji II yang membantu, membimbing ilmu yang bermanfaat dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Sri Martini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Direktur Keperawatan,
sekaligus penguji III yang membantu, membimbing ilmu yang bermanfaat
dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di pendidikan STIKes Santa Elisabeth
Medan yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi.
8. Teristimewa kepada keluarga besarku Ayah tercinta Panahatan Sitorus
atas doa dan harapan yang tak pernah mati dan ibunda tercinta Sinta
Manalu atas motivasi, dukungan materi, kasih sayang, dan doa yang telah
diberikan, serta adik saya Veronica Magdalena Sitorus, Alexus Frengki
Sitorus, Robinson Parsaoran Sitorus atas segala dukungan dan semangat
serta kasih sayang yang luar biasa yang diberikan selama penyusunan
skripsi ini.
18
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati peneliti menerima kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa mencurahkan berkat dan karunia-Nya kepada pihak yang telah
membantu penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Tuhan
memberkati kita.
Medan,Mei 2019
Penulis
Rica Marintan Sitorus
19
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ....................................................................................... i
SAMPUL DALAM ..................................................................................... ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR .................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERSETUJUAN ........................................................................... v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... vi
PENGESAHAN .......................................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ...................................................... viii
ABSTRAK................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................. xii
KATA PENGANTAR ................................................................................. xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
DAFTAR ISI TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR ISI BAGAN ................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................. 6
1.4.2 Manfaat praktis .................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
2.1 Pola Asuh ................................................................................... 7
2.1.1 Definisi pola asuh .............................................................. 7
2.1.2 Jenis-jenis pola asuh .......................................................... 9
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh ..................... 12
2.2 Perilaku Bullying ........................................................................ 15
2.2.1 Definisi perilaku bullying .................................................. 15
2.2.2 Peran dalam bullying ......................................................... 17
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku bullying .................... 17
2.2.4 Kategori perilaku bullying ................................................. 18
2.2.5 Hambatan bullying............................................................. 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 21
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 21
3.2 Hipotesis .................................................................................... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 23
4.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 23
20
4.2 Populasi Dan Sampel .................................................................. 23
4.2.1 Populasi ............................................................................. 23
4.2.2 Sampel .............................................................................. 24
4.2.3 Teknik pengambilan sampel ............................................... 25
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 26
4.3.1 Variabel independen .......................................................... 26
4.3.2 Variabel dependen ............................................................. 26
4.3.3 Definisi operasional ........................................................... 26
4.4 Instrumen Penelitian ................................................................... 27
4.5 Lokasi dan waktu penelitian........................................................ 29
4.5.1. Lokasi ............................................................................... 29
4.5.2 Waktu ................................................................................ 30
4.6 Prosedur Pengambilan Data Dan Pengumpulan Data .................. 30
4.6.1 Pengambilan data .............................................................. 30
4.6.2 Teknik pengumpulan data .................................................. 30
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas ............................................... 31
4.7 Kerangka Konsep ....................................................................... 32
4.8 Analisa Data ............................................................................... 32
4.9 Etika Penelitian........................................................................... 33
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 36
5.1 Hasil Penelitian............................................................................ 36
5.1.1 Karakteristik responden...................................................... 37
5.1.2 Pola asuh orang tua ............................................................ 38
5.1.3 Perilaku bullying ................................................................ 38
5.1.4 Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying
pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan ................ 39
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pola asuh orang tua ............................................................ 40
5.2.2 Perilaku bullying ................................................................ 42
5.2.3 Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying
Pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan ............... 44
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 47
6.1 Simpulan ..................................................................................... 47
6.2 Saran ........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 50
LAMPIRAN ................................................................................................ 52
1. Usulan Judul Proposal ................................................................... 53
2. pengajuan Judul ............................................................................. 54
3. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal ............................ 55
4. Surat Persetujuan Izin Pengambilan Data Awal ............................. 56
5. surat permohonan izin penelitian ................................................... 57
21
6. surat persetujuan izin penelitian ..................................................... 58
7. surat selesai penelitian ................................................................... 59
8. informed consent ........................................................................... 60
9. pernyataan persetujuan responden .................................................. 61
10. kuesioner ....................................................................................... 62
11. hasil output uji chi square .............................................................. 69
12. kartu bimbingan ............................................................................. 74
13. Dokumentasi .................................................................................. 77
22
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.7 Kerangka Operasional hubungan pola asuh orang dengan perilaku
bullying pada siswa disekolah SMA Perguruan Gajah Mada
Medan 2019.....................................................................................
37
23
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Terhadap Perilaku
Bullying Pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan
2019..................................................................................
27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi
Di SMA Perguruan Gajah Mada Medan
2019...................................................................................
35
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Di SMA Perguruan
Gajah Mada Medan 2019..........................................................
36
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Perilaku Bullying
Pada Siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019...........
36
Tabel 5.4 Tabulasi Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Bullying Pada Siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan
2019.....................................................................................
37
24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku adalah kegiatan manusia atau mahluk hidup lain yang dapat
dilihat secara langsung pada waktu tertentu disuatu waktu tertentu. Salah satu
jenis dari perilaku adalah perilaku bullying, seperti menggertak atau
mengganggu. Hal ini merupakan bagian dari perilaku agresif anak secara
berulang terhadap temannya atau sesama siswa lainnya yang menyebabkan
adanya korban, hal ini dilakukan secara tertutup dalam sebuah kelompok kecil
yang terbatas, dan seringkali tindakan itu dilakukan sejak mereka masih belia.
Karena jenis tindakannya yang cenderung bersifat rahasia, maka komunitas di
sekitarnya tidak mengetahui peristiwa itu (Astuti, 2017).
Perilaku buly merupakan tingkah laku yang kompleks. Anak-anak tidak
dilahirkan untuk menjadi seorang pembuli. Tingkah laku buly juga tidak
diajarkan secara langsung kepada anak-anak. Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi seorang anak berkembang menjadi pembuli. Faktor-faktor
tersebut termasuk faktor biologi dan temperamen, pengaruh keluarga, teman,
dan lingkungan. Penelitian membuktikan bahwa gabungan faktor individu,
sosial, resiko lingkungan, dan perlindungan berinteraksi dalam menentukan
etiologi perilaku buli (Yusuf, 2012).
Bullying terjadi ketika satu atau lebih siswa berusaha untuk memiliki
kekuasaan atas siswa lain melalui penggunaan verbal, fisik atau emosional
pelecehan, intimidasi atau bahkan isolasi. Intimidasi adalah, perilaku agresif
25
terus menerus disengaja terhadap orang, korban, yang tidak bisa membela
diri, dan ini biasanya melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan antara agresor
dan korban. Setiap perilaku pameran orang, dengan maksud untuk menyakiti
orang lain secara fisik atau psikologis, tanpa penyebab, dianggap suatu
tindakan bullying (Efobi, 2014).
Bullying terjadi di mana-mana dan pada semua umur dan jenis kelamin
yang menjadi korban umumnya adalah anak yang lemah, pemalu, pendiam
dan spesial (cacat, tertutup, pandai, cantik, atau punya ciri tubuh tertentu),
yang dapat menjadi bahan ejekan (Astuti, 2017). Perilaku bullying dapat
menyebabkan dampak serius, seperti luka batin bagi korbannya dan bahkan
ada korban yang bunuh diri (Salmi, 2018).
C.S Mott Children’s Hospital National Poll on Children’s Health
terdapat 10 masalah yang paling mengkhawatirkan pada anak peringkat 6
sebanyak 23% (Davis, 2010). National Institute for Children and Human
Development (NICHD) (2001, dalam Nusantara, 2008) memaparkan hasil
surveinya bahwa lebih dari 16% murid sekolah di Amerika serikat mengaku
mengalami perilaku bullying oleh murid lain.
Indonesia sendiri sudah ada penelitian yang dilakukan oleh yayasan
semai jiwa amini tahun 2008, dengan melibatkan sekitar 1.233 orang siswa
SD, SMP dan SMA di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta (61,1 %),
tingkat SMP (77,5%), SMA (72,7%) (Wiyani, 2012), hal inilah menunjukkan
bahwa masalah bullying merupakan masalah di Indonesia yang sangat
memprihatinkan.
26
Dr. Amy Huneck mengungkapkan bahwa 1060 % siswa di Indonesia
melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan,
ataupun dorongan, sedikitnya sekali dalam seminggu (Nurhayanti, 2013). Hal
ini dibuktikan juga dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak,
sepanjang tahun 2011, sebanyak 339 kasus kekerasan terjadi di lingkungan
sekolah dan 82 diantaranya meninggal dunia (Komnas Perlindungan Anak,
2011).
Bullying dapat terjadi akibat faktor lingkungan, keluarga, sekolah,
media, budaya, peer group. Tapi bullying juga muncul oleh adanya pengaruh
dari situasi politik dan ekonomi koruptif bahwa pihak sekolah terlihat tidak
tuntas dalam menangani kasus bullying, termasuk para guru-gurunya. Di satu
pihak para guru merasa ada kewajiban untuk menyelesaikan masalah ini
secara tuntas dengan melibatkan anggota komunitas sekolah, termasuk orang
tua dan siswa (Astuti, 2017).
Pola asuh orang tua atau pendidik yang diapresiasi anak sebagai
undangan, bantuan, bimbingan dan dorongan untuk membentuknya
mengembangkan diri sebagai pribadi berkarakter adalah orang tua atau pendidik
karena dianggap mampu memancarkan kewibawaan pada anak. Secara
konsisten antara bahasa lisan dan perbuatannya, menerima anak apa adanya dan
menghargai kepribadian anak seutuhnya, karena pola asuh orang tua sehat atau
positif ialah perlakuan orang tua kepada anak-anaknya melalui ucapan dan
tindakan selalu berdampak baik bagi perkembangan kepribadian atau
kemandirian anak. Pola asuh orang tua yang baik seperti Reasonable,
27
Encouraging, Concistent, peace Making, Caring, Relaxed, dan Responsible
(Shochib, 2010)
Pola asuh negatif merupakan perlakuan orang tua yang dapat dikenali
melalui ucapan dan tindakannya yang berdampak buruk bagi perkembangan
kepribadian atau kemandirian anak tampak dalam pola asuh orang tua seperti
Overly Critical, Overly Protective, Inconcistent, Argumentative, Uninvolved,
Super-Organized, dan Emotionally Needy (Sunarty, 2016).
Indonesia, pola asuh yang baik (51,7%) dan kurang baik (41,7%). Hal
ini menunjukkan bahwa peran orang tua yang selalu memanjakan anak
menyebabkan anak kurang matang secara sosial, kurang mandiri dan kurang
percaya diri. Prevalensi penduduk di Indonesia penduduk yang menerapkan pola
asuh demokratis (53,85%), pola asuh otoriter (23,66%), dan pola asuh permisif
(22,49%) (Fakhruddin, 2011:29). Maryati (2012) perilaku bullying ini sering
terjadi akibat orang tua dan lingkungannya.
Orang tua sering memperlakukan anaknya dengan mengatur,
menghukum, memerintah, sehingga anaknya merasa tidak di perhatikan, tidak
didengar saat anaknya mau berkompromi. Hal inilah yang membuat anak kurang
percaya diri, kurang bergaul dengan teman-temannya, lebih memilih berdiam
diri, membaca buku diperpustakaan.
Survei awal didapatkan di sekolah SMA Perguruan Gajah Mada Medan
2019 bahwa 70 siswa mendapat mengejek akibatnya mereka kurang percaya diri
dan kurang bergaul dengan teman –temannya dan lebih memilih untuk berdiam
diri dan membaca buku diperpustakaan, 15 siswa berantam karena temannya
28
sering mendorongnya dan saat bermain bersama teman-teman dan 66 siswa itu
sering mengikuti tawuran antar sekolah.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian adalah:
Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada
siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
1.3.2.Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada siswa SMA Perguruan Gajah
Mada Medan 2019.
2. Mengidentifikasi perilaku bullying pada siswa SMA Perguruan Gajah
Mada Medan 2019.
3. Mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
29
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah ilmu
pengetahuan tentang perkembangan anak sekolah dan pola asuh orang tua
berkaitan dengan perilaku bullying dan dapat memberikan kajian ilmu di
bidang ilmu keperawatan anak dan psikologi.
1.4.2 Manfaat praktis
Bagi orang tua, diharapkan dapat memberikan pendidikan keluarga
yang tepat kepada anak karena bagaimanapun komunikasi anak pertama kali
terdapat didalam keluarga sehingga di harapkan orang tua dapat menjadi
model sekaligus panutan anak untuk menjalani kehidupan agar menjadi anak
yang bermoral.
30
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola asuh orang tua
2.1.1 Definisi pola asuh orang tua
Pola asuh merupakan hal yang fundamental dalam pembentukkan
karakter. Teladan sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan
anak-anak, karena anak-anak melakukan modeling dan imitasi dari
lingkungan terdekatnya. Keterbukaan orang tua dan anak menjadi hal penting
agar dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif yang ada diluar
lingkungannya keluarga dan orang tua perlu membantu anak dalam
mendisplinkan diri (Adawiah, 2017).
Pola asuh orang tua atau pendidik yang diapresiasikan anak sebagai
undangan, bantuan, bimbingan, dan dorongan untuk membentuknya
mengembangkan diri sebagai pribadi yang berkarakter adalah orang tua atau
pendidik yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak. Pendidik atau
orang tua yang mampu berbuat demikian, dia senantiasa menampilkan
perilaku yang konsisten antara bahasa lisan dan perbuatannnya, menerima
anak apa adanya dan menghargai yang dimiliki serta perilaku anak (Shochib,
2010).
31
Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain mendidik,
membimbing, serta mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma
yang dilakukan dimasyarakat. Pola asuh ini juga berpengaruh terhadap
pembentukkan karakter anak selain hubungannya dengan ibunya (Afrilyanti,
2015).
Pola asuh orang tua sehat atau positif ialah perlakuan orang tua kepada
anak-anaknya yang dapat dikenali melalui ucapan dan tindakan orang tua
yang berdampak baik bagi perkembangan kepribadian atau kemandirian anak.
Pola asuh orang tua yang baik seperti Reasonable, Encouraging, Concistent,
peace Making, Caring, Relaxed, dan Responsible.
Pola asuh negatif adalah perlakuan orang tua yang dapat dikenali
melalui ucapan dan tindakannya yang berdampak buruk bagi perkembangan
kepribadian atau kemandirian anak tampak dalam pola asuh orang tua seperti
Overly Critical, Overly Protective, Inconcistent, Argumentative, Uninvolved,
Super-Organized, dan Emotionally Needy (Sunarty, 2016).
Pola asuh merupakan sebagai sekumpulan sikap terhadap anak yang
dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan suasana emosional dalam
perilaku-perilaku orang tua diekspresikan. Pengasuhan orang tua adalah
semua interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya, interaksi ini
meliputi sikap, nilai, minat dan ajaran-ajaran dalam keluarga (Ningrum,
2015).
32
2.1.2 Jenis-jenis pola asuh orang tua (Adawiah, 2017)
1. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua
dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan
apa yang ingin di lakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak
menggunakan aturan – aturan yang ketat bahkan bimbingan pun kurang
diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan
kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan untuk memberi
keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan
berperilaku menurut apa yang diinginkannnya tanpa ada kontrol dari orang
tua.
Pola asuh permisif, bersifat children centered yakni cara orang tua
memperlakukan anak sesuai dengan kemauan anak atau keputusan di tanagan
anak. Dampaknya anak implusif, agresif, manja, kurang mandiri, kurang
percaya diri, selalu hidup bergantung, salah bergaul, rendah diri, nakal,
kontrol diri buruk, egois, suka memaksa keinginan, kurang
bertanggungjawab, berperilaku agresif dan antisosial (Sunarty, 2016).
2. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh dimana orang tua menerapakan
aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberikan kesempatan
pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan
dihukum. Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya
kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga
33
anak menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya. Anak yang dididik
dalam pola asuh otoriter, cenderung memiliki kedisplinan dan kepatuhan yang
semu.
Dampak pola asuh otoriter jika diterapkan secara berlebihan akan
membuat anak memiliki sikap acuh, pasif, terlalu patuh, kurang inisiatif, dan
kurang kreatif (Sugianto, 2015).
Pola asuh otoriter memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu (Ningrum, 2015):
a. tingginya kontrol dari orang tua terhadap anak. Orang tua dengan pola
asuh otoriter senantiasa berupaya mempengaruhi aktivitas anak secara
berlebihan untuk mencapai tujuan, menanamkan aturan-aturan yang sangat
ketat disertai dengan sistem hukuman yang ditakuti anak.
b. Tuntutan kedewasaan terhadap anak. Orang tua dengan pola asuh
otoriter cenderung memaksa ank untuk mencapai suatu tingkat kemampuan
secar intelektual, sosial dan emosional tanpa memberi kesempatan pada anak
untuk berdikusi.
c. Kurang seimbanganya komunikasi orang tua dengan anak, karena orang
tua tidak menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak bila
mempunyai persoalan yang harus dipecahkan namun cenderung memaksakan
kehendak pada anaknya.
d. Kurang kasih sayang orang tua terhadap anak. Pola asuh otoriter ditandai
dengan kurangnya kehangatan, cinta perawatan dan perasaan kasih serta
keterlibatan yang meliputi penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak.
34
3. Pola asuh demokratis
Orang tua yang menerapakan pola asuh demokrastis memperlihatkan
dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh
pengertian anak dan orang tua, memberi penjelasan secararasional dan
objektif jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini,
anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma
yang ada. Pola auh demokratis ini, di samping memiliki sisi positif dari anak,
terdapat juga sisi negatifnya di mana anak cenderung mendorong kewibawaan
otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu harus dipertimbangkan oleh anak
kepada orang tua.
Pola asuh demokratis dapat meningkatkan kemandirian anak, karena
ucapan dan tindakan orang tua ssperti memandang dirinya dan anak punya
peran masing-masing, memberikan tanggung jawab, dan mendorong anak
melakukan aktivitasnya sendiri, berdialog, saling memberi dan menerima,
mendengarkan keluhan, menghormati dan menghargai suatu keputusan,
bertindak secara obyektif, tegas, hangat, dan penuh pengertian, tegas dalam
mengambil keputusan.
Menumbuhkan keyakinan, kepercayaan diri pada ana, selalu
menyemangati anak berbuat sesuai dengan kemampuan sendiri sesuai tahapan
perkembangan, mendorong anak mampu membuat keputusan sendiri, selalu
mendorong melakukan pekerjaan dan kegiatan sendiri, berani mengambil
keputusan dan menanggung risiko dari keputusannya sendiri (Sunarty, 2016).
35
Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan
kepribadian anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan
unsur-unsur watak seorang individu sebenarnya sudah diletakkan
benihbenihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak awal, yaitu pada masa ia
masih kanak-kanak (Sofiyanti,2016).
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu
karakteristik orang tua yang berupa (Adawiah, 2017).
1. Kepribadian orang tua
Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi,
sikap dan kematangannya, karakteristik tersebut akan mempengaruhi
kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan
bagaimana tingkat sensitifitasorang tua terhadap kebutuhan anak – anaknya.
2. Keyakinan
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan
mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah laku
dalam mengasuh anak – anaknya.
3. Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil
menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan
menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa pola
asuh yang digunkan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan
beralih keteknik pola asuh yang lain:
36
a) Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan kurang
berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota kelompok
(bisa berupa keluarga besar, masyarakat) merupakan cara terbaik dalam
mendidik anak.
b) Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan
pemissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
c) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapat pendidikan yang tinggi, dan mengikuti
kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan
authoritative dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan
pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
d) Jenis kelamin
Ibu pada umunya lebih mengerti anak dan mereka cenderung kurang
otoriter bila dibandingkan dengan bapak.
e) Status sosial ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras,
memakasa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua kelas atas.
f) Konsep mengenai peran orang tua dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih
otoriter dibandingkan orang tua yang menganut konsep modern.
37
g) Jenis kelamin anak
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada
anak laki – laki.
h) Usia anak
Usia anak dapat mempengaruhi tugas – tugas pengasuhan dan harapan
orang tua.
i) Temperamen
Pola asuh yang diterapakn orang tua akan sangat mempengaruhi
temeperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi akan
berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet dan kaku.
j) Kemampuan anak
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk
anak yang berbakat dengan ank yang memiliki masalah dalam
perkembangannya.
k) Situasi
Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi
hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan
berperilkau agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola
authoritatif.
38
2.2. Perilaku Bullying
2.2.1 Definisi perilaku bullying
Perilaku bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
di perlihatkan ke dalam akal, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini
dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat,
tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dilakukan dengan perasaan
senang (Astuti, 2017).
Bully berarti menggertakkan atau mengganggu orang yang lebih lemah.
Istilah bullying kemudian digunakan untuk menunjukkan perilaku agresif
seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara berulang-ulang
terhadap orang atau sekelompok orang lain yang lebih lemah untk menyakiti
korban secara fisik maupun mental. Bullying bisa berupa kekerasan dalam
bentuk fisik (misalnya: menampar, memukul, menganiaya, menciderai),
verbal (misalnya: mengejek, mengolok-olok, memaki), dan mental/psikis
(misalnya: memalak, mengancam, mengintimidasi, mengucilkan) atau
gabungan diantara ketiganya.
Bullying terjadi karena dua hal: pertama, adanya ketidakseimbangan
kekuatan antara pelaku bullying paling kuat dan target (korban) yang lebih
lemah. Ketidakseimbangan kekuatan ini bisa berupa ukuran badan, kekuatan
fisik, kepandaian bicara, gender (jenis kelamin), status sosial, dan perasaan
lebih superior. Unsur ketidakseimbangan kekuatan dan intensitas yang
berulang-ulang inilah yang membedakan bullying dengan bentuk kekerasan
lainnya (Prasetyo, 2011).
39
Bullying merupakan perilaku yang tidak diharapkan terjadi terutama di
lingkungan sekolah. Bullying dapat diartikan sebagai perilaku agresif yang
terjadi di kalangan anak terutama usia sekolah dan melibatkan
ketidakseimbangan kekuatan yang berpotensi untuk dilakukan secara
berulangulang (Control Disease Center: National Center for Injury
Prevention and Control). Bullying adalah bentuk agresivitas yang dilakukan
oleh satu individu maupun secara berkelompok terhadap individu atau
kelompok lain dengan tujuan mendominasi (dominate), menyakiti (hurt), atau
mengasingkan pihak lain (exclude another) (Putri, 2015).
Faktor risiko bullying terdiri atas variabel psikologis, emosional,
biologis dan faktor lingkungan. Bullying merupakan kontruksi komplek yang
terlihat dan dapat mempengaruhi jumlah serta tergantung pada faktor anak
seperti faktor psikologis, kognitif, emosi dan lingkungan sekitar yang spesifik
seperti harapan orang tua dan status sosial ekonomi. Jumlah sibling dan
kurangnya keterlibatan orangtua merupakan faktor keluarga yang berisiko
meningkatkan perilaku bullying (Hermalinda,2017).
Perilaku bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang oleh sebagaian siswa atau lebih yang bersifat menyerang karena
adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. Contoh dari
perilaku bullying anatara lain mengejek, menyebarkan gosip, menghasut,
mengucilkan, menakut-nakuti (intimidasi), mengancam, menindas, memelak
atau menyerang secara fisik seperti mendorong, menampar, atau memukul
(Nurhayanti, 2013).
40
2.2.2 Peran dalam Bullying
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi
menjadi 4 (empat) (Zakiyyah, 2017):
a. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau
emosional melukai murid lain secara berulang-ulang. Pelaku bullying sering
memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying
dan murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying. Pelaku bullying juga
cenderung memperlihatkan simptom depresi yang lebih tinggi daripada murid
yang tidak terlibat dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih
rendah daripada victim atau korban.
b. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari
perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan
sedikit pertahanan melawan penyerangnya. Dibandingkan dengan teman
sebayanya yang tidak menjadi korban, korban bullying cenderung menarik
diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru.
c. Bully - victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga
menjadi korban perilaku agresif bully victim menunjukkan level agresivitas
verbal dan fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain.
d. Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau
bullying.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku bullying
Perilaku bullying di sekolah agaknya iklim sekolah, kebijakan sekolah
dan pengawasan siswa memberikan kontribusi terhadap frekuensi terjadinya
41
masalah bullying disetiap sekolah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku bullying adalah :
1. Status sosial ekonomi keluarga
2. Tingkat pendidikan orang tua
3. Komposisi keluarga (pendekatan, perceraian, kawin lagi)
4. Parenting style
2.2.4 Bullying disekolah dapat dikategorikan tiga kelompok
1. bullying secara fisik merupakan tindakan pelecehan atau penyerangan
secara fisik terhadap korbannya, seperti memukul, mencubit, menampar, dan
memalak (meminta secara paksa yang bukan barang miliknya).
2. Non-fisik : terbagi menjadi langsung dan tidak langsung:
1. Tidak langsung diantarnya adalah memanipulasi pertemanan,
mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut, curang,
dan sembunyi – sembunyi.
2. Langsung seperti gerakan (tangan, kaki atau anggota badan lain) kasar
atau mengancam, menatap, muka mengancam, menggeram, hentakan
mengancam atau menakuti (Astuti, 2017).
Berbeda dengan keadaan siswa yang mengetahui secara persis kasus-kasus
bullying disekolah, banyak orang tua yang mengetahui ada masalah itu
disekolah. Kalaupun ada orang tua yang mengetahui, mereka sulit atau
tidak mau terlibat. Ini antara lain disebabkan oleh :
42
1. Orang tua kurang pengetahuan (informasi) atas kejadian disekolah.
2. Orang tua banyak memberikan kepercayaan kepada pihak sekolah dalam
mengawasi anak.
3. Orang tua tidak diajak berkomunikasi oleh anak, karena anak cenderung
takut atau enggan bicara pada orang tua atas masalah mereka disekolah.
Menurut mereka masalah bukan urusan orang tua.
4. Orang tua cenderung mempersepsikan bullying atau senioritas sebagai
bagian dari bentuk ajaran lain dilingkungan komunitas anak yang menjadi
masalah anak sendiri. Masalah bullying bagi sebagian orang tua dianggap
sebagai masalah yang hanya terjadi pada anak sekolah (Astuti, 2017).
3. bullying secara psikologis merupakan tindak yang tidak dilakukan secara
langsung (fisik maupun verbal) dengan sasaran lebih kearah psikis seperti
mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan dan diskriminasi (Ningrum,
2015).
2.2.5 Hambatan Bullying
Hambatan yang dirasakan siswa SMA dalam mengatasi bullying
adalah sebagai berikut (Astuti, 2017):
1. Kurangnya waktu dan jarang komnukasi yang jauh antara siswa dan guru
serta orang tua, menyebabkan anak menyelesaikan masalahnya dengan diri
sendiri atau peer groupnya.
2. Karena tradisi sekolah dan ada ancaman jika larangan dihapus, maka
mereka enggan untuk mengadukannya kepihak lain termasuk orang tua.
43
Kurang kondusifnya sekolah dalam mengatasi masalah bullying, yang
seringkali tidak dipedulikan oleh para pengurus sekolah, memungkinkan
sekolah mengalami beban berat yang dampak selanjutnya menyebabkan
kondisi belajar siswa, kepercayaan diri, kehidupan sosialnya dan keluarganya
terganggu. Bullying adalah bagian dari perilaku agresif anak secara berulang
terhadap temannya atau sesama siswa lainnya yang menyebabkan adanya
korban.
44
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 kerangka konsep penelitian
Kerangka kerja adalah keseluruhan konseptual sebuah penelitian. Tidak
setiap penelitian didasarkan pada teori formal atau model konseptual, namun
setiap penelitian memiliki kerangka kerja yang bersifat konseptual. Dalam
sebuah penelitian yang didasarakan pada teori, kerangka kerja adalah
kerangka teoritis. Dalam setiap studi yang berakar pada model konseptual
tertentu. Kerangka kerja tersebut adalah kerangka konseptual (walaupun
kerangka konseptual dan kerangka teoritis sering digunakan secara
bergantian)
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
Keterangan :
= variabel yang akan diteliti
= yang ada hubungan (variabel independen dan variabel
dependen)
Pola asuh orang tua :
1. Pola asuh otoriter
2. Pola asuh
permisif
3. Pola asuh
demokratis
Perilaku bullying pada
murid SMA
1. Fisik
2. Non fisik
45
Pola asuh adalah pola asuh orang tua atau pendidik yang mampu
memancarkan kewibawaan pada anak. Pendidik atau orang tua yang mampu
berbuat demikian, dia senantiasa mampu menampilkan perilaku yang
konsisten antara bahasa lisan dengan perbuatannya, menerima anak apa
adanya.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan
karena hipotesis bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan data,
analisa dan interprestasi (Nursalam, 2013). Hipotesis pada penelitian ini
adalah :
Ha: Ada hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku bullying pada siswa
SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian ini adalah teknik yang digunakan penelitian untuk
menyusun studi dan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
relevan dengan pertanyaan penelitian (Polit, 2012). Jenis rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekan
waktu pengukuran atau observasi data variabel indepeden dengan dependen
hanya satu kali saja. Rancangan dalam penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada
siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
4.2 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki ciri-ciri khusus
yang sama dapat berbentuk kecil ataupun besar (creswell, 2009). Populasi
yang gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1, dan 2 di SMA
Perguruan Gajah Mada Medan 2019. Populasi dalam penelitian ini murid
kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 pada SMA Perguruan Gajah Mada Medan yang
berjumlah 151 orang.
47
4.2.2 Sampel
Pengambilan sampel adalah proses pemilahan sebagian populasi untuk
mewakili seluruh populasi. Sampel adalah subyek dari elemen populasi.
Elemen adalah unit paling dasar tentang informasi mana yang dikumpulkan.
Dalam penelitian keperawatan, unsur-unsurnya biasanya manusia (Grove,
2014).
Menurut Surakhmad teknik pengambilan sampel dengan Rumus
sebagai berikut : Apabila jumlah populasi sebanyak kurang lebih dari 100,
maka pengambilan sampel sekurang-kurang nya 50% dari ukuran populasi.
Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih 1000, ukuran sampel
diharapkan sekurang-kurangnya sebesar 15% dari ukuran populasi (Imron,
2010). Sampel pada penelitian ini murid kelas 1 dan 2 SMA. Rumus
pengambilan sampel sebagai berikut:
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Jumlah anggota populasi
Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 151 orang
perawat, maka penentuan jumlah sampel yang harus ditarik dengan
menggunakan rumus diatas adalah :
48
= 15% +
= 15% + 0.945(35%)
= 15% + 33.00%
= 48% x 151
= 0,48 x 151
= 72,48
S = 72 responden
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambil sampel dalam dalam penelitian ini probability
sampling dengan menggunakan metode simple random sampling. Dimana
simple random sampling adalah desain probabilitas paling dasar, karena
teknik pengambil sampel dalam penelitian ini dengan simple random
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara
undian (Polit, 2012).
49
4.3 Variabel penelitian meliputi klasifikasi variabel dan definisi
Operasional
4.3.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang diduga menjadi
penyebab, pengaruh dan penentu pada variabel dependen (Polit dan Beck,
2012). Variabel independen dalam penelitian adalah pola asuh orang tua.
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen (terikat) adalah perlakuan atau karakteristik yang
menjelaskan dan memprediksi hasil penelitian (Polit dan Beck, 2012).
Variabel dependen dalam penelitian ini perilaku bullying.
4.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang di defenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional
(Nursalam, 2014).
50
Tabel 4.2 Defenisi Operasional Hubungan Pola Asuh dengan Perilaku
Bullying pada Siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
N
o Variabel Definisi Indikator
Alat
ukur Skala Skor
1
2
Pola asuh orang tua
Perilaku bullying
gaya orang tua dalam
membimbing
anak
perilaku negatif dengan cara
mengejek
seseorang
atau siswa tanpa ada alasan
1. Pola asuh otoriter
2. Pola asuh
permisif
3. Pola asuh
demokratis
1. Fisik 2. Non fisik
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
Kurang
= 48-120
Baik
= 121-192
Ada perilaku bullying
= 18-45
Tidak ada perilaku
bullying
= 46-72
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti agar penelitian berjalan dengan baik (Polit & Beck,
2012). Instrument penelitian yang akan digunakan adalah angket berupa
kuesioner yang berisi mengenai masalah atau tema yang sedang diteliti
sehingga menampakkan pengaruh atau hubungan dalam penelitian dan skala
tersebut.
1. Pola asuh rang tua
Instrumen yang digunakan pada variabel independen adalah pola asuh
orang tua memiliki 48 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Skala likert
merupakan skala yang digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan
persepsi seseorang. Dengan altenatif jawaban sangat setuju (4), setuju (3), tidak
51
setuju (2), sangat tidak setuju (1). Dengan kategori pola asuh baik dan pola asuh
kurang baik, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana P= panjang kelas, sebesar 48 (selisih nilai tertinggi dan nilai
terendah) dan banyak kelas sebanyak 2 kelas (pola asuh orang tua: kurang, baik)
didapatkan panjang kelas sebesar 72. Dengan menggunakan p= 72, maka
didapatkan hasil dari penelitian tentang pola asuh orang tua adalah sebagai
berikut:
Kurang : 48-120
Baik : 121-192
2. Perilaku bullying
Variabel dependen adalah perilaku bullying memiliki 18 pertanyaan
dengan menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang digunakan
untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang. Dengan altenatif
jawaban sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).
52
Dengan kategori ada perilaku bullying dan tidak ada perilaku bullying, yang
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana P= panjang kelas, sebesar 18 (selisih nilai tertinggi dan nilai
terendah) dan banyak kelas sebanyak 2 kelas (pola asuh orang tua: kurang, baik)
didapatkan panjang kelas sebesar 27. Dengan menggunakan p= 27, maka
didapatkan hasil dari penelitian tentang pola asuh orang tua adalah sebagai
berikut:
Ada perilaku: 18-45
Tidak ada perilaku: 46-72.
4.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Perguruan Gajah Mada Medan. Peneliti
memilih tempat ini dikarenakan lahan ini dapat memenuhi sampel yang telah
53
di tetapkan dan merupakan lahan praktek yang dapat memudahkan peneliti
untuk menelitinya.
4.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01-31 Maret tahun 2019 di
SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
4.6 Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data
4.6.1 Pengambilan data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Mendapatkan izin penelitian dari STIKes Santa Elisabeth Medan Dan
Kepala Sekolah SMA Perguruan Gajah Mada.
2. Meminta kesediaan sampel menjadi calon responden
3. Peneliti menjelaskan cara pengisian responden
4. Peneliti membagikan kuesioner penelitian kepada responden dan Kepala
sekolah Perguruan Gajah Mada untuk mengetahui perilaku bullying di
sekolah.
4.6.2 Teknik pengumpulan data
Peneliti mengumpulkan data setelah mendapat izin dari ketua STIKes
Santa Elisabeth Medan. Kemudian peneliti meminta izin ke pihak sekolah
SMA Perguruan Gajah Mada Medan untuk melakukan pengumpulan data di
sekolah tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan informed consent pada
responden sebagai tanda persetujuan keikutsertaan dan memberikan
54
kuesioner kepada responden. Responden mengisi data demografi yaitu nama
initial, jenis kelamin, suku dan pernyataan pola asuh orang tua sebanyak 48
pernyataan dan perilaku bullying di sekolah sebanyak 18 pertanyaan. Peneliti
mendampingi responden, apabila ada pernyataan yang tidak jelas dan dapat
menjelaskan kepada responden. Setelah selesai peneliti mengumpulkan
kuesioner kembali dan memeriksa apakah kuesioner yang telah diisi sudah
lengkap.
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas
Uji validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen,
artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur
apa yang seharusnya diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner
dikatakan dengan menggunakan rumus teknik correlation koefisien (r)
dengan ketentuan bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan bila r <
dari r tabel maka dikatakan tidak valid.
Uji reliabilitas dilakukan setelah data dinyatakan valid, analisis
dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pernyataan dikatakan variabel jika
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten/stabil dari waktu ke waktu.
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini pada kuesioner pola asuh
orang tua dan perilaku bullying tidak dilakukan karena menggunakan
kuesioner yang sudah baku untuk pola asuh Yoga (2016) dan perilaku
bullying Annisaa (2017).
55
4.7 Kerangka Operasional
Bagan 4.3. Kerangka Operasional Hubungan Pola Asuh Orang dengan
Perilaku Bullying pada Siswa di SMA Perguruan Gajah Mada
Medan 2019
4.8 Cara Analisis Data
Data kuesioner dikumpulkan dan dianalisa, data yang diperoleh diolah
dengan bantuan komputer dengan tiga tahapan. Tahap pertama editing yaitu,
memeriksa kebenaran data dan memastikan data yang diinginkan dapat
dipenuhi, tahap kedua coding yaitu, mengklasifikasikan jawaban menurut
Pengajuan judul proposal
Prosedur izin penelitian
Pengambilan data awal
SMA Perguruan Gajah
Mada
Informed consent
Evaluasi
Pengelolaan data
Analisa data
Hasil
56
variasinya dengan memberi kode tertentu, yang ketiga tabulasi yaitu, data
yang telah terkumpul ditabulasi dalam bentuk tabel. Analisa data meliputi:
1. Untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis ini
menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu
variabel independen (pola asuh orang tua) dan variabel dependen (perilaku
bullying).
2. Untuk mengukur hubungan antara variabel penelitian yaitu variabel
independen (pola asuh orang tua) dengan variabel dependen (perilaku
bullying). Analisis yang digunakan bivariat dengan menggunakan uji Chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% dimana taraf signifikan 0,05,
sehingga bila ditemukan hasil analisis statistik (p< 0,05) maka variabel
dinyatakan berhubungan secara signifikan.
4.9 Etika Penelitian
Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang
dipergunakan adalah manusia, sehingga peneliti harus memahami prinsip-
prinsip etika penilitian (Nursalam, 2008). Prinsip-prinsip etika penilitian
sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan responden (Informed Consent)
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian terlebih dahulu
sebelum melakukan penelitian. Responden dijelaskan terlebih dahulu
mengenai persetujuan tentang akan dilakukannya penelitian sehingga
57
responden setuju dan peneliti memberikan lembar persetujuan untuk ditanda
tangani. Pada penelitian ini seluruh responden menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Peneliti memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil yang akan disajikan. Peneliti memberikan kode angka sebagai
pengganti nama responden sehingga identitas responden dapat terjamin
kerahasiaannya.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan dari data-data yang diperoleh dari responden dijamin oleh
peneliti. Peneliti hanya mengungkapkan data yang didapatkan tanpa
menyebutkan nama asli subyek penelitiannya. Penelitian ini sangat dijaga
kerahasiaannya dan dijamin keamanannya guna mengembangkan penelitian
yang selanjutnya akan dibuat oleh peneliti lain. Hard file berupa kuesioner
akan peneliti hanguskan 3 bulan setelah penelitian dan softfile pada
penyimpanan komputer akan diberi password untuk melindungi kerahasian
data dari responden.
Keterangan layak etik, sesuai dengan nomor surat etik penelitian
kesehatan nomor 0180/KEPK/PE-DT/V/2019 dengan judul hubungan pola
asuh orang tua dengan perilaku bullying pada siswa Perguruan Gajah Mada
Medan 2019.
58
Dinyatakan layak etik sesuai tujuh standar WHO 2011, yaitu:
1. Nilai sosial
2. Nilai ilmiah
3. Pemerataan bebas dan manfaat
4. Resiko
5. Bujukan/Eksploitas
6. Kerahasiaan/Privacy
7. Persetujuan setelah penjelasan
Yang merujuk pada pedoman CIOMS 2016. Hal ini seperti yang ditunjukkan
oleh terpenuhinya indikator setiap standar.
59
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada siswa
SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019. Penelitian ini dimulai pada tanggal
01-30 Maret 2019 responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi Perguruan
Gajah Mada Medan. Dari hasil penelitian distribusi dan persentase yang
dijelaskan adalah data demografi responden jenis kelamin, dan suku.
Perguruan Gajah Mada Medan adalah sekolah swasta yang terletak di
Medan perjuangan. Sekolah ini di lengkapi sarana dan prasarana antara lain
laboratorium komputer, UKS, lapangan olahraga, ruangan kesenian, dan
memiliki ekstrakulikuler diantaranya: basket, bulu tangkis, sepak bola, pencak
silat, dan futsal, semua kegiatan ekstrakulikuler ini boleh diikutin oleh seluruh
siswa-siswi. Setiap sekolah memiliki tata tertib sendiri, baik untuk siswa,
guru, dan karyawan. Setiap pelanggaran terhadap tata tertbi yang ada akan
mendapat sanksi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang
bermasalah akan ditangani oleh pihak-pihak yang telah ditentukan, antara lain
oleh guru bimbingan dan konseling.
Orangtua siswa setiap satu tahun sekali yaitu saat penerimaan raport
kenaikan kelas akan bertemu dengan pihak sekolah untuk membahas masalah-
masalah yang dihadapi siswa selama satu tahun dan menentukan jalan keluar
yang sesuai atau tepat. Siswa yang bermasalah dengan kasus berat akan
60
panggil orangtuanya untuk bertemu pihak sekolah sedangakn untuk kasus
yang ringan atau sedang akan diberi teguran lisan dan surat peringatan.
5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku, di
SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Dari hasil penelitian, diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, suku, di SMA Perguruan Gajah Mada Medan sebagai beriikut :
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan karakteristik di
SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Karakteristik Frekuesi (f) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 29 40,3 Perempuan 43 59,7
Total 72 100
Suku
Jawa 15 20,83 Madura 2 2,8
Batak 40 55,6
Dll 15 20,8
Total 72 100
Berdasarkan tabel 5.1 hasil ditribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin
mayoritas perempuan 43 orang (59,7%). Berdasarkan suka mayoritas suku
Batak berjumlah 40 orang (55,6%) dan minoritas suku Madura berjumlah 2
orang (2,8%).
61
5.1.2 Distribusi frekuensi pola suh orang tua pada siswa SMA Perguruan
Gajah Mada Medan 2019
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi pola asuh orang tua
pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua pada siswa di SMA
Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Pola asuh Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang 58 80,6 Baik 14 19,4
Total 72 100
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi pola asuh orang tua
pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019 mayoritas pola asuh
kurang sebanyak 58 orang (80,6%).
5.1.3 Distribusi frekuensi perilaku bullying pada siswa SMA Perguruan
Gajah Mada Medan 2019
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi perilaku bullying pada
siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Perilaku Bullying
pada siswa di SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Perilaku bullying Frekuensi (f) Persentase (%)
Ada 39 54,2
Tidak ada 33 45,8
Total 72 100
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi perilaku bullying
pada siswa Perguruan Gajah Mada Medan 2019. Ada perilaku bullying
sebanyak 39 orang (54,2%).
62
5.1.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Bullying pada
siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Berdasarkan hasil penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan
perilaku bullying pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4. Tabulasi Silang Antara Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying pada siswa SMA Perguruan Gajah
Mada Medan 2019
Pola asuh
Perilaku Bullying
p-value Ada
perilaku
Tidak ada
perilaku Total
F % F % F %
0,040 Kurang 35 60,3 23 39,7 58 100
Baik 4 28,6 10 71,4 14 100
Hasil analisis hubungan antara pola asuh dengan perilaku bullying
didapatkan dari 58 orang (100%), pola asuh kurang dengan adanya perilaku
bullying sebanyak 35 orang (60,3%) dan tidak ada perilaku bullying sebanyak
23 orang (39,7%), sedangkan dari 14 orang (100%) diperoleh pola asuh baik
dengan tidak adanya perilaku bullying sebanyak 10 orang (71,4%) dan ada
perilaku bullying sebanyak 4 orang (28,6%). Hasil uji statistik diperoleh p-
value 0,040, maka dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara pola
asuh orang tua dengan perilaku bullying.
63
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pola asuh orang tua di SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orangtua di SMA
Perguruan Gajah Mada Medan pola asuh kurang yaitu 58 orang (80,6%). Hal
ini disebabkan karena orang tua kurang mengatur jadwal jam belajar, kurang
mengatur kegiatan anak didalam dan diluar sekolah. Pola asuh yang kurang
pada perguruan gajah mada berdasarkan hasil wawancara dengan anak
tersebut bahwa orang tua mengatur waktu belajar anak, membatasi semua
kegiatan anak dan selalu membuat peraturan rumah tanpa memberitahu anak,
dan membela anak walaupun anak tersebut melakukan kesalahan, orang tua
juga tidak memperhatikan tugas atau peran sebagai orang tua.
Sunarty (2016) menyatakan pola asuh negative pada siswa dapat dilihat
melalui ucapan dan tindakan ketika berkomunikasi, bertransaksi atau
berinteraksi dengan anak, selalu mengkritik, melindungi berlebihan, tidak
konsisten, selalu mendebat, serba mengatur, dan orangtua selalu mau dilayani.
Hasil ini sesuai dengan pendapat, Gordon (2000) dan James (2002) yang
menyatakan bahwa pola asuh negatif berdampak buruk bagi perkembangan
kepribadian anak, termasuk menghambat kemandirian anak. Pola perilaku
orangtua juga suka mengabaikan baik secara fisik maupun psikis, yang sangat
menghambat perkembangan kemandirian anak.
Tugas utama orangtua adalah untuk mengasuh anak agar menjadi orang
bertanggung jawab dan menjadi orang dewasa yang kreatif dan dapat
mengembangkan hubungan yang berarti dalam rentang kehidupan. Agar
64
pertumbuhan dan perkembangan berjalan sebaik-baiknya. Anak perlu diasuh
dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dilingkungan kehidupan keluarga.
Salah satu peran orang tua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak kearah yang positif (Setiawati, 2017).
Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama yang diperoleh anak
dalam kehidupannya. Dilingkugan keluarga seorang anak pertama kalinya
mengenal berbagai hal. Selain itu keluarga juga merupakan lembaga
pendidikan tinggi yang bersifat nonformal yang secara langsung maupun tidak
langsung memberi pengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan
perilaku anak, jadi keluargalah kecenderungan anak tersebut dibentuk (Korua,
2015).
Saat tumbuh melewati masa awal anak-anak pola asuh disebabkan
oleh perkembangan kognitif. Berbagai kemampuan baru untuk berpikir
tentang diri mereka atau orang lain dan memahami dunia mereka
memungkinkan anak untuk mengembangkan hubungan sebaya yang lebih
dalam dan bermakna. Disekolah, sebagian besar waktu dihabiskan oleh anak
bersama teman-temannya dibandingkan orang tua mereka. Hal tersebut
mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siswa
untuk melakukan bullying yakni lingkungan sekitar tempat anak berada
(Pratama, 2016).
Lingkungan dimana individu didalamnya bisa melakukan kekerasan
ataupun perbuatan melanggar norma lainnya dapat mendukung seseorang
menjadi pelaku bullying. Hal tersebut membuat siswa mudah meniru
65
kecenderungan lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah saat
melakukannya, sehingga timbullah kecenderungan bullying. Selain itu,
lingkungan di dalam sekolah juga dapat mempengaruhi timbulnya bullying.
Seperti kedisiplinan yang sangat kaku dan peraturan yang tidak konsisten
(Hestina, 2017).
5.2.2 Perilaku bullying pada siwa SMA Perguruan Gajah Mada Medan
Berdasarkan hasil penelitian dari 72 orang responden diperoleh hasil
bahwa jumlah siswa yang melakukan perilaku bullying dan mayoritas yang
ada melakukan perilaku bullying sebanyak 39 orang (54,2%). Ada perilaku
bullying disebabkan karena ada dorongan dengan sengaja oleh teman,
dipukul atau di tendang dengan keras, dan mengancam secara fisik untuk
menyakiti temannya (korban). Korban bullying pada anak sekolah perguruan
gajah mada jika bertemu dengan teman yang suka membullyingnya dia akan
menghindar dan tidak akan bertemu dengan temannya tersebut dan ia pergi
sekolah harus menjaga sikap agar tidak di bullying oleh temannya tersebut.
Mulachela (2017) yang meneliti tentang perilaku bullying pada remaja
ditinjau dari self esteem dan jenis kelamin disekolah SMA Negeri 7
Pekanbaru yang dimana perilaku bullying lebih banyak dilakukan pada remaja
putra dibandingkan remaja putri, dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 7
Pekanbaru lebih banyak melakukan perilaku bullying pada jenis kelamin laki-
laki dari pada perempuan.
Anak laki-laki cenderung melakukan tindakan bullying dibandingkan
dengan anak perempuan. Anak laki-laki cenderung melakukan perilaku
66
bullying dalam bentuk agresif fisikal. Bullying juga dikatakan sebagai sebuah
tindakan yang dilakukan seseorang kepada orang lain dengan tujuan
menyakiti orang tersebut dan dilakukan secara berulang dari waktu kewaktu,
seseorang yang mendapat perilaku bullying disebut korban bullying (Salmi,
2018).
Korban bullying dapat mengalami perasaan cemas, marah, tak berdaya,
kesepian, perasaan terisolasi dan teraniaya. Dampak lain yang dialami adalah
kesulitan dalam berkonsentrasi pada saat belajar dan mengalami penurunan
prestasi akademik dan cenderung takut pergi kesekolah (Yani, 2017).
Kecenderungan Bullying dapat terjadi karena kesalahpahaman
(prasangka/ prejudice) antar pihak yang berinteraksi. Bullying bukanlah
mrupakan suatu kecenderungan yang kebetulan terjadi, melaikan dipengaruhii
oleh berbagai faktor seperti faktor sosial, budaya dan ekonomi. Biasanya
dilakukan oleh pihak-pihak yang erasa lebih kuat, lebih berkuasa, atau bahkan
merasa lebih terhormat untuk menindas pihak lain untuk memperoleh
keuntungan tertentu. Kecenderungan Bullying dapat terjadi dimana saja,
seperti keluarga masyarakat dan sekolah yang merupakan pusat pendidikan
(Hestina, 2017).
Bullying dalam dunia pendidikan termasuk dalam tindakan kekerasan
yang merugikan orang lain. Disebut kekerasan karena tindakan yang
dilakukan untuk menyakiti orang lain, atau bisa juga dengan tujuan tertentu,
misalnya mencari perhatian, ingin berkuasa di sekolah, bahkan ingin dibilang
jagoan. Bila dilakukan terus menerus bullying di sekolah akan menimbulkan
67
trauma, ketakutan, kecemasan, depresi, bahkan kematian. Bullying di sekolah
biasanya terjadi pada pihak yang tak berimbang secara kekuatan maupun
kekuasaan. Korban bullying memang telah diposisikan sebagai target (Sari,
2017).
Dampak jangka panjang pada korban bullying adalah merasa cemas
yang berkelanjutan, penyesuaian sosial yang buruk, ingin pindah atau bahkan
putus sekolah, sulit berkonsentrasi di kelas dan timbul rasa takut (Sari, 2010).
Sedangkan dampak dari korban bullying secara fisik biasa mengalami pusing,
mual muntah, jantung berdebar, nafsu makan menurun, dan demam.
5.2.3 Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada siswa
SMA Perguruan Gajah Mada Medan 2019
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku bullying. Ada perilaku bullying di SMA Perguruan Gajah
Mada Medan 2019 disebabkan karena adanya cemoohan, dan menurunkan
harga diri seseorang yang dimana pola asuh orang tua kurang memperhatikan
anak dalam pergaulan diluar lingkungan rumah. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi perilaku bullying selain faktor pola asuh faktor lain yaitu
jumlah saudara, keharmonisan keluarga, pengalaman, lingkungan sekolah,
kebijakan sekolah dan pergaulan.
Jumlah saudara yang sedikit akan memberikan rasa keharmonisan di
banding dengan anak yang memiliki jumlah saudara banyak karena mereka
akan cenderung lebih menunjukkan kelebihannya satu sama lain sehingga
perilaku bullying lebih banyak terjadi yang berpengaruh dalam pergaulannya
68
sebagai pengalaman yang didapatkan dalam keluarga. Remaja yang berasal
dari keluarga yang besar memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
bullying antara saudara sehingga anak menganggap perilaku bullying sebagai
sesuatu yang normal dan diterima (Wong et al, 2009).
Pergaulan anak disekolah akan lebih banyak bersama teman
sebayanya. Anak yang berkelompok dengan kesamaan umur akan mudah
terpengaruh dengan teman sebaya terutama tingkah laku melanggar peraturan
atau disiplin, sehingga mendapat pengakuan dari kelompok tersebut.
Orang tua merupakan sumber pengaruh terkait dengan perilaku
bullying pada remaja. Sikap orang tua yang positif seperti kehangatan
keluarga atau dukungan bisa melindungi remaja dari keterlibatan bullying
baik sebagai pelaku maupun korban.
Perilaku bullying bukan perilaku yang terbentuk dengan sendirinya,
melainkan dari pengalaman yang pernah dialami baik dalam keluarga maupun
sekolah. Keluarga dan sekolah adalah dua sistem yang sangat penting dalam
kehidupan anak. Saat memasuki sekolah keterampilan kognitif anak akan
berkembang, selain itu perkembangan emosi dan sosial anak juga akan
terpengaruhi. Kebijakan sekolah yang baik dan sekolah memiliki soccial
support sebagai sarana penyelesaian masalah sosial siswa sehingga perilaku
agresif seperti bullying dapat ditekan dan dikendalikan.
Korua (2015) berpendapat bahwa orang tua yang memiliki pola asuh
yang kurang tepat dalam membimbing anak-anaknya dan kurang
memperhatikan sikap dan perilaku anak didalam dan diluar sekolah karena
69
kurang memperhatikan anak akibatnya anak melakukan perilaku menyimpang
seperti perilaku bullying.
Pola asuh orang tua merupakan cara sikap atau perilaku orang tua saat
berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan
nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap
dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Yoga, 2016).
Pola asuh orang tua yang tidak baik tidak selamanya mengalami
perilaku bullying. Dimana anak merasa tidak berguna, tidak berdaya, apatis,
tidak diterima, terbuang dari keluarga, kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, harga diri yang rendah, sering bermasalah dengan temannya, dan
tidak mandiri (Sunarty, 2016).
70
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Pada bagian akhir penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa simpulan
yang dapat mengambil dan saran yang didasarkan pada temuan hasil
penelitian secara umum peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh berhubungan
dengan perilaku bullying pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan
2019. Secara lebih khusus peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut:
1. Pola asuh pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan Tahun
2019 mayoritas siswa mengalami kurang pola asuh orang tua
sebanyak 58 orang (80,6%). Kesimpulannya orang tua siswa tersebut
kurang memperhatikan anaknya.
2. Perilaku bullying pada sekolah SMA Perguruan Gajah Mada
mayoritas siswa mengalami ada perilaku bullying pada siswa SMA
Perguruan Gajah Mada sebanyak 39 orang sebanyak (54,2%) dan
tidak ada perilaku bullying sebanyak 33 orang (45,8%).
Kesimpulannya lebih banyak ada perilaku bullying pada sekolah
SMA Perguruan Gajah Mada.
3. Berdasarkan dari uji chi square didapatkan p-value = 0,000 (p<0,05)
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku bullying pada siswa SMA Perguruan Gajah Mada
Medan Tahun 2019.
71
6.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dengan jumlah responden sebanyak 72
orang mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada
siswa SMA Perguruan Gajah Mada Medan, maka dapat disarankan kepada:
1. Sekolah Perguruan Gajah Mada
Hasil penelitian ini diharapkan agar pihak sekolah diharapkan dapat lebih
meningkatkan pendidikan tentang dampak perilaku bullying yang akhir-akhir
ini menjadi masalah serius di bidang pendidikan. Pihak sekolah juga harus
senantiasa memantau dan mengontrol setiap perilaku negatif siswa agar tidak
memberikan dampak yang lebih buruk di kemudian hari dengan lebih
mempertegas peraturan-peraturan sekolah khususnya yang mengatur tentang
perilaku kekerasan di lingkungan sekolah. Bimbingan Konseling secara
efektif membuka layanan untuk menanamkan nilai-nilai moral sehingga
menumbuhkan rasa empati siswa terhadap teman sebayanya.
2. Orang tua
Orang tua diharapkan agar lebih memperhatikan dalam menerapkan pola
asuh yang tepat kepada anak sesuai dengan karakter anak. Khususnya bagi
orang tua yang memiliki anak remaja diharapkan selalu memberikan
pendidikan yang baik serta selalu memperhatikan anaknya supaya tidak
terjerumus ke dalam perilaku menyimpang yang dapat membawa dampak
buruk. Hendaknya orang tua dapat mencontohkan perilaku yang positif,
besifat fleksibel, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
72
berlangsung, memahami anak yang masih berusia remaja sedang mengalami
masa peralihan.
3. Bagi siswa/i
Hendaknya bagi siswa meningkatkan pengetahuan mengenai bullying bahwa
bullying itu tidak hanya berupa penyerangan secara fisik dan non fisik, tetapi
juga secara lisan seperti mengejek sehingga dengan pengetahuan yang
dimiliki siswa dapat mengendalikan dan mengontrol diri dengan baik dari
perilaku bullying agar terwujud hubungan yang harmonis dalam
pergaulannya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
merupakan penyebab dari perilaku bullying sehingga dapat digunakan
sebagai data yang berkesinambungan serta berkelanjutan agar dapat
memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sesuai
dengan fenomena yang terjadi. Peneliti lain juga dapat meneliti apakah
perilaku bullying mempengaruhi proses tumbuh kembang remaja.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(1), 33-48.
Arofa, I. Z. (2017). Pengaruh Perilaku Bullying terhadap Empati Ditinjau dari
Tipe Sekolah (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Astuti (2017). Meredam Bullying. Jakarta: Grasindo
Creswell, John (2009), Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods Approaches Third Edition, American: Sage
Fauzi, R. N. F., & Mamnu’ah, M. A. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di Smp Muhammadiyah 2
Gamping Sleman Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah
Yogyakarta).
Grove, S.K., Burns, N., & Gray. J. (2014) Understanding Nursing Research:
Building an Evidence-Based Practice. Elsevier Health Sciences
Hestina, H., Yusmansyah, Y., & Mayasari, S. (2017). Hubungan Antara Pola
Asuh Orangtua Dengan Kecenderungan Bullying Siswa. ALIBKIN (Jurnal
Bimbingan Konseling), 5(6).
Korua, S. F., Kanine, E., & Bidjuni, H. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja SMK Negeri 1 Manado. Jurnal
Keperawatan, 3(2).
Mulachela, Z. H., & Prasetyaningrum, J. (2017). Perilaku Bullying Pada Remaja
Ditinjau Dari Self Esteem Dan Jenis Kelamin (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Ningrum, S. D., & Soeharto, T. N. E. D. (2016). Hubungan Pola Asuh Otoriter
Orang Tua dengan Bullying di Sekolah pada Siswa SMP. Indigenous:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 13(1).
Novrian, A. (2017). Hubungan Antara Fungsi Keluarga Dengan Kecenderungan
Perilaku Bullying Pada Remaja Muslim Kelas Ix Smp Negeri 3
Palembang.[SKRIPSI] (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah
Palembang).
74
Nurhayanti, R., & Novotasari, D. (2013). Tipe Pola Asuh Orang Tua yang
berhubungan dengan Perilaku Bullying di SMA Kabupaten Semarang.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(1).
Nursalam (2013) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedekatan Praktis.
Edisi 3. Jakarta : Salemba medika
Nursalam (2014) Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pedekatan Praktis.
Edisi 4. Jakarta : salemba medika
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing research: genering and assessing
evidence for nursing practice. Lippincott Williams & wilkinks.
Pratama, Y. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Bullying
Remaja di SMP N 4 Gamping Sleman (Doctoral dissertation, STIKES
Jenderal Achmad Yani Yogyakara).
Salmi, S., Hariko, R., & Afdal, A. (2018). Hubungan kontrol diri dengan perilaku
bullying siswa. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 8(2), 88-99.
Sari, Y. P., & Azwar, W. (2017). Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif
Perilaku Bullying Siswa Di SMP Negeri 01 Painan, Sumatera Barat.
Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 10(2), 333-367.
Siti'Rahmalia, H. D. (2015). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Status
Identitas Diri Remaja. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Keperawatan, 2(2), 899-907.
Sugiyanto, W. P. (2015). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku
Prososial Siswa Kelas V SD Se Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten
Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/2015. Basic Education, 4(15).
Sunarty, K. (2016). Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Kemandirian Anak.
Journal of Educational Science and Technology (EST), 2(3), 152-160.
Syofiyanti, D. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Bullying Remaja. Pelita
Bangsa Pelestari Pancasila, 11(1).
Yusuf, H., & Fahrudin, A. (2012). Perilaku bullying: asesmen multidimensi dan
intervensi sosial. Jurnal Psikologi, 11(2), 10.
75
Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada siswa SMA
Perguruan Gajah Mada Medan 2019.
No
Kegiatan
Waktu penelitian
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Izin pengambilan data awal
3 Pengambilan data awal
4 Penyusunan proposal penelitian
5 Seminar proposal
6 Revisi proposal
8 Prosedur izin penelitian
9 Memberi informed consent
10 Memberikan kuesioner
11 Pengolahan data menggunakan
komputerisasi
12 Analisa data
13 Hasil
16 Seminar hasil
17 Revisi skripsi
18 Pengumpulan skripsi
76
77
78
79
80
81
82
Lembar Penjelasan Kepada Responden
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rica Marintan Sitorus
Nim : 032015089
Alamat : Jln. Bunga Terompet No. 118 Pasar VIII Kec. Medan
Selayang
Adalah mahasiswa program studi ners tahap akademik yang sedang
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Perguruan Gajah Mada
Medan Tahun 2019”. Penelitian ini untuk mengetahui self-regulation
mahasiswa dan prokrastinasi mahasiswa STIKes Santa Elisabeth Medan.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang akan merugikan bagi
responden, kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian dan kesediaan saudara/I menjadi responden.
Apabila anda bersedia menjadi responden, saya mohon kesediaannya
untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan serta melakukan
tindakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Atas perhatian dan kesediaannya
menjadi responden saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
(Rica Marintan Sitorus)
83
INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)
Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk ikut berpartisipasi
sebagai responden setelah mendapat penjelasan dari saudari Rica Marintan
Sitorus dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Perguruan Gajah Mada
Medan 2019”. Saya menyatakan bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian
ini saya lakukan dengan sukarela atau tanpa paksaan dari pihak manapun.
Saya juga memperkenankan kapada peneliti untuk mengambil data-
data saya untuk digunakan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian.Sebagai
responden dalam penelitian ini, saya menyetujui untuk bertemu dan
melakukan wawancara pada waktu dan tempat yang telah di sepakati antara
peneliti dan responden maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk
menjadi responden dalam penelitian ini,dengan catatan bila sewaktu-waktu
saya dirugikan dalam bentuk apapun,saya berhak membatalkan persetujuan
ini.
Medan, Maret 2019
(Responden)
84
LEMBAR KUESIONER KARAKTERISTK RESONDEN
Petunjuk pengsian :
a. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang ada
b. Jawablah semua pertanyaan yang ada dengan memberi tanda silang(x)
pada jawaban yang di anggap benar
c. Terimakasih atas partisipasinya
I. Karakteristik Resonden
1. Nama:
2. Umur: : 11-15 tahun : 15-20
3. Jenis kelamin: Laki-laki : Perempuan
4. Suku :
a. Jawa
b. Madura
c. Batak
d. Dll…..
5. Pendidikan terakhir ibu :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
Kode responden:
85
d. SMA
e. Perguruan tinggi
6. Pekerjaan ibu :
a. Bekerja
b. Tidak Bekerja
86
LEMBAR KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Mohon angket ini diisi untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dan pilihlah keadaan yang
sebenarnya
3. Ada empat alternative jawaban, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
NO PERNYATAAN PILIHAN
SS S TS STS
Pola asuh otoriter
1 Orang tua selalu mengatur waktu jam belajar saya.
2 Jika hendak bermain, tidak boleh pulang larut
malam di atas pukul 22.00 malam.
3 Orang tua mengatakan memperoleh prestasi di kelas adalah suatu keharusan.
4 Bila saya memberikan ide untuk keperluan
keluarga, orang tua akan marah dan menganggap
saya lancang.
5 Setiap saya melakukan kesalahan, orang tua akan
menghukum saya.
6 Bila saya ada perkelahian dengan saudara saya
dalam keluarga, maka orang tua memarahi saya dan saudara saya.
7 Jika saya memperoleh prestasi, orang tua tidak
pernah memberi penghargaan bahkan meminta saya
untuk belajar lebih giat lagi.
8 Orang tua tidak pernah memperhatikan dan memuji
ketika saya berprestasi.
Kode responden:
87
9 Orang tua selalu mengkomunikasikan semua peraturan yang dibuat secara jelas dengan saya.
10 Orang tua tidak pernah menekan saya untuk
melakukan sesuatu yang diinginkan orang tua.
11 Bila saya memberikan ide untuk keperluan keluarga, orang tua akan mempertimbangkan ide
saya tersebut.
12 Orang tua senang bila saya dapat mengambil keputusan untuk kegiatan saya sendiri.
13 Orang tua bersikap biasa saja, ketika mengetahui
saya melakukan kesalahan.
14 Bila saya melakukan suatu kesalahan, orang tua akan menasehati saya.
15 Orang tua selalu memberi pujian untuk memacu
prestasi saya.
16 Orang tua tidak pernah memberi selamat atas keberhasilan saya.
Pola asuh demokratis
17 Ketika saya meminta orang tua untuk bertukar
pikiran, orang tua akan membantu memecahkan masalah saya, tetapi sayalah yang memutuskan
jalan keluarnya.
18 Orang tua melatih saya untuk bertanggung jawab terhadap kegiatan yang saya pilih sendiri.
19 Orang tua memberi saya hadiah, ketika saya
menjadi juara kelas.
20 Orang tua saya memberi pujian, karena saya mampu menyelesaikan segala pekerjaan di rumah
dengan baik.
21 Orang tua selalu membimbing saya apabila saya menghadapi masalah.
22 Orang tua memperhatikan perkembangan saya baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
23 Orang tua memberiku penjelasan tentang arti pentingnya melaksanakan tugas dan tanggung
jawab di rumah maupun di sekolah.
24 Orang tua memberiku alasan apabila mereka
melarang saya bermain.
25 Saya tidak pernah berfikir untuk melanjutkan
kuliah atau tidak, tetapi orang tua meminya saya
melanjutkan sekolah.
26 Orang tua membiarkan saya melakukan apa saja sesuai keinginan saya.
27 Orang tua tidak pernah memuji apalagi memberi
hadiah, walaupun nilai raport saya bagus.
28 Apabila terjadi masalah, orang tua selalu membela saya meskipun sebenarnya saya yang bersalah.
29 Orang tua jarang berkomunikasi dengan saya.
88
30 Orang tua menghukum saya, apabila nilai raport saya jelek.
31 Orang tua memberikan peraturan tanpa
memberikan penjelasan kepada saya mengapa saya harus mematuhinya.
32 Apabila orang tua melarang saya dalam suatu hal,
maka orang tua akan benar-benar melarangnya
tanpa suatu alasan.
Pola asuh permisif
33 Orang tua lebih mengutamakan pekerjaannya
daripada saya.
34 Orang tua membiarkan saya bermain dengan teman, tanpa memperhatikan waktu pulang.
35 Ketika saya melakukan suatu kesalahan orang tua
hanya diam saja.
36 Meski saya sering terlambat sekolah, tetapi orang
tua tidak pernah memberiku hukuman.
37 Jika saya menonton acara TV dan lupa belajar,
orang tua tidak mengingatkan saya.
38 Orang tua tidak pernah mengajak saya untuk
menceritakan pengalaman saya di sekolah.
39 Meskipun saya berbuat baik pada orang lain, orang
tua tidak pernah memberiku pujian dalam bentuk apapun.
40 Orang tua tidak memberiku hadiah meskipun saya
mendapat juara kelas.
41 Orang tua selalu membatasi semua kegiatan saya.
42 Orang tua memberi saya dorongan untuk
meningkatkan potensi saya.
43 Orang tua selalu bersikap tegas terhadap kenakalan
saya.
44 Orang tua akan marah apabila saya tidak
mengerjakan tugas saya.
45 Orang tua selalu mengontrol setiap apa yang saya
lakukan.
46 Orang tua membiarkan saya dalam menghadapi
cita-cita saya.
47 Bila saya merayakan ulang tahun, orang tua akan
mengucapkan selamat dan memberikan hadiah sesuai keinginan saya.
48 Bila orang tua memberiku perintah, maka selalu
ada imbalannya apabila saya telah selesai mengerjakannya.
89
LEMBAR KUESIONER PERILAKU BULLYING
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
4. Mohon angket ini diisi untuk menjawab sluruh pertanyaan yang ada
5. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dan pilihlah
keadaan yang sebenarnya
6. Ada empat alternative jawaban, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S TS STS
Fisik
1 Saya didorong, ketika saya berjalan bersama
teman-teman
2 Saya Dipukul atau ditendang dengan keras
3 Ketika saya berjalan siswa lain ada yang
dengan sengaja menabrak saya
4 Barang-barang saya dirusak oleh siswa lain
dengan sengaja Seseorang mengomentari saya dengan pedas dibelakang saya
5 Saya diancam secara fisik ; dilukai, atau
dirugikan
Non fisik
6 Saya diabaikan jika siswa lain sedang
bersama teman temannya
7 Orang tua saya mengajarkan saya tentang yang baik
8 siswa lain membuat lelucon tentang diri saya
9 Tidak ada siswa yang mau berteman dekat
Kode responden:
90
dengan saya karena siswa lain tidak menyukai saya
10 Seorang siswa mencari teman untuk
memusuhi saya
11 Seseorang mengomentari saya dengan pedas dibelakang saya
12 Siswa lain mengkritik tentang penampilan
saya, dan saya tidak menyukainya
13 Ketika seorang siswa mengadakan kegiatan, saya tidak diundang karena siswa lain tidak
menyukai saya
14 Saya di ejek dan dikatai dihadapan saya
15 Seorang siswa mencari teman untuk membuat rumor tentang saya
16 Sesuatu dilempar kepada saya untuk
memukul saya
17 Saya diejek teman saya dengan mengatai saya
18 Saya Ditinggalkan ketika dalam suatu
kegiatan atau saat belajar kelompok
91
HASIL OLAH DATA PENELITIAN
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 16-20 tahun 72 100,0 100,0 100,0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 29 40,3 40,3 40,3
perempuan 43 59,7 59,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Jawa 15 20,8 20,8 20,8
madura 2 2,8 2,8 23,6
Batak 40 55,6 55,6 79,2
Dll 15 20,8 20,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
pendidikan terakhir ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak sekolah 7 9,7 9,7 9,7
SD 8 11,1 11,1 20,8
SMP 13 18,1 18,1 38,9
SMA 34 47,2 47,2 86,1
Perguruan Tinggi 10 13,9 13,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
92
pekerjaan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Bekerja 41 56,9 56,9 56,9
tidak bekerja 31 43,1 43,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
pola asuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kurang 58 80,6 80,6 80,6
Baik 14 19,4 19,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
Bullying
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ada perilaku bullying 39 54,2 54,2 54,2
tidak ada perilaku
bullying 33 45,8 45,8 100,0
Total 72 100,0 100,0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pola asuh * bullying 72 100,0% 0 0,0% 72 100,0%
pola asuh * bullying Crosstabulation
Bullying
Total ada perilaku
bullying
tidak ada perilaku
bullying
pola asuh kurang
Count 35 23 58
Expected Count 31,4 26,6 58,0
% within pola asuh 60,3% 39,7% 100,0%
93
baik
Count 4 10 14
Expected Count 7,6 6,4 14,0
% within pola asuh 28,6% 71,4% 100,0%
Total
Count 39 33 72
Expected Count 39,0 33,0 72,0
% within pola asuh 54,2% 45,8% 100,0%
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pola asuh (kurang
/ baik) 3,804 1,065 13,591
For cohort bullying = ada perilaku
bullying 2,112 ,899 4,962
For cohort bullying = tidak ada
perilaku bullying ,555 ,351 ,878
N of Valid Cases 72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,586a 1 ,032
Continuity Correctionb 3,396 1 ,065
Likelihood Ratio 4,657 1 ,031
Fisher's Exact Test ,040 ,032
Linear-by-Linear Association 4,522 1 ,033
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,42.
b. Computed only for a 2x2 table
94
Frequencies
Statistics
jenis kelamin
N Valid 72
Missing 0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 29 40,3 40,3 40,3
perempuan 43 59,7 59,7 100,0
Total 72 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Suku
N Valid 72
Missing 0
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Jawa 15 20,8 20,8 20,8
Madura 2 2,8 2,8 23,6
Batak 40 55,6 55,6 79,2
Dll 15 20,8 20,8 100,0
95
Total 72 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
pendidikan terakhir ibu
N Valid 72
Missing 0
pendidikan terakhir ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak sekolah 7 9,7 9,7 9,7
SD 8 11,1 11,1 20,8
SMP 13 18,1 18,1 38,9
SMA 34 47,2 47,2 86,1
Perguruan Tinggi 10 13,9 13,9 100,0
Total 72 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
pekerjaan ibu
N Valid 72
Missing 0
96
pekerjaan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
bekerja 41 56,9 56,9 56,9
tidak bekerja 31 43,1 43,1 100,0
Total 72 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
pola asuh
N Valid 72
Missing 0
pola asuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
kurang 58 80,6 80,6 80,6
baik 14 19,4 19,4 100,0
Total 72 100,0 100,0
97
Frequencies
Statistics
bullying
N Valid 72
Missing 0
Bullying
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ada perilaku bullying 39 54,2 54,2 54,2
tidak ada perilaku bullying 33 45,8 45,8 100,0
Total 72 100,0 100,0