skripsi efektivitas ekstrak daun nangka (artocarphus

54
SKRIPSI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarphus heterophyllus) UNTUK PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA BENIH IKAN MAS Cyprinus carpio L FANDHI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarphus heterophyllus)

UNTUK PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila

PADA BENIH IKAN MAS Cyprinus carpio L

FANDHI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

i

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

UNTUK PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA

BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

FANDHI

105940047410

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : EFEKTIVITAS EKSTAK DAUN NANGKA

(Artocarpus hetrophylus) UNTUK PENGOBATAN

INFKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA

BENIH IKAN MAS ( Cyprinus carpio L)

Nama : FANDHI

Stambuk : 10594 00474 10

Program studi : Budidaya perairan

Telah diperiksa dan Disetujui

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si Rahmi, S.Pi., M.Si

NBM: 103 4943 NBM: 889 106

Diketahui Oleh,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program studi

Budidaya perairan,

Ir. H. M. Saleh Molla, MM Murni, S.Pi., M.Si

NBM: 675 040 NBM: 889 106

iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA

(Artocharpus heyerophyllus ) UNTUK PENGOBATAN

INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA

BENIH IKAN MAS Cyprinus carpio L

Nama : Abdul Rahmat Rahim

No. Stambuk : 1059-400-474-10

Program Studi : Budidaya Perairan

FAKULTAS : Pertanian

SUSUNAN KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si ( )

Ketua Sidang

2. Rahmi, S.Pi., M.Si ( )

Sekretaris

3. Ir. Darmawati, M.Si ( )

Anggota

4. Abdul Malik, S.P,. M.Si ( )

Anggota

Tanggal Lulus : 8 November 2014

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul :

Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Arthocarpus heterophyllus) untuk

Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Benih Ikan Mas

Cyprius carpio L di BBI Bontomanai Kecamatan Bontomarannu Kab. Gowa

adalah hasil karya saya dengan bimbingan dari komisi pembimbing. Sumber data

dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya orang lain yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 1 September 2014

v

HALAMANA HAK CIPTA

@Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2014

Hak Cipta dilindungi undang - undang

1. Di larang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh

Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar

vi

RINGKASAN

FANDHI 1059400 474 10 Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Arthocarpus

heterophyllus) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada

Ikan Mas Cyprinus carpio L di Balai Benih Ikan (BBI) Bontomanai Kecamatan

Bontomarannu Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Dibawah bimbingan

bapak Abdul Haris dan Ibu Rahmi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun nangka

dalam mengobati ikan mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila

sedangkang kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

informasi dalam upaya penanggulangan hama dan penyakit guna meningkatkan

produksi ikan mas.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-juli 2014. Bertempat di Balai

Benih Ikan (BBI) Bontomanai Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa

Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu

Aquarium, blower, selang dan batu aerasi, gunting, timbangan, blender, kertas

saringan, gelas ukur 1 L, alat suntik 0,1 mL, hot plate, magnetic steerer,

erlenmeyer, aluminium foil, termometer, pH meter, DO meter dan ikan mas,

bakteri Aeromonas hydrophila, daun nangka, aquades. Rancangan percobaan yang

digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan

tiga kali ulangan. Perlakuan A (ekstrak daun nangka konsentrasi 800 ppm), B

(ekstrak daun nangka konsentrasi 1000 ppm), C (ekstrak daun nangka konsentrasi

1200 ppm), dan D (kontrol).

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan

ekstrak daun nangka untuk pengobatan ikan mas yang terinfeksi bakteri

Aeromonas hydrophila melalui perendaman selama 48jam pada konsentrasi 1200

ppm (perlakuan C) merupakan perlakuan yang lebih baik dengan kelangsungan

hidup ikan sebesar 96,67%.

vii

KATA PENGANTAR

الرهحنالرهحيمبسم الله

Puji dan Syukur kehadirat Allah subhana wa taala yang senantiasa

memberikakan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus

hetrophyllus ) Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L)”

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kritik atau saran yang sifatnya membangun sangat mengharapkan

penulis demi kesempurnaan proposal ini.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,

penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah

yang telah membantu dalam penyelesaian pnelitian ini, terutama kepada :

1. Bapak Ir. H. M. Saleh Molla, MM. Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar beserta stafnya.

2. Ibu Murni, S.Pi, M.Si. Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si. sebagai pembimbing utama yang atas

keikhlasan dan keteguhan hatinya membimbing penulis.

4. Ibu Rahmi, S.pi., M.Si. sebagai pembimbing kedua yang atas keikhlasan dan

keteguhan hatinya membimbing penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universits

Muhammadiyah Makassar.

viii

6. Terkhusus dan teristimewa untuk kedua orang tua dan saudara (i) penulis, yang

telah membesarkan, membimbing, dan memenuhi segala kebutuhan Ananda

selama proses pengerjaan proposal ini.

7. Pada teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan

semangat untuk penyelesaian proposal ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga proposal ini dapat memberi

manfaat kepada para pembaca dan semua kalangan di masyarakat umum. Amin...

Makassar, 8 September, 2014

FANDHI

Penulis

ix

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PENGESHA KOMISI PENGUJI iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv

HALAMAN HAK CIPTA v

RINGKASAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas 4

2.2. Habitat Ikan Mas 5

2.3 Klasifikasi dan Morfologi Baktri Aeromonas hydrophilla 6

2.4. Klasifikasi dan Morfologi Daun nangka 9

2.5. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Daun Nangka 13

2.6. Kualitas Air 14

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 17

x

3.2. Alat dan Bahan 17

3.3. Prosedur Penelitian 18

3.3.1. Pembuatan Larutan Daun Nangka 18

3.3.2. Penyiapan Media dan Hewan Uji 18

3.3.3. Pengobatan dengan Larutan Daun Nangka 19

3.4. Rancangan Percobaan 19

3.5. Parameter yang diamati 20

3.5.1. Gejala Klinis ikan Uji 20

3.5.2. Sintasan Ikan Mas (Cyprinus carpio. L) 20

3.5.3. Kualitas Air 21

3.6. Analisis Data 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gejala Klinis Ikan Uji 22

4.2 sintasan ikan mas (Cyprinus carpio . L) 23

4.3 Kualitas Air 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA

xi

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Alat 17

2. Bahan 17

3. Sintasan Ikan Mas 24

xii

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Ikan Mas (Cyprinus carpio. L) 4

2. Bakteri Aeromonas hydrophila 7

3. Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) 10

4. Ikan Mas yang Sehat dan Terinfeksi Bakteri 22

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai Persentase Sintasan Ikan Uji, Analisis Data dengan Anova dan

dan Uji Lanjut BNT

Lampiran 2. Analisis Kualitas Air Ikan Mas

Lampiran 3. Foto Kegiatan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan

dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Dalam memenuhi besarmya

permintaan terhadap persediaan ikan maka penerapan intensifikasi budidaya tidak

dapat dihindarkan. Produksi dari budidaya perikanan itu sendri secara keseluruhan

diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 4,9% per tahun. Target tersebut

didasarkan pada potensi pengembangan daerah perikanan budidaya yang

memungkingkan di wilayah Indonesia.

Dalam kegiatan budidaya, ikan mas memiliki banyak permasalahan yang

umumnya dihadapi oleh pembudidaya ikan mas itu sendiri. Salah satu

permasalahan yang sering dihadapi pembudidaya ikan mas adalah penyakit

(Effendi, 1998). Bakteri A. hydrophila adalah jenis bakteri yang bersifat patogen

dan dapat menyebabkan penyakit sistemik serta mengakibatkan kematian secara

massal. Namun masalah yang sering muncul dalam budidaya intensif jika tidak

dikelola dengan baik adalah terjadinya penurunan kualitas air pada media

budidaya sehingga menimbulkan berbagai dampak penyakit berupa protozoa,

cacing, dan bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Parasit

golongan bakteri yang sering menyerang adalah A. hydrophila.

Bakteri A. hydrophila ini sering kali mewabah di Asia Tenggara sampai

sekarang. Salah satu penyakit yang dapat menyerang ikan hias ataupun ikan

konsumsi dan dapat mematikan sampai 100 % disebabkan oleh infeksi bakteri A.

hydrophila, dengan gejala klinis berupa luka pada bagian tubuh ikan, dan bakteri

2

ini menyerang semua umur dan hampir semua komuditas perikanan yang ada di

Indonesia, khususnya di Jawa Barat bahkan menjadi wabah mematikan pada ikan

air tawar dan menyebabkan kerugian yang sangat besar (Kamiso dan Triyanto,

1993).

Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai tanaman obat adalah nangka

(Artocarpus heterophyllus). Daun nangka diketahui berkhasiat melancarkan air

susu dan sebagai obat koreng (Hutapea 1993). Menurut Prakash dkk.(2009),

daun nangka dalam pengobatan tradisional digunakan sebagai obat demam, bisul,

luka dan penyakit kulit. Daun nangka diketahui mengandung flavonoid, saponin

dan tanin yang berperan sebagai zat antibakteri (Tarigan dkk. 2008).

Berdasarkan kemampuan antibakteri tersebut, dalam penelitian ini

digunakan ekstrak daun nangka untuk mengobati infeksi A. hydrophila khususnya

yang menyerang ikan mas. Pengobatan melalui sistem perendaman dalam ekstrak

daun nangka merupakan cara yang baik karena senyawa antibakteri yang larut

dalam air dapat diserap oleh kulit, insang, hati dan ginjal benih ikan mas

(Sukamto 2007). Namun sampai saat ini belum diketahui efektivitas ekstrak daun

nangka untuk mengobati infeksi bakteri A. hydrophila yang menyerang benih ikan

mas.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai konsentrasi dari

ekstrak daun nangka dalam menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi pada

benih ikan mas yang terinfeksi bakteri A. hydrophila. Sedangkan kegunaan dari

penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam upaya

3

penanggulangan hama dan penyakit guna meningkatkan produksi ikan mas pada

usaha-usaha budidaya.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas

Berdasarkan klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio) dapat dikelompokkan

seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio ). ( Bachtiar, 2002 )

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

Ikan mas merupakan ikan yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru

sehingga menjadikan ikan mas banyak tersebar hampir di seluruh penjuru dunia.

Ikan mas banyak memiliki sebutan. Bahasa Inggris disebut common carp. Di

Pulau Jawa, ikan mas dikenal dengan masmasan atau lauk mas. Sementara di

Sumatra, ikan mas dikenal dengan sebutan ikan rayo atau ikan mameh

(Khaeruman dan Amri 2011). Terdapat delapan strain ikan mas yang dikenal di

5

Indonesia. Beberapa strain ikan mas unggulan adalah ikan mas majalaya, punten,

sinyonya, merah, taiwan, kumpay, karper, kaca, dan kancra domas. Strain ikan

mas yang paling unggul dan banyak diminati masyarakat adalah majalaya,

sinyonya, taiwan dan jenis hibrida (Lentera 2002).

2.2. Habitat Ikan Mas

Ikan Mas hidup di alam bebas pada sungai berarus tenang sampai sedang

dan area perairan air tawar lainnya seperti danau, waduk dan situ. Ikan ini

menempati perairan dengan kedalaman yang dangkal sampai sedang, dapat hidup

dan berkembang biak dengan baik di wilayah perairan dengan ketinggian 150-600

meter dpl dengan suhu kisaran 25-30 °C.

Ikan Mas menyukai perairan hangat dengan warna air yang agak keruh

yang banyak menyediakan pakan alami. Ikan Mas adalah ikan air tawar yang

mampu hidup di air payau seperti tambak atau rawa-rawa di pesisir maupun

muara sungai dengan kadar garam 25-30%. Tempat yang sangat ideal bagi Ikan

Mas di perairan air tawar diantaranya adalah: Ceruk atau area kecil yang terdalam

pada suatu dasar perairan. Sungai berair tenang yang terlindungi oleh rindangmya

pepohonan. Pinggiran sungai yang dilengkapi obyek pelindung seperti pohon

tumbang dan batu besar. Tepian danau yang dipenuhi tanaman air seperti teratai,

tunjung, ganggang air dan lain-lain.

Ikan ini menyukai tempat tertentu bukan hanya karena tersedianya

banyak pakan alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat

memijah dan berlindung. Ikan Mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga

mampu hidup menyebar di perairan air tawar di seluruh pelosok Indonesia. Ketika

6

mancing, tentunya para penggemar mancing ikan mas dapat dengan mudah

menentukan titik hotspot mancing yang baik pada kolam pancing harian, kolam

pancing lomba atau pada empang galatama.

Ikan ini menyukai tempat tertentu bukan hanya karena tersedianya

banyak pakan alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat

memijah dan berlindung. Ikan Mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga

mampu hidup menyebar di perairan air tawar di seluruh pelosok Indonesia. Ketika

mancing, tentunya para penggemar mancing ikan mas dapat dengan mudah

menentukan titik hotspot mancing yang baik pada kolam pancing harian, kolam

pancing lomba atau pada empang galatama.

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya

tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai

atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600

meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun

tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau

atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa

berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.

Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar

dan tepi perairan.

2.3. Klasifikasi dan Morfologi Bakteri A. Hydrophila

Awalnya A. hydrophila dikenal dengan nama Bacilus hydrophilus fuscus,

pertama kali diisolasi dari kelenjar pertahanan katak yang mengalami pendarahan

7

septicemia. Kluiver dan Van Niel pada tahun 1936 mengelompokkan genus

Aeromonas. Tahun 1984, Popoff memasukan genus Aeromonas ke dalam famili

Vibrionaceae. A. hydrophila diisolasi dari manusia dan binatang sampai dengan

tahun 1950. Bakteri ini memiliki nama sinonim A. formicans dan A. liquefaciens

(Sismeiro et al. 1998).

Klasifikasi bakteri A. hydrophila berdasarkan ilmu taksonomi sebagai

berikut (Holt et. al. 1994) :

Gambar 2 : Aeromonas hydrophila

(Sumber:http://www.trbimg.com/img-4fb27f3e/turbine/la-na-nn-flesh-eating-

bacteria-20120515-001/600)

Filum : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Pseudanonadeles

Family : Vibrionaceae

Genus : Aeromonas

Spesies : Aeromonas sp.

8

Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang

pendek dengan ukuran 1,0-1,5 x 0,7-0,8 μm. Tumbuh baik pada perairan yang

mengandung bahan organik tinggi. A. hydrophila tumbuh optimum pada suhu 20-

30oC (Kabata, 1985). Bakteri ini dapat bertahan dalam lingkungan aerob maupun

anaerob dan dapat mencerna material-material seperti gelatin dan hemoglobin. A.

hydrophila resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin (Krieg dan Holt

1984).

A. hydrophila menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Infeksi biasanya

berkaitan dengan kondisi stres akibat kepadatan, malnutrisi, infeksi parasit,

kualitas air yang buruk dan fluktuasi suhu air yang ekstrim. Serangan bersifat

akut. Jika kualitas lingkungan air terus menurun, kematian yang ditimbulkan bisa

mencapai 100% (Bachtiar, 2010).

A. hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia

(MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis ikan air

tawar seperti lele dumbo (Clarius gariepinus), ikan mas (C. carpio), gurami

(Osphronemus gouramy) dan udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

Pengendalian bakteri ini sulit karena memiliki banyak strain dan selalu ada di air

serta dapat menjadi resisten terhadap obat-obatan (Kamiso, H. N. dan Triyanto

1993).

A.hydrophila dikenal juga sebagai bakteri oportunis karena biasanya

menimbulkan masalah pada ikan yang sedang mengalami stres. Penularan bakteri

ini berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang telah

tercemar atau karena pemindahan ikan yang terserang A. hydrophila dari satu

9

tempat ke tempat lain. Ikan yang terserang bakteri ini biasanya akan

memperlihatkan gejala berupa (Cahyono 2011) :

1. Warna tubuh berubah menjadi agak gelap,

2. Kulit kasar, timbul pendarahan dan selanjutnya menjadi borok,

3. Kemampuan berenang menurun dan sering megap-megap di permukaan

air karena insang rusak dan sulit bernafas,

4. Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal

maupun limpa.

5. Perut sering terlihat agak kembung, Seluruh sirip rusak dan berwarna

keputihan,

6. Mata rusak dan agak menonjol.

Menurut (Herwig, N. 1979), A. hydrophila adalah penyebab penyakit ikan

yang dikenal dengan Haemorrhagic septicemia, motile aeromonas septicaemia,

ulcer disease atau red sore, red pest, dan infectious dropsy.

Gejala klinis infeksi bakteri A. hydrophila yaitu :

1. Abdominal dropsy, dicirikan dengan menumpuknya/terakumulasinya cairan

pada ruang viscera,

2. Ulcerative (ulkus), dicirikan lesio pada kulit dan otot,

3. Bacterial haemoragic septicaemia, yang dicirikan oleh adanya perdarahan

pada otot, juga biasa disebut red disease, red pest dan infectious dropsy.

2.4. Klasifikasi dan Morfologi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Nangka diyakini berasal dari India, yaitu di wilayah Ghats bagian barat.

Saat ini nangka telah menyebar luas di berbagai daerah tropik, terutama di Asia

10

Tenggara. Dalam bahasa Inggris, nangka dikenal sebagai jackfruit. Pohon

nangka umumnya berukuran sedang sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada

yang mencapai 30 m. Batang bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1 m.

Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat. Seluruh bagian tumbuhan

apabila dilukai akan mengeluarkan getah putih pekat.

Nangka dapat tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini menyukai

wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dimana musim

keringnya tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran terhadap udara dingin,

kekeringan dan penggenangan (Sudarma, 2012).

Klasifikasi tumbuhan nangka, sebagai berikut (Rukmana 2008) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Morales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus

Gambar 3 : Daun Nangka

11

Indonesia memiliki banyak sebutan untuk tanaman nangka seperti Panah

(Aceh), pinasa, sibodak, nangka atau naka (Batak), baduh atau enaduh (Dayak),

binaso, lamara atau malasa (Lampung), naa (Nias), kuloh (Timor), dan nangka

Sunda dan Madura (Rukmana, R 2008). Nangka berdaun tunggal, tersebar,

bertangkai 1–4 cm, helai daun agak tebal, kaku, bertepi rata, bulat telur sampai

memanjang dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek

meruncing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah

rontok dan meninggalkan bekas berupa cincin, permukaan atas daun berwarna

hijau tua mengkilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda.

Tumbuhan nangka berumah satu, perbungaan muncul pada ketiak daun

pada pucuk yang pendek dan khusus, yang tumbuh pada sisi batang atau cabang

tua. Bunga jantan dalam bongkol berbentuk gelendong, 1–3 × 3–8 cm berwarna

hijau tua dengan serbuk sari kekuningan dan berbau harum samar apabila masak.

Bunga nangka disebut babal. Setelah melewati umur masaknya, babal akan

membusuk (ditumbuhi kapang) dan menghitam di pohon sebelum akhirnya

terjatuh. Bunga betina dalam bongkol tunggal atau berpasangan, silindris atau

lonjong dan berwarna hijau tua (Rukmana, R 2008).

Buah nangka relatif besar dan berbiji banyak. Kulitnya berduri lunak.

Setiap biji dibalut oleh daging buah (endokarp) dan dami (eksokarp) yang

mengandung gelatin. Buah nangka merupakan buah majemuk yakni berbunga

banyak dan tersusun tegak lurus pada tangkai buah, membentuk bangunan besar

yang kompak, dan bentuknya bulat hingga bulat lonjong. Kulit buah berwarna

hijau hingga kuning kemerahan. Daging buah tipis hingga tebal. Setelah matang,

12

daging buah berwarna kuning merah, lunak, manis dan aroma spesifik. Pohon

nangka berakar tunggang dengan akar samping yang kuat dan dalam (Sunarjono

2010). Jenis kultivar tanaman nangka di Indonesia lebih dari 30 kultivar dan di

Pulau Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Sehingga dilakukan pengelompokan

nangka berdasarkan kesamaannya. Beberapa macam pengelompokan tanaman

nangka (Sudarma 2012)

Berdasarkan ukuran pohon dan buah nangka terbagi dua golongan yaitu:

Nangka buah besar : tinggi mencapai 20–30 m, diameter batang mencapai 80 cm

dan umur mulai berbuah sekitar 5–10 tahun. Nangka buah kecil : tinggi

mencapai 6–9 m, diameter batang mencapai 15–25 cm dan umur mulai berbuah

sekitar 18–24 bulan. Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan

menjadi : Nangka bubur dengan daging buah tipis, lunak agak berserat dan

membubur, beraroma keras mudah lepas dari buah, rasanya asam manis, dan

berbau harum tajam.

Nangka salak dengan daging buah tebal, keras, mengeripik, agak kering,

ras manis agak pahit, dan tidak terlalu harum/aromanya kurang keras. Nangka

cempedak dengan daging buah tipis dan beraroma harum spesifik. Tanaman

nangka tergolong serba guna. Buahnya yang muda dapat disayur dan buah yang

telah matang enak dimakan serta dapat dijadikan berbagai macam olahan

makanan. Beberapa daerah di Indonesia, penduduknya tidak hanya

memanfaatkan buah nangka sebagai bahan pangan saja, tetapi juga sebagai obat

tradisional untuk mengatasi demam, disentri atau malaria. Kulit batangnya yang

berserat, dapat digunakan sebagai bahan tali serta memiliki fungsi sebagai

13

antikanker, anti virus, antiinflamasi, diuretil dan antihipertensi (Ersam T. 2001).

Getahnya digunakan dalam campuran untuk memerangkap burung, menambal

perahu dan lain-lain. Daun nangka merupakan pakan ternak yang disukai

kambing, domba maupun sapi.

Daun tanaman ini juga direkomendasikan oleh pengobatan ayurveda

sebagai obat antidiabetes karena ekstrak daun nangka memberi efek hipoglikemi

yaitu menurunkan kadar gula darah (Chandrika dkk. 2006). Selain itu daun

nangka juga berkhasiat melancarkan air susu dan sebagai obat koreng (Hutapea

1993). Menurut Prakash dkk (2009), daun nangka dalam pengobatan tradisional

digunakan sebagai obat demam, bisul, luka dan penyakit kulit.

2.5. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Daun Nangka

Daun nangka saat ini selain digunakan sebagai pakan ternak juga telah

digunakan sebagai obat tradisional. Daun nangka mengandung flavonoid,

saponin dan tannin. Flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang

mempunyai aktivitas antibakteri yang cara kerjanya dengan merusak membran

sitoplasma dan mendenaturasi protein sel (Robinson 1995).

Senyawa flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder,

kemungkinan keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses

fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid.

Senyawa flavonoid tersebut terbukti secara empirik sebagai antikanker, antivirus,

antiinflamasi, diuretik dan antihipertensi (Ersam 2001). Mekanisme kerja

senyawa flavonoid dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak

membran sel bakteri tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan Chan 1986). Selain

14

itu, flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan dan

membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada

luka, bersifat antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem

imun karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat bekerja dan sistem

limpa lebih cepat diaktifkan (Angka 2004).

Saponin merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan tumbuhan

berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, meningkatkan kekebalan tubuh.

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan

permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan

mengakibatkan senyawa intraseluler bakteri akan keluar (Robinson 1995).

Saponin sering digunakan untuk disinfeksi media budidaya sehingga peranannya

sebagai antimikroba telah diuji. Namun saponin apabila digunakan dalam

konsentrasi tinggi dapat menjadi racun kuat untuk ikan dan amfibi dan saponin

sulit untuk diidentifikasi (Sugoro dkk. 2004). Tanin merupakan senyawa fenol

yang larut dalam air dan tanin pada tanaman merupakan senyawa fenolik yang

memiliki daya antiseptik (Pelczar dan Chan 1986). Penggunaan tanin sangat

efektif untuk mencegah serangan bakteri di dareah tropis dan subtropis. Efek

antibakteri tanin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan

inaktivasi fungsi materi genetik (Ajizah 2004).

2.6. Kualitas Air

Air merupakan media yang paling utama bagi kehidupan ikan. Air yang

memadai,m baik kuantitas maupun kualitas dalam budidaya ikan sangat

menentukan keberhasilan budidaya tersebut. Bila kondisi air tidak memenuhi

15

syarat dapat menjadi sumber penyakit yang paling berbahaya sehingga

mengakibatkan kematian bagi ikan air tawar (Effendie 2003).

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting yaitu sebagai faktor

pengontrol yang dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kimiawi organisme

perairan.Suhu optimal di dalam air bergantung pada spesies dan berbagai

parameter seperti pertumbuhan, perkembangan, mkonversi pakan, dan ketahanan

penyakit (Handajani dan Samsundari 2005). Suhu air optimal untuk

pertumbuhaannya ikan mas adalah 22–280C (Tim Lentera 2002).

Nilai pH menunjukan konsentrasi ion H+ dalam perairan. Semakin rendah

pH, perairan semakin asam, air yang bersifat asam tidak sesuai untuk

pemeliharaan ikan. Derajat keasaman (pH) yang ideal bagi kehidupan ikan

berkisar antara 6,7–8,2 (Tim Lentera 2002). Kandungan oksigen terlarut (DO) yang

baik untuk kehidupan ikan mas ialah pada 3–5 mg/L (Tim Lentera 2002). Jika

kandungan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan tidak optimal, ikan mas

akan membuka mulutnya dan selalu berada di permukaan air, bahkan bila air

tidak segera diganti dapat menimbulkan kematian.

Amonia yang terkandung dalam suatu perairan berasal dari kotoran ikan.

Amonia tingkat keseimbangannya sangat dipengaruhi oleh pH air, dan suhu.

Kadar amonia akan meningkat pada pH dan suhu tinggi serta kadar garam dan

kesadahan rendah. Kadar amonia tinggi dalam air secara langsung dapat

mematikan organisme perairan yakni melalui pengaruhnya terhadap permeabilitas

sel, mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh, meningkatkan konsumsi oksigen

dalam jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah mengangkut

16

oksigen. Kisaran amonia yang dapat ditolerir oleh ikan mas adalah kurang dari 1

mg/L (Boyd 1982).

17

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014. Bertempat

di Balai Benih ikan (BBI) Bontomanai Kecamatan Bontomarannu Kabupaten

Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat yang di gunakan selama penelitian

Nama Alat Kegunaan

Aquarium

Blower

Selang dan batu aerasi

Blender

Gunting

Saringan

Timbangan

Hot Plate

Magnetic sterrer

DO meter

pH meter

Termometer

Media infeksi dan media pengobatan

Penyuplai oksigen diwadah penelitian

Penyuplai oksigen air

Untuk menghaluskan daun nangka

Untuk memotong daun nangka

Untuk menyaring ampas daun nangka

Untuk menimbang daun nangka

Untuk memanaskan larutan

Alat untuk pengadukan bahan kimia

Alat untuk mngukur oksigen terlarut

Alat untuk mengukur derajat keasaman

air

Alat untuk mengukur suhu air

Sedangkan bahan yang akan digunakan, disajikan ditabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama penelitian

Nama Bahan Kegunaan

Benih Ikan Mas

A. hydrophuila

Daun nangka

Aquades

Hewan uji

Bakteri uji

Untuk mengobati ikan yang terinfeksi

Untuk melarutkan daun nangka

18

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pembuatan Larutan Daun Nangka

Daun nangka yang digunakan adalah daun nangka yang masih segar

dengan berat keseluruhan 1 kg. Pembuatan larutan daun nangka dilakukan

dengan menggunakan beberapa tahapan yaitu, pertama-tama daun nangka segar

dicuci bersih kemudian dibiarkan kering hingga air yang masih melekat pada daun

hilang. Setelah kering daun segar dipotong kecil-kecil menggunakan gunting lalu

ditimbang sebagai berat kasar, kemudian dihaluskan menggunakan blender dan

ditimbang sesuai dengan dosisi yang dibutuhkan. Untuk pengobatan, dosis yang

sudah ditimbang kemudian dilarutkan menggunakan aquades sebanyak 250 ml

dengan suhu 60oC selama 15 menit diatas hot plates dengan alat pengaduk

magnetic sterrer (masing-masing konsentrasi) diamkan ± 5 menit untuk

diendapkan kemudian dilakukan penyaringan.

3.3.2. Penyediaan Media dan Hewan Uji

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan

ukuran panjang 30 cm dan lebar 30 cm, akuarium yang digunakan sebanyak dua

belas buah, sembilan buah akuarium untuk media pengobatan/pemeliharaan dan

tiga buah akuarium sebagai media kontrol. Semuanya sudah dilengkapi aerasi

untuk mensuplay oksigen dan diisi air 1/2 dari volume akuarium. Ikan uji yang

akan digunakan memiliki panjang 5-7 cm. Pertama-tama ikan direndam dengan

konsentrasi 30 ppm larutan garam selama 5 menit untuk menghilangkan

ektoparasit. Setelah itu ikan diaklimatisasi terlebih dahulu agar ikan terbiasa

hidup dalam akuarium uji selama 3 hari dengan pemberian pakan berupa pelet

19

apung berkadar protein 39%. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% dari

berat badan ikan per hari dengan frekuensi pemberian 2x sehari pada pagi dan

sore hari.

Selanjutnya ikan di infeksikan bakteri A. hydophila dengan konsentrasi 0,1

mL dengan cara menyuntikkan pada tubuh ikan secara intramuscular untuk

masing-masing ikan uji yang akan ditempatkan pada media perlakuan.

3.3.3. Pengobatan dengan Larutan Daun Nangka

Pengobatan dilakukan dengan memasukkan ikan yang sudah terinfeksi

ke dalam aquarium yang sudah ada larutan daun nangkanya dengan

konsent rasi yang berbeda sesuai per lakuan. Waktu yang digunakan

dalam perendaman untuk pengobatan setiap perlakuan adalah 48 jam, mengacu

pada (Gasperz, 1991). Setelah proses perendaman selesai, air aquarium

diganti dengan air normal dan dilakukan pengamatan lanjutan.

3.4. Rancangan Percobaan

Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan. Setiap

perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diberikan adalah

perendaman benih ikan mas dalam larutan ekstrak daun nangka dengan

konsentrasi berbeda masing – masing wadah yaitu:

Perlakuan A = Ekstrak daun nangka konsentrasi 20 ppm

Perlakuan B = Ekstrak daun nangka konsentrasi 30 ppm

Perlakuan C = Ekstrak daun nangka konsentrasi 40 ppm

Perlakuan D = Tanpa ekstrak daun nangka

20

3.5. Parameter yang Diamati

3.5.1. Gejala Klinis

Gejala klinis yang diamati adalah kerusakan tubuh dan tingkah laku ikan

yang mencakup respon terhadap pakan dan uji refleks (respon terhadap kejutan)

dengan cara mengetuk kaca akuarium. Perubahan gejala klinis yang disebabkan

oleh serangan bakteri A. hydrophila yaitu warna tubuh ikan menjadi agak gelap,

kulit kasar dan timbul pendarahan selanjutnya menjadi borok, kemampuan

berenang turun dan sering megap-megap di permukaan air karena insang rusak

dan sulit bernapas, perut terlihat agak kembung, seluruh sirip rusak dan berwarna

keputihan, serta mata rusak dan agak menonjol (Cahyono 2011). Pengamatan

dilakukan setiap hari selama masa pengobatan (2 hari) dan masa pemeliharaan (14

hari).

3.5.2. Sintasan

Kelangsungan hidup ikan mas diamati dengan cara menghitung jumlah

ikan yang hidup setiap hari selama masa pengobatan. Rumus kelangsungan hidup

Effendie (1997) :

Nt

S = X 100%

No

Dimana :

S = Tingkat kelangsungan hidup benih ikan (%)

Nt = Jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor)

21

3.5.3. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, pH, DO, dan amonia

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

3.6. Analisis Data

Pengaruh perlakuan perendaman benih ikan mas dalam ekstrak daun

nangka terhadap kelangsungan hidup dianalisis menggunakan Anova (Analisis of

Variance). Bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil

(BNT), data hasil pengukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif (Fakhrizal,

2009).

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gejala Klinis Ikan Uji

Jenis bakteri yang dikenal juga sebagai bakteri oportunis yaitu A.

hydrophila karena biasanya menimbulkan masalah pada ikan ynag sedang

mengalamai stres. Penularan bakteri ini berlangsung melalui air, kontak badan,

kontak dengan peralatan yang telah tercemar atau karena pemindahan ikan yang

terserang bakteri tersebut dari suatu tempat ke temapt lain. Gejala klinis yang

tampak setelah penginfeksian oleh bakteri A. hydrophila dalam kurun waktu 4-6

jam ,gejala klinis yang diamati adalah warna tubuh ikan berubah menjadi agak

gelap,kulit kasar, serta timbul luka pada bagian penyuntikan, kemampuan

berenang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena insng rusak

dan sulit bernafas. Gejala ini terlihat secara menyeluruh pada ikan mas yang

diinfeksi buatan. Kondisi ikan sebelum dan setelah diinfeksikan seperti terlihat

pada gambar 4.

Gambar 4. (A) Ikan yang masih sehat dan (B) Ikan yang telah diinfeksikan

bakteri.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada pengamatan lanjutan yang dilakukan, 24 jam setelah penyuntikan

sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati ,ginjal, maupun

A B

23

limpa dan perut terlihat kembung,serta sirip terlihat putih dan rusak yang

diakibatkan oleh bakteri A. hydrophila. Hiperemi ini terjadi karena mobilitas

eritrosit ke jaringan tempat berkembangnya patogen, leukosit yang merupakan

salah satu komponen sel darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik

akan melokalisasi dan mengeliminasi patogen. Eliminasi ini dilakukan melalui

proses fagositosis (Fletcher, 1982; Walczak, 1985; Anderson, 1992).

Pengamatan lanjutan yang dilakukan selama 48 jam setelah pengobatan,

gejala yang terlihat pada wadah A dengan konsentrasi ekstrak daun nangka 20

ppm yaitu, warna pada tubuh ikan masih pucat, kemampuan berenang masih

berkurang,serta masih tampak luka pada bagian ekor dan megap-megap di

permukaan. Selanjutnya pada perlakuan B dengan konsentrasi ekstrak daun

nangka 30 ppm yaitu , pergerakan ikan mulai aktif dan warna pada ikan mulai

kembali normal. Sedangkan pada perlakuan C dengan konsentrasi ekstrak daun

nangka 40 ppm yaitu, luka yang tampak pada bekas penyuntikan mulai kembali

tertutup,serta warna tubuh pada ikan mulai normal dan kemampuan berenang

mulai aktif, luka mengarah pada proses penyembuhan, serta respon terhadap

makan mulai normal dan terjadi sangat signifikan. Sedangkan perlakuan C dan D

dikatakan tidak bebeda nyata karena pada perlakuan D tidak diberikan ekstrak

daun nangka,serta perlakuan D hanya sebagai kontrol dari tiap-tiap perlakuan.

4.2. Sintasan Ikan Mas ( Cypirinus carpio.L )

Sintasan adalah istilah ilmiah yamg menunjukkan tingkat kelulushidupan

dari suatu populasi dalam jangka waktu tertentu. istilah ini biasanya diakai dalam

konteks populasi individu muda yang harus bertahan hidup hingga siap

24

berkembang biak. Dalam bidang perikanan sintasan adalah presentase dari

individu yang bertahan hidup setelah beberapa waktu,relatif terhadap banyaknya

telur yang menetas menjadi larva. Seperti disajikan pada tabel 3.

Tabel. 3 Rata-rata persentase sintasan ikan mas ( C. carpio.L ) pada akhir

penelitian.

Perlakuan Sintasan

A

B

C

D

76,67b

76,67b

96,67a

86,67a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan

nyata (p< 0,05)

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa perlakuan terbaik dilihat

dari sintasan tertinggi adalah perlakuan C (pemberian konsentrasi ekstrak daun

nangka sebesar 40 ppm) yaitu 96,67 % dan berbeda nyata dengan perlakuan

lainnnya kecuali perlakuan D (kontrol) yaitu 86,67 %. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak daun nangka dengan konsentrasi 40 ppm efektif dalam

mengobati benih ikan mas yang terinfeksi bakteri A. Hydrophilla, hal ini sesuai

dengan pendapat Marlina (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan ekstrak

daun nangka untuk pengobatan benih ikan mas yang terinfeksi A. Hydrophilla

melalui perendaman dengan konsentrasi 40 ppm selama 48 jam efektif untuk

mengobati A. hydrophilla pada benih ikan mas dengan kelangsungan hidup

tertinggi sebesar 68,89%. Keefektifan pemberian ekstrak daun nangka dalam

mengobati ikan mas yang terinfeksi A. Hydrophilla dikarenakan oleh daun nangka

mengandung senyawa antibakteri. Hal ini nsesuai dengan pendapat (Robinson

1995) daun nangka mengandung flavonoid, saponin, dan tanin dimana flavonoid

25

dan saponin merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas anti bakteri yang cara

kerjanya dengan merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel.

Senyawa flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder,kemungkinan

keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis. Senyawa

flavonoid tersebut terbukti secara empirik sebagai antikanker , antivirus,

antiinflamasi, diuretik, dan antihipertensi (Ersam 2001). Mekanisme kerja

flavonoid dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran

sel bakteri tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan Chan 1986).

Dengan melihat besarnya pengaruh perlakuan C (ekstrak daun nangka 40

ppm) dipengaruhi oleh kemampuan ekstrak daun nangka yang bersifat

antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan dan membantu mengurangi

rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka yang terinfeksi

bakteri A. hydrophila. Karena menurut (Angka 2004) antiinflamasi ini bersifat

antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun karena

leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat bekerja dan sistem limpa cepat

diaktifkan. Selain itu, daun nangka memiliki kandungan tanin yang merupakan

senyawa fenolik yang memiliki daya antiseftik ( Pelczar dan Chan 1986).

Kegunaan tanin ini efektif untuk mencegah serangan bakteri di daerah tropis dan

subtropis. Efek antibakteri tanin melalui reaksi dengan membran sel , inaktivasi

enzim, dan inaktivasi fungsi materi genetik (Ajizah 2004) .

4.3. Kualtas Air

Air merupakan media yang paling utama bagi kehidupan ikan. Air yang

memadai, baik kuantitas maupun kualitas dalam budidaya ikan keberhasilan

26

budidaya tersebut. Bila kondisi air tidak memenuhi syarat,dapat menjadi sumber

penyakit yang paling berbahaya sehingga mengakibatkan kematian bagi ikan air

tawar (Effendi 2003).

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting yaitu sebagai faktor

pengontrol yang dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kimiai organisme

perairan. Suhu optimal dalam air tergantung pada spesies dan parameter seperti

pertumbuhan, perkembangan, konversi pakan dan ketahanan penyakit (Handajani

dan Samsundari 2005). Suhu pada saat pemeliharaan berkisar antara 28-29°C.

Suhu air optimal untuk pertumbuhan ikan mas adalah 22-28°C (Tim Lentera

2002).

Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam perairan. Semakin

rendah pH perairan semakin asam, air yang bersifat asam tidak sesuai pemeliharan

ikan. Nilai pH selama pemeliharaan berkisar antara 7.5-8.0 . Hal ini sesuai dengan

Tim Lentera (2002) derajat keasaman pH yang ideal bagi kehidupan ikan berkisar

antara 6,7- 8,2.

Kandungan oksigen terlarut (DO) yang baik untuk kehidupan ikan mas

ialah 3-5 mg/L (Tim Lentera 2002). Hal ini sesuai dengan hasil yaitu berkisar

antara 4,4-5,6 mg/l. Jika kandungan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan

tidak optimal,ikan mas akan membuka mulutnya dan selalu berada di permukaan

air,bahkan bila air tidak segera diganti dapat menimbulkan kematian.

Menurut Boyd (1982) kisaran amonia yang dapat ditolerir oleh ikan mas

adalah kurang dari 1 mg/L dan sudah cukup mendukung terhadap organisme

perairan secara normal. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kualitas air

27

selama penelitian memenuhi persyaratan optimum untuk budidaya ikan mas

sehingga kematian ikan mas selama penelitian bukan oleh kondisi perairan

melainkan karena serangan bakteri A. hydrophila.

28

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dengan melihat sintasan,

dan gejala klinis dapat disimpulkan bahwa pemberian 40 ppm ekstrak daun

nangka dengan perendaman selama 48 jam pada ikan mas cukup efektif untuk

pengobatan ikan mas yang terinfeksi A.hydrophila.

5.2 Saran

Pengobatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengobatan dengan

menggunakan ekstrak daun nangka, sehingga pengaruh semua senyawa yang ada

dalam daun nangka berpengaruh terhadap pengobatan ikan Mas (C. carpio L)

yang terifeksi A. hydrophila. Untuk itu dalam penelitian berikutnya diharapkan

bisa menggunakan Ekstrak Daun Nangka, agar kita mengetahui lebih jelas

senyawa yang berperan dalam pengobatan ikan Mas (C. carpio L) yang terinfeksi

A. hydrophila.

29

DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun

Jambu Biji (Psidium guajava) Bioscientie. Vol. 1, No 1. Program Studi

Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Angka, S. L. 2004. Penyakit Motil Aeromonas Septicemia Pada Ikan Lele Dumbo

Clarias sp. Forum Pascasarjan. Vol :27

Bachtiar. 2002. Pembesaran Ikan Mas Dikolam Pekarangan.Agromedia Pustaka

Jakarta.

Bachtiar, E., Mulyani, Y., dan Angraeni, S., R. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia

Bahan Hayati Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Padjajaran.

Boyd, C. E. 1982. Water Quality in Warm Fish Pond. Auburn University,

Agricultural Experiment Nation, Alabama. 359 hal.

Cahyono, B. 2011. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta : Kanisius

Chandrika, U.G.I.,Wedage,W.S.,Wokramasinghe,S.M.D.N1 dan Fernando

W.S2.2006. Hypoglycaemic Action Of The Flavonoid Fraction Of

Artocarpus heterophyllus Leaf. Srilanka : University of Jayewardenepura

Effendi,H.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius

Effendi,M.I.1998. Memelihara Ikan Mas dalam Aquarium. Yogyakarta: Kanisius.

Ersam, T. 2001. Senyawa Kimia Mikromolekul Beberapa Tumbuhan Artocarpus

Hutan Tropika Sumatra Barat. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Fletcher, T.C. 1982. Non-specific Defence Mechanisms of Fish. Developmental

and Comparative Immunology.

.

Gaspersz, V. 1991. Metoda Peancangan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian dan Ilmuilmu

Teknik Biologi. Bandung : CV Armico.

Herwig, N. 1979. Handbook of Drugs and Chemicals used in the Treatment of

Fish Disease. United States of America: Charles C. Thomas

Holt, J. G. dan Krieg N. R., Sneath P. H. A., Staley J. T. 1994. Bergey’s Manual

of Determinative Bacteriology. United States of America Baltimore:

Williams & Wilkins Company.

30

Hutapea, J. R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,edisi II. Jakarta: Depkes

RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kamiso, H.N. dan Triyanto. 1993. Vaksinasi Aeromonas hydrophila untuk

Menanggulangi Penyakit MAS pada Lele Dumbo. Abstrak. Simposium

Perikanan Indonesia I. Jakarta.

Kamiso dan Triyanto. 1993. Vaksinasi Aeromonas hydrophila untuk

Menenggulangi Penyakit MAS pada ikan Mas. Jakarta: Simposiaum

Perikanan Indonesia.

Krieg, N. R. dan Holt J. G. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Ed

ke-1.United States of America Baltimore: Williams & Wilkins Company.

Khairuman,H. Dan Amri, K. 2011. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis 15 Ikan

Konsumsi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Marlina, Enok. 2013. Efektivitas ekstrak Daun Nangka Untuk Pengobatan Infeksi

bakteri A. hydrophilla Pada Benih Ikan Mas. media.unpad.ac.id /thesis/230110/2009/.pdf.

Pleczar, M. J. Dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta:

Univeristas Indonesia

Prakash, Om., K.Rajesh.,Anurag,M. dan Rajiv, G. 2009. Artocarpus heterophyllus

(Jackfruit): An overview. India : Review Article Vol.3 Issue 6 page 353-

358

Rahman,M.F.2008. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya Pada Ikan

Gurami Yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Fakultas

Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah

Padmawinata K. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Rukmana, R. 2008. Budidaya Nangka. Yogyakarta: Kanisius

Sismeiro.1998. Aeromonas hydrophila Adenylyl Cyclase: a New Class of Adenylyl

Cyclase with Thermophilic Properties and Sequences Similiarities to

Proteins From Hyperthermophilic Archaebacteria. J Bakteriol 180:

3339-3344.

Sudarma, J. H. 2012. Pembibitan Tanaman Buah Mudah Murah & Hasil

Melimpah. Jakarta : Bola Bintang Publishing.

31

Sukamto. 2007. Cara-Cara Pengobatan Ikan dengan Menggunakan Ekstrak

Tanaman Herbal. Warta Puslitbangbun. Vol. 13 No. 3

Sugoro, I.I. Gobel, N. Lelananingtyas dan W. T. Sasongko. 2004. Pengaruh

Variasi Konsentrasi Tanin Terhadap Produksi Gas Secara In Vitro.

Prosding Presentasi Ilmiah Keselamatan dan Radiasi Lingkungan X.

Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi. Batan.

Sunarjono, H. 2010. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya

Tarigan J. Br., Zuhra, J. F. dan Sihotang, H. 2008. Skirining Fitokimia Tumbuhan

Yang Digunakan Oleh Pedagang Jamu Gendong Untuk Merawat

Kulit Wajah Di Kecamatan Medan Baru. Sumatra : Universitas Sumatara

Utara.

Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Jakarta :

PT AgroMedia Pustaka.

Lampiran 1. Nilai Presentase Sintasan Ikan Uji, Analisis Data dengan Anova, dan Uji

Lanjut BNT

Sintasan Ikan Uji

PERLAKUAN ULANGAN

JUMLAH RATA-

RATA I II III

A 70 80 80 230 76,67

B 80 70 80 230 76,67

C 90 100 100 290 96,67

D 90 90 80 260 86,67

JUMLAH 330 340 340 1010 84,17

Tabel Annova

SK DB JK KT F.Hit F.Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 3 825 275,00 8 ** 4,07 7,59

Galat 8 266,67 33,33

Total 11 1091,67

KK 7%

Uji Lanjut BNT

PERLAKUAN

RATA-

RATA KET.

A 76,67 A

B 76,67 A

C 96,67 B

D 86,67 B

JUMLAH PER = 4

JUMLAH KEL = 3

FAKTOR KOR= 85008,33

SUMSQ TOT = 86100

SUMSQ KEL = 340100

SUMSQ PER = 257500

Nilai T. Tabel 2,31

Nilai Pembanding

BNT 2,69

Lampiran 2. Parameter Kualitas Air Ikan Mas (Cyprinus caprpio. L)

Perlakuan Konsentrasi Suhu pH DO Amoniak

A 20 28 7.50 5.3 0.06

B 30 28 7.70 5.8 0.06

C 40 28 7.75 5.9 0.07

D Kontrol 28 7.51 5.3 0.07

Lampiran 3. Foto Kegiatan

Gambar 1. Mencuci akuarium

Gambar 2. Pengisian air pada akuarium

Gambar 3. Perendaman dengan laritan NaCl

Gambar 4. Penimbangan

Gambar 5. Menghaluskan daun nangka

Gambar 6. pH meter

Gambar 7. Pengukuran kualitas air

Gambar 8. Spoit dan A. Hydrophilla Gambar 9. Penginfeksian

Gambar 10.Ekstrak daun nangka

Gambar 11. Ekstrak daun nangka ynag siap dituangkan ke wadah perlakuan

Gambar 12. Penuangan ekstrak daun nangka

Gambar 13. Pengamatan gejala klinis

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tangga 14 November 1991 di Desa

Salemba kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Propinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak terahir

dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Zainuddin

dan Ibunda Ramliah. Pada tahun 1998 penulis bersekolah

di SDN 12 Babana dan tamat pada tahun 2004. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP Negri 1

Bulukumba dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

ke SMA Negri 1 Ujung Loe penulis pernah aktif pada organisasi OSIS dan tamat

pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk program studi Budidaya

Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Selama mengikuti

perkuliahan, penulis pernah magang di instalasi Pembenihan Udang Windu Barru,

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros Sulawesi Selatan.

Penulis juga pernah mengikuti kuliah kerja profesi (KKP) di Kecamatan Tanete Rilau

Kabupaten Barru. Penulis pernah menjadi Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan

(HMJ).

Atas berkat rahmat Allah Swt, disertai perjuangan keras dan dorongan

semangat dari orangtua, keluarga tercinta, serta kedua dosen pembimbing, penulis

akhirnya dapat menyelesaikan Studi pada tahun 2014, Penulis telah melaksanakan

penelitian di Balai Benih Ikan (BBI) Bontomanai, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan,

pada bulan Juni sampai dengan Bulan Juli dan memilih judul “Efektivitas Ekstrak

Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) untuk Pengobatan infeksi Bakteri

Aeromonas hydrophila Pada Benih Ikan Mas Cyprinus carpio L”.