skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam...
TRANSCRIPT
HU BU NGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN
GAYA HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana Psikologi
11111111 llllll - lllllllllllllllilb.
111 Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
)iti·rin. Oleh · · -........ -· '-~-,.,.. ... _ .. " .. ,- .... ~.,~ • " n·i ·
RACHMA ASIH :1. ; :CDj;:C?:;~~(?.5·:::::·::··:::::~ , . .,. lnduk : Q ....... ::.~'.b:::.~J.~~·····
NIM : 1050700023!!!-'J'!'""si : .......................................... .
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/1430H
HUBUNGAN HEAL TH LOCUS OF CONTROL DE NGAN
GAYA HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS
. . I PE;;;,u;;;~;:;;~-~,-,;;;;;l Diajukan kepada Fakultas Psi:o~::~~ntuk memen~
1
z ::;:~~~::~~-- ·• memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
RACHMAASIH
NIM: 105070002347
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Nenenq T::~SLPsi NIP. 150300679
~Evangeline I Suaidy, M.Si.Psi NIP.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/1430H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Hubungan Health Locus of Control Dengan Gaya
Hidup Penderita Diabetes Melitus telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta Pada
Tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
7·~ Jahja Umar, Ph.D NIP. 130885522
Penguji I
5-Bamban u adi Ph.D NIP. 150326891
Pembimbing I
Neneng ~ti,' M.Si.P•i NIP. 150300679
Anggota
Pembantu Dekan Sekretaris Merangkap Anggota
Dra.k~M.Si NIP. 19561223 198303 2001
Penguji II
Nenoog~i,' M.Si.P•i NIP. 150 300 679
S. Evangeline I Suaidy, M.Si.Psi NIP.
M<Jtt(): 1Gese~tJvttJvn 5ettJvtu ttJvfnftJvk te'bi~
P.er~tJvr~/Jv setettJv~ kittJv
(e~ittJvn~ tJvnni; tJv, ktJvrentJv 1Ge5e~tJvttJvn
~erurtJvktJvn ~tJvrttJv i;tJvn~ ttJvk ternittJvi
(A) Fakultas Psikologi (8) November - 2009 (C) Rachma Asih
ABSTRAK
(D) Hubungan Health Locus of Control Dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Melitus. (E) xii + 82 halaman (F) Semakin majunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, maka gaya hidup pun mulai berubah. Termasuk soal makanan, orang-orang lebih memilih makanan fast food (cepat saji) yang tinggi akan kandungan kalori dan lemak namun gizinya rendah. Salah satu penyakit yang timbul akibat perubahan gaya hidup (pola makan) adalah diabetes, yaitu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah dalam tubuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin dengan tepat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah kontrol personal yaitu bagaimana pasien diabetes menggambarkan derajat keyakinan yang dimilikinya dalam mempersepsi kualitas kesehatan dirinya sebagai hasil dari tindakannya sendiri, sehingga dapat dikontrol (internal), atau sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (external). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health locus of control dengan gaya hidup penderita diabetes melitus.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskripsi korelasi. Dalam menentukan sample yang dibutuhkan, penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan dan memiliki karakteristik tertentu. Penelitian ini mengambil sampel 70 responden penderita diabetes tipe 2 yang bertempat di Yayasan Diabetes Rastura yang masih menjalani berobat jalan.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27.14% responden memiliki health locus of control dalam kategori internal, sedangkan 72.86% respond en memiliki health locus of control dalam kategori eksternal. Sebanyak 42.86% responden memiliki gaya hidup sehat, dan 57.14% memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Ada pun nilai koefisien korelasi antara health locus of control dengan gaya hidup penderita diabetes adalah sebesar 0.322, dengan demikian hubungan health locus of control dengan gaya hid up penderita diabetes memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan agar semua pihak lebih memperhatikan masalah penyakit Diabetes, misalnya dengan mengadakan
workshop ataupun seminar mengenai pentingnya gaya hidup sehat bagi penderita diabetes, karena penyakit ini telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. (G)16 buku, 1 skripsi, 1 jurnal, 4 media online
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah Az:z.a wa Jalla. Dzat yang dengan cinta
dan kasih telah banyak menganugerahkan manusia kecerdasan dan
berlimpah kenikmatan. Shalawat beriring salam penuh rindu semoga selalu
tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, juga bagi
keluarga, para sahabat dan penempuh sunnahnya hingga akhir zaman.
Segala syukur terucap atas terselesaikannya penelitian ini yang mencoba
meneropong health locus of control yang dimiliki penderita diabetes dalam
menjalani gaya hidup yang dilakukannya, dalam menyelesaikan skripsi ini
penulis berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan oleh semua
pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang amat dalam
kepada:
1. Jahja Umar,Ph.D Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan
jajaran pimpinan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
2. Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi sebagai pembimbing I yang telah banyak
memberikan saran dan kritik yang sangat membangun sehingga skripsi ini
dapat selesai.
3. S. Evangeline I. Suaidy, M.Si.,Psi sebagai pembimbing II yang telah
banyak memberikan bantuan, saran dan motivasi dalam pembuatan
skripsi, sehingga skripsi ini dapat selesai.
iv
4. Bambang Suryadi,Ph.D sebagai penguji I yang telah banyak memberi
masukan serta saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat
menjadi lebih baik lagi.
5. Ayahanda dan lbunda tersayang yang telah membesarkan dan
membiayai dalam mengejar cita - cita, serta kedua kakak tersayang
penulis mbak Uma dan mbak Atty yang senantiasa memberi dukungan
emosional dan motivasi.
6. Yul Anwar yang selalu setia menemani penulis disaat jatuh dan
membutuhkan teman, berkorban waktu untuk mendengarkan keluhan -
kesah, menemani penulis mencari referensi dan memberikan saran -
saran yang membangkitkan semangat serta memberikan motivasi yang
membangun sehingga skripsi ini selesai. Love you much.
7. Kawan-kawan angkatan 2005 terutama kelas C yang telah menjadi
penyemangat dalam berprestasi.
8. Kawan - kawan seperjuangan. Ari, Hany, Yulia, Irma yang selalu
menemani,membantu dan memberi semangat kepada penulis untuk cepat
dalam menyelesaikan skripsi, Achi, Putri, dan Pipit yang senantiasa
bersama mencari bahan skripsi. Dunia terasa indah dan berwarna
bersama kalian.
9. Semua pihak yang sudah banyak membantu penulis baik dalam proses
pembuatan skripsi, sampai skripsi ini selesai yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuan kalian semua.
Semoga allah SWT membalas dengan ribuan kali kebaikan dan keberkahan.
Akhirnya dengan mengucap Alhamdulillah penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis pribadi.
Walaupun penulis sadar betul bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Ciputat, 15 November 2009
Penulis
v
DAFTARISI
Abstak .................................................................................................... i
Kata pengantar ...................................................................................... 111
Daftar isi ................................................................................................. vi
Daftar gambar ..................................................................................... , .. x
Daftar tabel ............................................................................................. xi
BABIPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. ldentifikasi masalah ............................................................... 9
1.3. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
1.3.1 Perumusan Masalah .................................................. 1 O
1.3.2. Pembatasan Masalah ..................................................... 10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian .......................................................... 11
1.4.2. Manfaat Penelitian ......................................................... 11
1.5. Sistematika Penulisan ...................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Gaya Hidup
2.1.1. Definisi Gaya Hidup ............................................................ 14
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya
Hidup ............................................................................. 16
2.2. Locus of Control
vi
vii
2.2.1. Definisi Locus of Control ..................................................... 20
2.2.2. Faktor-Faktor Locus of Control ............................................ 23
2.2.3. Health Locus of Control ..................................................... 23
2.2.4. lmplikasi dari Health Locus of Control ............................. 25
2.3. Diabetes Melitus
2.3.1. Definisi Diabetes Melitus ................................................... 26
2.3.2. Jenis-jenis Diabetes Melitus .............................................. 27
2.3.3. Penyebab dan Orang yang Memiliki Resiko
Diabetes ............................................................................ 28
2.3.4. Gejala Diabetes ................................................................. 30
2.3.5. Penanganan Diabetes ........................................................ 31
2.4. Kerangka Berfikir ...................................................................... 33
2.5. Hipotesis ................................................................................ 37
BAB Ill METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1.Pendekatan dan Metode penelitian ........................................ 38
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Definisi Variabel Penelitian .................................................... 39
3.2.2. Definisi Konseptual Penelitian ............................................... 39
3.2.3. Definisi Operasional Penelitian .............................................. 40
3.3. Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi dan Sampel ............................................................. 41
viii
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel. ................................................ 42
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Metade dan lnstrumen Penelitian .......................................... 43
3.4.2. lnstrumen Penelitian .............................................................. 45
3.4.3. Tekhnik Uji Alat Ukur. ............................................................ 48
3.5. Hasil Uji Caba Alat Ukur Penelitian
3.5.1. Hasil Uji Caba Alat Ukur Gaya Hidup .................................... 50
3.5.2. Hasil Uji Caba Alat Ukur Health Locus of Control ................ 52
3.6. Uji Persyaratan ........................................................................ 54
3.7. Teknik Analisis Data ....................................................... 54
3.8. Prasedur Penelitian ........................................................ 55
BAB IV PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A
4.1. Gambaran Umum Respanden Penelitian
4.1.1. Berdasarkan Jenis Kelamin Respanden ............................... 57
4.1.2. Berdasarkan Usia Respanden ............................................... 58
4.1.3. Beradasarkan Pekerjaan Respanden ............................... 58
4.1.4. Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................... 59
4.2. Uji Persyaratan
4.2.1. Uji Narmalitas ......................................................................... 60
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Kategari Skar Skala Health Locus of Control ......................... 63
4.3.2. Kategorisasi Skor Skala Gaya Hidup ..................................... 63
ix
4.3.3. Skar Pada Masing-Masing Dimensi. ...................................... 64
4.3.4. Uji Hipotesis ........................................................................... 65
4.3.5. Uji Regresi. ................................................................. 68
4.3.6. Hubungan Antara Health Locus of Control dengan Gaya
Hidup ........................................................................ 69
4.4. Hasil Penelitian Utama .................................................... 70
4.5. Hasil Penelitian Tambahan .............................................. 71
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 73
5.2. Diskusi. ..................................................................................... 73
5.3. Saran ........................................................................................ 79
Daftar lampiran ................................................................................ xii
Daftar Pustaka
x
DAFT AR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berfikir ............................................. 37
Gambar 4.1. Q-Q Plots Skala Health Locus of Control ................... 62
Gambar 4.2. Q-Q Plots Skala Gaya Hidup ...................................... 62
DAFT AR T ABEL
Tabel 3.1. Skar Skala Model Likert ...................................................... 44
Tabel 3.2. Blue Print Skala Gaya Hidup dalam Penelitian .................... 45
Tabel 3.3. Blue Print Skala Health Locus of Control dalam
Penelitian ........................................................................... 4 7
Table 3.4. Norma Reliabilitas .............................................................. 49
Tabel 3.5. Blue Print Skala Gaya Hidup Try Out.. ................................ 51
Tabel 3.6. Blue Print Skala Health Locus of Control Try Out.. .............. 53
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden ........................................................................ 57
Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Responden ......................................................................... 58
Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden ......................................................................... 59
Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Respond en ......................................................................... 59
Tabel 4.5. Test of Normality ................................................................. 61
Tabel 4.6. Kategorisasi Health Locus of Control ................................. 63
Tabel 4.7. Kategorisasi Gaya Hidup ................................................... 64
Tabel 4.8. Gambaran Health Locus of Control dengan Jenis
Kelamin .............................................................................. 64
xi
xii
Tabel 4.9. Nilai Koefisiensi Korelasi Health Locus of Control dengan
Gaya Hidup ........................................................................ 66
Tabel 4.10. Hubungan Antara Health Locus of Control dengan Gaya
Hidup .................................................................................. 69
Tabel 4.11. Hubungan Health Locus of Control dengan Data Kontrol. 71
Tabel 4.12. Hubungan Gaya Hidup dengan Data Kontrol. ................. 71
1.1 LAT AR BELAKANG
BAB 1
PENDAHULUAN
Semakin majunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, gaya
hidup pun mulai berubah. Sekarang ini ada kecenderungan di masyarakat
terutama di kota-kota besar untuk meninggalkan cara hidup tradisional yang
alami dan mulai beralih ke cara kehidupan modern yang serba instant.
Makanan yang dikonsumsi pun mengalami perubahan. Orang-orang lebih
menyukai makanan "enak-enak" alias makanan olahan yang tinggi
kandungan kalori dan lemak namun gizinya rendah, seperti snack, kentang
goreng, potato chips dan berbagai makanan dari restoran fast food yang
mengandung kadar lemak yang tinggi. Fast food merupakan makanan cepat
saji, praktis dan mudah dikonsumsi semua anggota keluarga baik anak-anak
maupun dewasa, hal ini terlihat dari menjamurnya restoran fast food (siap
saji) yang tersebar dimana-mana.
1
Di kota-kota besar junk food dijual di berbagai pusat perbelanjaan dan pusat
jajanan. Bahkan restoran jenis makanan yang memiliki kadar kolesterol tinggi
ini sudah merambah kota-kota kecil di hampir seluruh pelosok tanah air. Di
Jakarta, misalnya, tempat makan yang menyediakan fast food banyak
dijumpai di seluruh sudut kota. Demikian juga di kota-kota sekitar Jakarta
seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan Cibubur, masyarakat dimanjakan
dengan mudahnya mendapatkan makanan serba instan bahkan gerai-gerai
penjualan makanan cepat saji menawarkan jasa pesan antar.
Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari
oleh sebagian masyarakat perkotaan. Sebagai contoh, gorengan, jenis
makanan murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir
jalan ini rasanya memang enak. Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi
goreng, pisang coklat (piscok), serta banyak yang lain dengan rasanya yang
gurih, renyah, dan berharga murah, membuat orang menyukai makanan
gorengan.
Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan fast food dan
gorengan bila dikonsumsi secara berlebihan akan mempunyai efek yang
kurang baik terhadap kesehatan, ini di karenakan kandungan gizinya yang
tidak seimbang. Akibatnya, banyak orang mengalami defisiensi zat gizi dan
mempunyai resiko lebih besar terhadap penyakit tertentu.
Salah satu jenis penyakit yang sekarang paling sering ditemui akibat dari
semakin banyak orang mengadopsi cara kehidupan modern seperti
perubahan pola makan ke makanan-makanan cepat saji adalah penyakit
diabetes melitus.
2
3
Diabetes mellitus atau diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai
oleh kadar gula yang lebih tinggi dari batas normal. Keadaan ini disebabkan
karena tubuh terlalu sedikit atau sama sekali tidak bisa memproduksi insulin
dan insulin tidak dapat bekerja secara maksimal. Padahal, insulin mempunyai
peran utama mengatur kadar glukosa di dalam darah. Karena kadar glukosa
meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan oleh urine, sehingga
terjadilah glukosuria atau adanya glukosa di dalam urine. Pada orang normal,
glukosaria tidak terjadi. Bila keadaan tersebut tidak cepat diberi penanganan,
lama-kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan karena kekurangan
insulin (Tjokroprawiro, 2006).
Menu rut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia
meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang
berobat teratur (www.medicastore.com).
Charles Kilo dan Joseph Williamson ( dalam Sarafino, 1998) mengemukakan
bahwa dibandingkan pada individu yang tidak mengidap penyakit diabetes,
orang yang mengidap diabetes 6,8 kali lebih rentan mengalami kebutaan,
11,3 kali lebih rentan terkena ginjal, 29,9 kali lebih rentan terkena gangrene,
4,6 kali lebih rentan terkena jantung dan 5,4 kali lebih rentan terkena stroke.
Dari paparan diatas, jelaslah resiko kesehatan dari diabetes mellitus
sangatlah serius dan bersifat jangka panjang.
Hingga sekarang, penyakit diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan. Pasien yang mengidapnya hanya dapat berharap terhindar
dari resiko kesehatan yang lebih buruk.
Diabetes mellitus dapat menyerang segala lapisan umur dan ekonomi,
karena penyakit ini dipengaruhi oleh faktor keturunan. Selain faktor
keturunan, perubahan gaya hidup dan pola makanan yang buruk serta
kurangnya olahraga juga berperan besar (Sarafino, 1998).
Jika seseorang sudah mengidap penyakit diabetes melitus, maka individu
tersebut akan mengalami perubahan-perubahan pada rutinitas hidupnya,
diantaranya individu harus menjaga pola makan seperti tidak banyak
mengkonsumsi gula maupun makanan-makanan yang manis, seperti nasi.
Pada penderita diabetes dianjurkan untuk mengurangi makan nasi dan bisa
diganti dengan kentang rebus salah satunya.
4
5
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Dr. lin Suryani, selain menjaga
pola makan, penderita diabetes juga harus menjalani diet, banyak
berolahraga minimal berjalan kaki, banyak minum air putih dan buah-buahan
seperti jambu biji merah, jeruk, kelapa muda, pear hijau, bengkoang, alpukat,
pisang kepok dan apel manalagi. Namun ada beberapa buah-buahan yang
dilarang untuk di konsumsi oleh penderita diabetes, seperti durian, anggur,
kelengkeng dan rambutan. Pada penderita diabetes juga harus menghindari
pikiran yang berat, karena dapat meningkatkan glukosa dalam darah. Dan
yang paling penting adalah individu harus mengecek gula darah minimal satu
bulan sekali.
Pada dasarnya kesehatan yang dimiliki individu berkaitan erat dengan gaya
hidup mereka. Gaya hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya
hidup sehat. Yaitu gaya hidup yang mencerminkan perilaku hidup bersih dan
sehat, seperti berolahraga teratur, makan dengan gizi seimbang sesuai
kepereluan, tidak merokok, hidup teratur dengan mengelola stress, tidak
memiliki kelebihan berat badan, istirahat cukup dan lain sebagainya. Seperti
yang dipaparkan dalam teori Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993), gaya hidup
adalah semua perilaku manusia bersumber dari gaya hidup yang dimilikinya,
dimana ia mempersepsi, mempelajari, dan menyimpan atau
mempertahankan hal-hal yang sesuai dengan gaya hidupnya.
6
lndividu yang mencerminkan perilaku hidup sehat, seperti istirahat cukup,
berolahraga teratur, tidak merokok dan perilaku-perilaku sehat lainnya, maka
ia cenderung memiliki gaya hidup yang sehat. Sedangkan individu yang
kurang mencerminkan perilaku hidup sehat, seperti merokok, kurang istirahat,
jarang berolahraga, dan perilaku-perilaku tidak sehat lainnya, maka ia
cenderung memiliki gaya hidup yang kurang atau bahkan tidak sehat, dan
semua itu akan mempengaruhi status kesehatan mereka. Menurut Becker
(dalamwww.dahlanforum.wordpress.com) perilaku sehat (healthy behavior)
adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perilaku hidup sehat (health
behavior) merupakan bagian dari gaya hidup, sehingga perubahan yang
terjadi pada perilaku hidup sehat akan berpengaruh pada gaya hidup sehat,
juga sebaliknya. Perilaku hidup sehat ini juga mengarahkan individu pada
perilaku yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
status kesehatan kita.
Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang
baik dalam menciptakan kehidupan yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Maka gaya hidup yang
sehat dapat dianggap sebagai pola perilaku yang akan memberikan dampak
pada kesehatan kita dan selanjutnya berpengaruh juga pada kesehatan
orang lain.
Walaupun perilaku hidup sehat itu awalnya berkembang karena adanya
pengaruh yang kuat dari faktor keluarga, akan tetapi pada akhirnya perilaku
hidup sehat tersebut dapat dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan di sekitar
individu, sehingga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku hidup sehat.
Sarafino (1998) mengatakan, strategi pertama yang paling sering dilakukan
untuk mengantisipasi masalah kesehatan adalah dengan mencari berbagai
macam metode yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan mereka.
Strategi yang kedua adalah berusaha untuk tetap menjauhi gaya hidup tidak
sehat. Gaya hidup tidak sehat yaitu kebiasaan yang berhubungan dengan
perilaku hidup yang salah, sehingga dapat mempengaruhi dan berakibat
buruk bagi kesehatan.
7
Senada dengan pendapat tersebut, Taylor (2003) menilai salah satu faktor
yang mempengaruhi gaya hidup sehat adalah kontrol personal, yaitu persepsi
bahwa kesehatan seseorang berada dibawah pengaruh dirinya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, faktor personal selalu mempengaruhi
seseorang dalam mempersepsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian
yang terjadi dalam kehidupannya. Tentu saja hal tersebut akan
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi situasi tersebut. Situasi
yang sama dapat menimbulkan reaksi yang berbeda-beda pada setiap orang,
ada yang merasa tidak berdaya, namun ada juga yang justru tertantang.
Perbedaan reaksi ini tergantung dari orientasi kehidupan yang dimiliki oleh
individu yang oleh Rotter disebut sebagai locus of control. Rotter membagi
locus of control menjadi dua macam, yaitu internal locus of control dan
external locus of control (dalam Robinson, Shaver & Wrightsman, 1991 ).
8
Hal ini akan menimbulkan suatu keyakinan kendali pada diri pasien terhadap
kesehatannya. Keyakinan kendali diri terhadap kesehatan ini merupakan
derajat keyakinan seseorang apakah kesehatannya ditentukan oleh faktor
internal atau oleh faktor eksternal, dalam artian para pasien merasa bahwa
dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap kesehatannya atau dia merasa
bahwa lingkungannya yang memberi andil terbesar akan kesehatannya.
Keyakinan kendali diri terhadap kesehatan ini berbeda-beda pada setiap
orang, sebab ditentukan oleh penilaian dan pengalaman-pengalaman selama
rentang kehidupannya, sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda-beda
pula.
Menurut lskandarsyah (2006) pada sebagian orang menampilkan perilaku
yang lebih positif, dimana mereka termotivasi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dengan mengikuti prosedur pengobatan yang telah
ditentukan, mereka merasa bahwa dirinya masih mampu untuk melakukan
aktivitas seperti orang lain walaupun tidak seperti sebelumnya. Mereka
9
merasa bahwa kondisi kesehatannya ditentukan oleh dirinya sendiri
(internal), tetapi pada sebagian orang lainnya menampilkan perilaku yang
lain, dimana mereka merasa pesimis akan kondisi kesehatannya, sehingga
dalam menjalani prosedur pengobatan pun harus didorong oleh orang lain
(external) karena mereka beranggapan bahwa kondisi kesehatannya
sekarang tergantung pada dokter, perawat dan keluarganya ataupun dia
beranggapan bahwa dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena semua
itu telah ditentukan oleh Tuhan.
Penilaian penderita terhadap penyakitnya serta pengalaman-pengalaman
hidupnya akan menentukan keyakinan kendali diri terhadap kesehatannya.
Hal ini menentukan bagaimana seseorang menyikapi penyakit yang
dideritanya, sehingga akan mendasari perilaku yang ditampilkannya
(lskandarsyah, Aulia. 2006).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung
"Apakah ada hubungan yang signifikan antara health locus of control
dengan gaya hidup penderita diabetes mellitus?".
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis telah
mengidentifikasi permasalahan yang ada menjadi :
11
Health locus of control adalah derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam
mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya bahwa
kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri,
sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil
dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya.
Gaya hidup disini yaitu gaya hidup yang berhubungan dengan pola- pola
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior)
baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat.
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health locus of control dengan
gaya hidup penderita diabetes mellitus di Yayasan Diabetes Rastura.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu:
1. Dari sisi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman
tentang penyakit diabetes mellitus dan pentingnya health locus of control.
Juga diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap khasanah ilmu
psikologi, dan wawasan mengenai hubungan antara health locus of
control dengan gaya hidup pada penderita diabetes melitus.
12
2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pada masyarakat tentang gaya hidup dan pengaruhnya terhadap
kesehatan, khususnya bagi para pasien penderita diabetes mellitus agar
lebih dapat memahami tentang pentingnya health locus of control. Selain
itu bagi Yayasan Diabetes penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi
bagi yayasan saat memberi terapi pada pasiennya.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membuat sistematika penulisan
yang terdiri dari 5 bab dan dilengkapi dengan daftar pustaka. Adapun urutan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BABI
BABll
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis melakukan pembahasan mengenai latar
belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan dan batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
LANDASAN TEORI
Mengenai pengertian gaya hidup, faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup, pengertian locus of control, faktor
yang mempengaruhi locus of control, health locus of contra,
implikasi dari health locus of control, pengertian diabetes, jenis-
BAB Ill
BAB IV
BABV
jenis diabetes, penyebab diabetes, gejala diabetes, kerangka
berpikir dan hipotesis.
METODOLOGI PENELITIAN
13
Pada bab ini, penulis akan membahas pendekatan dan metode
penelitian, variabel penelitian, pengambilan sample, teknik
pengambilan sample, pengumpulan data yaitu, metode dan
instrument penelitian, tipe instrument dan cara skoring, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
Pada bab ini, penulis menguraikan tentang gambaran umum
responden, hasil penelitian, serta deskripsi hasil analisis data.
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini, penulis akan menyebutkan temuan-temuan baru
dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diajukan untuk
penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan.
DAFT AR PUST AKA
2.1 GAYA HIDUP
BAB2
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian Gaya Hidup
14
Terdapat berbagai pengertian tentang gaya hidup, tergantung dari mana kita
melihatnya. Namun dalam penelitian ini, gaya hidup yang dimaksud adalah
gaya hidup yang bersangkutan dengan pola- pola perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup
tidak sehat.
Menurut Lalonde (dalam Sheridan. L. C & Radmacher. A. S, 1992) gaya
hidup adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan perilaku kesehatan
yang dikontrol oleh individu.
Sedangkan menurut Taylor (2003) perilaku kesehatan adalah perilaku yang
dikerjakan oleh individu untuk meningkatkan atau memelihara kesehatan
mereka.
Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi
atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada
yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola
16
2. Merokok
3. Tidak I jarang sarapan pagi setiap hari
4. Minum minuman beralkohol lebih dari 2 gelas setiap hari
5. Tidak I jarang berolahraga
6. Sering memakan cemilan
7. Memiliki kelebihan berat badan lebih dari 10% dari berat seharusnya.
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup sehat
adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan kehidupan yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan, seperti istirahat cukup, olahraga teratur,
tidak merokok, sarapan pagi, tidak memakan cemilan,tidak memiliki kelebihan
berat badan, dan tidak meminum alkohol lebih dari 2 gelas. Namun di
Indonesia budaya meminum alkohol tidak terlalu besar, oleh karena itu selain
meminum alkohol, meminum kopi, soft drink terlalu banyak pun tidak baik
untuk kesehatan. Sedangkan gaya hidup tidak sehat adalah kebiasaan yang
berhubungan dengan perilaku hidup yang salah, sehingga dapat
mempengaruhi dan berakibat buruk bagi kesehatan.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
Hidup sehat adalah dambaan setiap orang, karena dengan hidup sehat
seseorang dapat lebih produktif dan lebih menikmati hidupnya. Hanya saja
hidup sehat tidak dapat dicapai tanpa usaha dan kernauan yang keras dari
individu tersebut.
17
Adapun faktor-faktor yang rnernpengaruhi seseorang untuk berperilaku hidup
sehat antara lain (Taylor, 2003):
1. Faktor-faktor Dernografis
Perilaku hidup sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor dernografis. Orang
orang yang berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi baik dari segi usia,
tingkat kernakrnuran, dan tingkat pendidikan yang tinggi rnerniliki
kebiasaan perilaku hidup sehat yang lebih baik dibandingkan orang-orang
yang berasal dari kelas sosial yang lebih rendah.
2. Usia
Perilaku-perilaku hid up sehat juga dipengaruhi oleh usia. Biasanya
perilaku hidup sehat yang terjadi pada anak-anak akan rnengalarni
perubahan atau penurunan pada tahap rernaja atau dewasa rnuda. Tetapi
pada tahap perkernbangan selanjutnya akan diperbaiki atau diperbaharui
lagi karena pada usia lanjut seorang rnulai rnernperhatikan kondisi fisik
dikarenakan kondisi fisik yang rnulai rnenurun.
3. Nilai-nilai atau Kebudayaan
Faktor ini secara kuat rnernpengaruhi kebiasaan perilaku hidup sehat
rnisalnya: secara sadar olahraga yang dilakukan oleh wanita akan
rnernpertirnbangkan satu unsur kebudayaan yang disukai dan tidak
disukai sehingga wanita tersebut akan memilih berada ditengah unsur
kebudayaan tersebut. Jika pada kebudayaan tertentu kegemukan tidak
menjadi masalah dan kebudayaan tertentu melihat kegemukan menjadi
masalah maka wanita tersebut akan berolahraga bukan untuk
mengantisipasi masalah kegemukan dan juga bukan untuk membiarkan
dirinya mengalami kegemukan.
4. Kontrol Personal
18
Persepsi bahwa kesehatan dari seseorang berada di bawah pengaruh
personal kontrol juga menjadi bahan pertimbangan dari perilaku-perilaku
hidup sehat. Health locus of control scale yang digunakan oleh Wallston,
Wallston, DeVellis (dalam Taylor, 2003) mengukur tingkat pencapaian
individu dalam memegang kendali terhadap kesehatan mereka. lndividu
individu yang memilih untuk memandang kesehatan mereka berada di
bawah kontrol personal akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku
hidup sehat dibandingkan mereka yang tidak.
5. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial juga mempengaruhi perilaku hidup sehat misalkan saja,
keluarga, teman, lingkungan kerja. Masing-masing dari faktor-faktor
tersebut dapat memberikan pengaruh positif atau sebaliknya. Misalnya,
tekanan dari kelompok sering kali menjadi alasan untuk merokok ketika
individu berada pada tahap perkembangan remaja, tetapi tekanan
kelompok pada tahap perkembangan dewasa berpengaruh terhadap
individu untuk berhenti merokok.
6. Personal Goals
19
Perilaku hidup sehat sangat erat kaitannya dengan personal goals.
Misalnya ketika kondisi tubuh yang bugar merupakan tujuan yang penting
bagi individu tersebut, maka seseorang akan melakukan latihan olahraga
yang teratur begitu juga sebaliknya.
7. Perceived Symptoms (menerima gejala-gejala tertentu)
Beberapa perilaku hidup sehat dikontrol berdasarkan gejala-gejala yang
dirasakan individu. Misalnya, seseorang akan mengurangi perilaku
merokok jika individu menerima gejala-gejala yang diterimanya seperti
batuk atau rasa kering dan sakit di tenggorokan. Karena pada saat itu
individu akan merasa bahwa kondisi fisiknya sedang berada pada tahap
yang rentan dan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, individu
tersebut akan mengurangi kebiasaan merokoknya.
8. Access To The Health Care Delivery System
Akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan, seperti tes kesehatan secara rutin,
pemeriksaan organ reproduksi wanita, melakukan pemeriksaan
mammograms secara teratur dll, merupakan contoh dari perilaku-perilaku
secara langsung berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. Perilaku
perilaku lain, seperti menurunkan berat badan dan berhenti merokok,
secara tidak langsung dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan karena
dewasa ini banyak orang yang mendapatkan nasihat dari ahli gizinya
mengenai gaya hidup
9. Faktor-faktor Kognitif
20
Akhirnya, praktek dari perilaku hidup sehat adalah mengikat pada faktor
faktor kognitif, seperti kepercayaan I anggapan dimana perilaku hidup
sehat adalah menguntungkan atau perasaan dimana mungkin saja
seseorang dapat terkena satu penyakit jika tidak memperaktekkan
perilaku hidup sehat.
22 LOCUSOFCONTROL
2.2.1 Pengertian Locus of Control
Locus of control adalah derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam
mempersepsi kejadian hidupnya sebagai hasil tindakannya sendiri sehingga
dapat dikontrol (internal control), atau sebagai sesuatu yang tidak
berhubungan dengan perilakunya sendiri, sehingga berada di luar control
dirinya (external control) (Robinson,dkk 1991 ).
Konsep dari locus of control, merupakan bagian dari lingkup teori belajar
sosial Rotter (Rotter, Chance, & Phares, dalam Robinson, Shaver &
Wrightsman, 1991 ). Konsep tersebut menggambarkan harapan yang
digeneralisasi yang berkaitan dengan faktor penentu rewards dan
22
Lebih lanjut dijelaskan oleh Rotter (dalam Robinson dan Shaver, 1980)
adalah sebagai berikut :
"When a reinforcement is perceived by the subject as following some action of his own but not being entirely contingent upon his action, then, in our culture, it is typically perceived as the results of luck, chance, fate, as under the control of powerful others, or as unpredictable because of the great complexity of the forces surrounding him. When the event is interpreted in this way by an individual, we have labeled this a belief in this own behavior or his own relatively permanent characteristic, we have termed this a belief in internal control."
Berdasarkan penjelasan Rotter di atas, dapat disimpulkan bahwa individu
yang mempunyai keyakinan untuk melakukan kontrol atas nasibnya sendiri,
atau beranggapan bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya disebabkan oleh
usaha dan kemampuannya disebut sebagai orang yang mempunyai orientasi
kontrol internal (internal locus of control). lndividu tersebut percaya bahwa ia
mampu mengendalikan lingkungan, mengubah lingkungan, dan dapat
melakukan kontrol atas nasibnya sendiri. Sebaliknya, individu yang memiliki
keyakinan bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor yang berada diluar
diri seperti faktor kebetulan, keberuntungan, takdir, karena kekuasaan orang
lain, sehingga mereka merasa tidak mampu untuk mengendalikan
lingkungan, mengubah lingkungan dan tidak dapat mengontrol nasibnya
sendiri disebut dengan orientasi kontrol eksternal (external locus of control).
Mereka cenderung pasif dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi
dalam hidupnya dan mudah dipengaruhi oleh nilai-nilai dan pendapat orang
lain.
23
Rotter (dalam Robinson dan Shaver, 1980) kemudian mengembangkan skala
internal-external (1-E) untuk mengukur perbedaan individu dalam
mempersepsikan kejadian yang terjadi dalam dirinya apakah dibawah
kontrolnya sendiri (internal) atau hal-hal diluar dirinya (external).
2.2.2 Faktor-Faktor Locus of Control
McDonald (dalam Robinson & Shaver, 1980) mengemukakan bahwa terdapat
dua hal yang dapat mempengaruhi locus of control, yaitu :
1. Episodic Arnecedents, adalah kejadian-kejadian yang memiliki arti penting
yang muncul dalam suatu waktu tertentu, misalnya kematian orang yang
dicintai dan gempa bumi. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat menyebabkan
orientasi kontrol seseorang berubah, misalnya dari internal menjadi
eksternal, dan perubahan itu bersifat periodik.
2. Accumulative Antecendests, adalah faktor-faktor yang bersifat terus
menerus ada yang dapat mempengaruhi orientasi kontrol seseorang.
Faktor-faktor tersebut seperti diskriminasi sosial, ketidakmampuan yang
berkepanjangan seperti cacat fisik dan pola asuh orang tua.
2.2.3 Health Locus of Control
Health locus of control adalah derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam
mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya bahwa
kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri,
24
sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil
dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (Hutton,
2002,dalam etd.wfu.edu).
Pada awalnya skala health locus of control dikembangkan sebagai
pengukuran unidimensional yaitu terdiri dari internal locus of control dan
external locus of control, kemudian Levenson pada tahun 1981 (dalam
Robinson dkk, 1991 ), mempertanyakan konsep Locus of control sebagai
konstruk unidimensional yang menggabungkan faktor nasib, kebetulan, dan
kekuatan orang lain kedalam satu dimensi, yaitu dimensi external.
Menurutnya konstruk locus of control dapat lebih dimengerti bila memisahkan
dimensi eksternal kedalam dua faktor, yaitu kebetulan (chance) dan
pengaruh orang lain (powerful others). Kemudian dikembangkan alat ukur
yang terdiri dari tiga komponen konstruk control yang terpisah yaitu Internal
(1), Powerful Others (PO), dan Chance (C). pengembangan ini kemudian
dikembangkan lagi oleh Wallston, Wallston, dan DeVellis (dalam Robinson,
dkk., 1991) yang mengkombinasikan Healht locus of control yang
unidimensional dan skala IPC Levenson dan membentuk skala
Multidimensional Health Locus of Control (MHLC) yang terdiri dari Internal
Health Locus of Control (IHLC), Powerful Others Health Locus of Control
(PHLC), dan Chance Health Locus of Control (CHLC).
25
1. Internal health locus of control (IHLC) merupakan Control belief seseorang
yang meyakini bahwa penyebab terjadinya suatu kejadian disebabkan
oleh usahanya sendiri.
2. Powerful others health locus of control (PHLC) merupakan Control belief
seseorang yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kejadian
adalah karena bantuan orang lain.
3. Chance health locus of control (CHLC) merupakan Control belief
seseorang yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kejadian
karena faktor keberuntungan, kesempatan, kesialan, dan faktor-faktor lain
yang berasal dari luar individu.
2.2.4. lmplikasi dari Health Locus of Control
Health locus of control menunjukkan derajat keyakinan yang dimiliki individu
dalam mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya
bahwa kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri,
sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil
dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (Hutton,
2002,dalam etd.wfu.edu).
Bila seseorang memiliki skor yang tinggi pada dimensi internal health locus of
control, maka orang tersebut cenderung percaya bahwa dirinya memiliki
kontrol yang besar terhadap kejadian dalam hidupnya dan kualitas
26
kesehatannya berdasarkan pada apa yang dia lakukan dalam merawat dan
menjaga kesehatan tersebut. T eta pi bila seseorang memiliki skor yang tinggi
pada external health locus of control, maka orang tersebut percaya bahwa
kesehatannya tergantung pada dokter-dokter dan pekerja kesehatan lainnya
(poerwful others) atau kesehatannya tergantung pada kombinasi dari
kesempurnaan, keberuntungan, serta kebetulan (chance) yang mungkinkan
individu untuk terlibat dalam perilaku merusak kesehatan (P. Bennett et al,
1998).
Sehingga dapat diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki skor yang
tinggi pada IHLC akan cenderung berperilaku hidup sehat. Karena orang
tersebut akan memperlihatkan perilaku sehat yang lebih konsisten dan
memiliki standar kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan orang yang
memiliki skor tinggi pada PHLC atau CHLC, mereka juga percaya bahwa
mereka dapat mempengaruhi kesehatannya daripada orang yang memiliki
skor tinggi pada PHLC atau CHLC.
2.3 DIABETES MELITUS
2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus
Brenda May (dalam Pitts, M & Phillips, K, 1991) berpendapat,
"Diabetes mellitus is a chronic disorder of carbohydrate, lipid and protein metabolism which results from the inadequate production, or utilization, of insulin ".
Taylor (1995) memberikan definisi sebagai berikut:
"Diabetes mellitus is a chronic disorder in which the body is not able to
manufacture or properly utilize insulin."
27
Menurut tim Vitahealth (2006), diabetes merupakan gangguan metabolisme
(metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak
bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak mampu
menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula dalam
darah.
Dari definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit diabetes
adalah suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah dalam tubuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan
tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin dengan tepat.
2.3.2 Jenis-jenis Diabetes
Adapun jenis-jenis diabetes adalah sebagai berikut : (Tim Vitahealth, 2006)
1. Diabetes tipe I, tergantung pada insulin.
Pada diabetes tipe ini, penderitanya harus mendapatkan suntikan insulin
setiap hari selama hidupnya untuk mengatur metabolisme gula dalam
darah. Diabetes tipe I ini biasanya ditemukan pada penderita yang mulai
l-" PER~USTAl<AAN U~f~;;:~18
UIN SY/.\H\D ji\f<J\h fA
--mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja. Pada umumnya
mayoritas penderita diabetes tipe I terjadi pada usia 30 tahun ke bawah.
2. Diabetes tipe II, tidak tergantung pada insulin.
Diabetes tipe 11 adalah jenis diabetes yang paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes. Jenis penyakit ini makin sering
muncul setelah usia 40 tahun. Diabetes tipe II terjadi karena insulin hasil
produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi
kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke
sel tubuh. Pada umumnya penderita diabetes tipe ini memiliki kelebihan
berat badan (obesitas) dan memiliki gaya hidup yang membuat penderita
kurang bergerak. Selain kegemukan dan kurang gerak, faktor penyebab
lainnya adalah pola makan yang salah, prosespenuaan, dan stres yang
mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Juga mungkin terjadi karena
salah gizi (malnuturasi) selama kehamilan, selama masa anak-anak, dan
pada usia dewasa.
2.3.3 Penyebab dan Orang Yang Memiliki Resiko Diabetes Melitus
Walaupun penyebab penyakit diabetes masih belum dapat dimengerti
sepenuhnya, penelitian-penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik
mempengaruhi munculnya penyakit diabetes (Kilo & Williamson; Pohl,
Gonder-Frederick, & Cox; Wing, Nowalk, & Guare dalam sarafino, 1998).
Namun ada beberapa faktor penyebab individu memiliki resiko menderita
diabetes, diantaranya faktor keturunan, faktor perubahan gaya hidup yang
merupakan penyebab utama di era globalisasi ini, selain itu kelebihan berat
badan, kurang olahraga dan stress (Tim Vitahealth, 2006).
Adapun orang-orang yang memiliki resiko menderita diabetes adalah
(Tjokoprawiro. 2006) :
• Kedua orangtuanya mengidap penyakit Diabetes Mellitus,
• Salah satu orangtuanya atau saudara kandungnya mengidap penyakit
Diabetes Mellitus,
• Salah satu anggota keluarganya (nenek, paman, bibi, keponakan,
sepupu) mengidap penyakit Diabetes Mellitus,
• Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg,
• Pada waktu pemeriksaan kesehatan pernah ditemukan kadar glukosa
darah melebihi antara 140-190 mg/di,
• Menderita penyakit liver (hati) yang kronik atau agak berat,
29
• Terlalu lama minum obat-obatan, mendapat suntikan atau minuman tablet
golongan kortikosteroid (sering digunakan penderita asma, penyakit kulit,
penyakit reumatik, dan lain-lain), misalnya: Prednison, Oradexon,
Kenacort, Rheumacyl, Kortison, Hidrokortison,
• Terkena infeksi virus tertentu: misalnya virus morbili, virus yang
menyerang kelenjar Judah, seperti virus pada penyakit gondongan, dan
31
• Penglihatan kabur
• Luka yang lama sembuh
• Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
• lnfeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
• lmpotensi pada pria
2.3.5 Penanganan Diabetes
Mempertahankan kadar glukosa darah dalam keadaan normal atau
mendekati normal merupakan tujuan utama dalam penanganan diabetes.
Oleh sebab itu. menangani penyakit diabetes membutuhkan beberapa
kegiatan perawatan diri (self care) yang terutama memfokuskan pada empat
komponen. Empat komponen tersebut adalah :
1. Monitor kadar gula darah
Pasien mengukur kadar gula darah mereka melalui tes urin atau tes darah
itu sendiri (Gonder-Frederick, Cox, Pohl, & Carter, Kilo & Williamson
dalam Sarafino, 1998). Sayangnya, banyak pasien yang mengukur kadar
gula darah mereka sendiri secara tidak objektif sehingga penilaian mereka
sering tidak akurat dan dapat membahayakan diri mereka sendiri.
Contohnya, mereka lebih mengandalkan simptom-simptom tubuh yang
dirasakannya seperti rasa pusing atau keadaan emosi sebagai pengukur
32
kadar gula darah mereka (Diamnod, Massey & Covey; Gonder-Frederick,
Cox, Bobbitt & Pennebaker dalam Sarafino, 1998).
2. Minum obat anti diabetes (OAD)
Banyak pasien diabetes menggunakan obat-obatan untuk mengkontrol
kadar gula darah mereka. Obat yang berbeda mempunyai cara kerja yang
berbeda pula. Contohnya, beberapa obat bekerja untuk meningkatkan
produksi insulin dimana obat lain mengurangi produksi glukosa pada hati
(Kilo & Williamson dalam Sarafino, 1998).
3. Diet
Penderita diabetes direkomendasikan untuk melakukan diet karena empat
alasan utama, antara lain : (1) mengurangi pemasukan makanan yang
mengandung gula dan karbonhidrat yang dapat meningkatkan kadar gula
darah. (2) mengurangi konsumsi kolestrol. (3) mencapai dan
mempertahankan berat badan yang sehat. (4) mempertahankan
pemasukan nutrisi yang seimbang (Kilo & Williamson; Wing, Epstein &
Nowalk dalam Sarafino, 1998). Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbonhidrat sebanyak 60%-
70%, protein sebanyak 10%-15%, dan lemak sebanyak 20%-25%. Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
idaman.
33
4. Olahraga
Berolahraga rutin juga penting untuk mengendalikan kadar gula darah.
Sebuah penelitian yang dilakukan Zinman (dalam Sarafino, 1998)
menunjukkan bahwa berolahraga setelah makan dapat menghambat
produksi glukosa oleh hati dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh
otot. Berolahraga secara rutin 3 sampai 4 kali seminggu selama 30 menit
dapat membantu pasien dalam mengurangi berat badan. Contoh dari
olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga
sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat
misalnya jogging.
2.4 KERANGKA BERFIKIR
Sekarang ini ada kecenderungan di masyarakat terutama di kota-kota besar
untuk meninggalkan cara hidup tradisional yang alami dan mulai beralih ke
cara kehidupan modern yang serba instant, dimana salah satunya adalah
makanan yang dikonsumsi. Orang-orang lebih menyukai makanan "enak
enak" alias makanan olahan yang tinggi kandungan kalori dan lemak namun
gizinya rendah, seperti snack, kentang goreng, potato chips dan berbagai
makanan dari restoran fast food yang mengandung kadar lemak yang tinggi.
Hal itu dikarenakan fast food merupakan makanan cepat saji, yang praktis
dan mudah dikonsumsi oleh semua anggota keluarga baik anak-anak
maupun dewasa. Selain fast food, pola makan makanan yang saat ini sangat
digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan adalah gorengan, jenis
makanan murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir
jalan ini rasanya memang enak.
Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang coklat (piscok),
serta banyak yang lain dengan rasanya yang gurih, renyah, dan berharga
mu rah, membuat orang menyukai makanan gorengan.
Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan fast food dan
gorengan bila dikonsumsi secara berlebihan akan mempunyai efek yang
kurang baik terhadap kesehatan, ini di karenakan kandungan gizinya yang
tidak seimbang.
Salah satu jenis penyakit yang sekarang paling sering ditemui akibat dari
semakin banyak orang mengadopsi cara hidup modern seperti perubahan
pola makan ke makanan-makanan cepat saji adalah penyakit diabetes
melitus.
34
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah dalam tubuh yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin
dengan tepat. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi sampel peneliti adalah
35
penderita diabetes mellitus tipe II, yang salah salah satu faktor penyebabnya
adalah perubahan gaya hidup.
Gaya hidup disini yaitu gaya hidup yang berhubungan dengan pola- pola
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior)
baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat
Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah kontrol personal
yaitu persepsi bahwa kesehatan seseorang berada dibawah pengaruh dirinya
sendiri. Dalam hal ini peneliti ingin melihat Health locus of control pada
penderita diabetes mellitus tipe II yaitu bagaimana pasien diabetes
menggambarkan derajat keyakinan yang dimilikinya dalam mempersepsi
kualitas kesehatan dirinya sebagai hasil dari tindakannya sendiri, sehingga
dapat dikontrol (internal), atau sebagai sesuatu yang tidak berhubungan
dengan perilakunya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (external).
Bila pasien memiliki internal health locus of control, maka pasien tersebut
cenderung percaya bahwa dirinya memiliki kontrol yang besar terhadap
kejadian dalam hidupnya dan kualitas kesehatannya berdasarkan pada apa
yang dia lakukan dalam merawat dan menjaga kesehatan tersebut. Tetapi
bila pasien memiliki external health locus of control, maka pasien itu percaya
bahwa kesehatannya tergantung pada keluarga, dokter-dokter dan pekerja
kesehatan lainnya (powetful others) atau kesehatannya tergantung pada
kombinasi dari kesempurnaan, keberuntungan, takdir, serta kebetulan
(chance).
36
Sehingga dapat dikatakan, pasien yang memiliki Internal health locus of
control akan cenderung memiliki gaya hidup yang sehat. Karena pasien akan
memperlihatkan perilaku sehat yang lebih konsisten dan memiliki standar
kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang memiliki Powetful
health locus of control atau Chance health locus of control. Mereka percaya
bahwa kesehatannya tergantung pada keluarga, dokter-dokter dan pekerja
kesehatan lainnya (powetful others) atau kesehatannya tergantung pada
kombinasi dari kesempurnaan, keberuntungan, takdir, serta kebetulan
(chance) sehingga mereka cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat.
Gambar2.1
BAGAN KERANGKA BERFIKIR
Gaya hidup: I. Sehat 2. Tidak sehat
1 Faktor gaya hidup: 1. Faktor demografis 2. Usia 3. Kebudayaan 4. Pengaruh sosial 5. Personal goals 6. Perceived
symptoms 7. Akses
mendapatkan pelayanan
8. Faktor kognitif
2.5. HIPOTESIS
Diabetes
l Locus of control :
1. Internal 2. Ekstemal
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara health locus of control dengan
gaya hidup penderita diabetes melitus.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara health locus of control
dengan gaya hidup penderita diabetes melitus.
37
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
38
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian yang meliputi jenis penelitian, pengambilan sampel, teknik
pengumpulan data, hasil uji coba alat ukur penelitian, teknik analisis data dan
prosedur penelitian.
3.1 JENIS PENELITIAN
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah korelasi. Penelitian
korelasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variabel. Penelitian
yang dirancang untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel-variabel
yang berbeda dalam suatu populasi (Kountour, 2005). Pengukuran dalam
korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan antara
satu variabel dengan variabel lain.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam
menyimpulkan hasil penelitian, peneliti mengacu pada angka yang diperoleh
dengan rumusan statistik (Sugiyono, 2008). Oleh karena itu penelitian ini
39
fokus pada pengujian hubungan dua variable maka metode yang digunakan
adalah metode deskripsi korelasional.
3.2 VARIABEL PENELITIAN
3.2.1. Definisi Variabel Penelitian
• Variabel bebas adalah variabel yang digunakan untuk meramal atau
dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas adalah Health locus of control.
• Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan atau dipengaruhi oleh
variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat
adalah gaya hidup.
3.2.2. Definisi Konseptual Penelitian
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Health locus of control adalah derajat keyakinan yang dimiliki individu
dalam mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya
bahwa kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri,
sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil
dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya
b. Gaya hidup disini yaitu gaya hidup yang berhubungan dengan pola-
pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related
behavior) baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat.
3.2.3. Definisi Operasional Penlitian
40
Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas
suatu variabel dalam bentuk yang akan diukur (Kountour, 2005). Definisi
operasional ini memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk
mengukur variabel-variabel yang akan diteliti.
Adapun definisi operasional masing-masing variabel pada penelitian ini
adalah:
1. Gaya hidup disini yaitu jumlah skor gaya hidup yang berhubungan dengan
pola- pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan kita (health
related behavior) pada penderita diabetes mellitus. Adapun penilaian gaya
hidup pada penelitian ini berdasarkan skor penilaian gaya hidup yang
dilakukan penderita diabetes yang didasarkan pada teori Belloc and
Breslow (dalam Taylor,2003), yaitu pola-pola perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, seperti istirahat, tidak merokok, sarapan pagi setiap
hari, olahraga teratur, tidak memakan makanan ringan, tidak meminum
alkohol/soft drink lebih dari 2 gelas setiap hari, dan tidak memiliki
kelebihan be rat bad an lebih dari 10% dari yang seharusnya.
41
2. Health locus of control adalah jumlah skor yang menunjukkan derajat
keyakinan yang dimiliki individu dalam mempersepi kualitas kesehatan
dirinya, dimana mereka percaya bahwa kesehatan yang dimilikinya
merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga dapat dikontrol, atau
sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil dari tindakannya sendiri,
sehingga berada di luar kontrol dirinya. Adapun penilaian health locus of
control pada penelitian ini berdasarkan skor penilaian health locus of
control yang dimiliki penderita diabetes yang didasarkan pada teori Rotter
(dalam Robinson, dkk., 1991 ), yaitu internal health locus of control (IHLC),
external health locus of control yang dibagi menjadi dua yaitu powerful
others health locus of control (PHLC), dan chance health locus of control
(CHLC).
3.3 PENGAMBILAN SAMPEL
3.3.1. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008). Jadi, populasi adalah seluruh individu atau obyek yang akan diteliti.
42
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pasien yang
terdaftar dan masih menjalani rawat jalan di Yayasan Diabetes Rastura yang
berjumlah 505 orang.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dimbil melalui cara-cara tertentu
dan memiliki karakteristik tertentu sesuai subjek penelitian. Dalam hal ini,
penulis mengambil sampel yaitu sebanyak 70 orang pasien diabetes yang
menjalani rawat jalan di Yayasan Diabetes Rastura Jakarta.
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sample dilakukan dengan metode purposive sampling. Arikunto
(2002) menyatakan bahwa purposive sampling adalah suatu bentuk
pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan.
Dikatakan juga sebagai teknik pengambilan sampel bertujuan, yang memiliki
syarat berdasarkan karakteristik tertentu. Adapun karakteristik yang
ditentukan adalah:
1. lndividu yang menderita diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh
bertambahnya umur, kegemukan, kurang gerak dan pola makan yang
tidak sehat.
2. Berusia lebih dari 40 tahun, karena penderita diabetes melitus tipe 2
makin sering muncul setelah usia 40 tahun.
43
3. Sedang berobat jalan.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek yang didasarkan
atas adanya tujuan tertentu, dimana pengambilan sampel harus didasarkan
atas beberapa ciri, sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan beberapa
ciri pokok populasi. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi
(Arikunto, 2006).
3.4 PENGUMPULAN DATA
3.4.1. Metode dan instrumen penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam peneltian ini menggunakan skala model
likert yang berisi pernyataan tertulis dengan tujuan untuk mengarahkan
jawaban responden kepada pembahasan masalah dan mempermudah
analisis hasil penelitian. Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data yang
dipakai adalah questioner berupa skala model likert, skala menurut Saefudin
Azwar (2007) memiliki kerakateristik sebagai berikut :
a. Stimulus yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak
langsung mengungkapkan atribut yang hendak diukur melainkan
mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
44
b. Jawaban subjek merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai
atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai diagnosis
baru dapat dicapai bila semua item telah direspon.
c. Respon subjek tidak diklasifikasikan benar dan salah, semua jawaban
dapat diterima sesuai jawaban jujur dan sungguh-sungguh, hanya saja
jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan.
Selanjutnya responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan keyakinan diri individu, dengan memberi
tanda silang (x). Untuk pemberian skor dari skala ini jawaban antara
pernyataan bersifat favorable dengan yang bersifat unfavorable, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada label berikut (Azwar, 2007) :
Tabel 3.1
Skar Skala Model Likert
Skala Favorable Unfavorable
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
45
3.4.2. lnstrumen Penelitian
A. Skala gaya hidup
Penyusunan item - item gaya hidup mengacu pada teori Belloc and Breslow
(dalam Taylor, 2003), yaitu pola-pola perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, seperti istirahat, tidak merokok, sarapan pagi setiap hari, olahraga
teratur, tidak memakan makanan ringan, tidak meminum alkohol/soft drink
lebih dari 2 gelas setiap hari, dan tidak memiliki kelebihan berat badan lebih
dari 10% dari yang seharusnya.
Skala ini terdiri dari 49 item yaitu 30 favorable dan 19 unfavorable. Untuk
memperoleh data yang dapat mengungkapkan masalah dalam penelitian ini,
menggunakan tehnik angket dalam bentuk skala model Liker! modifikasi yang
dikembangkan sendiri untuk masing - masing variabel. Berikut ini adalah
blue print skala gaya hidup.
Tabel 3.2
Blue print skala gaya hidup yang digunakan dalam penelitian
Asoek lndikator Sub lndikator F UF JML Gaya a. lstirahat a. Bekerja 1, 15, 3, 11, 8 hid up b. Tidur 18, 20, 12 sehat c. Refresing 31
b.Tidak a. Pasif 2, 24, 7, 13, 7 merokok b. aktif 25 29,32 c.Sarapan a. Jadwal makan 21, 27, 41, 42 8 pagi setiap b. Menu 28, 34, hari makanan 38,45 d.Olahraqa a. Berat 22, 23, 5,36 9
46
teratur b.Sedang 26, 37, c. Ringan 39, 44,
49 e.Tidak a.Biskuit 4 1 memakan b.Gorengan makanan c.Keripik ringan d. Snack
e. Kue kerinq f.Tidak a. Air putih 9, 19, 6, 8, 14 6 meminum b. Soft drink 30 alkohol, kopi, c. Susu soft drink d. Kopi lebih dari 2 e. Teh manis gelas setiap f. Jus hari g.Tidak a.Mengkonsumsi 16, 17, 10, 40, 10 memiliki sayuran 25, 33, 46,47 kelebihan b.Mengkonsumsi 43,48 berat badan buah-buahan lebih dari 10% c.Memperhatikan dari yang gizi dalam seharusnya makanan
d. Mengatur pola makan
JML 30 19 49
B. Skala Health Locus of Control
Penyusunan item - item health locus of control mengacu pada teori Rotter
(dalam Robinson, dkk., 1991), yaitu internal health locus of control (IHLC),
external health locus of control yang dibagi menjadi dua yaitu powerful others
health locus of control (PHLC), dan chance health locus of control (CHLC).
Skala ini terdiri dari18 item yang keseluruhannya berupa item favorable.
47
Untuk memperoleh data yang dapat mengungkapkan masalah dalam
penelitian ini, menggunakan tehnik angket dalam bentuk skala model Liker!
yang diambil dari modifikasi gabungan antara form Adan form B skala baku
Wallston, Wallston, & De Vellis yang diujicobakan. Berikut ini adalah blue
print skala health locus of control:
Tabel 3.3
Blue print health locus of control yang digunakan dalam penelitian
Aspek lndikator F UF JML Internal a. Control belief 1, 6, 8, 6 Health penderita diabetes 12, 13, Locus of yang meyakini 17 Control bahwa penyebab
terjadinya suatu kesehatan disebabkan oleh usahanva sendiri.
External a. Powerful Others 3, 5, 7, 6 Locus of Health Locus of 10, 14, Control Control : Control 18
belief penderita diabetes yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kesehatan adalah karena bantuan oranq lain. b. Chance Health 2, 4, 9, 6 Locus of Control : 11, 15, Control belief 16 penderita diabetes yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kesehatan adalah
48
karena faktor keberuntungan, kesempatan, kesialan, dan faktor-faktor lain yang berasal dari luar individu.
JML 18 18
3.4.3. Teknik Uji Alat Ukur
Sebelum penelitian dilaksanakan, penulis melakukan uji coba (try out) alat
tes. Adapun uji coba (try out) ini dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Arikunto (2002) menyatakan bahwa purposive sampling adalah suatu bentuk
pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan.
Dikatakan juga sebagai teknik pengambilan sampel bertujuan, yang memiliki
syarat berdasarkan karakteristik tertentu. Try out dilaksanakan di Yayasan
Diabetes Rastura dengan sampel sebanyak 50 orang pasien penderita
diabetes.
Uji coba alat ukur dilakukan dengan maksud untuk :
1.Sejauh mana pemahaman sampel terhadap pernyataan atau item-item yang
diberikan.
2.Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan
skor total. Dan item yang valid akan digunakan pada penelitian sebenarnya.
3. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen.
49
1. Pengujian Validitas
Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan pengujian validitas. Suatu
instrurnen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur (Kountour, 2005). Suatu alat ukur dapat dikatakan
mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut.Untuk menghitung korelasi antar
variabel digunakan rumus koefisien korelasi pearson product moment dan
perhitungannya dibantu dengan program SPSS 15.0.
2. Pengujian Reliabilitas
Dalam uji alat tes dilakukan uji reliabilitas. Reliabitas sebenarnya mengacu
kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung
makna kecermatan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2007). Pengukuran
reliabilitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur yang digunakan
dalam penelitian memberikan hasil pengukuran yang konsisten bila dilakukan
pengukuran kembali terhadap hal yang sama.
Tabel 3.4
Norma Reliabilitas
Koefisien Criteria >90 Sanaat reliable
50
0.70 sampai 0.90 Reliable 0.40 sampai 0.70 Cukup reliable 0.20 sampai 0.40 Kuranq reliable
<0.20 Tidak reliable
3.5. HASIL UJI COBA ALAT UKUR PENELITIAN
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti melakukan uji alat ukur dengan
108 item dari dua skala, yaitu 72 item pada skala gaya hidup dan 36 item
pada skala health locus of control. Uji alat ukur diberikan pada 50 subjek.
3.5.1. Hasil Uji Coba Alat Ukur Gaya Hidup
Untuk menganalisis validitas butir item gaya hidup dengan menggunakan
penghitungan SPSS 15.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir
item dinyatakan valid jika memiliki validitas > 0,3 (Azwar, 2007).
Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan teknik Pearson's product
moment dihasilkan 49 item valid dari 72 item skala gaya hidup yang
diujicobakan. Item yang dinyatakan valid ini karena memiliki nilai r hitung >
0.300. Reliabilitas pada skala gaya hidup dihitung dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien
reliabilitas alpha sebesar 0.938. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur skala
gaya hidup yang ada memiliki reliabilitas yang sangat baik sehingga
memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian.
51
Tabel 3.5
Blue print skala gaya hidup hasil try out
Aspek lndikator Sub lndikator F UF JML Ga ya a. lstirahat a. Bekerja 1*, 30, 3*, 2*, 10 hid up b. Tidur 31*, 39, 71* sehat c. Refresing 54*,
55*, 67*,
b.Tidak a. Pasif 2*, 40, 7* 13* , , 8 merokok b. aktif 56*, 29*,
57* 32*, c. Sarapan a. Jadwal makan 4, 20, 35, 43, 13 pagi setiap b. Menu 21*, 58, 62*, hari makanan 27*, 63*
28*, 45*, 50*, 51*,
d.Olahraga a. Berat 22*, 6*, 36*, 10 teratur b.Sedang 23*, 46
c. Ringan 26*, 44*, 49*, 59*, 65*,
e.Tidak a.Biskuit 18,68 5*, 10, 7 memakan b.Gorengan 14, 37, makanan c.Keripik 42, ring an d. Snack
e. Kue kerina f.Tidak a. Airputih 9* ' 8*, 11, 11 meminum b. Soft drink 19*, 15, 47, alkohol, kopi, c. Susu 66* 64, 69, soft drink d. Kopi 70*, lebih dari 2 e. Teh manis 72* gelas setiap f. Jus hari g.Menjaga a.Mengkonsumsi 16*, 34, 38, 13 agar tidak sayuran 17*, 41*, memiliki b.Menakonsumsi 24, 52*,
52
I PERPUS·~:;,~;~~~~TA~J~. I U!N SYAHID JAKARTA - ---· .. ·-
kelebihan buah-buahan 25*, 53*, berat badan c.Memperhatikan 33*, 61* lebih dari 10% gizi dalam 48*, dari yang makanan 60* seharusnya d. Mengatur pola
makan
JML 37 35 72 .. item yang valid
3.5.2. Hasil Uji Coba Alat Health Locus of Control
Untuk menganalisis validitas butir item health locus of control dengan
menggunakan penghitungan SPSS 15.0 dengan memasukkan skor tiap butir
item. Butir item dinyatakan valid jika memiliki validitas > 0,3 (Azwar, 2007).
Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan teknik Pearson's product
moment dihasilkan 18 item valid dari 36 item yang diambil dari modifikasi
gabungan antara form Adan form B skala baku Wallston, Wallston, & De
Vellis yang diujicobakan. Item yang dinyatakan valid ini karena memiliki nilai r
hitung > 0.300.
Reliabilitas pada skala health locus of control dihitung dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien
reliabilitas alpha sebesar 0.793. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur
modifikasi skala health locus of control memiliki reliabilitas yang baik
sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian
53
Tabel 3.6
Blue print health locus of control hasil try out
Aspek lndikator F UF JML Internal a.Control belief 1,6,8,12, 12 Health penderita diabetes 13, 17, Locus of yang meyakini bahwa 20*, 21*, Control penyebab terjadinya 25*, 28*,
suatu kesehatan 33*, 36* disebabkan oleh usahanva sendiri.
External a.Powerful Others 3*, 5*, 7*, 12 Locus of Health Locus of 10*, 14*, Control Control : Control 18*,19,
belief penderita 23*, 24, diabetes yang 30, 31, 34* meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kesehatan adalah karena bantuan oranq lain. b.Chance Health 2*, 4, 9*, 12 Locus of Control : 11*, 15*, Control belief 16*, 22, penderita diabetes 26, 27*, yang meyakini bahwa 29*, 32*, penyebab dari 35 terjadinya suatu kesehatan adalah karena faktor keberuntungan, kesempatan, kesialan, dan faktor-faktor lain yang berasal dari luar individu.
JML 36 36 •. item yang vahd
54
3.6 UJI PERSYARATAN
Uji persyaratan adalah syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut dalam
mengolah data. Uji persyaratan yang digunakan adalah uji normalitas dan uji
linearitas dengan menggunakan SPSS 15.0. Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam
penelitian berdistribus normal atau tidak. Untuk mengetahui kapasitas
sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data
yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistik yang pertama kali
harus dilakukan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Data yang terdistribusi normal maka perhitungan datanya
menggunakan metode statistik parametrik. Sebaliknya data yang tidak
terdistribusi secara normal perhitungan datanya menggunakan metode
statistik non parametrik. Uji linearitas adalah uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel yang akan diukur dapat dianalisis dengan model
regresi.
3.7 TEKNIK ANALISIS DATA
Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan
mutlak dilaksanakan agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga
penelitian yang dilakukan memberikan kesimpulan yang besar. Analisa data
data yang digunakan adalah analisa statistik sebagai cara untuk mengetahui
hubungan antara variabel independent (variabel bebas atau variabel x) yaitu
health locus of control dengan variabel dependent (variabel terikat atau
variabel y) yaitu gaya hidup.
3.8 PROSEDUR PENELITIAN
Berkaitan dengan jalannya penelitian ini, penulis merencanakan langkah
langkah prosedur penelitian yang diharapkan dapat menunjang kelancaran
serta keberhasilan penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap pemilihan dan pengadaptasian tes:
• Penelusuran pentingnya penelitian ini dilakukan
• Pencarian alat ukur yang dianggap sesuai dengan latar belakang
dan tujuan penelitian
2. Tahapan pelaksanaan penelitian
• Penentuan populasi dan sampel penelitian
• Dilakukan uji pemahaman mengenai karakteristik sampel
55
• Pengadministrasian alat tes pada responden yang sesuai dengan
karakteristik sampel yang telah ditetapkan. Kemudian angket
disebarkan pada responden subjek penelitian dan mengunjungi tempat
yaitu Yayasan Diabetes Rastura dan untuk mencari subjek guna
mengisi angket.
• Mengolah data, diwakili dengan pengeditan data yang masuk. Skoring
tiap hasil skala. Menghitung serta membuat tabulasi data yang
diperoleh, sampai menganalisis data dengan statistik untuk menguji
validitas dan reabilitas. Analisis data menggunakan SPSS versi 15.
56
• Melakukan interpretasi dan pembahasan uji statistik berdasarkan teori
serta merumuskan kesimpulan hasil penelitian dengan menghitung
persentase data penunjang yang diperoleh.
57
BAB4
PRESENT ASI DAN ANALISIS DAT A
4.1. GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Diabetes Rastura kecamatan Tebet
Jakarta Selatan. Responden penelitian ini sebanyak 70 orang penderita
diabetes tipe 2 yang berusia diatas 40 tahun.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Diabetes Rastura kecamatan Tebet
Jakarta Selatan, dengan melibatkan 70 responden, yang terdiri dari 40 orang
responden laki laki (57, 14%) dan 30 orang responden perempuan (42,86%).
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin N % responden
Laki-laki 40 57,14% Perempuan 30 42,86%
70 100%
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa setengah dari penderita
diabetes adalah laki-laki yaitu sebanyak 40 orang (57, 14%).
58
4.1.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden
Pada penelitian ini usia responden terbagi menjadi empat kelompok usia,
yaitu usia 40-45 tahun,sebanyak 31 responden (44,28%), 46-50 tahun
sebanyak 16 responden (22,86%), 51-55 tahun sebanyak 8 responden
(11,43%), dan 56-60 tahun sebanyak 15 responden (21,43%).
Tabel 4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden
Usia responden N % 40-45 tahun 31 44,28% 46-50 tahun 16 22,86% 51-55 tahun 8 11,43% 56-60 tahun 15 21,43%
70 100%
Berdasarkan table diatas, menunjukkan bahwa kurang dari setengah
penderita diabetes adalah usia 40-45 tahun yaitu sebanyak 31 orang
(44,28%).
4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden
Gambaran responden berdasarkan pekerjaannya adalah sebagai berikut:
responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 30 responden (42,86%),
responden yang bekerja sebagai Pegawai Swasta sebanyak 17 responden
(24,28%), dan responden yang bekerja lainnya seperti ibu rumah tangga dan
pensiunan sebanyak 23 responden (32,86%).
59
Tabel 4.3
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden
Pekeriaanresponden N % PNS 30 42,86% Peaawai swasta 17 24,28% Lainnya seperti ibu rumah 23 32,86% tangga dan oensiunan
70 100%
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kurang dari setengah
penderita diabetes bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 30 orang (42,86%).
4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden
Selanjutnya gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah
sebagai berikut: 5 orang responden (7,14%) hanya berpendidikan SMA
6 orang responden lainnya (8,57%) berpendidikan Diploma, 51 orang
respond en (72,86%) sud ah perpendidikan S 1, dan 8 orang responden
lainnya (11,43%) berpendidikan S2.
Tabel 4.4
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan N % terakhir
SMA 5 7,14% Dioloma 6 8,57% S1 51 72,86% S2 8 11,43%
61
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Health Locus of Control dan Gaya Hidup
Tests of Normality
Kol mo orov-Smirnovl a) Sha[!iro-Wilk Statistic df Sio. Statistic Df Siq.
Gh .186 70 .000 .898 70 .000 Hloc .186 70 .000 .862 70 .000
.. a L11l1efors Significance Correction
Hasil penghitungan uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi
probabilitas yang dihasilkan pada data kedua variabel adalah sebesar 0.000,
apakah dihitung dengan megggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov atau pun
megggunakan teknik Shapiro-Wilk.
Karena nilai signifikansi probabilitas yang dihasilkan pada data kedua
variabel < 0.05, maka sebaran data pada kedua variabel dikatakan
berdistribusi tidak normal, sehingga tekhnik analisa data statistiknya
menggunakan uji korelasi Spearman rho.
Normalitas data berdasarkan skala health locus of control dan gaya hidup
dapat dilihat berdasarkan gambar Q-Q plot SPSS 15.00 berikut ini:
_, 0
0
·<
"
_,
_,
'"
Gambar4.1
QQ plot skala health locus of control
Normal Q-Q Plot of health locus of control
0
0
0 0
00
00 0
0 0 0
" " 65 60 65
Observed Value
Gambar4.2
QQ plot skala gaya hidup
Normal Q-Q Plot of gaya hidup
0
0 0
&. 0
0
0
''° '"' Observed Value '" 200
62
4.3. HASIL PENELITIAN
4.3.1. Kategorisasi Skor Skala Health Locus of Control
Penulis menggolongkan responden ke dalam 2 kategorisasi health locus of
control, yaitu internal (I) yang diungkap oleh subskala Internal, sedangkan
eksternal (E) yang diungkap secara bersama-sama oleh subskala Powerful
dan subskala Chance. Maka diperoleh kategori sebagai berikut:
Table 4.6
Kategorisasi health locus of control
Kategorisasi Frekuensi %
Internal Zint > 0,50 dan Zeks < 0 19 27.14%
Eksternal Zeks > 0,50 dan Zint < 0 51 72.86%
Jumlah 70 100%
Table diatas menunjukkan 19 responden (27.14%) memiliki health locus of
control dalam kategori internal, sedangkan 51 responden lainnya (72.86%)
memiliki health locus of control dalam kategori eksternal.
4.3.2. Kategorisasi Skor Skala Gaya Hidup
63
Penulis menggolongkan responden ke dalam 2 kategorisasi gaya hidup yaitu
sehat dan tidak sehat. Maka diperoleh kategori sebagai berikut :
64
Table4.7
kategori skor gaya hidup
Kategorisasi Frekuensi %
Se hat 169 -182 30 42.86%
Tidak Sehat 138 -168 40 57.14%
Jumlah 70 100%
Table di alas menunjukkan 30 responden (42.86%) memiliki gaya hidup
sehat, sedangakan 40 responden (57.14%) memiliki gaya hidup tidak sehat.
4.3.3. Skor Pada Masing-Masing Dimensi
TABEL4.8
Gambaran health locus of control dengan jenis kelamin
Health Locus of Control
Internal Powerful Chance
Health Health Health Total
LoC LoC LoC
Jen is Perempuan 9 6 15 30
Kelamin 12.9% 8.6% 21.4% 42.9%
Laki-laki 10 21 9 40
14.3% 30.0% 12.9% 57.1%
Total 19 27 24 70
27.1% 38.6% 34.3% 100.0%
Dari data di alas dapat dilihat bahwa jumlah penderita diabetes perempuan
66
dengan gaya hidup penderita diabetes, penulis menggunakan SPSS versi
15.00 dengan rumus statistik spearman rho. Rumus ini digunakan penulis
karena data dari skala health locus of control dengan gaya hidup tidak
berdistribusi normal.
Rumus menghitung koefisien korelasi rank spearman adalah :
rho= 1- 65" 0 2
n(n2-1)
Dengan menggunakan rumus tersebut, pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 15. Berikut ini adalah hasil pengolahan data
yang dimaksud:
Tabel 4.9
Nilai koefisien korelasi health locus of control dengan gaya hidup
Health locus of Gava hidup control
Spearman's Gaya hidup Correlation 1.000 .322(**) rho Coefficient
Sig. (2-.007 tailed)
N 70 70 Health locus Correlation
.322(**) 1.000 of control Coefficient Sig. (2- .007 tailed) N 70 70
'* Correlation 1s significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, nilai koefisien korelasi
hitung sebesar 0.322. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
koefisien korelasi antara health locus of control dengan gaya hidup adalah
sebesar 0.322 dan bernilai positif.
67
Dalam melakukan uji hipotesis, cara yang umum dilakukan adalah dengan
membandingkan nilai r tabel dan nilai r hitung yang didapatkan. Namun
demikian perbandingan r tabel dan r hitung hanya dapat dilakukan jika jumlah
sampel yang diambil adalah s 30. Jika sampel yang diambil lebih besar dari
30 maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Membandingkan nilai parameter value.
Dalam melakukan uji parameter value berlaku ketentuan:
a> P-value, maka HO ditolak (korelasi signifikan).
a < P-value, maka HO diterima (Korelasi tidak signifikan).
Dengan pedoman tersebut dan nilai a = 5%, maka:
0,05 > 0,007 dengan demikian HO ditolak, maka koefisien
korelasi health locus of control dengan gaya hidup bernilai signifikan.
2. Melakukan uji t
Dalam melakukan uji t, rumus t hitung adalah :
t=rho'1(n-2)
'1( 1-r2ho)
Maka akan diperoleh :
t=0.322,1(70-2) = 2.65 =2.98
,1(1- (0.322)2) 0.89
Dengan nilai derajat bebas (db)= 70 - 2 = 68
Pad a t tabel terdapat nilai untuk derajat bebas (db )=68, berlaku uji hipotesis
dengan ketentuan:
t hitung > t tabel = HO ditolak (korelasi signifikan).
t hitung < t tabel = HO diterima (korelasi tidak signifikan).
Pad a derajat bebas 68 dengan taraf signifikansi 5% didaptkan nilai t tabel
sebesar 2.00, sedangkan pada taraf signifikansi 1 % didapatkan nilai t label
2.65 dengan demikian:
2.98 > 2.00 (taraf signifikansi 5%), maka HO ditolak dan didapatkan
kesimpulan berupa koefisien korelasi health locus of control dengan gaya
hidup penderita diabetes bernilai signifikan.
4.3.5. Uji Regresi
68
Setelah dilakukan uji korelasi kemudian dilakukan penghitungan nilai R
Square untuk mengetahui seberapa besar sumbangsih variabel Health Locus
of Control terhadap variabel Gaya Hidup. Hasilnya disajikan pada label Model
Summary berikut;
70
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa 11 responden (15.7%)
penderita diabetes yang memiliki IHLC tinggi cenderung memiliki gaya hidup
sehat, sedangkan 8 responden (11.4%) penderita diabetes lainnya yang
memiliki JHLC tinggi masih cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat.
Pada PHLC 11 responden (15.7%) penderita diabetes yang memiliki PHLC
tinggi cenderung sudah memiliki gaya hidup sehat, namun 16 responden
(22.9%) penderita diabetes Jainnya yang memiliki PHLC tinggi masih
cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat.
Pada CHLC 8 responden (11.4%) penderita diabetes yang memiliki CHLC
tinggi cenderung sudah memiliki gaya hidup sehat, tetapi 16 responden
(22.9%) penderita diabetes lainnya masih memiliki gaya hidup tidak sehat.
4.4. HASIL PENELITIAN UTAMA
Hasil dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara health locus of
control dengan gaya hidup penderita diabetes. Arah hubungan yang
dihasilkan menunjukkan arah yang positif, yang bermakna bahwa semakin
tinggi health locus of control (internal) yang dimiliki penderita diabetes maka
semakin tinggi atau sehat pula gaya hidup yang dimiliki penderita diabetes.
71
4.5. HASIL PENELITIAN TAMBAHAN
Adapun hasil penelitian tambahan ini didapatkan dari data responden.
TABEL4.11
Hubungan Health Locus of Control dengan Data Kontrol
Data Health Locus of Control Kontrol
Jen is 0.004 Kelamin
Usia 0.170 Pendidikan 0.475 Pekerjaan 0.001**
**Sigmfikan pada dera1at s1grnfikans1 0.05
Berdasarkan data diatas maka hanya satu saja data kontrol yang memiliki
hubungan dengan health locus of control yaitu pekerjaan, sedangkan untuk
jenis kelamin, usia dan pendidikan tidak terdapat hubungan yang signifikan
dengan health locus of control.
TABEL4.12
Hubungan Gaya Hidup dengan Data Kontrol
Data Kontrol Gava Hidup Jen is 0.000** Kelamin Usia 0.001** Pendidikan 0.071 Pekerjaan 0.040**
0 S1gmfikan pada dera1at s1gmfikans1 0.05
Dari data diatas, maka data control untuk jenis kelamin memiliki hubungan
dengan gaya hidup yang berarti bahwa ada perbedaan gaya hidup antara
laki-laki dan wanita.
72
Dari data diatas juga diketahui bahwa usia juga memiliki hubungan dengan
gaya hidup, yang berarti ada perbedaan gaya hidup berdasarkan rentang
usia. Hal ini sama seperti apa yang dikatakan Taylor (2003), bahwa perilaku
perilaku hidup sehat juga dipengaruhi oleh usia. Biasanya perilaku hidup
sehat yang terjadi pada anak-anak akan mengalami perubahan atau
penurunan pada tahap remaja atau dewasa muda. Tetapi pada tahap
perkembangan selanjutnya akan diperbaiki atau diperbaharui lagi karena
pada usia lanjut seorang mulai memperhatikan kondisi fisik dikarenakan
kondisi fisik yang mulai menurun.
Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa pekerjaan juga memiliki
hubungan dengan gaya hidup, ini berarti bahwa ada perbedaan gaya hidup
berdasarkan pekerjaan. Hal ini sama seperti yang dikatakan Taylor (2003)
bahwa pengaruh sosial juga mempengaruhi perilaku hidup sehat misalkan
saja, keluarga, teman, lingkungan kerja. Masing-masing dari faktor-faktor
tersebut dapat memberikan pengaruh positif atau sebaliknya.
73
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 KESIMPILAN
Berdasarkan analisis data, maka diperoleh kesimpulan dari penelitian ini
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Health Locus of Control
dengan Gaya Hidup penderita diabetes melitus, dengan arah hubungan yang
dihasilkan menunjukkan arah yang positif, yang bermakna bahwa semakin
tinggi Health Locus of Control (internal) maka semakin tinggi atau sehat Gaya
Hidup penderita diabetes melitus.
5.2 DISKUSI
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara health locus of control dengan gaya hidup penderita
diabetes, dengan arah hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang
positif, yang bermakna bahwa semakin tinggi health locus of control (internal)
yang dimiliki penderita diabetes maka semakin tinggi atau sehat gaya hidup
yang dimiliki penderita diabetes.
Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa penderita diabetes tipe 2
didomonasi oleh laki-laki yaitu 40 orang (57,14%). Hal ini di karenakan laki
laki kurang memiliki pola hidup sehat. Mereka cenderung memiliki kebiasaan-
75 1---~-~-----,.~"
PERPUST/\K/\/\N UT/\M:\ UIN SY/\HID JAKAFHA
lingkungan sekitar merupakan komponen penting dari terbentuknya
kebiasaan sehat. Bila lingkungan mendukung kebiasaan sehat dan mengerti
tentang hakekat kesehatan maka tidak sulit bagi penderita sakit untuk
melakukan terapi kesehatan. Begitu pula sebaliknya perilaku sehat sulit
terwujud ketika lingkungan tidak mendukung, sehingga dapat diketahui
bahwa faktor sosial dapat berfungsi sebagai terbentuknya perilaku sehat dan
tidak sehat.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa penderita diabetes lebih didominasi
oleh responden yang memiliki kontrol personal eksternal (gabungan antara
powerful dan chance) sebanyak 51 orang (72.86%) yaitu 27 orang (38.6%)
PHLC dan 24 orang (34.3%) CHLC. Mungkin hal ini dikarenakan penderita
diabetes lebih mempercayakan kesehatan mereka pada dokter-dokter dan
pekerja kesehatan, selain itu mereka juga percaya bahwa kesehatan yang
mereka miliki tergantung pada kombinasi dari kesempurnaan, keberuntungan
serta kebetulan (P. Bennett et al, 1998).
Oleh karena itu gaya hidup yang penderita diabetes jalani juga masih
didominasi oleh gaya hidup yang tidak sehat, yaitu sebanyak 40 orang
(57.14%) hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7. Mungkin hal ini terjadi karena
mereka cenderung masih memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat
seperti merokok (bagi laki-laki), pola makan yang tidak teratur, proporsi
istirahat yang tidak seimbang dengan aktivitas yang dilakukan serta
kurangnya olahraga. Mereka masih kurang memiliki rasa tanggung jawab
atas kesehatan yang mereka miliki, karena mereka lebih mempercayakan
kesehatan mereka kepada orang-orang terdekat mereka seperti keluarga,
perawat, dan dokter. Mereka juga percaya bahwa kesehatan yang mereka
miliki hanya suatu keberuntungan, dan takdir.
76
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa IHLC lebih didominasi oleh
penderita diabetes yang memiliki gaya hidup sehat yaitu sebanyak 11
responden (15.7%). Menurut Bennett (1998) individu dengan IHLC yang
tinggi akan percaya bahwa dirinya memiliki kontrol yang besar terhadap
kejadian dalam hidupnya dan kualitas kesehatannya berdasarkan pada apa
yang dilakukan dalam merawat dan menjaga kesehatan diri mereka sendiri,
sehingga individu yang memiliki skor tinggi akan memperlihatkan perilaku
hidup sehat yang lebih konsisten dan memiliki standar kesehatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki skor tinggi pada PHLC
dan CHLC.
Hal ini sama dengan hasil penelitian Strickland (1978, dalam Wallson &
Wallson, 1982) yang mendapatkan hasil bahwa individu yang memiliki skor
tinggi dalam IHLC memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri mereka.
77
Sedangkan pada PHLC lebih didominasi oleh penderita diabetes yang masih
memiliki gaya hidup tidak sehat yaitu sebanyak 16 responden (22.9%),
namun penderita diabetes yang memiliki PHLC tinggi juga memungkinkan
penderita diabetes untuk menjalani gaya hidup sehat. Hal ini mungkin dapat
terjadi karena bekaitan dengan status kesehatan penderita diabetes, maka
penderita diabetes perlu melakukan pemeriksaan rutin kepada profesional
untuk mendapatkan anjuran-anjuran kesehatan guna menjaga kesehatan
mereka, karena menurut Bennett (1998), individu yang tinggi pada PHLC
mempercayakan kesehatan mereka pada dokter-dokter dan pekerja
kesehatan.
Dan untuk CHLC juga lebih didominasi oleh penderita diabetes yang masih
memiliki gaya hidup tidak sehat yaitu sebanyak 16 responden (22.9%), hal ini
senada dengan Bennett (1998) yang menyatakan bahwa orang memiliki skor
tinggi pada CHLC kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesehatan
mereka, bahkan memungkinkan individu untuk terlibat dalam perilaku
merusak kesehatan mereka. Hal ini disebabkan karena orang dengan skor
yang tinggi pada CHLC percaya bahwa kesehatannya tergantung pada
kombinasi dari kesempurnaan, keberuntungan serta kebetulan (Robinson,
dkk., 1991 ).
78
Hasil penelitian ini juga ingin menjelaskan sumbangsih yang diberikan
variabel health locus of control bagi perubahan variabel gaya hidup hanya
sebesar 11,2%. Dengan demikian terdapat 88,8% variabel lain selain health
locus of control yang tidak terukur dalam penelitian yang dapat memberikan
perubahan terhadap gaya hidup bagi penderita diabetes, karena menurut
Taylor (2003) kontrol personal merupakan salah satu faktor diantara banyak
faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku hidup sehat,
diantaranya faktor demografis, usia, nilai-nilai, pengaruh sosial, personal
goals, perceived symptoms, access to the health care delivery system dan
faktor-faktor kognitif.
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah kecilnya ruang lingkup
penelitian, yaitu hanya pada Yayasan Diabetes Rastura, sehingga kurang
diperoleh gambaran bagaimana hubungan health locus of control dengan
gaya hidup penderita diabetes. Oleh karena itu, hasil penelitian ini belum bisa
digeneralisasikan pada seluruh penderita diabetes, namun hanya terbatas
pada responden penelitian saja. Selain itu, kurang kondusifnya situasi tes
mungkin saja dapat membuat jawaban yang respond en berikan kurang jujur
sehingga tidak sesuai dengan gambaran yang ada pada dirinya.
3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar dapat lebih mengontrol
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan pada gaya
hidup.
80
4. Karena dalam penelitian ini penulis hanya melihat pada aspek
kesehatan fisik saja dari gaya hidup, maka disarankan pada penelitian
selanjutnya untuk lebih komprehensif dengan aspek kesehatan
mentalnya.
5.3.2 Saran praktis
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IHLC
dengan gaya hidup, walaupun demikian penderita diabetes masih
memerlukan sebuah pelatihan untuk meningkatkan IHLC. Jika terjadi
peningkatan pada IHLC maka diharapkan penderita diabetes akan lebih
bertanggung jawab terhadap kesehatannya dan menerapkan standar
kesehatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Selain itu juga perlu diberikan
sebuah workshop ataupun seminar yang berisi tentang pentingnya gaya
hidup sehat bagi penderita diabetes, serta perilaku apa saja yang perlu di
jalani ataupun dijauhi beserta konsekuensi-konsekuensi baik yang
menguntungakan dan merugikan.
81
DAFT AR PUST AKA
BUKU
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pela jar.
Hall, C. S & Lindzey, G. (1993). Teori-teori Psikodinamika (klinis). A. Supratiknya (editor). Jakarta : Kanisius.
Kountur, Ronny. (2007). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : PPM.
Pervin, L. A. & John, 0. P. (1997). Personality Theory & Research (1h). Massachusetts : Allyn & Bacon.
Pitts, M & Phillips, K (1991 ). The Psychology of Health An Introduction. London and New York : Routledge.
Robinson. J. P., Shaver, P. R. & Wrightsman, L. S. (1991). Mensures of Personality and Social Psychological Attitudes. California: Academic Press. Inc.
Robinson. J. P., Shaver, P. R. (1980). Measures of Social Psychological Attitudes. Michigan Institute For Social Research.
Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Infractions (3rct ed). New York: John Wiley & Sons. Inc.
Sheridan. L. C & Radmacher. A. S (2992). Health Psychologi : Challenging the Bromedical Model. New York: Jhon Wiley & Sons. Inc.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Taylor, S. E. (1995). Health Psychology: Third Edition USA: Mc Graw Hill.
Taylor, S. E. (2002). Health Psychology: Five Edition USA : Mc Graw Hill.
82
Tim Vitahealth (2006). Diabetes lnformasi Lengkap untuk Penderita & Keluarganya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjokroprawiro, A. (2006). Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes (3'd ed). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wallston, B.S & Wallston, K.A. (1982). Who is Responsible For Your Health? The Construct of Health Locus of Control. Dim G. Sainders & J. Suls (Eds). Social Psychology of Health & Illness. New Jersey: Eribaum,
JURNAL
P. Bennett et al (1998). Beliefs about alcohol, health locus of control, value for health and reported consumption in a representative population sample. Journal Health Education Research Theory & Practice vol 13 no.
INTERNET
Sidartawan, Soegondo. (2009 ), http://medicastore.com/diabetes/
Dahlanforum. (2009).http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/21/gayahidup-sehat/
Hutton. (2002 ~http ://etd. wfu. edu/theses/submitted/etd-05132002-130430/u n restricted/huttonsl_ 05 _2002.pdf
SKRIP SI
lskandarsyah, Aulia. (2006). Hubungan Antara Health Locus Of Control Dan Tingkat Depresi pada Pasien Gaga! Ginjal Kronis di RS. NY.RA. HABIBIE Bandung. Fakultas Psikologi. Universitas Padjadjaran.
LAMPI RAN
PERTANYAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
ial
: ........... Tahun
s kelamin : a. Perempuan b. Laki-laki
iidikan Terakhir : a. SMA/Sederajat b. Diploma (1,2,3) c. SI d. S2 e. S3
tpat tinggal
u Bangsa
ma : Islam b. Kristen c. Katolik d. Hindu e. Budha
us Pemikahan : a. Belum Menikah b. Menikah c. Janda/Duda
: a. Mahasiswa b. PNS c. Pegawai Swasta d. Lainnya, silahkan isi ....
gan ini secara sukrela saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden
~litian dalam penyelesaian skripsi yang dilakukan oleh mahasiswi Semester Akhir Progran1
ta Satu Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah, Jakarta.
i saat pelaksanaan, saya akan diminta untuk melengkapi kuesioner yang terdiri alas dua
an, dan sebuah data identitas pribadi.
1ua jawaban yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
1k kepentingan penelitian ini. Oleh karena itu, saya tidak perlu memcantumkan nama pada
;ioner maupun pada data identitas pribadi.
i yang betanda tangan dibawah ini :
........................................
1da tangan dan inisial nama)
1yatakan bersedia untuk berpartisipasi
ggal,
PETUNJUK PENGISIAN
kut ini terdapat butur-butir pemyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pemyataan. Anda
nta untuk mengemukakan apakah pemyataan-pemyataan tersebut sesuai dengan pendapat
t, dengan cara menyilang (X) salah satu dari empat nomor yang tersedia, pada bagian kanan
masing-masing pemyataan.
:rangan:
;at Sesuai : SS
tai: S
k Sesuai: TS
;at Tidak Sesuai : STS
Pernyataan
Saya suka musik dangdut
Pernyataan Waktu tidur yang saya habiskan setiap harinya rata-rata 7-8 jam. Sebisa mungkin saya menghindari ruangan/tempat yang penuh dengan asap rokok. Sa ya kurang mempunyai waktu untuk berlibur bersama keluarga. Setiap sore saya menghabiskan waktu untuk bersantai sambil minum secangkir teh dan makan kue leering. Saya Iebih menyukai menghabiskan waktu untuk membaca koran dan menonton TV bersama keluarga daii pada berjogging diakhir pekan. Saya memulai aktivitas sehari-hari dengan secangkir kopi. Saya Iebih berkonsentrasi dalam bekerja dengan merokok. Saya dapat menghabiskan 3 cangkir kopi dalam sehari. Setiap hari saya dapat menghabiskan 2 liter air putih.
SS s TS STS
x
SS s TS STS SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
SS s TS STS
Saya menyukai makanan yang banyak SS s TS STS mengandung kalori. Setiap harinya sa ya menghabiskan waktu SS s TS STS hanya untuk bekerja. Saya lebih banyalc menghabiskan waktu SS s TS STS untuk bekerja, dari pada berlibur bersama keluarga diakhir pekan. Saya dapat menghabiskan setengah bungkus SS s TS STS rokok dalam waktu sehari. Saya lebih banyak mengkonsumsi soft drink, SS s TS STS dibandingkan air putih setiap hari. Waktu yang saya habiskan untuk bekerja SS s TS STS setiap harinya sekitar 7 jam. Agar tidak mengalami kegemukan, saya SS s TS STS meni aga makanan yang saya konsumsi. Saya sangat memperhatikan gizi yang SS s TS STS terkandung dalam makanan yang hendak sayamakan. Dalam sebulan sekali, biasanya saya SS s TS STS menghabiskan waktu untuk berlibur bersama keluarga. Hampir setiap hari saya minum susu. SS s TS STS Saya terbiasa tidur dengan lampu yang redup SS s TS STS (tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap). Saya memiliki jadwal makan yang teratur. SS s TS STS Waktu yang saya habiskan setiap kali SS s TS STS berolahraga minimal 30 menit. Olahraga mempakan salah satu aktivitas SS s TS STS yang saya lakukan setiap hari. Sa ya alcan menegur orang yang merokok SS s TS STS disebelah saya. Sehabis makan saya suka mengkonsumsi SS s TS STS buah-buahan. Lari pagi merupakan aktivitas saya setiap SS s TS STS hari. Saya membiasakan diri untuk sarapan pagi SS s TS STS sebelum bekerj a. Nasi beserta lauk pauk merupakan menu SS s TS STS favorit saya sehari-hari. W alaupun saya tidak merokok, saya tetap SS s TS STS membiarkan orang lain untuk merokok didekat saya. Hampir setiap hari , saya meminum segelas SS s TS STS JUS.
Setiap akhir pekan, saya banyak SS s TS STS menghabiskan waktu bersama keluarga.
menentukan seberapa cepat saya sembuh. Scringkali saya merasa bahwa apapun yang SS s TS STS saya lakukan, jika saya akan sakit, maka saya akan sakit. Ketika saya menemui dokter yang hebat SS s TS STS secara rutin, kemungkinan kecil saya akan mengalami masalah kesehatan. Keberuntungan berperan besar dalam proses SS s TS STS penyembuhan ketika saya sakit. Saya hanya dapat menjaga kesehatan saya SS s TS STS dengan berkonsultasi pada profesional kesehatan seperti seorang dokter. Saya yang mengontrol kesehatan saya. SS s TS STS Ketika saya sembuh dari suatu penyakit, SS s TS STS biasanya dikarenakan oleh orang lain yang telah merawat saya dengan baik (perawat, dokter, keluarga, teman). Ketika saya sakit, itu karena kesalahan saya. SS s TS STS Kesehatan yang saya rniliki adalah suatu SS s TS STS keberuntungan. Ahli kesehatan menjaga saya tetap sehat. SS s TS STS Ketika saya sehat, itu hanya keberuntungan SS s TS STS saya. Hal utarna yang rnernpengaruhi kesehatan SS s TS STS saya adalah apa yang saya lakukan. Jika saya menjaga diri saya, maka saya SS s TS STS dapat mencllindari penyakit. Perhatian yang diberikan orang-orang SS s TS STS terdekat saya, mernbuat kondisi saya cepat sernbuh. Ketika saya merawat diri saya, saya tetap SS s TS STS rnudah terserang penyakit. Ketika saya jatuh sakit itu karena takdir. SS s TS STS Ketika saya rnelalcukan tindakan yang SS s TS STS benar, maka sava dapat tetap sehat. Patuh terhadap anjuran dokter adalah cara SS s TS STS terbaik untuk tetap sehat.
00071
00072
00001
00002
00003
00004
00005 00006
00007
00008
00009 00010
00011
00012
00013 00014
00015
00016
.00017
.00018
.00019 :00020
:00021
:00022 00023
00024
00025
00026
00027
00028
00029 00030
00031
00032
00033 00034
00035
00036
00037
00038
00039
00040
3.5200 I 3.4000
Scale Mean if Item Deleted
215.4800
216.0000
215.2800 215.4000
216.1600
216.0800
215.3600
215.4400
215.0800 215.5200
214.8400
215.4000 215.2800
215.6000
215.2800
215.4000
215.4000
215.4800
217.0400
217.0400
215.2800 216.1600
216.1600
216.0400 215.5600
216.3600
215.1600
215.1200
216.4800
215.6800
215.1600
215.3600 215.9600
215.0800
215.2400
215.9600
215.6800
215.8800
215.2400
216.8000
.81416
.69985
50
50
Item-Total Statistics
Scale Corrected Variance if Item-Total
Item Deleted Correlation
472.989 .719
472.082 .522
482.410 .513
498.122 -.050
471.892 .655
476.483 .610
466.439 .779
479.598 .470
488.810 .372
506.214 -.288
496.953 .007
483.673 .311
466.247 .772
504.653 -.351
498.900 -.088
485.796 .471
478.204 .579
496.091 .016
483.794 .390
501.753 -.220
480.042 .598
462.831 .780
464.545 .773
489.672 .290
479.762 .589
467.664 .621
485.035 .536
486.067 .492
474.949 .517
490.100 .180
475.811 .744
459.337 .810 485.917 .366
490.279 .261
490.717 .281
471.060 .663
508.140 -.501
487.291 .280
503.043 -.271
488.082 .193
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
.936
.937
.937
.939
.936
.936
.935
.937
.938
.941
.939
.938
.935
.940
.939
.937
.937
.940
.938
.940
.937
.935
.935
.938
.937
.936
.937
.937
.937
.939
.936
.935
.938
.938
.938
.936
.941
.938
.940
.939
to0041 215.3600 479.092 .590 .937 t00042 215.5200 495.847 .025 .939 t00043 215.4800 493.806 .180 .938 t00044 216.3200 461.447 .822 .935 100045 215.5200 480.826 .590 .937 100046 215.6800 500.467 -.129 .940 100047 214.8800 495.700 .074 .939 100048 215.5600 488.660 .359 .938 100049 216.2800 480.206 .5921 .937 100050 215.4000 477.714 .594 .937 100051 215.3600 486.766 .491 .937 100052 215.2400 479.451 .516 .937 100053 215.7600 478.064 .526 .937 100054 215.7600 484.921 .329 .938 100055 215.3600 478.847 .598 .937 100056 216.4000 471.918 .578 .937 100057 217.0400 480.937 .392 .938 100058 215.2000 494.122 .106 .939 100059 216.3200 471.242 .781 .936 100060 215.4400 488.496 .320 .938 100061 215.3600 478.439 .677 .936 100062 215.2000 487.918 .349 .938 100063 215.4000 487.102 .326 .938 100064 215.0800 496.728 .010 .939 100065 216.4000 472.898 .749 .936 100066 216.2800 486.083 .428 .938 100067 215.5600 483.598 .454 .937 100068 215.5200 498.296 -.047 .941 :00069 215.3200 495.732 .057 .939 :00070 214.9200 490.442 .344 .938 :00071 215.1600 469.035 .780 .935 :00072 215.2800 474.981 .712 .936
Scale Statistics
lean Variance Std. Deviation N of Items
8.6800 497.202 22.29802 72
AL TH LOCUS OF CONTROL
liability Warnings
, space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or d in the analysis.
Case Processing Summary
N % ;es Valid 50 100.0
Excluded 0 .0 (a)
Total 50 100.0
;!wise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
·onbach's I Al ha N of Items
.793 I 36
Item Statistics
Mean Std. Deviation N <00001 3.2000 .75593 50 <00002 2.0000 .80812 50 <00003 1.8800 .71827 50 <00004 1.5200 .50467 50 <00005 1.7600 .65652 50 <00006 3.2400 .59109 50 <00007 1.9200 .69517 50 <00008 3.3600 .74942 50 <00009 1.6400 .48487 50 W0010 2.1600 .73845 50 W0011 2.0000 .69985 50 W0012 3.1600 .61809 50 W0013 3.3200 .79385 50 t00014 3.1200 .77301 50 t00015 2.4800 .90891 50 t00016 2.4800 .70682 50 t00017 3.3200 .62073 50 t00018 2.2400 .95959 50 :00019 2.3600 .48487 50 100020 2.2400 I .77090 50 100021 1.8000 .69985 50 100022 1.2800 .45356 50 100023 3.1200 .65900 50
(;;:.::==<=~-; -•··~~'·w•-•<~'".,.,,-""*'
W0024 2.8800 .52060 50 flgf\\PU!l;TA\<,~i\N UT W0025 2.0800 .85332 50 UIN SY AH ID J/~f<J\HT f\ W0026 3.2400 .65652 50 ------~
W0027 2.4400 1.07210 50 W0028 2.1200 .71827 50 W0029 2.1600 .73845 50 W0030 3.3200 .68333 50 W0031 3.1200 .52060 50 W0032 2.2800 .88156 50 W0033 2.0800 .98644 50 W0034 2.2800 .92670 50 W0035 3.4400 .57711 50 W0036 2.1200 .77301 50
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
W0001 85.9600 92.039 -.612 .821 W0002 87.1600 73.362 .702 .769 W0003 87.2800 74.491 .703 .771
W0004 87.6400 82.194 .140 .792 W0005 87.4000 74.286 .796 .769
W0006 85.9200 89.871 -.579 .813 W0007 87.2400 77.574 .463 .781 W0008 85.8000 91.755 -.598 .820 W0009 8i5200 80.418 .354 .787 W0010 87.0000 75.429 .605 .775 W0011 87.1600 76.790 .526 .778 W0012 86.0000 91.102 -.657 .817 W0013 85.8400 88.790 -.380 .814 W0014 86.0400 72.121 .839 .764 W0015 86.6800 70.916 .783 .763
W0016 86.6800 74.018 .757 .769 W0017 85.8400 85.688 -.204 .803 W0018 86.9200 70.687 .751 .763 W0019 86.8000 87.837 -.478 .807 W0020 86.9200 75.340 .582 .775 W0021 87.3600 77.949 .428 .782 W0022 87.8800 84.189 -.080 .797 W0023 86.0400 75.141 .714 .772 W0024 86.2800 88.042 -.469 .808 W0025 87.0800 76.238 .454 .780 W0026 85.9200 87.830 -.368 .809 W0027 86.7200 68.532 .791 .758 W0028 87.0400 74.978 .662 .773
,00029 87.0000 74.857 .652 .773 ,00030 85.8400 86.423 -.249 .806 ,00031 86.0400 86.896 -.354 .805 '00032 86.8800 74.557 .551 .775 '00033 87.0800 70.932 .712 .765 '00034 86.8800 72.189 .678 .768 W0035 85.7200 86.981 -.333 .806 '00036 87.0400 75.549 .564 .776
Scale Statistics
foan Variance Std. Deviation N of Items
!9.1600 83.729 9.15035 36
mparametric Correlations
Correlations
I I qh
earman's rho gh Correlation 1.000 Coefficient Sig. (2-tailed)
N 70 hloc Correlation .322( .. )
Coefficient Sig. (2-tailed) .007 N 70
:orrelation 1s significant at the 0.01 level (2-talled).
~gression Variables Entered/Removed(b)
Variables Variables Jdel Entered Removed
hloc(a)
1!1 requested variables entered. lependent Variable: gh
I Method
I Enter
Model Summary
Adjusted R Jdel R R Square Square
.334(a) .112 .099
'red1ctors: (Constant), hloc
Std. Error of the Estimate
10.94898
ANOVA(b)
I Sum of xJel Squares
Regressio n
1024.944
Residual 8151.856 Total 9176.800
'red1ctors: (Constant), hloc 1ependent Variable: gh
df Mean Square
1 1024.944
68 119.880
69
Coefficients( a)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Jdel B Std. Error Beta (Constant 126.895 14.255 ) hloc .770 .263 .334
~ependent Vanable: gh
hloc
.322( .. )
.007
70
1.000
70
F Siq.
8.550 .005(a)
t Sia.
8.902 .000
2.924 .005
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missina Total
N Percent N Percent N Percent
gh 70 100.0% 0 .QO/o 70 100.0% hloc 70 100.0% 0 .0%1 70 100.0%
Descriptives
I Statistic I Std. Error gh Mean 168.4000 1.37839
95°/o Confidence Lower Bound 165.6502 Interval for Upper Bound Mean 171.1498
5°/o Trimmed Mean 168.9444 Median 167.0000 Variance 132.997 Std. Deviation 11.53244 Minimum 138.00 Maximum 182.00 Range 44.00 Interquartile Range 20.00 Skewness -.268 .287 Kurtosis -.814 .566
hloc Mean 53.9143 .59839 95°/o Confidence Lower Bound 52.7205 Interval for Upper Bound Mean 55.1080
5o/o Trimmed Mean 54.2222 Median 55.0000 Variance 25.065 Std. Deviation 5.00650 Minimum 40.00 Maximum 60.00 Range 20.00 lnterquartlle Range 6.00 Skewness -1.006 .287 Kurtosis -.026 .566
Tests of Normality
Kolmocorov-Smirnovl al Shaoiro-Wilk
Statistic df Sia. Statistic df Sia. gh .186 70 .000 I .898 70 .000 hloc .186 70 .000 .862 70 .000
a L1l!1efors S1gnif1cance Correction
.,
'"
0.0
•• -;;; 0.2
~ z
Normal Q-Q Plot of gh
0
'"
"' 0
0
'"' Observed Value
0
Ootrondod Normal Q-Q Plot of gh
0
0
0
0
0
''°
0
0 E o.o+------------''----------4 0 00
0 0 ~ i3 .02-
o od'
0
-00
'" '" ''° ''° ,00 Observed Value
Normal Q.Q Plot of hloc:
0
11 0
l! 0 0
li 00
0 0 0
! 0 0 0
., 0
0
• .. " '' " " " Obsctrvc<I V~luc
·"
Oetrended Normnl Q-Q Plot or hloc
0
0
0 0 0
" Obs<>rvod V"lue
0 0
0