skripsi handra juanda
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK KEJADIAN KANKER SERVIKS
DI RSPAD GATOT SOEBROTO SELAMA TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Ke Fakultas Kedokteran UPN ‘Veteran” Jakarta
Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
Disusun Oleh
Handra Juanda
206.311.046
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2010
KARAKTERISTIK KEJADIAN KANKER SERVIKS
DI RSPAD GATOT SOEBROTO SELAMA TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Ke Fakultas Kedokteran UPN ‘Veteran” Jakarta
Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
Disusun Oleh
Handra Juanda
206.311.046
Telah disetujui oleh Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Tanggal
dr. Fitriani Iskandar, SpOG ....................... ..............
Sugeng Wiyono, Ssi, Mkes ....................... ..............
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta
Dr. BUDDY HW. UTOYO, MARS
KARAKTERISTIK KEJADIAN KANKER SERVIKS
DI RSPAD GATOT SOEBROTO SELAMA TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Ke Fakultas Kedokteran UPN ‘Veteran” Jakarta
Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
Disusun Oleh
Handra Juanda
206.311.046
Telah disetujui oleh Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Tanggal
dr. Fitriani Iskandar, SpOG ....................... ..............
Sugeng Wiyono, Ssi, Mkes ....................... ..............
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta
Dr. BUDDY HW. UTOYO, MARS
ABSTRACT
THE CHARACTERISTIC OF CERVICAL CANCER INCIDENCE AT RSPAD GATOT SOEBROTO DURING THE YEAR 2009
ByHandra Juanda
Cervical uteri cancer is the fifth largest cancer and the second most in women gynecologic cancer in the world. Mortality rates up to 55% of incidence in the world. In Indonesia, cervical uteri cancer is the number one malignancy in women with the percentage of 17.8%. This research is aimed to find out the characteristics of cervical cancer incidence at Gatot Soebroto Army Hospital during the year 2009. This research method is descriptive analytic with review of the respondent data on the stage, age, number of parity, and the old age of marriage from the medical record Gynecology Oncology Section in the Department of Obstetrics and Gynecology Gatot Soebroto Army Hospital during the years 2009 then were analyzed the relationship between age, number of parity, and the old age of marriage with stage cervical cancer. The result of the research shows from 46 cases during periode 2009, there is a distribution based on stages from the highest rank to the lowest, is stage II (41.3%), stage III (32.6%), stage I (17.4%), stage 0 (6 , 5%), and stage IV (2.2%). Distribution according to age get that age > 40 years constituted the majority with 78.3% percentage. Distribution according to the number of parity obtained multipara group is a majority group with a percentage of 65.2%. Distribution according to the age old obtained age old of marriage group 21-30 years is the largest group with 47.8% percentage. Results of analysis showed no significant relationship between age, number of parity, and the old age of marriage with stage cervical cancer.
Keyword : Cervical Cancer, staging, age, number of parity, old age of marriage
ABSTRAK
KARAKTERISTIK KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSPAD GATOT SOEBROTO SELAMA TAHUN 2009
OlehHandra Juanda
Kanker serviks uteri adalah kanker terbanyak kelima dan kanker ginekologi terbanyak kedua pada wanita di seluruh dunia. Rasio mortality to insidence adalah 55% di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker serviks uteri merupakan keganasan nomor satu pada wanita, yaitu 17,8%. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko terjadi-nya kanker serviks meliputi usia, hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, jumlah angka kelahiran, merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan higiene genitalia. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui karakteristik kejadian kanker serviks di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan melihat kembali data responden mengenai stadium, usia, jumlah paritas, dan lama usia pernikahan dari catatan rekam medik di Bagian Onkologi Ginekologi Departemen Kandungan dan Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 lalu dianalisis hubungan antara usia, jumlah paritas, dan lama usia pernikahan dengan stadium kanker serviks. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 46 kasus selama tahun 2009 terdapat distribusi berdasarkan stadium diurutkan dari yang terbanyak yaitu stadium II (41,3%), stadium III (32,6%), stadium I (17,4%), stadium 0 (6,5%), dan stadium IV (2,2%). Distribusi menurut usia didapatkan usia > 40 tahun merupakan kelompok terbanyak dengan persentase 78,3%. Distribusi menurut jumlah paritas didapatkan kelompok multipara merupakan kelompok terbanyak dengan persentase 65,2%. Distribusi menurut lama usia pernikahan didapatkan kelompok usia pernikahan 21-30 tahun merupakan kelompok terbanyak dengan persentase 47,8%. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia, jumlah paritas, dan lama usia pernikahan dengan stadium kanker serviks.
Kata kunci : Kanker Serviks, stadium, usia, jumlah paritas, lama pernikahan
PERNYATAAN
Nama : Handra Juanda
NRP : 206.311.046
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa penelitian berjudul ”Karakteristik
Kejadian Kanker Serviks di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009” adalah
betul-betu karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam penelitian tersebut
telah diberi tanda citation dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik
Jakarta, 22 Maret 2010
Yang membuat pernyataan
Handra Juanda
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
memberi petunjuk, melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul ”Karakteristik Kejadian Kanker Serviks
di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan
sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Penulis menyadari skripsi ini dapat terlaksana berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Ali Unir dan ibunda Rosida yang
senantiasa sabar memberikan doa, semangat, dan mencurahkan seluruh
kasih sayang yang tak ternilai besarnya. ”Ya Allah, ampunilah dosa kedua
orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyanyangi
aku”.
2. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan bantuan, do’a, dan
semangat demi kelancaran karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya.
3. Dekan Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta dan seluruh staf
pengajar yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
4. Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan seluruh staf yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam pengambilan data di RSPAD
Gatot Soebroto.
5. Kepala Departemen Obsgin RSPAD Gatot Soebroto, Kolonel Ckm dr.
Toto Imam Soeparmono, SpOG, K.Onk yang telah mengizinkan
pengambilan data di Departemen Obsgin RSPAD Gatot Soebroto dan
Mbak Erma yang telah membantu proses pengambilan data di Departemen
Obsgin RSPAD Gatot Soebroto.
6. dr. Fitriani Iskandar, Sp.OG sebagai pembimbing I dan Bapak Sugeng
Wiyono, Mkes sebagai pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala-Nya.
7. Nur Ahlina Damayanti dan keluarga yang telah memberikan bantuan,
do’a, dan semangat demi kelancaran skripsi. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya.
8. Sahabat-sahabatku Syarif Hidayatullah, Maksum Zainuri, Riefky
Kusdhany, Misbach Syukri, Madityas Trisaptodi, Gelar Azi, dan teman-
teman lainnya yang telah mebantu, mendoakan, dan memberi semangat
selama penulisan skripasi. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya.
9. Teman-teman satu bimbingan Deasy Fatimah, Selvy, Irma Nurmila,
Irmasari chumairah, Poppy Andita, dan teman-teman lainnya yang
bersama-sama mengikuti bimbingan hingga larut malam. Semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan nikmat dan karunia-Nya.
10. Senior maupun junior yang senantiasa memberi semangat demi kelancaran
mengerjakan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
dan penysunan skripsi ini, meskipun demikian penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bidang kedokteran
serta memacu minat baca untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Jakarta, 22 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT iv
ABSTRACT v
PERNYATAAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anatomi dan Histologi Serviks 6
2. Kanker serviks 10
B. Kerangka Konsep 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 29
B. Lokasi Penelitian 29
C. Subjek Penelitian 29
D. Teknik Sampling 30
E. Rancangan Penelitian 31
F. Identifikasi Variabel 31
G. Definisi Operasional Variabel 32
H. Instrumen Penelitian 33
I. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian) 33
J. Analisis Data 34
BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 35
B. Pembahasan Penelitian 37
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 42
B. Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46
DAFTAR TABEL
Table 1. Pola distribusi stadium kanker 35
Table 2. Pola distribusi usia responden kanker serviks 36
Table 3. Pola distribusi jumlah paritas responden kanker serviks 36
Table 4. Pola distribusi lama usia pernikahan responden kanker serviks 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi dan Histologi Serviks 9
Gambar 2. Infeksi HPV di sel skuamakolumnar 14
Gambar 3. Infeksi HPV 17
Gambar 4. Perkembangan infeksi HPV 18
Gambar 4. Stadium Kanker Serviks berdasarkan klasifikasi FIGO 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Induk Hasil Penelitian Responden Kanker Serviks di Bagian
Onkologi Ginekologi Departemen Kandungan dan Kebidanan
RSPAD Gatot Soebroto Selama Tahun 2009 46
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian 48
Lampiran 3. Hasil Analisis SPSS.17 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks uteri adalah kanker terbanyak kelima dan kanker
ginekologi terbanyak kedua pada wanita di seluruh dunia. Rasio mortality to
insidence adalah 55% di seluruh dunia.1-2 Didunia, seorang wanita meninggal
setiap dua menit akibat kanker serviks ini dan diperkirakan angka kematian
mencapai 270.000 kematian setiap tahunnya. Ini merupakan angka kematian
yang besar, yang memicu stress baik dari segi emosional maupun fisik
terhadap wanita bahkan pada tahap pra kanker. Secara keseluruhan, kanker
serviks merupakan kanker mematikan nomor dua didunia pada wanita berusia
di bawah 45 tahun, dan saat ini merupakan penyakit kanker paling mematikan
nomor tiga di dunia pada wanita setelah kanker payudara dan paru - paru.3 Di
Indonesia, kanker serviks uteri merupakan keganasan nomor satu pada wanita,
yaitu 17,8%. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, kanker serviks uteri
merupakan 76,2% dari 1.717 kanker ginekologi dari tahun 1989-1992 dengan
angka survival secara keseluruhan pada 5 tahun berkisar antara 56,7% - 72%.4
Angka di RSCM menunjukkan bahwa sebagian besar berasal dari golongan
usia 35-44 tahun (43%).5 Di Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo pada
tahun 1998 berdasarkan data patologik dilaporkan 39,5% adalah kanker
serviks dan 60% diantaranya dengan stadium lanjut (stadium II-III).5
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah kanker yang terjadi pada
serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina). Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor
risiko terjadinya kanker serviks meliputi usia, hubungan seksual pada usia dini
(<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, jumlah angka kelahiran,
merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan higiene genitalia.6
Hampir separuh dari penderita karsinoma serviks berusia kurang dari 50
tahun dan sepertiga nya kurang dari 40 tahun.7 Sebaran usia penderita
keganasan ini bervariasi dari usia muda hingga tua, dengan rerata usia
penderita adalah 52,2 tahun yang mempunyai kurva penyebaran usia bimodal
yang puncaknya terjadi pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun.8 Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang
berumur antara 20 sampai 30 tahun.6
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari human
papillomavirus (HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker).
Telah terbukti bahwa HPV merupakan sebab mutlak terjadinya kanker serviks
dengan angka prevalensi di dunia mengenai karsinoma serviks adalah 99,7%.
Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita-wanita di
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Sebagaimana kanker
umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah-masalah berupa
kesakitan (morbiditas), penderitaan, kematian, finansial/ekonomi maupun
lingkungan bahkan pemerintah. Akibat serius dari penyakit ini adalah
kematian.3
Menurut Dr. Bambang Dwipoyono SpOG dari divisi Kanker Ginekologik
RS Kanker Dharmais Jakarta, faktor resiko epidemiologik penyumbang
terjadinya dan berkembangnya kanker serviks adalah infeksi virus papiloma
manusia atau Human Virus Papilloma (HVP). Berdasarkan data RS Kanker
Dharmais, sebesar 65 persen pasien datang pada stadium lanjut (IIB-IV).
Menurut Bambang, hampir 90 persen kasus berasal dari epitel permukaan
(epitel skuamosa) dan perubahan tersebut diperlukan keadaan yang “cocok”,
sehingga untuk menjadi kanker diperlukan waktu 10-20 tahun. Namun jika
sudah menjadi kanker stadium awal, penyakit ini dapat menyebar ke daerah di
sekitar mulut rahim.9
Kehamilan yang terjadi bersamaan dengan karsinoma serviks invasif
mempersulit penentuan stadium dan pengobatan. Identifikasi luas kanker
secara akurat lebih sulit dilakukan selama kehamilan karena indurasi dasar
ligamentum latum (yang pada wanita tidak hamil menandakan tumor
menyebar melebihi serviks) mungkin kurang jelas selama kehamilan.10
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul pertanyaan yang hendak
dijawab dengan penelitian ini, yaitu “Belum diketahuinya gambaran kanker
serviks di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009?”
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik kejadian kanker serviks di RSPAD
Gatot Soebroto selama tahun 2009.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi kanker serviks per stadium di RSPAD Gatot
Soebroto selama tahun 2009.
b. Mengetahui distribusi usia responden kanker serviks di RSPAD
Gatot Soebroto selama tahun 2009.
c. Mengetahui distribusi jumlah paritas responden kanker serviks di
RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
d. Mengetahui distribusi lama usia pernikahan responden kanker
serviks di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian di bidang kedokteran.
2. Rumah Sakit
Memberikan gambaran mengenai kejadian kanker serviks di
RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 sehingga diharapkan pihak
rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan holistik dan bekerjasama
dengan pemerintah atau pihak terkait lainnya dalam upaya pencegahan
kanker serviks khususnya di lingkungan sekitar RSPAD Gatot Soebroto.
3. Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang berguna bagi
peneliti lain sehingga dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
4. Pemerintah dan praktisi kesehatan
Sumber informasi bagi praktisi kesehatan, pemerintah dan pihak
terkait agar lebih memperhatikan masalah kanker serviks sebagai salah
satu faktor risiko penyebab kematian yang dapat dipakai sebagai
pertimbangan dalam pengelolaan kasus-kasus kanker serviks sehingga
dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks.
5. Masyarakat umum
Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga
diharapkan masyarakat bisa mengetahui kanker serviks dan mengerti
mengenai penyebab, deteksi dini, terapi, dan yang lebih penting berupa
tindakan pencegahan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anatomi dan Histologi Serviks
a. Anatomi Serviks
Serviks adalah bagian uterus yang terendah dan menonjol ke
vagina bagian atas. Terbagi menjadi dua bagian, bagian atas disebut
bagian supravaginal dan bagian bawah disebut bagian vaginal (portio).
Serviks merupakan bagian yang terpisah dari badan uterus dan
biasanya membentuk silinder, panjangnya 2,5-3 cm, mengarah ke
belakang bawah. Bagian luar dari serviks pars vaginalis disebut
ektoserviks dan berwarna merah muda. Di bagian tengah portio
terdapat satu lubang yang disebut ostium uteri eksternum yang
berbentuk bundar pada wanita yang belum pernah melahirkan dan
berbentuk bulan sabit bagi wanita yang pernah melahirkan. Ostium
uteri internum dan ostium uteri eksternum dihubungkan oleh kanalis
servikalis yang dilapisi oleh epitel endoserviks. Biasanya panjang
kanalis servikalis adalah 2,5 cm, berbentuk lonjong, lebarnya kira-kira
8 mm dan mempunyai lipatan mukosa yang memanjang. Serviks
sendiri disusun oleh sedikit otot polos (terutama pada endoserviks),
jaringan elastik, dan banyak jaringan ikat sehingga kanalis servikalis
mudah dilebarkan dengan dilator. Jika terjadi infeksi pada kanalis
servikalis, dapat terjadi perlekatan dan pembengkakan lipatan-lipatan
mukosa sehingga spekulum endoserviks sulit ataupun tidak mungkin
dimasukkan sehingga tidak dapat dilakukan penilaian kanalis
servikalis.
Pembuluh darah serviks berada pada bagian kanan kirinya. Arteri
terutama berasal dari cabang servikovaginalis arteri uterina, dari arteri
vaginalis, dan secara langsung dari arteri uterina. Serviks diinervasi
oleh susunan saraf otonom baik susunan saraf simpatis maupun saraf
parasimpatis. Susunan saraf simpatis berasal dari daerah T5-L2 yang
mengirimkan serat-serat yang bersinaps pada satu atau beberapa
pleksus yang terdapat pada dinding abdomen belakang atau di dalam
pelvis sehingga yang sampai di serviks adalah serat post ganglionik.
Serat parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps dalam
pleksus dekat atau dinding uterus. Karena otot lebih banyak terdapat di
sekitar ostium uteri internum, maka inervasi di daerah tersebut lebih
banyak daripada di ostium uteri eksternum. Saraf sensorik serviks
sangat erat hubungannya dengan saraf otonom dan memasuki susunan
saraf pusat melalui daerah torakolumbal dan daerah sakral. Serat-serat
dalam stroma terlihat berjalan sejajar dengan serat otot walaupun
ujung-ujung saraf sensorik belum pernah ditemukan.11,12
b. Histologi Serviks
Epitel Serviks terdiri dari dua macam epitel : bagian ektoserviks
dilapisi oleh sel-sel yang sama dengan sel-sel pada vagina yaitu epitel
skuamosa, berwarna merah muda dan tampak mengkilat. Bagian
endoserviks atau kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner, yang
berbentuk kolom atau lajur, tersusun selapis dan terlihat berwarna
kemerahan. Batas kedua epitel tersebut disebut sambungan
skuamokolumner (SSK). Pada masa kehidupan wanita terjadi
perubahan fisiologik pada epitel serviks dimana epitel kolumnar akan
digantikan oleh epitel skuamosa, proses ini disebut metaplasia.
Metapalsia terjadi karena pH vagina yang rendah. 11,12 Pada keadaan Ph
vagina berada pada pH terendah pada saat pra pubertas dan pra
menopause. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut terjadi peningkatan
esterogen. Peningkatan esterogen menyebabkan peningkatan glikogen
di vagina yang kemudian diubah oleh bakteri lactobacillus döderlein.6
Pada proses metaplasia terjadi proliferasi sel-sel cadangan yang
terletak di bawah sel epitel kolumnar endoserviks dan secara perlahan-
lahan akan mengalami pematangan menjadi epitel skuamosa.11,12
Jordan mengemukakan proses metaplasia sebagai berikut :13
Fase pertama
Sel cadangan subkolumnar berproloferasi menjadi beberapa lapis,
sel-sel belum berdiferensiasi dan proses ini biasanya dimulai dari
puncak jonjot.
Fase kedua
Pembentukan beberapa lapis sel yang belum berdiferensiasi meluas
ke bawah dan ke samping sehingga menjadi satu.
Fase ketiga
Penyatuan beberapa jonjot menjadi lengkap sehingga didapatkan
daerah yang licin permukaannya.
Sumber : mayo foundation
Gambar 1. Anatomi dan Histologi Serviks
Fase berikutnya adalah fase pematangan atau maturasi, sel-sel akan
mengalami pematangan dan stroma jonjot yang terdahulu akan
menghilang, sehingga terbentuk epitel skuamosa metaplastik Akibat
proses metaplasia ini secara morfogenetik terdapat dua sambungan
skumokolumnar. Pertama adalah SSK original dimana epitel
skuamosanya asli yang menutupi portio vaginalis bertemu dengan
epitel kolumner endoserviks. Pertemuan antara kedua epitel berbetas
jelas. Kedua adalah SSK fungsional yang merupakan pertemuan epitel
skuamosa metaplastik dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua
SSK tersebut disebut daerah transformasi. Pembentukan daerah
transformasi ini sebenarnya tidak saja melalui proses metaplasia, tetapi
juga melalui proses pembentukan langsung dari epitel skuamosa yang
berhubungan langsung dengan epitel kolumnar. Pemeriksaan
histopatologi, kolkoskopi, dan mikroskop elektron menunjukkan
bahwa lidah-lidah epitel skuamosa asli tumbuh ke bawah dan
menyusup di antara sel-sel epitel kolumnar. Sel-sel tersebut
selanjutnya mengalami maturasi dan secara bertahap akan
mengantikan sel-sel epitel kolumnar diantaranya.11
2. Kanker Serviks
a. Definisi
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina).3
b. Epidemiologi
Didunia, seorang wanita meninggal setiap dua menit akibat kanker
serviks ini dan diperkirakan angka kematian mencapai 270.000
kematian setiap tahunnya. Ini merupakan angka kematian yang besar,
yang memicu stress baik dari segi emosional maupun fisik terhadap
wanita bahkan pada tahap pra kanker. Secara keseluruhan, kanker
serviks merupakan kanker mematikan nomor dua didunia pada wanita
berusia dibawah 45 tahun, dan saat ini merupakan penyakit kanker
paling mematikan nomor tiga didunia pada wanita setelah kanker
payudara dan paru - paru. Kanker serviks merupakan kanker yang
terbanyak diderita wanita-wanita di negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Di negara maju kanker ini menduduki urutan ke-
10 dan bila digabung maka ia menduduki urutan ke-5. Kanker serviks
disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari human papillomavirus
(HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker). Telah
terbukti bahwa HPV merupakan sebab mutlak terjadinya kanker
serviks - angka prevalensi didunia mengenai karsinoma serviks adalah
99,7 %.3 Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko
terjadi-nya kanker serviks meliputi usia, hubungan seksual pada usia
dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, jumlah angka
kelahiran, merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan higiene
genitalia.6
c. Etiologi
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari
human papillomavirus (HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi
menyebabkan kanker). Telah terbukti bahwa HPV merupakan sebab
mutlak terjadinya kanker serviks - angka prevalensi didunia mengenai
karsinoma serviks adalah 99,7 %. Setiap wanita berisiko terhadap
infeksi HPV onkogenik, yang dapat mengakibatkan kanker serviks.
Kurang lebih 100 tipe telah teridentifikasi. Empat puluh tipe tersebut
menyerang wilayah genital. Dari 40 tipe tersebut, 15 merupakan tipe
onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks atau lesi pra kanker
pada permukaan serviks.3 Karsinoma serviks skuamosa merupakan
tingkat akhir dari NIS, berkembang dari displasia ke karsinoma in situ
dan kanker invasif. Dengan demikian faktor predisposisi kanker
serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan inisiasi
transformasi atipik serviks dan perkembangan dari displasia.
Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang terletak
diantara sambungan skuamokolumner serviks yang asli dan baru
terbentuk akibat metaplasia sel kolumner menjadi skuamosa. Faktor
tersebut adalah terutama berhubungan dengan infeksi virus,
kontrasepsi, paritas, diet/nutrisi, rokok, smegma, imunologi, dll.14
d. Patofisiologi
Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV onkogenik yang dapat
menyebabkan kanker serviks. HPV dapat dengan mudah ditularkan
melalui aktivitas seksual meskipun demikian transmisi tidak
tergantung dari adanya penetrasi namun cukup melalui sentuhan kulit
di wilayah genital tersebut (skin to skin genital contact). Dengan
demikian setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko untuk
terkena kanker serviks. Infeksi HPV tidak selalu berkembang menjadi
kanker serviks. Sebagian besar infeksi HPV (antara 50 - 70 %)
menghilang melalui respon imun alamiah, setelah melalui masa
beberapa bulan hingga dua tahun. Meskipun demikian, kanker serviks
dapat berkembang apabila infeksi akibat HPV tipe onkogenik tidak
menghilang. Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi
kanker serviks dapat terjadi apabila terjadi infeksi yang menetap dari
beberapa sel yang terdapat pada serviks (sel epitel pipih atau lonjong
di zona transformasi serviks). Sel - sel ini sangat rentan terhadap
infeksi HPV dan ketika terinfeksi, akan berlipat ganda, berkembang
melampaui batas wajar dan kehilangan kemampuannya untuk
memperbaiki abnormalitas genetiknya. Hal ini akan mengubah
susunan sel dalam serviks. Virus HPV akan bercampur dengan sistem
peringatan yang memicu respons imun yang seharusnya
menghancurkan sel abnormal yang terinfeksi oleh virus.3
Lesi prmer infeksi HPV pada serviks dapat mengalami regeresi
spontan atau dengan pengobatan atau menetap untuk beberapa lama.
Perkembangan infesksi HPV menjadi displasia memerlukan waktu
lebih kurang 21,5 bulan, bila disertai inti sel yang atipik maka waktu
yang diperlukan lebih singkat lagi yaitu sekitar 19 bulan. Pengamatan
selama 15 bulan didapatkan bahwa 68,3% infeksi HPV akan
mengalami regeresi secara spontan atau dengan pengobatan, 26,9%
menetap tanpa perubahan lanjut.15 Transformasi atipik merupakan
daerah atipik (abnormal) yang terletak diantara sambungan
skuamokolumner serviks yang asli dan baru terbentuk akibat
metaplasia sel kolumner menjadi skuamosa. Faktor tersebut adalah
terutama berhubungan dengan infeksi virus, kontrasepsi, paritas,
diet/nutrisi, rokok, smegma, imunologi, dll.14
Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks dapat
berkembang menjadi pra kanker yang disebut juga sebagai cervical
intraepithelial neoplasia (CIN). Apabila memperhatikan infeksi HPV
onkogenik yang persisten maka ditemukan tiga pola utama pada pra
kanker, dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel - sel
abnormal yang dapat berlanjut menjadi intraepithelial neoplasia dan
pada akhirnya menjadi kanker serviks.3
Sumber : alengka.files.wordpress.com
Gambar 2. Infeksi HPV di sel skuamakolumnar
HPV merupakan faktor inisiator dari kanker serviks yang
menyebabkan terjadinya gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7
yang berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya keganasan.
Oncoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG p53 akan
kehilangan fungsinya. Sedangkan oncoprotein E7 akan mengikat TSG
Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F, E2F merupakan faktor
transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol.15
Human papilloma virus
Virus papilloma berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55
mm, genomenya terbentuk oleh dua rantai (double strainded) DNA yang
dibentuk oleh kurang lebih 8000 bp. Informasi genetiknya hanya pada satu
rantai. Genomenya terdiri dair beberapa bagian, yaitu bagian late (L), early
(E), dan bagian noncoding (NC). Bagian L kurang lebih merupakan 40%
dari genome, bagian L terbagi menjadi 2 bagian yaitu 95% bagian L1
mayor dan sisanya L1 minor. Bagian E merupakan 45% dari genome, gen
E terdiri dari E1-E8, tetapi hanya E1, E2, E4, E6, dan E7 yang banyak
diteliti. E1 dan E2 berperan pada replikasi virus, E2 juga berfungsi untuk
transkripsi virus. E4 berperan pada siklus pertumbuhan virus dan
pematangan virus. Sedangkan E6 dan E7 merupakan bagian dari
onkoprtein.
Integrasi DNA-virus dengan genome sel tubuh merupakan awal
dari proses yang mengarah transformasi. Integrasi menyebabkan E2 tidak
berfungsi, tidak berfungsinya E2 menyebabkan ransangan terhadap E6 dan
E7 yang akan menghambat p53 dan pRb. Hambatan kedua TSG (Tumor
Supressor Gene) menyebabkan siklus sel terhambat, perbaikan DNA tidak
terjadi, apoptosispun tidak terjadi. Protein E6 akan berikatan dengan p53,
ikatan ini menyebabkan hilangnya fungsi p53. Fungsi p53 sebagai tumor
supressor gene yang bekerja pada fase G1, dengan berfungsinya p53 pada
siklus sel ini untuk memberi kesempatan pada sel memperbaiki kerusakan
yang timbul. Setelah perbaikan selesai maka sel akan masuk pada fase S.
Kemampuan p53 menghentikan siklus sel ini melalui hambatannya pada
kompleks cdk-cyclin. Kompleks cdk-cyclin berfungsi merangsang siklus
sel untuk masuk ke fase selanjutnya. Dengan hilangnya fungsi p53 maka
penghentian sel pada fase G1 tidak terjadi, perbaikan tidak terjadi, sel akan
terus masuk ke fase S tanpa ada perbaikan. Sel yang abnormal ini akan
terus membelah dan berkembang tanpa kontrol. Selain tiu, p53 juga
berfungsi sebagai perangsang apoptosis (proses kematian sel yang dimulai
dari kehancuran gen intrasel, apoptosis merupakan upaya fisiologis tubuh
untuk mematikan sel yang tidak dapat diperbaiki), hilangnya p53
menyebabkan proses apoptosis tidak berjalan. Saegusa dkk yang meneliti
peranan Bcl-2 mendapatkan peningkatan aktivitas imunologi Bcl-2 pada
NIS III dibandingkan NIS I-II dan kaarsinoma infasif . Penelitian lain
tentang Bcl-2 juga mendapatkan penurunan aktivitas Bcl-2 pada karsinoma
serviks. Keadaan ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas apoptosis
pada karsinoma serviks disebabkan penurunan aktivitas dari antiapoptosis.
Penurunan Bcl-2 bukan berarti terjadi penurunan aktivitas apoptosis,
karena mekanisme apoptosis dikontrol oleh banyak gen. Tetapi indeks
apoptosis pada karsinoma sel skuamosa pada penelitian nampaknya justru
menurun, dan ini dibuktikan oleh beberapa penelitian lain.
Protein E7 menghambat proses perbaikan sel melalui mekanisme
yang berbeda. Pada proses regulasi siklus sel di fase Go dan G1 tumor
supressor gene pRb berikatan dengan E2F, ikatan ini menyebabkan E2F
menjadi tidak aktif (E2F merupakan gen yang akan merangsang siklus sel
melalui aktivitas proto-onkogen c-myc, N-myc). Masuknya protein E7 ke
dalam sel, maka terjadi ikatan E7 dengan pRb, ikatan ini menyebabkan
E2F bebas terlepas dan merangsang proto-onkogen c-myc dan N-myc yang
selanjutnya akan terjadi proses transkripsi. Kekuatan ikatan protein E7
dengan pRb berbeda-beda di antara beberapa jenis virus HPV. Ikatan E7
tipe 6 kurang kuat dibandingkan dengan E7 tipe 16 ataupun 18. Penelitian
yang dilakuakan pada sampel beberapa rumah sakit di Indonesia
mendapatkan kejadian infeksi HPV tipe 16 sebesar 44%, tipe 18 sebesar
39%, dan tipe 52 sebesar 14%. Sisanya sebesar 14% terdeteksi infeksi
HPV multipel.15
Sumber : Sinopsis Kanker Ginekologi
Gambar 3. Infeksi HPV
HPV
E6 E7
pRb-E2FE2FCalk-cyclinp53
G2
SG1
C-myc, N-myc
E6-p53 E7-pRb
M
Sumber : diagnosadanterapi.blogspot.com
Gambar 4. Perkembangan infeksi HPV
e. Tanda dan Gejala klinis
Perdarahan, sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak,
kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada
jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. Biasanya keputihan, yang
kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium lebih
lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga
cairan yang keluar berbau.3
f. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan
beberapa pemeriksaan yaitu sebagai berikut:3
i. Anamnesis
Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak,
agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra
servikal dan disertai keputihan cair.
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium III dan IV
timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra
servikal.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta
adanya tumor.
Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat
personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
Data khusus:
Riwayat ginekologi ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan
warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah
darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang.
ii. Pemeriksaan fisik
iii. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan luar
o Palpasi abdomen
Nyeri abdomen.
Nyeri punggung bawah.
o Ada benjolan atau massa yang teraba.
o Pembesaran KGB di sekitar daerah lipat paha.
Pemeriksaan dalam
o Inspeksi vulva melihat ada keluar cairan atau darah yang
berbau khas.
o Pemeriksaan inspekulo melihat bentuk dan ukuran portio,
tumbuhan yang bersifat eksofitik atau endofitik dan bila
disentuh mudah berdarah.
o Vaginal Toucher melihat letak dan ukuran portio dan
staging tumor.
iii. Pemeriksaan dengan Alat
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara melihat langsung leher
rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%.
Jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka
hasil pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya, jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatkan positif lesi atau kelainan pra kanker. Jika pemeriksaan
IVA positif maka dilakukan pemeriksaan pap smear.
Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan
intra servikal tidak terlihat.
Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai
200 kali
Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya.
g. Stadium Kanker Seriks
Segera setelah diagnosis karsinoma serviks sudah dipastikan secara
histolopatologi, maka lesi tersebut harus segera ditentukan stadiumnya.
Tindakan penentuan stadium tersebut disebut staging, yang dapat
didefinisikan sebagai estimasi secara klinis penyebaran dari penyakit
dan harus dilakukan sebelum terapi definitif. Staging penting karena
berhubungan langsung dengan prognosis dan memberikan perkiraan
mengenai ukuran dan letak tumor untuk perencanaan terapi.15
Sistem staging untuk saat ini yang banyak digunakan adalah
menurut International Federation of Gynecologic and Obstetrics
(FIGO). Pembagian stadium karsinoma serviks menurut FIGO
adalah:8,16
Karsinoma preinvasif :
Stadium 0 : Karsinoma in situ
Karsinoma invasif :
1. Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah
leher rahim (serviks).
- Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui
mikroskopik (menggunakan mikroskop), dengan
penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak
lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm.
i. Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3
mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau
kurang.
ii. Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm
dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang.
- Stadium IB. tumor yang terlihat hanya terdapat pada
leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih
dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm.
i. Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4
cm atau kurang.
ii. Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih
panjang dari 4 cm.
2. Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun
tidak mencapai dinding panggul. Penyebaran melibatkan
vagina 2/3 bagian atas.
- Stadium IIA. Kanker tidak melibatkan jaringan
penyambung (parametrium) sekitar rahim, namun
melibatkan 2/3 bagian atas vagina
- Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun
tidak melibatkan dinding samping panggul
3. Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping
panggul dan melibatkan 1/3 vagina bagian bawah. Stadium III
mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga
menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat
gangguan ginjal.
- Stadium IIIA. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah
vagina namun tidak meluas sampai dinding panggul
- Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping
vagina yang menyebabkan gangguan berkemih
sehingga berakibat gangguan ginjal
4. Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau
rectum, atau meluas melampaui panggul.
- Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih
atau rectum
- Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh
Sumber : The International Federation of Gynecology and Obstetrics
Gambar 4. Stadium Kanker Serviks berdasarkan klasifikasi FIGO
h. Penatalaksanaan
Pengobatan utama kanker serviks adalah operasi, radioterapi,
kemoterapi, atau gabungan dari dua dari tiga modalitas terapi di atas,
bergantung dari pada luas atau stadium penyakit berdasarkan kriteria
FIGO.3,17
i. Konisasi
Merupakan tindakan terapi dan pencegahan pada karsinoma in situ.
Dilakukan dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput
lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi
dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak
tampak kelainan-kelainan yang jelas.
ii. Operasi
Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
Operasi histerektomi vagina yang radikal
iii. Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua stadium
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
Dosis :Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks. Komplikasi Irradiasi :
Kerentanan kandungan kencing
Diarrhea
Perdarahan rectal
Fistula vesico atau rectovaginalis
iv. Kombinasi
Irradiasi dan pembedahan, tidak dilakukan sebagai hal yang rutin,
sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.
Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran
dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
v. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang
radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap
radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan
masih tetap sama.
g. Pencegahan
Masih tingginya angka kerjadian kanker serviks ini disebabkan
belum berkembangnya program penapisan dini secara luas, sehingga
pada umumnya penderita ditemukan sudah dalam stadium lanjut.
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks perlu
upaya-upaya pencegahan. Pencegahan terdiri dari beberapa tahap 3:
i. Pencegahan primer
Berupa usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kontak
dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada
proses karsinogenesis. Dengan adanya perkembangan terkini
terhadap vaksin inovatif untuk melindungi dari infeksi HPV
onkogenik, vaksinasi melawan kanker serviks akan menjadi
kenyataan. Terdapat vaksin yang menargetkan HPV 16 dan
HPV 18 yang mampu mencegah 70 % kanker serviks.Beberapa
model memprediksi bahwa vaksin bersamaan dengan screening
akan mengurangi resiko kanker serviks dibandingkan hanya
melakukan screening saja, dan secara signifikan akan
mengurangi hasil screening abnormal yang membutuhkan
tindakan lebih lanjut.Vaksinasi terbaik yang dapat
dikembangkan untuk melawan kanker serviks adalah
kombinasi vaksin yang dapat memberikan cakupan yang lebih
luas terhadap tipe - tipe HPV onkogenik dan mampu
memberikan perlindungan yang lebih panjang.
ii. Pencegahan sekunder
Berupa penapisan dan deteksi dini untuk menemukan kasus-
kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan.
iii. Pencegahan tersier
Pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian
awal.
Deteksi dini lesi prakanker serviks merupakan bagian dari
pencegahan sekunder kanker serviks, karena bila lesi prakanker
diterapi sejak dini maka akan memberi kesembuhan lebih baik
dibandingkan pada stadium lanjut.21
B. Kerangka Konsep
Usia
Stadium kanker serviks
Jumlah Paritas
Lama usia pernikahan
Stadium kanker serviks
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan melihat kembali
data responden mengenai stadium, usia, jumlah paritas, dan lama usia
pernikahan dari catatan rekam medik di Bagian Onkologi Ginekologi
Departemen Kandungan dan Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto selama
tahun 2009.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data di bagian Onkologi
Ginekologi Departemen Kandungan dan Kebidanan dan di bagian Rekam
Medik RSPAD Gatot Soebroto.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Semua responden kasus kanker serviks yang pernah dirawat di
Bagian Onkologi Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto selama tahun
2009.
b. Sampel
Semua responden kanker serviks yang memenuhi semua variabel
yang pernah tercatat di Bagian Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto
selama tahun 2009.
2. Kriteria Inklusi dan kriteria Eklusi
a. Kriteria Inklusi
Semua responden yang didiagnosis sebagai kanker serviks oleh
dokter ahli kandungan dan kebidanan dan memiliki catatan rekam
medik lengkap yang di dalamnya mencakup variabel penelitian, yaitu :
1) Usia
2) Jumlah paritas
3) Usia pernikahan
b. Kriteria Eklusi
Semua responden kanker serviks dan bukan responden kanker
serviks yang menjadi subjek penelitian yang tidak memiliki catatan
rekam medik yang di dalamnya mencakup variabel penelitian yang
tertera di kriteria inklusi.
D. Teknik Sampling
1. Besar Sampel
Semua responden kanker serviks yang pernah dirawat di Bagian
Onkologi Ginekologi Departemen Kandungan dan Kebidanan RSPAD
Gatot Soebroto selama tahun 2009 yaitu sebanyak 46 orang.
2. Metoda Pengambilan
Sampel jenuh di mana semua populasi digunakan sebagai sampel
(populasi kecil).17
E. Rancangan Penelitian
Dengan penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada
satu waktu dan satu kali, dan tidak ada follow up.
F. Identifikasi Variabel
Semua responden yang didiagnosis sebagai kanker serviks oleh dokter ahli
kandungan dan kebidanan dan memiliki catatan rekam medik yang di
dalamnya mencakup variabel penelitian, yaitu :
1. Stadium kanker serviks
2. Usia penderita
3. Jumlah paritas
4. Usia menikah
G. Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Alat ukur
Cara ukur
Hasil ukur Skala
1. Stadium kanker serviks
Derajat keparahan kanker serviks berdasarkan ukuran dan letak tumor.
Chek list
melihat rekam medik
1. Stadium 02. Stadium I3. Stadium II4. Stadium III5. Stadium IV
Ordinal
2. Usia penderita
Usia hidup responden (dalam tahun) yang tercatat di bagian Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
Chek list
Melihat rekam medik
1.< 20 tahun2.21-30 tahun3.31-40 tahun4.> 40 tahun
Ordinal
3. Jumlah paritas
Jumlah anak yang dilahirkan oleh responden yang tercatat di bagian Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
Chek list
Melihat rekam medik
1. primipara2. multipara3. grande
multipara
Ordinal
4. Lama usia pernikahan
lamanya usia pernikahan responden (diambil dengan mengurangi usia penderita dengan usia menikah pertama kali) yang tercatat di bagian Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
Chek list
Melihat rekam medik
1. 0-10 tahun2. 11-20 tahun3. 21-30 tahun4. 31-40 tahun5. 41-50 tahun
Ordinal
H. Instrumen Penelitian
Data Sekunder yang berasal dari rekam medik pasien yang pernah dirawat
di Bagian Onkologi Ginekologi Departemen Obsgyn yang tercatat di bagian
Rekam Medik RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
I. Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian)
Dengan mengambil data semua pasien penderita kanker serviks yang
pernah dirawat di Bagian Onkologi Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto
selama tahun 2009 lalu dianalisis dengan menggunakan program SPSS.
Menentukan subjek penelitian di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun
2009
Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi
Jumlah sampel yang ditemukan di data
Analisis data dengan SPSS 17.0
Hasil
Rumusan Masalah
Rancangan penelitian
Laporan
J. Analisis Data
Dengan menggunakan program SPSS lalu data dideskripsikan dengan
analisis univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan tabel
distribusi frekuensi.untuk mengetahui :
a. Distribusi stadium penderita kanker serviks.
b. Distribusi usia penderita kanker serviks.
c. Distribusi jumlah paritas penderita kanker serviks
d. Distribusi kelompok lama pernikahan penderita kanker serviks.
BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di bagian Onkologi Ginekologi
dari Departemen Kandungan dan Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto mengenai
data responden kanker serviks selama tahun 2009, didapatkan sebanyak 46 kasus.
1. Pola distribusi stadium responden kanker serviks
Table 1. Pola distribusi stadium kanker serviks
Stadium Jumlah Persentase
0
I
II
III
IV
3
8
19
15
1
6,5
17,4
41,3
32,6
2,2
Total 46 100,0
Tabel di atas menunjukkan terdapat 5 pembagian stadium, yaitu
stadium 0 (6,5%), stadium I (17,4%), stadium II (41,3%), stadium III
(32,6%), dan stadium IV (2,2%). Stadium yang merupakan kasus
terbanyak di RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 yaitu stadium II
sebanyak 19 kasus atau 28,3% dari total seluruh kasus.
2. Pola distribusi usia responden kanker serviks
Table 2. Pola distribusi usia responden kanker
Usia Jumlah Presentase
Usia 31-40 tahun
Usia > 40 tahun
10
36
21,7
78,3
Total 46 100,0
Tabel di atas menunjukkan kelompok usia responden kanker
serviks di bagian Onkologi Ginekologi Departemen Kandungan dan
Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 yaitu, kelompok
usia < 20 tahun (0%), kelompok usia 21-30 tahun (0%), kelompok usia 31-
40 tahun (21,7%), dan kelompok usia > 40 tahun (78,3). Kelompok usia
yang merupakan kasus terbanyak yaitu kelompok usia > 40 tahun dengan
36 kasus atau 78,3% dari seluruh kasus.
3. Pola distribusi jumlah paritas responden kanker serviks
Table 3. Pola distribusi jumlah paritas responden kanker serviks
Jumlah paritas Jumlah Presentase
Primipara
Multipara
Grande multipara
5
30
11
10,9
65,2
23,9
Total 46 100,0
Tabel di atas menunjukkan distribusi jumlah paritas responden
kanker serviks di bagian Onkologi Ginekologi Departemen Kandungan
dan Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 yaitu primipara
(10,9%), multipara (65,2%), dan grande multipara (23,9%). Kasus
multipara menjadi kasus terbanyak dengan 30 kasus atau 65,2% dari
seluruh kasus.
4. Pola distribusi lama usia pernikahan responden kanker serviks
Table 4. Pola distribusi lama usia pernikahan responden kanker serviks
Lama pernikahan Jumlah Presentase
0-10 tahun
11-20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
2
5
22
7
10
4,3
10,9
47,8
17,2
21,7
Total 46 100,0
Tabel di atas menunjukkan distribusi lama usia pernikahan
responden kanker serviks di bagian Onkologi Ginekologi Departemen
Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 yaitu 0-10 tahun
(4,3%), 11-20 tahun (10,9%), 21-30 tahun (47,8%), 31-40 tahun (17,2%),
dan 41-50 tahun (21,7%). Kelompok lama pernikahan 21-30 tahun
menjadi kasus terbanyak dengan 22 kasus atau 47,8% dari seluruh kasus.
B. PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Keterbatasan Penelitian
a. Rancangan penelitian tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat.
b. Jumlah sampel yang sedikit sehingga distribusi tidak merata
2. Distribusi kanker
a. Pola distribusi stadium kanker serviks
Pada hasil penelitian ini stadium yang merupakan kasus terbanyak
di bagian Onkologi Ginekologi Departeman Kandungan dan Kebidanan
RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 yaitu stadium 2 sebanyak 19
kasus atau 28,3% dari total seluruh kasus. Berdasarkan data RS Kanker
Dharmais, sebesar 65 persen pasien datang pada stadium lanjut (IIB-IV).9
Pada seminar Kanker Serviks dan Pencegahannya oleh pakar penyakit
kandungan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) oleh
Hasto Wardoyo, kanker serviks menjadi penyakit kanker terbanyak di
negeri ini, dan hampir 70 persen umumnya pasien sudah menderita lebih
dari stadium IIB (kanker sudah menjalar ke uterus). Pada penelitian
sebelumnya di Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo pada tahun
1998 berdasarkan data patologik dilaporkan 60% responden kanker serviks
dengan stadium lanjut (stadium II-III).7 Menurut kepustakaan, pada
stadium dini penyakit itu tidak tampak dan tidak dirasakan gejalanya,
sedangkan pada stadium lanjut (II-III) penderita kanker serviks dapat
melihat gejala seperti terjadinya perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, munculnya keputihan, perdarahan setelah menopause, keluar
cairan kekuningan berbau yang bercampur dengan darah. Menurut
kepustakaan lain menyebutkan kebanyakan kanker serviks terjadi pada
stadium lanjut dikarenakan kurangnya kesadaran para wanita untuk
mencegah berkembangnya penyakit itu. 19
b. Pola distribusi usia responden kanker serviks
Pada hasil penelitian ini kelompok usia yang merupakan kasus
terbanyak yaitu kelompok usia > 40 tahun dengan 36 kasus atau 78,3%
dari seluruh kasus. Pada data sebelumnya di RSCM didapatkan dimana
hampir separuh dari penderita karsinoma serviks berusia kurang dari 50
tahun dan sepertiga nya kurang dari 40 tahun.5 Rerata usia penderita
adalah 52,2 tahun yang mempunyai kurva penyebaran usia bimodal yang
puncaknya terjadi pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun.7 Menurut
kepustakaan menyatakan bahwa pada stadium dini penyakit itu tidak
tampak dan tidak dirasakan gejalanya, sedangkan pada stadium lanjut
penderita kanker serviks dapat melihat gejala seperti terjadinya perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, munculnya keputihan, perdarahan
setelah menopause, keluar cairan kekuningan berbau yang bercampur
dengan darah.18 Pada kepustakaan lain menyebutkan bahwa
perkembangan pertumbuhan sel kanker dari non-invasif menuju invasif
membutuhkan waktu yang lama sehingga mempengaruhi usia penderita.3
c. Pola distribusi jumlah paritas responden kanker serviks
Pada hasil penelitian ini menunjukkan distribusi jumlah paritas
penderita kanker serviks di bagian Onkologi Ginekologi Departemen
Kandungan dan Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009
dimana kasus multipara menjadi kasus terbanyak dengan 30 (65,2%)
kasus. Menurut hasil penelitian Khasbiyah (2004) di Rumah Sakit Dokter
Kariadi Semarang pada Bulan Agustus-September 2004 menunjukkan
sebagian besar penderita kanker leher rahim memiliki paritas
>3 (52%).16 Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian kanker serviks yaitu jumlah paritas dan aktivitas
seksual. Berdasarkan kepustakaan menyatakan bahwa
peningkatan jumlah paritas berkaitan dengan peningkatan
aktivitas seksual yang dilakukan penderita sehingga terjadi
peningkatan fekuensi perubahan fisiologik pada epitel serviks dimana
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang prosesnya
disebut metaplasia. Peningkatan proses metaplasia dapat memicu
pertumbuhan abnormal dari sel-sel endoserviks yang akan meningkatkan
kejadian kanker serviks.11,12
d. Pola distribusi lama usia pernikahan responden kanker serviks
Pada hasil ini menunjukkan kelompok lama pernikahan 21-30
tahun menjadi kasus terbanyak dengan 22 kasus atau 47,8% dari seluruh
kasus. Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan
dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita
yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Peneliti
menyatakan, dengan asumsi usia menikah dianggap sebagai usia pertama
kali berhubungan seksual, maka berdasarkan kepustakaan yang
menyatakan berdasarkan studi epidemiologik menunjukkan bahwa salah
satu faktor risiko terjadi-nya kanker serviks meliputi hubungan seksual
pada usia dini (<20 tahun).6 Lalu diihubungkan dengan kepustakaan yang
menyatakan sebagian besar usia penderita adalah >40 tahun maka estimasi
lama usia pernikahan responden kanker serviks yaitu 21-30 tahun.
Berdasarkan penelitian Bambang Dwipoyono dari divisi Kanker
Ginekologik RS Kanker Dharmais Jakarta, 90 persen kasus berasal dari
epitel permukaan (epitel skuamosa) dan perubahan tersebut diperlukan
keadaan yang “cocok”, sehingga untuk menjadi kanker diperlukan waktu
10-20 tahun.9 Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dimungkinkan karena adanya perbedaan jumlah sampel yang diambil dan
lokasi penelitian.
BAB. V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Terdapat 46 kasus kanker serviks di bagian Onkologi Ginekologi
Departemen Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009.
2. Stadium II merupakan kasus terbanyak dibandingkan stadium 0, I, III, dan
IV pada penderita kanker serviks di bagian Onkologi Ginekologi
Departemen Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 dengan
jumlah 19 kasus atau 28,3% dari total seluruh kasus.
3. Kelompok usia > 40 tahun menjadi kelompok usia terbanyak pada
penderita kanker serviks di bagian Onkologi Ginekologi Departemen
Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto selama tahun 2009 dengan jumlah 36
kasus atau 78,3% dari seluruh kasus.
4. Kelompok multipara menjadi yang terbanyak dibandingkan kelompok
primipara dan multipara pada penderita kanker serviks di bagian Onkologi
Ginekologi Departemen Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto selama tahun
2009 dengan jumlah 30 kasus atau 65,2% dari seluruh kasus.
5. Kelompok lama usia pernikahan 21-30 tahun menjadi kelompok lama usia
pernikahan terbanyak pada penderita kanker serviks di bagian Onkologi
Ginekologi Departemen Obsgyn RSPAD Gatot Soebroto selama tahun
2009 dengan jumlah dengan 22 kasus atau 47,8% dari seluruh kasus.
B. SARAN
1. Perlunya dilakukan penerangan mengenai kesehatan reproduksi kepada
setiap wanita pada waktu pemeriksaan kesehatan di rumah sakit ataupun
yang dilaksanakan di luar rumah sakit yang dilakukan oleh pihak RSPAD
Gatot Soebroto dengan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan
organisasi yang ada di masyarakat supaya angka kejadian kanker serviks
khususnya dapat terus berkurang setiap tahunnya.
2. Perlunya digalakkan dan dilakukan program deteksi dini kanker serviks
secara intensif oleh pihak RSPAD Gatot Soebroto baik di lingkungan
rumah sakit maupun di lingkungan masyarakat sekitar supaya angka
kejadian kanker serviks dapat terus berkurang setiap tahunnya.
3. Perlunya dilakukan forum diskusi dan seminar di sesama dokter pada
umumnya dan dokter spesialis kandungan dan kebidanan pada khususnya
mengenai penelitian-penelitian terbaru mengenai kanker serviks,
perjalanan penyakit, dan faktor resiko dalam upaya preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif supaya angka kejadian kanker serviks khususnya
dapat terus berkurang setiap tahunnya.
4. Perlunya dibuat sistem komputerisasi untuk menyimpan status rekam
medik pasien di bagian Onkologi Ginekologi Departemen Obsgyn RSPAD
Gatot Soebroto secara lengkap sehingga status rekam medik pasien dapat
terdata secara lengkap dan tersusun dengan baik sehingga dapat
memudahkan pasien, dokter, atau peneliti jika membutuhkannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brinton LA, Lacey Jr JV, Sherman ME. Epidemiology of gynecologic cancers. In: Hoskins WJ, Young RC, Markman M, Perez CA, Barakat R, Randall M, editors. Principle and practice of gynecologis oncology. 4 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p.3-38.
2. Miller AB. The natural history of cervical cancer. In: Rohan TE, Shah KV, editors. Cervical Cancer from etiology to prevention. The Netherlands : Kluwer Academic Publisher; 2004. p.61-77.
3. Askep Maternitas. Klasifikasi Pertumbuhan Sel Akan Kanker Serviks. Qittun Blog 29 Juni 2008.
4. Aziz MF. Faktor kliniko-patologik, molekul adhesi sel E-kadherin, katenin-A, dan enzim proteolitik matriks ekstraselular kathepsin-D sebagai predictor metastasis kelenjar getah bening dan prognosis kanker serviks stadium awal (disertasi). Jakarta: Program studi ilmu kedokteran S3 Fakultas Kedokteran Indonesia; 2004.
5. Tim Penggulangan Kanker Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kanker di RSUPNCM tahun 1998. Jakarta; 1999.
6. Doengoes, Marilyn.E. Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company; 1989.
.7. Sibuea WH, Mangunkusumo RR, Akbar N, et al. Hospital based cancer
registry in Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta. Medical Journal of Indonesia; 2000. p.181-203.
8. Hatch KD. Cervical Cancer. In: Berek JS, Hacker NV eds. Practical Gynecologic Oncology, 2nd ed. Williams & Wilkins, Baltimore; 1994: p. 242-82.
9. Bahaya kanker serviks bagi wanita. Kesrepro Info [serial on the internet]. 2007 [citied 2007 Nov 21]. http://www.kesrepro.info/?q=node/21
10. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Wiliam Obstetrics, 21th ed. Hartono Andry, Suyono Y Joko, Pendit
Brahm U, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
11. Burke L, Antonioli DA, Ducatman BS. The normal cervix. Dalam: Colcoscopy text and atlas: Appleton & Lange; 1991. p.29-45
12. Ferenczy A. Anatomy and histology of the cervix. Dalam: Blaustein A, ed, Pathology of the female genital tract, New York : Springer Vierlag Inc; 1997. p.102-10
13. Jordan JA. Scanning electrons microscopy of the physiological epithelial. Dalam: Jordan JA, Singer A, eds. The cervix. London: Wb Saunders; 1976. p.44-50
14. WHO Meeting Report. Bulletin of the WHO; p. 64(4): 607-618.
15. Andrijono. Sinopsis Kanker Ginekoogi. Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta; 2008. p.36-38
16. Van Nagell JR, Higgins RV, Powell DE. Invasive Cervical Cancer. In: Knapp RL, Berkowitz RS, eds. Gynecologic Oncology, 2nd ed. McGraww-Hill. New York; p.192-222.
17. Hacker NF. Cervical Cancer. In : Practical Gynecology Oncology. 3rd Ed. Berek and Hacker, Lippincott Williams and Wilkins. USA; 2000. p.3-38
18. Sastroasmoro Sudigdo, Ismael Sofyan. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-3. Jakarta : CV. Sagung Seto ; 2008.
19. Hasto Wardoyo. Kanker Serviks Renggut 1 Nyawa Setiap Jam. JOGJAINFO [serial on the internet]. 2010. Available from: http://jogjainfo.net/kanker-serviks-renggut-1-nyawa-setiap-jam.html
20. Setiyarini E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim di RSUD Dr. Moewadi Surakarta [phD thesis]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009.
21. InfoPuskesmas. DitJen. Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1996
Lampiran 1
TABEL INDUK HASIL PENELITIAN RESPONDEN KANKER SERVIKS DI BAGIAN ONKOLOGI GINEKOLOGI DEPARTEMEN KANDUNGAN DAN
KEBIDANAN RSPAD GATOT SOEBROTO SELAMA TAHUN 2009No.CM Stadium Usia Jumlah Paritas Usia Menikah
00.53.54 1A 56 2 2402.36.51 0 49 2 2004.35.69 2B 48 4 1906.70.39 3B 62 1 2406.96.06 2B 44 5 1510.49.29 2A 56 1 1512.20.21 0 32 4 2514.62.45 3B 40 3 2220.66.29 2B 57 7 1524.31.61 3A 67 4 2226.35.01 2A 50 5 2227.42.74 1A 38 2 2527.83.17 2A 56 3 1727.99.97 2B 60 7 1628.12.48 1B 46 2 2128.13.00 2B 47 2 1928.58.72 3B 49 4 2128.94.21 1B 47 1 2829.14.21 2B 64 4 2130.19.04 1B 39 3 2130.47.28 3B 40 3 1730.50.93 0 38 3 2030.54.61 2B 47 4 2030.63.75 2A 38 4 2030.77.27 1B 31 4 2130.92.49 3B 37 3 1631.10.18 1B 43 3 2031.16.68 3B 56 7 1731.18.83 2A 60 6 1731.40.85 2B 58 4 2331.42.17 3B 64 4 2331.46.96 2B 53 3 2531.63.20 3B 56 2 3531.66.50 3A 51 5 1632.00.06 2B 67 5 1832.02.17 2B 42 3 1932.11.23 2A 45 3 23
32.16.55 3B 47 1 1832.28.02 3B 57 7 3132.28.73 2B 40 3 1932.40.57 3B 55 4 2632.79.20 3B 43 1 2032.79.67 3B 61 8 2133.00.64 4 49 3 1633.07.23 1B 59 3 2133.08.10 2B 62 8 16
Keterangan :
No.CM : Nomor Rekam Medik
Lampiran 3
Distribusi Stadium Responden Kanker Serviks
Frequencies
Statistics
stadium kanker serviks
N Valid 46
Missing 0
stadium kanker serviks
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid stadium 0 3 6.5 6.5 6.5
stadium I 8 17.4 17.4 23.9
stadium II 19 41.3 41.3 65.2
stadium III 15 32.6 32.6 97.8
stadium IV 1 2.2 2.2 100.0
Total 46 100.0 100.0
Distribusi Usia Responden Kanker Serviks
Frequencies
Statistics
usia penderita
N Valid 46
Missing 0
usia penderita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid usia 31-40 tahun 10 21.7 21.7 21.7
> 40 tahun 36 78.3 78.3 100.0
Total 46 100.0 100.0
Distribusi Jumlah Paritas Responden Kanker Serviks
Frequencies
Statistics
jumlah paritas
N Valid 46
Missing 0
jumlah paritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid primipara 5 10.9 10.9 10.9
multipara 30 65.2 65.2 76.1
grande multipara 11 23.9 23.9 100.0
Total 46 100.0 100.0
Distribusi Lama Usia Menikah Responden Kanker Serviks
Frequencies
Statistics
lama menikah
N Valid 46
Missing 0
lama menikah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-10 tahun 2 4.3 4.3 4.3
11-20 tahun 5 10.9 10.9 15.2
21-30 tahun 22 47.8 47.8 63.0
31-40 tahun 7 15.2 15.2 78.3
41-50 tahun 10 21.7 21.7 100.0
Total 46 100.0 100.0