skripsi disusun oleh : theo kharismajaya e1a008332fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/skripsi theo...
TRANSCRIPT
i
i
PENGAWASAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS TERHADAP KUALITAS AIR MINUM USAHA DEPOT AIR
MINUM ISI ULANG (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010)
SKRIPSI
Disusun
Oleh :
THEO KHARISMAJAYA
E1A008332
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2013
ii
PENGAWASAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS TERHADAP KUALITAS AIR MINUM USAHA DEPOT AIR
MINUM ISI ULANG (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Disusun
Oleh :
THEO KHARISMAJAYA
E1A008332
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2013
i
Lembar Pengesahan Skripsi
PENGAWASAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS TERHADAP KUALITAS AIR MINUM USAHA DEPOT AIR
MINUM ISI ULANG (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010)
Disusun Oleh :
THEO KHARISMAJAYA
E1A008332
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disahkan
Pada Tanggal : 22 Februari 2013
Pembimbing I/Penguji I
Tedi Sudrajat, S.H., M.H.
NIP. 19800403 200604 1 003
Pembimbing II/Penguji II
Rochati, S.H., M.Hum.
NIP. 19541009 198403 2
001
Penguji III
Sunarto, S.H.
NIP. 19491111 198003 1
001
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Dr. Angkasa, S.H., M.Hum.
NIP. 19640923 198901 1 001
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGAWASAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS TERHADAP KUALITAS AIR MINUM USAHA DEPOT AIR
MINUM ISI ULANG (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010)
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta
informasi-informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
Dan apabila ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut
diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.
Purwokerto, 22 Februari 2013
THEO KHARISMAJAYA
NIM E1A008332
iii
ABSTRAK
Judul : PENGAWASAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANYUMAS TERHADAP KUALITAS AIR MINUM USAHA DEPOT
AIR MINUM ISI ULANG (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010)
Nama : THEO KHARISMAJAYA
NIM : E1A008332
Sumber daya yang penting bagi kehidupan masyarakat, air memerlukan
perhatian yang lebih dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaannya. Di Indonesia
sendiri, yang merupakan negara dengan wilayah perairan yang cukup luas kadang
masih kurang perhatian dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya air
bagi kehidupan. Banyak diantara kasus yang terjadi adalah pemanfaatan yang
pemeliharaan sumber daya air tersebut menyalahi standar rasional penggunaan
dan merugikan banyak pihak. Salah satu kasus penting yang sekarang ini terjadi
dan perlu mendapat perhatian lebih adalah mengenai penyediaan air minum bagi
masyarakat yang merupakan sumber penting bagi tata kehidupan. Pengaturannya,
kualitas air minum yang dapat didistribusikan ke masyarakat ada di dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum pengawasan dapat dilakukan dengan Pengawasan intern, adalah
pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada
dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Setiap
pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk
pimpinan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing. Pengawasan ekstern, adalah pengawasan yang
dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri.
Penegakan hukum dan penataan yang efektif dan efisien dapat dilakukan
dengan mempergunakan paling tidak tiga macam penegakan hukum, yaitu
penegakan hukum administrasi, perdata, dan pidana di antara ketiga bentuk
penegakan hukum yang tersedia, penegakan hukum administrasi dianggap sebagai
upaya penegakan hukum terpenting, hal ini karena penegakan hukum administrasi
lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan di samping itu, penegakan hukum administrasi juga bertujuan untuk
menghukum pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan. Penegakan hukum
perdata merupakan upaya penegakan hukum terpenting kedua setelah hukum
administrasi karena tujuan dari penegakannya hanya terfokus pada upaya
permintaan ganti rugi oleh korban kepada pencemar atau perusak lingkungan.
Penegakan hukum pidana dipandang sebagai ultimum remedium atau upaya
hukum terakhir karena penegakan hukum di sini ditujukan untuk menjatuhkan
pidana penjara atau denda kepada pelaku pencemaran dan/atau perusak
lingkungan hidup.
Kata Kunci : Pengawasan, Kualitas Air Minum, Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas
iv
ABSTRACT
As the important resource for the social community, water requires more
attention in the utilization and maintenance. In Indonesia, a country with fairly
broad waters, sometimes are lacking attention in the utilazation and maintenance
of water resources for life. Many of the cases is the utilization where the
maintenance of water resources violate the standard of rational use and
detrimental to many parties. One of the important cases that currently going on
and needs more attention is the provision of drinking water for the community as
an important source for the livelihood. Water in life, actually have explored a
large-scale thus allowing the emergence of a limitation. The vital need to human
beings is the need for water. The need for water includes the need for drinking
water. The clean and healthy water is an indispensable qualification for the
fulfillment of those needs. This is because the use of water as drinking water is
directly related to the human body, so the quality should be maintained in order
not to harm the human body itself. Water is a chemical compound that is essential
for human life on the world. The function of water for life cannot be replaced by
other compounds. The vital and the main use of water in life is as drinking water,
it is for the fulfillment the needs of water in the body. The rule, the quality of
drinking water that can be distributed to the public as exist in the Regulation of
the Minister of Health of the Republic of Indonesia, Number
736/MENKES/PER/VI/2010 about Management of Drinking Water Quality
Monitoring, supervision can be done with internal oversight, is carried out by
officers of the organization itself. Basically, supervision should be carried out by
the chairman of leadership himself. Each unit leader within the organization is
essentially obligated to help the chairman of leadership to conduct the functional
supervision in accordance with their respective duties. External oversight, is the
supervision that is carried out by the officers from outside the organization itself.
Law enforcement and the effective and efficient structuring can be done
by using at least three different law enforcement, among others; administrative
law enforcement, civil, and criminal. Among the three available forms of law
enforcement, the enforcement of administration law considered the most
important law enforcement efforts, this is because the administrative law
enforcement is more directed to the efforts of preventing pollution and
environmental destruction. In addition, administrative law enforcement also aims
to punish the perpetrators of pollution and environmental destruction. Civil law
enforcement is the second most important law enforcement efforts after the
administrative law, because the purpose of their enforcement is focused only on
the efforts of compensation that is requested by the victim to the polluters or
destroyers of the environment. Criminal law enforcement is seen as ultimum
remedium or last legal remedy, because law enforcement here is intended to
impose imprisonment or fines to perpetrators of pollution and / or damaging the
environment.
Keywords :
v
PRAKATA
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul PENGAWASAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH
KABUPATEN BANYUMAS TERHADAP KUALITAS AIR MINUM
USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (Tinjauan Yuridis Pasal 10
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010).
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya
literatur. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun akan
diterima dengan ketulusan hati.
Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
2. Bapak Tedi Sudrajat, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen
Penguji I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Rochati, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen
Penguji II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak H. Sunarto, S.H. selaku Dosen Penguji pada seminar skripsi dan
pendadaran yang telah memberikan koreksi dan saran mengenai perbaikan
skripsi ini.
vi
5. Ibu Neni selaku pengampu angkatan 2008 serta Bapak Teguh dan semua staf
bagian pendidikan yang telah memberikan bantuan dalam hal administratif
birokrasi selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen pengajar, dan staf administrasi, dan seluruh civitas akademika
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang telah membekali dan
memberikan kesempatan penulis menimba ilmu.
7. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda Andreas Prawoto dan Ibunda Soemarmi
yang telah melahirkan, mendidik, menyayangi, membesarkan, mendoakan,
dan memberikan semangat selalu kepada penulis. Kakak tercinta Thomas
Prasetyo Wibowo dan Martinus Wahyu Andrianto.
8. Keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Teratai 1922.
9. Keluarga besar di Madiun, Magetan, Surabaya, dan Malang Jawa Timur
terimakasih atas support yang diberikan dan juga Keluarga besar Yoanita.
10. Sahabat-sahabatku dikampus Hukum, Nico Utama Handoko, Reza Febrian
Pratama, Yogi Tri Pamuji, Asep Jaya Permana, dan Deni Yusuf Permana
yang sudah gokil bareng sampe akhir.
11. Sahabat-sahabatku dikampus Hukum Team Kimculers 08 dengan guyonan
yang khasnya dan persahabatan paling erat.
12. Keluarga Besar KKN Posdaya Desa Maduresa Kecamatan Gombong
Kebumen periode Januari-Februari 2012, terimakasih atas motivasi dan
dukungannya selama ini. Jihan, Untung, Silahudin, Bima, Ayu, Fitri, Ratnati,
vii
Ratnawati dan keluarga induksemang terimakasih udah gokil bareng dan
motivasinya.
13. Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman angkatan
2008 (Kita jaga persaudaraan kita, salam 2008), serta semua pihak yang turut
membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
14. Teman-teman penulis dimanapun yang selalu memberikan dukungan dan
nasihat yang bermanfaat.
15. Semua pihak dimanapun yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis juga memohon maaf
kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tindakan
selama berinteraksi dan berproses di Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. dan menambah pengetahuan.
Purwokerto, 22 Februari 2013
THEO KHARISMAJAYA
E1A008332
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… i
SURAT PERNYATAAN…………………………………………... ii
ABSTRAK.......................................................................................... iii
ABSTRACT………………………………………………………… iv
PRAKATA......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................ viii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Administrasi Negara…..…........................................... 16
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara…………………. 16
2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara............................ 20
3. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara...................... 21
4. Asas-asas Hukum Administrasi Negara............................... 25
5. Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara……………. 28
B. Definisi Kesehatan..................................................................... 32
C. Pemerintahan Daerah................................................................. 33
1. Definisi Pemerintahan Daerah............................................. 33
2. Asas-asas Pemerintah Daerah.............................................. 34
3. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah…………………. 40
4. Dinas Kesehatan................................................................... 41
D. Pengawasan…………………………………………………... 41
1. Pengertian Pengawasan………………………………….. 41
ix
2. Maksud dan Tujuan Pengawasan.......................................... 44
3. Macam Teknik Pengawasan................................................... 48
4. Fungsi-fungsi Pengawasan…………………………………. 49
E. Depot air minum isi ulang………………………………………. 50
1. Pengertian Kualitas Air ………………….............................. 51
2. Tujuan Pengawasan Kualitas Air…………………………… 52
3. Persyaratan Bakteriologis Air Minum ……………………... 53
F. Lingkungan Hidup....................................................................... 54
1. Pengertian Lingkungan Hidup …………………………….. 54
2. Ruang lingkup Lingkungan Hidup........................................ 56
3. Tujuan dan Peran Masyarakat Dalam Pengetahuan
Lingkungan Hidup…………………………………………. 59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian…………………………………………………. 61
B. Metode Pendekatan...................................................................... 61
C. Spesifikasi Penelitian.................................................................... 63
D. Lokasi Penelitian........................................................................... 64
E. Sumber Bahan Hukum.................................................................. 65
F. Metode Pengumpulan Bahan Hukum.......................................... 66
G. Metode Penyajian Bahan Hukum.................................................. 66
H. Metode Analisis Bahan Hukum..................................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................. 69
1. Bahan Hukum Primer.............................................................. 69
2. Bahan Hukum Sekunder............................................................. 75
B. Pembahasan.................................................................................. 85
x
1. Pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Terhadap
Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi
Ulang…………………………………………………..... 85
2. Penyelesaian hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak
usaha Depot Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Pasal 10 Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010............................................ 106
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................... 125
B. Saran......................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang muncul secara alami
dan dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya.
Dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa: “Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Maksud isi dari ayat
pasal diatas bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk di
dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik atau berada dalam wilayah
teritori Negara Kesatuan Republik Indonesia berarti dikuasai, diatur, dikelola, dan
didistribusikan oleh negara atau pemerintah dengan segenap lembaga
pengelolanya dipergunakan untuk memakmurkan atau mensejahterakan rakyat
Indonesia seluruhnya.1 Negara mempunyai aturan tersendiri agar usaha eksplorasi
sumber daya yang dimiliki tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Pengaturan tersebut bertindak dalam fungsi pengawasan dan
pemanfaatan yang sebaik-baiknya oleh negara melalui setiap bagian-bagian
pemerintah.
Seiring dengan perkembangan peradaban dan populasi, membawa
manusia pada era eksplorasi sumber daya sehingga persediaannya terus menerus
berkurang secara segnifikan oleh karena itu, pemanfaatannya harus dilakukan
1 Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
1990 halaman 4.
2
secara hati-hati dan efisien agar terus berkesinambungan serta terhindar dari
tindakan eksploitasi yang berlebihan. Pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya
dapat dilakukan secara rasional dan agar tercapai keadilan maka pelaksanaanya
juga harus melalui pihak yang mempunyai wewenang sehingga usaha pemerataan
penggunaan sumber daya tersebut terwujud. Dalam hal ini, pihak yang
mempunyai wewenang atas pelaksanaan pemerataan dan mengatur secara jelas
tentang pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya adalah negara.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) merupakan standar yang tidak hanya ditujukan bagi
perlindungan lingkungan, melainkan juga bagi kebijaksanaan pembangunan,
artinya dalam penyediaan, penggunaan, peningkatan kemampuan sumber daya
alam dan peningkatan taraf ekonomi, perlu menyadari pentingnya pelestarian
fungsi lingkungan hidup, kesamaan derajat antar generasi, kesadaran terhadap hak
dan kewajiban masyarakat, pencegahan terhadap pembangunan yang desktruktif
(merusak) yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta berkewajiban
3
untuk turut serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada setiap
lapisan masyarakat.2
Sumber daya yang penting bagi kehidupan masyarakat, air memerlukan
perhatian yang lebih dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaannya. Di Indonesia
sendiri, yang merupakan negara dengan wilayah perairan yang cukup luas kadang
masih kurang perhatian dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya air
bagi kehidupan. Banyak diantara kasus yang terjadi adalah pemanfaatan yang
pemeliharaan sumber daya air tersebut menyalahi standar rasional penggunaan
dan merugikan banyak pihak. Salah satu kasus penting yang sekarang ini terjadi
dan perlu mendapat perhatian lebih adalah mengenai penyediaan air minum bagi
masyarakat yang merupakan sumber penting bagi tata kehidupan. Air sendiri
dalam kehidupan secara nyata telah tereksplorasi besar-besaran sehingga
memungkinkan timbulnya suatu keterbatasan.
Kebutuhan yang vital bagi makhluk hidup terutama manusia adalah
kebutuhan akan air. Kebutuhan akan air tersebut diantaranya adalah kebutuhan
untuk air minum. Air yang bersih dan sehat merupakan kualifikasi yang sangat
diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini dikarenakan
pemanfaatan air sebagai air minum secara langsung berkaitan dengan tubuh
manusia, sehingga perlu dijaga kualitasnya agar tidak membahayakan tubuh
manusia itu sendiri. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat
2 Alvi Syahrin, Pembangunan Berkelanjutan (Perkembangannya, Prinsip-Prinsip dan
Status Hukumnya), Fakultas Hukum USU, Medan, halaman. 27. Perhatikan juga, Koesnadi
Hardjasoemantri,Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Edisi ke-7, Cetakan ke-
14, Yogyakarta,1999, halaman. 18-19.
4
digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi
kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air
dalam tubuh.
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia, dengan terpenuhinya
kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung
dengan baik, sebaliknya jika kekurangan airproses metabolisme akan terganggu
dan akibatnya dapat menimbulkankematian. Salah satu upaya pengamanan
makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah
pengawasan terhadap kualitasair minum. Hal tersebut dikarenakan air minum
merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup
besar dalam kehidupan. Air dari sumber air harus melalui proses pengolahan
terlebih dahulu sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya.
Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas
air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat
tersebut, khususnya air untuk minum dan makan. Berkaitan dengan kebutuhan
akan air minum, selama ini berbagai daerah di Indonesia memanfaatkan sumber
air sumur atau air permukaan yang telah diolah oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), Karena semakin rendahnya kualitas air sumur, sementara
PDAM belum mampu memasok air dengan jumlah dan kualitas yang cukup maka
semakin banyak alternatif pemanfaatan air dari sumber lain yang diantaranya
adalah air minum isi ulang. Fenomena tersebut yang juga menyebabkan
5
keberadaan bisnis air minum isi ulang yang lebih populer dengan sebutan “depot
air minum isi ulang” semakin meningkat.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan
tetap lestari, harus diperhatikan tatanan/tata cara lingkungan itu sendiri. Dalam hal
ini manusialah yang paling tepat sebagai pengelolanya karena manusia memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan organisme lain. Manusia mampu
merombak, memperbaiki, dan mengkondisikan lingkungan seperti yang
dikehendakinya, seperti:
1. Manusia mampu berpikir serta meramalkan keadaan yang akan datang;
2. Manusia memiliki ilmu dan teknologi;
3. Manusia memiliki akal dan budi sehingga dapat memilih hal-hal yang baik.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pencemaran,
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan
pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan ini mempunyai tujuan sebagai
berikut.
1. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai
tujuan membangun manusia seutuhnya.
2. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
3. Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
4. Melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Menurut Pasal Undang-undang Dasar 28H ayat (1) merupakan ketentuan
kunci tentang diaturnya norma mengenai lingkungan di dalam konstitusi. Pasal
6
tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Air bersih yang layak minum, merupakan air yang telah lolos uji
kelayakan sesuai aturan yang berlaku. Penyediannya sendiri dapat bersumber dari
berbagai macam jenis. Mulai dari air yang disediakan oleh dinas air minum, air
minum dalam kemasan, dan yang baru-baru ini muncul dan menjadi alternative
penyedia air minum yang lebih murah adalah air minum isi ulang. Pelaksanaan
distribusi air minum bersih bagi masyarakat pun tak lepas dari pengawasan
Pemerintah melalui Dinas Kesehatan. Sedangkan peranan hukum menurut Ateng
Syafruddin adalah “untuk menstrukturkan seluruh proses (pembangunan)
sehingga kepastian dan ketertiban terjamin”.3 Hukum bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi rakyat. Hukum sebagai
kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif
karena menentukan apa yang seyogyanya bolehh dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya
melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.4
Dalam pengaturannya, kualitas air minum yang dapat didistribusikan ke
masyarakat ada di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Di dalam
3 Ateng Syafruddin. Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup dalam Kaitannya dengan
Wewenang Pemerintah dalam Hal Perizinan, Makalah, Penataran Hukum Lingkungan, FH
Unair.,1992, halaman. 5.
4 Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,
1988, halaman. 38.
7
keputusan tersebut juga telah dijelaskan bahwa pengawasan telah menjadi
tanggung jawab dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Berdasar kasus-kasus yang
terjadi sekarang ini, muncul suatu permasalahan tentang penyediaan air minum isi
ulang yang depot-depotnya juga telah menjamur dikalangan masyarakat. Dalam
prakteknya, depot air minum isi ulang memang menyediakan alternative dalam
pemenuhan kebutuhan air minum dengan harga yang relative lebih murah
dibandingkan alternative lainnya. Namun, disinyalir bahwa menurut penelitian
Badan Pengawas Obat dan Makanan terdapat bakteri yang berbahaya bagi tubuh
manusia dalam air minum isi ulang. Dalam penggunaannya, dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti diare. Hal ini disebabkan karena usaha depot air
minum masih memiliki banyak permasalahan.
Hukum merupakan instrumen dari “sosial kontrol”, dan “sarana
perubahan sosial atau sarana pembangunan5, maka pengaturan hukum diperlukan
guna mencegah dan menanggulangi dampak negatif dari pembangunan.
Kebutuhan terhadap pengaturan hukum secara komprehensif menjadi alasan bagi
istilah “pengaturan hukum” sebagai bagian dari keseluruhan judul penelitian ini.
Pengaturan hukum menurut Alvi Syahrin “mencerminkan bagaimana suatu
bangsa berupaya menggunakan hukum sebagai instrumen mencegah dan
menanggulangi dampak negatif dari pembangunan”.6
5 Mochtar Kusumaatmadja. Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional Suatu
Uraian tentang Landasan Pikiran Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum Indonesia, Bina
Cipta, Jakarta, 1976, halaman 12-15. 6 Alvi Syahrin. Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, 2003, halaman. 11.
8
Soedikno Mertokusumo, mengemukakan bahwa :
Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi yang
bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan
normative karena menentukan apa yang seyogyanya boleh dilakukan, apa
yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan
bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan kepada kaedah-kaedah.7
Menimbang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air
minum yang dikonsumsi masyarakat. Agar air minum yang dikonsumsi
masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan maka perlu ditetapkan
persyaratan kualitas air minum. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan
Keputusan Mentri Kesehatan (Kepmenkes) No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Syarat air minum sesuai Permenkes
itu harus bebas dari bahan-bahan anorganik dan organik yakni bebas bakteri, zat
kimia, racun, limbah berbahaya dan lain sebagainya.
Kecenderungan penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di
perkotaan semakin meningkat. Buruknya kondisi lingkungan membuat mereka
khawatir untuk mengonsumsi air tanah, bahkan air ledeng yang disediakan
pemerintah. Namun sayangnya tidak semua air minum isi ulang (AMIU) dikelola
dengan baik sesuai persyaratan Kepmenkes No 907/Menkes/SK/VII/2002 .
Kaitannya dengan rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air
minum yang dikonsumsi masyarakat tersebut sepenuhnya merupakan tanggung
jawab Dinas Kesehatan. Hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan kualitas air
7 Sudikno Mertokusumo. Opcit, halaman. 38.
9
usaha depot air minum isi ulang sebenarnya berbeda-beda antara satu
Kota/Kabupaten dengan Kota/Kabupaten lainnya, tergantung pelaksanaan
Pemerintah Daerahnya. Ada kota/kabupaten yang hanya mewajibkan test
laboratorium dan ijin operasional dari Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Namun
ada juga Kota/Kabupaten yang hanya mewajibkan tes laboratorium saja.
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens kualitas air secara
berkesinambungan.8 Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum
sebagaimana menurut keputusan Menkes No : 907/Menkes/SK/VII/2002, maka
perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan
secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh
penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai
dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam keputusan ini.
Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :
1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.
2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi
ulang.
8 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli
2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
10
Suatu air bersih yang layak minum, merupakan air yang telah lolos uji
kelayakan sesuai aturan yang berlaku. Penyedianya sendiri dapat bersumber dari
berbagai macam jenis. Mulai dari air yang disediakan oleh dinas air minum, air
minum dalam kemasan, dan yang baru-baru ini muncul dan menjadi alternatif
penyedia air minum yang lebih murah adalah air minum isi ulang. Pelaksanaan
distribusi air minum bersih bagi masyarakat pun tak lepas dari pengawasan
Pemerintah melalui Dinas Kesehatan. Lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.9
Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 65 pengertian hak atas lingkungan hidup :
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian
dari hak asasi manusia.
(2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup.
(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 huruf H
11
(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan
kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup kualitas lingkungan hidup yang
semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku
kepentingan. Bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan
perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan
ekosistem, perlu dilakukan pembaruan terhadap Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembaruan tersebut maka di
buatlah Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.10
Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota khusus untuk wilayah
kerja.11
Pengawasan harus dilakukan dengan intensif agar tidak berdampak dan
berisiko pada kesehatan masyarakat yang akan dirasakan dalam jangka panjang
apabila ada pelaku usaha yang hanya bertujuan mencari keuntungan tanpa
10
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 11
Pasal 4 ayat (1) Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
12
memperhatikan standar yang telah ditetapkan, pelaku usaha mempunyai
kewajiban untuk berhati-hati dalam memasyarakatkan produk, baik barang
maupun jasa.12
Pengaturannya, kualitas air minum yang dapat didistribusikan ke
masyarakat ada di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum Pasal 10 pengertian pelaksanaan pengawasan adalah :
(1) Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi :
a. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas
fisik air minum dan faktor resikonya;
b. Pengambilan sempel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi;
c. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi;
d. Analisis hasil pengujian laboratorium;
e. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut; dan
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
(2) Penyelenggaraan air minum dalam melaksanakan pengawasan internal wajib
melaksanakan analisis resiko kesehatan.
Manajemen pengawasan adalah upaya penerapan standar pelaksanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang ada, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
12
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,Jakarta, Grasindo, 2004, halaman
62.
13
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa usaha atau
kegiatan telah dilaksanakan secara baik dalam mencapai tujuan.13
Pengawasan mahal tetapi diharapkan agar hasil pengawasan akan dapat
memperbaiki kedudukan perusahaan karena penjualan dapat didorong karena
kualita barang lebih unggul dari saingan, atau harganya bersaingan, dan lain-lain,
di dalam pengawasan perlu pula diperhatikan motivasi. Apabila motivasi kerja
tidak cukup percuma saja dilakukan pengawasan, karena akibatnya pelaksana
akan berbuat sekehendak hati. Hal ini perlu dihindari agar tidak menimbulkan hal-
hal yang tak diinginkan.
Berdasarkan latar belakang diatas Penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan kualitas air usaha depot air
minum isi ulang dengan judul: “Pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air
Minum Isi Ulang (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 736/Menkes/Per/VI/2010)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu:
1. Bagaimanakah bentuk pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
terhadap kualitas air minum usaha depot air minum isi ulang ?
13
Hani T. Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi I. Penerbit
BPFE-YOGYAKARTA, 1984.
14
2. Bagaimanakah penyelesaian hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak usaha depot air minum isi ulang berdasarkan Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang
Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Banyumas terhadap kualitas air minum usaha depot air minum isi
ulang.
2. Untuk menganalisis penyelesaian masalah yang timbul dalam suatu
pengawasan terhadap kualitas air minum usaha depot air minum isi ulang oleh
Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Kegunaan teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum. Dan sebagai
tambahan wacana referensi acuan penelitian yang sejenis dari
permasalahan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memajukan perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan khususnya
dibidang Hukum Administrasi Negara.
15
2. Kegunaan praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
yang mendalam terhadap pemahaman pengawasan dan masalah yang
timbul dalam suatu pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten
Banyumas terhadap kualitas air minum usaha depot air minum isi ulang
dan para pelaku usaha depot air minum isi ulang.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Administrasi Negara
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para sarjana, antara lain :
Menurut R.J.H.M Huisman bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan
bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan
mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara atau hubungan antar organ
pemerintah. Hukum Administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang
berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan tugasnya.
Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan
fungsi organ-organ pemerintahan.14
Hukum Administrasi Negara diartikan juga seperangkat peraturan yang
memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga
melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi
administrasi negara itu sendiri.15
Berdasarkan beberapa definisi di atas, tampak bahwa dalam Hukum
Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu :
a. aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat
perlengkapan negara itu melakukan tugasnya;
14
R.J.H.M Huisman, Inleiding Algemeen Bestuurscrecht, Samson H.D Tjeenk Willink,
Alphen aan den Rijn, 1984, halaman 4.
15 Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2006, halaman 34.
17
b. aturan-aturan yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara alat
perlengkapan administrasi negara atau Pemerintah dengan warga negaranya.16
Menurut J.M Baron de Gerando bahwa obyek Hukum Administrasi adalah
peraturan – peraturan yang melihat hubungan timbal balik antara Pemerintah dan
rakyat. Deskripsi tentang obyek Hukum Administrasi dari De Gerando seperti
tersebut di atas kiranya mewarnai Hukum Administrasi dalam perkembangan
selanjutnya.17
J. Oppenheim membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum
Administrasi berdasarkan tinjauan negara menurut keduanya. Hukum Tata Negara
menyoroti negara dalam keadaan diam, sedangkan Hukum Administrasi
menyoroti negara dalam keadaan bergerak. Pendapat tersebut selanjutnya
dijabarkan oleh C. Van vollenhoven dalam definisi Hukum Tata Negara dan
definisi Hukum Administrasi. Hukum Tata Negara adalah keseluruhan peraturan
hukum yang membentuk alat – alat perlengkapan negara dan menentukan
kewenangan alat – alat perlengkapan negara tersebut, sedangkan Hukum
Administrasi adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat – alat
perlengkapan negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat – alat perlengkapan
negara itu akan menggunakan kewenangan – kewenangan ketatanegaraan.18
Definisi – definisi tersebut kemudian mendapat kritikan dari J.H.A
Logemann, karena tidak cukup memisahkan Hukum Administrasi dari Hukum
Tata Negara. Tidak cukup pembeda tersebut karena dari definisi tersebut, masalah
16
Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Liberty, Yogyakarta, 1984, halaman 2.
17
Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1994, halaman 22. 18
Ibid, halaman 22.
18
penetapan wewenang masuk bidang Hukum Tata Negara sedangkan penggunaan
wewenang adalah bidang Hukum Administrasi.19
R. Kranenburg dan juga J.H.A Logemann tidak memisahkan Hukum
Administrasi dari Hukum Tata Negara secara tegas. Keduanya memandang
Hukum Administrasi sebagai segi khusus dari Hukum Tata Negara.20
Terhadap penyelenggaraan tugas – tugas Pemerintahan dan kenegaraan
dalam suatu negara hukum terdapat aturan – aturan hukum yang tertulis dalam
konstitusi atau peraturan – peraturan yang terhimpun dalam Hukum Tata Negara.
Untuk menyelenggarakan persoalan – persoalan yang bersifat teknis, Hukum Tata
Negara ini tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan efektif. Dengan kata lain
Hukum Tata Negara membutuhkan hukum lain yang lebih bersifat teknis. Hukum
tersebut adalah Hukum Administrasi Negara.
Menurut Utrecht Hukum Administrasi Negara menguji hubungan hukum
istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat administrasi negara
melakukan tugas mereka yang khusus. Selanjutnya E. Utrecht menjelaskan bahwa
Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan
pekerjaan administrasi negara. Bagian lain lapangan administrasi negara diatur
oleh Hukum Tata Negara, Hukum Privat dan sebagainya.21
Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara
merumuskan definisi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang secara
khas mengenai seluk – beluk daripada administrasi Negara dan terdiri atas dua
tingkatan, yaitu :
19
Ibid, halaman 23. 20
Loc.Cit 21
Ibid, halaman 24.
19
Hukum Administrasi Heteronom, yang bersumber pada Undang – Undang
Dasar, TAP MPR, dan Undang – Undang, adalah hukum yang mengatur seluk –
beluk organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum Administrasi Negara
otonom adalah hukum operasional yang dicipta oleh pemerintah dan administrasi
negara sendiri.22
Menurut Hartono Hadisoeprapto dalam bukunya Pengantar Tata Hukum
Indonesia, Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian – rangkaian
aturan – aturan hukum yang mengatur cara bagaimana alat – alat perlengkapan
negara menjalankan tugasnya.23
Alat – alat administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan
sendirinya menimbulkan hubungan – hubungan yang disebut hubungan hukum.
Hubungan – hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni :
a) Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu
dengan alat administrasi negara yang lain;
b) Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan
perseorangan(individual), yakni para warga negara, atau dengan
badan – badan hukum swasta.24
Dalam suatu negara hukum, hubungan – hubungan hukum tersebut
disalurkan dalam kaidah – kaidah tertentu, dan kaidah – kaidah hukum inilah yang
merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara.
Kaidah – kaidah hukum tersebut terdiri dari :
22
Ibid, halaman 26. 23
Hartono Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993,
halaman 61. 24
Ibid, halaman 62.
20
a) Aturan – aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat
– alat administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.
b) Aturan – aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat
administrasi negara (Pemerintah) dengan para warga negaranya.
Dalam ilmu Hukum Administrasi Negara yang penting adalah perbuatan
hukum alat administrasi negara dalam hubungannya dengan warga negara, dimana
hubungan ini akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara.25
a. Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dalam Lapangan Hukum
Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu
Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan
Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan
mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi.
Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (individu/ privat) tetapi ada pula
yang bersifat umum (publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang
jelas dan tegas yang melingkupi hak – hak dan kewajiban – kewajiban dari dan
terhadap siapa orang itu berhubungan.
Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap – tiap hubungan di antara
negara atau alat – alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu
pihak dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang
mengatur hubungan antara negara dan alat – alat perlengkapannya, begitu pula
hubungan antara alat – alat perlengkapan negara yang satu dengan alat – alat
perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum
25
Loc.Cit
21
Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau
perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan
warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.26
Hukum Privat adalah hukum yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur
kepentingan individu, seperi Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain
sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum
Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah – masalah
kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan
nasional (bangsa), masyarakat dan negara.
b. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara
Pengertian Hukum Administrasi Negara yang sudah diuraikan pada bagian
sebelumnya menunjukan bahwa Hukum Administrasi Negara berkenaan dengan
kekuasaan Pemerintah atau eksekutif. Pengertian eksekutif di sini berbeda dengan
yang dimaksud dalam ajaran Trias Polika yaitu menempatkan kekuasaan eksekutif
sebagai pelaksana Undang-Undang.27
Istilah Hukum Administrasi Negara dalam kepustakaan Belanda dikenal
dengan Istilah bestuursrecht dengan unsur utama bestuur. Menurut Philipus M.
Hadjon istilah bestuur berkenaan dengan sturen dan sturing. Bestuur dirumuskan
sebagai lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan kekuasaan legislatif dan
yudikatif. Dengan demikian kekuasaan pemerintah tidak sekedar melaksanakan
26
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafik, 1992, halaman 195. 27
Ridwan. HR, opcit, halaman 36.
22
Undang-Undang saja tetapi merupakan kekuasaan yang aktif. Sifat aktif dalam
konsep hukum administrasi secara instrisik merupakan unsur utama dari sturen.28
Sturen merupakan suatu kegiatan yang kontinyu. Kekuasaan pemerintahan
dalam hal menerbitkan izin mendirikan bangunan misalnya, tidaklah berhenti
dengan diterbitkannya izin mendirikan bangunan. Kekuasaan pemerintahanan
senantiasa mengawasi agar izin tersebut digunakan dan ditaati. Dalam hal
pelaksanaan mendirikan bangunan tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan,
pemerintah akan menggunakan kekuasaan penegakan hukum berupa penertiban
yang mungkin berupa tindakan pembongkaran bangunan yang tidak sesuai.
Sturen berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah
konsep hukum publik. Konsep hukum publik, penggunaan kekuasaan harus
dilandasi pada asas-asas negara hukum. Sturen menunjukan lapangan di luar
legislatif dan yudikatif. Lapangan ini lebih luas daripada sekedar lapangan
eksekutif semata.29
Kekuasaan pemerintahan yang menjadi objek kajian Hukum Administrasi
Negara amat luas. Hal ini dikarenakan bahwa selain melakukan tindakan hukum
dalam bidang legislasi seperti pembuatan Undang-Undang dan peraturan
pelaksanaan tetapi juga melakukan aktifitas di luar perundangan, peradilan dan
juga melakukan tindakan hukum di luar bidang legislasi, oleh karena itu tidak
mudah untuk menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara. Kesukaran
untuk menentukan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
28
Loc.Cit, halaman 36-37. 29
Ibid, halaman 37.
23
1. Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan tindakan pemerintahan yang
tidak semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam Peraturan Perudang-
Undangan, seiring dengan perkembangan kemasyarakatan yang memerlukan
pelayanan Pemerintah dan masing-masing masyarakat di suatu daerah atau
negara berbeda tuntutan dan kebutuhan;
2. Pembuatan peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan instrumen yuridis
bidang administrasi lainnya tidak hanya terletak satu tangan atau lembaga;
3. Hukum Administrasi Negara berkembang sejalan dengan perkembangan tugas-
tugas pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan pertumbuhan
bidang Hukum Administrasi Negara tertentu berjalan secara sektoral.
Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan Hukum Administrasi Negara
tidak dapat dikodifikasikan.30
E. Utrecht dalam bukunya Ridwan HR, menyebutkan alasan-alasan
Hukum Administrasi Negara sulit dikodifikasi yaitu:
1. Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan
sering secara mendadak, sedangkan peraturan-peraturan hukum privat dan
hukum pidana hanya berubah secara berangsur-angsur saja;
2. Pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara tidak dalam satu
tangan. Di dalam pembuatan Undang-Undang pusat hampir semua Departemen
dan Pemerintah Daerah otonom membuat juga peraturan-peraturan Hukum
Administrasi Negara sehingga lapangan Hukum Administrasi Negara itu sangat
beraneka warna dan tidak bersistem. Karena tidak dapat dikodifikasikan, maka
30
Ibid, halaman 38.
24
sukar didentifikasikan ruang lingkupnya dan yang dapat dilakukan hanyalah
membagi bidang-bidang atau bagian-bagian Hukum Administrasi Negara.31
Prajudi Atmosudirdjo membagi Hukum Administrasi Negara dalam dua
bagian, yaitu:
1. Hukum Administrasi Negara heteronom
Bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPR, UU adalah huku
yang mengaur seluk beluk organisasi dan fungsi administrasi negara.
2. Hukum Administrasi Negara otonom
Hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi negara.32
Berdasarkan pendapat beberapa sarjana di atas dapat disebutkan bahwa
Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan
yaitu hukum yang secara garis besar mengatur:
a) Perbuatan pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam bidang publik;
b) Kewenangan Pemerintah (dalam melakukan perbuatan di bidang publik
tersebut); didalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan
bagaimana pemerintah menggunakan kewenanggannya; penggunaan
kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga diatur
pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum;
c) Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan
pemerintah itu;
d) Penegakan hukum dan penerapan saksi-saksi dalam bidang pemerintahan.33
31
Ibid, halaman 39. 32
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, halaman
56. 33
Ridwan. HR, opcit, halaman 44.
25
c. Asas-asas Hukum Administrasi Negara
Asas dalam istilah asingnya adalah beginsel, asal dari kata begin, artinya
permulaan atau awal, jadi yang dimaksud asas adalah sesuatu yang mengawali
atau yang menjadi permulaan sesuatu, dan yang dimaksud sesuatu disini adalah
kaidah. Kaidah adalah ketentuan-ketentuan tentang bagaimana seharusnya
manusia bertingkah laku dalam pergaulan hidupnya dengan manusia lainnya. Jadi
asas itu sendiri adalah dasar dari suatu kaidah.34
Demikian banyak kaidah-kaidah hukum, baik Hukum Perdata, Hukum
Pidana, Hukum Tata Negara maupun Hukum Administrasi Negara.
Pembentukannya didasarkan kepada suatu asas, dan asas yang menjadi dasar
suatu kaidah disebut asas hukum, maka dalam lapangan Hukum Administrasi
Negara dikenal juga asas-asas Hukum Administrasi Negara, yaitu sebagai berikut:
a. Asas legalitas
Setiap perbuatan administrasi berdasarkan hukum. Maksudnya ialah bahwa
setiap perbuatan administrasi negara dalam membuat peraturan maupun dalam
membuat ketetapan haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Asas legalitas
merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam setiap
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum
terutama bagi negara-negara hukumdalam sistem kontinental.35
b. Asas tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan/ asas de tournement de pouvoir
c. Asas tidak boleh menyerobot wewenang badan administrasi negara yang satu
dengan yang lainnya/ asas exes de pouvoir
34
Soehino, Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta, Liberty, 1984, halaman 9. 35
Ridwan. HR, opcit, halaman 94.
26
d. Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk negara atau disebut asas non
diskriminasi
Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk adalah asas untuk mencegah
timbulnya perbuatan administrasi negara yang diskriminatif terhadap penduduk
Indonesia, karena hal tersebut bertentangan dengan pasal 27 ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945.
e. Asas upaya memaksa atau bersanksi sebagai jaminan agar taat kepada Hukum
Administrasi Negara.
Asas upaya memaksa atau bersanksi adalah asas untuk menjamin ketaatan
penduduk kepada peraturan-peraturan administrasi negara.
f. Asas kebebasan
Asas kebebasan yaitu kepada badan-badan administrasi negara diberikan
kebebasan dalam menyelesaikan masalah menyangkut kepeningan umum,
bangsa dan negara yang disebut asas freies ermessen.36
Pemberian freies ermessen kepada pemerintah atau administrasi negara
merupakan konsekuensi logis dari konsepsi welfare state, tetapi dalam kerangka
negara hukum, freies ermessen ini tidak dapat digunakan tanpa batas. Atas dasar
itu Sjachran Basah mengemukakan unsur-unsur freies ermessen dalam suatu
negara hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Ditunjukan untuk menjalankan tugas-tugas servis publik;
2. Merupakan sikap tindak yang aktif dari administrasi negara;
3. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum;
36
Sri Hartini, Bahan Hukum Administrasi Negara, Purwokerto, Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman, 2008.
27
4. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri;
5. Sikap tindak itu dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
penting yang timbul secara tiba-tiba;
6. Sikap tindak itu dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa maupun secara hukum.37
Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, freies ermessen dilakukan
oleh aparat pemerintah atau administrasi negara dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Belum ada aturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang penyelesaian
konkrito terhadap suatu masalah tertentu, padahal masalah tersebut menuntut
penyelesaian yang segera.
b. Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar berbuat aparat pemerintah
memberikan kebebasan sepenuhnya.
c. Adanya delegasi Perundang-Undangan, maksudnya aparat pemerintah diberi
kekuasaan untuk mengatur sendiri, yang sebenarnya kekuasaan itu merupakan
kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya.38
Pemerintah meskipun kewenangan bebas atau freies ermessen namun
dalam suatu negara hukum penggunaannya harus dalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh hukum yang berlaku. Menurut Muchsan dalam bukunya
Ridwan HR menyebutkan bahwa pembatasan penggunaan freies ermessen yaitu:
a. Penggunaan freies ermessen tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum
yang berlaku (kaidah hukum positif).
b. Penggunaan freies ermessen hanya ditunjukan demi kepentingan umum.39
37
Ridwan. HR, opcit, halaman 178. 38
Ibid, halaman 180.
28
Asas-asas tersebut merupakan dasar dari segala peraturan administrasi negara,
artinya bahwa peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan tersebut sedapat
mungkin dibuat sesuai atau tidak bertentangan dengan asas tersebut.
d. Sumber-sumber Hukum Administrasi Negara
Sumber hukum secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat menimbulan aturan hukum serta tempat diketemukannya aturan-aturan
hukum.40
Sumber hukum dalam Hukum Administrasi Negara terdiri dari :
a. Sumber Hukum Materiil
Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang mempengaruhi materi
isi dari aturan-aturan hukum.41
Sumber hukum materiil terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Sumber Hukum Historis
Sumber hukum historis memiliki dua arti yaitu pertama sebagai sumber
pengenalan hukum pada saat tertentu meliputi Undang-Undang, putusan-
putusan hakim, tulisan-tulisan ahli hukum dan juga tulisan-tulisan yang bersifat
yuridis sepanjang memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum.
Kedua sebagai sumber dimana pembuat Undang-Undang mengambil bahan
dalam membentuk Peraturan Perundang-Undangan meliputi sistem-sistem
hukum masa lalu.
39
Ibid, halaman 181. 40
S.F Marbun dan Moh. Mahmud MD, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta, Liberty, 2001, halaman 21. 41
Loc.Cit, halaman 21.
29
2) Sumber Hukum Sosiologis
Merupakan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi isi hukum positif meliputi
peraturan hukum tertentu yang mencerminkan kenyataan hidup dalam
masyarakat. Dalam pengertian sumber hukum ini, pembuatan Peraturan
Perundang-Undangan harus pula memperhatikan situasi sosial ekonomi,
hubungan sosial, situasi dan perkembangan politik.
3) Sumber Hukum Filosofis
Sumber hukum Filosofis memiliki dua arti yaitu sebagai sumber untuk isi
hukum yang adil. Kedua sebagai sumber untuk menaati kewajiban terhadap
hukum.
Telah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang
berkenaan dengan pemerintah atau administrasi negara. Hukum Administrasi
Negara memuat peraturan – peraturan yang dibuat oleh pembuat Undang-Undang
(wetgever) dan sebagian dibuat oleh administrasi negara sendiri. Dalam
pembuatan Peraturan Perundang-Undangan yang merupakan isi Hukum
Administrasi Negara, pembuat Undang-Undang dan administrasi negara dapat
mengambil bahan-bahan historis dari berbagai sistem hukum yang pernah ada
pada waktu dan tempat tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor sosial yang
hidup dan berkembang ditengah masyarakat dan mengisi Peraturan Perundang-
Undangan dengan nilai-nilai positif yang menjadi (rechtsidee) masyarakat.
b. Sumber Hukum Formil
Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang berasal dari aturan-aturan
hukum yang sudah mempunyai bentuk sebagai pernyataan berlakunya hukum.
30
Sumber Hukum Administrasi Negara dari arti formil, terdiri dari:
1) Undang-Undang/ Peraturan Perundang-Undangan
Dalam kepustakaan hukum tidak semua peraturan dapat dikatagorikan sebagai
peraturan hukum. Suatu peraturan adalah peraturan hukum bilamana peraturan
itu mengikat setiap orang dan karena ketaatannya dapat dipaksakan oleh
hakim. Untuk mengetahui peraturan itu sebagai peraturan hukum digunakan
kriteria formil yaitu sumber dari peraturan itu. Peraturan hukum ini dalam
pengertian formil disebut dengan Peraturan Perundang-Undangan. Berdasarkan
penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, peraturan perundang-undangan adalah semua
peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan
Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah baik ditingkat Pusat maupun di tingkat
Daerah, serta semua Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik
ditingkat Pusat ataupun di tingkat Daerah, yang juga mengikat umum. Pasal ini
mengisyaratkan bahwa Peraturan Perundang-Undangan terdiri dari dua macam
yaitu Undang-Undang/ Peraturan Daerah dan Keputusan Pemerintah/
Permerintahan Daerah. Dari dua jenis peraturan ini, Undang-Undang
merupakan sumber hukum yang paling penting dalam Hukum Administrasi
Negara. Berdasarkan Undang-Undang ini Pemerintah memperoleh wewenang
utama untuk melakukan tindakan hukum tertentu atau wewenang untuk
membuat Peraturan Perundang-Undangan tertentu. Wewenang yang diberikan
Undang-Undang/ Peraturan Daerah, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah
dapat membentuk Keputusan Pemerintah/ Kepala Daerah (besluit van
31
algemeen strekking), yang termasuk sebagai Peraturan Perundang-Undangan
(algemeen verbindende voorschriften) dan dapat menjadi dasar bagi
Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan ketetapan
(beschkking).42
2) Praktek Administrasi Negara
Konvensi yang menjadi sumber Hukum Administrasi Negara adalah praktek
dan keputusan-keputusan pejabat administrasi negara atau hukum tidak tertulis
tetapi dipraktekkan dalam kenyataan oleh pejabat administrasi negara.
Konvensi penting mengingat Hukum Administrasi Negara senantiasa bergerak
dan sering kali dituntut perubahan oleh situasi.43
Undang-Undang dianggap
sebagai sumber yang paling penting tetapi memiliki kelemahan yaitu
jangkauan yang terbatas, oleh sebab itu administrasi negara dapat mengambil
yang dianggap penting dalam rangka pelayanan pada masyarakat walaupun
belum ada aturannya dalam Undang-Undang. Tindakan-tindakan ini
melahirkan praktek-praktek administrasi negara. 44
3) Yurisprudensi
Keputusan hakim bisa menjadi sumber hukum formil bagi hukum administrasi
negara. Keputusan hakim yang dapat menjadi sumber Hukum Administrasi
Negara adalah keputusan hakim administrasi atau hakim umum yang memutus
perkara administrasi negara.45
42
Ridwan. HR, opcit, halaman 60-63. 43
SF Marbun dan Moh. Mahmud MD, opcit, halaman 35. 44
Ridwan. HR, opcit, halaman 64. 45
SF Marbun dan Moh. Mahmud MD, opcit, halaman 36.
32
4) Doktrin
SF Marbun dan Moh. Mahfud MD dalam bukunya Ridwan HR berpendapat
bahwa doktrin dapat menjadi sumber hukum formil Hukum Administrasi
Negara sebab pendapat para ahli dapat melahirkanteori-teori dalam lapangan
Hukum Administrasi Negara yang kemudian dapat mendorong timbulnya
kaidah-kaidah Hukum Administrasi.46
B. Kesehatan
Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34
menyatakan negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera,
tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia.
Kesehatan tidak hanya merupakan hak warga tetapi juga merupakan barang
investasi yang menentukan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi negara.
Karena itu negara berkepentingan agar seluruh warganya sehat “Health for All”.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktrik Kedokteran yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau
masyarakat.
46
Ridwan. HR, opcit, halaman 69.
33
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.
C. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan Undang-Undanh Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah Pasal 1 ayat (2), adalah sebagai berikut:
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh
Pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Melihat definisi Pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan di
atas, maka yang dimaksud Pemerintahan daerah di sini adalah penyelenggaraan
daerah otonom oleh Pemerintah daerah dan DPRD, menurut asas desentralisasi
dan penyelenggara Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan
perangkat daerah.
Pemerintah daerah memperoleh pelimpahan wewenang Pemerintahan
umum dari pusat, yang meliputi wewenang mengambil setiap tindakan untuk
34
kepentingan rakyat berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Urusan
Pemerintahan umum yang dimaksud sebagian berangsur-angsur diserahkan
kepada Pemerintah daerah sebagai urusan rumah tangga daerahnya, kecuali yang
bersifat nasional untuk menyangkut kepentingan umum yang lebih luas.
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-Undang.
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam Undang-Undang.
2. Asas-Asas Pemerintah Daerah
Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang dasar 1945 secara tegas menggariskan
bahwa asas penyelenggaraan Pemerintahan daerah adalah otonomi dan tugas
pembantuan. Hal ini bertentangan dengan asas Pemerintahan daearah
berdasasrkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang masih
mengklasifikasikan desentralisasi dan dekonsentralisasi sebagai asas di samping
asas tugas pembantuan.47
a) Asas otonomi
Secara etimologi otonomi berasal dari kata oto (auto = sendiri) dan nomoi
(nomos = Undang-Undang atau aturan) yang berarti mengatur sendiri, wilayah
atau bagian negara atau kelompok yang memerintah sendiri. Di dalam tata
Pemerintah otonomi diartikan sebagai mengurus dan mengatur rumah tangga
47
Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintahan Daerah, Yogyakarta, UII Press, 2006,
halaman 64.
35
sendiri. Autonomie diartikan sebagai pengaturan oleh Undang-Undang urusan
rumah tangga persekutuan hukum rendahan secara masing-masing erpisah
dalam rangka hubungan yang lebih besar. Otonomi juga dapat diartikan
sebagai sesuatu yang bermakna kebebasan atau kemandirian (zelfstandigheid)
tetapi bukan kemerdekaan (onafhankelijkheid). Kebebasan yang terbatas atau
kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus di
pertanggung jawabkan.48
Dalam kepustakaan terdapat beberapa jenis otonomi, yaitu:
1. Otonomi materiil
Mengandung arti bahwa urusan yang diserahkan menjadi urusan rumah tangga
diperinci secara tegas, pasti dan diberi batas-batas (limitative), zakelijk. Dalam
praktikya penyerahan ini dilakukan dalam Undang-Undang pembentukan
Daerah yang bersangkutan.
2. Otonomi formal
Kebalikan dari otonomi materiil, urusan yang diserahkan tidak dibatasi dan
tidak zakelijk. Daerah mempunyai kebebasan untuk mengatur dan mengurus
segala sesuatu yang menurut pandangannya adalah kepentingan daerah, untuk
kemajuan dan perkembangan daerah. Batasannya ialah bahwa daerah tidak
boleh mengatur urusan yang telah diatur oleh Undang-Undang atau peraturan
yang lebih tinggi tingkatannya. Selain daripada itu, pengaturan tersebut tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
48
Loc.Cit, halaman 64-65.
36
3. Otonomi riil
Merupakan kombinasi atau campuran otonomi materiil dan otonomi formal.
Undang-Undang pembentukan daerah, Pemerintah Pusat menentukan urusan-
urusan yang menjadi pangkal untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah. Penyerahan ini merupakan otonomi materiil. Kemudian setiap waktu
daerah dapat meminta tambahan urusan rumah tangganya sesuai dengan
kesanggupan dan kemampuan daerah. Penambahan urusan pemerintah kepada
daerah dilakukan dengan Undang-Undang penyerahan masing-masing
urusan.49
b) Asas tugas pembantuan
Istilah wedebewind sebagai terjemahan dari tugas pembantuan untuk pertama
kali oleh Van Vollenhoven. Secara etimologis tugas pembantuan merupakan
terjemahan dari bahasa Belanda medebewind yang berasal dari kata
mede=serta, turut dan bewind= berkuasa atau memerintah. Medebewind
merupakan pelaksanaan peraturan yang disusun oleh perlengkapan yang lebih
tinggi, oleh yang lebih rendah.50
Kedudukan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan tugas pembantuan
adalah membantu (medewerken), menunjukan salah satu sifat bahkan hakikat
hubungan antara pusat dan daerah. Meskipun bersifat membantu dan tidak
dalam hubungan atasan bawahan, daerah tidak mempunyai hak menolak.
Hubungan dalam tugas pembantuan timbul oleh atau berdasarkan ketentuan
hukum atau Peraturan Perundang-Undangan. Pada dasarnya tugas pembantuan
49
Ibid, halaman 68.
50 Ibid, halaman 69.
37
adalah pembantuan melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih
tinggi (de uit voering van hogere regelingen). Daerah terikat melaksanakan
Peraturan Perundang-Undangan termasuk yang diperintahkan atau diminta
(vorderen) dalam rangka tugas pembantuan.51
Pengertian tugas pembantuan terdapat dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan
bahwa:
“ tugas pembantuan adalah unsur penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/ atau Desa dari Pemerintah provinsi kepada Kabupaten/ Kota dan/ atau
Desa serta dari Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa untuk melaksanakan
tugas tertentu. ”
Berdasarkan pasal tersebut maka yang terpenting dalam tugas
pembantuan adalah unsur pertanggung jawaban yang diemban oleh satuan
pemerintahan yang membantu. Pertanggung jawaban di sini hanya berkaitan
dengan pelaksanaannya saja, sedangkan klasul dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan dalam pasal tersebut
mengandung arti bahwa hakikat urusan tersebut tetap merupakan urusan
Pemerintah yang menugaskan.52
Latar belakang perlunya asas tugas pembantuan
dipergunakan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, yaitu:
1. Keterbatasan kemampuan Pemerintah Pusat atau Daerah dalam hal
berhubungan dengan perangkat atau sumber daya manusia maupun biaya.
51
Ibid, halaman 70. 52
Ibid, halaman 71.
38
2. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik dalam
penyelengaraan Pemerintahan.
3. Sifat urusan yang dilaksanakan.53
Desentralisasi, otonomi dan tugas pembantuan satu sama lain saling
berhubungan, otonomi dan tugas pembantuan merupakan bentuk-bentuk dari
desentralisasi dan dalam tugas pembantuan masih terkandung hak otonomi,
seperti dengan cara bagaimana melaksanakan urusan tugas pembantuan tersebut
diserahkan kepada Kepala Daerah. Pemerintah Daerah terdiri atas:
a. Pemerintahan Daerah Provinsi yang terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;
b. Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota yang terdiri atas Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota.
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menyebutkan urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Provinsi merupakan urusan dalam skala Provinsi yang meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. Penyedian sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. Penanggulangan masalah sosial lintas Kabupaten/ Kota;
53
Ibid, halaman 73.
39
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas Kabupaten/ Kota;
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
Kabupaten/ Kota;
j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas Kabupaten/ Kota;
l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. Pelayanan administrasi umum pemerintah;
n. Penanaman administrasi penanaman modal termasuk lintas Kabupaten/ Kota;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
Kabupaten/ Kota; dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 14 menyebutkan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah untuk Kabupaten/ Kota meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian bangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. Penyedian sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan pendidikan;
g. Penanggulangan masalah sosial;
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. Pengendalian lingkungan hidup;
40
k. Pelayanan pertanahan;
l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. Pelayanan administrasi penanaman modal;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. Urusan wajib lainnya yang dialamatkan oleh Peraturan Perundang-Undangan.
Pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah harus berlandaskan
pada Peraturan Perundang-Undangan yaitu Peraturan Daerah. Dalam Pasal 1
angka 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan/ atau
Peraturan daerah Kabupaten/ Kota.
3. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah,
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan
daya saing daerah. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan memiliki hubungan dengan Pemerintah dan dengan pemerintahan
daerah lainnya. Pemerintahan daerah kabupaten/kota terdiri atas pemerintah
41
daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota. Pemerintah Daerah terdiri atas
Kepala Daerah dan Perangkat Daerah.
4. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan merupakan lembaga Pemerintah yang berada di daerah
yang mempunyai tugas melaksanakan teknis operasional urusan Pemerintahan
daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dinas Kesehatan dalam menyelenggarakan tugas, menyelenggarakan
fungsi:
a) perumusan kebijakan teknis lingkup kesehatan;
b) penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum
lingkup kesehatan;
c) pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup kesehatan;
d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
D. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu
organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu
kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan
yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi
terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan
(preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent
42
control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di dalam proses pengawasan
juga diperlukan tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap
Penetapan Standar, tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan
Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi.
Menurut Sule dan Saefullah mendefinisikan bahwa: ” Pengawasan sebagai proses
dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambialan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah
ditetapkan tersebut”.54
Reksohadiprodjo mengemukakan bahwa: ”Pengawasan
merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu
bertindak sesuai dengan rencana”.55
Sarwoto menyatakan bahwa: ” Pengawasan
adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.56
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Kepentingannya tidak
diragukan lagi seperti halnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, karena
pengawasan dapat menentukan apakah dalam proses pencapaian tujuan telah
sesuai dengan apa yang direncanakan ataukah belum. Manullang mengemukakan
bahwa: ” Pengawasan adalah dilakukan oleh atasan dari petugas yang
54
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, edisi pertama,
cetakan pertama, Penerbit : Prenada Media Jakarta, 2005, Halaman 317. 55
Reksohadiprodjo, Sukanto, Dasar-dasar Manajemen, edisi keenam, cetakan kelima,
Penerbit : BPFE, Yogyakarta, 2008, Halaman 63. 56
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas, Penerbit :
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010, Halaman 94.
43
bersangkutan. Karena pengawasan semacam ini disebut juga pengawasan vertikal
atau formal karena yang melakukan pengawasan ini adalah orang-orang yang
berwenang. Pengawasan dapat dipusatkan, dapat didesentralisir tergantung pada
karyawannya. Apabila karyawan ahli maka dapat didesentralisir. Kalau banyak
karyawan tak ahli seyogyanya dilakukan pusat. Pengawasan dapat dikelompokkan
misalnya ke dalam :
1. Pengawasan produksi, yaitu agar hasil produksi sesuai dengan
permintaan/pemuasan langganan dalam jumlah, harga, waktu dan servis.
2. Pengawasan persediaan, yaitu menjamin tersedianya bahan dalam jumlah
harga, waktu yang tepat sehingga proses produksi tidak terganggu.
3. Pengawasan kualita, yaitu menjamin agar kualita hasil produksi, bahan dan
bahan proses memenuhi ukuran-ukuran standar yang telah ditentukan.
4. Pengawasan ongkos, yaitu menjamin agar produksi/operasi dijalankan
dengan ongkos minimum sesuai dengan standar.57
Walaupun pengawasan mahal tetapi diharapkan agar hasil pengawasan
akan dapat memperbaiki kedudukan perusahaan karena penjualan dapat didorong
karena kualita barang lebih unggul dari saingan, atau harganya bersaingan, dan
lain-lain. Di dalam pengawasan perlu pula diperhatikan motivasi. Apabila
motivasi kerja tidak cukup percuma saja dilakukan pengawasan, karena akibatnya
pelaksana akan berbuat sekehendak hati. Hal ini perlu dihindari agar tidak
menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. Berdasarkan pada batasan pengertian
57
Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, edisi revisi, cetakan ketujuh, Penerbit : Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2006, Halamn 177.
44
tersebut di atas dapatlah ditarik suatu simpulan bahwa pengawasan adalah suatu
usaha pimpinan yang menginginkan agar setiap pekerjan dilaksanakan seagimana
mestinya. Dengan kata lain bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui
dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang objek yang diawasi, apakah
sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
2. Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak
lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya
selalu mempunyai tujuan tertentu. Pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha
pencapaian suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir maksud pengawasan
adalah untuk :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak;
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru;
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan;
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak;
45
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam planning, yaitu standard.58
Menurut Rachman juga mengemukakan tentang maksud pengawasan, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan;
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan
instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan;
3. Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan
dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan-
perubahan untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan-
kegiatan yang salah;
4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat
diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi
yang lebih benar.59
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud
pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala
sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, serta mengukur
tingkat kesalahan yang terjadi, sehingga mampu diperbaiki ke arah yang lebih
baik. Pendapat Situmorang dan Juhir mengatakan bahwa tujuan pengawasan
adalah :
1. Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh
suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan berhasil guna
58
Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Rineka
Cipta, Yogyakarta, 1994, Halaman 22. 59
Loc.Cit, halaman 22.
46
serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali
dalam wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat
dan bertanggung jawab;
2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah,
tumbuhnya disiplin kerja yang sehat;
3. Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan,
tumbuhnya budaya malu dalam diri masing?masing aparat, rasa bersalah
dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela
terhadap masyarakat dan ajaran agama.60
Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Menurut Sule dan
Saefullah ada empat tujuan pengawaqsan tersebut adalah adaptasi lingkungan,
meminimumkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan mengantisipasi
kompleksitas dari organisasi.
1. Adaptasi lingkungan, adalah agar perusahaan dapat terus menerus
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik
lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal;
2. Meminimumkan kegagalan, adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan
produksi misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal
mungkin;
3. Meminimumkan biaya, adalah ketiga perusahaan mengalami kegagalan;
60
Ibid, Halaman 26
47
4. Antisipasi komplesitas organisasi, adalah agar perusahaan dapat
mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.61
Menurut Siswandi mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah:
1. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, peraturan
dan hukum yang berlaku;
2. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi;
3. Pencapaian tujuan dan sasaran yang yang telah ditetapkan oleh Organisasi;
4. Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada di dalam
organisasi;
5. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja
aktual dengan standar serta menetapkan tingkat penyimpangan yang
kemudian mencari solusi yang tepat.62
Sementara untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana, yang digariskan, mengetahui apakah sesuatu dilaksanakan sesuai dengan
instruksi serta asas yang ditentukan, mengetahui kesulitan-kesulitan dan
kelemahan-kelemahan dalam bekerja, mengetahui apakah sesuatu berjalan efisien
atau tidak, dan mencari jalan keluar jika ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan,
kelemahan-kelemahan, atau kegagalan ke arah perbaikan. Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pada pokoknya tujuan pengawasan
adalah:
61
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, opcit, Halaman 318-319. 62
Siswandi dan Indra Iman, Aplikasi Manajemen Perusahaan, edisi kedua, Penerbit :
Mitra Wicana Media, Jakarta, 2009, Halaman 83-84.
48
(1) Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi-
instruksi yang telah dibuat;
(2) Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan-kesulitan, kelemahankelemahan
atau kegagalan-kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja;
(3) Untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan
kegagalan, atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.
3. Macam Teknik Pengawasan
Teknik pengawasan, terdapat dua cara untuk memastikan pegawai
merubah tindakan/sikapnya yang telah mereka lakukan dalam bekerja, yaitu
dengan dilakukannya pengawasan langsung (direct control) dan pengawasan tidak
langsung (indirect control). Pengawasan langsung diartikan sebagai teknik
pengawasan yang dirancang bangun untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
penyimpangan rencana. Dengan demikian pada pengawasan langsung ini,
pimpinan organisasi mengadakan pengawasan secara langsung terhadap kegiatan
yang sedang dijalankan, yaitu dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa dan
mengecek sendiri semua kegiatan yang sedang dijalankan tadi. Tujuannya adalah
agar penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana yang terjadi dapat
diidentifikasi dan diperbaiki. Pengawasan langsung sangat mungkin dilakukan
apabila tingkat kualitas para pimpinan dan bawahannya rendah.Sementara
pengawasan tidak langsung diartikan sebagai teknik pengawasan yang dilakukan
dengan menguji dan meneliti laporan-laporan pelaksanaan kerja. Tujuan dari
pengawasan tidak langsung ini adalah untuk melihat dan mengantisipasi serta
dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menghindarkan atau memperbaiki
49
penyimpangan. Pengawasan tidak langsung sangat mungkin dilakukan apabila
tingkat kualitas para pimpinan dan bawahannya tinggi.
4. Fungsi-fungsi Pengawasan
Menurut Sule dan Saefullah mengemukakan fungsi pengawasan pada
dasarnya meruapakan proses yang dilakukan untuk memastiakan agar apa yang
telah direncanakan berjalan sebagaiamana mestinya. Termasuk kedalam fungsi
pengawasan adalah identifikasi berbagai faktor yang menghambat sebuah
kegiatan, dan juga pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan
organisasi dapat tetap tercapai. Sebagai kesimpulan, fungsi pengawasan
diperlukan untuk memastikan apa yang telah direncanakan dan dikoordinasikan
berjalan sebagaimana mestinya ataukah tidak. Jika tidak berjalan dengan
semestinya maka fungsi pengawasan juga melakukan proses untuk mengoreksi
kegiatan yang sedang berjalan agar dapat tetap mencapai apa yang telah
direncanakan. Fungsi dari pengawasan sandiri adalah :
1) Mempertebal rasa tangung jawab dari pegawai yang diserahi tugas dan
wewenang dalam pelaksanan pekerjan.
2) Mendidik pegawai agar melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
3) Mencegah terjadinya kelalaian, kelemahan dan penyimpangan agar tidak
terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
4) Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar dalam pelaksanaan pekerjan
tidak mengalami hambatan dan pemboosan-pemborosan.63
63
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, opcit, Halaman 317.
50
E. Depot air minum isi ulang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis
Depot air minum dan perdagangannya, disebutkan bahwa depot air minum adalah
usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum
dan menjual langsung kepada konsumen sementara air baku adalah air yang
belum diproses atau sudah diproses menjadi bersih yang memenuhi persyaratan
mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan untuk diolah menjadi produk air
minum.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, bahwa: “air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.”
Dalam peraturan perundang-undangan, tidak ada pasal yang memberikan
definisi maupun pengertian mengenai Air Minum Depot isi ulang (AMD isi
ulang). Namun dari beberapa bahan bacaan, diperoleh beberapa definisi mengenai
pengertian usaha AMD isi ulang. Antara lain disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan usaha AMD isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air bersih menjadi air minum dan menjual secara langsung kepada
konsumen di lokasi pengolahan. Sedangkan Suprihatin, ketua tim peneliti
51
laboratorium teknologi dan manajeman lingkungan, Institut Pertanian Bogor dan
R. Hening Darpito, direktur penyehatan air dan sanitasi, Dirjen PPM-PL
Departemen Kesehatan, memberikan definisi depot air minum adalah penjualan
air minum kepada masyarakat yang dilakukan secara perorangan, dimana
konsumen harus membawa wadah galon sendiri, baru mengisinya di depot
tersebut.64
1. Pengertian Kualitas Air
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan No.:907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Bagi manusia air minum
merupakan kebutuhan utama untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, kakus
dan dalam produksi pangan, mengingat bahwa berbagai penyakit dapat ditularkan
melalui air saat manusia memanfaatkannya, maka untuk memutuskan penularan
penyakit tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih maupun air minum yang
baik bagi manusia.
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus
memenuhi standar yang berlaku. Untuk itu perusahaan air minum selalu
memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan pada pelanggan, karena air
baku belum tentu memenuhi standar, maka perlu dilakukan pengolahan agar
memenuhi standar air minum. Air minum yang ideal harus jernih, tidak berwarna,
64
Suprihatin dan Hening Darpito, Air Minum Isi Ulang Layakkah Dikonsumsi, Femina,
Maret 2004, halaman 83. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2011
52
tidak berasa dan tidak berbau dan tidak mengandung kuman patogen. Air
seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan
distribusinya. Pada hakekatnya persyaratan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
serta meluasnya penyakit bawaan air atau water borne diseases.
2. Tujuan Pengawasan Kualitas Air
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens kualitas air secara
berkesinambungan.
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana
menurut keputusan Menkes No : 907/Menkes/SK/VII/2002, maka perlu
dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan
secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh
penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai
dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam keputusan ini.
Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :
1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.
2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang.
Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
meliputi :
1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi :
53
Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada
seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi
pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan
distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.
2. Pengambilan sampel :
Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai
kebutuhan dengan ketentuan minimal.
3. Persyaratan Bakteriologis Air Minum
Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan
bakteri coli form dan E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan
ditemukan adanya bakteri tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah
terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas. Indikator adalah
bakteri yang memenuhi persyaratan berikut :
1. Dapat diterapkan untuk semua jenis perairan;
2. Selalu ditemukan bila di dalam perairan tersebut terdapat bakteri pathogen;
3. Jumlahnya sebanding dengan tingkat pencemaran perairan tersebut;
4. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bakteri pathogen;
5. Tidak mengalami pertumbuhan selama berada di perairan;
6. Daya tahan hidupnya lebih lama daripada bakteri pathogen;
7. Tidak ditemukan di dalam perairan yang tidak mengalami pencemaran;
8. Relatif mudah dideteksi di laboratorium;
9. Mempunyai ciri-ciri yang tetap;
10. Tidak berbahaya atau menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
54
F. Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Makhluk hidup dan lingkungannya adalah dua hal yang tak terpisahkan
dan saling membutuhkan. Hamparan samudera, bukit, pegunungan, sungai, danau,
semuanya merupakan bagian dari lingkungan alam. Lingkungan alam sendiri
merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup. Lingkungan hidup mencakup
seluruh lingkungan alam seperti lingkungan fisik, biologi, dan sosial. Itulah
mengapa pengertian lingkungan hidup lebih luas daripada lingkungan alam.
Berdasarkan pada Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindunga dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa Lingkungan
Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Pengertian lingkungan hidup diperjelas lagi dengan pasal tentang
pengelolaan, baku mutu lingkungan hidup, pencemaran, dan pengendalian
lingkungan hidup sebagai berikut:
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum.”
55
“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.”
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.”
"Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengedalian pecemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup ini terdiri dari 3 hal yaitu :
pencegahan,penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup dengan
menerapkan berbagai instrument-instrument yaitu : Kajian lingkungan hidup
strategis (KLHS); Tata ruang; Baku mutu lingkungan hidup; Kreteria baku mutu
kerusakan lingkungan hidup; Amdal; perizinan; instrument ekonomi lingkungan
hidup; peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; anggaran
berbasis lingkungan hidup; Analisis resiko lingkungan hidup; audit lingkungan
hidup, dan instrument lain sesuai dnagan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan."
Manusia hanyalah salah satu unsur dalam lingkungan hidup tetapi
perilakunya akan mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Makhluk hidup yang lain termasuk binatang
tidak merusak atau mencemari lingkungan. hal ini juga dijelaskan didalam
56
penjelasan Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 antara lain
sebagai berikut: “ Lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi
kehidupan dalam segala aspek dan mantranya sesuai dengan wawasan nusantara”.
2. Ruang lingkup Lingkungan Hidup
Ruang lingkup dari lingkungan itu sendiri terdiri atas komponen biotik, abiotik,
dan kultur:
1) Abiotik adalah Merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk
hidup dan terdiri atas tanah, atmosfer, air, dan sinar matahari.
2) Biotik adalah Merupakan semua makhluk hidup yang terdiri atas manusia,
hewan, dan manusia. Menurut fungsinya dibedakan atas 3 kelompok yaitu:
kelompok produsen, konsumen, dan pengurai.
3) Kultur sering disebut juga dengan budaya yang merupakan komponen
tambahan yang erat kaitannya dengan perilaku manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.
Ruang lingkup keadaan sekitar lingkungan kependudukan dalam
lingkungan tidak lepas dari dua komponen biotik dan abiotik. Biotik didalamnya
terdapat mahluk hidup termasuk manusia, abiotik yaitu benda mati batu, tanah,
matahari, anggin, air dan sebagainya. Tetapi yang paling besar peranannya adalah
manusia. Manusia pada dasarnya sebagai mahluk individu yang hidupnya pengen
sendiri serakah, tetapi manusia juga tidak lepas dari orang lain dan lingkungan
sekitar karena itu manusia disebut juga mahkluk sosial. Manusia tidak bisa hidup
57
sendiri ia membutuhkan interaksi dengan sesamanya dilingkungan hidup ini.
Karena secara naluriah manusia selalu ingin berkumpul dengan orang lain sebab
memiliki akal yang sempurna.
Segala hal yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan orang lain berarti
sosial.
a. Individu dan Masyarakat Manusia adalah salah satu makhluk yang ada di
dunia, tetapi manusia lebih sempurna dengan makhlik lainnya yang ada di
dunia. Karena adanya akal dan perbuatannya pun diatur oleh akal hanya
sebagian kecil diatur oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai
pengetahuan dan terus mengembangkan, sehingga tercipta sesuatu hal
yang baru dan lebih bermanfaat. Namun potensial itu hanya mungkin
menjadi kenyataan apabila individu yang berpotensial bersangkutan saling
berinteraksi dan hidup dalam suatu masyarakat saling timbal balik dan
saling melengkapi.
b. Kelompok Sosial Kecenderungan manusia untuk berkumpul/berkelompok
timbul dari kesadaran manusia akan keinginan hidup saling memerlukan.
Pergaulan antar sesama manusia adalah kebutuhan dan dari
pengalamannya itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
dan itu semua tidak bisa dilakukan sendiri yakni harus ada timbale balik
dari sesamanya dilingkungan sosial tersebut, maka itu terjadilah interaksi
sosial.
c. Hubungan makhluk dengan lingkungan, lingkungan terdiri komponen
biotik dan abiotik. Biotik terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan.
58
Abiotik terdiri dari benda-benda tak bernyawa yang ada disekitar kita.
Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan
saling melengkapi, seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan
untuk keperluan pangan, butuh air untuk minum dan lainnya. Hewan dan
tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh matahari dan
sebagainya.
d. Penduduk dan Sumber Daya Alam (SDA), manusia hidup bersama unsur
lingkungan yang lainnya yakni SDA. SDA adalah segala sesuatu yang ada
di alam berupa biotik atau abiotik yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Jumlah penduduk makin meningkat
berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang
menguntungkan ada juga yang tidak. Sebab SDA menurut jenisnya ada
dua yaitu biotik dan abiotik, menurut sifatnya SDA yang dapat
diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita
harus waspada atas kelestarian SDA. Agar SDA tetap lestari
keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah
tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam melestarikan
lingkungan dan di sini diperlukan pendidikan agar tiap individu bisa
melakukannya.
59
3. Tujuan dan Peran Masyarakat Dalam Pengetahuan Lingkungan Hidup
1) Di bidang pengetahuan: membantu individu, kelompok dan masyarakat
untuk mendapatkan berbagai pengalaman dan mendapat pengetahuan
tentang apa yang di perlukan untuk menciptakan dan menjaga lingkungan
yang berkelanjutan.
2) Di bidang kesadaran: membantu kelompok sosial dan individu untuk
mendapatkan kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan secara
keseluruhan beserta isu-isu yang menyertainya, pertanyaan, dan
permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan dan pembangunan.
3) Di bidang perilaku: membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk
memperoleh serangakaian nilai perasaan peduli terhadap lingkungan dan
motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam perbaikan dan perlindungan
lingkungan.
4) Di bidang ketrampilan: membantu individu, kelompok dan masyarakat
untuk mendapatkan ketrampilan untuk megidentifikasi, mengantisipasi,
mencegah, dan memecahkan permasalahan lingkungan.
5) Di bidang partisipasi: memberikan kesempatan dan motivasi terhadap
individu,kelompok dan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam
menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Jadi pendidikan lingkungan
hidup diperlukan untuk dapat mengelola secara bijaksana sumber daya
kita dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan
generasi yang akan datang diperlukan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan atau perilaku yang membuat sumber daya kita tetap dapat di
60
manfaatkan secara lestari atau dapat di manfaatkan secara berkelanjutan
(sutainable used ).
6) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
7) Peran masyarakat dapat berupa:
a) pengawasan sosial;
b) pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c) penyampaian informasi dan/atau laporan.
8) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk
melakukan pengawasan sosial; dan
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe penelitian
Metode adalah Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Metode pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, seperti yang
dikutip dari pendapatnya Ronny Hanintijo65
, mengatakan bahwa :
“Metode yuridis normatif, yaitu metode pendekatan yang menggunakan
konsepsi legis positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan
norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau
pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem
normatif yang mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari kehidupan
masyarakat yang nyata serta menganggap bahwa norma-norma lain bukan
sebagai hukum.”
B. Metode Pendekatan
Pendekatan yang penulis gunakan Pendekatan Undang-Undang (Statute
Approach). Pendekatan Undang-undang (Statute Approach) dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang berkembang saat ini yaitu lahirnya undang-undang yang baru
tentang pengawasan kualitas air minum. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis,
pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk
mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang
65
Ronny Hanintijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia,
1988. Halaman 13-14.
62
dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan undang-
undang dasar atau antara regulasi dengan undang-undang. Hasil dari telaah
tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. Bagi
penelitian untuk kegiatan akademis, penelitian perlu mencari ratio logis dan dasar
ontologis lahirnya undang-undang tersebut.
Mempelajari ratio logis dan dasar ontologis suatu undang-undang,
peneliti mampu menangkap kandungan filosofi yang ada dibelakang undang-
undang itu, yang akan dapat menyimpulkan mengenai ada dan tidaknya benturan
filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi dan skripsi ini
menggunakan penelitian hukum normatif dengan metode pendekatan analisis
(Analytical Approach) yaitu menganalisis bahan hukum untuk mengetahui makna
yang terkandung dalam istilah yang digunakan oleh peraturan perundang-
undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam
putusan-putusan hukum. Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang
akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema
sentral dalam penelitian ini.66
Objek penelitian ini adalah tentang kualitas air
minum yang ada pada depot air minum isi ulang, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum Dinas Kesehatan diberikan
kewenangan oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengawasan
kualitas air minum dalam hal isi kualitas air minum depot air minum isi ulang.
66
Johnny, Ibrahim, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayumedia
Publishing, 2006, halaman 302.
63
C. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi
penelitian preskriptif. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif,
artinya sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan
hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.
Sejalan dengan pendapatnya Peter Mahmud Marzuki 67
bahwa:
“Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat
preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu
hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas
aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.
Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur,
ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan
hukum.”
Berdasarkan sifat tersebut, maka jenis spesifikasi yang relevan adalah:
1. Inventarisasi Hukum
Penelitian inventarisasi hukum positif yaitu merupakan kegiatan
mengkritisi yang bersifat mendasar untuk melakukan penelitian hukum dai tipe-
tipe yang lain. Ada 3 (tiga) kegiatan pokok dalam melakukan penelitian
inventrisasi hukum posiif tersebut, yaitu :
a. Penetapan kriteria identifikasi untuk menyeleksi norma-norma yang
dimasukan sebagai norma hukum positif dan norma yang dianggap
norma sosial yang bukan hukum.
b. Mengumpulkan norma-norma yang sudah diidentifikasi sebagai norma
hukum tersebut.
67
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Surabaya, Kencana Perdana Media Group,
2007, halaman 22.
64
c. Dilakukan pengorganisasian norma-norma yang sudah di identifikasikan
dan di kumpulkan kedalam suatu sistem yang menyeluruh
(kompherensif).
2. Sistimatika Hukum
Penelitian terhadap sistimatika hukum. Penelitian ini dilakukan terhadap
bahan hokum primer dan skunder. Kerangka acuan yang di gunakan adalah
pengertian-pengertian dasar yang terdapat dalam sistem hukum (masyarakat
hukum, subjek hukum, peristiwa hukum, hubungan hukum hak dan kewajiban).
D. Lokasi Penelitian
Peneliti menggunakan lokasi penelitian di wilayah Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas, dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan telaah dokumen
melalui pengambilan data dan dokumen lain yang relevan ke instansi yang
menjadi lokasi penelitian, dinas kesehatan kaitannya dengan rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan
termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat tersebut
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan. Hal-hal yang berkaitan
dengan pengawasan kualitas air usaha depot air minum isi ulang sebenarnya
berbeda-beda antara satu Kota/Kabupaten dengan Kota/Kabupaten lainnya,
tergantung pelaksanaan Pemerintah Daerahnya.
65
E. Sumber Bahan Hukum
Sumber Bahan Hukum diperoleh dari : Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-
bahan hukum yang mengikat.68
Penelitian ini, bahan hukum yang digunakan oleh
peneliti adalah penjelasan terhadap sumber bahan hukum dalam pendekatan
yuridis normative terdapat bahan hukum yang dikaji meliputi:
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat,
terdiri dari:
a. Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945,
b. Peraturan Perundang-undangan, antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum.
5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/Sk/VII/2002
Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas
Air Minum.
68
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2004, halaman 31.
66
c. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, terdiri dari:
1) Pustaka di bidang ilmu hukum,
2) Hasil penelitian di bidang hukum,
3) Artikel-artikel ilmiah, baik dari koran maupun internet,
F. Metode Pengumpulan Bahan Hukum
Metode pengumpulan data yaitu dengan menginventarisir peraturan
Perundang-undangan untuk dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
dengan studi kepustakaan, internet browsing, telah artikel ilmiah, telaah karya
ilmiah sarjana dan studi dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah
maupun jurnal surat kabar. Metode pengumpulan data menggunakan Studi
Kepustakaan yaitu Teknik mengumpulkan data dengan jalan membaca dan
mempelajari buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan materi penelitian,
kemudian menyususn sebagai sajian data. Metode dokumentasi adalah salah satu
cara pengumpulan data yang digunakan penulis dengan cara menelaah dokumen-
dokumen pemerintah maupun non pemerintah yang berkaitan dengan penelitian
ini. Instrument yang digunakan berupa form dokumentasi, form kepustakaan, dan
alat-alat perpustakaan lainnya.
G. Metode Penyajian Bahan Hukum
Data yang berupa bahan-bahan hukum yang telah diperoleh kemudian
disajikan dalam bentuk teks naratif, uraian-uraian yang disusun secara sistematis,
67
logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan
satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti,
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
H. Metode Analisis Bahan Hukum
Data bahan-bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis secara normatif-
kualitatif tentang pengawasan Dinas Kesehatan terhadap usaha depot air minum
isi ulang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Normatif karena penelitian
ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian
kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial,
danlain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah
pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan
dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala
merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap
kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan
sosial yang menjadi fokus penelitian. Kualitatif karena data yang diperoleh,
kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisa secara kualitatif,
68
untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.69
Metode Penafsiran
Hukum sebagai berikut:
a) Metode interpretasi menurut bahasa (gramatikal) yaitu suatu cara
penafsiran Undang-undang menurut arti kata-kata (istilah) yang terdapat
pada Undang-undang. Hukum wajib menilai arti kata yang lazim dipakai
dalam bahasa sehari-hari yang umum.
b) Metode interpretasi secara sistematis yaitu penafsiran yang
menghubungkan pasal yang satu dengan apasal yang lain dalam suatu per
Undang-undangan yang bersangkutan, atau dengan Undang-undang lain,
serta membaca penjelasan Undang-undang tersebut sehingga kita
memahami maksudnya.
69
Ibid. halaman 98
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Bahan Hukum Primer
a. Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945
1) Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik”.
2) Pasal 4 ayat (1) : “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
Pemerintahan menurut Undang-undang Dasar”.
3) Pasal 18 ayat (1) : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,
yang diatur dengan undang-undang”.
4) Pasal 28 H ayat (1) : “Sedap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batan,
bertempat tinggal, clan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
b. Peraturan Perundang-undangan, antara lain:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
a) Pasal 1 angka 5 : “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
70
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.
b) Pasal 1 angka 7 : “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c) Pasal 1 angka 8 : “Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu”
d) Pasal 1 angka 9 : “Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu”.
2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
a) Pasal 71 angka 1 : “Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup”.
b) Pasal 71 angka 2 : “Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat
mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup”.
71
c) Pasal 72 : “Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan”.
d) Pasal 73 : “Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya
diterbitkan oleh pemerintah daerah jika Pemerintah menganggap terjadi
pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup”.
e) Pasal 76 ayat (1) : “Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi
administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan”.
f) Pasal 76 ayat (2) : “Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.
g) Pasal 77 : “Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap
pemerintah daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif
terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup”.
72
h) Pasal 78 : “Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab
pemulihan dan pidana”.
i) Pasal 79 : “Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan
izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan
huruf d dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah”.
j) Pasal 80 ayat (1) : “Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76
ayat (2) huruf b berupa:
a) penghentian sementara kegiatan produksi;
b) pemindahan sarana produksi;
c) penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d) pembongkaran;
e) penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran;
f) penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
g) tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan
memulihkan fungsi lingkungan hidup.
3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
a) Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan”.
b) Pasal 5 angka 1 : “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses atas sumber daya di bidang kesehatan”.
73
c) Pasal 5 angka 2 : “Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau”.
d) Pasal 14 ayat (1) : “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”.
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum.
a) Pasal 10 ayat (1) : “Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi :
a. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas
fisik air minum dan faktor resikonya;
b. Pengambilan sempel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi sanitasi;
c. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi;
d. Analisis hasil pengujian laboratorium;
e. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut; dan
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
b) Pasal 10 ayat (2) : “Penyelenggaraan air minum dalam melaksanakan
pengawasan internal wajib melaksanakan analisis resiko kesehatan”.
5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
a) Pasal 1 angka 2 : ”Penyelenggaraan air minum adalah badan usaha milik
Negara/badan usaha milik daerah, koperasi, bdan usaha swasta, usaha
74
perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum”.
b) Pasal 2 : “Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang
diproduksinya aman bagi kesehatan”.
c) Pasal 4 ayat (2) : “Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan
pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh
KKP khusus untuk wilayah kerja KKP”.
d) Pasal 4 ayat (3) : “Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan
pengawasan yang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin
kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat sebagaimana diatur
dalam peraturan ini”.
e) Pasal 7 : “Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya
memberikan sanksi administrasi kepada penyelenggara air minum yang tidak
memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana diatur dalam peraturan
ini”.
6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/Sk/VII/2002 tentang
Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Pasal 4 ayat (1) : “Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan:
a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air
baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum
dalam kemasan.
b. Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/ di lapangan atau di laboratorium.
75
c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan
d. Member rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil
kegiatan a,b,c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum.
e. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola
penyediaan air minum.
f. Penyuluhan kepada masyarakat.
2. Bahan Hukum Sekunder
a. Perkembangan Usaha Depot Air Minum Isi Ulang
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan
makanan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain
dalam kondisi yang layak untuk diminum tanpa mengganggu kesehatan. Air
minum adalah air yang dapat diminum langsung atau air yang harus dimasak
terlebih dahulu sebelum dapat diminum. Air minum dalam tubuh manusia
berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap
waktu air perlu dikomsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Air
juga digunakan untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna,
jika kekurangan air maka sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi
dengan baik.
Kebutuhan air minum dibanyak negara di dunia tidak sama satu sama
lain. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum daripada
dinegara berkembang, di negara maju semua keperluan air dipenuhi dengan air
minum, sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya digunakan
76
untuk makan dan minum saja, karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lain
cukup dipenuhi oleh air bersih biasa.
Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa
volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda, di negara
maju air yang dibutuhkan adalah kurang lebih 500 liter seorang tiap hari (lt/or/hr),
sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 lt/or/hr dan di daerah
pedesaan hanya 60 lt/or/hr. Kebutuhan akan airpun berubah-ubah, faktor-faktor
penyebab perubahan (meningkat atau menurun) disebabkan oleh :
a. Tersedianya air (faktor kemudahan) dimana volume penggunaan air oleh
penduduk akan menurun kalau air sulit diperoleh;
b. Harga air (faktor ekonomi), dimana penduduk akan menghemat pemakaian air
jika harga air tinggi;
c. Jarak (jauh atau dekat) dari sumber mata air, dimana penduduk akan
menghemat pemakaian air jika tempat pengambilan air jauh dari pemukiman
walaupun sumber airnya berlimpah;
d. Kualitas air, jika kualitas makin baik, maka penggunaan air akan lebih banyak;
dan
e. Budaya dan agama, yang memerlukan air untuk kegiatan-kegiatannya.70
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air
yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM),air minum dalam kemasan, maupun
depot air minum isi ulang. Selain itu air tanah tangkal dari sumur-sumur gali atau
pompa serta air hujan yang diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah
70
Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Jakarta,
Kementrian Kesehatan, halaman 1-2.
77
dimasak terlebih dahulu. Air sebagai sumber kehidupan. Tak hanya dikonsumsi,
air juga dapat dijadikan bisnis sampingan. Salah satu yang paling menarik adalah
bisnis air minum isi ulang.
Air minum isi ulang awalnya hanya ada di Jakarta. Kira-kira sepuluh
tahun lalu, bisnis ini sudah mulai dikenalkan. Saat itu, tak banyak yang meyakini
kualitas air minum isi ulang. Namun, setelah beberapa depot mempunyai sertifikat
dari Dinas Kesehatan, masyarakat mulai percaya, dan tidak sedikit yang menjadi
pelanggan, sekarang bisnis air minum isi ulang menjamur. Banyaknya pelaku
bisnis air minum ini tak lepas dari harga air minum dalam kemasan (terutama
bermerk) yang makin mahal. Air mineral yang dikemas dalam galon ditawarkan
Rp 7.500,00 - Rp 13.000,00 , maka air isi ulang hanya Rp 2.500,00 - Rp 3.000,00
per gallon, untuk mendapatkan air minum isi ulang, konsumen tidak perlu repot
karena cara isi ulangnya sangat praktis. Pembeli tinggal membawa galon kosong
dan akan diisi dengan sistem khusus. Tidak lama, hanya memakan waktu
beberapa menit.71
Sejalan dengan berkembangnya teknologi perkembangan air, maka
Depot Air Minum Isi Ulang berkembang sangat pesat pada saat ini. Usaha ini
tersebar diseluruh wilayah Indonesia, bahkan menjangkau daerah terpencil
khususnya di wilayah padat penduduk yang sulit memperoleh air bersih.
Bisnis Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Banyumas cukup
menjanjikan, setidaknya hal ini dapat ditandai dengan pesatnya pertumbuhan
71
http://airisiulang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=28
di akses pada tanggal 17 September 2012
78
bisnis depot air minum isi ulang ini dan sangat mudah ditemukan di pinggir
beberapa ruas jalan raya. Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air
minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum
tumbuh subur dimana-mana, oleh karenanya perizinan, pengawasan, serta
pembinaan sangat diperlukan agar bermanfaat bagi semua pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menjaga kualitas air minum baik kalangan pemerintah,
pengusaha, maupun konsumen.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
Dinas Kesehatan Banyumas merupakan lembaga pemerintahan di
Kabupaten Banyumas di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas berdiri pada tahun 1968. Visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas adalah:
a) VISI
Banyumas Sehat dan Mandiri
b) MISI
Agar Visi yang telah ditetapkan dapat tercapai maka Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas menetapkan misi sebagai berikut:
(1) Mendorong dan Menggerakan masyarakat untuk berperilaku Hidup Bersih dan
Sehat serta mampu mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya menuju
terwujudnya desa siaga.
(2) Meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan dengan mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang merata dan terjangkau.
79
(3) Membina menciptakan lingkungan sehat serta mengendalikan penyakit
potensial.
(4) Meningkatkan sumber daya , informasi dan sumber daya kesehatan.
(5) Meningkatkan kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 26 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Dinas Dearah Kabupaten Banyumas Pasal
6, Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan teknis operasional urusan
pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
Dinas Kesehatan dalam menyelenggarakan fungsi:
(1) perumusan kebijakan teknis lingkup kesehatan;
(2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum lingkup
kesehatan;
(3) pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup kesehatan;
(4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Mempunyai 43 UPT yang terdiri
dari:
(1) Puskesmas : 39 Unit
(2) Balai Kesehatan Paru (BP Paru) : 1 Unit
(3) Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) : 1 Unit
(4) Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) : 1 Unit
(5) Unit Perbekalan Alat Kesehatan dan Farmasi (UPKF) : 1 Unit
80
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis
penunjang Dinas Kesehatan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
paripurna di wilayah kerjanya. Balai Kesehatan Paru (BP Paru) mempunyai tugas
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Kesehatan dalam
pelayanan pengobatan penyakit paru-paru. Balai Kesehatan Mata Masyarakat
(BKMM) mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional
Dinas Kesehatan dalam pelayanan kesehatan mata. Laboratorium Kesehatan
Masyarakat (Labkesmas) mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional Dinas Kesehatan dalam penelitian kesehatan masyarakat.
Unit Perbekalan Alat Kesehatan dan Farmasi (UPKF) mempunyai tugas
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Kesehatan dalam
penyimpanan dan pendistribusian alat kesehatan dan farmasi.72
Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 26 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Dinas Dearah Kabupaten Banyumas,
menerangkan bahwa Susunan Dinas Kesehatan terdiri dari:
a. Kepala dinas
b. Sekretariat, yang terdiri dari:
1. Subbagian Bina Program;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum.
c. Bidang Pembinaan dan pengendalian Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan;
72
http://www.dkk-banyumaskab.net/?page=profile di akses pada tanggal 17 September
2012
81
2. Seksi Gizi Masyarakat;
3. Seksi Kesehatan Ibu dan Anak.
d. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, terdiri dari:
1. Seksi Pencegahaan Penyakit dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa;
2. Seksi Pengendalian Penyakit;
3. Seksi Penyehatan Lingkungan.
e. Bidang Pembinaan dan Pengendalaian Kemitraan dan Promosi Kesehatan,
terdiri dari:
1. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan;
2. Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Masyarakat;
3. Seksi Promosi Kesehatan.
f. Bidang Pembinaan dan Pengendalian Sumber Daya Kesehatan, terdiri
dari:
1. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan
Organisasi Profesi;
2. Seksi Farmasi, Makanan, Minuman dan Pembekalan Kesehatan;
3. Seksi Manajemen Informasi dan Pengembangan Kesehatan.
g. UPT.
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
82
Gambar
I
Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 26 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Cara Kerja Dinas Dearah Kabupaten Banyumas.
Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
yang meliputi : Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi pada air minum
perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan
air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses pengemasan
bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan
rumah bagi air minum perpipaan.
83
c. Persyaratan Bakteriologis Air Minum
Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan
bakteri coli form dan E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan
ditemukan adanya bakteri tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah
terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas, bahwa bakteri
indikator adalah bakteri yang memenuhi persyaratan berikut :
1. Dapat diterapkan untuk semua jenis perairan
2. Selalu ditemukan bila di dalam perairan tersebut terdapat bakteri patogen
3. Jumlahnya sebanding dengan tingkat pencemaran perairan tersebut
4. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bakteri patogen
5. Tidak mengalami pertumbuhan selama berada di perairan
6. Daya tahan hidupnya lebih lama daripada bakteri patogen
7. Tidak ditemukan di dalam perairan yang tidak mengalami pencemaran
8. Relatif mudah dideteksi di laboratorium
9. Mempunyai ciri-ciri yang tetap
10. Tidak berbahaya atau menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, bakteri yang memenuhi syarat
sebagian besar persyaratan adalah kelompok bakteri koli (Coli form). Kelompok
bakteri koli termasuk famili Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae
mempunyai 4 marga yaitu marga Excherichia, Citrobacter,
Enterobacter/Aerobacter dan Klebsiella. Ciri-ciri utama mikroba yang termasuk
dalam kelompok Enterobacteriaceae, yaitu bersifat gram negatif, anaerobik
fakultatif, berbentuk batang, oksidase negatif, tidak membentuk spora, fermentatif
84
dan biasanya bergerak. Kelompok bakteri ini terdiri dari bakteri yang bersifat
patogen dan non patogen dan merupakan flora normal dalam usus.
Penyebaran kelompok bakteri koli (Coli form) di alam sangat luas,
diantaranya adalah hidup dan berkembang di dalam usus manusia dan binatang
berdarah panas. Bakteri yang terdapat dalam suatu perairan dapat dibedakan
menurut tempat asalnya, yaitu ada yang berasal dari usus manusia dan binatang
(yang keluar bersama tinja) dan yang bukan berasal dari usus manusia.
Perbedaannya terletak pada usus manusia dan binatang (yang keluar bersama
tinja) dan yang bukan berasal dari usus manusia. Perbedaannya terletak pada suhu
inkubasi pada saat analisis sampel air. Bakteri yang berasal dari usus manusia
memerlukan suhu inkubasi 44,50C selama 24-48 jam, sedangkan yang bukan
berasal dari usus manusia suhu inkubasinya 350C selama 24-48 jam. Kelompok
bakteri yang berasal dari usus manusia dan binatang disebut bakteri Fecal coli
atau E. coli. Selain bakteri Fecal coli, didalam usus hewan berdarah panas juga
terdapat Fecal streptococcus yang termasuk dalam famili Streptococcaceae,
namun jumlahnya lebih sedikit dibanding bakteri Fecal coli. Walaupun demikian,
daya tahan hidup bakteri Fecal streptococcus dalam suatu perairan lebih kuat bila
dibandingkan dengan kelompok bakteri coli.
85
B. Pembahasan
1. Pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas
Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang
Penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah,
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan besar dalam setiap
segmen penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana yang diungkapkan
Soekarwo sebagaimana dapat dilihat bukunya dalam Akmal Boedianto73
, dalam
penjelasan umum UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga
menegaskan bahwa : “Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan
antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek
hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
73
Akmal Boedianto, Hukum Pemerintahan Daerah (Pembentukan Perda APBD
Partisipatif), Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2010, halaman 1
86
sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu
diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar mampu menjalankan
perannya tersebut, daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan
pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan
sistem penyelenggaraan negara”.
Dinas Kesehatan merupakan Dinas Otonomi Daerah yang secara struktur
sepenuhnya berada dalam kewenangan Pemerintah Daerah, sedangkan hubungan
dengan Dinas Kesehatan Propinsi adalah merupakan hubungan kerja fungsional,
sehingga tugas-tugas bantuan (dekonsentrasi) dibidang kesehatan ditingkat dan
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dinas Kesehatan mempunyai tugas
pokok dibidang kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan berfungsi merumuskan
kebijaksanaan sistem kesehatan Kabupaten dan melaksanakan kegiatan teknis
operasional di bidang kesehatan, yang di laksanakan oleh Pemerintah, salah satu
tugas dari Dinas Kesehatan yaitu mempunyai kewenagan untuk melaksanakan
pengawasan. Pengawasan yaitu proses meyakinkan bahwa aktifitas aktual sesuai
dengan aktivitas yang direncanakan. Pengawasan membantu pimpinan memonitor
keefektifan perencanaan, pengorganisasian dan kepemimpinan. Bagian penting
dari proses pengawasan adalah melakukan koreksi sesuai dengan yang
dibutuhkan, salah satu pengertian lain dari pengawasan yaitu melakukan penilaian
dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan karyawan untuk mencapai
tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.
87
Manajemen pengawasan adalah upaya penerapan standar pelaksanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang ada, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa usaha atau
kegiatan telah dilaksanakan secara baik dalam mencapai tujuan.74
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens kualitas air secara
berkesinambungan, dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum,
maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang
diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang
digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin
kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam
keputusan ini. Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi:
1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.
2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang.
Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota, yang meliputi:
1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi:
74
Hani T. Handoko, opcit, H a l a m a n 4 7 .
88
Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada
seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi
pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi
sampai dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.
2. Pengambilan sampel:
Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai
kebutuhan dengan ketentuan minimal sebagai berikut:
a. Untuk penyediaan air minum perpipaan.
1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis. Jumlah minimal sampel air minum
perpipaan pada jaringan distribusi adalah:
Tabel 1
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomer736/Menkes/Per/VI/2010
2) Pemeriksaan kualitas kimiawi. Jumlah sampel air minum perpipaan pada
jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah sampel untuk pemeriksaan
bakteriologis.
3) Titik pengambilan sampel air arus dipilih sedemikian rupa sehingga
mewakili secara keseluruhan dari sistem penyediaan air minum tersebut,
termasuk sampel air baku.
Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan
1. < 5000 jiwa
2. 5000 s/d 10.000 jiwa
3. > 100.000 jiwa
Satu sampel
Satu Sampel sampel per 5000 jiwa
Satu sampel per 10.000 jiwa, ditambah 10 sampel
tambahan
89
4) Pada saat pengambilan sampel, sisa khlor pada sampel air minimal 0,2 mg/I,
jika bahan khlor digunakan sebagai desinfektan.
b. Untuk penyediaan air minum kemasan dan atau isi ulang. Jumlah dan
frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan dengan
ketentuan minimal sebagai berikut:
1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis. Jumlah minimal sampel air minum pada
penyediaan air minum kemasan dan atau isi ulang adalah sebagai berikut:
a) Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali
b) Air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan/botol isi ulang, minimal satu
sampel sebulan sekali.
c) Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali.
2) Pemeriksaan kualitas kimiawi. Jumlah minimal sampel air minum adalah
sebagai berikut:
a) Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali
b) Air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan atau botol isi ulang minimal
satu sampel sebulan sekali
c) Air dalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali.
3) Pemeriksaan kualitas air minum, di lakukan di lapangan, dan
di laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau laboratorium
lainnya yang ditunjuk.
4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa,
selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobilogik dan 10 hari.
90
5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktu-
waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air
minum yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian
luar biasa pada para konsumen.
6) Parameter kualitas air yang diperiksa, dalam rangka pengawasan kualitas air
minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium
adalah sebagai berikut: Parameter mikrobiologi yang berhubungan langsung
dengan kesehatan adalah E. Coli dan Total Bakteri Coli form.
7) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut,
dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya
indikasi pencemaran oleh bahan tersebut.
8) Bila parameter tersebut tidak dapat diperiksa di laboratorium
kabupaten/kota, maka pemeriksaannya dapat dirujuk ke laboratorium
propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium rujukan.
9) Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk
bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan
rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat.
10) Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala
Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota setempat
secara rutin, terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air
minu tersebut maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur Jenderal.
91
Persyaratan Kualitas Air Minum meliputi persyaratan fisika, kimiawi,
mikrobiologis dan radioaktif sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Air
minum sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan ini adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Agar air minum tersebut aman bagi kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsinya, maka air minum tersebut harus memenuhi
persyaratan fisika, kimiawi, mikrobiologis dan radio aktif.
Persyaratan kualitas baku air minum, ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, sesuai Permenkes
492/Menkes/Per/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yang
mencantumkan parameter sebagai standar penetapan kualitas air minum, meliputi
parameter fisik, bakteriologis, kimia, dan radioaktif. Parameter bakteriologis dan
kimia (anorganik) merupakan parameter yang terkait langsung dengan kesehatan,
sedangkan parameter fisik dan kimia lainnya merupakan parameter yang tidak
berhubungan langsung dengan kesehatan, jika menyangkut persyaratan kualitas
air baku air minum, maka dasar hukum yang dipergunakan adalah Permenkes
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Di dalam peraturan tersebut
dimuat persyaratan air Minum dapat ditinjau dari beberapa parameter, yaitu :
1. Parameter fisika : Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna
dan jumlah zat padat terlarut.
a. Tidak Berbau : Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan
organik yang terdapat di dalam air.
92
b. Jernih : Air keruh adalah air mengandung partikel padat, yang dapat
berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang
keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh
partikel tersebut.
c. Tidak Berasa : Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat
tertentu di dalam air tersebut.
d. Suhu : Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok
dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum
idealnya ± 3º C dari suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti
mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang
terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi air.
e. TDS : Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut (diameter <
10 -6
-10 -3
mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan
lain. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan
mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.
2. Parameter Kimia : Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia organik
dan kimia anorganik. Zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-
zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (pH). Zat kimia organik
dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organis chemicals (zat kimia
organik mudak menguap) zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat
oksigen. Sumber logam pada air dapat berasal dari kegiatan industri,
pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah, atau karena korosi
dari pipa penyalur air. Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan
93
menjadi 3 kategori. Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin
bersifat carcinogen bagi manusia. Kategori 2 bahan kimia yang tidak
bersifat carcinogen bagi manusia. Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat
menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carcinogen.
3. Parameter Mikrobiologis : Indikator organisme yang dipakai sebagai parameter
mikrobiologi digunakan bakteri koliform (indicator organism). Bakteri (jenis
patogen) merupakan bagian dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit, seperti penyakit saluran pencernaan. Agent ini dapat hidup di dalam
berbagai media, hewan, dan manusia secara berantai serta menjalani siklus
hidupnya, sehingga merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidupnya.
Penyakit yang berhubungan dengan air terbagi menjadi empat kelompok, salah
satunya, penyakit disebabkan bakteri dalam air setelah air diminum seseorang,
kemudian orang tersebut sakit perut atau jatuh sakit. Kontaminasi bahan
organik seperti bakteri, dapat terjadi dalam air bersih atau air minum baik jenis
patogen (di antaranya bertahan lama di air) maupun apatogen. Organisme
indikator memenuhi syarat, antara lain :
a. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air tidak tercemar,
b. Terdapat dalam air bila ada mikroorganisme patogen,
c. Jumlahnya berkorelasi dengan kadar polusi,
d. Mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih besar daripada patogen,
e. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap,
f. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan,
94
4. Parameter Radioaktivitas : Zat radioaktivitas dapat menimbulkan efek
kerusakan sel. Kerusakan tersebut dapat berupa kematian dan perubahan
komposisi genetik. Sel yang mati dapat tergantikan asalkan belum seluruh sel
mati, sedangkan perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker
atau mutasi sel.
Pengelolaan depot air minum isi ulang yang bermutu, perlu adanya
pembinaan dan pengawasan baik dari sisi manajerial juga aspek kualitas
produksinya. Untuk membina dan mengawasi aspek produksi depot air minum isi
ulang ini dapat dilakukan dengan beberapa informasi publik tentang persyaratan
kualitas air minum :
1. Syarat kelayakan air untuk diminum yang aman bagi kesehatan adalah
apabila memenuhi persyaratan yang tertuang dalam parameter sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PERIIV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
2. Mekanisme pengawasan kualitas air minum dan pelaksanaanya mencakup
pengawasan internal oleh penyelenggara air minum dan pengawasan
eksternal oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan pembinaan dari
Dinas Kesehatan Provinsi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 736/MENKES/PERNI/2010 tentang Tata laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum.
3. Pengujian kualitas air minum dapat dilakukan di lapangan dengan peralatan
uji lapangan (water test kit) dan laboratorium dengan ketentuan sesuai
dengan tatalaksana pengawasan kualitas air minum.
95
4. Jenis penyakit yang paling dominan terjangkit di sumber air di sekitar
industri kertas akibat bakteri Serratia marcescens adalah penyakit kulit dan
diare. Jenis-jenis zat pencemar yang terkandung dalam air di sekitar industri
kertas paling banyak mengandung lignin (getah yang menempel pada serat)
dan selulosa (serat) dan senyawa organic terklorinasi (Adsorbable Organic
Halide) yang memiliki karakteristik beracun, biokumulatif, karsinogen,
dan persisten, Adsorbable Organic Halide dapat terbiokumulasi pada
tubuh ikan, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia
jika mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi dalam jumlah besar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PERIIV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, untuk
menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan pengawasan
kualitas air minum secara eksternal dan secara internal:
a) Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan
yang dilakukan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air
minum yang diproduksi memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam UU
No.492 Tahun 2010.
c) Kegiatan pengawasan kualitas air yang dimaksud pada bagian atas meliputi:
inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisa
hasil pemerikassaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.
96
d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatalaksana pengawasan kualitas air minum
ditetapkan oleh menteri.
Pengawasan ditinjau dari ”ruang lingkupnya” terdiri dari ”pengawasan
intern”, dan ”pengawasan ekstern”. Pengawasan ”intern” adalah pengawasan
yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri.75
Pengawasan intern lebih
dikenal dengan pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional adalah
pengawasan terhadap pemerintah daerah yang dilakukan secara fungsional oleh
lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan fungsional, yang
kedudukannya merupakan bagian dari lembaga yang diawasi, Inspektorat Jendral,
Inspektorat Propinsi, Kabupaten/Kota.
Pengawasan intern dilakukan oleh pejabat yang mempunyai hubungan
atau kaitan erat dari segi pekerjaan (hirarki) disebut dengan pengawasan dalam
organisasi itu sendiri (control intern). Pengawasan dalam bentuk internal dapat
diimplikasikan secara luas, dimana tidak hanya dilakukan dalam hubungan dinas
secara langsung dari segi organisasi atau suatu instansi, tetapi juga diartikan
sebagai pengawasan umum tingkat eksekutif. Pengawasan internal dapat
dibedakan dalam (a) Pengawasan intern dalam arti sempit; dan (b) Pengawasan
intern dalam arti luas. Pengawasan intern dalam arti sempit diartikan sebagai
pengawasan yang dilakukan oleh pengawas dimana pejabat yang diawasi itu
dengan aparat pengawas sama-sama bernaung dalam pimpinan seorang
Menteri/Ketua Lembaga Negara. Lembaga yang diberi wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada tingkat pusat adalah Inspektorat Jendral
75
Viktor M. Situmorang, SH., Jusuf Juhir, SH., Op.Cit, halaman. 28-29.
97
Departemen. Menurut Permendagri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri, Inspektorat Jenderal Departemen
Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di
lingkungan Departemen. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan perumusan kebijakan pengawasan fungsional;
b. pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal.
Pengawasan ”intern dalam arti luas” pada hakekatnya sama dengan
pengawasan dalam arti sempit. Perbedaannya hanya terletak pada tidak adanya
korelasi langsung antara pengawas dengan pejabat yang diawasi, artinya
pengawas yang melakukan pengawasan tidak bernaungan dalam satu
departemen/lembaga negara, tetapi masih dalam satu kelompok eksekutif.
Sedangkan “pengawasan ekstern”, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh satuan
unit pengawasan yang berada diluar organisasi yang diawasi, dan tidak
mempunyai hubungan kedinasan.76
76
Viktor M. Situmorang, SH., Jusuf Juhir, SH., Op.Cit, halaman. 28-29.
98
Bagan 1
Bagan Dinas Kesehatan Dalam Pengawasan Kualitas Air
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BANYUMAS
PENGAWASAN LANGSUNG DAN
PENGAWASAN TIDAK LANGSUNG
STAFF AHLI
PENGAMBILAN
SAMPEL
PENGAWASAN
KUALITAS AIR
PENGAMATAN
LAPANGAN ATAU
INSPEKSI SANITASI
BIDANG
PEMBINAAN DAN
PENGENDALIAN
PELAYANAN
KESEHATAN
DINAS
KESEHATAN
PENGAWASAN PREVENTIF DAN
PENGAWASAN REPRESIF
UNIT
PELAKSANAAN
TEKNIS
PENGAWASAN INTERN DAN
PENGAWASAN EKSTERN
99
Penjelasan dari teknik pengawasan berdasarkan bagan di atas, yaitu :
1. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
a. Pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi
oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa,
mengecek sendiri secara “on the spot” di tempat pekerjaan, dan menerima
laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan
dengan inspeksi.
b. Pengawasan tidak langsung, diadakan dengan mempelajari laporan-
laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis,
mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa
pengawasan “on the spot”.
2. Pengawasan preventif dan represif
a. Pengawasan preventif, dilakukan melalui pre audit sebelum pekerjaan
dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-
persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga
dan sumber-sumber lain.
b. Pengawasan represif, dilakukan melalui post-audit, dengan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan di tempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan
dan sebagainya.
3. Pengawasan intern dan pengawasan ekstern
a. Pengawasan intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam
organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh
pucuk pimpinan sendiri. Setiap pimpinan unit dalam organisasi pada
100
dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan
pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-
masing.
b. Pengawasan ekstern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari
luar organisasi sendiri.77
Senada dengan pendapat Situmorang dan Juhir, dalam Siagian mengungkapkan
bahwa proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan
manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yakni :
a. Pengawasan langsung (direct control) ialah apabila pimpinan organisasi
mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan.
Pengawasan langsung ini dapat berbentuk:
a) inspeksi langsung,
b) on the spot observation,
c) on the spot report, yang sekaligus berarti pengambilan keputusan on the
spot pula jika diperlukan. Akan tetapi karena banyaknya dan
kompleksnya tugas-tugas seorang pimpinan terutama dalam instansi,
seorang pimpinan tidak mungkin dapat selalu menjalankan pengawasan
langsung itu. Karena itu sering pula ia harus melakukan pengawasan
yang bersifat tidak langsung.
b. Pengawasan tidak langsung (indirect control) ialah pengawasan jarak jauh.
Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para
bawahan. Laporan itu dapat berbentuk:
77
Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, op.cit, Halaman 27.
101
a) Tertulis,
b) Lisan.
Kelemahan dari pada pengawasan tidak langsung itu ialah bahwa sering
para bawahan hanya melaporkan hal-hal yang positif saja. Dengan perkataan lain,
para bawahan itu mempunyai kecenderungan hanya melaporkan hal-hal yang
diduganya akan menyenangkan pimpinan.78
Tanggung Jawab Pemerintah tentang Kualitas Air Minum yaitu Menteri,
BPOM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten, Kota melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap berjalannya peraturan kualitas air minum
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Menteri, BPOM, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten, Kota dapat memerintahakan kepada para
produsen untuk menarik produk air minum dari peredaran atau melarang
pendistribusian air minum di wilayah tertentu yang tidak memenuhi persyaratan
kualitas air minum yang dianjurkan serta Pemerintah boleh memberi sanksi
kepada pennyelenggara air minum yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air
minum yang dianjurkan.
Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum tertuang dalam
Permenkes Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 mencapai kualitas air minum
yang memenuhi persyaratan kesehatan, maka dilakukan pengawasan, baik secara
internal maupun eksternal. Kedua pengawasan ini dilakukan melalui 2 (dua) cara
yaitu pengawasan berkala dan pengawasan atas indikasi adanya pencemaran.
Kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum ini meliputi :
78
Siagian P. Sondang, Pengantar Manajemen, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit :
Bumi Aksara, Jakarta, 2008, Halaman 139-140.
102
1. Inspeksi Sanitasi (IS) yang dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian
kualitas fisik air minum dan faktor risikonya;
2. Pengambilan sampel air minum berdasarkan hasil inspeksi sanitasi;
3. Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi;
4. Analisis hasil pengujian laboratorium;
5. Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut; dan
6. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
Pelaksanaan inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air minum dan
pengujian kualitas air minum dilaksanakan oleh tenaga terlatih seperti sanitarian,
petugas laboratorium, dan tenaga lain yang mempunyai keterampilan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Kualitas air minum yang dapat di distribusikan ke masyarakat diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum Pasal 10 pengertian pelaksanaan pengawasan adalah :
1. Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi :
a) Inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara pengamatan dan penilaian kualitas
fisik air minum dan faktor resikonya;
b) Pengambilan sempel air minum dilakukan berdasarkan hasil inspeksi
sanitasi;
c) Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi;
d) Analisis hasil pengujian laboratorium;
e) Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut; dan
103
f) Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut.
2. Penyelenggaraan air minum dalam melaksanakan pengawasan internal wajib
melaksanakan analisis resiko kesehatan.
Dasar pelaksanaan penyehatan depot air minum ini adalah Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Kepmenkes tersebut
dalam kaitan dengan Depot Air Minum ini antara lain mengatur :
Pasal 2 Jenis air minum meliputi (harus memenuhi syarat kesehatan air minum)
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah
tangga;
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air;
c. Air kemasan;
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat;
Pasal 6 Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium
pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 9 Pengelola penyediaan air minum harus:
a. menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat
kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala
memeriksa kualitas air yang diproduksi mulai dari:
1) pemeriksaan instalasi pengolahan air;
2) pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi;
3) pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen;
4) pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan;
b. melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang
dikelolanya dari segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
Peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air
minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan
(food grade) seperti pada :
104
1. Pipa pengisian air baku
2. Tandon air baku
3. Pompa penghisap dan penyedot
4. Filter
5. Mikro Filter
6. Kran pengisian air minum curah
7. Kran pencucian/pembilasan botol
8. Kran penghubung (hose)
9. Peralatan sterilisasi
Pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang yang bermutu, perlu adanya
pembinaan dan pengawasan baik dari sisi managerial juga aspek kualitas
produksinya. Untuk membina dan mengawasi aspek produksi Depot Air Minum
Isi Ulang ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, sebagai berikut :
1. Pedekatan ketenagaan, yaitu tenaga pengelola perlu dibina dan diawasi
kemampuan teknis operasionalisasi peralatannya dan kemampuan
berperilaku bersih dan sehatnya baik untuk dirinya maupun lingkungan
termasuk menghandel air minum agar tepat bersih dan sehat. Untuk ini
pemerintah bersama masyarakat profesional perlu menyediakan /
memberikan pelatihan-pelatihan di bidang operasionalisasi teknis peralatan
dan kesehatan khususnya kemampuan berperilaku bersih dan sehat dan
menghandel air minum yang bersih, sehat memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Pendekatan peralatan teknis untuk pengelolaan / processing air baku
menjadi air minum yang memenuhi persyaratan teknis (persyaratan minimal
105
dengan spesifikasi yang jelas dan terukur). Upaya ini diperlukan untuk
menjaga dan memelihara kemampuan dan fungsi peralatan dalam
pengolahannya air baku, sehingga menghasilkan air minum yang sehat. Air
minum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu persyaratan fisik, kimiawi
dan bakteriologis. Masyarakat tidak terpesona hanya karena daya tarik
warna-warni sinar dari peralatannya saja.
3. Pendekatan pengaturan. Pemerintah bersama lembaga perwakilan rakyat
sebagai penyusun peraturan perundangan, segera melakukan langkah-
langkah dan kegiatan untuk menyusun peraturan dan melaksanakan
pengawasan terhadap pengetrapannya dan menjalankan kewenangan-
kewenangannya. Termasuk dalam hal ini ketentuan laik operasi peralatan
untuk pengolahan yang dinyatakan dengan sertifikat laik operasi, kalau
perlu dikenakan izin operasi, tingkat cemaran, pedoman-pedoman lainnya
baik pedoman umum maupun teknisnya, mekanisme dan pemantauan
kualitas air bakunya maupun kualitas produksinya. Pemerintah segera
melakukan standarisasi peralatan, pengawasan di lapangan, uji kelayakan
dan peralatan, uji kualitas produksinya secara reguler, memberikan
sertifikasi kelaikan operasional baik yang menyangkut ketenagaannya
maupun peralatanannya tidak hanya untuk meningkatkan kualitas prosesing
dan kemapuan pengelola/pengusaha air minum isi ulang tetapi juga untuk
melindungi konsumen/rakyatnya. Pada pokoknya adanya ketentuan untuk
melindungi konsumen atas akibat produksi yang tidak memenuhi
106
persyaratan, sehingga dapat berakibat menimbulkan penyakit dan gangguan
kesehatan.
4. Penggerakan masyarakat. Masyarakat selain sebagai konsumen, perlu diikut
sertakan dalam pengawasan termasuk para profesional di bidang
sanitasi/kesehatan lingkungan dan organisasinya. Agar pengawasan
masyarakat dapat berjalan dengan efektif, ditempuh jalan dengan
menampilan beberapa butir atau hal-hal yang penting persyaratan yang
harus dipenuhi, profil Depot Air Minum Isi Ulang, dan hasil pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah secara transparans.
2. Penyelesaian hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak
usaha Depot Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Pasal 10 Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010
Usaha depot air minum isi ulang merupakan salah satu bidang usaha
penyedia air minum bagi masyarakat. Pelaku usaha depot air minum isi ulang
dalam menyediakan produk air minum melakukan proses pengolahan air bersih
menjadi air minum dan menjualnya secara langsung kepada konsumen di lokasi
pengolahan. Depot Air Minum Isi Ulang belakangan ini merupakan pilihan yang
paling sering digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai alternatif air minum
yang praktis dan efisien. Faktor dominan yang menjadi penyebabnya adalah harga
air minum isi ulang yang cukup ekonomis dan sangat terjangkau. Tetapi dibalik
itu tersembunyi ancaman yang sangat mengerikan karena harga yang terjangkau
107
tersebut ternyata tidak dibarengi dengan kualitas air minum yang terjamin
khususnya dari segi aspek kesehatan untuk mengkonsumsinya.
Produk air minum yang dijual kepada konsumen tersebut harus layak
untuk dikonsumsi yaitu harus memenuhi persyaratan air minum yang layak untuk
dikonsumsi yaitu harus bersih, sehat, higienis dan juga standar kesehatan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun demikian, seringkali produk air minum
depot air minum isi ulang tidak sesuai atau tidak memenuhi standar kesehatan
yang telah ditetapkan.
Permasalahan yang seringkali dihadapi oleh konsumen berkaitan dengan
adanya depot air minum isi ulang yaitu mengenai standar kesehatan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum. Pelanggaran mengenai standar kesehatan ini mengakibatkan
produk depot air minum isi ulang yang dihasilkan tidak higienis dan menimbulkan
masalah kesehatan seperti diare dan sakit perut atau bahkan yang lebih ekstrim
berujung pada kematian.
Hasil penelitian kualitas 120 (seratus dua puluh) sampel depot air minum
isi ulang dari 10 (sepuluh) kota besar di Indonesia oleh Departemen Teknologi
Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan bahwa, kualitas air minum
yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot dengan
depot lainnya. Hasil penelitian itu juga mendapatkan, hampir16% (enam belas
persen) dari sampel tersebut terkontaminasi mikroorganisme, terutama bakteri
108
coliform yang berlebihan.79
Selain itu ada juga depot yang tidak memenuhi
standar pH, dimana pH air minum yang layak dikonsumsi antara 6,5 (enam koma
lima) sampai 8,5 (delapan koma lima) sedangkan kandungan bakteri
MPN Coliform yang masih aman harus kurang dari 2 (dua) APM per 100 (seratus)
mililiter.80
Masih buruknya kualitas AMD isi ulang banyak terkait dengan
karakteristik air baku, teknologi produksi, dan/atau proses operasi dan
pemeliharaan (sanitasi) dalam proses produksi yang diterapkan di depot air
minum isi ulang.
Fujiro, salah satu pelopor bisnis air minum isi ulang di Indonesia, dalam
artikelnya menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan kualitas depot air
minum menjadi buruk, yaitu :
1. Pre Treatment Carbon yang buruk, biasaya digunakan carbon local yang
memang hanya bisa menyerap kotoran di dalam air 3 (tiga) hingga 4 (empat)
bulan lamanya. Padahal karbon ini sangat memegang peranan penting dalam
kualitas air karena karbonlah yang menyaring besi, keruh, kuning hingga bau
dalam air.
2. Carbon yang dimaksud pada angka 1 tidak 100% (seratus persen) melainkan
ada campuran pasir aktif yang bisa didapat dengan harga yg sangat murah
dengan perbandingan 75% (tujuh puluh lima persen) pasir dan 25% (dua puluh
lima persen) karbon.
79
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1962894-fenomena-air-minum-depot-isi/
di akses pada tanggal 17 September 2012
80 http://yogyaonline.net/kesehatan/banyak-depot-air-minum-yang-tidak-memenuhi-
standar-sanitasi.html di akses pada tanggal 17 September 2012
109
3. Pipa PVC yang digunakan biasanya adalah yang murah dan tidak pernah
dilakukan pembersihan di dalam pipanya. Padahal bagian dalam itu harus
selalu dicek kebersihannya yang kemudian disterilisasi dengan alkohol 70%
(tujuh puluh persen).
4. Pompa yang digunakan adalah pompa biasa yang terbuat dari besi padahal
seharusnya yang terbuat dari pompa stainless steel untuk mendorong hingga
masuk ke galon.
5. Lampu Ultra Violet yang hanya bekerja maksimal membunuh bakteri dan virus
selama 2-3 bulan tidak diganti setelah melebihi waktunya.
6. Awamnya supplier yang tidak tau prosedur air minum yang sesungguhnya dan
memberikan spesifikasi yang sangat minim untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih besar.
7. Awamnya pemilik depot dalam hal maintenance atau pemeliharaan, prosedur
cuci galon, pengisian dan cara pengoperasian mesin air yang baik dan benar.
8. Tidak adanya pelatihan dan pendidikan tentang filtrasi dari air baku hingga air
setelah proses filtrasi, serta tidak adanya kesadaran untuk belajar lebih dalam
lagi.81
Pemeriksaan kualitas air secara berkala menjadi kendala sebab kesadaran
pelaku usaha terhadap peraturan masih lemah. Pihak pemerintah yang melakukan
pengawasanpun terkadang mengalami kendala karena masih minimnya kesadaran
pelaku usaha untuk membuat laporan berkala terkait higienitas serta sanitasi
lingkungan depot air minum isi ulang. Padahal sesuai ketentuan, pengecekan
81
http://fujiro.com/kualitas-depot-air-minum-jelek/ di akses pada tanggal 17 September
2012
110
kualitas air dilakukan secara berkala sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
tetapi pengusaha air minum isi ulang biasanya tidak peka atau bahkan tidak
mengetahui tentang peraturan tersebut.
Banyak pelaku usaha depot air minum isi ulang belum taat aturan uji
kelayakan. Seringkali antara jumlah depot yang ada dan yang telah mengurus izin
serta melaporkan tidak sebanding. Hal ini dikarenakan himbauan pemerintah
dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan kurang direspon oleh pelaku
usaha depot air minum isi ulang dengan alasan ketika awal mendirikan usaha
depot air minum isi ulang telah mendapat rekomendasi dari produsen air isi ulang
dimana produsen itu sendiri telah mendapat rekomendasi resmi dari pihak balai
obat dan makanan atau dari lembaga yang serupa.
Daerah Kabupaten Banyumas sebenarnya dapat dikatakan cukup
potensial akan perkembangan dalam bidang ekonomi, maka dalam hal ini meliputi
juga dalam perkembangan bisnis usaha depot air minum isi ulang yang ahir-ahir
ini sangat banyak kita temukan di beberapa sudut di Kabupaten Bayumas, Dinas
Kesehatan yang mempunyai tugas dan wewenang dalam pengawasan kualitas air
minum isi ulang di depot air minum isi ulang sampai pada saat ini belum ada
penyimpangan yang sifatnya berat oleh pelaku usaha depot air minum isi ulang
terhadap kualitas air minum isi ulang, pelaku usaha masih menjalankan sesuai
prosedur dalam penyajian kualitas air minum isi ulang.
111
a. Bentuk Penyelesaian Hukum :
1) Bentuk Penyelesaian Melalui Instrumen Hukum Administrasi
Sebagai hukum fungsional (functioneel rechtsgebeid), Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menyediakan tiga macam penegakan hukum lingkungan, yaitu penegakan
hukum administrasi, perdata, dan pidana.82
Di antara ketiga bentuk penegakan
hukum yang tersedia, penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya
penegakan hukum terpenting. Hal ini karena bentuk penyelesaian hukum
administrasi lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan
perusakan lingkungan. Di samping itu, penegakan hukum administrasi juga
bertujuan untuk menghukum pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan.
Perancangan persyaratan lingkungan yang baik untuk menghasilkan
penegakan hukum dan penataan yang efektif dan efisien dapat dilakukan dengan
Pendekatan atur dan awasi atau yang dikenal juga command and control (CAC)
Approach menekankan pada upaya pencegahan pencemaran melalui pengaturan
dengan peraturan perundang-undangan, termasuk juga pengaturan melalui izin
yang menetapkan persyaratan-persyaratan lingkungan hidup. Ini disebut dengan
command approach. Pengaturan seperti ini harus diikuti dengan suatu sistem
pengawasan agar penaatan dapat dijamin. Ini dikenal sebagai control approach.
Penggabungan kedua pendekatan tersebut disebut sebagai pendekatan atur dan
awasi (CAC Approach).83
82
Takdir Rahmadi, Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun, Airlangga
University Press, Surabaya, 2003, halaman 131 83
Ibid, halaman 502
112
Ada enam instrumen hukum (legal tools) yang dapat dipergunakan untuk
mewujudkan pendekatan atur dan awasi (CAC Approach). Keenam instrumen itu
adalah baku mutu lingkungan, perizinan, amdal, audit lingkungan, pengawasan
penaatan (monitoring compliance), dan penjatuhan sanksi administrasi.
Salah satu instrumen atur dan awasi yang sangat penting adalah
penjatuhan sanksi administrasi. Sanksi administrasi di sini harus dibedakan
dengan putusan pengadilan tata usaha negara (administrative judicial décision).
Sanksi administrasi didefinisikan sebagai suatu tindakan hukum (legal action)
yang diambil pejabat tata usaha negara yang bertanggung jawab atas pengelolaan
lingkungan hidup atas pelanggaran persyaratan lingkungan.
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup memungkinkan Gubernur atau Bupati dan/atau
Walikota melakukan paksaan pemerintah untuk mengawasi dan memaksakan
penaatan oleh pemilik kegiatan dan/atau usaha atas persyaratan lingkungan, baik
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan maupun yang ditetapkan
dengan izin. Paksaan pemerintah yang dimaksud dapat berupa perintah kepada
pemilik kegiatan dan/atau usaha untuk mencegah dan mengakhiri terjadi pelang-
garan di samping paksaan pemerintah, sanksi administrasi bisa juga berupa
pencabutan izin khususnya untuk pelanggaran tertentu.
Seperti diketahui bahwa penggunaan hukum administrasi dalam
penegakan hukum lingkungan mempunyai dua fimgsi, yaitu fungsi preventif dan
represif. Misalnya, Pasal 63 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009
memungkinkan Gubernur untuk mengeluarkan paksaan pemerintah untuk
113
mencegah dan mengakhiri pelanggaran, untuk menanggulangi akibat dan untuk
melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan pemulihan, dalam
rangka efektivitas tugas negara, UUPLH memungkinkan Paksaan Pemerintah oleh
Gubernur sebagaimana disebutkan di atas dapat diserahkan kepada Bupati atau
walikota, dalam rangka merangsang peran serta masyarakat (public participation),
UUPLH memungkinkan yang berkepentingan mengajukan permohonan kepada
pejabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintah, dalam Pasal 63
ayat (2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 ini merupakan ketentuan yang
mengakomodir kontrol sosial (social control), oleh karena itu, pejabat yang
berwenang harus secara serius melaksanakan permohonan Pihak II ini untuk
menciptakan iklim penegakan hukum yang efektif, di samping paksaan
pemerintah, upaya preventif lain yang dapat dilakukan Pemerintah terhadap
kegiatan yang mempunyai potensi untuk merusak dan mencemarkan lingkungan
adalah melalui Audit Lingkungan.
Menurut Pasal 48 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009, pemerintah
harus mendorong penanggung jawab usaha untuk melakukan audit lingkungan,
atau dikenal juga sebagai volunteer environmental audit. Dalam konteks ini,
pemilik kegiatan belum melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang ada.
Seandainya, pemilik kegiatan telah melanggar peraturan atau telah menunjukkan
ketidakpatuhannya pada undang-undang dan peraturan yang ada, maka
pemerintah dapat mewajibkan pemilik kegiatan untuk melakukan audit
lingkungan, yang sering disebut dengan compulsory environmental audit (Pasal
49), apabila penanggung jawab kegiatan tidak melaksanakan perintah tersebut,
114
Menteri Negara Lingkungan dapat menunjuk Pihak III untuk melaksanakan audit
lingkungan untuk pemilik kegiatan tersebut, tetapi biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan itu ditanggung sepenuhnya oleh pemilik kegiatan (Pasal 49 ayat (3)).
Tindakan represif yang dapat dilakukan Pemerintah dalam rangka
penegakan hukum lingkungan ditemukan dalam
Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.
Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d
dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan
paksaan pemerintah.
Pasal 80
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf
b berupa:
a. penghentian sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran;
f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan
tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran
apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.
115
Daerah Kabupaten Banyumas dalam kegiatan pengawasan kualitas air
yang dimaksud meliputi : inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian
kualitas air, analisa hasil pemerikassaan laboratorium, rekomendasi dan tindak
lanjut. Tindak lanjut adalah dimana ada suatu proses penyelesaian pelanggaran
yang dilakukan oleh pihak pelaku usaha depot air minum isi ulang dengan pihak
inastansi yang terkait dalam melakukan pengawasan dalam hal ini bentuk
penyelesaian hukum administrasi karena bentuk penyelesaian hukum administrasi
lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan di samping itu, penegakan hukum administrasi juga bertujuan untuk
menghukum pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan.
2) Bentuk Penyelesaian Melalui Instrumen Hukum Perdata
Penegakan hukum perdata merupakan upaya penegakan hukum
terpenting kedua setelah hukum administrasi karena tujuan dari penegakannya
hanya terfokus pada upaya permintaan ganti rugi oleh korban kepada pencemar
atau perusak lingkungan. Namun, upaya penegakan hukum perdata merupakan
upaya hukum yang meringankan tugas negara, artinya negara tidak perlu
mengeluarkan biaya penegakan hukum (law enforcement cosi) karena penegakan
hukum di sini dilakukan oleh rakyat dan otomatis biayanya juga ditanggung oleh
rakyat.
Ada dua macam cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan sengketa
lingkungan hidup. Pertama, penyelesaian sengketa melalui mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Kedua, penyelesaian sengketa melalui
116
pengadilan.Setiap pihak bebas menentukan apakah dia akan memilih penyelesaian
di luar atau melalui pengadilan. Apabila pihak yang bersengketa memilih
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dia tidak dapat menempuh penyelesaian
melalui pengadilan sebelum adanya pernyataan bahwa mekanisme itu tidak
berhasil oleh salah satu pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa di luar
pengadilan tidak dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tindak pidana
lingkungan.
Tujuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah untuk mencari
kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi atau menentukan tindakan
tertentu yang harus dilakukan oleh pencemar untuk menjamin bahwa perbuatan
itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Penyelesaian sengketa di luar
pengadilan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jasa pihak ketiga, baik yang
memiliki ataupun yang tidak memiliki kewenangan untuk membuat keputusan.
Undang-undang membolehkan masyarakat atau pemerintah membuat lembaga
penyedia jasa lingkungan untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan.
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 85
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan
untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak
pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat
digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
117
Pasal 86
(1) Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan
lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa lingkungan hidup diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Penyelesaian sengketa lingkungan melalui pengadilan adalah suatu
proses atau diwakili oleh orang lain menggugat pencemar untuk meminta ganti
rugi atau meminta pencemar untuk melakukan tindakan tertentu. Penyelesaian
sengketa melalui pengadilan dapat juga digunakan oleh pihak yang memilih
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, tetapi dengan satu syarat bahwa
penyelesaian sengketa di luar pengadilan itu dinyatakan tidak berhasil mencapai
kesepakatan.
1. Hak Gugat (Legal Standing) Secara Umum
Yang dimaksud hak gugat secara umum dalam lapangan hukum
lingkungan tetap menggunakan adagium Point D 'interet, Point D 'action atau
Nemo Judex, Sine Ac t ore atau No Interest, No Action, yang artinya secara
keperdataan seseorang hanya memiliki hak untuk menggugat apabila dia memiliki
kepentingan yang dirugikan oleh orang lain. Ketentuan hak gugat lingkungan
sebagaimana dimaksud adagium di atas dapat dilihat secara eksplisit dalam Pasal
34 UUPLH. Menurut Pasal ini, orang yang memiliki hak gugat lingkungan adalah
orang yang menjadi korban pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang
mengalami kerugian.
118
2. Hak Gugat (Legal Standing) LSM
Hak gugat (legal standing) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam
hukum lingkungan, secara sungguh-sungguh mengusulkan untuk memberikan hak
hukum (legal rights) UUPLH melalui Pasal 37 memberikan fungsi guardian objek
alam dimaksud kepada Lembaga swadaya masyarakat (LSM). Menurut Pasal 37,
LSM memiliki locus standi atau legal standing untuk mengajukan gugatan atas
nama masyarakat. Hanya saja, gugatan LSM tidak untuk meminta ganti rugi,
tetapi hanya untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.84
3. Gugatan Ganti Rugi Acara Biasa
Berdasarkan UUPLH, korban pencemaran lingkungan dapat meminta
civil remedy berupa ganti rugi (compensatiori). Ada dua macam sistem tanggung
jawab perdata (civil liability) yang diatur dalam UUPLH, yaitu tanggung jawab
berdasarkan kesalahan (liability based on fault) dan tanggung jawab seketika
(strict liability).
Tanggung jawab berdasarkan kesalahan diatur dalam Pasal 34. Pasal ini
berakar pada Pasal 1365 KUH Perdata (B W), yang mengatur tentang tanggung
jawab berdasarkan kesalahan. Artinya, ganti rugi hanya dapat diberikan sepanjang
ratkan bahwa permintaan ganti rugi baru dapat dikabulkan secara hukum apabila
dapat dibuktikan empat hal berikut:
a) pencemaran atau perusakan lingkungan yang dipersoalkan itu merupakan
perbuatan yang melawan hukum;
b) pencemaran itu terjadi disebabkan oleh adanya kesalahan (fault);
84
C.D Stone, Should Trees Have Standing Toward Legal Right For Natural Objects,
Southern California Law Review, 1972, halaman 45
119
c) pencemaran itu menimbulkan kerugian (injury atau loss); dan
d) adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan dan kerugian,
maka dalam proses acara permintaan ganti rugi tetap memakai hukum acara
perdata. Penggugatan ganti rugi berdasarkan Pasal 34 UUPLH atau Pasal
1365 KUH Perdata harus dikaitkan dengan Pasal 1865 KUH Perdata, yang
mensyaratkan bahwa penggugat memikul beban pembuktian (bewijslast
atau burden ofproof). Artinya, dalam setiap penggugatan ganti rugi,
penggugat harus membuktikan empat elemen sebagaimana diuraikan di atas.
Apabila gagal membuktikan salah satu dari empat elemen tersebut, gugatan
penggugat akan ditolak oleh pengadilan.
Berbeda halnya dengan sistem tanggung jawab berdasarkan kesalahan
(liability based on fault), tanggung jawab seketika (strict liability) tidak
mengharuskan adanya pembuktian kesalahan (fault) untuk memintakan ganti rugi.
Namun, strict liability tidak dapat diterapkan pada semua kasus pencemaran, ia
hanya dapat diterapkan pada kasus-kasus lingkungan tertentu saja.
Konsep strict liability ini berasal dari konsep common law seseorang
dianggap memikul tanggung jawab secara seketika begitu terjadi pencemaran
apabila dia dalam melakukan kegiatannya mempergunakan bahan-bahan yang
sangat berbahaya (super-hazardous substances). Di Indonesia, strict liability juga
hanya diterapkan pada kasus-kasus lingkungan tertentu. Artinya, strict liability
diterapkan secara selektif.
Berdasarkan Pasal 35 ayat (1) UUPLH, Strict liability hanya diterapkan
pada sengketa lingkungan yang pencemaran atau kerusakan lingkungannya
120
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan atau kegiatan-kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya
dan beracun (B3).
Apabila seseorang digugat tanggung jawab seketika (strict liability), dia
tidak dapat mengajukan pembelaan seperti pada liability based on fault.
Berdasarkan Pasal 35 ayat (2) UUPLH, seseorang hanya dapat lepas dari
kewajiban mem-bayar ganti rugi apabila dia dapat membuktikan bahwa
pencemaran dan perusakan lingkungan terjadi karena:
a) bencana alam atau peperangan; atau
b) keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau
c) tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
4. Gugatan Perwakilan Kelas (Class Action)
Dalam beberapa kejadian pencemaran atau perusakan lingkungan hidup
tertentu, korban pencemaran atau perusakan lingkungan bisa berjumlah sangat
banyak. Dengan demikian, bila masyarakat korban melakukan gugatan secara
individu atau bila pencemarnya digugat secara satu per satu, prosesnya bisa sangat
lama dan memakan biaya yang besar. Akibatnya tidak terpenuhi asas peradilan
cepat, sederhana, dan biaya ringan (constante justitie) seperti yang dituangkan
dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan produk
hukum pertama di Indonesia, yang memungkinkan masyarakat korban perbuatan
melawan hukum untuk mengajukan gugatan perwakilan (class action), yaitu hak
121
sekelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah
besar yang dirugikan akibat pencemaran atau perusakan lingkungan.
Pasal 37 ayat (1) UUPLH memberi kemungkinan kepada masyarakat
untuk mengajukan gugatan perwakilan (class action) dalam kejadian pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup. Menurut Pasal ini, masyarakat banyak
sebagai anggota kelas (class members) dapat diwakili oleh sekolompok kecil
orang, yang disebut perwakilan kelas (class representative).
Pasal 37 ayat (2) memungkinkan pemerintah bertindak sebagai class
representative apabila masyarakat sebagai korban mengadukan kejadian
pencemaran atau perusakan lingkungan tersebut kepadanya. Class action
merupakan konsep hukum sistem common law. Maka tidaklah mengherankan
kalau prosedur mengajukan class action ini jauh lebih maju di negara common law
dibandingkan negara civil law seperti Indonesia.
Pasal 37 ayat (1) Penjelasan UUPLH menyebutkan syarat mengajukan
gugatan perwakilan adalah bahwa para anggota perwakilan (class members)
memiliki persamaan permasalahan, fakta hukum, dan tuntutan, apabila
dibandingkan dengan syarat yang diatur dalam UUPLH. Artinya, dalam
pengajuan gugatan perwakilan harus jelas siapa yang menjadi anggota kelasnya.
Hal ini bisa dilakukan dengan jalan mendaftarkan diri kepada class representative.
Artinya, class representative mengumumkan di media cetak atau elektronik
bahwa mereka akan mewakili masyarakat. Jadi, bila masyarakat tidak setuju untuk
diwakili maka dia dapat menarik diri dengan mengirimkan formulir yang sudah
disediakan.
122
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
No. 1 Tahun 2002, gugatan perwakilan (class action) dapat digunakan dalam
menggugat ganti rugi atau tindakan tertentu apabila jumlah anggota masyarakat
yang menggugat terlalu banyak. Akan tetapi, sayangnya Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2002 tidak menyebutkan berapa jumlah
minimum anggota kelompok. Dalam mengajukan gugatan perwakilan (class
action), anggota kelompok harus memiliki kesamaan fakta atau peristiwa dan
kesamaan dasar hukum serta kesamaan jenis tuntutan.
Pemberitahuan kepada anggota kelompok (class members) wajib
dilakukan oleh perwakilan kelompok (class representatives) pada tahap-tahap
sebagai berikut:
1) Segera setelah hakim memutuskan bahwa pengajuan tata cara gugatan
perwakilan dinyatakan sah; dan
2) Pada tahap penyelesaian dan pendistribusian ganti rugi ketika gugatan
dikabulkan.
Daerah Kabupaten Banyumas penegakan hukum perdata merupakan
upaya penegakan hukum terpenting kedua setelah hukum administrasi karena
tujuan dari penegakannya hanya terfokus pada upaya permintaan ganti rugi oleh
korban kepada pencemar atau perusak lingkungan. Namun dalam hasil penelitian
belum ada suatu pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang sampai
kepada pengadilan, para pihak lebih mendahulukan penyelesaian sengketa di luar
sidang melalui mediasi dalam penyelesaiannya.
123
3) Bentuk Penyelesaian Hukum Melalui Instrumen Pidana
Penegakan hukum pidana merupakan ultimum remedium atau upaya
hukum terakhir karena tujuannya adalah untuk menghukum pelaku dengan
hukuman penjara atau denda85
. Penegakan hukum pidana tidak berfungsi untuk
memperbaiki lingkungan yang tercemar.86
akan tetapi, penegakan hukum pidana
ini dapat menimbulkan faktor penjera (déterrant factor) yang sangat efektif oleh
karena itu, dalam praktiknya penegakan hukum pidana selalu diterapkan secara
selektif.87
Penjatuhan sanksi pidana terhadap pencemar dan perusak lingkungan
hidup dari sisi hubungan antara negara dan masyarakat adalah sangat diperlukan
karena tujuannya adalah untuk menyelamatkan masyarakat (social defence) dan
lingkungan hidup dari perbuatan yang dilarang (verboden) dan perbuatan yang
diharuskan atau kewajiban (geboden) yang dilakukan oleh para pelaku
pembangunan.88
Secara khusus penghukuman dimaksud bertujuan untuk :
(1) mencegah terjadinya kejahatan atau perbuatan yang tidak dikehendaki atau
perbuatan yang salah; dan
(2) mengenakan penderitaan atau pembalasan yang layak kepada si pelanggar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 97 Tindak pidana dalam
undang-undang ini merupakan kejahatan. Pasal 98 Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
85
Hermien Hadiati Koeswadji, op. cit. halaman 126
86 Sukadana Husein, op.cit, halaman 501-502
87 Ibid, halaman 502.
88 Hermien Hadiati Koeswadji, loc. cit.
124
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup. Pasal 99 Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Daerah Kabupaten Banyumas sendiri sampai saat ini belum ada
pelanggaran-pelanggaran yang di lakukan oleh pihak pelaku usaha depot air
minum isi ulang yang sampai ke pengadilan. Dinas Kesehatan yang mempunyai
tugas dan wewenang dalam pengawasan kualitas air minum isi ulang di depot air
minum isi ulang sampai saat ini belum ada penyimpangan yang sifatnya berat oleh
pelaku usaha depot air minum isi ulang terhadap kualitas air minum isi ulang,
pelaku usaha masih menjalankan sesuai prosedur dalam penyajian kualitas air
minum isi ulang.
125
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat
menarik simpulan sebagai berikut :
1. Pengawasan intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam
organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh
pucuk pimpinan sendiri. Setiap pimpinan unit dalam organisasi pada
dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan
pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-
masing. Pengawasan ekstern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat dari luar organisasi sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang
keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh
Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara
terhadap departemen dan instansi pemerintah lain.
2. Ada tiga macam bentuk penyelesaian hukum yaitu :
Bentuk penyelesaian hukum administrasi dianggap sebagai upaya
penegakan hukum terpenting, hal ini karena bentuk penyelesaian hukum
administrasi lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran
di samping itu, penegakan hukum administrasi juga bertujuan untuk
menghukum pelaku usaha depot air minum yang melanggar aturan sesuai
bunyi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 76 ayat (1) Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Ayat (2) Sanksi
administratif terdiri atas:
a) teguran tertulis;
b) paksaan pemerintah;
126
c) pembekuan izin lingkungan; atau
d) pencabutan izin lingkungan.
Bentuk penyelesaian hukum perdata merupakan upaya bentuk penyelesaian
hukum terpenting kedua setelah hukum administrasi karena tujuan dari
penegakannya hanya terfokus pada upaya permintaan ganti rugi oleh korban
kepada pencemar atau perusak lingkungan. Syarat - syarat dan Unsur
Perbuatan Melawan Hukum Perbuatan Melawan Hukum untuk dapat suatu
perbuatan dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum harus terpenuhi
empat hal, yakni;
(1) Harus ada perbuatan, yang dimaksud dengan perbuatan di sini
adalah perbuatan baik bersifat positif maupun negatif (penafsiran
pasal 1365 KUH Perdata secara luas).
(2) Perbuatan itu harus melawan hukum, dapat berupa;
a) Bertentangan (melanggar) hak orang lain,
b) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku,
c) Bertentangan dengan kesusilaan,
d) Bertentangan dengan kepentingan umum.
(3) Ada kerugian.
(4) Ada hubungan sebab-akibat antara perbutan melawan hukum itu
dengan kerugian yang timbul.
Bentuk penyelesaian hukum pidana dipandang sebagai ultimum remedium
atau upaya hukum terakhir karena bentuk penyelesaian hukum di sini
ditujukan untuk menjatuhkan pidana penjara atau denda kepada pelaku
pencemaran dan/atau perusak lingkungan hidup, jadi bentuk penyelesaian
hukum pidana tidak berfungsi untuk memperbaiki lingkungan yang
tercemar namun demikian, penegakan hukum pidana ini dapat menimbulkan
faktor jera yang sangat efektif oleh karena itu, dalam praktiknya bentuk
penyelesaian hukum pidana selalu diterapkan secara selektif. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 97 Tindak pidana dalam undang-
undang ini merupakan kejahatan. Pasal 98 Setiap orang yang dengan
127
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup. Pasal 99 Setiap orang yang karena
kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
B. SARAN
1. Bagi Pengelola Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Banyumas
Pengelola depot air minum isi ulang perlu memperhatikan kebersihan
selang petugas untuk memindahkan air dari truk tangki ke tangki
penampungan air di depot air minum isi ulang dan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) petugas yang mengerjakannya. Seluruh depot air minum
isi ulang perlu memiliki standard operating procedure (SOP) yang dapat
dipahami komsumen dan petugas / pegawai, dan di tempelkan di tempat
yang mudah di baca. Penilaian terhadap kepatuhan petugas / pegawai
terhadap SOP pengelolaan depot air minum isi ulang, minimal 3 (tiga)
bulan sekali
2. Bagi konsumen
Sebaiknya konsumen tidak mencuci galon dengan deterjen atau sabun
pencuci piring melainkan dengan menggunakan bahan yang tidak
berbahaya. Air Minum Isi Ulang (depot air minum isi ulang) hanya boleh
dikonsumsi 2 X 24 jam
3. Bagi Dinas Kesehatan
Perlu adanya pembinaan dan pengawasan pengelolaan depot air minum isi
ulang dengan melibatkan organisai profesi dan organisasi yang
membawahinya yang dilaksanakan secara teratur dan terkoordinasi.
Melakukan penyuluhan baik bagi pelaku usaha depot air minum isi ulang
maupun bagi konsumen.
128
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur :
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, 2004.
Boedianto, Akmal, Hukum Pemerintahan Daerah (Pembentukan Perda APBD
Partisipatif), Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2010.
C.D Stone, Should Trees Have Standing Toward Legal Right For Natural Objects,
Southern California Law Review, 1972.
Hadisoeprapto, Hartono, Pengantar Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta, Liberty,
1993.
Hadjon, Philipus M., dkk, Pengantar Hukum Indonesia, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press, 1994.
Hani T. Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi,Edisi I.
Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta, 1984.
Husein, Sukadana, National and International Laws For Heavy Industrial Air
Pollution With Emphasis On The North American and Indonesian
Regimes, Halifax, Canada, 1991.
Ibrahim,Johnny. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Banyumedia, 2008.
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, PN
Balai Pustaka.
Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, edisi revisi, cetakan ketujuh, Penerbit :
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum Normatif, Surabaya, Kencana
Perdana Media Group, 2007.
Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintah Daerah Kajian Tentang Hubungan
Keuangan Pusat dan Daerah, UII press, Yogyakarta, 2006.
P. Sondang, Siagian, Pengantar Manajemen, edisi pertama, cetakan pertama,
Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
Puji, Dian N. Simatupang, Pengawasan dan Peradilan Administras,. Jakarta,
Fakaultas Hukum Universitas Indonesia, 2004.
Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum,
Jakarta, Kementrian Kesehatan, halaman 1-2.
Rahmadi, Takdir, Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun,
Airlangga University Press, Surabaya, 2003.
Reksohadiprodjo, Sukanto, Dasar-dasar Manajemen, edisi keenam, cetakan
kelima, Penerbit : BPFE, Yogyakarta, 2008.
129
Ridwan, HR. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta. UII Press, 2003.
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas,
Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010.
Siswandi dan Indra Iman, Aplikasi Manajemen Perusahaan, edisi kedua, Penerbit
: Mitra Wicana Media, Jakarta, 2009.
Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta,
Ghalia Indonesia, 1988.
Soeroso, R. , Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafik, 1992.
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, edisi
pertama, cetakan pertama, Penerbit : Prenada Media Jakarta, 2005.
Suprihatin dan Hening Darpito, Air Minum Isi Ulang Layakkah Dikonsumsi,
Femina, 2004.
Syahrin, Alvi, Pembangunan Berkelanjutan (Perkembangannya, Prinsip-Prinsip
dan Status Hukumnya), Fakultas Hukum USU, Medan, halaman. 27.
Perhatikan juga, Koesnadi Hardjasoemantri,Hukum Tata Lingkungan,
Gadjah Mada University Press, Edisi ke-7, Cetakan ke-14,
Yogyakarta,1999
Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat,
Rineka Cipta, Yogyakarta, 1994.
B. Peraturan Perundang – Undangan :
Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia no 736/MENKES/PER/VI/2010
tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29
juli 2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
130
C. Sumber-Sumber lain
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan (diakses pada tanggal 24 November 2011)
http://dkk-banyumaskab.net/?page=tupoksi (diakses pada tanggal 14 Oktober
2011)
http://airisiulang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid
=28 di akses pada tanggal 17 September 2012
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1962894-fenomena-air-minum-depot-
isi/ di akses pada tanggal 17 September 2012
http://fujiro.com/kualitas-depot-air-minum-jelek/ di akses pada tanggal 17
September 2012
http://yogyaonline.net/kesehatan/banyak-depot-air-minum-yang-tidak-memenuhi-
standar-sanitasi.html di akses pada tanggal 17 September 2012