skripsi dukungan sosial dan konsep diri...

82
SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK (Studi pada Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) Oleh: Amalia Dianah I34052675 Dosen Pembimbing: Ratri Virianita, S. Sos, MSi. DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: phamkhuong

Post on 03-Feb-2018

279 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

SKRIPSI

DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK (Studi pada Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor)

Oleh:

Amalia Dianah

I34052675

Dosen Pembimbing:

Ratri Virianita, S. Sos, MSi.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011 

Page 2: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

ABSTRACT

AMALIA DIANAH. SOCIAL SUPPORT AND SELF CONCEPT OF THE CHILD WORKERS. A Study on The Child Workers in Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. (Supervised by RATRI VIRIANITA).

The objective of this study is to know the child workers profile and to analyze the correlation between the social support and self concept of the child workers. The research was conducted in Desa Bojong Rangkas, a village which has the highest amount of child workers in Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Quantitative approach with survey method was used on 32 child workers. The respondents were selected by Quota sampling technique based on its conformity to the population in the operational definition. The primary data were collected by distributing questionnaire immediately to the respondents. Questionnaire of identity was used to select the respondents and analyze their profile. Questionnaire of social support and self concept were used to get the description of social support and self concept of the child workers. The data from questionnaire were catagorized by interval scale and analyzed by Pearson Product Moment Correlation using SPSS 17,0 version.

Keywords: Social support, self concept

Page 3: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

RINGKASAN

AMALIA DIANAH. DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK. Studi pada Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. (Di bawah bimbingan RATRI VIRIANITA).

Masalah kemiskinan masih menjadi masalah nasional di Indonesia. Hidup dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) rendah menyebabkan berbagai cara dilakukan oleh keluarga untuk mempertahankan hidup, salah satunya dengan mempekerjakan anak. Dalam beberapa penelitian terdahulu, anak-anak yang lahir dari keluarga dengan SSE rendah ditemukan memiliki konsep diri yang rendah (negatif). Penelitian lain mengenai konsep diri anak jalanan menemukan konsep diri positif pada sebagian besar anak jalanan, meskipun berasal dari keluarga dengan SSE rendah. Penulis menduga dukungan sosial dapat menjadi variabel yang membuat anak dari keluarga dengan SSE rendah memiliki konsep diri positif, sehingga dapat memandang masa depan dengan optimis.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan profil pekerja anak dan mempelajari hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri yang dimiliki pekerja anak. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa Bojong Rangkas dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan pusat kerajinan tas dan dompet di Bogor, yang tercatat sebagai Desa dengan jumlah pekerja anak terbanyak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Responden berjumlah 32 orang yang dipilih menggunakan teknik Quota Sampling, berdasarkan kesesuaiannya dengan populasi. Populasi penelitian adalah pekerja anak di Desa Bojong Rangkas yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah, memiliki pekerjaan rutin, dan menerima upah dari pekerjaan tersebut. Pengumpulan data primer dilakukan dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada responden. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dikategorikan menggunakan skala interval, untuk dianalisis dengan uji parameter Pearson Product Moment Correlation (Korelasi Pearson) menggunakan SPSS versi 17,0.

Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah berjumlah 32 orang, terdiri dari: 14 laki-laki dan 18 perempuan. Ayah pekerja anak berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 62,5 persen berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), sedang 37,5 persen lainnya berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seluruh ibu pekerja anak juga berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 96,9 persen berpendidikan terakhir SD, sedang 3,1 persen sisanya berpendidikan terakhir SMP. Sebagian besar pekerja anak, yaitu sebanyak 94 persen memiliki tingkat pendidikan rendah, sedang enam persen pekerja anak lainnya memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu lulusan SMA. Dalam keluarga pekerja anak hanya ayah yang bekerja. ibu berperan sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan orang tua pekerja anak berada dibawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor, begitu pula dengan pekerja anak. Jumlah pendapatan yang diterima pekerja anak tidak ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan, melainkan berdasarkan lama pengalaman kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Page 4: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

iii 

 

Sebagian besar pekerja anak, baik laki-laki maupun perempuan memiliki konsep diri positif. Pandangan pada aspek diri fisik, diri personal, diri keluarga, diri sosial, dan kepuasan diri yang dimiliki sebagian besar pekerja anak juga positif. Persentase pekerja anak perempuan yang memiliki konsep diri positif lebih tinggi dibandingkan pekerja anak laki-laki. Dari keempat aspek diri yang menyusun konsep diri, persentase pekerja anak laki-laki yang memiliki pandangan positif pada aspek diri keluarga mencapai persentase tertinggi dibandingkan pada aspek diri lainnya, yaitu sebanyak 85,7 persen. Jumlah pekerja anak perempuan yang memiliki pandangan positif pada aspek-aspek diri yang dimiliki menunjukkan persentase tertinggi pada aspek diri personal dan kepuasan diri, yaitu sebanyak 88,9 persen. Tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan konsep diri pekerja anak. Tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan pekerja anak juga tidak berhubungan dengan konsep diri yang dimiliki.

Seluruh pekerja anak memiliki dukungan sosial yang kuat dengan proporsi yang berbeda-beda pada setiap jenis dukungan. Tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan tidak berhubungan dengan dukungan sosial yang dimiliki pekerja anak. Pekerja anak yang semula diduga memiliki dukungan instrumental rendah, ternyata sebagian besar justru memiliki dukungan instrumental yang kuat. Dari keempat jenis dukungan sosial, pekerja anak memiliki dukungan kuat dengan persentase tertinggi pada dukungan emosi, yaitu 92 persen untuk pekerja anak laki-laki dan 100 persen untuk pekerja anak perempuan.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan searah yang signifikan pada α=0,01 antara dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak. Dengan demikian semakin kuat dukungan sosial pekerja anak, semakin positif konsep diri yang dimilik, maka hipotesis diterima. Terdapat pula hubungan searah yang signifikan pada α=0,01 antara dukungan sosial dan aspek diri fisik, diri keluarga, diri sosial, dan kepuasan diri yang dimiliki pekerja anak.

Terdapat hubungan searah yang signifikan pada α=0,05 antara dukungan instrumental dan konsep diri pekerja anak. Dengan demikian semakin kuat dukungan instrumental pekerja anak, semakin positif konsep diri yang dimiliki. Terdapat hubungan searah yang signifikan pada α=0,01 antara dukungan emosi dan konsep diri pekerja anak. Dengan demikian semakin kuat dukungan emosi pekerja anak, semakin positif konsep diri yang dimiliki. Maka hipotesis diterima. Dukungan penghargaan ditemukan tidak berhubungan dengan konsep diri pekerja anak. Maka hipotesis ditolak.

Dukungan sosial terbukti memiliki hubungan searah dengan konsep diri pekerja anak. Karena itu anak yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah perlu diberi dukungan yang kuat, sehingga dapat memiliki konsep diri positif. Mengingat profil pekerja anak menunjukkan bahwa keluarga pekerja anak tidak memandang penting pendidikan, wawasan mengenai pentingnya pendidikan perlu diberikan. Pemberian dukungan yang kuat disertai wawasan mengenai pentingnya pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi yang memiliki konsep diri lebih positif dan SSE yang lebih tinggi.

Page 5: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK (Studi pada Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor)

Oleh:

Amalia Dianah

I34052675

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011 

Page 6: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul Skripsi : Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak (Studi

pada Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa : Amalia Dianah

Nomor Mahasiswa : I34052675

Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ratri Virianita, S.Sos, MSi NIP. 19700617 200501 2001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus: _____________________

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Page 7: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK (STUDI PADA

PEKERJA ANAK DI DESA BOJONG RANGKAS, KECAMATAN CIAMPEA,

KABUPATEN BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA

SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH

DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI

SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, 25 Januari 2011

Amalia Dianah I34052675

Page 8: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 6 Mei 1987 sebagai anak kedua dari tujuh

bersaudara pasangan suami istri, Drs. Minjali AS dan Dra. Gustinaningsih. Pada

tahun 1998 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar dari SDN Bunul Rejo

7 Malang, Jawa Timur. Penulis sempat melanjutkan satu tahun studi di SMPN 3

Malang, Jawa Timur, kemudian meneruskan pendidikan Madrasah Tsanawiyah di

Pondok Pesantren hingga tahun 2002. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Plus PGRI Cibinong dan lulus pada tahun 2005

dengan predikat “The Best Student in Linguistic Verbal”. Pada tahun 2005

tersebut penulis diterima masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa

IPB (USMI) dan menjalankan studi sebagai mahasiswa Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.

Penulis memiliki beberapa prestasi di bidang pidato Bahasa Indonesia,

Inggris, dan Arab sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan

Tinggi. Penulis memiliki pengalaman kerja sebagai penyiar radio dan pembawa

acara pada tahun 2004-2005. Selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas

(SMA) penulis aktif sebagai sekretaris Majelis Perwakilan Kelas (MPK) periode

2002-2003, wakil ketua Ekstrakurikuler Agama Islam (EKSIS) periode 2002-

2003, dan ketua Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) periode 2003-2004. Semasa

kuliah, sejak tahun 2005 penulis aktif dalam organisasi Internasional Association

of Students in Agriculture and Related Sciences (IAAS) LC IPB, sebagai staf

Human Resources Development Department (2006-2007) dan sekretaris divisi

Science and Technology Department (2007-2008). Pada tahun 2007 penulis

tergabung dalam IPB Debating Community (IDC). Selama kuliah penulis juga

memiliki pengalaman kerja sebagai guru privat beberapa mata pelajaran SD dan

SMP, penerjemah, serta membangun bisnis jaringan dalam organisasi bisnis

Unicore. Penulis bergabung menjadi staf pengajar pada Islamic Boarding Al

Umanaa pada tahun 2009. Sejak tahun 2010 hingga saat penyelesaian skripsi,

penulis menjabat sebagai Penanggung Jawab Urusan Kesiswaan dan Hubungan

Masyarakat Islamic Boarding Al Umanaa.

Page 9: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak (Studi pada Pekerja Anak di

Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)”. Pokok

permasalahan yang dikaji berkaitan dengan konsep diri dan dukungan sosial

pekerja anak. Status Sosial Ekonomi (SSE) rendah menyebabkan banyak anak di

Desa Bojong Rangkas harus bekerja membantu orang tua dan kehilangan

kesempatan bersekolah. Penelitian terdahulu memaparkan bahwa SSE keluarga

yang rendah menyebabkan individu memiliki konsep diri yang negatif pula.

Penulis menduga dukungan sosial berpotensi membentuk konsep diri positif pada

anak. Untuk itu penulis mengkaji dukungan sosial dan konsep diri pada pekerja

anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Ratri Virianita, S. Sos, MSi

selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan dan saran-saran yang sangat

berharga selama proses penulisan Studi Pustaka, proposal, dan laporan penelitian.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada aparat Desa Bojong Rangkas, Indri,

dan seluruh pekerja anak atas kerja sama yang diberikan dalam pengumpulan

data. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis,

Bapak Drs. Minjali AS dan Ibu Dra. Gustinaningsih, atas dukungan yang telah

diberikan. “Arigato” kepada saudari Nunik Ariyani, Nirmala Dewi, Septiani

Wesman, seluruh civitas Pondok Mawar Kencana, dan teman-teman mahasiswa

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas dukungan yang

diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian laporan penelitian. Tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih untuk Iezham, yang telah membantu penulis

menyelesaikan slide presentasi pada detik-detik menjelang ujian skripsi. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian terkait anak selanjutnya,

khususnya yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah.

Bogor, 25 Januari 2011

Amalia Dianah

Page 10: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 4

1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................... 4

BAB II PENDEKATAN TEORITIS............................................................... 5

2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................ 5

2.1.1 Pekerja Anak....................................................................... 5

2.1.1.1 Definisi dan Hak-Hak Anak................................ 5

2.1.1.2 Tinjauan Hukum dan Psikososial Anak............... 6

2.1.2 Konsep Diri........................................................................ 7

2.1.2.1 Definisi dan Pembentukan Konsep Diri............... 7

2.1.2.2 Konsep Diri Anak................................................ 8

2.1.2.3 Pengukuran Konsep Diri...................................... 11

2.1.3 Status Sosial Ekonomi........................................................ 14

2.1.3.1 Definisi Status Sosial Ekonomi............................ 14

2.1.3.2 Upah Minimum Regional..................................... 15

2.1.4 Dukungan Sosial................................................................. 16

2.1.4.1 Definisi dan Jenis dukungan Sosial................. 16

2.1.4.2 Pengukuran Dukungan Sosial.............................. 18

2.2 Kerangka Pemikiran...................................................................... 18

2.3 Hipotesis Penelitian....................................................................... 21

2.4 Definisi Operasional...................................................................... 21

BAB III PENDEKATAN LAPANG.................................................................. 25

3.1 Metode Penelitian.......................................................................... 25

3.2 Teknik Pemilihan Sampel.............................................................. 25

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 26

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................... 26

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN.............................................. 28

284.1 Gambaran Desa Bojong Rangkas...................................................

Page 11: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

4.2 Gambaran Industri Tas dan Dompet.............................................. 29

32BAB V PROFIL PEKERJA ANAK................................................................

5.1 Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin..................................... 32

5.2 Tingkat Pendidikan........................................................................ 33

5.2.1 Tingkat Pendidikan Orang Tua Pekerja Anak................... 34

345.2.2 Tingkat Pendidikan Pekerja Anak.....................................

5.3 Pendapatan Orang Tua Pekerja Anak............................................. 35

5.4 Kondisi Kerja dan Pendapatan Pekerja Anak................................ 37

BAB VI GAMBARAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK............................ 40

406.1 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin................

6.2 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Pendidikan..................... 44

6.2.1 Pendidikan Pekerja Anak.................................................... 45

6.2.2 Pendidikan Orang Tua Pekerja Anak.................................. 45

6.3 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Pendapatan..................... 46

47

47

49

51

52

53

54

54

55

57

59

6.3.1 Pendapatan Orang Tua........................................................

6.3.2 Pendapatan Pekerja Anak...................................................

BAB VII GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL PEKERJA ANAK.................

7.1 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin.........

7.2 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Pendidikan.............

7.3 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Pendapatan.............

BABVIII HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEPDIRI PEKERJA ANAK......................................................................

8.1 Dukungan Instrumental dan Konsep Diri Pekerja Anak................

8.2 Dukungan Informasi dan Konsep Diri Pekerja Anak.....................

8.3 Dukungan Emosi dan Konsep Diri Pekerja Anak..........................

8.4 Dukungan Penghargaan dan Konsep Diri Pekerja Anak...............

8.5 Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak.......................... 60BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 64

64

66

67

9.1 Kesimpulan.....................................................................................

9.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

Page 12: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Distribusi Penduduk Desa Bojong Rangkas Menurut Struktur Umur Tahun 2009.............................................................................

29

2. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri Tahun 2010....................................................

40

3. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Jenis Kelamin Tahun 2010......................

42

4. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendidikan Pekerja Anak Tahun 2010....

45

5. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendidikan Orang tua Tahun 2010..........

46

6. Jumlah dan Presentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendapatan Orang Tua Tahun 2010........

47

7. Jumlah dan Presentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendapatan Pekerja Anak Tahun 2010...

47

8. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial Tahun 2010............................................

49

9. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial dan Jenis Kelamin Tahun 2010..............

52

10. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial dan Pendidikan Tahun 2010...................

53

11. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Instrumental dan Konsep Diri Tahun 2010.......

54

12. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Dukungan Instrumental dan Konsep Diri Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Tahun 2010...

55

13. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Informasi dan Konsep Diri Tahun 2010...........

57

14. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Emosi dan Konsep Diri Tahun 2010.................

58

15. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Dukungan Emosi dan Konsep Diri Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas.....................................

59

16. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Penghargaan dan Konsep Diri Tahun 2010......

60

17. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial dan Konsep Diri Tahun 2010.................

61

18. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Tahun 2010................

62

Page 13: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

DAFTAR GAMBAR 

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran........................................................................ 20

2. Distribusi Pekerja Anak Menurut Jenis Kelamin, Desa Bojong Rangkas, 2010.................................................................................

32

3. Distribusi Pekerja Anak Menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010...........................................................

34

4. Distribusi Pekerja Anak Menurut Tingkat Pendidikan, Desa Bojong Rangkas, 2010...................................................................

35

5. Distibusi Pekerja Anak Menurut Jumlah Pendapatan Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010..........................................................

36

6. Distribusi Pekerja Anak Menurut Mata Pencaharian Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010..........................................................

37

7. Distribusi Pekerja Anak Menurut Jumlah Pendapatan, Desa Bojong Rangkas, 2010....................................................................

38

Page 14: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kemiskinan masih menjadi masalah nasional di Indonesia. Data

menunjukkan semenjak krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, jumlah

penduduk miskin di Indonesia meningkat dari 22,5 juta jiwa menjadi 49,5 juta

jiwa. Sebanyak 17,6 juta jiwa tinggal di kota dan 31,9 juta jiwa tinggal di

pedesaan (DEPDIKNAS, 2004). Meningkatnya angka kemiskinan ini biasanya

seiring dengan meningkatnya jumlah pengangguran dan kasus kriminalitas.

Hidup dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) rendah dengan

banyaknya tuntutan hidup menyebabkan berbagai cara dilakukan agar dapat

bertahan hidup. Salah satunya dengan melibatkan anak dalam upaya pencarian

nafkah. SSE rendah diidentifikasi sebagai hal yang paling mendasari munculnya

pekerja anak di Indonesia (Asih, 2007). Kemampuan membaca, menulis, dan

sedikit berhitung yang didapatkan di Sekolah Dasar telah dianggap cukup.

Anggapan tersebut menyebabkan banyak anak meninggalkan bangku sekolah

demi berkontribusi bagi pendapatan keluarga.

Anak adalah aset yang sangat berharga, generasi yang akan melanjutkan

estafet kepemimpinan bangsa, sehingga perlu diupayakan agar SSE rendah

keluarga tidak mengorbankan masa depan anak. Perkembangan anak dipengaruhi

oleh lingkungannya. Anak yang dibesarkan dengan dorongan, tumbuh dengan

kepercayaan diri, sedang anak yang dibesarkan dengan cemoohan, tumbuh

dengan rasa rendah diri (Nolte, 1998). Alasan seorang anak yang dikatakan baik

selalu melakukan pekerjaan baik, sedang anak yang dikatakan nakal selalu

melakukan pekerjaan buruk, berkaitan dengan konsep diri anak tersebut. Konsep

diri seorang anak menjadi kerangka acuan bagi anak untuk memahami apapun

yang berhubungan dengan dirinya dan menentukan apa yang akan ia lakukan.

Puspasari (2007) dalam Pramuchtia (2008) merumuskan bahwa faktor

keterbatasan ekonomi dan kelas sosial mempengaruhi konsep diri seorang anak.

Hidup dalam keterbatasan ekonomi dinyatakan akan menimbulkan permasalahan

perkembangan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan aktualisasi diri.

Dijelaskan pula bahwa kesulitan hidup secara finansial/ekonomi akan

Page 15: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

menghasilkan konsep diri yang rendah. Namun Pramuchtia (2008) menemukan

konsep diri positif pada sebagian besar anak jalanan dalam penelitiannya,

meskipun berasal dari keluarga dengan SSE rendah. Hal tersebut menunjukkan

bahwa ada faktor lain yang dapat membantu anak dari keluarga dengan SSE

rendah untuk dapat memiliki konsep diri positif.

Bursteln (n.d.) menyatakan bahwa anak-anak bertingkah laku baik jika

mendapat hadiah atau imbalan sosial dari orang tuanya, namun bertingkah laku

buruk jika tidak mendapat pengakuan atas kerjasama yang telah dilakukan.

Seorang anak yang diberi cap “pemalas”, “tidak berguna”, dan “tidak ada harapan

lagi” oleh guru-guru dan orang tuanya atas keterlambatannya dalam pelajaran

berhitung, akan semakin membenci pelajaran tersebut atau bahkan menghentikan

usahanya sama sekali. Sebaliknya, jika anak tersebut mendapat sikap positif dan

penghargaan untuk setiap jenis pekerjaan hitungan yang dapat dilakukannya

tanpa kesulitan, kemampuannya dalam berhitung akan meningkat, walaupun ia

tidak akan menjadi jenius. Peristiwa tersebut menunjukkan betapa perhatian dan

penghargaan dari guru dan orang tua mempengaruhi tingkah laku anak.

Heller (n.d.) dalam Sarason et al. (1983) memaparkan bahwa informasi

atau tindakan yang menyebabkan individu merasa diperhatikan, memiliki nilai,

dan tempat untuk mendapatkan pertolongan dari orang lain pada saat

membutuhkan, diartikan sebagai dukungan sosial. Perhatian dan penghargaan

dari guru dan orang tua pada contoh di atas dapat digolongkan sebagai bentuk

dukungan sosial. Mengingat tingginya angka kemiskinan di Indonesia

menunjukkan banyaknya jumlah anak yang lahir dari keluarga dengan SSE

rendah, perlu diupayakan agar anak-anak tersebut dapat memiliki konsep diri

positif. Oleh karena itu hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri pada

anak dari keluarga dengan SSE rendah menjadi menarik untuk dikaji.

Asih (2007) menemukan bahwa fenomena pekerja anak dari keluarga

dengan SSE rendah turut menambah jumlah anak putus sekolah. Berdasarkan

informasi dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans)

Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat, Program Pengurangan Pekerja Anak guna

mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) telah dilaksanakan pada

tahun 2007 di Kabupaten Bogor. Tujuan program ini adalah untuk menarik anak-

Page 16: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

anak yang terpaksa bekerja, padahal seharusnya masih mengenyam pendidikan.

Kecamatan Ciampea dinyatakan sebagai salah satu kecamatan yang memiliki

jumlah pekerja dibawah umur terbanyak di Kabupaten Bogor berdasarkan data

PKH 2007, yang terpusat di Desa Bojong Rangkas. Melalui PKH 2007, pekerja

dibawah umur di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea dinyatakan telah

berhasil dihapuskan dan usia pekerja bergeser ke usia anak-anak. Penelitian

International Labor Organization (ILO) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada

2009 di 248 kabupaten/kota dengan 760 blok sensus menemukan banyak anak-

anak bekerja, terutama anak usia 5-17 tahun di Indonesia

(http://ekerala.net/r.php?url=http://www.poskota.co.id/beritaterkini/2010/05/14/il

o-prihatinkan-pekerja-anak&title=pekerja%20anak&type=web). Mengingat anak

adalah aset yang berharga, masa depan pekerja anak yang terpaksa bekerja untuk

membantu perekonomian keluarga, perlu mendapat perhatian.

1.2 Rumusan Masalah

Konsep diri positif pada seorang anak dapat membantu anak memandang

dan merencanakan masa depannya. Anak dengan konsep diri positif diharapkan

dapat memiliki masa depan yang lebih baik. SSE rendah keluarga dinyatakan

menyebabkan anak memiliki konsep diri negatif. SSE rendah keluarga juga

merupakan alasan utama anak untuk bekerja. Oleh karena itu, perlu diupayakan

agar pekerja anak yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah, dapat memiliki

konsep diri positif. Dukungan sosial dianggap dapat menjadi faktor yang mampu

membantu anak dari keluarga dengan SSE rendah untuk dapat memiliki konsep

diri positif. Karenanya, disusun beberapa permasalahan yang hendak dikaji dalam

penelitian, antara lain:

1. Bagaimana profil pekerja anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor;

2. Bagaimana konsep diri pekerja anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor;

3. Bagaimana dukungan sosial yang dimiliki pekerja anak di Desa Bojong

Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor; dan

4. Bagaimana hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak di

Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor?

Page 17: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan profil pekerja anak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor;

2. Mendeskripsikan konsep diri pekerja anak di Desa Bojong Rangkas,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor;

3. Mendeskripsikan dukungan sosial yang dimiliki pekerja anak di Desa Bojong

Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor;

4. Menganalisis hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak

di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak:

1. Bagi akademisi, penelitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk

penelitian lebih lanjut mengenai pekerja anak, dukungan sosial, dan konsep

diri anak;

2. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan menumbuhkan kesadaran

pentingnya pemberian dukungan sosial guna membentuk konsep diri positif

pada anak;

3. Bagi pemerintah, penelitian diharapkan dapat menjadi referansi dalam

pengambilah keputusan bagi kebijakan-kebijakan terkait dengan anak,

khususnya yang hidup dalam keluarga dengan SSE rendah.

Page 18: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pekerja Anak

Hidup dalam Status Sosial Ekonomi (SSE) rendah menuntut upaya

ekstra bagi keluarga untuk dapat bertahan hidup dengan mengoptimalkan

sumberdaya keluarga, salah satunya anak. Hal ini menyebabkan banyak anak

harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Meski memiliki

penghasilan sendiri di usia muda dapat menjadi suatu kebanggaan, namun

membiarkan anak putus sekolah demi bekerja bukanlah hal yang bijak. Anak

memiliki hak-hak yang harus dipenuhi untuk dapat melewati fase-fase

perkembangan menuju kedewasaan dengan baik.

2.1.1.1 Definisi dan Hak-Hak Anak

Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1,

menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan

(http://tantrapuan.wordpress.com/2009/05/13/undang-undang-republik-indonesia-

nomor-23-tahun-2002-tentang-perlindungan-anak/). Aristoteles (n.d.) dalam

Willis (2008) membagi fase perkembangan manusia ke dalam: masa kanak-kanak

(0-7 tahun), masa anak sekolah (7-14 tahun), dan masa remaja/puberteit (14-21

tahun). Jersild (1978) dalam Willis (2008) membagi fase-fase perkembangan

menjadi: masa kanak-kanak/early childhood (1-5 tahun), masa anak-anak/middle

childhood (5-12 tahun), masa remaja/adolescence (15-18 tahun), masa dewasa

awal/pre adulthood (18-25 tahun), dan seterusnya. Setiap anak memiliki potensi

yang unik, yang bila dibina dan dikembangkan dengan benar dapat turut

memberikan sumbangsih pada dunia, karenanya menjadi tantangan bagi orang tua

dan pendidik untuk menyingkirkan hambatan yang menghalangi jalan anak

menggapai impian (Armstrong, n.d. dalam Ellys J., n.d.).

Pada abad pertengahan terdapat berbagai pandangan lingkungan terhadap

anak, antara lain sebagai miniatur orang dewasa, anak sebagai orang yang

berdosa, anak sebagai kertas yang masih kosong (tabularasa), anak sebagai

tanaman yang tumbuh, anak sebagai milik, dan anak sebagai investasi orang tua,

Page 19: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

masyarakat, dan bangsa di masa depan (Patmonodewo, 2003). Pandangan-

pandangan tersebut kerap membuat anak diperlakukan sewenang-wenang tanpa

diperhatikan hak-haknya. Tahun Internasional Anak yang disponsori oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1979 membantu mengarahkan

perhatian dunia pada anak. Deklarasi PBB terhadap hak anak meliputi hak untuk:

memperoleh kasih sayang, cinta, dan pengertian; mendapatkan gizi dan

perawatan kesehatan; mendapatkan kesempatan bermain dan berekreasi;

memiliki nama dan kebangsaan; mendapat perawatan khusus bila cacat; belajar

agar menjadi warga negara yang berharga; hidup dalam kedamaian dan

persaudaraan; tidak dibedakan dan didiskriminasikan (Patmonodewo, 2003).

2.1.1.2 Tinjauan Hukum dan Psikososial Pekerja Anak

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan melarang

pengusaha mempekerjakan anak. Definisi pekerja menurut UU No.13 Tahun

2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 1 adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Depnakertrans, 2008). Adapun

usia kerja di Indonesia dimulai dari usia 15 tahun. Anak berusia 13-15 tahun

mendapat pengecualian untuk dapat bekerja hanya pada pekerjaan ringan

sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan

sosial, sebagaimana dijelaskan dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 69, dengan

syarat: (a) memiliki izin tertulis dari orang tua; (b) terdapat perjanjian antara

pengusaha dengan orang tua atau wali; (c) waktu kerja maksimum 3 jam; (d)

dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; (e) keselamatan

dan kesehatan kerja terjamin; (f) adanya hubungan kerja yang jelas; dan (g)

menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun ketentuan a, b, f,

dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya

(Depnakertrans, 2008).

Mengenai keterlibatan anak dalam dunia kerja di atur pula dalam UU

No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 70 dan 71 (Depnakertrans,

2008). Anak berusia minimal 14 tahun dinyatakan boleh bekerja di tempat kerja

jika merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan

oleh pejabat yang berwenang. Anak diperkenankan bekerja untuk

mengembangkan bakat dan minatnya atas pengawasan langsung orang tua/wali

Page 20: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

dengan waktu kerja tidak lebih dari 3 jam sehari, dalam kondisi dan lingkungan

kerja yang tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu

sekolah. Selain itu, tempat kerja bagi anak-anak yang bekerja bersama-sama

orang dewasa harus dipisahkan.

Asih (2007) dalam penelitiannya menemukan pekerja anak yang berada

dalam karakteristik usia 9 sampai 15 tahun, yaitu usia Sekolah Dasar (SD) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anak dikerahkan bekerja karena sumberdaya

keluarga merupakan sumberdaya satu-satunya yang dimiliki warga miskin untuk

bertahan hidup (Baskara, 2010). Baskara (2010) menemukan adanya perbedaan

secara psikososial antara anak yang bekerja dan yang tidak bekerja, yang terlihat

dari cara bersikap, pola pikir, serta keadaan psikologis. Pekerja anak mengalami

kedewasaan dini, pernikahan dini, perceraian dini, serta kurang mandiri akibat

tidak dapat lepas dari campur tangan orang tua sebagai pengambil keputusan.

2.1.2 Konsep Diri

2.1.2.1 Definisi dan Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri merupakan suatu konseptualisasi yang dilakukan individu

terhadap dirinya sendiri (Burns, 1984). Raimy (1948) dalam Burns (1984)

menyatakan bahwa konsep diri merupakan suatu sistem persepsi yang dipelajari,

yang berfungsi sebagai suatu obyek di dalam lapangan persepsi. Senada dengan

Raimy Rogers (1947) dalam Burns (1984) mengungkapkan bahwa konsep diri

merupakan organisasi dari persepsi-persepsi diri. Kelly (1995) dalam Burns

(1984) mengemukakan bahwa sebagai hasil dari pengalaman, masing-masing

individu mengembangkan konsepsi-konsepsi diri yang kompleks, suatu jaringan

dan hierarki dari struktur-struktur kognitif hingga ia sampai pada keputusan

mengenai tingkah laku yang paling tepat digunakan dalam menghadapi situasi

saat ini dan di masa depan. Konsep diri dapat dilihat dari aspek kemampuan fisik,

penampilan fisik, hubungan dengan lawan jenis, hubungan dengan teman berjenis

kelamin sama, hubungan dengan orang tua, kejujuran dan kepercayaan terhadap

orang lain, kestabilan emosi, dan kemampuan akademis (Puspasari, 2007 dalam

Pramuchtia, 2008).

Konsepsi-konsepsi diri berasal dari berbagai hal, lima hal yang tampak

sangat penting, meskipun kepentingan relatifnya berbeda dalam masa yang

Page 21: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

berbeda sepanjang kehidupan adalah kesan tubuh, bahasa, umpan balik dari

significant others, identifikasi model peran seks dan stereotip, serta pola asuh

orang tua (Burns, 1984). Konsep diri dapat relatif sentral atau periferal

(Sedikides, 1995 dalam Baron & Byrne, 2004). Konsepsi diri sentral akan

bertahan pada diri individu dalam situasi apapun, sedang konsepsi diri periferal

dipengaruhi oleh manipulasi suasana hati. Dengan demikian orang yang berpikir

bahwa dirinya sangat cerdas dan menarik (sentral) tetapi hanya sedang-sedang

saja dalam kekuatan fisik (periferal), akan tetap merasa sangat menarik dan

cerdas ketika sedang sedih, namun akan kurang menghargai kemampuan

fisiknya.

Pembentukan persepsi-persepsi berasal dari tiga perspektif mengenai diri

yaitu diri yang merupakan dasar diri, diri sosial, dan diri ideal (Burns, 1984). Diri

dasar adalah konsep pribadi apa adanya sebagaimana yang dipikirkan oleh

individu itu sendiri. Diri sosial merupakan perspektif diri yang berasal dari

penilaian-penilaian orang lain. Diri ideal adalah pribadi yang diharapkan individu

ada pada dirinya. Semakin individu merasa dirinya mirip dengan seseorang yang

ia anggap ideal, semakin bisa ia memenuhi kebutuhan sekundernya.

Pembentukan konsep-konsep diri ini memudahkan interaksi sosial sehingga

individu yang bersangkutan dapat mengantisipasi reaksi-reaksi orang lain.

Adapun ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri merupakan hasil

dari usaha individu untuk mempertahankan diri yang telah ada dari ancaman

pengalaman-pengalaman yang tidak konsisten dengannya, mengarah pada

persepsi memilih-milih dan distorsi atau penolakan pengalaman, karena

pengalaman tersebut diinterpretasikan sebagai yang keliru sehingga tidak patut

diikuti.

2.1.2.2 Konsep Diri Anak

Pada seorang anak, diri ideal dapat diasumsikan penting seketika setelah

ia menginternalisasikan nilai-nilai dari model-model identifikasinya.

Ketidaksesuaian antara diri dan diri ideal meningkat pada anak usia 8 sampai 13

tahun seiring dengan meningkatnya kesadaran anak terhadap standar-standar

orang tua dan masyarakat (Jorgensen & Howell, 1969 dalam Burns, 1984). Diri

ideal bagi seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lebih lanjut

Page 22: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

 

Burns (1984) menjelaskan bahwa anak-anak dan muda-mudi dari keluarga

dengan SSE rendah tertinggal di belakang anak-anak yang berasal dari keluarga

dengan SSE menengah dalam melangkah maju ke tahap seleksi menjadi orang

dewasa penuh pesona sebagai diri idealnya. Davie, Butler, dan Goldstein (1972)

dalam Burns (1984) menemukan bahwa anak-anak, baik laki-laki maupun

perempuan dari kelas pekerja memperlihatkan karakteristik kepribadian yang

diasosiasikan dengan rendahnya harga diri, seperti depresi, menarik diri, dan

agresi sampai ke tahap yang jauh lebih luas dari anak-anak dari kelas menengah.

Selain itu, dalam beberapa wilayah kompetensi akademis tertentu anak-anak dari

kelas pekerja berprestasi lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak dari kelas

menengah. Hal ini mengindikasikan terhalangnya anak-anak dari kelas pekerja

dalam pencarian harga dirinya karena kurangnya prestasi, penetapan standar-

standar yang kurang jelas, dan kurangnya kompetensi orang tua.

Dahlan (2004) dalam bukunya mengungkapkan perbedaan antara konsep

diri anak dan remaja dari Status Sosial Ekonomi (SSE) rendah dengan yang

berasal dari SSE menengah ke atas, dalam keterkaitannya dengan pola asuh orang

tua. Lebih lanjut Dahlan (2004) memaparkan bahwa orang tua dari kelas bawah

(lower class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering

menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah. Pola asuh

tersebut menyebabkan anak-anak dari kelas bawah cenderung lebih agresif,

independen, dan lebih awal dalam pengalaman seksual. Orang tua dari kelas

menengah (middle class) cenderung lebih memberikan pengawasan dan

perhatian. Para ibu dari kelas menengah merasa bertanggung jawab terhadap

tingkah laku anak-anaknya dan menerapkan kontrol yang lebih halus. Para Ibu

dari kelas menengah juga memiliki ambisi untuk meraih status yang lebih tinggi,

dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan atau latihan

profesional. Berbeda dengan orang tua dari kelas bawah dan menengah, orang tua

dari kelas atas (upper class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya

dengan kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang

reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.

Anak-anak dari kelas atas cenderung memiliki rasa percaya diri, dan cenderung

bersikap memanipulasi aspek realitas. Adapun pengaruh SSE terhadap pola asuh

Page 23: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

10 

 

orang tua sebagaimana diungkapkan Dahlan (2004), orang tua dari SSE rendah

cenderung menekankan kepatuhan kepada figur-figur yang mempunyai otoritas,

sementara orang tua dari SSE menengah dan atas cenderung memberi penekanan

pada pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan kreatifitas anak.

Terdapat sebuah kesepakatan besar bahwa diri ideal sangat dipengaruhi

oleh asosiasi dengan orang lain yang memiliki wibawa karena lebih tua, lebih

berkuasa, dan lebih baik dalam hal mendapatkan apa yang diinginkan dalam

hidup dibandingkan dengan anak atau remaja yang mengobservasinya.

Berdasarkan eksperimen-eksperimen mengenai konsep diri anak dan remaja,

Burns (1984) menyimpulkan bahwa penilaian individu mengenai dirinya berasal

dari penilaian orang lain terhadap dirinya. Pada hakikatnya, jika peran seseorang

diterima, disetujui, dan disukai dan dia menyadarinya, konsep diri positif akan

dimilikinya. Sebaliknya, jika perilaku atau keadaan fisik seseorang diperolok,

diremehkan, ditolak, dan dikritik oleh masyarakat, orang tua, teman sebaya, dan

guru-guru, maka kemungkinan ia memiliki penghargaan yang kecil terhadap

dirinya.

Konsep diri anak-anak serupa dengan pandangan dari orang tua

kepadanya sebagaimana yang diyakini. Tingkat harga diri anak-anakpun sangat

berhubungan dengan tingkat penghargaan yang diberikan oleh orang tua (Jourard

& Remy, 1955; Helper, 1955 dalam Burns, 1984). Sebagai contoh, anak-anak

yang diasuh oleh orang tua yang selalu mengkritik, memperolok, dan

membandingkan dengan anak-anak lain mengenai hal-hal yang tidak

mengenakkan, dikenal sebagai anak-anak yang kurang bertanggung jawab.

Perkembangan kualitas kepemimpinan ternyata juga dikaitkan dengan derajat

perlindungan orang tua. Over protection (perlindungan yang berlebih) merusak

kepercayaan diri dan kemampuan anak dalam menilai dirinya sendiri. Sears,

Maccoby, dan Levin (1957) dalam Burns (1984) mencatat bahwa pola asuh yang

berorientasi kasih sayang, yang menggunakan pujian dan penarikan kasih sayang

menghasilkan anak-anak dengan hati nurani yang kuat, dibandingkan dengan pola

asuh berorientasi fisik, yang menggunakan penghargaan dan hukuman.

Pola asuh anak tampak sangat penting dalam perkembangan konsep diri,

karena:

Page 24: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

11 

 

1. Konsep diri merupakan hal yang dipelajari,

2. Sebagian besar pembelajaran ini berasal dari umpan balik significant others,

terutama orang tua,

3. Orang tua hadir sangat konsisten pada tahun-tahun permulaan yang penting

dari kehidupan anak,

4. Anak memiliki ketergantungan fisik, emosional, dan sosial pada orang tua,

sehingga orang tua berada pada posisi unik dalam mempengaruhi anak

mempelajari mengenai dirinya.

Sears (1970) dalam Burns (1984) pada sebuah studi terhadap anak berusia 11

tahun menghubungkan konsep diri dengan ukuran keluarga yang kecil, urutan

lebih awal dalam posisi kelahiran di keluarga, dan kehangatan dari orang tua.

Berdasarkan teori-teori konsep diri yang ditemukan, konsep diri pekerja anak

merupakan organisasi persepsi diri pekerja anak mengenai dirinya sendiri. SSE

keluarga pekerja anak yang rendah dapat menyebabkan pekerja anak memiliki

konsep diri negatif.

2.1.2.3 Pengukuran Konsep Diri

Burns (1984) memaparkan bahwa terdapat dua metode umum yang bisa

digunakan untuk mengukur konsep diri individu, yaitu dengan: a) memberikan

kesempatan bagi individu bersangkutan untuk melaporkan dirinya sendiri dalam

bentuk respon terhadap pernyataan-pernyataan mengenai konsep diri maupun

elemen spesifik dari konsep diri yang dimiliki, yang biasanya diberi kode agar

dapat dilakukan penghitungan; b) mengamati tingkah laku individu yang

dilakukan oleh seorang ataupun sejumlah pengamat eksternal. Enam metode

pelaporan diri yang dapat digunakan adalah: rating scales (skala bertingkat),

dimana subyek merespon pernyataan-pernyataan yang umumnya diberi label

“tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, hingga “selalu”; check list,

dimana subyek mencocokkan kata sifat atau pernyataan-pernyataan yang

menggambarkan dirinya; Q sorts, yaitu penyortiran pernyataan-pernyataan

mengenai konsep diri yang terdapat dalam kartu; unstructured and free response

method, dimana subyek diminta untuk menceritakan dirinya dengan melengkapi

kalimat atau menulis sebuah esai; projective techniques, yaitu metode yang

Page 25: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

12 

 

digunakan untuk mengukur konsep diri yang tidak disadari; wawancara yang

digunakan dalam konseling dan studi-studi psikoterapi.

Puspasari (2007) dalam Pramuchtia (2008) memaparkan bahwa konsep

diri anak dan remaja dapat dilihat dari berbagai aspek konsep diri meliputi

kemampuan fisik, penampilan fisik, hubungan dengan lawan jenis, hubungan

dengan teman yang berjenis kelamin sama, hubungan dengan orang tua, kejujuran

dan kepercayaan terhadap orang lain, kestabilan emosi, kemampuan akademis,

dan konsep diri umum. Konsep diri kemampuan fisik didefinisikan sebagai

kemampuan seseorang untuk mendeskripsikan dirinya dalam melakukan kegiatan

yang bersifat menguji kemampuan fisik. Konsep diri berkaitan dengan

penampilan fisik merupakan deskripsi seseorang terhadap penampilan fisiknya.

Konsep diri dalam hubungan dengan lawan jenis dan teman berjenis kelamin

sama merupakan deskripsi diri yang berkaitan dengan proses sosial dengan

lawan jenis dan teman yang berjenis kelamin sama. Konsep diri kestabilan emosi

berkaitan dengan proses pengendalian emosi pada diri individu. Konsep diri

akademis umum merupakan konsep diri akan kemampuan akademis atau

keberhasilannya di sekolah. Konsep diri umum merupakan generalisasi

pemahaman konsep diri tanpa spesifik melihat deskripsi khusus, yang digunakan

untuk melihat kemampuan menghargai diri sendiri dan membangun rasa percaya

diri.

Piers dan Harris (1964) dalam Burns (1984) mengembangkan sebuah

instrumen pengukuran konsep diri anak-anak dalam wilayah usia 8-16 tahun

dengan menggunakan rating scale dengan bentuk pilihan jawaban “ya” dan

“tidak”. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan yang secara seimbang dibagi

ke dalam bentuk-bentuk yang positif hingga negatif dan dalam refleksi-refleksi

konsep diri yang positif hingga negatif mencakup aspek penampilan fisik, tingkah

laku sosial, status akademik, depresiasi, ketidakpuasan dan kepuasan terhadap

diri sendiri. Pengembangan skala dari dua pilihan jawaban (“ya” dan “tidak)

menjadi skala pengukuran bertingkat lima dirasa tepat bagi pengembangan skala

Piers-Harris ini di masa mendatang (Burns, 1984).

Fitts (1955) dalam Burns (1984) mengembangkan instrumen pengukuran

konsep diri untuk usia 12 tahun ke atas menggunakan skala pengukuran

Page 26: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

13 

 

bertingkat lima. Instrumen ini terdiri dari dua subskala, yaitu subskala kritik diri

dan subskala positif. Subskala positif terdiri atas 90 pernyataan yang secara

seimbang dibagi ke dalam pernyataan-pernyataan positif hingga negatif.

Pernyataan-pernyataan tersebut menyajikan keseluruhan tingkatan harga diri.

Skor tinggi menggambarkan perasaan bernilai, memiliki harga diri, dan

kepercayaan diri. Skor rendah mengindikasikan keraguan terhadap harga diri,

dengan subyek sebagai orang yang gelisah, depresi, tidak bahagia, dan kurang

percaya diri. Subskala positif ini mengukur: a) Identity (identitas); b) Self

satisfaction (kepuasan diri) – bagaimana persepsi individu terhadap apa yang

dirasakan mengenai dirinya; c) Behaviour (tingkah laku) – bagaimana individu

mempersepsikan tingkah laku dirinya sendiri; d) Physical self (diri fisik) –

bagaimana individu memandang kesehatan, tubuh, dan penampilannya; e) Moral

/ ethical self (diri etis) - bagaimana individu memandang nilai moral dirinya; f)

Personal self (diri pribadi) – bagaimana individu menilai kecakapan dirinya

sebagai sebuah pribadi; g) Family self (Diri keluarga) – bagaimana individu

mempersepsikan dirinya mengacu pada orang-orang terakrab dan terdekatnya; h)

Social self (Diri sosial) – bagaimana individu mempersepsikan dirinya mengenai

kecakapannya dalam berinteraksi sosial dengan bermacam-macam orang.

Bledsoe (1964, 1967) dalam Burns (1984) mengembangkan instrumen

pengukuran konsep diri untuk usia 7-16 tahun. Instrumen ini berisi tiga puluh

kata sifat yang akan diekspresikan oleh skala bertingkat tiga, untuk menunjukkan

tiga kategori yaitu “nearly always”, “about half the time”, “just now and then”.

Ketiga puluh kata sifat yang dicantumkan menggambarkan dimensi evaluatif,

potensi, dan aktivitas dari semantic differential untuk setiap sepuluh kata. Setiap

sepuluh kata sifat mengenai masing-masing dimensi tersebut terbagi menjadi dua,

yaitu enam kata sifat yang positif, sedang empat lainnya merupakan kata sifat

yang negatif. Instrumen ini dibagi menjadi dua bagian dengan kata sifat yang

sama, bagian pertama diisi oleh subyek berdasarkan penilaian subyek terhadap

sifat yang dimilikinya, sedangkan bagian kedua diisi oleh subyek berdasarkan

penilaian subyek mengenai bagaimana subyek menginginkan sifat tersebut ada

pada dirinya. Hal ini untuk melihat diskrepansi antara diri pribadi dan diri ideal

individu.

Page 27: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

14 

 

Mengingat pekerja anak merupakan pekerja yang berusia di bawah 18

tahun, skala pengukuran konsep diri yang sesuai untuk digunakan adalah skala

Piers-Harris yang dimodifikasi. Pernyataan-pernyataan yang disusun dalam

instrumen pengukuran konsep diri pekerja anak, meliputi aspek diri fisik, diri

pribadi, diri keluarga, diri sosial, dan kepuasan diri. Kelima aspek ini dianggap

cukup mewakili konsep diri pekerja anak. Aspek status akademik dianggap tidak

perlu diukur karena pekerja anak memiliki latar belakang sebagai anak-anak

putus sekolah.

2.1.3 Status Sosial Ekonomi

2.1.3.1 Definisi Status Sosial Ekonomi

Masalah sosial ekonomi menjadi masalah yang penting untuk dikaji,

mengingat manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari interaksi

dengan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sisi lain manusia memerlukan

perbaikan taraf ekonomi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Aspek

sosial ekonomi juga mempengaruhi pendominasian manusia terhadap

sumberdaya alam dan bahkan manusia lainnya. Rendahnya SSE yang sering

disebut sebagai masalah kemiskinan sering menjadikan manusia termarjinalkan

dan dalam kehidupan keluarga masalah kemiskinan dapat menimbulkan masalah-

masalah baru. Adapun karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi jumlah

anggota keluarga, status perkawinan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan

jumlah pendapatan (Dianah, 2010).

Ellis dalam Effendi (1993) menyatakan bahwa kemiskinan dapat

diidentifikasi dalam dimensi ekonomi, sosial, dan politik. Kemiskinan ekonomi

dilihat dari pendapatan dan kebutuhan. Jika pendapatan seseorang atau rumah

tangga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum atau dibawah Upah

Minimum Regional (UMR), rumah tangga tersebut dapat digolongkan sebagai

rumah tangga miskin dengan kategori miskin absolut. Seseorang atau suatu

rumah tangga yang telah dapat mencukupi kebutuhan dasarnya atau memiliki

pendapatan di atas atau sama dengan UMR dapat pula dikategorikan miskin jika

ternyata pendapatannya tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan fisik

minimum yang biasa dipenuhi oleh masyarakat (pendidikan, kesehatan, dan lain-

lain). Konsep ini disebut kemiskinan relatif. Pada dimensi sosial, kemiskinan

Page 28: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

15 

 

diartikan sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur yang mendukung untuk

mendapatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia. Jika faktor penghambat

untuk mendapatkan kesempatan berasal dari luar kemampuan orang tersebut,

maka disebut kemiskinan struktural. Lain halnya dengan kemiskinan politik yang

dinilai dari derajat akses seseorang terhadap kekuasaan (power).

Rendahnya SSE keluarga menimbulkan berbagai fenomena, seperti

meningkatnya jumlah kasus kriminalitas, pekerja anak, dan anak jalanan (Dianah,

2010). Asih (2007) mengungkapkan bahwa faktor karakteristik sosial ekonomi

keluarga meliputi jumlah anggota keluarga, status perkawinan orang tua,

pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua menjadi faktor yang saling terkait

dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dalam menjelaskan

penyebab seorang anak dalam rumah tangga miskin bekerja. Menariknya Asih

(2007) melaporkan bahwa semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, semakin

banyak sumber daya keluarga (anak) yang dikerahkan untuk bekerja. Dari

beberapa karakteristik ekonomi yang diuji, status perkawinan orang tua

ditemukan tidak berhubungan dengan alasan seorang anak bekerja, namun

pendapatan orang tualah yang berhubungan dengan alasan seorang anak bekerja.

Mengingat pekerja anak masih di bawah tanggung jawab orang tua, SSE keluarga

pekerja anak diukur dari karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi tingkat

pendidikan orang tua, dan tingkat pendapatan orang tua.

2.1.3.2 Upah Minimum Regional

Keputusan Gubernur Jawa Barat (2009) nomor 561/Kep.1665-

Bangsos/2009 tentang upah minimum Kabupaten/ Kota di Jawa Barat tahun 2010

memutuskan: 1) Pencabutan keputusan gubernur Jawa Barat nomor 561/Kep.605-

Bangsos/2008 tentang Upah Minimum Provinsi Jawa Barat tahun 2009, nomor

561/Kep.684-Bangsos/2008 tentang Upah minimum kabupaten/kota di Jawa

Barat tahun 2009, nomor 561/Kep.687-Bangsos/2008, dan nomor 561/Kep.694-

Bangsos/2008; 2) Menetapkan besarnya Upah Minimum pada 26 (dua puluh

enam) kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2010; 3) Perusahaan di Jawa Barat

yang telah memberikan upah lebih tinggi dari ketentuan Upah Minimum

kabupaten/kota tidak dibenarkan untuk mengurangi dan/atau menurunkan upah

pekerjanya; 4) Ketentuan pengajuan penangguhan Upah Minimum kepada

Page 29: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

16 

 

Gubernur Jawa Barat bagi perusahaan yang tidak mampu melaksanakan

ketentuan Upah Minimum kabupaten/kota yang telah ditetapkan; 5) Pengawasan

dan pengendalian atas pelaksanaan Upah Minimum kabupaten/kota tahun 2010

dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat dan Bupati/Walikota setempat sesuai

kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; 6) Keputusan

mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010.

Upah Minimum Kabupaten Bogor berdasarkan Keputusan Gubernur

Jawa Barat nomor 561/Kep.1665-Bangsos/2009 ditetapkan Rp 1.056.914,- per

bulan, sedangkan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Bogor ditetapkan Rp

1.109.760,- per bulan. Terdapat 37 industri yang termasuk ke dalam unit kerja

sektoral di Kabupaten Bogor, beberapa diantaranya adalah: Industri makanan dari

cokelat dan kembang gula, industri moulding dan komponen bahan bangunan,

industri kerajinan ukir-ukiran dari kayu kecuali mebeller, industri alat-alat dapur

dari kayu, rotan, dan bambu, dll.

2.1.4 Dukungan Sosial

2.1.4.1 Definisi dan Jenis dukungan Sosial

Lahey (2002) mendefinisikan dukungan sosial sebagai the role played by

friends and relatives providing advice, assistance, and somenone in whom to

confide private feelings. Senada dengan Lahey, Sarason (1983) dalam Anitaliza

(1999) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan kumpulan informasi yang

menyebabkan individu percaya bahwa ia diperhatikan, bernilai, dan akan

mendapat pertolongan ketika ia membutuhkan. Dukungan sosial terdiri atas

dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi, dan dukungan

penghargaan (Sarafino, 1990 dalam Hanggarawati, 2007). Dukungan

instrumental merupakan dukungan dalam bentuk uang, barang, makanan, dan

pelayanan. Dukungan informasi mencakup dukungan yang diberikan dalam

bentuk informasi dan saran tentang situasi atau kondisi. Dukungan emosi ialah

dukungan dalam bentuk rasa sayang, perhatian, kehangatan, dan penerimaan

secara apa adanya. Adapun dukungan penghargaan merupakan dukungan yang

diberikan dalam bentuk penghargaan positif, pemberian semangat, persetujuan

pendapat, dan perbandingan positif dengan orang lain.

Page 30: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

17 

 

Cohen dan Willis (1986) dalam Astuti (1998) mengemukakan empat

jenis dukungan sosial, yaitu:

1. Esteem Support atau dukungan penghargaan, yaitu adanya informasi diri

dimana individu tetap merasa dihargai dan diakui kemampuannya serta tetap

diterima walau sedang mengalami keadaan yang tidak menyenangkan.

2. Informational Support, yaitu adanya informasi tentang strategi terbaik

menghadapi suatu kejadian yang tidak menyenankan.

3. Social Companionship, yaitu adanya aktivitas sosial dalam hubungan sosial

yang menyenangkan sehingga seseorang dapat mengalami penurunan stress

melalui afiliasi dengan orang lain.

4. Instrumental Support, yaitu dukungan sosial yang lebih bersifat

material/finansial.

Dukungan sosial menyebabkan individu menyadari bahwa ada orang-

orang di sekitarnya yang dapat diandalkan untuk membantu mengatasi tekanan

hidupnya, sehingga harga dirinyapun meningkat (Astuti, 1998). Hal tersebut

membuat individu yang memperoleh dukungan sosial cenderung dapat mengatasi

tekanan-tekanan dalam kehidupan, tampil lebih percaya diri, dan tetap optimis.

Selain itu dalam proses penyesuaian sosial, dukungan sosial membuat individu

lebih mudah untuk menyesuaikan diri (Anitaliza, 1999). Wiggins et al. (1994)

menjelaskan bahwa seseorang dengan sistem dukungan yang kuat, tampak lebih

baik dalam menghadapai perubahan-perubahan penting dalam hidup dan

permasalahan sehari-hari. Dukungan sosial yang diterima berawal dari adanya

penghargaan dari teman-teman, saudara-saudara, dan rekan-rekan kerja. Harga

diri individu akan diperkuat dengan adanya bentuk penerimaan ini. Selanjutnya,

orang lain kerap memberikan dukungan informasi yang membantu individu

memahami masalah yang sedang dihadapi dan menemukan solusinya. Selain itu

setiap individu memiliki kecenderungan mencari dukungan sosial dan orang lain

dapat saja memberikan dukungan instrumental yang membantu individu

mengurangi rasa stresnya. Sebagaimana konsep yang telah dikemukakan di atas,

dukungan sosial pekerja anak merupakan kumpulan informasi yang dimiliki

pekerja anak mengenai dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan

emosi, dan dukungan penghargaan yang diterima.

Page 31: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

18 

 

2.1.4.2 Pengukuran Dukungan Sosial

Menurut Sarason et al. (1987) dalam Anitaliza (1999) terdapat tiga cara

pengukuran dukungan sosial, yaitu: 1) Perceived social support, yaitu penilaian

subyektif yang dirasakan individu mengenai ada/tidaknya dukungan dari orang-

orang di sekitarnya, 2) Social embededness, yaitu berdasarkan ada/tidaknya

interaksi antara individu dengan orang lain di sekitar individu, dan 3) Enacted

support, yaitu dengan memfokuskan pada seberapa sering perilaku dari orang-

orang di sekitar individu yang dapat digolongkan ke dalam jenis dukungan sosial

tanpa melihat adanya persepsi tentang dukungan sosial yang diterima individu.

2.2 Kerangka Pemikiran

Konsep diri merupakan hal yang esensial bagi pembentukan tingkah laku

manusia. Konsep diri memberikan kerangka tingkah laku bagi individu untuk

mengantisipasi reaksi-reaksi orang lain di dalam interaksi sosial yang dilakukan.

Konsep diri anak merupakan gambaran anak mengenai dirinya. Konsep diri

memberikan gambaran mengenai penghargaan diri anak pada dirinya sendiri dan

kemampuan anak membangun rasa percaya diri, yang penting dalam pencapaian

keberhasilan di masa depan. Beberapa studi membuktikan bahwa SSE rendah

menyebabkan individu memiliki konsep diri negatif.

Penelitian Pramuchtia (2008) mengenai konsep diri anak jalanan

menemukan bahwa SSE keluarga yang rendah merupakan hal yang paling

mendasari munculnya anak jalanan. Sebagian besar anak-anak jalanan dengan

SSE rendah dalam penelitian Pramuchtia (2008) ditemukan memiliki konsep diri

yang positif. Tingkat pendidikan yang sebagian hanya menempuh pendidikan

formal hingga Sekolah Dasar dan sebagian lain hingga Sekolah Menengah

Pertama (SMP) ternyata tidak berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki.

Konsep diri positif anak jalanan tersebut yang merupakan pandangan, keyakinan,

dan evaluasi positif anak jalanan terhadap dirinya, dimungkinkan berasal dari

umpan balik positif orang-orang yang dihormatinya yang tidak dikaji dalam

penelitian tersebut. Sebuah studi kasus lain mengenai anak jalanan yang

dilakukan Astuti (1998), menunjukkan harga diri yang tinggi dimiliki oleh anak

jalanan meskipun berasal dari keluarga dengan SSE rendah. Anak-anak jalanan

tersebut merasa bebas, gembira, tidak malu dengan pekerjaan yang ditekuni, dan

Page 32: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

19 

 

tetap optimis memandang masa depan. Dalam penelitian tersebut diketahui

bahwa anak-anak jalanan mendapat dukungan dari saudara, orang tua, teman,

sahabat, dan significant others.

Bursteln (n.d.) memaparkan bahwa anak yang dibesarkan oleh orang tua

dengan kasih sayang, kehangatan, dibanjiri pujian yang tulus untuk sekecil

apapun perbuatan baiknya atau peningkatan yang ia capai, menjadi percaya diri

pada kemampuannya untuk bangkit di setiap kegagalan. Pola asuh orang tua yang

demikian dapat dikategorikan sebagai bentuk dukungan emosi dan dukungan

penghargaan yang diterima anak. Dengan demikian konsep diri anak dengan SSE

rendah yang positif, dapat berasal dari dukungan sosial yang mungkin

diperolehnya dari orang tua, teman, atau significant others. Meskipun tidak

mendapatkan dukungan instrumental yang kuat dari orang tuanya, jika dukungan

emosi dan dukungan penghargaan yang diperoleh kuat, konsep diri positif dapat

dimiliki.

Fenomena pekerja anak yang lebih memilih putus sekolah dan bekerja

dapat pula dijelaskan dengan teori konsep diri dan dukungan sosial (Dianah,

2010). Pertama, pekerja anak memandang diri sudah cukup dalam tingkat

pendidikan, karena merasa telah mampu membaca, menulis, dan sedikit

berhitung yang oleh orang tua dianggap cukup sebagai bekal hidup di masa

depan. Pandangan tersebut merupakan sebuah penerimaan dalam bentuk

dukungan emosi dari orang tua atas apa yang dilakukan pekerja anak.

Selanjutnya, dalam pergaulan, keputusan anak untuk putus sekolah dan

membantu orang tua mencari nafkah menyebabkan pekerja anak bergaul dengan

pekerja lainnya yang memiliki persepsi sama mengenai tingkat pendidikan.

Dengan demikian dukungan informasi yang diperoleh pekerja anak hanya berasal

dari orang tua, teman-teman sebaya, dan tetangga yang merupakan significant

others. Kalaupun pekerja anak bergaul juga dengan orang di luar komunitas,

orang-orang tersebut tidak akan banyak mempengaruhi konsep diri pekerja

anak, karena konsep diri hanya dapat dipengaruhi oleh orang-orang yang

dihormati.

Konsep diri berasal dari tiga perspektif, yaitu diri dasar, diri sosial, dan

diri ideal (Burns, 1984). Perspektif diri dasar pekerja anak yang melihat diri

Page 33: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

20 

 

sebagaimana adanya memungkinkan pekerja anak memiliki konsep diri rendah

lantaran berasal dari keluarga dengan SSE rendah. Untuk itu penilaian orang lain

yang positif (perspektif diri sosial) dapat membantu pekerja anak memiliki

konsep diri positif. Status perkawinan orang tua ditemukan tidak berhubungan

dengan alasan seorang anak bekerja (Asih, 2007). Karenanya SSE keluarga yang

dianggap dapat mempengaruhi konsep diri pekerja anak dapat dilihat dari

karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jumlah pendapatan orang tua dan

tingkat pendidikan orang tua.

Dukungan sosial yang merupakan suatu bentuk dukungan dari orang di

luar individu, dapat memberikan sumbangan bagi perspektif diri sosial pekerja

anak untuk membentuk konsep diri positif. Jenis dukungan sosial dapat berupa

dukungan instrumental, informasi, emosi, dan penghargaan (Ellis dalam Effendi,

1993). Dukungan sosial yang didapatkan pekerja anak dapat membantunya

memiliki konsep diri yang tinggi (positif). Konsep diri pekerja anak dapat dilihat

dari pandangannya mengenai diri fisik (physical self), diri pribadi (personal self),

diri keluarga (family self), diri sosial (social self), dan kepuasan terhadap dirinya

(self satisfaction).

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Ket: = berhubungan (diuji)

= berhubungan (tidak diuji)

SSE Keluarga

Jumlah Pendapatan orang tua  Tingkat Pendidikan

orang tua 

Konsep Diri

Physical Self

Personal Self

Family Self

Social Self

Self Satisfaction

Dukungan Sosial Dukungan instrumental Dukungan informasi Dukungan emosi Dukungan Penghargaan

Page 34: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

21 

 

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Mayor:

Terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dan konsep diri

pekerja anak.

2. Hipotesis Minor:

a. Terdapat hubungan signifikan antara dukungan emosi dan konsep diri

pekerja anak.

b. Terdapat hubungan signifikan antara dukungan penghargaan dan

konsep diri pekerja anak.

2.4 Definisi Operasional

1. Pekerja anak adalah anak berusia di bawah 18 tahun, memiliki pekerjaan

rutin, dan menerima penghasilan dari pekerjaan tersebut.

2. SSE keluarga pekerja anak diukur dari:

a. Pendapatan orang tua, yaitu jumlah uang yang dihasilkan kepala

keluarga selama satu bulan bekerja. Dikategorikan menggunakan

skala ordinal, berdasarkan UMR Kabupaten Bogor tahun 2010, yaitu

Rp 1.056.914,- yang dibulatkan ke bawah menjadi Rp 1.000.000,-.

Adapun kategori pendapatan orang tua adalah sbb:

1. Pendapatan kepala keluarga tinggi untuk penghasilan diatas Rp

1.000.000,-.

2. Pendapatan kepala keluarga rendah untuk penghasilan sama

dengan atau kurang dari Rp 1.000.000,-.

b. Tingkat pendidikan orang tua, yaitu jenjang pendidikan formal

terakhir yang ditempuh orang tua pekerja anak. Dikategorikan

menggunakan skala ordinal, dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Jenjang pendidikan formal terakhir orang tua pekerja anak

SMA/sederajat dan setelahnya (tinggi).

2. Jenjang pendidikan formal terakhir orang tua pekerja anak

SD/sederajat sampai dengan SMP/sederajat (rendah).

SSE keluarga pekerja anak dianggap tinggi jika Pendapatan kepala

keluarga tinggi dan tingkat pendidikan orang tua tinggi. Sebaliknya SSE

Page 35: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

22 

 

keluarga pekerja anak dianggap rendah jika pendapatan kepala keluarga

rendah dan tingkat pendidikan orang tua rendah.

3. Konsep diri pekerja anak adalah organisasi persepsi diri yang dimiliki

pekerja anak mengenai dirinya sendiri. Konsep diri pekerja anak diukur

menggunakan skala Piers-Harris modifikasi, berisi pernyataan-

pernyataan yang disusun seimbang mengenai lima aspek konsep diri,

yaitu:

a. Diri fisik (physical self), merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan pandangan pekerja anak mengenai kesehatan,

kekuatan, dan penampilan tubuhnya.

b. Diri personal (personal self), merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan pandangan pekerja anak mengenai kecakapan dirinya

sebagai sebuah pribadi.

c. Diri keluarga (family self), merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan pandangan pekerja anak mengenai dirinya sebagai

anggota keluarga.

d. Diri sosial (social self), merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan pandangan pekerja anak mengenai kecakapannya

dalam berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya yang

bukan keluarga.

e. Kepuasan diri (self satisfaction), merupakan pernyataan-pernyataan

yang menunjukkan pandangan pekerja anak mengenai dirinya

sebagai pribadi, berkaitan dengan kepuasan/ketidakpuasan diri.

Terdapat enam pernyataan untuk setiap aspek konsep diri. Penghitungan

skor untuk setiap respon dilakukan sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Sesuai

2 = Tidak Sesuai

3 = Netral

4 = Sesuai

5 = Sangat Sesuai

Semakin tinggi skor konsep diri yang didapatkan, semakin positif

konsep diri yang dimiliki. Positif atau negatifnya setiap aspek diri

Page 36: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

23 

 

responden, dilihat dari respon terhadap enam pernyataan mengenai

setiap aspek diri, dikategorikan menggunakan skala interval, menjadi:

1. Positif untuk skor 19-30

2. Negatif untuk skor 6-18

Skor konsep diri pekerja anak diklasifikasikan menggunakan skala

interval menjadi dua kategori:

1. Konsep diri pekerja anak positif untuk skor 91-150

2. Konsep diri pekerja anak negatif untuk skor 30-90

4. Dukungan sosial merupakan kumpulan informasi yang dimiliki pekerja

anak mengenai ada/tidaknya dukungan dari teman, keluarga, dan orang-

orang di sekitarnya, berdasarkan penilaian subyektif yang dirasakan

pekerja anak (perceived social support). Dukungan sosial diukur dari

respon pekerja anak pada pernyataan-pernyataan yang mengandung

empat jenis dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan instrumental merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan penilaian subyektif pekerja anak mengenai penerimaan

dukungan dalam bentuk uang, barang, dan pelayanan.

b. Dukungan informasi merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan penilaian subyektif pekerja anak mengenai penerimaan

dukungan dalam bentuk informasi dan saran.

c. Dukungan emosi merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan penilaian subyektif pekerja anak mengenai penerimaan

dukungan dalam bentuk rasa sayang, perhatian, kehangatan, dan

penerimaan secara apa adanya.

d. Dukungan penghargaan merupakan pernyataan-pernyataan yang

menunjukkan penilaian subyektif pekerja anak mengenai penerimaan

dukungan dalam bentuk penghargaan positif, pemberian semangat,

persetujuan pendapat, dan perbandingan positif dengan orang lain.

Penghitungan skor dukungan sosial pekerja anak untuk setiap jawaban

dilakukan sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Sesuai

2 = Tidak Sesuai

Page 37: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

24 

 

3 = Netral

4 = Sesuai

5 = Sangat Sesuai

Terdapat enam pernyataan untuk setiap jenis dukungan sosial. Skor

penilaian subyektif yang dirasakan pekerja anak mengenai keempat jenis

dukungan sosial tersebut pada kuesioner menggambarkan tinggi

rendahnya dukungan sosial yang dimiliki pekerja anak. Semakin tinggi

skor penilaian subyektif pekerja anak mengenai dukungan sosial yang

diterima, semakin kuat dukungan sosial yang dimiliki pekerja anak. Kuat

atau lemahnya penerimaan masing-masing jenis dukungan sosial dilihat

dari skor respon terhadap pernyataan mengenai setiap jenis dukungan

sosial yang masing-masing berjumlah dari enam pernyataan. Skor setiap

jenis dukungan sosial diklasifikasikan menggunakan skala interval

menjadi dua kategori:

1. Dukungan kuat untuk skor 19-30

2. Dukungan lemah untuk skor 6-18

Skor konsep diri pekerja anak diklasifikasikan menggunakan skala

interval menjadi dua kategori:

1. Dukungan sosial pekerja anak kuat untuk skor 73-120

2. Dukungan sosial pekerja anak lemah untuk skor 24-72

Page 38: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei

sensus, yaitu survei yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan (Wahyuni

dan Muljono, 2007). Metode survei digunakan karena peneliti menginginkan

informasi yang banyak dan beraneka ragam guna melihat variasi hubungan

dukungan sosial dengan konsep diri pekerja anak. Tipe metode survei yang

digunakan adalah tipe explanatory, untuk menjelaskan hubungan antara variabel

dukungan sosial dan variabel konsep diri pekerja anak melalui pengujian hipotesa

(Singarimbun dan Effendi, 1989).

3.2 Teknik Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pekerja anak yang berasal dari

keluarga dengan SSE rendah di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor. Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas berjumlah 37 orang.

Untuk menentukan responden, seluruh pekerja anak terlebih dahulu diminta

mengisi kuesioner data diri. Terdapat dua pertanyaan tertutup yang menentukan

kesesuaian responden dengan definisi operasional, yaitu tanggal dan tahun lahir,

pendidikan terakhir orang tua, dan pendapatan orang tua. Didapatkan 32 pekerja

anak yang belum berusia 18 tahun, memiliki ayah yang tidak menempuh

pendidikan SMA (hanya sampai SMP atau sebelumnya), dengan penghasilan

kurang dari atau sama dengan Rp 1.000.000,- yang kemudian dijadikan

responden. Dengan demikian penelitian ini menggunakan unit analisis rumah

tangga.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada pekerja anak di Desa Bojong Rangkas,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa kecamatan Ciampea

merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah pekerja anak di bidang

industri informal terbanyak di Kabupatan Bogor, berdasarkan data pekerja anak

pada Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2007 dari Dinas Sosial, Tenaga

Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Bogor. Desa Bojong Rangkas dinyatakan

Page 39: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

26 

 

sebagai desa dengan jumlah pekerja anak terbanyak di kecamatan Ciampea, yang

sebagian besar bekerja di home industry tas dan dompet. Penelitian dilaksanakan

pada bulan Mei hingga November 2010.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur terkait SSE,

konsep diri, dukungan sosial, anak, dan pekerja anak. Sebagian besar literatur

penelitian didapatkan di perpustakaan Departeman Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat IPB, perpustakaan Fakultas Psikologi UI, dan

perpustakaan keluarga. Beberapa literatur mengenai Status Sosial Ekonomi,

pekerja anak, dan aturan ketenagakerjaan diperoleh dari Dinas Sosial Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Ciampea, dan

Kantor Desa Bojong Rangkas, serta melalui situs resmi di Internet. Data sekunder

yang terkumpul dievaluasi dengan melihat waktu keberlakuan, kesesuaian dengan

kebutuhan peneliti, ketepatan data, dan besar biaya (Sarwono, 2006).

Data primer diperoleh melalui kuesioner untuk melihat konsep diri,

dukungan sosial, dan SSE responden. Pengumpulan data primer dilakukan baik

secara pasif maupun aktif. Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan

terstruktur atau resmi dan bersifat rahasia dimana responden tidak diberi

informasi mengenai tujuan penelitian yang dilakukan (Sarwono, 2006). Peneliti

hanya akan memberi informasi mengenai topik yang akan diteliti agar responden

tidak bias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner.

Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan memberikan kuesioner secara

langsung pada responden, dan diberikan waktu bagi responden untuk mengisi

kuesioner. Teknik tatap muka ini dilakukan agar diperoleh informasi yang akurat

dari responden.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Kuesioner yang telah dikumpulkan diolah dalam 7 (tujuh) tahapan, antara

lain: 1) editing data, 2) pengembangan variabel, 3) pengkodean data, 4) cek

kesalahan, 5) membuat struktur data, 6) cek analisis komputer, dan 7) tabulasi.

Pertama, peneliti melakukan editing data meliputi klarifikasi, keterbacaan,

konsistensi, dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Selanjutnya variabel

Page 40: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

27 

 

yang tercakup dalam data dispesifikasi untuk memastikan kelengkapan variabel

yang diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian diberi kode dan dilakukan

pengecekan kesalahan untuk selanjutnya ditransfer ke dalam komputer. Struktur

data yang mencakup seluruh data yang dibutuhkan untuk analisis dipindahkan ke

dalam komputer dan dilakukan pengecekan analisis komputer untuk memastikan

konsistensi dan kelengkapan data. Tahap ketujuh (tabulasi) dilakukan untuk

membuat statistik deskriptif variabel-variabel yang akan ditabulasi silang, yaitu

dukungan sosial dan konsep diri.

Korelasi atau hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri pekerja

anak dianalisa dengan uji parameter Pearson Product Moment Correlation

(Korelasi Pearson) menggunakan SPSS versi 17. Uji statistik ini digunakan

karena data yang dianalisis menggunakan skala interval (Sarwono, 2006). Rumus

yang digunakan adalah:

Besar koefisien korelasi yang dihasilkan akan menentukan hubungan antara

dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak.

Dimana: r = Koefisien korelasi

Page 41: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Desa Bojong Rangkas

Desa Bojong Rangkas merupakan Ibu Kota Kecamatan di Kecamatan

Ciampea Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 104 hektar (Kepala Desa, 2009).

Wilayahnya berada pada ketinggian 150 meter di atas permukaan laut yang

terbagi dalam 2 Dusun, 8 Rukun Warga (RW), dan 35 Rukun Tetangga (RT).

Secara geografis desa ini terletak pada 6,562º Lintang Selatan dan 106,695º Bujur

Timur. Jarak Desa Bojong Rangkas ke ibukota kecamatan sekitar 0,5 kilometer,

sedang jarak ke ibukota kabupaten sekitar 30 kilometer. Jarak Desa Bojong

Rangkas ke Ibu Kota Propinsi (Bandung) adalah 170 kilometer, sedang ke Ibu

Kota Negara (Jakarta) adalah 73 kilometer. Batas wilayah desa sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciampea dan Desa Benteng

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol dan Desa Tegalwaru

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cicadas

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibadak

Berdasarkan Data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, Kecamatan

Ciampea tercatat sebagai salah satu kecamatan yang memiliki jumlah pekerja di

bawah umur terbanyak di Kabupaten Bogor dalam data Program Keluarga

Harapan (PKH) 2007. Para pekerja di bawah umur ini terpusat di Desa Bojong

Rangkas yang merupakan pusat home industry (industri rumahan) tas di Bogor.

Setelah program PKH tahun 2007 pekerja di bawah umur dinyatakan telah tidak

ada, namun setelah dilakukan survei, masih ditemukan tujuh pekerja anak

dibawah umur (belum berusia lima belas tahun), dan tiga puluh pekerja anak

yang berada dalam rentang usia lima belas hingga tujuh belas tahun.

Jumlah penduduk Desa Bojong Rangkas sampai akhir Bulan Desember

tahun 2009 tercatat sebanyak 11.243 jiwa. Mata pencaharian utama penduduk

berada pada sektor industri. Penduduk Desa yang bekerja pada industri tas

berdasarkan Data Pengrajin Tas 2010 berjumlah 538 orang yang tersebar dalam

67 lokasi industri. Kepadatan penduduk Desa Bojong Rangkas 1,08 jiwa/km2.

Jumlah penduduk menurut struktur umur dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 42: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

29 

 

Tabel 1. Distribusi Penduduk Desa Bojong Rangkas Menurut Struktur Umur Tahun 2009

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Jiwa

Jumlah Laki-Laki Perempuan

0-4 309 310 6195-9 392 374 766

10-14 482 425 90715-19 517 512 102920-24 594 511 110525-29 623 563 112230-34 585 537 112235-39 541 496 103740-44 505 473 97845-49 470 438 90850-54 365 322 68755-59 271 275 546

60 keatas 160 193 353Jumlah 5814 5429 11243

Sumber: Kepala Desa Bojong Rangkas, 2009

Berdasarkan Tabel 1, 8987 jiwa penduduk Desa Bojong Rangkas

merupakan penduduk usia 15-59 tahun. Usia produktif angkatan kerja yaitu usia

15-64 Tahun (www.gemari.or.idartikeldetail.phpid=4343.htm). Artinya 79,9

persen penduduk Desa Bojong Rangkas merupakan penduduk usia produktif.

Sebanyak 83,5 persen penduduk usia produktif di Desa Bojong Rangkas

merupakan penduduk usia 20-59 tahun. Dengan demikian, seharusnya penduduk

usia produktif dapat dioptimalkan untuk menopang perekonomian keluarga,

sehingga anak dapat mengenyam pendidikan yang layak.

4.2 Gambaran Industri Tas dan Dompet

Desa Bojong Rangkas dikenal sebagai pusat industri kerajinan tas dan

dompet di Bogor yang memasarkan produknya ke wilayah Jabodetabek. Hampir

seluruh rumah tangga warga Desa Bojong Rangkas terlibat dalam industri tas dan

dompet. Beberapa rumah telah mandiri, baik dalam mendapatkan maupun

mengerjakan pesanan tas dan dompet. Terdapat 67 lokasi industri tas dan dompet

di Desa Bojong Rangkas, baik industri rumahan, maupun industri kecil yang

mempekerjakan puluhan karyawan (Kepala Desa, 2009).

LIFERA adalah industri tas tertua dan terbesar di Desa Bojong Rangkas.

LIFERA dirintis sejak tahun 1974 oleh Bp. H. Aak Atmaja dengan modal awal

sekitar Rp 200.000,-. Kini LIFERA dikelola oleh anak pertamanya, Ibu H. Yanti.

Page 43: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

30 

 

Pesanan tas dan dompet yang diproduksi LIFERA berasal dari para supplier tetap

yang kemudian memasarkan produk tersebut. Kini kisaran omzet yang dihasilkan

LIFERA mencapai kisaran Rp 50.000.000,- sampai Rp 200.000.000,- per bulan.

Adapun keuntungan bersih yang diperoleh sekitar dua sampai dengan lima persen

dari omset yang dihasilkan.

LIFERA mempekerjakan 28 pekerja tetap, yaitu sepuluh pekerja laki-laki

dan tiga belas pekerja perempuan. Pekerja laki-laki bertugas mengoperasikan

mesin jahit, memotong bahan, dan mengangkut barang. Pekerja perempuan

ditugaskan di bagian finishing, yang bertugas membersihkan benang-benang pada

produk tas/dompet, mengemas, dan melekatkan bagian tas.

Selain mempekerjakan pekerja tetap, LIFERA juga menerapkan sistem

desentralisasi dalam menyelesaikan pesanan tas dan dompet, yaitu dengan

mendistribusikan pesanan ke rumah-rumah warga Desa Bojong Rangkas dan

beberapa desa seperti Desa Jonggol, Cileungsi, dan lainnya. Adapun pembayaran

yang diberikan pada pekerja tas tidak tetap adalah sistem upah, dihitung berdasar

jumlah tas atau dompet yang diselesaikan. Berdasarkan keterangan Ibu Fauziah,

penanggung jawab operasional LIFERA, sistem desentralisasi diterapkan karena

H. Aak selaku perintis LIFERA ingin memberikan kesempatan pada warga untuk

dapat memperoleh penghasilan tanpa harus keluar rumah. Dengan

mendistribusikan pesanan ke rumah-rumah warga, seluruh anggota keluarga

dapat turut membantu penyelesaian pekerjaan, tanpa mengganggu kegiatan

harian. Ibu dapat tetap berperan sebagai ibu rumah tangga, dan anak dapat

membantu orang tua sepulang sekolah.

Pemilik Industri tas lainnya yang juga mempekerjakan lebih dari tiga

puluh karyawan adalah Pak Rahmat, seorang keturunan Cina-Betawi asal Jakarta.

Pak Rahmat memindahkan lokasi usaha pembuatan tas dan dompetnya sejak

1994 dari Jakarta ke Desa Bojong Rangkas, karena dinilai lebih menguntungkan.

Beberapa keuntungan mendirikan usaha tas di Desa Bojong Rangkas yang

diutarakan Pak Rahmat antara lain bebas dari pungutan liar, bebas dari provokasi

Serikat Buruh yang sering membuat karyawan menuntut lebih, dan mudah untuk

memperoleh pekerja dengan upah minim. Pak Rahmat memiliki dua lokasi

industri tas di Desa Bojong Rangkas, yang masing-masing dimandori oleh

Page 44: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

31 

 

penduduk asli Desa Bojong Rangkas. Beliau hanya menetapkan upah pengerjaan

tas dan dompet. Adapun perekrutan pekerja serta sistem pembayaran upah

pekerja diserahkan sepenuhnya pada mandor.

Industri rumahan bermerek yang juga terdapat di Desa Bojong Rangkas

antara lain BOLINI, DENIM, MM. Promosi, RIVAL, LENNISA, UDIN

COLLECTION, BUKOVIN, CENEL, dan SS. SAYBAN. Industri tas dan

dompet lainnya membuka industri rumahan tanpa nama, yang pada umumnya

merupakan usaha keluarga. Adapun pesanan tas atau dompet yang didapat,

sebagian besar dari industri tas bermerek seperti LIFERA.

Page 45: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB V PROFIL PEKERJA ANAK

Hidup dalam keluarga dengan SSE rendah menyebabkan sejumlah anak di

Desa Bojong Rangkas memilih berhenti sekolah dan membantu perekonomian

keluarga dengan bekerja. Status Sosial Ekonomi (SSE) pekerja anak yang

dianggap dapat mempengaruhi konsep dirinya adalah jumlah pendapatan orang

tua dan tingkat pendidikan orang tua. Gambaran SSE pekerja anak didapatkan

dari kuesioner data diri pekerja anak. Kuesioner data diri digunakan untuk

menyeleksi responden, memudahkan peneliti menghubungi responden, serta

mendapatkan gambaran mengenai diri pekerja anak.

5.1 Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas yang berasal dari keluarga dengan

SSE rendah berjumlah tiga puluh dua orang, terdiri atas empat belas pekerja anak

laki-laki, dan delapan belas pekerja anak perempuan (Gambar 2). Jenis pekerjaan

yang dilakukan pekerja anak pada industri tas dibedakan berdasarkan jenis

kelamin. Pembagian kerja yang diterapkan pada pekerja anak sama dengan

pembagian kerja pada pekerja dewasa.

Gambar 2. Distribusi Pekerja Anak Menurut Jenis Kelamin, Desa Bojong Rangkas, 2010

44%

56%

Laki-laki

Perempuan

Empat pekerja anak laki-laki bekerja sebagai penjahit tas, sepuluh orang

lainnya bekerja sebagai pemotong pola dan bahan, serta dilibatkan dalam

pengangkutan. Jumlah pekerja anak laki-laki yang mengoperasikan mesin untuk

menjahit tas hanya sedikit, karena pemilik industri tas lebih mempercayai pekerja

laki-laki dewasa yang sudah lebih terampil, untuk mengoperasikan mesin jahit.

Page 46: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

33 

 

Pekerja anak perempuan ditugaskan di bagian finishing, yang bertugas

membersihkan benang-benang pada produk tas/dompet, mengemas, dan

melekatkan bagian tas. Pekerjaan ini dipercayakan pada pekerja perempuan

karena perempuan dianggap lebih teliti sehingga lebih tepat ditempatkan pada

bagian finishing.

Tidak ada kualifikasi khusus untuk pekerja anak yang bekerja pada

industri tas dan dompet di Desa Bojong Rangkas. Pekerja anak biasanya

dipromosikan oleh masyarakat sekitar lokasi industri atau pekerja lain yang telah

lebih dulu bekerja, untuk kemudian dipertimbangkan oleh penanggungjawab

operasional. Pertimbangan dilakukan berdasarkan kebutuhan industri atas

pekerja.

Dominasi pekerja anak perempuan pada industri tas dan dompet di Desa

Bojong Rangkas dapat disebabkan jenis pekerjaan tidak dianggap begitu penting

bagi anak perempuan, sehingga anak perempuan tidak terlalu selektif dalam

mencari pekerjaan. Analisis ini didasarkan data yang diperoleh, bahwa tidak

satupun ibu pekerja anak yang bekerja. Ayah sebagai kepala keluargalah yang

bertugas menafkahi keluarga.

5.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan bangsa. Semakin

tinggi pendidikan masyarakat suatu bangsa, semakin maju bangsa tersebut.

Begitu pentingnya pendidikan sehingga pemerintah Indonesia melalui Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar

menetapkan bahwa program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga

negara Indonesia adalah jenjang pendidikan dasar dan menengah

(www.static.depkominfo.go.id/data/perundangan). Program ini dikenal dengan

program Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun. Beberapa program seperti program

Biaya Operasional Sekolah (BOS) diberikan kepada Sekolah-Sekolah Dasar dan

Menengah Pertama, dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar 9

tahun dan memberikan kesempatan bagi penduduk dengan SSE rendah untuk

dapat memperoleh pendidikan yang layak (www.shvoong.comsocial-

scienceseducation2025344-program-bos-dan-wajib-belajar.html). Namun masih

saja ditemukan anak-anak putus sekolah, seperti yang dialami pekerja anak.

Page 47: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

34 

 

5.2.1 Tingkat Pendidikan Orang Tua Pekerja Anak

Pendidikan bukanlah kebutuhan primer bagi keluarga pekerja anak. Selain

biaya pendidikan yang dirasa besar, pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin

penghidupan yang lebih layak pula. Pandangan umum ini dapat terlihat dari data

tingkat pendidikan orang tua pekerja anak yang sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan rendah (Gambar 3).

Gambar 3. Distribusi Pekerja Anak Menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010

0

5

10

15

20

25

30

35

SD SMP

Ayah

Ibu

Ayah dua puluh pekerja anak menempuh pendidikan hingga kelas 4

sampai 6 SD, dua belas lainnya lulusan SMP. Dengan demikian seluruh pekerja

anak memiliki ayah yang berpendidikan rendah. Demikian pula dengan ibu

pekerja anak, seluruhnya berpendidikan rendah. Sebagaimana terlihat pada

Gambar 5, sebanyak 31 ibu pekerja anak (96,9 persen) menempuh pendidikan

hingga SD, dan satu lainnya sempat menamatkan SMP. Meskipun secara umum

tingkat pendidikan ibu lebih rendah dari tingkat pendidikan ayah, namun tidak

semua ayah pekerja anak memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari istrinya. Hal

tersebut turut menunjukkan rendahnya esensi pendidikan bagi keluarga pekerja

anak.

5.2.2 Tingkat Pendidikan Pekerja Anak

Rendahnya esensi pendidikan bagi keluarga pekerja anak juga terlihat dari

tingkat pendidikan pekerja anak (Gambar 4). Tingkat pendidikan pekerja anak di

Desa Bojong Rangkas tidak jauh berbeda dengan tingkat pendidikan orang

tuanya, meski tidak berbanding lurus. Pekerja anak memilih bekerja dan tidak

melanjutkan sekolah, karena biaya pendidikan yang dianggap tinggi. Bersekolah

Page 48: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

35 

 

dipandang hanya akan menghabiskan banyak biaya, sehingga pekerja anak

memilih bekerja agar mereka dapat menghasilkan uang untuk membantu

perekonomian keluarga.

Gambar 4. Distribusi Pekerja Anak Menurut Tingkat Pendidikan, Desa Bojong Rangkas, 2010

50%

44%

6%

SD

SMP

SMA

Berdasarkan data yang diperoleh, enam belas pekerja anak mengenyam

pendidikan hingga SD, satu diantaranya hanya bersekolah hingga kelas empat

SD, satu orang bersekolah hingga kelas lima SD, sedang empat belas lainnya

menamatkan SD. Empat belas pekerja anak mengenyam pendidikan hingga SMP,

dua diantaranya sempat menjadi siswa SMA selama satu tahun kemudian

berhenti, tiga berhenti sekolah di kelas dua SMP, dan lainnya menamatkan SMP.

Dua pekerja anak telah menamatkan SMA.

Gambar 4 menunjukkan bahwa 94 persen pekerja anak memiliki tingkat

pendidikan rendah, hanya enam persen pekerja anak yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi, yaitu tamat SMA. Pekerja anak yang berpendidikan tinggi

tidak mendapatkan upah yang lebih tinggi dari yang berpendidikan lebih rendah

karena penentuan upah dilakukan berdasarkan pengalaman kerja. Dalam keluarga

pekerja anak, anak tidak selalu memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari orang

tua. Keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dianggap cukup sebagai

bekal hidup, sehingga berpendidikan tinggi tidak dianggap suatu keharusan dalam

keluarga pekerja anak.

5.3 Pendapatan Orang Tua Pekerja Anak

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 561/Kep.1665-

Bangsos/2009, Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor ditetapkan

Rp 1.056.914,- per bulan. Keputusan tersebut berlaku sejak tanggal 1 Januari

Page 49: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

36 

 

2010. Rumah tangga yang memiliki pendapatan dibawah UMR, digolongkan

sebagai rumah tangga miskin dengan kategori miskin absolut (Ellis n.d. dalam

Effendi, 1993). Karenanya UMR dijadikan acuan untuk menentukan SSE

keluarga pekerja anak, yaitu untuk menspesifikasikan pendapatan orang tua

pekerja anak (Gambar 5).

Gambar 5. Distibusi Pekerja Anak Menurut Jumlah Pendapatan Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010

50%

31%

19%

< Rp 350.000,-

Rp 350.000,- s.dRp 700.000,-

Rp 701.000,- s.dRp 1.000.000,-

Mengingat seluruh ibu pekerja anak adalah ibu rumah tangga, maka

pendapatan orang tua yang dimaksud adalah pendapatan ayah selama satu bulan

bekerja. Seluruh pekerja anak memiliki orang tua yang berpendapatan dibawah

UMR Kabupaten Bogor, yaitu kurang dari atau sama dengan 1.000.000 rupiah.

Pola nafkah dalam rumah tangga orang tua pekerja anak sama, dimana ayah

menjadi tulang punggung keluarga dan ibu menjadi ibu rumah tangga. Hal ini

pun terjadi pada keluarga seorang pekerja anak laki-laki yang ayahnya telah

wafat, dimana ibu tetap tidak bekerja, namun anak bekerja untuk membantu

perekonomian keluarga. Padahal jika ibu mau ikut mencari nafkah, ibu dapat

membantu meningkatkan perekonomian keluarga, sehingga anak tidak perlu

bekerja dan putus sekolah.

Mata pencaharian orang tua pekerja anak beragam (Gambar 6). Sebagian

besar bermatapencaharian sebagai pengrajin tas, baik sebagai karyawan tetap di

industri-industri tas dan dompet, maupun sebagai pekerja lepas, yang

mengerjakan pesanan tas dan dompet di rumah. Mata pencaharian orang tua

pekerja anak terbanyak kedua adalah buruh bangunan, dimana ada atau tidaknya

pekerjaan bergantung pada ada atau tidaknya proyek bangunan. Tidak ada

Page 50: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

37 

 

satupun orang tua pekerja anak yang bekerja diluar kota selain buruh bangunan,

itupun hanya jika ada proyek bangunan di luar kota. Hal tersebut menunjukkan

akses informasi orang tua pekerja anak yang terbatas, karena lingkungan kerja

mereka sama dengan lingkungan tempat tinggal.

Gambar 6. Distribusi Pekerja Anak Menurut Mata Pencaharian Orang Tua, Desa Bojong Rangkas, 2010

3%9%

3%

31%42%

3%9%

Buruh Tani

Pedagang

Montir

Buruh Bangunan

Pengrajin tas

Tukang ojek

Supir angkot

5.4 Kondisi Kerja dan Pendapatan Pekerja Anak

Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas yang hidup dalam keluarga dengan

SSE rendah berjumlah tiga puluh dua orang dan tersebar di empat lokasi kerja.

Para pekerja tas tidak memiliki kontrak kerja yang jelas sehingga intensitas

perpindahan tempat kerja cukup tinggi, biasanya setelah Idul Fitri mereka pindah

tempat kerja. Hal ini melanggar UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

pasal 69, yang membolehkan anak bekerja dengan beberapa syarat, diantaranya

memiliki izin tertulis dari orang tua, terdapat perjanjian antara pengusaha dengan

orang tua atau wali, dan ada hubungan kerja yang jelas (Depnakertrans, 2008).

Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas bekerja dalam ruangan yang sama dengan

pekerja dewasa, karena perbedaan usia tidak membedakan jenis pekerjaan. Hal

ini melanggar UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 71, yang

mengharuskan pekerja anak bekerja di tempat kerja yang terpisah dengan tempat

kerja orang dewasa (Depnakertrans, 2008).

Penghitungan upah kerja pekerja anak dilakukan berdasarkan jumlah hari

kerja. Untuk pekerja finishing dan pemotong pola, upah harian yang diperoleh

mulai dari Rp 9.000,- sampai dengan Rp 15.000,- dengan enam hari kerja dalam

sepekan. Maka dalam sepekan, pekerja finishing dan pemotong pola dapat

Page 51: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

38 

 

membawa pulang uang mulai dari Rp 54.000,- sampai dengan Rp 90.000,-.

Besarnya upah harian ditentukan berdasarkan lama pengalaman kerja anak di

industri tas dan dompet. Pekerja yang mengoperasikan mesin jahit mendapatkan

upah sesuai dengan banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan. Jumlahnya

berkisar Rp 75.000,- sampai dengan 200.000,- per pekannya. Jika dihitung setiap

bulan terdiri atas empat pekan, setiap bulan pekerja anak dapat memperolah

penghasilan mulai dari Rp 200.000,- sampai dengan Rp 800.000,- (Gambar 7).

Padahal Gubernur Jawa Barat melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor

561/Kep.1665-Bangsos/2009, telah memberlakukan Upah Minimum Regional

(UMR) Kabupaten Bogor ditetapkan Rp 1.056.914,- per bulan sejak tanggal 1

Januari 2010.

Gambar 7. Distribusi Pekerja Anak Menurut Jumlah Pendapatan, Desa Bojong Rangkas, 2010

3%

88%

9%

Rp 200.000,- s.d Rp 400.000,-

Rp 401.000,- s.d Rp 600.000,-

Rp 601.000,- s.d Rp 800.000,-

Pekerja anak bekerja selama 14 jam per hari, dari pukul 08.00 hingga

pukul 22.00, dengan dua kali istirahat pada pukul 12.00 – 13.00 dan pukul 17.00

– 19.00. Pada waktu istirahat pekerja anak pulang ke rumah untuk makan dan

melaksanakan shalat. Jika pesanan tas sedang sepi, pekerja anak dapat pulang

lebih awal. Jika masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, pekerja anak

lembur di hari Minggu dengan tambahan upah sama dengan upah harian di hari

biasa. Tidak ada hari libur lain, kecuali libur hari raya. Pekerja anak juga tidak

mendapat tunjangan lain diluar upah hariannya.

Pendapatan pekerja anak sangat minim dibandingkan dengan waktu

kerjanya yang selama 72 jam dalam sepekan, belum termasuk waktu lembur.

Padahal UMR Kabupaten Bogor, sejak Januari 2010 telah ditetapkan sebesar Rp

1.056.914,- untuk waktu kerja 40 jam dalam sepekan. Ditemukannya

Page 52: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

39 

 

pelanggaran-pelanggaran terhadap beberapa pasal dalam UU No. 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan, menunjukkan adanya kegiatan eksploitasi anak di Desa

Bojong Rangkas. Banyak pekerja anak kehilangan kesempatan untuk bersekolah

karena harus bekerja, sementara tidak satupun ibu pekerja anak yang ikut andil

dalam mencari nafkah, meskipun usianya masih tergolong usia produktif.

Page 53: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB VI GAMBARAN KONSEP DIRI PEKERJA ANAK

Konsep diri merupakan suatu konseptualisasi yang dilakukan individu

terhadap dirinya sendiri (Burns, 1984). Konsep diri pekerja anak merupakan

pandangan pekerja anak mengenai dirinya dalam aspek fisik, kepribadian,

keluarga, sosial, dan kepuasan diri. Total skor kelima aspek konsep diri

memberikan gambaran positif atau negatifnya konsep diri pekerja anak.

Pekerja anak yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah di Desa

Bojong Rangkas berjumlah 32 orang, terdiri atas empat belas pekerja anak laki-

laki dan delapan belas pekerja anak perempuan. Seluruh responden diminta

memberikan respon terhadap tiga puluh pernyataan yang terdiri atas lima

pernyataan mengenai pandangan terhadap diri fisik, lima pernyataan mengenai

pandangan terhadap diri personal, lima pernyataan mengenai pandangan terhadap

diri keluarga, lima pernyataan mengenai pandangan terhadap diri sosial, dan lima

pernyataan mengenai pandangan terhadap kepuasan diri pekerja anak. Meski SSE

keluarga yang rendah dinyatakan menyebabkan seorang anak memiliki konsep

diri negatif, tidak demikian yang ditemukan pada diri pekerja anak di Desa

Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri Tahun 2010

Aspek Diri Positif Negatif

Jumlah Persentase Jumlah PersentaseFisik 22 68,8 10 31,2Personal 25 78,1 7 21,9Keluarga 26 81,2 6 18,8Sosial 25 78,1 7 21,9Kepuasan Diri 27 84,4 5 15,6Konsep Diri 25 78,1 7 21,9

Dalam aspek fisik, sebanyak 68,8 persen responden memiliki konsep diri

fisik yang positif. Konsep diri fisik yang positif menunjukkan pandangan positif

responden mengenai kesehatan, kekuatan, dan penampilan tubuhnya. Hanya 31,2

persen responden memandang negatif pada kesehatan, kekuatan, dan penampilan

tubuhnya.

Page 54: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

41 

 

Sebanyak 78,1 persen responden memiliki aspek diri personal yang

positif. Konsep diri personal yang positif menunjukkan bahwa responden

memandang dirinya sebagai pribadi yang baik. Kata sifat yang digunakan dalam

pernyataan-pernyataan mengenai konsep diri personal adalah “baik’, “pandai”,

“periang”, “yakin”, “terampil”, dan “teliti”.

Sama halnya dengan konsep diri personal, sebanyak 78,1 persen

responden memandang positif dirinya mengenai kecakapannya dalam

berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya, meliputi teman sebaya dan

rekan kerja. Sebanyak 21,9 persen responden lainnya memandang negatif dirinya

dalam interaksi sosial dengan teman sebaya dan rekan kerjanya.

Lingkungan keluarga dimana pekerja anak dibesarkan juga memberikan

sumbangan bagi konsep diri pekerja anak. Sebanyak 81,2 persen responden

memandang positif dirinya sebagai anggota keluarga. Sedangkan 18,8 persen

pekerja anak lainnya memandang negatif dirinya dalam aspek keluarga. Konsep

diri responden dalam aspek keluarga diketahui dari respon yang diberikan pada

pernyataan-pernyataan yang menggambarkan hubungan responden dengan orang

tua dan anggota keluarga lainnya.

Dalam aspek kepuasan diri, 84,4 persen responden memiliki pandangan

positif terhadap dirinya. Hanya 15,6 persen yang memiliki konsep diri negatif

dalam aspek kepuasan diri. Konsep diri positif dalam aspek kepuasan diri

menunjukkan bahwa responden memandang positif kondisi dirinya saat ini

dibandingkan dengan orang lain, serta memandang positif pencapaian dirinya di

masa mendatang. Pandangan seseorang terhadap dirinya juga dipengaruhi oleh

pandangan orang lain terhadap dirinya yang ia rasakan. Mengingat responden

menghabiskan hampir seluruh waktunya di tempat kerja, interaksi sosial

merekapun sebagian besar dilakukan dengan teman-teman di lingkungan kerja.

Selain itu responden hidup di tengah masyarakat yang memandang bekerja di

usia muda adalah hal yang biasa. Pandangan masyarakat sekitar dapat

membentuk suatu standar kehidupan. Standar tersebut kemudian mempengaruhi

kepuasan diri pekerja anak.

Page 55: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

42 

 

6.1 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Setiap individu mengalami proses pembelajaran peran seks pada setiap

fase perkembangannya. Belajar bermain peran seks sesuai dengan jenis kelamin

merupakan bagian normal dari proses pertumbuhan. Pada setiap kelompok sosial

terdapat pola-pola yang disetujui dan ditentukan secara budaya bagi anak

perempuan dan anak laki-laki dalam hal berpikir, bertindak, berpenampilan, dan

berperasaan (Hurlock, n.d.). Kesepakatan pola peran seks merupakan bentuk

perspektif sosial, salah satu perspektif yang membentuk konsep diri.

Pekerja anak yang menjadi responden penelitian ini terdiri dari empat

belas laki-laki dan delapan belas perempuan. Jenis pekerjaan yang dilakukan

pekerja anak dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Sebagian besar pekerja anak,

baik laki-laki maupun perempuan memiliki konsep diri yang positif dengan

persentase yang berbeda (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Aspek Laki-Laki

Total Perempuan

Total + - + -

Diri Fisik Jumlah 8 6 14 14 4 18Persentase 57,1 42,9 100 77,8 22,2 100

Diri Personal Jumlah 9 5 14 16 2 18Persentase 64,3 35,7 100 88,9 11,1 100

Diri Keluarga Jumlah 12 2 14 14 4 18Persentase 85,7 14,3 100 77,8 22,2 100

Diri Sosial Jumlah 11 3 14 14 4 18Persentase 78,6 21,4 100 77,8 22,2 100

Kepuasan Diri Jumlah 11 3 14 16 2 18Persentase 78,6 21,4 100 88,9 11,1 100

Konsep Diri Jumlah 11 3 14 14 4 18Persentase 78,6 21,4 100 77,8 22,2 100

Konsep diri pekerja anak mengenai aspek diri fisik merupakan pandangan

pekerja anak mengenai kesehatan, kekuatan, dan penampilan tubuhnya.

Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar pekerja anak yang memiliki konsep diri

positif berjenis kelamin perempuan. Pekerja anak perempuan yang memiliki

konsep diri fisik negatif juga menempati angka persentase terendah. Hal ini

menunjukkan bahwa pekerja anak perempuan cenderung lebih merasa nyaman

dan percaya diri pada penampilan fisiknya. Banyaknya pekerja anak perempuan

yang memiliki konsep diri fisik yang positif dapat disebabkan oleh pandangan

Page 56: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

43 

 

umum yang menganggap penting penampilan fisik bagi perempuan, sehingga

pekerja anak perempuan memberi perhatian pada penampilan fisiknya.

Masyarakat juga memberikan nilai pada beberapa pola penampilan sesuai dengan

jenis kelamin (Hurlock, n.d.). Sebagai contoh, perempuan yang berdandan

dikagumi dan membuat iri teman seusianya, sedang laki-laki yang berdandan

dapat dicap “banci”. Pandangan masyarakat umum tersebut memberikan persektif

sosial bagi anak laki-laki, sehingga pekerja anak laki-laki tidak begitu

mementingkan penampilan fisiknya dan begitu pula pandangan pekerja anak laki-

laki terhadap diri fisiknya. Jourard dan Secord (1955a) dalam Burns (1984)

menyatakan bahwa laki-laki merasa lebih puas dengan tubuhnya jika ia bertubuh

besar, sedangkan perempuan merasa lebih puas dengan tubuhnya jika ia bertubuh

kecil. Pekerja anak laki-laki di Desa Bojong Rangkas memiliki tubuh yang tidak

begitu besar dengan tinggi badan sedang dan cenderung pendek. Hal ini dapat

berpengaruh terhadap cara pandang mereka mengenai diri fisiknya.

Selain dalam aspek diri fisik, persentase pekerja anak perempuan yang

memandang positif aspek diri personal dan kepuasan dirinyapun sangat tinggi,

mencapai 50 persen dari jumlah seluruh pekerja anak. Sebagian besar pekerja

anak laki-laki juga memiliki pandangan positif terhadap aspek diri personal dan

kepuasan diri, namun dengan persentase yang lebih rendah dibandingkan pekerja

anak perempuan. Pandangan positif pekerja anak pada aspek diri personal

menunjukkan bahwa pekerja anak menganggap dirinya secara umum merupakan

pribadi yang baik. Pandangan positif pekerja anak pada aspek kepuasan diri

menunjukkan bahwa pekerja anak merasa puas dengan kondisinya saat ini.

Kondisi SSE keluarga yang rendah ternyata tidak membuat pekerja anak

kehilangan kepuasan dirinya. Kepuasan Diri pekerja anak yang tinggi dapat

dipengaruhi oleh standar diri ideal yang dimiliki. Jourard and Remy (1955) dan

Helper (1955) dalam Burns (1984) menyatakan bahwa konsep diri anak-anak

serupa dengan pandangan orang tua yang dirasakan oleh anak-anak. Putus

sekolah dan membantu orang tua dengan bekerja bukan hal yang memalukan bagi

anak-anak di Desa Bojong Rangkas. Orang tua pekerja anakpun beranggapan

bahwa dapat membaca, menulis, dan sedikit berhitung sudah cukup untuk bekal

hidup. Memiliki penghasilan sendiri di usia muda juga merupakan kebanggaan

Page 57: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

44 

 

bagi pekerja anak. Persepsi-persepsi tersebut membentuk diri ideal pekerja anak,

yang kemudian menimbulkan kepuasan diri yang tinggi.

Persentase pekerja anak laki-laki yang memiliki pandangan positif

terhadap aspek diri keluarga lebih tinggi dibandingkan pekerja anak perempuan

(Tabel 3). Pandangan sebagian besar pekerja anak yang positif mengenai diri

sebagai anggota keluarga menunjukkan bahwa pekerja anak merasa tidak

menyusahkan orang tua, dibutuhkan oleh keluarga, memiliki hubungan baik

dengan anggota keluarga yang lain, dan diberi kepercayaan besar oleh orang tua.

Selain pada aspek diri keluarga, persentase pekerja anak laki-laki yang

memandang positif dirinya pada aspek diri sosial juga lebih tinggi dari pekerja

anak perempuan, namun tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Aspek

diri sosial berkaitan dengan kecakapan pekerja anak berinteraksi sosial dengan

orang-orang disekitarnya yang bukan anggota keluarga. Pandangan positif dalam

aspek diri sosial menunjukkan pekerja anak merasa dirinya dikenal baik oleh

teman-teman laki-laki maupun perempuan, dipercaya di tempat kerja, dan

memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman sebaya.

Skor konsep diri pekerja anak menunjukkan bahwa 78,6 persen pekerja

anak laki-laki memiliki konsep diri positif, sedang 21,4 persen pekerja anak laki-

laki lainnya memiliki konsep diri negatif. Demikian pula pada pekerja anak

perempuan, 77,8 persen pekerja anak perempuan memiliki konsep diri positif,

sedang 22,2 persen lainnya memiliki konsep diri negatif. Dengan demikian

diketahui, bahwa baik sebagian besar pekerja anak, baik laki-laki maupun

perempuan memiliki konsep diri yang positif.

6.2 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik yang mengukur

SSE individu. Dalam banyak studi ditemukan hubungan langsung antara konsep

diri anak dengan keberhasilannya dalam bidang akademik (Burns, 1984). Lebih

lanjut Burns (1984) memaparkan bahwa tingkat pendidikan sering menjadi

persyaratan untuk dapat ambil bagian dalam berbagai kesempatan, terutama

dalam berkarir. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak akses yang

mungkin didapat dan komunitas sosial yang mungkin dimiliki, sehingga

memungkinkan individu memiliki konsep diri positif.

Page 58: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

45 

 

6.2.1 Pendidikan Pekerja Anak

Industri tas dan dompet di Desa Bojong Rangkas tidak menjadikan tingkat

pendidikan sebagai syarat penerimaan. Sembilan Puluh Tujuh persen pekerja

anak di Industri tas dan dompet Desa Bojong Rangkas berpendidikan rendah,

yaitu enam belas orang berpendidikan akhir SD dan lima belas orang

berpendidikan akhir SMP. Hanya satu pekerja anak (3 persen) yang

berpendidikan tinggi, yaitu tamatan SMA.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa persentase pekerja anak dengan

konsep diri positif yang berpendidikan SD dan SMP sama, yaitu 48 persen.

Pekerja anak dengan konsep diri positif yang berpendidikan tinggi hanya satu

persen. Dalam Tabel 4 juga diketahui bahwa sebagian besar pekerja anak yang

memiliki konsep diri negatif adalah pekerja anak yang bersekolah hingga SD.

Pada tingkat pendidikan yang semakin tinggi, jumlah pekerja anak yang memiliki

konsep diri negatif semakin kecil. Namun semakin tinggi pendidikan pekerja

anak tidak selalu membuat konsep dirinya semakin positif. Dengan demikan

tingginya tingkat pendidikan tidak mempengaruhi konsep diri pekerja anak.

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendidikan Pekerja Anak Tahun 2010

Pendidikan Terakhir Konsep Diri

Positif Negatif Jumlah Persentase Jumlah Persentase

SD 12 48 4 57,1SMP 12 48 3 42,9SMA 1 4 0 0Total 25 100 7 100

6.2.2 Pendidikan Orang Tua Pekerja Anak

Tingkat pendidikan pekerja anak tidak jauh berbeda dengan tingkat

pendidikan orang tua. Mengingat ayah dan ibu pekerja anak sama-sama

berpendidikan rendah, penulis sengaja mengambil data pendidikan ayah sebagai

kepala keluarga mewakili orang tua, untuk dibandingkan dengan konsep diri

pekerja anak (Tabel 5). Delapan belas pekerja anak memiliki orang tua yang

berpendidikan terakhir SD, sedangkan empat belas lainnya SMP. Sebagian besar

pekerja anak yang konsep dirinya positif memiliki orang tua yang berpendidikan

akhir SD. Sebagian besar pekerja anak yang konsep dirinya negatif memiliki

Page 59: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

46 

 

orang tua yang berpendidikan akhir SD. Dengan demikian tidak ada hubungan

antara tingkat pendidikan orang tua dengan konsep diri pekerja anak.

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendidikan Orang tua Tahun 2010

Pendidikan Terakhir Konsep Diri

Positif Negatif Jumlah Persentase Jumlah Persentase

SD 14 56,0 4 57,1SMP 11 44,0 3 42,9Total 25 100,0 7 100,0

Sebagian pekerja anak, baik yang berpendidikan terakhir SD, SMP,

maupun SMA memiliki konsep diri positif. Pekerja anak, baik yang pendidikan

terakhir ayahnya SD maupun SMP juga sebagian besar memiliki konsep diri

positif. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tingginya tingkat pendidikan

tidak mempengaruhi konsep diri pekerja anak. Hal ini dapat disebabkan salah

satunya oleh tidak adanya perbedaan upah kerja antara lulusan SD, SMP, dan

SMA. Industri tas dan dompet di Desa Bojong Rangkas menentukan upah pekerja

berdasarkan pengalaman kerja yang dimiliki dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Semakin lama pengalaman pekerja anak pada industri tas dan dompet, semakin

tinggi upah yang diberikan.

Tidak ditemukannya perbedaan konsep diri antara pekerja anak yang

ayahnya berlatar belakang pendidikan SD dan SMP menunjukkan bahwa

pendidikan tidak menjadi prioritas keluarga pekerja anak. Pandangan keluarga

terhadap pendidikan memberikan sumbangan besar bagi pembentukan diri ideal

pekerja anak terkait dengan pendidikan. Diri ideal juga dapat dibentuk oleh

pandangan masyarakat sekitar. Dalam kehidupan masyarakat Desa Bojong

Rangkas, berhenti sekolah untuk bekerja membantu orang tua merupakan hal

yang lumrah, sehingga tidak berdampak negatif pada konsep diri pekerja anak.

6.3 Konsep Diri Pekerja Anak Berdasarkan Pendapatan

Minimnya pendapatan orang tua merupakan alasan utama anak bekerja.

Pendapatan adalah salah satu indikator SSE yang dianggap berhubungan dengan

konsep diri pekerja anak. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui

gambaran konsep diri pekerja anak berdasarkan pendapatan, baik pendapatan

orang tua maupun pendapatan pekerja anak sendiri.

Page 60: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

47 

 

6.3.1 Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua pekerja anak berada dibawah UMR Kabupaten

Bogor. Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya pendapatan orang tua tidak

berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki pekerja anak. Sebagian besar

pekerja anak yang memiliki konsep diri positif adalah pekerja anak yang

memiliki orang tua dengan pendapatan antara Rp 350.000,- sampai dengan Rp

700.000,-. Begitu pula dengan pekerja anak yang memiliki konsep diri negatif

(Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah dan Presentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendapatan Orang Tua Tahun 2010

Pendapatan Konsep Diri

Positif Negatif Jumlah Persentase Jumlah Persentase

< Rp 350.000,- 8 32 2 28,6Rp 350.000,- s.d Rp 700.000,- 13 52 3 42,8Rp 701.000 s.d Rp 1.000.000,- 4 16 2 28,6TOTAL 25 100 7 100

6.3.2 Pendapatan Pekerja Anak

Seluruh pekerja anak memiliki penghasilan di bawah UMR Kabupaten

Bogor. Bahkan sebagian besar pekerja anak hanya memperoleh pendapatan

bulanan sebesar 200 ribu hingga 400 ribu rupiah, dengan 72 jam kerja dalam

sepekan. Namun pekerja anak yang memiliki konsep diri positif sebagian besar

adalah pekerja anak yang berpendapatan bulanan 200 ribu hingga 400 ribu rupiah

(Tabel 7). Tujuh pekerja anak yang memiliki konsep diri negatif juga memiliki

pendapatan 200 ribu hingga 400 ribu rupiah. Tidak satupun pekerja anak yang

berpendapatan diatas 400 ribu rupiah memiliki konsep diri negatif. Berdasarkan

data diperoleh diketahui bahwa tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan

antara pekerja anak pada masing-masing kategori pendapatan.

Tabel 7. Jumlah dan Presentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Konsep Diri dan Pendapatan Pekerja Anak Tahun 2010

Pendapatan Konsep Diri

Positif Negatif Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Rp 200.000,- s.d Rp 400.000,- 21 84 7 100Rp 401.000,- s.d Rp 600.000,- 3 12 0 0Rp 601.000,- s.d Rp 800.000,- 1 4 0 0TOTAL 25 100 7 100

Page 61: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

48 

 

Perbedaan pendapatan bulanan diketahui tidak berhubungan dengan

konsep diri yang dimiliki pekerja anak. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan

pendapatan pekerja anak tidak signifikan. Seluruh pekerja anak memiliki

pendapatan bulanan dibawah UMR Kabupaten Bogor, dalam nominal yang

berbeda-beda berdasarkan pengalaman kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Page 62: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB VII GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL PEKERJA ANAK

Dukungan sosial dapat menyebabkan individu merasa diperhatikan,

bernilai, dan akan mendapat pertolongan ketika ia membutuhkan. Dukungan

sosial dapat memberikan sumbangan positif bagi pekerja anak dalam memandang

dirinya sebagai makhluk sosial. Dukungan sosial pekerja anak dinilai berdasarkan

penilaian subyektif pekerja anak mengenai ada/tidaknya dukungan dari teman,

keluarga, dan orang-orang di sekitarnya. Untuk mengetahuinya, pekerja anak

diberikan pernyataan-pernyataan yang mengandung keempat jenis dukungan

sosial, yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi, dan

dukungan penghargaan.

Berdasarkan respon yang diberikan pada kuesioner, diperoleh skor

dukungan sosial pekerja anak. Seluruh pekerja anak memiliki dukungan sosial

yang kuat (Tabel 8). Skor tersebut menunjukkan bahwa pekerja anak merasa

dirinya mendapat dukungan sosial yang kuat dari teman, keluarga, dan orang-

orang lain di sekitarnya.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial Tahun 2010

Jenis Dukungan Kuat Lemah

Jumlah Persentase Jumlah PersentaseDukungan Instrumental 23 71,9 9 28,1Dukungan Informasi 25 78,1 7 21,9Dukungan Emosi 31 96,9 1 3,1Dukungan Penghargaan 23 71,9 9 28,1Dukungan Sosial 32 100 0 0

Salah satu jenis dukungan yang membentuk dukungan sosial adalah

dukungan instrumental. Semula dukungan instrumental yang dimiliki pekerja

anak diduga lemah karena SSE rendah keluarga mereka, namun ternyata 71,9

persen pekerja anak memiliki dukungan instrumental yang kuat. Sebanyak 28,1

persen pekerja anak lainnya memiliki dukungan instrumental yang lemah. Kuat

atau lemahnya dukungan instrumental pekerja anak terlihat dari skor total respon

pekerja anak pada pernyataan-pernyataan yang menunjukkan ada atau tidaknya

Page 63: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

50 

 

dukungan baik dalam bentuk uang, barang, maupun pelayanan dari orang-orang

di sekitarnya.

Kuatnya dukungan instrumental yang dimiliki 71,9 persen pekerja anak

menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja anak menilai dirinya mendapatkan

dukungan instrumental yang kuat. Penilaian subyektif pekerja anak dapat

berkaitan dengan gaya hidup yang dimiliki. Anak dengan SSE keluarga yang

rendah umumnya memiliki gaya hidup yang lebih rendah daripada individu

dengan SSE keluarga yang tinggi. Semakin tinggi gaya hidup seseorang, semakin

tinggi kebutuhannya. Pekerja anak yang berasal dari keluarga dengan SSE rendah

tentu memiliki tingkat kebutuhan yang lebih rendah pula dibandingkan dengan

anak seusianya yang hidup dalam keluarga dengan SSE rendah. Minimnya

kebutuhan ini dapat mempengaruhi penilaian subyektif pekerja anak mengenai

kuat atau lemahnya dukungan instrumental yang ia peroleh.

Sebanyak 78,1 persen pekerja anak memiliki dukungan informasi yang

kuat, sementara 21,9 persen lainnya memiliki dukungan informasi yang lemah.

Kuat atau lemahnya dukungan informasi yang dimiliki pekerja anak dinilai dari

skor respon yang diberikan pada pernyataan-pernyataan terkait penerimaan

informasi dan saran, baik mengenai pekerjaan, masalah biaya sekolah, maupun

masalah keluarga. Banyaknya responden yang memiliki dukungan informasi

yang kuat menunjukkan bahwa responden merasa mendapatkan cukup banyak

informasi yang dibutuhkan, serta mempunyai orang-orang yang dapat

memberikan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Dukungan informasi yang kuat pada sebagian besar pekerja anak dapat

disebabkan oleh kultur masyarakat Desa Bojong Rangkas yang masih kental rasa

kekeluargaannya. Kultur kekeluargaan pada masyarakat Desa Bojong Rangkas

dapat diketahui salah satunya dengan fakta yang ditemukan bahwa masyarakat

Desa Bojong Rangkas saling kenal satu sama lain, sehingga mudah untuk

menemukan rumah salah satu warga. Kondisi tersebut menjelaskan kultur

masyarakat yang terbuka dengan informasi dan peduli satu sama lain.

Kultur kekeluargaan yang masih ditemukan pada masyarakat Desa Bojong

Rangkas juga dapat menjelaskan penyebab kuatnya dukungan emosi yang

dimiliki pekerja anak. Hampir seluruh pekerja anak, tepatnya 96,9 persen

Page 64: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

51 

 

memiliki dukungan emosi yang kuat. Hanya 3,1 persen pekerja anak yang merasa

memiliki dukungan emosi yang lemah. Jumlah pekerja anak yang memiliki

dukungan emosi kuat mencapai persentase tertinggi dari jenis dukungan sosial

lainnya.

Kuat atau lemahnya dukungan emosi dinilai dari skor respon yang

diberikan responden pada pernyataan-pernyataan mengenai rasa sayang,

perhatian, kehangatan, dan penerimaan secara apa adanya dari orang-orang di

sekitarnya. Tingginya persentase pekerja anak yang memiliki dukungan emosi

yang kuat mengindikasikan banyaknya responden yang merasa mendapatkan rasa

sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang-orang sekitarnya, serta diterima

secara apa adanya. Salah satu bentuk dukungan emosi yang terlihat oleh penulis

adalah adanya keakraban antara anak pemilik LIFERA yang masih duduk di

bangku SMP dengan pekerja anak. Tidak tampak gap dalam hubungan antara

anak majikan dengan pekerja anak.

Dukungan lain yang membentuk dukungan sosial adalah dukungan

penghargaan. Sebanyak 71,9 persen responden memiliki dukungan penghargaan

yang kuat, sedang 28,1 persen lainnya memiliki dukungan penghargaan yang

lemah. Kuat atau lemahnya dukungan penghargaan ini dinilai dari skor respon

yang diberikan pada pernyataan-pernyataan terkait penghargaan positif,

pemberian semangat, persetujuan pendapat, dan perbandingan positif yang dirasa

diterima responden dari orang-orang di sekitarnya. Tingginya persentase pekerja

anak yang memiliki dukungan penghargaan kuat, menunjukkan cukup banyaknya

pekerja anak yang merasa dihargai dan didengar pendapatnya oleh keluarga dan

teman-teman sebaya, serta menerima perbandingan positif dari beberapa orang.

Hasil tersebut menjelaskan masih adanya budaya saling menghargai dalam

kehidupan warga Desa Bojong Rangkas.

7.1 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

Seluruh pekerja anak, baik laki-laki maupun perempuan memiliki

dukungan sosial yang kuat dengan proporsi yang berbeda pada setiap jenis

dukungan sosial. Persentase pekerja anak laki-laki yang memiliki dukungan

instrumental, dukungan informasi, dan dukungan penghargaan kuat, lebih tinggi

dibandingkan pekerja anak perempuan (Tabel 9). Persentase pekerja anak

Page 65: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

52 

 

perempuan yang memiliki dukungan emosi kuat, lebih tinggi dibandingkan

pekerja anak laki-laki.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Jenis Dukungan Laki-Laki

Total Perempuan

Total Kuat Lemah Kuat Lemah

Dukungan Instrumental

Jumlah 11 3 14 12 6 18Persentase 78,6 21,4 100 66,7 33,3 100

Dukungan Informasi

Jumlah 11 3 14 14 4 18Persentase 78,6 21,4 100 77,8 22,2 100

Dukungan Emosi

Jumlah 13 1 14 18 0 18Persentase 92,9 7,1 100 100 0 100

Dukungan Penghargaan

Jumlah 12 2 14 11 7 18Persentase 85,7 14,3 100 61,1 38,9 100

Dukungan Sosial

Jumlah 14 0 14 18 0 18Persentase 100 0 100 100 0 100

Dari keempat jenis dukungan sosial, pekerja anak memiliki dukungan kuat

dengan persentase tertinggi pada dukungan emosi, yaitu 92 persen untuk pekerja

anak laki-laki dan 100 persen untuk pekerja anak perempuan. Dukungan emosi

merupakan dukungan yang tidak memerlukan biaya besar. Dukungan emosi

merupakan dukungan berupa kasih sayang, perhatian, kehangatan, dan

penerimaan secara apa adanya. Persentase penerimaan dukungan emosi yang

hampir mutlak, menunjukkan adanya budaya kekeluargaan di lingkungan sekitar

pekerja anak.

7.2 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan terakhir 50 persen pekerja anak adalah SD, 46,9 persen

pekerja anak sempat duduk di bangku SMP, dan hanya satu pekerja anak yang

telah menamatkan SMA (Tabel 10). Seluruh pekerja anak memiliki dukungan

sosial yang kuat. Dengan demikian tingkat pendidikan pekerja anak tidak

mempengaruhi konsep diri yang dimiliki. Begitu pula dengan tingkat pendidikan

orang tua. Seluruh pekerja anak, baik yang pendidikan akhir orang tuanya SD

maupun SMP memiliki konsep diri positif. Hal ini dapat disebabkan lingkungan

pendidikan masyarakat Desa Bojong Rangkas yang sebagian besar berpendidikan

rendah, sehingga perlakuan masyarakat terhadap pekerja anak, termasuk

pemberian dukungan sosialnya cenderung sama. Kultur kekeluargaan masyarakat

Page 66: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

53 

 

Desa Bojong Rangkas yang cukup kental juga berperan pada kuatnya dukungan

sosial yang dimiliki pekerja anak.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial dan Pendidikan Tahun 2010

Pendidikan Terakhir Pendidikan

Pekerja Anak Total Pendidikan Orang Tua Total

SD SMP SMA SD SMP Dukungan Sosial Kuat

Jumlah 16 15 1 32 20 12 32Persentase 50 46,9 3,1 100 62,5 37,5 100

7.3 Dukungan Sosial Pekerja Anak Berdasarkan Pendapatan

Sebagaimana terlihat pada Gambar 5, pendapatan seluruh pekerja anak

berada dibawah UMR Kabupaten Bogor. Pekerja anak juga memiliki pendapatan

bulanan dibawah UMR Bogor (Gambar 7). Besarnya pendapatan orang tua dan

pekerja anak tidak berpengaruh terhadap dukungan sosial yang dimiliki, karena

seluruh pekerja anak memiliki dukungan sosial yang kuat. Homogenitas

pendapatan ini dapat menjadi salah satu penyebab kuatnya dukungan sosial

pekerja anak.

Page 67: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB VIII HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN

KONSEP DIRI PEKERJA ANAK

Anak yang memiliki konsep diri positif akan mampu merencanakan dan

memandang masa depannya dengan baik. Walaupun SSE keluarga yang rendah

dinyatakan menyebabkan konsep diri negatif pada diri anak, hal sebaliknya

terjadi pada pekerja anak di Desa Bojong Rangkas. Sebagian besar pekerja anak

justru memiliki konsep diri positif. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui

kuesioner, seluruh pekerja anak diketahui memiliki dukungan sosial yang kuat.

Dukungan sosial dapat menjadi masukan bagi pekerja anak dalam memandang

dirinya sebagai makhluk sosial. Perspektif diri sosial merupakan salah satu

komponen pembentuk konsep diri. Oleh karena itu penting untuk dilihat

hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak.

8.1 Dukungan Instrumental dan Konsep Diri Pekerja Anak

Dukungan instrumental merupakan dukungan dalam bentuk uang, barang,

makanan, dan pelayanan. Dukungan instrumental ditemukan berhubungan

dengan konsep diri pekerja anak.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Instrumental dan Konsep Diri Tahun 2010

Konsep Diri

Dukungan Instrumental TOTAL

Kuat Lemah

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Diri Fisik Positif 18 81,8 4 18,2 22 100

Negatif 5 50,0 5 50,0 10 100

Diri Personal Positif 19 76,0 6 24,0 25 100

Negatif 4 57,1 3 42,9 7 100

Diri Keluarga Positif 22 84,6 4 15,4 26 100

Negatif 1 16,7 5 83,3 6 100

Diri Sosial Positif 21 84,0 4 16,0 25 100

Negatif 2 28,6 5 71,4 7 100

Kepuasan Diri Positif 18 66,7 9 33,3 27 100

Negatif 5 100,0 0 0,0 5 100

Konsep Diri Positif 21 84,0 4 16,0 25 100

Negatif 2 28,6 5 71,4 7 100

Page 68: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

55 

 

Aspek konsep diri yang berhubungan dengan dukungan instrumental

adalah aspek diri keluarga dan diri sosial (Tabel 11). Berdasarkan data yang

diperoleh, dukungan instrumental yang dimiliki pekerja anak memiliki hubungan

searah dengan aspek diri keluarga, diri sosial, dan konsep diri pekerja anak.

Jumlah pekerja anak dengan aspek diri keluarga positif yang memiliki dukungan

instrumental kuat mencapai persentase tertinggi, yaitu 84,6 persen. Jumlah

pekerja anak dengan aspek diri keluarga negatif yang memiliki dukungan

instrumental lemah juga mencapai persentase tertinggi, yaitu 83,3 persen. Jumlah

pekerja anak dengan aspek diri sosial positif dan konsep diri positif yang

memiliki dukungan instrumental kuat mencapai 84 persen. Jumlah pekerja anak

dengan aspek diri sosial negatif dan konsep diri negatif yang memiliki dukungan

instrumental lemah mencapai 71,4 persen. Hasil ini sesuai dengan hasil uji

paramer Korelasi Pearson (Tabel 12).

Tabel 12. Hasil Analisis Uji Korelasi Pearson antara Dukungan Instrumental dan Konsep Diri Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Tahun 2010

Sub Peubah Dukungan Instrumental

Diri Fisik Pearson Correlation 0,270

Sig. (1-tailed) 0,068

Diri Personal Pearson Correlation -0,216

Sig. (1-tailed) 0,117

Diri Keluarga Pearson Correlation 0,582**

Sig. (1-tailed) 0,000

Diri Sosial Pearson Correlation 0,411**

Sig. (1-tailed) 0,010

Kepuasan Diri Pearson Correlation 0,184

Sig. (1-tailed) 0,156

Konsep Diri Pearson Correlation 0,383*

Sig. (1-tailed) 0,015

** Korelasi signifikan pada level 0,01 (1-tailed) * Korelasi signifikan pada level 0,05 (1-tailed)

Berdasarkan Tabel 12, dukungan instrumental pekerja anak memiliki

hubungan searah dengan aspek diri keluarga (0,582), diri sosial (0,411), dan

konsep diri (0,383) yang dimiliki. Dengan demikian, semakin kuat dukungan

instrumental yang dimiliki pekerja anak, semakin positif pandangan pekerja anak

terhadap aspek diri keluarga, diri sosial, dan konsep diri yang dimilikinya.

Page 69: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

56 

 

Hubungan antara dukungan instrumental dan aspek diri keluarga pekerja anak

signifikan pada α=0,01 dengan nilai probabilitas 0,000. Hubungan antara

dukungan instrumental dan aspek diri sosial pekerja anak juga signifikan pada

α=0,01 dengan nilai probabilitas 0,010. Hubungan antara dukungan instrumental

dan konsep diri pekerja anak signifikan pada α=0,05 dengan nilai probabilitas

0,015.

Dukungan instrumental yang kuat menunjukkan bahwa pekerja anak

merasa mendapatkan cukup dukungan materi. Hal tersebut dapat membuat

pekerja anak merasa tidak menyusahkan orang tua, sehingga memiliki hubungan

yang baik dengan anggota keluarga dan terbentuklah pandangan positif pekerja

anak terhadap dirinya sebagai anggota keluarga. Dukungan instrumental yang

kuat juga dapat mempermudah pekerja anak berinteraksi sosial dengan orang-

orang disekitarnya yang bukan anggota keluarga, salah satunya ikut serta dalam

berbagai kegiatan bersama teman-teman sebayanya. Interaksi sosial yang baik

membuat pekerja anak memiliki pandangan positif terhadap dirinya sebagai

makhluk sosial. Hubungan dukungan instrumental pekerja anak dengan konsep

diri yang dimiliki dapat dijelaskan dengan teori konsep diri dalam Burns (1984).

Dukungan instrumental yang kuat menggambarkan kepemilikan materi yang

baik, yang sering dikaitkan dengan status ekonomi. (Burns, 1984) menyatakan

bahwa anak-anak dari kelas ekonomi atas memiliki konsep diri yang lebih baik

(positif) dibandingkan anak-anak yang berasal dari kelas ekonomi bawah.

Dukungan instrumental ditemukan tidak berhubungan dengan aspek diri

fisik. Artinya kecukupan materi tidak membuat pekerja anak memiliki pandangan

lebih positif terhadap penampilan, kesehatan, dan kekuatan fisiknya. Dukungan

instrumental juga tidak berhubungan dengan aspek diri personal, yang berarti

kecukupan materi tidak membuat pekerja anak memiliki pandangan lebih positif

terhadap kepribadiannya. Kecukupan materi juga tidak membantu pekerja anak

untuk lebih merasa puas akan kondisi dirinya. Hal ini terlihat dari tidak

ditemukannya hubungan antara dukungan instrumental dan aspek kepuasan diri.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecukupan materi dan penampilan fisik

tidak menjadi tujuan utama dalam kehidupan pekerja anak.

Page 70: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

57 

 

8.2 Dukungan Informasi dan Konsep Diri Pekerja Anak

Dukungan informasi merupakan dukungan dalam bentuk informasi dan

saran. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak terlihat hubungan antara dukungan

informasi dan konsep diri pekerja anak (Tabel 13).

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Informasi dan Konsep Diri Tahun 2010

Konsep Diri

Dukungan Informasi TOTAL

Kuat Lemah

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Diri Fisik Positif 17 77,3 5 22,7 22 100

Negatif 8 80,0 2 20,0 10 100

Diri Personal Positif 19 76,0 6 24,0 25 100

Negatif 6 85,7 1 14,3 7 100

Diri Keluarga Positif 20 76,9 5 23,1 25 100

Negatif 5 83,3 2 16,7 7 100

Diri Sosial Positif 22 80,0 5 20,0 25 100

Negatif 3 71,4 2 28,6 5 100

Kepuasan Diri Positif 20 81,5 5 18,5 25 100

Negatif 5 60,0 2 40,0 7 100

Konsep Diri Positif 17 80,0 5 20,0 22 100

Negatif 8 71,4 2 28,6 10 100

Tidak adanya hubungan antara dukungan informasi dan konsep diri serta

seluruh aspek konsep diri, dapat dikarenakan saran dari orang lain yang dapat

mempengaruhi konsep diri hanyalah saran yang diberikan dari significant others.

Informasi dan saran yang didapat oleh pekerja anak mungkin saja berasal dari

orang diluar significant others, sehingga tidak mempengaruhi konsep diri pekerja

anak. Namun sumber informasi pekerja anak tidak dikaji dalam penelitian ini.

8.3 Dukungan Emosi dan Konsep Diri Pekerja Anak

Dukungan emosi merupakan dukungan dalam bentuk rasa sayang,

perhatian, kehangatan, dan penerimaan secara apa adanya. Persentase pekerja

anak yang memiliki dukungan emosi yang kuat mencapai 96,9 persen. Tingginya

persentase tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh pekerja anak merasa

mendapatkan rasa sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang-orang sekitarnya,

serta diterima secara apa adanya. Hanya satu pekerja anak yang memiliki

Page 71: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

58 

 

dukungan emosi lemah. Pekerja anak dengan dukungan emosi yang lemah

ditemukan memiliki pandangan negatif terhadap aspek diri fisik, diri sosial, dan

kepuasan diri, (Tabel 14). Skor konsep diri pekerja anak tersebut juga negatif,

namun ia memiliki pandangan positif terhadap aspek diri personal dan diri

keluarga. Artinya, ia memandang dirinya sebagai pribadi yang baik dan memiliki

hubungan yang baik dengan anggota keluarga. Namun demikian hasil tersebut

tidak dapat digeneralisir, sebab jumlah pekerja anak yang memiliki dukungan

emosi lemah hanya satu orang.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Emosi dan Konsep Diri Tahun 2010

Konsep Diri

Dukungan Emosi TOTAL

Kuat Lemah Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Diri Fisik Positif 22 100,0 0 0,0 22 100Negatif 9 90,0 1 10,0 10 100

Diri Personal Positif 24 96,0 1 4,0 25 100

Negatif 7 100,0 0 0,0 7 100

Diri Keluarga Positif 25 96,2 1 3,8 26 100

Negatif 6 100,0 0 0,0 6 100

Diri Sosial Positif 25 100,0 0 0,0 25 100

Negatif 6 85,7 1 14,3 7 100

Kepuasan Diri Positif 27 100,0 0 0,0 27 100

Negatif 4 80,0 1 20,0 5 100

Konsep Diri Positif 25 100,0 0 0,0 25 100

Negatif 6 85,7 1 14,3 7 100

Hasil uji analisis dengan korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat

hubungan searah (0,309) antara dukungan emosi dan aspek diri fisik pekerja anak

yang signifikan pada α=0,05 dengan probabilitas 0,043 (Tabel 15). Terdapat pula

hubungan searah (0,395) antara dukungan emosi dan aspek diri personal pekerja

anak yang signifikan pada α=0,05 dengan probabilitas 0,013. Dukungan emosi

juga ditemukan memiliki hubungan searah (0,322) dengan aspek diri sosial

pekerja anak, yang signifikan pada α=0,05 dengan probabilitas 0,036. Artinya,

semakin kuat dukungan emosi pekerja anak, semakin positif pandangan pekerja

anak terhadap penampilan fisiknya, dan semakin positif pula pandangannya

terhadap dirinya sebagai sebuah pribadi dan makhluk sosial.

Page 72: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

59 

 

Dukungan emosi memiliki hubungan searah (0,057) dengan kepuasan diri

pekerja anak, yang signifikan pada α=0,01 (Tabel 15). Artinya, semakin kuat

dukungan emosi pekerja anak, semakin tinggi tingkat kepuasan dirinya.

Hubungan yang terjadi antara dukungan emosi dan kepuasan diri pekerja anak

sangat kuat. Ditemukan pula hubungan yang signifikan pada α=0,01 antara

dukungan emosi pekerja anak dan konsep diri yang dimiliki. Semakin kuat

dukungan berupa rasa sayang, perhatian, kehangatan, dan penerimaan secara apa

adanya yang diterima pekerja anak, semakin positif konsep diri yang dimiliki,

hubungan yang terjadi sangat kuat. Maka hipotesis minor yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan emosi dan konsep diri

pekerja anak diterima. Namun dukungan emosi ditemukan tidak berhubungan

dengan aspek diri keluarga pekerja anak. Dukungan emosi yang kuat tidak

menambah positif pandangan diri anak terhadap dirinya sebagai anggota

keluarga.

Tabel 15. Hasil Analisis Uji Korelasi Pearson antara Dukungan Emosi dan Konsep Diri Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas

Konsep Diri Dukungan Emosi

Diri Fisik Pearson Correlation 0,309*

Sig. (1-tailed) 0,043

Diri Personal Pearson Correlation 0,395*

Sig. (1-tailed) 0,013

Diri Keluarga Pearson Correlation 0,201

Sig. (1-tailed) 0,135

Diri Sosial Pearson Correlation 0,322*

Sig. (1-tailed) 0,036

Kepuasan Diri Pearson Correlation 0,527**

Sig. (1-tailed) 0,001

Konsep Diri Pearson Correlation 0,437**

Sig. (1-tailed) 0,006

** Korelasi signifikan pada level 0,01 (1-tailed) * Korelasi signifikan pada level 0,05 (1-tailed)

8.4 Dukungan Penghargaan dan Konsep Diri Pekerja Anak

Dukungan penghargaan merupakan dukungan dalam bentuk penghargaan

positif, pemberian semangat, persetujuan pendapat, dan perbandingan positif

dengan orang lain. Sebagian besar pekerja anak yang memiliki pandangan positif

Page 73: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

60 

 

terhadap diri sosial dan konsep diri (80 persen), memiliki dukungan penghargaan

yang kuat (Tabel 16). Sebaliknya, sebagian besar pekerja anak yang memiliki

pandangan negatif terhadap aspek diri sosial dan konsep diri (57,1 persen),

memiliki dukungan penghargaan yang lemah. Namun hasil tersebut belum cukup

untuk membuktikan adanya hubungan antara dukungan penghargaan dengan

aspek diri sosial dan konsep diri pekerja anak.

Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Pearson, tidak terdapat hubungan

antara dukungan penghargaan dengan pandangan pekerja anak pada aspek diri

fisik, diri personal, diri keluarga, diri sosial, dan kepuasan diri yang dimiliki.

Tidak ditemukan pula hubungan antara dukungan penghargaan dengan konsep

diri pekerja anak. Dengan demikian hipotesis minor yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan signifikan antara dukungan penghargaan dan konsep diri

pekerja anak ditolak.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Penghargaan dan Konsep Diri Tahun 2010

Konsep Diri

Dukungan Penghargaan TOTAL

Kuat Lemah

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Diri Fisik Positif 17 77,3 5 22,7 22 100

Negatif 6 60,0 4 40,0 10 100

Diri Personal Positif 19 76,0 6 24,0 25 100

Negatif 4 57,1 3 42,9 7 100

Diri Keluarga Positif 20 76,9 6 23,1 26 100

Negatif 3 50,0 3 50,0 6 100

Diri Sosial Positif 20 80,0 5 20,0 25 100

Negatif 3 42,9 4 57,1 7 100

Kepuasan Diri Positif 19 70,4 8 29,6 27 100

Negatif 4 80,0 1 20,0 5 100

Konsep Diri Positif 20 80,0 5 20,0 25 100

Negatif 3 42,9 4 57,1 7 100

8.5 Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak

Dukungan sosial merupakan sekumpulan informasi yang dapat membuat

individu percaya bahwa ia diperhatikan, bernilai, dan akan mendapat pertolongan

ketika ia membutuhkan (Sarason, 1983 dalam Anitaliza, 1999). Dukungan sosial

Page 74: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

61 

 

dapat menjadi sumber perspektif diri sosial pekerja anak yang membentuk konsep

diri. Seluruh pekerja anak di Desa Bojong Rangkas ditemukan memiliki

dukungan sosial yang kuat, namun tidak semua pekerja anak memiliki konsep diri

positif. Walau demikian, sebagian besar pekerja anak memiliki konsep diri

positif, yaitu mencapai 78,1 persen.

Berdasarkan Tabel 17, persentase pekerja anak yang memandang positif

dirinya dalam aspek diri fisik, diri personal, diri keluarga, diri sosial, dan

kepuasan diri, menunjukkan angka dominan. Sebaliknya, persentase pekerja anak

yang memandang negatif dirinya dalam seluruh aspek diri menunjukkan angka

dibawah 50 persen.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Menurut Dukungan Sosial dan Konsep Diri Tahun 2010

Konsep Diri Dukungan Sosial Kuat

Jumlah Persentase

Diri Fisik Positif 22 68,8

Negatif 10 31,2

Total 32 100,0

Diri Personal Positif 25 78,1

Negatif 7 21,9

Total 32 100,0

Diri Keluarga Positif 26 81,2

Negatif 6 18,8

Total 32 100,0

Diri Sosial Positif 25 78,1

Negatif 7 21,9

Total 32 100,0

Kepuasan Diri Positif 27 84,4

Negatif 6 15,6

Total 32 100,0

Konsep Diri Positif 25 78,1

Negatif 7 21,9

Total 32 100,0

Untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dan konsep diri beserta

seluruh aspek diri dilakukan uji korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisis uji

korelasi Pearson, tidak ditemukan hubungan antara dukungan sosial dan aspek

Page 75: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

62 

 

diri personal keluarga anak (Tabel 18). Dengan demikian kuatnya dukungan

sosial pekerja anak tidak berhubungan dengan cara pandang pekerja anak

terhadap dirinya sebagai sebuah pribadi.

Tabel 18. Hasil Analisis Uji Korelasi Pearson antara Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak di Desa Bojong Rangkas Tahun 2010

Konsep Diri Dukungan Sosial

Diri Fisik Pearson Correlation 0,455**

Sig. (1-tailed) 0,004

Diri Personal Pearson Correlation 0,141

Sig. (1-tailed) 0,221

Diri Keluarga Pearson Correlation 0,635**

Sig. (1-tailed) 0,000

Diri Sosial Pearson Correlation 0,507**

Sig. (1-tailed) 0,002

Kepuasan Diri Pearson Correlation 0,478**

Sig. (1-tailed) 0,003

Konsep Diri Pearson Correlation 0,612**

Sig. (1-tailed) 0,000

** Korelasi signifikan pada level 0,01 (1-tailed)

* Korelasi signifikan pada level 0,05 (1-tailed)

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan searah

(0,455) antara dukungan sosial dan aspek diri fisik pekerja anak, yang signifikan

pada α=0,01 dengan nilai probabilitas 0,004 (Tabel 18). Terdapat pula hubungan

searah (0,635) antara dukungan sosial dan aspek diri keluarga pekerja anak yang

signifikan pada α=0,01 dengan nilai probabilitas 0,000. Dukungan sosial juga

ditemukan memiliki hubungan searah (0,507) dengan aspek diri sosial, yang

signifikan pada α=0,01 dengan nilai probabilitas 0,002. Demikian pula terdapat

hubungan searah (0,478) antara dukungan sosial dan aspek kepuasan diri pekerja

anak, yang signifikan pada α=0,01 dengan nilai probabilitas 0,003. Artinya,

semakin kuat dukungan sosial pekerja anak, semakin positif pandangannya

terhadap aspek diri fisik, diri keluarga, diri sosial, dan kepuasan diri yang

dimiliki. Hubungan yang terjadi antara dukungan sosial dengan keempat aspek

diri tersebut sangat signifikan. Selain itu terdapat hubungan searah (0,612) antara

dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak, yang signifikan pada α=0,01

dengan nilai probabilitas 0,000. Artinya, semakin kuat dukungan sosial yang

Page 76: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

63 

 

diterima pekerja anak, semakin positif konsep diri yang dimilikinya. Hubungan

yang terjadi sangat signifikan. Maka hipotesis mayor yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak

diterima.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja anak

memiliki konsep diri positif, meskipun berasal dari keluarga dengan SSE rendah.

Kuatnya dukungan sosial yang diterima pekerja anak ditemukan sangat

mempengaruhi perspektif diri sosial pekerja anak, sehingga mereka tidak

terganggu dengan kondisi SSE keluarga yang rendah. Dengan demikian

dukungan sosial terbukti memiliki hubungan yang searah dan cukup kuat dengan

konsep diri pekerja anak. Adapun jenis dukungan yang dapat membantu

meningkatkan konsep diri pekerja anak adalah dukungan instrumental dan

dukungan emosi.

Page 77: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:

1.) Pekerja anak di Desa Bojong Rangkas yang berasal dari keluarga dengan

SSE rendah berjumlah 32 orang, terdiri dari: 15 pekerja anak laki-laki dan

22 pekerja anak perempuan. Pendidikan tidak menjadi prioritas keluarga

pekerja anak. Seluruh orang tua pekerja anak berpendidikan rendah.

Mayoritas pekerja anak memiliki pendidikan rendah dan telah putus

sekolah, hanya dua pekerja anak yang telah menamatkan SMA.

Pendapatan orang tua pekerja anak berada dibawah UMR Kabupaten

Bogor, begitu pula dengan pendapatan pekerja anak. Pendapatan pekerja

anak tidak ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan, melainkan

berdasarkan pengalaman dan jenis pekerjaan.

2.) Terjadi eksploitasi pada pekerja anak di Desa Bojong Rangkas. Pekerja

anak mendapatkan penghasilan yang jauh di bawah UMR, dengan 72 jam

kerja selama sepekan. Tidak ada kontrak kerja yang jelas antara

pengusaha dan pekerja anak. Selain itu tidak ada pemisahan tempat kerja

antara pekerja anak dan pekerja dewasa.

3.) SSE rendah keluarga pekerja anak tidak serta merta membuat konsep diri

pekerja anak negatif. Sebagian besar pekerja anak di Desa Bojong

Rangkas, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki konsep diri positif

dengan proporsi yang berbeda-beda pada setiap aspek diri yang dimiliki.

Perbedaan tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua tidak

mempengaruhi konsep diri pekerja anak. Perbedaan tingkat pendidikan

dan pendapatan pekerja anak juga tidak mempengaruhi konsep diri yang

dimiliki.

4.) Seluruh pekerja anak memiliki dukungan sosial yang kuat. Meskipun

berada dalam keluarga dengan SSE rendah, sebagian besar pekerja anak

merasa menerima dukungan instrumental yang kuat. Persentase pekerja

anak laki-laki yang memiliki dukungan instrumental, informasi, dan

Page 78: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

65 

 

penghargaan yang kuat, lebih tinggi dibandingkan pekerja anak

perempuan. Pada dukungan emosi, seluruh pekerja anak perempuan

memiliki dukungan emosi yang kuat, sehingga persentasenya lebih tinggi

dibandingkan pekerja anak laki-laki. Perbedaan tingkat pendidikan dan

pendapatan pekerja anak dan orang tuanya tidak berhubungan dengan

dukungan sosial yang diterima pekerja anak.

5.) Terdapat hubungan searah yang sangat signifikan pada α=0,01 antara

dukungan sosial dan konsep diri pekerja anak. Semakin kuat dukungan

sosial yang diterima pekerja anak, semakin positif konsep diri yang

dimiliki. Maka hipotesis mayor diterima. Karena itu dukungan sosial

penting bagi anak dengan SSE keluarga yang rendah. Dukungan sosial

juga memiliki hubungan searah dengan pandangan pekerja anak terhadap

aspek diri fisik, diri keluarga, diri sosial, dan kepuasan diri yang dimiliki,

yang sangat signifikan pada α=0,01. Dukungan sosial tidak memiliki

hubungan dengan pandangan pekerja anak terhadap aspek diri personal

yang dimiliki.

6.) Jenis dukungan sosial yang berhubungan dengan konsep diri pekerja anak

adalah dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan emosi.

Terdapat hubungan searah yang sangat signifikan pada α=0,01 antara

dukungan emosi dan konsep diri pekerja anak. Semakin kuat dukungan

sosial pekerja anak, semakin positif konsep diri yang dimiliki. Maka

hipotesis minor yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan

antara dukungan emosi dan konsep diri pekerja anak diterima. Tidak

ditemukan hubungan antara dukungan penghargaan dan konsep diri

pekerja anak. Maka hipotesis minor yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan signifikan antara dukungan penghargaan dan konsep diri

pekerja anak ditolak.

7.) Dukungan instrumental sebagian besar pekerja anak kuat, meskipun

pekerja anak berasal dari keluarga dengan SSE rendah. Terdapat

hubungan searah antara dukungan instrumental dan pandangan pekerja

anak pada aspek diri keluarga dan diri sosial yang dimiliki. Semakin kuat

dukungan instrumental yang diterima pekerja anak, semakin positif

Page 79: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

66 

 

pandangannya terhadap dirinya sebagai anggota keluarga dan makhluk

sosial.

9.2 Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan bukanlah prioritas utama

dalam keluarga pekerja anak. Bekerja membantu orang tua dipandang lebih

bermanfaat dari pada harus bersekolah yang akan menghabiskan banyak biaya.

Pandangan yang telah turun temurun tersebut membentuk konsep diri ideal

pekerja anak. Karenanya penulis menyarankan beberapa hal, antara lain:

1.) Masyarakat Desa Bojong Rangkas, khususnya keluarga pekerja anak perlu

diberikan wawasan mengenai pentingnya pendidikan. Dengan wawasan

mengenai pendidikan yang lebih baik, diharapkan diri ideal pekerja anak

dapat berubah, sehingga akan melahirkan generasi yang memiliki SSE

lebih baik dari generasi pekerja anak saat ini.

2.) Pemeintah perlu mengoptimalkan penduduk usia produktif untuk dapat

bekerja, khususnya orang tua pekerja anak, sehingga dapat mengurangi

jumlah pekerja anak.

3) Pekerja anak perlu mendapat perlindungan hukum. Pemerintah harus

memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap UU mengenai

ketenagakerjaan. Selain itu perlu disosialisasikan program pendidikan non

formal Kejar Paket B dan C pada keluarga pekerja anak, sebagai solusi

agar pekerja anak tidak putus sekolah namun dapat tetap bekerja.

4.) Anak-anak dengan SSE keluarga yang rendah seperti pekerja anak di Desa

Bojong Rangkas perlu diberikan dukungan sosial yang kuat. Dukungan

sosial membuat kondisi ekonomi tidak serta merta menjadi penghambat

masa depan anak. Kuatnya dukungan sosial yang diterima anak dapat

membantunya memiliki konsep diri positif. Konsep Diri positif akan

membantu anak memandang positif dirinya, sehingga berani menatap

positif masa depan. Hal ini memberikan harapan yang baik bagi masa

depan anak yang hidup dalam kondisi SSE keluarga yang rendah.

Page 80: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

DAFTAR PUSTAKA

Anitaliza. 1999. Hubungan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Sosial pada Anak Panti Asuhan di Panti Asuhan Harapan Remaja, Panti Asuhan Ani’mah, dan Panti Asuhan Kampung Melayu Jakarta. Skripsi. Jakarta: Universitas Persada Indonesia Y.A.I.

Asih, Anny Widhi. 2007. Pekerja Anak dan Kontribusinya Bagi Pendapatan Rumah Tangga, Studi Kasus Pekerja Anak di Desa Cangkuang Kulon, Kecamatan Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Astuti, Devi Tri. 1998. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Harga Diri pada Anak yang Bekerja di Jalan di Jakarta. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Baron, R.A. dan Byrne, Donn. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1, edisi kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Baskara, Tri Cahyo. 2010. Tenaga Kerja Anak dalam Ekonomi Rumahtangga Miskin, Studi Kasus Desa Rawakompeni, Kelurahan Kamal, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Belum Diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Burns, R.B. 1984. The Self Concept: Theory, Measurement, Development, and Behaviour. New York: Longman Inc.

Bursteln, A. Joseph. n.d. Petunjuk Lengkap Mendidik Anak. Jakarta: Mitra Utama.

Dahlan, M. Jawad. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Departemen Pendidikan Nasional 2004. Pendidikan Keluarga Berbasis Gender. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2008. Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Dianah, Amalia. 2010. Peran Dukungan Sosial terhadap Konsep Diri Anak dengan Status Sosial Ekonomi Rendah. Studi Pustaka. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. IPB.

Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumberdaya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Ellys J. n.d. Kiat-Kiat Meningkatkan Potensi Belajar Anak. Bandung: Pustaka Hidayah.

Gubernur Jawa Barat 2009. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 561/Kep.1665-Bangsos/2009 Tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2010. Bandung: Provinsi Jawa Barat.

Page 81: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

68 

 

Hanggarawati, Utilithia Banguningsih. 2007. Hubungan antara Tingkat Stress dan Persepsi tentang Dukungan Sosial pada Remaja dengan Status Sosial Ekonomi (SSE) Rendah. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Hurlock, Elizabeth. B. n.d. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Indrayanto. 2010. ‘Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu’. www.shvoong.comsocial-scienceseducation2025344-program-bos-dan-wajib-belajar.html

Kepala Desa Bojongrangkas. 2009. Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Bojongrangkas Kecamatan Ciampea Tahun 2009. Kabupaten Bogor.

Lahey, Benjamin B. 2002. Essentials of Psychology. New York: Mc.Graw-Hill.

Mazdalifah. 1999. Hubungan Keterdedahan Tayangan Kekerasan di Televisi dengan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Anak, Kasus Murid SD Negeri 1 Gunung Batu, Bogor Barat. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Musyarofah, Siti Anis. 2006. Strategi Nafkah Rumah Tangga Miskin Perkotan, Studi Kasus Kampung Sawah, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nolte, Dorothy Law. 1998. Children Learn What They Live. New York: Workman Publishing Company.

Patmonodewo, DR. Soemiarto. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Poskota, 14 Mei 2010, ‘ILO Prihatinkan Pekerja Anak’. http://ekerala.net/r.php?url=http://www.poskota.co.id/beritaterkini/2010/05/14/ilo-prihatinkan-pekerja-anak&title=pekerja%20anak&type=web.

Pramuchtia, Yunda. 2008. Konsep Diri Anak Jalanan. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sarason, G.I., Levine, M.H., Basham, B.R., dan Sarason, R.B. 1983 .Assessing Social Support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality & Social Psychology. Volume 44 No.1:130.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyowanto, Hari. 2011. ‘Siapkan SDM Berkualitas Sambut Bonus Demografi’. www.gemari.or.idartikeldetail.phpid=4343.htm

Singarimbun, M. dan Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Situs Departemen Komunikasi dan Informasi Nasional. ‘Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar’. www.static.depkominfo.go.id/data/perundangan.

Tjipsastra, Tetty Elitasari. 2007. Hubungan antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak-Anak Panti Asuhan dan Perbedaannya dari Anak-Anak yang Diasuh Dalam Keluarga. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Page 82: SKRIPSI DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47296/I11adi.pdf · dalam kemiskinan atau Status Sosial Ekonomi (SSE) ... Penelitian menggunakan

69 

 

Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. http://tantrapuan. wordpress.com/2009/05/13/undang-undang-republik indonesia-nomor-23-tahun-2002-tentang-perlindungan-anak/.

Wahyuni, Ekawati S. dan Muljono Pudji. 2007. Metode Penelitian Sosial (KPM 398). Bogor: Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Wiggins, B., Wiggins J. dan Zanden J. 1994. Social Psychology, the Fifth Edition. Mc.Graw-Hill, Inc.

Willis, Sofyan S. 2008. Remaja & Masalahnya: Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: ALFABETA.