tubes kbs - jembatan rangka juanda

30
TUGAS BESAR KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL JEMBATAN RANGKA JUANDA DEPOK DISUSUN OLEH: ICHSAN GAFFAR FAISAL (4112010017) NABILA SHABRINA (4112010019) KELAS: 2 PJJ POLITEKNIK NEGERI JAKARTA JUNI 2014

Upload: nabila-shabrina

Post on 18-Sep-2015

144 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

Jembatan Rangka

TRANSCRIPT

  • TUGAS BESAR KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

    JEMBATAN RANGKA JUANDA DEPOK

    DISUSUN OLEH:

    ICHSAN GAFFAR FAISAL (4112010017)

    NABILA SHABRINA (4112010019)

    KELAS: 2 PJJ

    POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

    JUNI 2014

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 1

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Besar Konstruksi

    Bangunan Sipil dengan lancar dan tepat waktu.

    Tugas ini berisikan laporan mengenai jembatan rangka yang merupakan salah

    satu prasarana transportasi darat untuk menghubungkan tempat yang satu dengan

    yang lainnya. Dalam tugas ini berisikan gambar-gambar yang telah kami dapat saat

    survey ke lapangan dan kesimpulan tentang kelayakan jembatan tersebut.

    Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

    kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

    kesempurnaan tugas ini.

    Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam penyusunan tugas ini dari awal hingga akhir, terutama kepada Bapak

    Andi Indianto, Drs. Ir. MT, selaku dosen Konstruksi Bangunan Sipil yang telah banyak

    membimbing kami dalam pembuatan tugas ini.

    Depok, Juni 2014

    Penulis

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 2

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Jembatan merupakan suatu prasarana lalu-lintas yang berfungsi untuk

    menghubungkan jalan yang terputus oleh sungai, lembah, laut danau ataupun

    bangunan lain dibawahnya. Jembatan terbagi menjadi dua bagian, yaitu

    struktur atas (Superstruktur) dan struktur bawah (Substruktur). Sedangkan

    secara khusus, jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari

    rangkaian batang batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain. Dari

    sedikit penggambaran di atas, kami melakukan observasi untuk mengetauhi

    kelayakan suatu jembatan rangka. Selain itu masalah yang terjadi pada suatu

    jembatan rangka mungkin terjadi akibat kriteria desain yang tidak sesuai

    dengan standar yang berlaku di Indonesia dan mengakibatkan kelayakan dan

    masa layan suatu jembatan diragukan. Oleh karena itu observasi ini dilakukan.

    Selain itu, observasi ini melingkupi penilaian mahasiswa terhadap

    analisa suatu konstruksi bangunan yang ada di lapangan terhadap kriteria

    bangunan itu sendiri terhadap standar yang berlaku, dari mulai data spesifikasi

    bangunan (misalnya lebar trotar, lebar lantai jembatan, dll) hingga analisa

    kerusakan bangunan. Observasi ini juga dilengkapi dengan foto-foto lapangan

    agar ada bukti kuat bahwa surveyer (mahasiswa) telah melakukan survey atau

    observasi.

    1.2. Perumusan Masalah

    a. Karena tingkat kesibukan atau tingginya arus transportasi Jembatan Juanda,

    pengobervasian jembatan juanda untuk mengetahui kelayakan jembatan

    tersebut harus dilakukan

    b. Banyaknya sampah pada rangka Jembatan Juanda

    c. Rangka yang sudah berkarat

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 3

    1.3. Tujuan

    a. Mengetahui fungsi rangka pada struktur atas jembatan

    b. Mengetahui jenis-jenis jembatan rangka secara universal

    c. Mengetahui masalah-masalah yang ada pada jembatan rangka, termasuk

    jenis-jenis kerusakannya

    1.4. Manfaat

    Dari kegiatan observasi ini dapat memberikan manfaat, diantaranya dapat:

    a. Melakukan observasi lapangan

    b. Menganalisis data yang didapat dilapangan sesuai syarat teoritis

    c. Memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi di lapangan

    d. Menyimpulkan masalah yang ada dan solusinya secara singkat padat dan

    jelas.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 4

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Pengertian Jembatan

    Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan

    menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama

    tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan

    sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan

    teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis,

    Aspek estetika.

    Sedangkan, jalan merupakan alat penghubung antara daerah yang

    penting sekali bagi penyelenggaraan pemerintah, ekonomi kebutuhan sosial,

    perniagaan, kebudayaan, pertahanan. Trasportasi sangat penting bagi ekonomi

    dan pembangunan Negara dan bangsa. Jembatan adalah bagian dari jalan itu.

    Jembatan sangat menentukan pula kelancaran transportasi. Peranan jembatan

    yang sangat penting dalam menopang sistem transportasi darat yang ada, maka

    jembatan harus kita buat cukup kuat dan tahan, tidak mudah rusak. Kerusakan

    pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas

    jalan, terlebih lebih di jalan yang lalu lintasnya padat seperti di jalan utama, di

    kota, dan di daerah ramai lainnya. Kemacetan lalu lintas dalam kota bisa terjadi

    karena adanya suatu perbaikan jembatan. Beberapa kerugian yang nyata itu

    dapatlah kita sebut, diantaranya penghambatan kecepatan angkut dari

    kendaraan kendaraan. Kecepatan angkut sangat penting pengaruhnya dalam

    bidang ekonomi, kestabilan harga harga, kelancaran distribusi dan lain

    sebagainya

    Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari

    bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan las atau

    baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya digunakan

    untuk bentang 20 m sampai 375 m.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 5

    2.2 Klasifikasi Jembatan

    a. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:

    - Jembatan jalan raya (highway bridge),

    - Jembatan jalan kereta api (railway bridge),

    - Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).

    b. Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:

    - Jembatan di atas sungai atau danau,

    - Jembatan di atas lembah,

    - Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),

    - Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),

    - Jembatan di dermaga (jetty).

    c. Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi

    beberapa macam, antara lain :

    - Jembatan kayu (log bridge),

    - Jembatan beton (concrete bridge),

    - Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),

    - Jembatan baja (steel bridge),

    - Jembatan komposit (compossite bridge).

    d. Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi

    beberapa macam, antara lain :

    - Jembatan plat (slab bridge),

    - Jembatan plat berongga (voided slab bridge),

    - Jembatan gelagar (girder bridge),

    - Jembatan rangka (truss bridge),

    - Jembatan pelengkung (arch bridge),

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 6

    - Jembatan gantung (suspension bridge),

    - Jembatan kabel (cable stayed bridge),

    - Jembatan cantilever (cantilever bridge).

    2.3 Bagian-bagian Jembatan

    Struktur Atas

    Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen konstruksi

    yang dirancang untuk memindahkan beban-beban yang diterima oleh lantai

    jembatan hingga ke perletakan, sedangkan lantai jembatan adalah bagian

    jembatan yang langsung menerima beban lalu lintas kendaraan dan pejalan

    kaki.

    Struktur atas terdiri atas :

    1. Gelagar-gelagar induk

    2. Struktur tumpuan atau perletakan

    3. Struktur lantai jembatan / kendaraan

    4. Pertambatan arah melintang dan memanjang

    Struktur Bawah

    Struktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-elemen

    struktur yang dirancang untuk menerima beban konstruksi diatasnya dan

    dilimpahkan langsung pada tanah dasar atau bagian-bagian konstruksi

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 7

    jembatan yang menyangga jenis-jenis yang sama dan memberikan jenis reaksi

    yang sama pula.

    Struktur bawah terdiri atas :

    1. Pondasi adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi memikul

    seluruh beban-beban yang bekerja serta melimpahkannya ke lapisan

    tanah pendukung.

    2. Kepala Jembatan adalah bangunan bawah yang terletak di bagian tepi

    yang mendukung ujung-ujung bentang tepi bangunan atas.

    2.4 Prinsip Dasar Perencanaan

    Sebelum pembuatan jembatan perlu dilakukan perencanaan dengan tujuan

    agar jembatan yang dibanguan dapat digunakan sesuai dengn fungsinya, tidak

    boros dan mampu menahan beban sesuai degan umur rencananya.

    Desain jembatan didasarkan pada peraturan yang berlaku. Peraturan

    peraturan yang di gunakan adalah :

    1. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS, PU, 1992

    2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, PU, 1987

    3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan Jalan Raya,

    DSN,1992

    4. Tata Cara Perencanaan Pondasi Langsung Untuk Jembatan, DSN, 1994

    Desain Jembatan harus memenuhi kriteria kriteria sbb:

    1. Memenuhi standar fungsi, kapasitas jembatan harus sesuai dengan

    fungsi jalan.

    2. Memenuhi standar kenyamanan: Pengguna lalu lintas tidak perlu

    merubah kecepatan ketika melalui jembatan, tidak merasa melalui

    jembatan, pengguna lalu lintas tidak merasa terganggu perjalanannya

    dan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 8

    3. Memenuhi standar keamanan: lalu lintas aman, tidak terjadi kecelakaan

    lalulintas yang disebabkan oleh adanya jembatan.

    4. Memenuhi standar kekuatan: Jembatan kuat menahan beban baik

    beban lalu lintas, aksi lingkungan atau beban khusus

    5. Memenuhi standar ekonomi: secara ekonomi jembatan

    menguntungkan, biaya akan kembali sebelum usia rencana terlampaui

    2.5 Ketentuan Desain Jembatan

    Suatu jembatan yang baik adalah jembatan yang telah memenuhi kriteria

    kriteria desain yang menjadi dasar dari pembuatan sebuah jembatan, tentu saja

    hal ini disyaratkan untuk menjamin keamanan serta kenyamanan para

    penggunaannya.

    Ada beberapa macam kriteria yang menjadi dasar pembuatan jembatan,

    diantaranya adalah :

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 9

    a. Tinggi jagaan / Clearance (C)

    Clearance adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari

    rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda

    benda hanyutan atau benda yang lewat dibawah jembatan.Clearance

    diukur dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas

    jembatan. Besarnya clearance bervariasi, tergantung dari jenis sungai dan

    benda yang ada di bawah jembatan.

    Nilai Clearance ditentukan sebgai berikut :

    C = 0,5 m ; untuk jembatan diatas sungai pengairan

    C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan

    C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir

    C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya.

    C = 5,0 m ; untuk jembatan jalan layang

    C = 15, 0 m ; untuk jembatan diatas laut

    b. Tanjakan atau turunan menuju jembatan

    Tanjakan dan juga Turunan pada Jembatan diberikan sebelum bidang

    sisi dari jalan yang sejajar dengan jembatan. Perbandingan kemiringan dari

    tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan sebagai berikut :

    - Perbandingan 1 : 30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam

    - Perbandingan 1 : 20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km /jam

    - Perbandingan 1 :10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam

    Ketentuan tersebut diatas menyatakan bahwa semakin besar kecepatan

    kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau turunan yang diberikan

    pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan tujuan agar pada saat

    kendaraan akan masuk ke badan jembatan kendaraan tersebut tidak

    jumping, yang secara otomatis akan memberikan beban kejut tumbukan

    vertikal pada struktur jembatan.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 10

    c. Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan

    Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang

    menghubungkan antara jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam

    energi akibat tumbukan dari kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila

    hal ini tidak diberikan pada jembatan dikhawatirkan akan berakibat pada

    rusaknya struktur secara perlahan lahan akibat dari tumbukan kendaraan

    kendaraan terutama kendaraan berat seperti Truk atau kendaraan berat

    laninnya. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan spasi berupa

    jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh minimum 5 meter

    kearah jalan.

    d. Tinggi bidang kendaraan

    Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan

    aman, baik bagian kendaraan maupaun barang bawaannya, maka tinggi

    bidang kendaraan ditentukan sebesar minimum 5 m yang diukur dari lantai

    jembatan samp[ai bagian bawah balok pengaku rangka bagian atas (Top

    Lateral Bracing).

    e. Lebar lantai jembatan

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 11

    Untuk membrikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan,

    maka lebar lantai jembatan ditentukan sebagai berikut :

    - Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan.

    - Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar

    n ( 2,75 m 3,50 m ), dimana n = jumlah lajur lalu lintas.

    f. Trotoar dan Sandaran

    Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki yang

    melewati jembatan, maka dibuat ketentuan sebagai berikut :

    1. Trotoar dibuat lebih tinggi dari lantai jembatan minimal 0,25 mdari

    permukaan lantai kendaraan, ini dimaksudkan agar kendaraan tidak

    menyelonong ke trotoar.

    2. Pada tepi trotoar bagian luar dipasang kerb minimal 0,25 m, ini untuk

    menjaga agar kaki pejalan kaki tidak terpeleset ke sungai.

    3. Lebar trotoar (T) minimum 0,5 m.

    4. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan orang yang lewat diatas

    trotoar, maka trotoar harus dipasang sandaran.

    5. Tinggi sandaran minimum setinggi pinggang manusia (0,9 m).

    6. Sandaran harus dibuat mampu menahan beban orang yang bersandar di

    sandaran sebesar 0,1 Ton bekerja pada bagian atas sandaran.

    g. Tata letak jembatan

    Perletakan jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan pertimbangan.

    a. Secara teknik (aliran sungai, keadaan tanah).

    - Aliran air dan alur sungai yang stabil

    - Tidak pada belokan sungai

    - Tegak lurus terhadap sungai

    - Bentang terpendek (lebar sungai terkecil)

    b. Secara sosial (tingkat kebutuhan lalu lintas)

    c. Secara estetika (tidak mengganggu aliran sungai)

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 12

    Pada dasarhnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada

    belokan jika bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat sungai.Hal

    tersebut dilakukan agar tidak terjadi scouring (penggerusan) pada

    abutment, namun jika terpaksa dibuat pada bagian belokan sungai maka

    harus dilakukan perbaikan dinding sungai dan dasar sungai pada bagian

    yang mengalami scouring (penggerusan).

    Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk

    mendapatkan bentang yang terpendek dengan posisi abutment dan pilar

    yang sejajar terhadap aliran air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

    terjadinya gerusan pada pilar, yang akan mempengaruhi kinerja pilar

    jembatan. Bila scouring telah terjadi dikhawatirkan pilar yang seharusnya

    menopang struktur atas jembatan, akan rusak sehingga secara otomatis

    akan merusak struktur jembatan secara keseluruhan.

    Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari

    bentang yang terpendek diantara beberapa penampang sungai.

    Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah :

    1. Secara geologis lokasi pondasi untuk abutment dan pilar harus baik.

    2. Batasan sungai pada lokasi jembatan hatus jelas dan permukaan air

    serendah mungkin, jembatan melintasi sungai secara tegak lurus.

    3. Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup

    tinggi terhadap permukaan banjir.

    4. Untuk mendapatkan suatu harga pondasi yang rendah, usahakan

    mengerjakan pekerjaan pondasi tidak didalam air.

    h. Penentuan bentang

    Bentang jembatan (L) adalah jarak antara dua kepala jembatan.

    Ada 2 cara dalam menentukan bentang dalam pembuatan jembatan,

    yaitu untuk sungai yang merupakan limpasan banjir dan sungai yang bukan

    limpasan banjir. Hal tersebut dilakukan karena berdasar pada apakah alur

    sungai itu akan membawa hanyutan hanyutan berupa material dari banjir

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 13

    suatu kawasan, atau sungai tersebut hanyalah digunakan sebagai aliran

    sungai biasa yang tentunya tidak membawa hanyutan hanyutan besar dari

    banjir. Material material yang dibawa pada saat banjir sangat beraneka

    ragam tentunya, baik jenis maupun ukurannya sangatlah bervariasi. Oleh

    sebab itu pada sungai yang dijadikan limpasan banjir penentuan bentang

    akan sedikit lebih panjang dibandingkan dengan sungai yang bukan

    limpasan banjir.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 14

    BAB III

    PEMBAHASAN SURVEY LAPANGAN

    3.1. Peta Lokasi :

    Lokasi observasi kami adalah di Jalan Ir. H Juanda Depok

    3.2. Bagian Konstruksi Jembatan

    1. Truss

    Truss atau rangka batang jembatan yang terbuat dari baja, merupakan

    bagian penting komponen struktur atas jembatan. Pada truss jembatan

    juanda terdapat 12

    segmen, dengan panjang

    5 m setiap segmen.

    Sehingga keseluruhan

    panjang bentang

    jembatan juanda adalah

    60 m. Pengukuran

    panjang jembatan

    dilakukan dengan cara

    24 Mei 2014 08.42.21

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 15

    mengukur satu segmen rangka, lalu menghitung jumlah segmen yang ada.

    24 Mei 2014 09.01.55 24 Mei 2014 09.28.54

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 16

    2. Railing

    Railing adalah bagian struktur atas jembatan yang berfungsi sebagai

    pelindung kendaraan dan orang yang melintas di jembatan. Selain itu,

    sebagai pembatas area paling pinggir jembatan.

    3. Trotoar

    Trotoar merupakan salah satu bagian dari struktur atas jembatan.

    Trotoar berfungsi sebagai tempat melintasnya pejalan kaki. Pada jembatan

    juanda trotoar berada pada kedua sisi jembatan yang masing-masing

    berukuran 1 m.

    24 Mei 2014 09.24.51

    24 Mei 2014 08.54.44 24 Mei 2014 08.54.50

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 17

    24 Mei 2014 10.26.34

    4. Lantai Jembatan

    Bagian lantai jembatan yang menjadi jalan adalah jalan aspal

    (perkerasan lentur) selebar 3 meter per lajur. Jalan pada jembatan juanda

    adalah jenis Jalan Utama (Kelas I) yaitu jalan raya yang melayani lalu-lintas

    yang tinggi, sehingga harus direncanakan dapat melayani lalu lintas

    berkecepatan tinggi dan berbobot berat. Pada gambar di bawah, jalan yang

    diambil adalah jalan kelandaian menuju jembatan. Jalan tersebut

    mempunyai lebar yang sama dengan lebar lantai jembatan.

    5. Kelandaian Tanjakan atau Turunan Menuju Jembatan

    Tanjakan atau turunan pada jembatan diberikan sebelum bidang sisi

    jalan yang sejajar dengan jembatan agar kendaraan tidak menyebabkan

    jumping pada jembatan. Berdasarkan survey yang dilakukan, didapat

    kelandaian 1:10 baik

    dengan pengukuran

    maupun berdasarkan

    kecepatan kendaraan

    yang lewat. Kecepatan

    kendaraan yang

    melewati turunan atau

    24 Mei 2014 10.26.38

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 18

    tanjakan adalah 20 km/jam, yang berarti < 60 km/jam. Maka dari itu

    kelandaiannya adalah 1:10

    6. Bidang Permukaan Jalan yang Sejajar Terhadap Permuakaan Jalan

    Untuk menghubungkan antara jalan dengan jembatan agar dapat

    meredam energi akibat tumbukan. Apabila yang kita tinjau adalah hanya

    jembatan rangka nya saja (, maka jarak tersebut lebih dari lima meter,

    karena sebelum jembatan rangka terdapat jembatan girder.

    7. Kepala Jembatan

    Kepala Jembatan Juanda berukuran panjang 2,5 m

    8. Clearance

    Clearance (jarak antara konstruksi atas paling bawah dengan muka air

    banjir) sebesar 20,7 m. Angka tersebut didapat setelah melakukan

    pengukuran dengan benang, lalu diukur panjangnya. Maka didapat panjang

    tali tersebut atau tinggi clearance kurang lebih 20,7 m.

    9. Tinggi bidang kendaraan

    Tinggi bidang kendaraan, untuk melindungi agar kendaraan yang lewat

    dalam keadaan aman. Tinggi ini diukur dari lantai jembatan sampai bagian

    bawah balok pengaku rangka bagian atas (Top lateral bracing), yaitu 5,9 meter.

    24 Mei 2014 09.17.16 24 Mei 2014 09.17.12

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 19

    Data Jembatan :

    No Peninjauan Data

    Lapangan

    Syarat Memenuhi / Tidak

    1 Bentang Rangka 60 m 30,40,56,60 dan

    100 m

    Memenuhi

    2 Tinggi Bidang

    Kendaraan

    5,9 m > 5 m Memenuhi

    3 Lebar Kerb 0.25 m > 0.25 m Memenuhi

    4 Trotoar 1 m 0,5 m Memenuhi

    5 Lebar Lajur 3 m 2.75 m 3.5 m Memenuhi

    6 Panjang Bidang

    Datar

    m > 5 m Memenuhi

    7 Drainase Ada Ada Memenuhi

    8 Penerangan < 3 m Setiap < 3 m Memenuhi

    9 Clearence 20,7 m > 1 m Memenuhi

    10 Kelandaian 1:10 1:10 Memenuhi

    24 Mei 2014 10.20.32 24 Mei 2014 10.30.30

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 20

    3.3. Kerusakan Pada Struktur Jembatan

    1. Korosi

    Korosi merupakan proses degradasi kualitas/mutu logam akibat adanya

    reaksi dengan lingkungan ketika dipakai atau dioperasikan. Korosi sebagai

    reaksi eletrokimia yang memberikan kontribusi kerusakan fisik suatu

    material secara signifikan sehingga perlu perhatian untuk mencegah

    meminimalisasi kerugian yang timbul akibat efek korosi.

    Korosi pada baja ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti

    tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor,

    kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga),

    serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya

    permukaan).

    a. Korosi Pada Rangka Baja

    Rangka batang bagian atas merupakan salah satu bagian penting

    yang harus diperhatikan dan dirawat kondisinya di lapangan karena

    pada bagian tersebut merupakan bagian yang paling berpotensi

    mengalami korosi .

    Rangka Baja Bagian Atas Jembatan Juanda

    24 Mei 2014 08.42.21

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 21

    b. Korosi pada Balok dan Diafragma

    Diafragma pada jembatan juga memiliki peran penting sehingga

    perlu diperhatikan kondisinya di lapangan. Pada jembatan blencong,

    diagfragma terbuat dari baja sehingga mempunyai potensi terkena

    korosi yang cukup besar pula.

    Penyebab Korosi pada Jembatan Juanda

    Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi

    dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan faktor dari lingkungan.

    Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal,

    unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan

    dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara,

    suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan

    sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri

    atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik

    maupun organik.

    Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat

    mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau

    basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada

    dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-

    persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini

    umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3)

    merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan

    industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas

    dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri

    umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku

    di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk.

    Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk

    mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 22

    Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol,

    debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat

    belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida

    belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan

    batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen

    (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga

    listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator)

    untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx

    dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati

    cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut

    dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh

    sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan

    terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini

    tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen

    renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi

    tidak dapat dihindari lagi.

    Faktor yang berpengaruh terhadap korosi yang berasal dari lingkungan :

    1. Manusia

    a. Limbah Rumah tangga

    Limbah rumah tangga terdiri dari dua jenis yaitu :

    Limbah padat

    Limbah padat rumah tangga berupa sampah.

    Limbah-limbah tersebut sengaja dibuang di kali (sungai yang

    berada dibawah jembatan Juanda) . Hal ini mengakibatkan

    berubahnya kondisi PH air kali tersebut.

    24 Mei 2014 09.17.16 24 Mei 2014 09.17.12

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 23

    2. Alam

    a. Curah Hujan Tinggi

    Depok merupakan salah satu daerah yang memiliki curah hujan yang

    tinggi, yaitu 20mm perhari, di mana hujan inilah yang mengakibatkan

    baja yang terdapat pada jembatan juanda menjadi korosi.

    b. Suhu dan Kelembaban

    Ekstrimnya suhu di daerah Depok memengaruhi kelembaban di sekitar

    Jembatan Juanda.

    Cara Pencegahan Korosi

    1. Pengecatan Permukaan Logam

    Cara ini merupakan suatu cara pengendalian korosi yang sudah

    umum dilakukan. Lingkungan dimana struktur baja jembatan yang perlu

    diberi pengecatan berada dapat dibagi dalam 2 golongan besar

    lingkungan yaitu lingkungan atmosfir dan lingkungan air, lingkungan -

    lingkungan ini berbeda satu sama lain baik secara fisik maupun

    komposisi kimia dari faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan

    korosi.

    Umur proteksi cat adalah jangka waktu antara selesainya

    pelaksanaan pengecatan dengandimulainya pelaksanaan pemeliharaan

    pertama, misalnya: umur proteksi cat 5 tahun, Maksudnya: jangka

    waktu antara selesainya pelaksanaan pengecatan dengan dimulainya

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 24

    pelaksanaan pemeliharaan pertama adalah 5 tahun. Kategori umur

    proteksi cat dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut:

    Persiapan permukaan, mutu cat, pelaksanaan pengecatan, jumlah

    lapisan cat / tebal lapisan cat dan kondisi lingkungan / iklim

    menyebabkan umur proteksi cat bervariasi dari 1 sampai 10 tahun.

    Apabila struktur baja jembatan berada dalam lingkungan yang sangat

    korosif dan pengecatan dilaksanakan dengan menggunakan mutu cat

    yang kurang baik serta persiapan permukaan juga kurang baik/bersih

    maka cat akan rusak jauh sebelum umur proteksi cat.

    2. Melumuri dengan oli atau minyak

    Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin oli atau

    minyak mencegah kontak besi dengan air

    3. Dibalut dengan plastik

    Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan kerancang sepeda

    dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi udara dan air.

    4. Tin plating (pelapisan dengan timah)

    Biasanya kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi dilapisi dengan

    timah.Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electro

    plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi

    timah tidak mengalami korosi karena tidak adanya kontak dengan

    oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi

    besi selama lapisan utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang

    cacat, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat

    korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif

    daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi timah akan

    membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan

    demikian timah mendorong korosi besi.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 25

    5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink)

    Pipa besi, tiang telepon, badan mobil, dan berbagai barang lain

    dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi

    dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu

    mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial

    reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan

    zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode.

    Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.

    6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium)

    Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi

    lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bemper mobil.

    Cromium plating juga dilakukan dengan elekrolisis. Sama seperti zink,

    kromium juga dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium

    itu ada yang rusak.

    7. Sacrificial protection (pengorbanan anode)

    Magnesium adalah logam yang jauh labih aktif (berarti lebih mudah

    berkarat) aripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi

    maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak.Cara ini digunakan

    untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal

    laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

    2. Retak Pada Aspal

    Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan

    sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke

    lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan

    membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum,

    2007). Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 26

    lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi

    tegangan yang lebih tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga material

    tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang seragam dan terjadilah

    kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang

    lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak

    tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).

    Kerusakan pada perkerasan jalan terbagi ke dalam beberapa kategori,

    yaitu:

    1. Kerusakan permukaan jalan

    Pada kategori kerusakan permukaan jalan dibagi menjadi tiga bagian:

    Retak (cracking)

    Lubang (potholing)

    Pelepasan butir (raveling)

    Cacat tepi perkerasan (edge break)

    2. Kerusakan deformasi

    Pada kategori kerusakan deformasi dibagi menjadi dua bagian:

    Alur (rutting)

    Ketidakrataan (roughness)

    3. Kerusakan tekstur permukaan jalan

    Pada kategori tekstur permukaan jalan dibagi menjadi dua bagian:

    Kedalaman tekstur (texture depth)

    Kekesatan (skid resistance)

    4. Kerusakan akibat sistem drainase yang buruk.

    Pada Jembatan Juanda ini, jenis keretakan yang terjadi adalah

    Potholes (Lubang).

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 27

    Lubang (Potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil

    sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air ke

    dalam lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya

    kerusakan jalan.

    Lubang dapat terjadi akibat :

    a. Campuran material lapis permukaan jelek, seperti:

    1. Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.

    2. Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak

    baik.

    3. Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan.

    b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan antara aspal dan agregat

    mudah lepas akibat pengaruh cuaca.

    c. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan

    mengumpul dalam lapis perkerasan.

    d. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani aehingga air meresap

    dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.

    24 Mei 2014 09.30.16

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 28

    Lubang-lubang tersebut dapat diperbaiki dengan cara dibongkar

    dan dilapisi kembali. Perbaikan yang bersifat permanen juga disebut

    juga deep patch (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai berikut:

    a. Bersihkan lubang dai air dan material-material yang lepas.

    b. Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya

    sehingga mencapai lapisan yang kokoh (potong dalam bentuk yang

    persegi panjang).

    c. Beri lapis tack coat sebagai lapis pengikat.

    d. Isikan campuran aspal dengan hati-hati sehingga tidak terjadi

    segregasi.

    e. Padatkan lapis campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan

    lingkunganya.

  • KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL 29

    BAB IV

    DAFTAR PUSTAKA

    http://hadiman88.wordpress.com/2013/03/14/korosi-dan-pencegahan/

    http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124996-R040863-

    Studi%20efektifitas-Literatur.pdf

    http://e-journal.uajy.ac.id/1516/3/2TS12436.pdf

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25717/3/Chapter%20I

    I.pdf