skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan...

98
10 PELECEHAN SEKSUAL (Di Lihat Dari Kacamata Hukum Islam dan KUHP) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) OLEH Yayah Ramadyan NIM: 105045101503 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H /2010M

Upload: nguyenkiet

Post on 06-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

10

PELECEHAN SEKSUAL

(Di Lihat Dari Kacamata Hukum Islam dan KUHP)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

OLEH

Yayah Ramadyan

NIM: 105045101503

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H /2010M

Page 2: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

11

PELECEHAN SEKSUAL

(DI LIHAT DARI KACAMATA HUKUM ISLAM DAN KUHP)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S. Sy)

Oleh:

Yayah Ramadyan

NIM : 105045101503

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I

Dr. Hj. Mesraini. M.Ag

NIP:150326895

Pembimbing II

Sri Hidayati. M.Ag

NIP: 1997102151997032002

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Page 3: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

12

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Sripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sankksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Maret 2010

Yayah Ramadyan

Page 4: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

13

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pelecehan Seksual (Dilihat dari Kacamata Hukum Islam dan

KUHP) telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 8 maret 2010.

skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah

(S.Sy) Pada program studi kepidanaan Islam.Jakarta, 8 Maret 2010

Mengesahkan,

Dekan fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP: 150 210 422 PANITIA UJIAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

KETUA

SEKRETARIS

PEMBIMBING I

PEMBIMBING

II

PENGUJI I

PENGUJI II

:

:

:

:

:

:

Dr. Asmawi. M.Ag

NIP:197210101997031008

Sri Hidayati. M.Ag

NIP:

1997102151997032002

Dr. Hj. Mesraini. M.Ag

NIP:150326895

Sri Hidayati. M.Ag

NIP:

1997102151997032002

H. Zubir Laini, SH.

NIP: 150002973

Dr. H. M. Nurul Irfan,

M.Ag

NIP: 150326893

(....................................)

(....................................)

(....................................)

(....................................)

(....................................)

(....................................)

Page 5: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

14

KATA PENGANTAR

��� ا ا�� �� ا�� ���

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, yang telah memberikan

nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad S.A.W, serta

keluarga dan para sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini berjudul “Pelecehan Seksual (Di Lihat Dari Kacamata Hukum

Islam dan KUHP)” yang disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Syariah pada program studi Jinayah Siyasah, Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak, oleh

karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MM, MM, Selaku Dekan Fakultas

Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.

2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag dan Ibu Sri Hidayati M.Ag, selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah.

3. Ibu Dr. Hj. Mesraini M.Ag dan Ibu Sri Hidayati M.Ag, selaku dosen pembimbing

yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan

penulis dalam rangka penulisan dan penyelesaian skiripsi ini.

Page 6: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

15

4. Pimpinan serta para dosen yang telah mendidik penulis, selama menuntut ilmu di

Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Jinayah Siyasah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sehingga berkat didikan dan perhatiannya penulis dapat

menyelesaikan studi yang diakhiri dengan penulisan skipsi ini.

5. Pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas fasilitas yang di berikan guna penyelesaian skripsi ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu berdo’a dan mendidik dengan penuh

kasih sayang serta kedua kakak penulis yakni Siti Hasanah. S.Sos. M.Ec.Dev

yang selalu membimbing dan telah meminjamkan laptopnya sampai larut untuk

mengetik skripsi, serta Sri Rohayati S.E yang memberikan motifasi dan spirit

yang tidak bosan-bosannya kepada penulis.

7. Mamang Nana yang memarahi penulis agar secepatnya menyelesaikan skripsinya

dan telah mendo’akan agar selalu berada dalam lindungan Allah S.W.T;

8. Ria Lestari yang telah memberikan masukan judul skipsi ini pada penulis;

9. Teman sekolah dan teman sepermainan yang telah memberi support moril, selama

dalam proses penyelesaian skripsi: Yuli Astuti S.Pd, Mayang, Toro, Sukoco,

Risdianto, Suryani, Zahro, Ali, Desi, Sulis, Ediar, Beny, Agung, Sandy, Alvin,

Amri, Khotib, Hendru, dan Moch. Endang Soepandi dan lain-lain yang tidak

disebutkan satu persatu.

10. Rekan-rekan di Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya program Studi Jinayah

Siyasah, Pidana Islam angkatan 2005: Laili, Indah, Iin, Khusnul Anwar, Sunendi,

Ahmad Jaelani, Abdul Malik, Ahmad Jaelani, Deni Junaedi, Santoso, Lukman,

Page 7: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

16

Adi, Laila, Wiwit, Dewi, Nafis, Rina, Ifada, Rina, dan lain-lain, dan angkatan

2004: Amin Prasetyo, Fahrozi, Novi, Unay, dan program Studi Perbandingan

Mazhab yang kenal dengan penulis yakni: Edi, Robi, Aldi, Mustafa, Jaelani, dan

lain-lain, yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis.

11. Abang Zulfi yang telah mensuport dari awal ujian komprehensif hingga selesai.

Penulis sangat bersyukur telah mengenal Abang Zulfi.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan skipsi ini banyak sekali kekurangan dan

kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Hanya dengan bermunajat kepada Allah-lah penulis memohon dan berdo’a

semoga amal baik serta jasa-jasa mereka diberikan balasan pahala yang berlipat

ganda oleh Allah S.W.T. Amin ya Robal ‘alamin.

Jakarta, 13 Dzulhijah 1430 H

30 November 2009 M

Penulis

Page 8: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

17

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………......…...............

DAFTAR ISI…………………………………………………….......................

i

iv

BAB I PENDAHULUAN …………….………………………..…..........

1

A. Latar Belakang……..………………………….......................

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……..….................….

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………................…..............

D. Review Pustaka…………………….…..…….….…..............

E. Metodelogi Penelitian………….……….…….........…...........

F. Sistematika Penulisan………………….…........……............

1

6

6

7

8

9

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELECEHAN SEKSUAL

..........................................................................................................

10

A. Pengertian Pelecehan Seksual ……............................................

B. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual.............................................

C. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelecehan

Seksual ........................................................................................

D. Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban .....................

10

12

15

17

BAB III PELECEHAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM

ISLAM DAN KUHP.......................................................................

20

Page 9: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

18

A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan

Seksual ......................................................................................

B. Pandangan KUHP Tentang Perbuatan Pelecehan

Seksual.......................................................................................

20

25

BAB IV PERBANDINGAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN KUHP

TENTANG SANKSI PIDANA PERBUATAN PELECEHAN

SEKSUAL.........................................................................................

44

A. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut

Hukum Islam..............................................................................

B. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut

Hukum Positif............................................................................

C. Analisa Perbandingannya..........................................................

44

61

83

BAB V PENUTUP.........................................................................................

85

A. Kesimpulan................................................................................

B. Saran.........................................................................................

85

88

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 89

Page 10: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial, makhluk yang hidup di dalam

kehidupan yang berkelompok/bermasyarakat. Di sinilah gejala sosial yang disebut

dengan pelecehan sering timbul dalam kehidupan manusia. Masalah pelecehan

seksual ini merupakan persoalan reaksi jender yang sangat luas dan kompleks yang

menyangkut dalam aspek kehidupan manusia seperti terdapat pada moral, agama,

iman dan lain-lain.

Pelecehan sering dirasakan sebagai perilaku menyimpang, karena perbuatan

tersebut memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual atau menetapkan

seseorang sebagai objek perhatian yang tidak diinginkannya.1 Artinya, pelecehan

seksual dapat berupa sikap yang tidak senonoh, seperti menyentuh anggota tubuh

yang vital dan dapat pula hanya berupa kata-kata atau pernyataan yang bernuansa

tidak senonoh. Sedangkan orang yang menjadi objek sentuhan atau pernyataan

tersebut tidak menyenanginya.

1 Rohan Colier, Pelecehan Seksual Hubungan Dominasi Masyarakat dan Minoritas,

(Yogyakarta: PT. Tiara Yogya, 1998), Cet. Ke-1 h. 4.

Page 11: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

20

Lebih rentan lagi pelecehan seksual ini sangat luas meliputi : main mata, bersiul

nakal, cubitan, humor porno, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu,

gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-

iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual bahkan sampai perkosaan.2

Pelecehan seksual ini bisa sering terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di

dalam bus kota, pabrik, supermaket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, dan sebagainya

baik pada siang hari maupun pada malam hari.

Bila kita cermati lebih detail lagi yang sering menjadi korban pelecehan

seksual adalah kaum hawa atau kaum perempuan, perempuan sering dilecehkan

secara seksual karena ketidakberdayaannya, yang selalu berada di bawah kekuasaan

kaum laki-laki. Namun ada juga yang berpendapat korban pelecehan seksual ini tidak

hanya terjadi pada kaum perempuan saja, tapi ada juga korban pelecehan seksual ini

terjadi pada kaum laki-laki sesuai dengan pendapat dari Beuvais, tapi menurut

pendapat khaeruddin yang lebih sering dijadikan korban pelecehan seksual hanya

kaum perempuan. Artinya, pelecehan seksual ini terjadi karena kaum laki-laki

sangat memiliki kekuasaan dan kedudukannya di mata masyarakat, sedangkan kaum

perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan hawa nafsu belaka.

Selanjutnya, perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual itu tidak hanya

perempuan normal. Akan tetapi sering juga dialami oleh perempuan penyandang

cacat. Yang dimaksud dengan penyandang cacat dalam Undang-undang no.4 tahun

2 Pelecehan Seksual, Http://Pelecehan.Htm 11/19/2008

Page 12: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

21

1997 adalah setiap orang yang mempunyai kelainan pada fisik dan atau mental, yang

dapat mengganggu atau merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk

melakukan kegiatan secara layak.

Para penyandang cacat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok :

1. Penyandang cacat fisik,

2. Penyandang cacat mental dan,

3. penyandang cacat fisik dan mental.3

Salah seorang di antara wanita penyandang cacat fisik yang menjadi korban

adalah “MINAH” (bukan nama sebenarnya) yang berdomisili di daerah kemayoran

Jakarta Pusat,di jln. H. Jiung Rt.15/Rw. 04 No. 20.mengalami pelecehan seksual

ketika dia meminta bantuan untuk menyeberangi jalan raya. Pada saat itulah dia

diberlakukan tidak senonoh/dipegang payudaranya.4

Sedangkan, dalam pandangan hukum Islam tentang perilaku pelecehan seksual

ini belum diatur secara tegas, karena pembahasannya belum ada dalam Al-qur’an

maupun hadist, dengan demikian ketentuan hukum tentang pelecehan seksual ini

masih menjadi ijtihad para ulama. Hukuman tersebut berbentuk Takzir. Bentuk

hukuman tersebut dapat berupa hukuman mati, jilid, denda, pencemaran nama baik

dan lain-lain. Hukuman Takzir yang dikenakan kepada pelaku pelecehan seksual

harus sesuai dengan bentuk pelecehan seksual yang dilakukan, dan hukuman tersebut

3 Undang-Undang Penyandang Cacat No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal.1 h.1

4 Swadaya Mandiri Http:// Ingin Mandiri Laporan : Dwidjo.htm diakses 22 Novenber 2008.

Page 13: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

22

disanksikan kepada pelaku demi kemaslahatan. Karena pada dasarnya pelecehan

seksual ini menyangkut akhlak seseorang baik atau buruknya.

Dalam Al-qur’an hanya menjelaskan tentang zina bukan tentang pelecehan

seksual. 5 Dalam hukum Islam jangankan berciuman atau memegang anggota tubuh

seorang perempuan, melihat dengan menimbulkan syahwat saja tidak boleh karena

akan membawa ke arah zina. Sebagaimana terdapat dalam surat Al –Isra’ ayat 32

���� ������ �� ���������� �

������ ��⌧ !"#$�%�& �'(�)*��

+⌧,� )32:17/ا���� ( 0/�. *(-

32. Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. ”(QS. Al-Isra/17:32)

Tidak hanya melarang mendekati zina, tapi Islam juga memerintahkan kita

untuk menjaga pandangan kepada siapa saja kecuaili dengan suami mereka, anak

mereka,saudara mereka, orang tua merka, anak-anak mereka. Hal ini sessuai dengan

firman Allah dalam surat An-Nur ayat 31 yang artinya:

12��� 34%�!35�7☺&93:� ;<=>?>�A =<35 B<3C��%DEF�G ;<=?⌧H��I�� B<7J)K��2&

���� MNO3PFQA B<7JRSA�T U�� �5 �)J�7 �)JV35 � W��X=Y�,���� B<3C��7☺2AZ[ \�]� B<_`�aK � ���� MNO3PFQA

B<7JRSA�T U�� bc�J3R���2�Q3� ��G

5 Ali Akbar. “Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam”, (Jakarta: Ghali indonesia, 1982),cet

pertama h.5

Page 14: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

23

bc�Jd(���' ��G 3'(���' bc�J3e���2� ��G bc�Jd(��VF�G ��G 3'(��VF�G bc�J3e���2� ��G

B<�J3�f��;� ��G WgK bc�J3�f��;� ��G WgK B<�J3�f��);�G ��G

B<�Jd(�Dh�i ��G �5 =4�j]95 B<7J!%)☺A�G ��G MNk32�Q%lR���

�XF�⌧m �no�pG 3"Fq4r�� ;<35 st�)<������ ��G 01�H3uv��� MNO3�w(�� x�� ����)J=?A \�]� 3yf�qF� 3'(�Dh3zV��� � ���� W��X=Y�{

B<�J�9KFq�o� ;y]92,3� �5 Wk3H�A'I <35 B<�J3RSA�T \ ��|���2��� �]n�

}(�� �2a3��C ��A�G M��!35�7☺���� 'j�9)2�� M��7��9�H2� .��0 )31 :42/ا�ّ��ر(

“Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah ia menahan pandangannya,

memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali

yang biasa (tampak) dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung

kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,

atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-

putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera

saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-

wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki

yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum

mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian

kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Q.S. An-

Nur/24:31)

Adapun jika ketidaksengajaan maka hal itu tidaklah berdosa, tapi pandangan

selanjutnya apabila disertai dengan syahwat atau nafsu seksual maka tidak

diperbolehkan

Hukum Islam belum menjelaskan sanksi untuk memidanakan pelaku pelecehan

seksual, apakah takzir, had, seperti hukuman pada perbuatan zina. Karena belum

dijelaskan secara terperinci oleh masyarakat. Oleh karena itu bagi pelaku pelecehan

seksual akan dikenakan hukuman takzir. Bentuk hukuman takzir ini akan diserahkan

kepada penguasa atau hakim yang berhak untuk memutuskan suatu perkara.

Page 15: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

24

Di Indonesia perkara yang berkait dengan kriminal dan kejahatan asusila

diputuskan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang

diadopsi dari hukum Belanda. Meskipun demikian, berkaitan dengan perkara

pelecehan seksual dengan ketentuan sanksi pidana yang terdapat dalam KUHP dinilai

belum memadai, bahkan istilah pelecehan seksual tidak ditemukan dalam KUHP.

Penanganan yuridis kasus-kasus pelecehan seksual mengalami hambatan-hambatan,

terutama menyangkut rumusan tindak pidana ataupun deliknya Dengan kata lain,

baik dalam hukum Islam maupun dalam KUHP belum ada ketegasan perlindungan

bagi korban pelecehan seksual. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti persoalan

tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “PELECEHAN SEKSUAL (DI

LIHAT DARI KACAMATA HUKUM ISLAM DENGAN KUHP)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran masalah, maka penulis akan membatasi

masalah yang akan dibahas adalah tentang sanksi pidana bagi pelaku pelecehan

seksual menurut Hukum Islam dan KUHP.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap perbutan pelecehan seksual?

2. Bagaimana pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual?

3. Apakah perbedaan dan persamaan antara Hukum Islam dan KUHP tentang

sanksi pidana perbuatan pelecehan seksual?

Page 16: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

25

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan

seksual.

2. Untuk mengetahui pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual.

3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara Hukum Islam dan

KUHP tentang sanksi pidana perbuatan pelecehan seksual.

Dari penelitian ini diharapkan mendapatkan manfaat yaitu:

1. Agar dapat mengetahui pandangan mengenai perbuatan pelecehan seksual

menurut hukum Islam dan hukum Positif.

2. Agar dapat mengetahui perbandingan –perbandingan antara hukum Islam

dan KUHP mengenai perbuatan pelecehan seksual.

C. Review Pustaka

Penulis menggunakan beberapa buku yang berkaitan dengan masalah itu di

antaranya adalah :

Pertama Suparman Marzuki, Eko Prasetyo Aromaelmina Martha yang berjudul

“Pelecehan Seksual (Pergumulan Antara Tradisi Hukum dan Kekuasaan),

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, FH UII, Desember, 1995. Cetakan pertama, yang isinya

adalah Seksualitas dalam Perspektif Metafisika Fiqh, Seksualitas dalam Perspektif

Metafisika Agama, Kejahatan Kesusilaan dan Pelecehan Seksual dalam Perspektif

Kriminologi dan Viktimologi.

Page 17: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

26

Kedua Abrarana Nadhiya, yang berjudul Pelecehan dan Kekerasan Seksual: Analisa

Isi Surat Kabar, 1977, yang isinya mengenai berbagai macam Pelecehan Seksual dan

kekerasan yang terdapat dari Koran Kompas, Media Massa.

Dari berbagai karya tulis di atas, penulis melihat masih ada sisi-sisi lain yang

dapat menjadi bahan penelitian dalam penulisan skripsi ini. Di antaranya adalah

belum adanya pembahasan mengenai sanksi pidana bagi pelecehan seksual menurut

perspektif hukum Islam dan KUHP, apalagi memperbandingkan antara keduanya.

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah metode

deskriptif analisis, yaitu metode penelitian ilmiah yang menggunakan data dengan

tujuan tertentu dan dianalisis serta dijabarkan guna mengetahui kebenaran dari data

yang diperoleh.

Teknik pengumpulan datanya diperoleh dari studi kepustakaan. Pengumpulan

data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, dokumen-dokumen, media cetak,

bahkan dari internet yang berhubungan dengan judul skripsi ini yang mana digunakan

dengan penelitian sekunder.

Teknis analisis data, penulis menggunakan teknis content analisis, yaitu

menganalisa masalah pokok yang diteliti menurut isinya. Sedangkan teknik penulisan

skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman tulisan skripsi”, dan disertai yang

disusun oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007.

Page 18: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

27

G. Sistematika Penulisan.

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai

berikut :

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

:

:

:

:

:

Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodelogi Penelitian, dan sistematika Penulisan

Merupakan tinjauan umum tentang pelecehan seksual, yang di

Dalamnya membahas tentang pengertian dari pelecehan seksual,

bentuk-bentuk pelecehan seksual, faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya pelecehan seksual

Merupakan pembahasan tentang pelecehan seksual dalam

pandangan hukum Islam dan KUHP yang di dalamnya membahas

tentang pandangan hukum Islam terhadap perbuatan pelecehan

seksual dan pandangan KUHP tentang perbuatan pelecehan seksual.

Merupakan perbandingan antara hukum Islam dan KUHP tentang

sanksi pidana perbuatan. Yang didalamnya membahas tentang

sanksi pida na bagi pelaku pelecehan seksual menurut Hukum Islam

dan KUHP

Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Page 19: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

28

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PELECEHAN SEKSUAL

. Pengertian Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual nampaknya merupakan istilah yang baru. Istilah tersebut

muncul di Amerika sepanjang tahun 70-an mengikuti pergerakan kaum perempuan.

Pada tahun 1980-an istilah pelecehan seksual telah umum dipakai di Inggris. Karena

perempuan makin banyak memasuki dunia kerja, tingkat pelecehan seksual semakin

meningkat baik setelah terbentuknya kesempatan luas atau disebabkan laki-laki

semakin terancam dan melakukan pelecehan seksual agar perempuan tetap berada

dalam genggamannya.6

Pelecehan seksual dirasakan sebagai perilaku intimidasi, karena perbuatan

tersebut memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual atau

menempatkan seseorang sebagai objek perhatian seksual yang tidak diinginkannya7.

Sedangkan menurut tim penulis dari Departemen Pendidikan dan Budaya dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pelecehan seksual itu dapat di bagi dua, yaitu

kata pelecehan dan seksual.8 Dalam Kamus Bahasa Indonesia ini pelecehan berasal

6 Rohan Coier, Pelecehan Seksual Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas,

(Yogyakarta : PT. Tiara Yogya, 1998), Cet. Ke- ,1 h.2

7 Rohan Colier, Ibid. h.4

8 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Cet Ke-1, h507

Page 20: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

29

dari kata leceh yang berarti memandang rendah, menghinakan atau tak berharga.

Sedangkan kata seksual berasal dari kata seks. Seks, sangat sering diartikan

sebagai jenis kelamin biologis, yaitu: laki-laki dan perempuan. Jadi kata seksual

(kata sifat) adalah sifat suatu hal yang berkenaan dengan seks atau jenis kelamin,

dan hal yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dengan

perempuan, serta hal-hal lainnya yang mengandung unsur yang bersifat hasrat

atau nafsu seksual. 9 Dengan demikian pelecehan seksual menurut kamus besar

bahasa Indonesia adalah dua kata yang dijadikan satu yang bermakna

merendahkan, menghinakan kaum perempuan. Jika kata pelecehan seksual kata

sifat merendahkan suatu hal yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara

laki-laki dengan perempuan, yang mengandung unsur sifat hasrat atau hawa nafsu.

Dalam pengertian pelecehan seksual ini sangat banyak yang diberikan orang

dalam kontek kalimat. Namun, dari semua pengertian itu dapat di pahami bahwa

pelecehan seksual mengacu pada perbuatan yang dapat dirasakan oleh korbannya

tidak menyenangkan, karena perbuatan tersebut bersifat intimidasi, menghina atau

tidak menghargai dengan membuat seseorang sebagai objek pelampiasan seksual.

Menurut Beuvais10

pelecehan seksual ini tidak hanya terjadi pada kaum

wanita saja tetapi pada kaum laki-laki juga bisa saja terjadi korban pelecehan

seksual. Dan juga Beuvais ini mengelompokkan menjadi empat kelompok yang

menjadi pelecehan seksual antara lain: laki-laki melecehkan perempuan,

9 Depdikbud kamus Besar Bahasa Indonesia. Ibid. H. 507

10 Beuvais adalah pakar hukum dari belanda

Page 21: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

30

perempuan melecehkan laki-laki, heteroseksual melecehkan homoseksual, dan,

homoseksual melecehkan heteroseksual.11

Sasaran pelecehan seksual tidak hanya wanita muda, yang cantik dan

bodinya sangat menggairahkan.12 Akan tetapi juga wanita paruh baya yang

mempunyai kekurangan dalam fisiknya. Sering sekali pelaku pelecehan seksual

tidak memandang fisik atau usia korban, yang ada hanyalah bagaimana para

penikmat syahwat ini dapat melampiaskannya.

Perempuan yang sering dijadikan korban adalah perempuan yang masih

belia atau remaja, yang masih mudah tidak memiliki cacat pada anggota tubuh,

sedangkan laki-laki yang sering melakukan pelecehan seksual adalah laki-laki

yang tidak memiliki moral.

A. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual

Ada beberapa bentuk pelecehan seksual yang berdasarkan tingkatan antara

lain

1). Tingkatan pertama : Gender Harassment adalah pernyataan atau tingkah laku

yang bersifat merendahkan seseorang berdasarkan jenis kelamin (sexist).

Bentuk-bentuknya antara lain : cerita porno atau gurauan yang mengganggu;

kata-kata seksual yang kasar dan ditujukan kepada seseorang; kata-kata

rayuan tentang penampilan seseorang, tubuh, atau kehidupan seseorang;

memandang secara terus menerus, mengerlingkan mata atau melirik dengan

11

Khaeruddin, Pelecehan Seksual Terhadap Istri, (Yogyakarta: Pusat Penelitian

Kependudukan Universitas Gajah Mada, 1999), cet. Ke-1 h.3

12 WWW. Pelecehan-Seksual-dengan-Mengeluarkan.htm 11/19/2008

Page 22: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

31

cara yang pantas; memperlihatkan, memakai, atau menyebarkan benda-benda

yang tidak senonoh seperti gambar, buku, video porno, memperlakukan

seseorang dengan cara berbeda karena berjenis kelamin tertentu, seperti

mengistimewakan, tidak mengacuhkan atau mengabaikan berdasarkan

jender; serta kalimat-kalimat yang merendahkan tentang pilihan karir

perempuan

2). Tingkatan kedua: Seduction Behavior adalah rayuan atau permintaan yang

tidak senonoh bersifat seksual atau bersifat merendahkan tanpa adanya suatu

ancaman. Bentuk-bentuknya antara lain: pembicaraan mengenai hal-hal yang

bersifat pribadi atau bersifat seksualitas; tindakan untuk merayu seseorang;

perhatian seksualitas seseorang, usaha menjalin hubungan romantis dengan

seseorang; ajakan untuk berbuat tidak senonoh atau asusila; mengganggu

privasi seseorang secara sengaja menjadikan seseorang sebagai sasaran

sindiran dari suatu pembicaraan seksual, mengucapkan kalimat seksual yang

kasar dan menganggu seseorang serta menyebarkan gosip seksual seseorang.

3). Tingkatan ketiga: Sexsual Bribery yaitu ajakan melakukan hal-hal yang

berkenaan dengan perhatian seksual disertai dengan janji untuk mendapatkan

imbalan-imbalan tertentu. Misalnya: hadiah kenaikan gaji atau jabatan.

Bentuk-bentuknya antara lain: secara halus menyuap seseorang dengan janji

imbalan tertentu untuk melakukan tindakan-tindakan seksual, misalnya:

dipeluk, diraba, dicium, dibelai. Secara langsung atau terang-terangan

menjanjikan hadiah untuk melayani keinginan seksual seseorang, pemaksaan

tindakan seksual karena memberikan janji atau hadiah, serta secara nyata

Page 23: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

32

memberikan hadiah kepada seseorang karena bersedia melayani secara

seksual.

4). Tingkatan keempat: Sexual Coercion atau Threat yaitu adanya tekanan untuk

melakukan hal-hal bersifat seksual dengan disertai ancaman baik secara halus

maupun langsung. Bentuk-bentuknya adalah ancaman secara halus dengan

pemberian semacam hukuman karena menolak keinginan seksual seseorang,

ancaman secara langsung atau terang-terangan dengan harapan seseorang

mau melakukan tindakan seksual meskipun tindakan tersebut belum terjadi,

melakukan tindakan seksual dengan seseorang yang merasa takut karena

ancaman atau hukuman yang diberikannya, serta akibat buruk yang diterima

seseorang secara nyata karena menolak tindakan seksual dari seseorang.

1) Tingkatan kelima: Sexual Imposition yang serangan atau paksaan bersifat

seksual dan dilakukan secara kasar atau terang-terangan. Bentuk-bentuknya

adalah dengan sengaja memaksa menyentuh, berusaha mendorong atau

memegang tubuh seseorang. Misalnya, menyentuh anggota tubuh yang vital

dan sebagainya serta dengan sengaja memaksa untuk melakukan hubungan

seksual.

Adapun bentuk-bentuk pelecehan seksual yang lebih serius tingkatannya

antara lain:

b. Serious Froms of Harassment adalah pelecehan seksual yang bersifat serius

seperti tekanan untuk melakukan hubungan seksual melalui telepon atau

surat, perkosaan dan penyiksaan seksual.

Page 24: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

33

c. Less Serious Froms of Harassment adalah pelecehan seksual yang bersifat

tidak serius seperti memandangi korban atau menyentuh bagian tubuh dengan

sengaja.13

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelecehan Seksual.

Pelecehan seksual dan bentuk-bentuknya dapat terjadi karena beberapa

faktor. Diantara faktor tersebut adalah :

1. Dominasi hubungan laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang.

Manusia adalah Zon Politicon, manusia adalah makhluk sosial. Dalam

kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan selalu hidup berdampingan, dan

saling membutuhkan. Pada hakekatnya antara laki-laki dan perempuan memiliki

kedudukan dan hak yang sama. Namun kenyataan yang tumbuh dan berkembang

di dalam masyarakat memperlihatkan lain. Banyak fakta yang memperlihatkan

ketimpangan relasi jender, posisi laki-laki dan perempuan cenderung berbeda

dalam sekian banyak aspek kehidupan. Ketimpangan jender adalah perbedaan

peran dan hak perempuan dengan laki-laki. Laki-laki mempunyai “Hak istimewa”,

dan dinilai sebagai subjek yang cakap hukum, sedangkan perempuan sebagai

makhluk pasif, lemah dan objek kehidupan. Akibatnya, laki-laki tidak jarang

menjadikan perempuan sebagai “barang” milik laki-laki yang berhak

diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.14

13

Sandra S. Tangri. Martha R. Burt dan Leanor B. Johnson. SeksualHarassment At

Work:Three Explanatory Models. h.89-110

14

Kedudukan dan Nilai Perempuan. HTTP:// www.Pendidikan .net.

Page 25: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

34

Dengan demikian laki-laki memiliki kekuasaan terhadap perempuan bukan

saja karena dia berada di posisi senior di lembaga-lembaga atau tempat kerja,

tetapi karena kedudukan sosial-kulturnya di masyarakat. Di sepanjang waktu

pelecehan seksual sering terjadi ketika laki-laki menyalahgunakan kekuasaan

yang mereka miliki.15

2. Perempuan dipandang sebagai objek pelampiasan seksual

Sepanjang kehidupannya perempuan digambarkan sebagai makhluk yang

lemah dan tak berdaya, yang selalu membutuhkan perlindungan. Sejak masa silam

dan masa Jahiliyah perempuan digambarkan sebagai barang hidup, yang begitu

rendah dan tak berharga. Kalaupun diakui keberadaannya sebagai manusia sangat

berbeda jenis dengan laki-laki. Sebagai objek, perempuan diperlakukan saat

dijadikan pelampiasan hawa nafsu laki-laki. Hal ini tidak berbeda dengan zaman

yang dikatakan telah modern, pandangan ini masih melekat meskipun ada

pembebasan dan emansipasi terhadap hak-hak perempuan telah berkembang.

Perempuan tetap dipandang sebagai objek seksualitas.16

2. Rasa iseng disebabkan kurangnya etika dan moral yang kurang baik.

Banyak di antara remaja yang mengatakan bahwa mengganggu dan

menggoda kaum perempuan, seperti siut suit, ucapan salam yang menggoda,

hanya sekedar iseng sambil nongkrong di pinggir jalan. Jadi, tidak ada maksud

serius. Hal itu tentunya saja dapat disebabkan kurangnya etika dan moral yang

15

Rohan Colier. Ibid. h. 31

16Ahmaad Husnan, Keadilan Islam antara Wanita dan Laki-laki. (Solo: Al-Husna, 1995),

Cet. Ke-1. h. 43-55

Page 26: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

35

erat kaitannya dengan iman yang disertai akhlak yang mulia, karena orang yang

beretika dan bermoral baik, tidak mungkin berani melakukan hal-hal yang sangat

kurang sopan, karena apa yang dilakukan membuat objek pelecehan merasa

sangat direndahkan. Dengan rasa iseng tersebut mereka-mereka tidak peduli

apakah orang yang menjadi korban pelecehan seksual yang berpakaian sopan

ataupun tidak, dalam kasus menunjukkan gadis berjilbab pun bisa dapat dijadikan

korban.

D. Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban

Secara umum dampak yang sering terjadi pada korban pelecehan seksual

adalah minder atau ingin menjauh dari orang-orang atau mengurung diri. Hal

tersebut terjadi karena korban merasa malu, menyalahkan diri sendiri, merasa

minder dan direndahkan oleh masyarakat, dan sebagainya. Tidak banyak yang

bisa dilakukan korban kecuali berusaha untuk mengurangi agar tidak kembali

menjadi sasaran empuk dari laki-laki yang bermoral rendah. Tetapi ada juga orang

yang berpendidikan memiliki moral yang sangat rendah.

Dampak dalam kehidupan pribadi dan sosial korban merasa direndahkan,

hubungan keluarga atau bersosialisasi sangat sulit membina hubungan kembali

terutama pada pria karena adanya rasa takut. Pada saat penyerangan berlangsung,

korban tidak percaya dan menganggap penyerangan pelecehan seksual hanya

terjadi pada orang lain, bukan dirinya, kemudian muncul rasa takut, minder atau

menutupi bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan untuk mengundang

pelaku untuk melakukan pelecehan seksual.

Page 27: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

36

BAB III

PELECEHAN SEKSUAL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

DAN KUHP

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual

Dalam agama Islam perbuatan pelecehan seksual ini sangat tidak terpuji.

Agama Islam adalah agama yang sangat fitrah, universal yang paling kafah

sepanjang zaman. Agama yang mampu menjawab tantangan zaman, mengatasi

setiap permasalahan hidup dan kehidupan manusia.

universalitas dalam hukum Islam sudah mencakup keseluruhan aspek

kehidupan manusia dari yang paling besar dan paling kecil. Salah satunya adalah

menyangkut dengan etika, moral, dan akhlak dan interaksi atau pergaulan antar

manusia, sehingga permasalahan–permasalahan yang sering timbul dari pergaulan

sosial masyarakat seperti pelecehan seksual yang dapat dihindari.

Dalam agama Islam sifat ini dipandang sebagai perbuatan tercela karena

agama Islam telah mengajarkan kepada setiap umat-Nya untuk saling hormat-

menghormati kepada siapapun tanpa melihat posisi dan jabatan seseorang.

Dalam makna pelecehan seksual ini sudah dapat kita pahami pada bab

sebelumnya. Sementara, ketentuan aktifitas seksual tersebut dalam agama Islam

hanya boleh dilakukan dengan jalur yang telah ditentukan, yakni melalui jalur

pernikahan yang sah, dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang telah

Page 28: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

37

ditentukan oleh Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan disertai

hawa nafsu, hal ini dapat kita lihat dalam surat Al-Imran ayat 14:

<�zAT ���!93� �9� 3yf��)J�#��� Mc35 3'(�Dh3zV��� Wk3!-������

�X�3v%�V� ������ ���v!� 7☺���� Mc35 s9)Cw�(�� 3"U>3H������ 01�,)������� 3"5��Dh7☺���� sx%)2�R����� 3SF�)������� j M�3�f�� 7�%R5 �\��,)����� ��,�qP��� �

�(���� ��])PV3 �ch� s��})☺���� .�0 )ن�14 :3/ا��(

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang

diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,

perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak.17

dan sawah ladang. Itulah

kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

(surga). (QS. Al-Imran/3:14)

Dengan kata lain manusia tidak dapat lepas dari unsur nafsu karena dengan

adanya unsur tersebut manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak

keturunannya.18

Dengan demikian manusia tidak dapat lepas dari unsur nafsu seksual karena

adanya unsur ini manusia dapat melanjutkan dan memperbanyak keturunannya.19

Tetapi bukan berarti manusia boleh melakukan aktifitas tersebut sesuka hati. Bila

17

Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini adalah binatang-binatang yang termasuk

jenis unta, lembu, kambing, dan biri-biri

18 Jalaludin et.al, “Pengantar Ilmu Jiwa Agama”, (Jakarta: Cv Pustaka, 1989), Cet .Ke1,

h. 11

19 Jalaludin et.al, Ibid. h.11.

Page 29: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

38

aktifitas seksual dilakukan di luar jalur yang telah ditentukan, seperti yang telah

dilakukan oleh orang-orang yang hanya menuruti hawa nafsu dan keinginan

mereka, maka hubungan seksual tersebut disebut zina. Agar manusia menjauh dari

perbuatan yang dapat mendekati zina maka Allah S.W.T. telah memberi rambu-

rambu melalui Firman-Nya, adapun dalam surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi :

���� ������ �� ���������� � ������ ��⌧ !"#$�%�& �'(�)*�� +⌧,� )32:17/ا����ا ( 0/�. *(-

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al-Isra/17: 32)

Bila ayat di atas dipahami dan diaplikasikan maka dengan sendirinya

perbuatan yang dapat menyebabkan perbuatan zina dapat dihindari. Adapun di

antara aktivitas atau perbuatan yang dapat menyebabkan zina adalah bentuk-

bentuk perbuatan pelecehan seksual seperti memandang wanita dari atas hingga

bawah, lelucon seksual yang menyinggung perasaan, gambar atau foto yang

pornografis dan bentuk-bentuk yang lain seperti yang telah disebutkan dalam bab

sebelumnya tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual.

Pelecehan seksual merupakan permasalahan yang timbul dalam pergaulan

sosial masyarakat. Untuk itu ajaran agama Islam telah memberi aturan-aturan

dalam pergaulan sosial masyarakat seperti sopan santun, etika berpakaian dan

memandang seseorang dalam berinteraksi atau bergaul. Dengan demikian

pelecehan seksual ini merupakan bentuk perbuatan yang dianggap sebagai

perbuatan yang bermoral rendah, karena moral merupakan tata kelakuan

seseorang yang berinteraksi dan bergaul. Dengan demikian ukuran moral yang

sangat tinggi dapat diukur dari pengakuan masyarakat bahwa suatu perbuatan

Page 30: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

39

tersebut tidak dianggap menyalahi aturan dan kebiasaan yang ada di dalam

masyarakat, apa yang patut dan apa yang tidak patut untuk dilakukan.20

Dalam ajaran agama Islam jangankan mencium atau memegang anggota

badan seseorang perempuan, melihat dengan menimbulkan syahwat saja tidak

boleh, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan dan mendekati zina. Hal ini

ditegaskan oleh Allah dalam Firman-Nya surat An-Nur ayat 31:

12��� 34%�!35�7☺&93:� ;<=>?>�A =<35 B<3C��%DEF�G ;<=?⌧H��I�� B<7J)K��2& ���� MNO3PFQA B<7JRSA�T

U�� �5 �)J�7 �)JV35 � W��X=Y�,���� B<3C��7☺2AZ[ \�]� B<_`�aK � ����

MNO3PFQA B<7JRSA�T U�� bc�J3R���2�Q3� ��G bc�Jd(���'

��G 3'(���' bc�J3e���2� ��G bc�Jd(��VF�G ��G 3'(��VF�G bc�J3e���2� ��G B<�J3�f��;� ��G

WgK bc�J3�f��;� ��G WgK B<�J3�f��);�G ��G B<�Jd(�Dh�i ��G

�5 =4�j]95 B<7J!%)☺A�G ��G MNk32�Q%lR��� �XF�⌧m �no�pG 3"Fq4r�� ;<35 st�)<������ ��G 01�H3uv��� MNO3�w(�� x�� ����)J=?A \�]� 3yf�qF�

3'(�Dh3zV��� � ���� W��X=Y�{ B<�J�9KFq�o� ;y]92,3� �5

Wk3H�A'I <35 B<�J3RSA�T \ ��|���2��� �]n� }(�� �2a3��C

��A�G M��!35�7☺���� 'j�9)2�� M��7��9�H2� .��0 )31 :42/ا�ّ��ر(

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang

20

A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral , (Joyakarta: Kanisius, 1990),

Cet 1, h. 90

Page 31: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

40

mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur /24:31)

Dalam sebuah syair disebutkan:

“ Semua peristiwa (perzinaan) itu bermula dari memandang. Dan api yang

besar itu berasal dari percikan api yang sangat kecil”

Dari konteks syair tersebut dapat kita pahami bahwa tindakan pelecehan

seksual yang tampak sangat sepele sebenarnya dapat menyulut perbuatan yang

sangat besar lagi, yaitu seperti terjadinya perzinaan. Untuk itulah Nabi S.A.W

menganjurkan kepada umatnya untuk menikah. Hal ini tentunya dimaksudkan

untuk mencegah dari perbuatan zina. Meskipun pernikahan dalam agama Islam

bukan hanya sekedar untuk memenuhi hasrat seksual. Hadist Nabi tersebut adalah

:

� ل�� ل ��� ر س�ل ا !#�% وس#�: و !� ا�� م��� د �م� اس,2� ع م��0 ا�'�ءة -#�,+ و ,ی� م�)� ا�)'� ب:

ا�A ?% ا�'@� ر (-� ءن% �% و?<ء , وم� �� ی�,2= -�#�% ی� ��5 م. 0-:ءن% أ6ّ7 �#'�5 وا��5 �#�4 ج, ج

)1400 :و م�#� ; 6050ي

“ dDari Ibnu Mas’ud ia berkata, Rasulullah berkata kepada kami “Wahai

para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sanggup menikah, maka

menikahlah, karena nikah itu dapat memundukkan pandangan dan membersihkan

fajri (kemaluan) maka barang siapa yang belum mampu, hendaklah mengerjakan

shaum (puasa) karena shaum itu dapat mencegah dari perbuatan zina,” (Riwayat

Al- Bukhari dan Muslim)

Page 32: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

41

Hadist di atas merupakan salah satu cara yang dianjurkan oleh Rasulullah

SAW bagaimana seharusnya nafsu syahwat atau hasrat seksual itu disalurkan

dengan tidak menyalahi aturan agama yang telah digariskan.

D. Pandangan KUHP Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual

Dalam pandangan KUHP terhadap perbuatan pelecehan seksual ini sudah

dapat dikenakan sanksi pidana yang terdapat di dalamnya. Namun masih

tidakjelas mengenai ketentuan-ketentuan sanksinya.

Perbuatan pelecehan seksual ini dapat dikenakan sanksi pidana dan denda

sesuai di dalam KUHP mengenai perbuatan asusila dan kejahatan kesusilaan. Jika

kita kaitkan dengan masalah jender, pelanggaran ini sangat erat kaitannya dengan

tindakan kekerasan fisik maupun integritas mental seseorang dan cenderung

merupakan kekerasan fisik. Jadi, dalam pelecehan seksual telah diatur secara

umum dalam KUHP pasal 281-282. Bahkan dalam pasal 285.21 Yang

berbunyikan: “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa

seseorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena

melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.22

Dan masih juga terdapat dalam RUU KUHP membahas mengenai sanksi

atau hukuman bagi pelaku pelecehan seksual tapi masih secara umum, tidak

menspesifikasikan secara khusus, dalam kejahatan seksual terdapat dalam RUU

KUHP terdapat pada bab tindak pidana kesusilaan dalam mencakup 56 pasal

21

Http //: Cara Melawan Pelecehan Seksual. Htm Jum’at 10 Oktober 2003

22 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2004), Cet. Ke-XI.

h.111-112

Page 33: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

42

(467-504), terbagi dalam sepuluh bagian, seperti: pelanggaran kesusilaan itu

sendiri, pornografi dan pornoaksi, perkosaan, zina dan perbuatan cabul.23

Dalam pasal-pasal ini yang mengenai kejahatan terhadap kesusilaan

terdapat dalam pasal 281 yang berisikan antara lain: Diancam dengan pidana

penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak

Empat Ribu Lima Ratus Rupiah :

a. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;

a. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ

bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

Selain pasal 281 terdapat juga pasal yang lain, yang mengenai kejahatan

terhadap kesusilaan terdapat pula dalam pasal 282, yang berisikan antara lain:

a) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka umum

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar

kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membuat tulisan,

gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,

meneruskannya, mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki

persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan

mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya

sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu

tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

23

Http //: Cara Melawan Pelecehan Seksual. Htm Jum’at 10 Oktober 2003

Page 34: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

43

b). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan,

ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat

tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,

diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan,

gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

c). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama

sebagai pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima

Ribu Rupiah.24

Selain dalam pasal-pasal di atas masih terdapat pula pasal-pasal lainnya

yang mengenai kejahatan terhadap kesusilaan yakni pelecehan seksual di dalam

KUHP antara lain:

Pasal yang mengenai pencabulan.

Pasal 289 yang berisikan mengenai

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang

untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancaman

24

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Ibid, h.111-112

Page 35: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

44

karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lam sembilan tahun

Pasal 290,

Diancam dengan pidana penjara paling lam tujuh tahun:

0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;

0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima

belas tahun atau kalau umurnya tidakjelas, yang bersangkutan belum

waktunya kawin;

0. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya bahwa umurnya belum l;ima belas tahun taua kalau umurnya

tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk

melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di

luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 291.

1. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290

mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

2. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, 290

mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjaralama lima belas tahun.

Pasal 292.

Page 36: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

45

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama

kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Pasal 293.

1. Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,

menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan

penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah

lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul

dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau

selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya

dilakukan kejahatan itu.

3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-

masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

Pasal 294.

(1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan

orang yang belum dewasa yang pemeriliharaannya, pendidikannya dan

penjagaanya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangannya atau

bawahanya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

(2). Diancam dengan pidana yang sama:

Page 37: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

46

1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena

jabatan nya adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya

dipercayakan atau diserahkan kepadanya.

2. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalam penjara,

tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,

rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul

dengan orang yang dimasukkan kedalamnya.

Pasal 295.

(1). Diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh

anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa

yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan

kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup

umur, dengan orang lain;

2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barangsiapa dengan dengan

sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang

tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya

belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan

orang lain.

Pasal 296.

Page 38: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

47

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan

cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau

kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.

Pasal-pasal tentang penghubungan pencabulan

Pasal 295.

(1). Diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh

anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa

yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan

kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup

umur, dengan orang lain;

Pasal 298.

(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281,

284-290, dan pasal 292-297, pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No.1-5

dapat dinyatakan.

(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasrkan pasal 292-

297 dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan

pencaharian itu dapat dicabut.

Pasal 506

Page 39: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

48

Barangsiapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan

menjadikannya sebagai pencaharian, diancam dengan pidana kurungan

paling lama satu tahun.

Pasal-pasal mengenai kejahatan terhadap kesopanan

Pasal 281.

Diancam pidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah :

0. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;

0. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ

bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

Pasal 282.

1). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar

kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, membuat tulisan,

gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,

meneruskannya, mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki

persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan

mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya

sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu

tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

Page 40: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

49

2). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan,

ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat

tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,

diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan,

gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

3). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama

sebagai pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima

Ribu Rupiah.25

Pasal 283

1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana

denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan,

memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan

atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar

kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan

25

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Ibid, h.111-112

Page 41: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

50

kepada seseorang yang belum dewasa, dan yang dapat diketahui atau

sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum tujuh belas tahun, jika isi

tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

2). Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membaca isi tulisan yang

melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana

dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

3). Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana

kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan

ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun

untuk sementara waktu, kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau

menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa

sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya

untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar

kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah kehamilan.

Pasal 284

(1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:

1. a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan mukah (overspel), padahal

diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,

b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan mukah;

2. a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal

diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.

Page 42: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

51

b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,

padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal

27 BW berlaku baginya.

(2). Tidak dilakukan penuntutan melainnkan atas pengaduan suami/isteri yang

tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang

waktu tigabulan diikuti dengan permintaan bercerai ataau berpisah meja dan

ranjang karena alasan itu juga.

(3). Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

(4). Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang

pengadilan belum dimulai.

(5). Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan

selam perkawinan belum diputuskankarena perceraian atau sebelum putusan

yang menyatakan pisah meja atau ranjang menjadi tetap.

Pasal 285.

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang

wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena

melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 286.

Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal

diketahui bahwa wanita itu diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan tahun.

Pasal 287.

Page 43: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

52

1. Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal

diketahuinya sepatutnyaharus diduganya bahwa umurnya belum lima belas

tahun, atau kalau umurnya tidakjelas, bahwa belum waktunya untuk

dikawinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum

sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal bedasarkan pasal 291

dan pasal 294.

Pasal 288.

1. Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh dengan wanita yang diketahuinya

atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya

untuk dikawin, apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka, diancam

dengan pidana penjara paling lama emapat tahun.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara

paling lama delapan tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lam dua belas

tahun.

Pasal 289.

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang

untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancaman

karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lam sembilan tahun.

Pasal 290.

Diancam dengan pidana penjara paling lam tujuh tahun:

Page 44: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

53

1. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;

0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima

belas tahun atau kalau umurnya tidakjelas, yang bersangkutan belum

waktunya kawin;

0. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya bahwa umurnya belum l;ima belas tahun taua kalau umurnya

tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk

melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di

luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 291.

1. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290

mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

2. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, 290

mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjaralama lima belas tahun.

Pasal 292.

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama

kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Pasal 293.

Page 45: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

54

1. Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,

menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan

penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah

lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul

dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau

selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya

dilakukan kejahatan itu.

3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-

masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

Pasal 294.

(1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya,

anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau

dengan orang yang belum dewasa yang pemeriliharaannya, pendidikannya

dan penjagaanya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangannya atau

bawahanya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

(2). Diancam dengan pidana yang sama:

1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang

karena jabatan nya adalah bawahannya, atau dengan orang yang

penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya.

Page 46: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

55

2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalam penjara,

tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,

rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul

dengan orang yang dimasukkan kedalamnya.

Pasal 295.

(1). Diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh

anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa

yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan

kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup

umur, dengan orang lain;

2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barangsiapa dengan dengan

sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang

tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya

belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan

orang lain.

Pasal 296.

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan

cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau

kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.

Page 47: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

56

Pasal 297.

Perdaganagan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,

diancam pidana penjara paling lama enam tahun.

Pasal 298.

(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281,

284-290, dan pasal 292-297, pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No.1-5

dapat dinyatakan.

(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasrkan pasal 292-

297 dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan

pencaharian itu dapat dicabut.

Pasal 299 .

0. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh

supaya diobati,dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau pidanadenda paling banyak empat

puluh lima ribu rupiah.

0. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau jika

dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah

sepertiganya.

0. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu;

dan pelanggaran kkesusilaan dalam pasal-pasal dibawah ini.

Page 48: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

57

Paasal 532.

Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda

paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah:

1. Barangsiapa di muka umum menyanyikan lagu-lagu ynag melanggar

kesusilaan;

2. Barangsiapa di muka umum mengadakan pidato yang melanggar kesusilaan;

3. Barangsiapa di tempat yang terlihat dari jalan umum mengadakan tulisan

atau gambaran yang melanggar kesusilaan.

Pasal 533.

Diancam dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau pidana denda

paling banyak tiga ribu rupiah:

1. Barangsiapa di tempat untuk lalu lintas umum dengan terang-terangan

mempertunjukkan atau menempelkan tulisan dengan judul, kulit atau i si

yang dibikin terbaca, maupun gambar atau denda, yang mampu

membangkitkan nafsu birahi para remaja;

2. Barangsiapa di tempat untuk lalau lintas umum dengan terang-terangan

memperdengarkan isi tulisan yang mampu membangkitkan nafsu birahi para

remaja;

3. Barangsiapa secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarakan suatu

tulisan, gambar atau barang yang dapat merangsang nafsu birahi para remaja

maupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa

diminta, menunjukkan sebagai bisa didapat, tulisan atau gambar yang dapat

membangkitkan nafsu birahi para remaja;

Page 49: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

58

4. Barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus atau sementara waktu,

menyerahkan atau memperlihatkan gambar atau benda yang demikian, pada

seorang belum dewasa dan di bawah umur tujuh belas tahun;

0. Barangsiapa memperdagangkan isi tulisan yang demikian di muka seorang

yang belum dewas dan di bawah umur tujuh belas tahun. 26

Selain dalam KUHP masih terdapat pula dalam RUU KUHP yang berisikan

mengenai kejahatan seksual terdapat pada bab Tindak Pidana Kesusilaan dalam

mencakup 56 pasal yakni dari pasal 467-504, terbagi dalam sepuluh bagian,

seperti: pelanggaran kesusilaan itu sendiri, pornografi dan pornoaksi, zina, dan

perbuatan cabul.27

Dengan merujuk pasal-pasal tersebut. Maka pelecehan seksual yang ada di

Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, pelecehan seksual berat

dan pelecehan seksual yang ringan. Dalam penulisan skripsi ini pelecehan seksual

adalah tindak pidana pelecehan seksual ringan, sedangkan yang di maksud dengan

pelecehan seksual berat adalah dalam bentuk pemerkosaan , pencabulan yang

dalam skripsi ini dikategorikan sebagai kejahatan seksual.

Apabila merujuk dalam pasal-pasal tersebut, bentuk pelecehan seksual

seperti suit suit sulit dicarikan hukumannya, karena dalam pasal-pasal yang telah

disebutkan tidak ada ketentuan yang jelas mengenai pelecehan seksual secara

umum, khususnya mengenai suit-suit. Namun, perbuatan tersebut dalam

masyarakat dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang kurang sopan. Tetapi, hal

26

Htt//: Cara Melawan Pelecehan Seksua.htm, jum’at 10 oktober 2003

27 Http//: Ibid

Page 50: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

59

ini telah menjadi sesuatu yang sering terjadi dan terkadang masyarakat mentolelir

perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang dikategorikan bukan sebagai kejahatan

seksual.

Jadi hukuman bagi pelaku pelecehan seksual telah diatur dalam pasal-pasal

tersebut di atas yang telah dijelaskan di dalam KUHP walaupun masih belum jelas

ketentuan-ketentuannya.

Page 51: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

60

BAB IV

PERBANDINGAN PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF

D. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam perbuatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

orang lain atau masyarakat, baik anggota badan maupun jiwa, harta, benda,

perasaan, dan keamanan, yang dapat dikatakan sebagai perbuatan jarimah.

Dalam hukum Islam tujuan pokok dari penjatuhan hukuman ialah

pencegahan (ar-rad’u waz-zajru), pengajaran serta pendidikan (al-islah wat-

tahzid).28

Adapun yang dimaksud dengan pencegahan ialah mencegah diri si

pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya dan mencegah diri orang lain dari

perbuatan demikian. Dalam hukum Islam penjatuhan hukuman juga bertujuan

membentuk masyarakat yang baik yang dikuasai oleh rasa saling menghormati

dan saling mencintai antar sesama anggotanya dengan mengetahui batas-batas

hak dan kewajibannya.

Ditinjau dari segi perbuatannya, tindak pidana (jarimah) dibedakan menjadi

beberapa tindak pidana (jarimah) antara lain:

1. Jarimah hudud

2. Jarimah qishas dan diyat

3. Jarimah takzir.

28

A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), C et. Ke-

1, h. 279

Page 52: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

61

1. Hukuman hudud yaitu hukuman yang diancam dengan had dan lebih

ditentukan oleh syara. Dan menjadi hak Allah. Hukuman ini telah ditentukan

oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan maksimal, hukuman ini tidak

bisa lepas oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya)

atau masyarakat yang diwakili oleh negara.

3. Jarimah qishash dan diyat

Qishash dapat diartikan sebagai pembalasan setimpal dengan perbuatannya.

Qishash merupakan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya. Untuk

mewujudkan keamanan dan ketertiban, hukuman qishash dapat lebih

menjamin.29

Sedangkan jarimah diyat adalah harta yang wajib diberikan

sebagai pengganti kerugian sebab membunuh atau melukai.

3. Hukuman takzir adalah pidana diluar had dan qishash atau diyat dan

hukuman itu dilaksanakan oleh penguasa dalam negara.

Hukum Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, agar

dengan aturan-aturan tersebut ketentaraman dan kedamaian bisa dicapai.

Ketentuan-ketentuan hukum Islam tersebut ada yang global dan ada yang

terperinci. Menyangkut tindakan pelecehan seksual dalam hukum Islam tidak

terdapat aturan dan ketentuan yang jelas mengenai sanksi dan hukumnya secara

terperinci, karena baik dalam Al-qur’an maupun dalam hadist istilah pelecehan

seksual tidak dapat ditemukan. Dalam syariat Islam perbuatan yang belum

terdapat ketentuan hukum tersebut menjadi ijtihad para ulama yang akan

menghasilkan ketentuan hukum terhadap permasalahan yang dihadapi dengan

29A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Ibid, h, 305

Page 53: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

62

mengacu pada ketentuan Al-qur’an dan hadist. Produk hukum tersebut dapat

berbentuk takzir, yaitu jenis hukuman yang tidak ditentukan oleh nash baik dalam

Al-qur’an maupun hadist, diberlakukan kepada orang yang berbuat maksiat atau

melakukan jenis pidana tertentu yang tidak ada sanksi atau kifaratnya, baik yang

berkaitan dengan Allah S.W.T seperti makan disiang hari pada bulan Ramadhan

tanpa udzur, meninggalkan shalat, mengkonsumsi riba dan melemparkan najis di

tengah jalan umum, maupun yang berkaitan dengan hak manusia seperti

menyetubuhi istri melalui dubur, menyogok hakim, menghina atau melecehkan

orang lain dan lain-lain.30

Dengan demikian hukuman bagi pelaku pelecehan seksual akan diserahkan

kepada seorang hakim atau penguasa yang berhak untuk menentukan perkara

tersebut. Apabila ada tindakan pelecehan seksual yang sedang berlangsung

menjadi sebuah hubungan seksual yang tentunya di luar pernikahan yang sah,

maka akan dikenakan hukuman had karena perbuatan tersebut dikategorikan

sebagai perbuatan zina.

Adapun perzinaan yang ada dalam kehidupan masyarakat dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

Pertama, menurut sarjana hukum positf dan aparat penegak hukum bahwa

hubungan kelamin yang termasuk perzinaan dalam pasal 284 adalah apabila

dilakukan oleh :

1. Seorang laki-laki beristri dengan perempuan yang bukan istrinya,

30

Wahdah Az-Zuhaili , Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997),

Cet. Ke-4, Jilid VII, h. 5483

Page 54: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

63

2. Seorang perempuan yang bersuami dengan laki-laki yang bukan suaminya,

3. Seorang perjaka atau duda dengan istri orang lain,

4. Seorang gadis atau janda dengan suami orang lain.

Adapun perzinaan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang

masing-masing belum menikah atau tidak terikat tali pernikahan menurut KUHP

tidak disebut sebagai perzinaan tapi disebut Perselingkuhan dan pemerkosaan.

Karena dalam KUHP ini tidak menjelaskan secara detail dan spesifikasi mengenai

arti dari zina itu sendiri.

Kedua, menurut para sarjana muslim atau para ulama bahwa bentuk

hubungan kelamin yang dilakukan di luar pernikahan yang sah termasuk kategori

zina.31

Sedangkan menurut arti bahasa adalah persetubuhan yang diharamkan,

dan zina menurut Syar’i ialah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki

dengan seorang perempuan melalui (pada) vagina di luar nikah dan bukan nikah

syuhat. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia zina adalah perbuatan

bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan

pernikahan (perkawinan) atau perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang

terikat perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya atau seorang

perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan

isterinya. 32

Makna zina semakin luas dengan adanya hadist Rasullah SAW yang

31

Abdul Ghofar Hasyim, Islam dan Problem Sosial Sekitar Pergaulan Muda Mudi,

(Jakarta : Aksara Press, 2002), Cet. ke-1, h.73.

32 Muh. Abduh malik , Perilaku Zina, Pandangan Hukum Islam dan KUHP, (Jakarta:

Bulan Bintang, 2003), Cet. Pertama, h. 25

Page 55: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

64

menterjemahkan zina tidak hanya coitus seperti yang disebutkan dalam Abu

Hurairah:

� ل ا�� ه� ی� ة !� ا��'H ص#F ا !#�% وس#�� : �إن ا آ,F#! K ا�� ادم �J% م� ا�+ن

N� �Oم P Qوا��4 ج :أدرك ذ� FT,(وت F�,ت V4وا�� W2�ن ا� �-+ ن� ا���� ا���J وزن� ا�#�

� ر ى'@روا] ا�(Y ق ذ�#Q آ#% ویYّ0 �% ی5(33

Artinya: Sesungguhnya Allah telah mencatat atas anak Adam nasibnya

dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua

telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa

(memegang dengan keras) kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang

berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisir) oleh kelamin atau

digagalkannya. (HR.Al-Bukhari dan Muslim).

Menyangkut hukuman bagi pezina, Islam telah memberi aturan-aturan yang

jelas mengenai had zina. Bagi pezina muhsan (laki-laki dan perempuan yang telah

menikah) berzina, maka hukumannya adalah dicambuk seratus kali dan dirajam.

Sedangkan bagi pezina yang ghairu muhsan (laki-laki dan perempuan yang belum

menikah) maka hukumannya adalah dicambuk seratus kali dan diasingkan selama

satu tahun.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 2 dan 3 :

2"�,3������� ����������� ���?���=K���& �1' QP3]f��

�)☺�_�3z5 �"����35 ���&�)K � ���� ' ,2�&o�� �)☺_` "�&&G�q ��W 0WO3a

}(�� �� �'�!' ��!35�2� }(��� 3�F��,������ ��$;R)�� � =P"_=��a���� �)☺�_�`�⌧, "⌧Hd(��

;<3z5 Wk3!35�7☺���� ./0 ��������� �� 7⌧$j!A U�� f"�a3��)T ��G !"⌧ �X=�5

33

Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Haida, 1997), Cet. Ke-1, Jilid IV, h. 1964

Page 56: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

65

2"�,3��������� �� (�)J7�$j!A U�� t��)T ��G ���X=�5 \ ������� )Q3�f�� �]� Wk3!35�7☺���� .�0) ��ّ2 3 :24 / ا�(

2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap

seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada

keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu

beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman

mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,

atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini

melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang

demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin34(Q.S. An-nur/24: 2

dan 3)

Selain hukuman yang telah disebutkan dalam Al-qur’an di atas, dalam

sebuah hadist Rasulullah S.A.W pun bersabda : “Dengarkanlah aku, Allah telah

menetapkan hukuman bagi mereka itu, perawan dan perjaka yang berzina maka

dikenakan hukuman cambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama satu

tahun, sedangkan pria yang sudah tidak perjaka dan perempuan yang tidak

perawan (yang keduanya pernah bersetubuh dalam status kawin) maka dijatuhi

hukuman cambuk dan dirajam”. (HR. Muslim).

Pada dasarnya penetapan perbuatan zina itu ada tiga hal pertama,

pengakuan, kedua, sumpah dari saksi-saksi dan ketiga, qorinah (indikasi-indikasi

tertentu).

34

Maksud ayat ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan

yang berzina, demikian pula sebaliknya.

Page 57: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

66

Adapun pengakuan, jika orang berzina itu orang yang berakal dan mencapai

usia baligh mengaku tanpa paksaan bahwa suatu kali ia telah berzina, baginya

dijatuhi hukuman had. Menurut Imam Syafi’i hukuman had bagi orang kafir dan

orang muslim adalah bentuknya sama, yakni dicambuk sebanyak seratus kali dan

diasingkan. Diriwayatkan dari Abdullah bin umar ra. Rasulullah S.A.W telah

menghukum rajam dua orang yahudi yang telah berzina (HR. Al-Bukhari dan

Muslim), sedangkan mengenai pengakuan cukup satu kali alasannya adalah

sebuah hadist tentang Unais yang disuruh merajam seorang perempuan setelah

sekali mengaku. Pendapat yang sama pula dikemukakan oleh Imam Malik.

Hal kedua mengenai penetapan perbuatan zina yaitu persaksian dan sumpah

saksi-saksi. Untuk membuktikan seseorang telah berzina dapat juga dilakukan

dengan pernyataan telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri terjadinya

perbuatan zina. Penyaksian dengan mata kepala sendiri ini dilakukan oleh empat

orang saksi yang disyaratkan telah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Demi

menghindari dari adanya tuduhan sewenang-wenang terhadap seseorang karena

dendam atau untuk mempermalukan orang atau untuk menjatuhkan martabat

seseorang, maka bukti kesaksian atas terjadinya perbuatan zina mempunyai

syarat-syarat yang ketat.

Sayyid Sabiq mengemukakan ada sepuluh syarat yang harus ada dalam

persyaratan jarimah zina yaitu :35

35

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Lubhan : Darul Fikr, 1981), Jilid Ke II . h. 353-356

Page 58: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

67

1. Saksi harus berjumlah empat orang, jika kurang dari empat orang maka

persaksiannya tidak dapat diterima, berdasarkan firman Allah An-Nur 24 ayat

4 :

WO3�w(���� ��5F�A 34%�VDE�7☺���� �y2x x�� ���2�&oA 3")2Fq�o�

�'(�)P"_?l x2C�7P�9=K���& Wk3!%� �x !��&�)K ���� ���29Q� ��

Fy�¡�� ¢�)P%"_)l �VP�G \ )Q£�%��o�pG�� y2C ��? $h%⌧H����

.0 ) ��ّ3 :24 / ا�(

4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik36

(berbuat zina)

dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka

(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima

kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang

fasik. (Q.S. An-Nur/24:3)

2. Saksi itu sudah baligh. Tanda-tanda baligh itu apabila telah berusia lima belas

tahun atau pernah mengalami mimpi jimak dengan lawan jenisnya atau

datangnya haid bagi perempuan.

3. Semua saksi adalah orang yang berakal sehat. Karena itu tidak diterima

persaksian orang gila atau persaksian orang yang kurang waras akalnya.

4. Keadilan, saksi itu harus terdiri dari orang-orang adil.

5. Saksi itu beragama Islam, baik kesaksian itu untuk orang Islam maupun non

Islam. Persyaratan ini telah disepakati oleh Imam-imam Mazhab.

6. Saksi itu mengetahui peristiwa tersebut secara mendetail. Mereka

menyaksikan secara gamblang, nyata dengan masuknya penis ke dalam

36

Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita

yang suci, akil balig dan muslimah

Page 59: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

68

vagina perempuan seperti masuknya celak mata pada celupannya.37

Dasar

pemakaian syariat ini adalah tindakan dan perkataan Rasullullah S.A.W

ketika memeriksa perkara Ma’iz, jalan ceritanya adalah sebagai berikut:

Barang kali engkau menciumnya, atau engkau elus-elus, atau engkau melihat

kemaluannya? ‘tidak, ya Rasullullah, jawab Ma’iz. Kemudian nabi kembali

menanyainya dengan kata-kata yang lebih jelas lagi, dan minta dijawab secara

jelas pula.” Baik, ya Rasulullah, “jawab Ma’iz begitu. Begitu pulakah

masuknya penis ke dalam vaginanya? Tanya Rasulullah selanjutnya. Ya,

jawab Ma’iz lagi.

1. Dalam memberikan kesaksian, para saksi menggunakan kata-kata yang jelas,

tidak dengan kata-kata sindiran. Dasarnya adalah hadist tersebut di atas.

1. Saksi berada pada satu tempat di tempat terjadinya perbuatan zina. Jadi tidak

ada perbedaan waktu dan tempat penyaksian dengan waktu dan tempat

perbuatan zina. Jika saksi-saksi itu datang menyaksikan secara terpisah pisah

maka kesaksian mereka tidak dapat diterima.

1. Saksi-saksi itu disyaratkan semuanya laki-laki dan tidak dapat diterima

kesaksian perempuan untuk perbuatan zina.

1. Kesaksian itu tidak kadaluarsa.

Apabila kesaksian orang-orang yang menyaksikan terjadinya perbuatan zina

tidak diberikan pada waktu perkara digelar, tetapi setelah lewat waktu maka

kesaksian itu sudah tidak objektif lagi karena sudah disertai unsur objektif, seperti

rasa dengki, dendam, atau kasihan. Imam Abu Hanifah menetapkan satu tahun

37

Wahbah Az-Zuhaili, Ibid. h. 5699-5777

Page 60: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

69

sebagai batasan kadaluarsa, jika melewati masa satu tahun persaksian zina itu

tidak dapat diterima. Sedangkan ulama yang lain tidak menetapkan hal ini,

persaksian telah lewat satu tahun lebih, persaksian mereka tetap berlaku.

Hal terakhir yang bisa dijadikan pembuktian perbuatan zina adalah qarinah

atau indikasi-indikasi tertentu. Menurut Djazuli, qarinah yang dapat dianggap

sebagai barang bukti perzinaan adalah jelasnya kehamilan pada wanita yang tidak

bersuami, qarinah yang seperti ini pernah diungkapkan sahabat Nabi, Umar bin

Khattab ra. berkata: ”zina itu ada dua macam zina rahasia dan zina jelas. Zina

rahasia harus disaksikan oleh empat orang saksi, sedangkan zina yang jelas itu

adalah dengan hamilnya perempuan yang tidak bersuami atau dengan

pengakuan”.

Selain ada pembuktian lain yang bisa dipertanggungn jawabkan

keakuratannya, yaitu, melalui ilmu pengetahuan teknologi kedokteran forensic.

Apabila ditemukan sperma dan DNA (Desoxy Ribo Acid) di dalam rahim wanita

yang bukan milik suaminya atau ditemukannya sperma atau DNA pria di dalam

rahim wanita yang belum menikah, maka jelaslah bahwa ia telah melakukan

perzinaan.38

Adapun yang menjadi syarat-syarat agar seseorang yang telah berzina dapat

dikenakan hukuman zina adalah :

1. Orang yang berzina itu adalah orang yang berakal waras,

2. Orang yang berzina itu sudah cukup umur (baligh),

38

Djazuli, Fiqh Jinayah, Upaya Penggulangan Kejahatan dalam Hukum Islam, (Jakarta :

PT. Grafindo, 2002), h. 81

Page 61: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

70

3. Zina itu dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya

sendiri,

4. Orang yang berzina itu tahu bahwa zina itu diharamkan.

Dengan demikian, hukuman tidak dapat dijatuhkan dan tidak dapat

dilaksanakan terhadap anak kecil, orang gila atau orang yang dipaksa melakukan

zina. Hal ini didasarkan atas sabda Nabi S.A.W yang diriwayatkan oleh Aisyah ra:

ر-= ا�[#� !� bcث !� ا��� `� �,F ی�,�,_ و!� ا�F,� H'5 یO,#� و !� ا�^�� ن �,F ی�[<

)�Oرى وا�� �39)آ�.زوا] ا�'@

“Tidaklah dicatat atas tiga hal: dari orang yang tidur hingga ia terjaga

(bangun) dari anak-anak hingga ia baligh, dan dari orang gila hingga waras”.

Adapun dasar bagi disyaratkannya pengetahuan si pelanggar bahwa zina

adalah haram karena hukuman itu merupakan konsekwensi atau kelaziman dari

suatu larangan yang sewajarnya ada. Dengan kata lain si pelanggar mengetahui

akibat perbuatan zinanya akan dikenakan hukuman berupa hukuman had atau

dirajam. Alasan lainnya karena Nabi S.A.W, dalam kasus perzinaan Ma’iz,

melakukan Interogasi terlebih dahulu dengan menanyakan kepadanya : “tahukah

engkau, apa itu zina?’ selain itu , alasan berikutnya adalah praktik Khalifah Umar

bin Al Khattab sewaktu menghukum seorang jariah yang dilaporkan telah

melakukan zina. Setibanya Jariah itu di hadapan beliau, diayun-ayunkannya

cemeti itu kearah wanita itu seraya menanyakan “hai pelacur, telah berzinakah

engkau? Ya, saya telah berzina dengan gaus, dengan bayaran dua dirham ’jawab

si wanita’. Mendengar keterangan itu bertanyalah Umar kepada sahabat-sahabat

39 Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Ibid, h. 2194

Page 62: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

71

Nabi yang kebetulan hadir di situ : bagaimanakah pendapat kalian tentang

hukuman yang harus dijatuhkan atas wanita ini ? dia harus dirajam jawab Ali ra,

yang digaris bawahi oleh Abdurahman bin Auf. Menurut saya, kata Utsman bin

Affan, dia rupanya menganggap zina yang dilakukan itu hanya perbuatan yang

biasa-biasa saja, tidak melanggar hukum. Oleh karena itu, engkau harus

menghukumnya dengan hukuman yang seringan-ringannya dan tidak

memukulnya. Sebab hukuman pukulan atau rajam hanyalah dijatuhkan atas orang

yang sudah mengetahui hukum-hukum Allah S.W.T, “kata Utsman dan

dibenarkan juga oleh Umar40

Dengan demikian hukuman zina ini tidak dapat diberlakukan terhadap yang

telah melakukan perbuatan zina apabila orang tersebut benar-benar tidak

mengetahui ketetapan atas hukuman terhadap perbuatan yang telah dilakukannya.

Upaya melawan hukum adalah qasdhu adalah perbuatan yang apa bila dilakukan

mengancam daruriyat yakni Agama, Jiwa, Akal, Harta, Keturunan.

Dengan demikian sanksi pidana bagi pelaku pelecehan seksual ini di

berlakukan hukuman takzir merupakan jarimah yang ditentukan oleh penguasa,

baik bentuk, macam atau pun sanksinya. Jadi jarimah takzir sangat berbeda

dengan jarimah hudud dan qishas. Selain itu jarimah takzir berkaitan dengan

perkembangan masyarakat dan kemaslahatan. Sehingga dengan adanya jarimah

takzir memberi kesempatan kepada para hakim atau penguasa yang berhak

memutuskan suatu perkara untuk berijtihad, untuk menentukan apa yang akan

40 Sayyid Sabiq, Ibid, h. 113

Page 63: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

72

dijatuhkan hukuman kepada pembuat jarimah sesuai dengan bentuk jarimah dan

keadaan si pembuat jarimah.41

Dilihat dari bentuk-bentuk jarimah, maka suatu perbuatan pelecehan seksual

dapat dikatakan jarimah takzir karena baik dalam Al-qur’an maupun Hadist

bentuk perbuatan hukumannya tidak dapat ditentukan.

Kewenangan untuk menentukan hukuman takzir berada di tangan penguasa

setempat, sehingga jenis hukumannya pun beragam sesuai dengan situasi dan

kondisi setempat, bisa dipenjara, ditahan, dipermalukan, bahkan bisa dengan cara

dihukum mati dalam kasus sodomi bagi mazhab Maliki42

dan kasus membunuh

orang dengan benda tumpul menurut mazhab Hanafi.43

Untuk mengetahui

hukuman apa yang dapat diberlakukan kepada pelaku pelecehan seksual dalam

bentuk takzir, maka di sini akan diuraikan bentuk-bentuk hukum takzir

1. Hukuman penjara kurungan. Dalam hukuman syariat Islam terdapat dua

macam hukuman penjara kurungan. Pertama hukuman penjara terbatas,

batas terendah hukuman penjara ini adalah satu hari, sedangkan batas

tertinggi terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Mazhab Syafi’i

menetapkan batas tertinggi satu tahun, karena mereka menyamakannya

dengan pengasingan dalam jarimah zina. Fuqaha lainnya menyerahkan

batasan tersebut kepada penguasa negara. kedua hukuman penjara tidak

41

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam. (Pustaka Setia: Bandung , 2000), Cet. Ke-1

h.26-32

42 Wahbah Az-Zuhaili, Ibid. h. 5600

43 Wahbah Az-Zuhaili, Ibid. h.5594

Page 64: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

73

terbatas, ulama sepakat bahwa hukuman penjara ini tidak ditentukan

masanya terlebih dahulu, melainkan dapat berlangsung terus sampai

terhukum mati atau tobat dan baik untuk pribadinya.44

2. Hukuman pengasingan. Hukuman pengasingan dalam jarimah takzir

dijatuhkan apabila perbuatan pelaku dapat menjalar atau merugikan

orang lain. Menurut ulama Syafi’iyah masa pengasingan dalam hukum

takzir tidak lebih dari satu tahun, hal ini agar tidak melebihi masa

pengasingan dalam hukuman had. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat

masa pengasingan dalam takzir boleh lebih dari satu tahun, karena

pengasingan di sini adalah hukuman takzir bukan hukuman had.

3. Hukuman pengucilan. Hukuman pengucilan pernah dilakukan oleh

Rasulullah SAW terhadap tiga orang yang tidak ikut serta dalam perang

tabuk. Mereka dikucilkan selama lima puluh hari tanpa diajak bicara.

4. Hukuman ancaman, teguran, dan peringatan. Ancaman merupakan

salah satu hukuman takzir, dengan syarat akan membawa hasil dan

bukan ancaman kosong, seperti ancaman akan dijilid, dipenjara atau

akan dijatuhi hukuman yang sangat berat. Teguran juga merupakan

hukuman takzir. Hukuman ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW

terhadap sahabatnya Abuzar yang memaki-maki orang lain, menghina

orang lain tersebut dengan menyebut-nyebut ibunya, maka berkata

Rasulullah SAW “wahai Abuzar, engkau telah menghina dia dan ibunya.

Engkau adalah orang yang masih dihadapi masa jahiliah”. Hukum

44 Ahmad Hanafi, Ibid. h 306

Page 65: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

74

peringatan ditetapkan oleh syari’at Islam dengan jalan memberi nasehat.

Hal ini terdapat dalam Al-qur’an dalam surat An-Nisa tentang isteri

yang membangkang; “isteri yang kamu khawatirkan akan

membangkang, maka berilah ia peringatan”.45

5. Hukuman denda. Di kalangan fuqaha terdapat perbedaan pendapat

tentang apakah “denda” bisa dijadikan hukuman umum untuk setiap

jarimah atau tidak. Bagi fuqaha yang tidak membolehkannya beralasan

bahwa hukuman denda mula-mula ditetapkan pada zaman Rasulullah

SAW kemudian dibatalkan. Selain itu hukuman tersebut bukan cara

yang baik untuk memberantas jarimah dan dikhawatirkan hukuman

tersebut justru akan memberikan peluang bagi penguasa yang tidak

benar untuk mengambil harta terhukum. Bagi fuqaha yang

membolehkan hukuman denda sebagai hukuman umum beralasan bahwa

hukuman itu memberikan ikatan tertentu, yaitu dengan menahan harta si

pelaku terlebih dahulu, sedangkan si pelaku sendiri ditahan. Jika ia

sudah menyadari perbuatannya, maka hartanya dikembalikan, dan jika ia

tidak sadar maka harta tersebut digunakan untuk lapangan kebaikan.46

6. Hukuman pencemaran. Hukuman ini berbentuk penyiaran kesalahan,

keburukan seseorang yang telah melakukan perbuatan tercela, seperti

menipu dan lain-lain. Pada masa lalu upaya membeberkan kesalahan

orang yang telah melakukan suatu kejahatan dilakukan melalui teriakan

di pasar atau di tempat keramaian umum. Tujuannya adalah agar

45

Ahmad Hanafi, Ibid. h.315-316 46

Ahmad Hanafi, Ibid. h320

Page 66: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

75

khalayak ramai mengetahui perbuatan orang tersebut dan menghindari

kontak dengan dia supaya terhindar dari akibatnya. Pada masa sekarang

upaya itu dapat dilakukan melalui media massa, baik cetak maupun

elektronik. Pengumuman tersebut merupakan peringatan bagi

masyarakat agar hati-hati terhadap orang yang disebutkan dalam

pengumuman itu.47

Jika dihubungkan dengan bentuk-bentuk hukuman takzir di atas maka ada

hubungannya dengan pelecehan seksual antara lain mengenai hukuman penjara

kurungan dengan pengasingan ialah pelecehan seksual berat. Yang mana telah

diuraikan pada bab sebelumnya mengenai dengan pelecehan seksual berat yakni

termasuk dalam pemerkosaan, zina pencabulan. Sedangkan hukuman pengucilan,

hukuman ancaman, teguran, dan peringatan, dan hukuman denda, dan hukuman

pencemaran termasuk juga hubungan dengan pelecehan seksual ringan. Yang

mana telah diuraikan juga pada bab terdahulu mengenai arti dari pelecehan

seksual ringan. Yang termasuk dengan pelecehan seksual ringan ialah tindakan

seksual ringan seperti ucapan salam yang menggoda, dan lain sebagainya.

Dari berbagai macam bentuk hukuman takzir yang telah diuraikan, maka

salah satu hukuman atas pelaku pelecehan seksual dapat diterapkan. Bentuk

hukuman takzir yang disanksikan atas pelaku pelecehan seksual tentunya harus

sesuai dengan bentuk pelecehan seksual yang dilakukan, dan hukuman tersebut

diharapkan dapat memberi kesadaran atau pelajaran bagi pelaku sehingga ia tidak

melakukan pelecehan seksual lagi. Begitu pula bagi orang lain yang mungkin saja

47 Rahmat Hakim, Ibid. h.168

Page 67: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

76

akan melakukan pelecehan seksual, diharapkan orang tersebut segera

membatalkan perbuatannya dengan adanya pemberlakuan hukuman takzir.

Hukuman takzir yang diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi para

pelaku yang melakukan perbuatan yang dianggap menunggu orang lain, seperti

perbuatan pelecehan yang pantas diberi sanksi atas perbuatannya dapat terhapus

apabila si pelaku meninggal dunia, pemaafan dari orang yang dirugikan, taubatnya

si pelaku dan kadaluarsa yaitu, lewatnya waktu tertentu setelah terjadinya

perbuatan si pelaku.

Hapusnya hukuman takzir jika si pelaku meninggal berlaku bila sanksi

takzir yang dijalani adalah berupa sanksi badan atau sanksi yang berkaitan dengan

pribadi, seperti hukuman buang dan celaan, karena pemaafan dibedakan antara

jarimah yang terkait dengan hak Allah atau hak masyarakat dan jarimah yang

berkaitan dengan hak perorangan. Hukuman takzir yang berkaitan dengan hak

perorangan dapat terhapus dengan pemaafan, tetapi jika berkaitan dengan hak

Allah sangat tergantung pada kemaslahatan, artinya bila ulil amri melihat adanya

kemaslahatan yang lebih besar dengan memberikan maaf pada si pelaku, maka

ulil amri dapat memaafkannya.48

Hukuman takzir yang telah disebutkan merupakan upaya hukum Islam

bagaimana sepantasnya pelaku pelecehan seksual dapat dikenakan sanksi dan hal

ini juga merupakan upaya hukum Islam untuk mereduksi perbuatan pelecehan

seksual.

E. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut KUHP

48

Rahmat Hakim, Ibid. h.231

Page 68: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

77

Dalam tindakan yang sebagaimana telah tercantum dalam KUHP, sejak

pada zaman hindia Belanda sampai sekarang, merupakan sesuatu yang dibuat oleh

orang yang menimbulkan akibat pada orang lain baik merasa tidak senang, cidera

ataupun matinya seseorang.

Menurut Moeljanto, perbuatan pidana menurut wujud dan sifatnya sanggat

bertentangan dengan cara atau ketertiban yang dikehendaki oleh hakim, yakni

perbuatan hukum atau melawan hukum.49

Lebih lanjut lagi moeljatno mengatakan

bahwa perkataan, perbuatan, yaitu suatu pengertian abstrak yang menunjukkan

kepada kedua keadaan konkrit. Pertama adanya jaminan yang tertentu, dan yang

kedua adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu.50

Di dalam KUHP pasal 10 terdapat ada dua macam jenis hukuman

sebagaimana sudah tercantum didalamnya:

Pidana terdiri atas :

a. Pidana pokok:

1. Pidana mati;

2. Pidana penjara;

3. Pidana kurungan;

4. Pidana denda;

5. Pidana tutupan. 51

49

Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana , (Jakarta : Aneka Cipta,1993), h.2

50 Moeljatno, Ibid, h 54

51 Di atur dalam Undang-undang No.20 tahun 1946

Page 69: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

78

b. Pidana tambahan:

1. Pencabutan hak-hak tertentu;

2. Perampasan barang-barang tertentu;

3. Pengumuman putusan hakim.52

1. Pidana mati, pidana mati ini dilaksanakan oleh algojo di tempat gantungan

dengan menyertakan tali yang terikat ditiang gantungan pada leher

terpidana kemudian menjatuhkan papan tempat terpidan berdiri.

3. Pidana penjara, yakni pidana seumur hidup atau sementara ditentukan

minimum dan maksimum lamanya penjara berjumlah 15 tahun atau 20

tahun untuk batas yang paling akhir.53

3. Pidana denda, pidana denda ini diancam sering kali sebagai alternatif

dengan hukuman kurungan terhadap hampir semua pelanggar hukum

dalam buku II KUHP, terhadap semua kejahatan ringan. hukuman denda

diancam sebagai alternatif dengan hukuman penjara, pidana denda paling

sedikit tiga rupiah tujuh puluh lima sen (UU No. 15 (Prp) tahun 1960) jika

pidana denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan.

KUHP dibuat dan diberlakukan sebagai perlindungan kepada setiap warga

Negara agar dapat menberikan rasa aman dari semua perbuatan yang dapat

52

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet.Ke- XI.

h. 6

53Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 1996), Cet.Ke-1, h. 173

Page 70: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

79

mengganggu dan mengancamnya. Adanya sanksi dalam hukum diharapkan dapat

memberikan perlindungan kepada setiap manusia dari berbagai gangguan tersebut.

Berkaitan dengan pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia belum

terdapat ketentuan hukumnya dalam KUHP yang jelas. Namun perlu dicatat dan

diingat bahwa hukum itu sendiri hanya merupakan salah satu kaidah sosial atau

norma yang telah ada di dalam masyarakat.

Walaupun dalam KUHP telah membahas mengenai pelecehan seksual

tersebut, namun hanya mencakup mengenai ; pornografi, perbuatan cabul,

perkosaan, pelacuran, perdagangan perempuan, aborsi54

, maupun penggunaan

anak di bawah umur untuk pekerjaan bahaya. Jika dikaitkan dengan masalah

jender, pelanggaran kesusilaan erat kaitannya dengan tindakan kekerasan fisik

maupun integritas mental seseorang dan cenderung merupakan dengan kekerasan

fisik. Jadi, dalam pelecehan seksual telah diatur secara umum dalam KUHP pasal

281-282. Bahkan dalam pasal 285.55

Dalam pasal-pasal ini yang mengenai kejahtan terhadap kesusilaan

terdapat dalam pasal 281 yang berisikan antara lain: Diancam dengan pidana

penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak

Empat Ribu Lima Ratus Rupiah :

c. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;

54

Aborsi dalam hukum Islam adalah analisa maqasdhu al-Syariah adalah hal-hal yang

bila dilakukan akan mengancam daruriyat yakni Agama, Jiwa, Akal, Harta, Keturunan

55

Htt//: Cara Melawan Pelecehan Seksual. htm, Jum’at 10 Oktobet 2003

Page 71: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

80

d. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ

bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

Selain pasal 281 terdapat juga pasal yang lain, yang mengenai kejahatan

terhadap kesusilaan terdapat pula dalam pasal 282, yang berisikan antara lain:

a) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka umum

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar

kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan

atau ditempelkan dimuka umum, membuat tulisan, gambaran atau benda

tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya,

mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki persediaan, ataupun

barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa

diminta, menawarkan atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam

dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda

paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.

b). Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun

barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa

diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam, jika

ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda

itu

Page 72: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

81

melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana

denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.

c). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai

pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima Ribu

Rupiah.56

Selain dalam pasal-pasal di atas masih terdapat dalam pasal yang mengenai

pelecehan seksual di dalam KUHP antara lain:

281 yang berisikan antara lain: Diancam dengan pidana penjara paling

lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima

Ratus Rupiah :

a. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;

a. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ

bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

Selain pasal 281 terdapat juga pasal yang lain, yang mengenai kejahatan

terhadap kesusilaan terdapat pula dalam pasal 282, yang berisikan antara lain:

a) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka umum

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar

kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, membuat tulisan,

gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,

meneruskannya, mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki

56

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Ibid, h. 111-112

Page 73: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

82

persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan

mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya

sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu

tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

b). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan,

ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat

tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,

diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan,

gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

c). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama

sebagai pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima

Ribu Rupiah.57

57

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Ibid, h.111-112

Page 74: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

83

Selain dalam pasal-pasal di atas masih terdapat pula pasal-pasal lainnya

yang mengenai kejahatan terhadap kesusilaan yakni pelecehan seksual di dalam

KUHP antara lain:

Pasal yang mengenai pencabulan.

Pasal 289 yang berisikan mengenai

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang

untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancaman

karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lam sembilan tahun

Pasal 290

Diancam dengan pidana penjara paling lam tujuh tahun:

10. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;

10. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima

belas tahun atau kalau umurnya tidakjelas, yang bersangkutan belum

waktunya kawin;

10. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya

harus diduganya bahwa umurnya belum l;ima belas tahun taua kalau

umurnya tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin,

untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau

bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 291.

Page 75: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

84

1. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290

mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

2. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, 290

mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjaralama lima belas tahun.

Pasal 292.

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama

kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Pasal 293.

1. Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,

menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan

penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah

lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul

dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau

selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya

dilakukan kejahatan itu.

3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-

masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

Pasal 294.

Page 76: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

85

(1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan

orang yang belum dewasa yang pemeriliharaannya, pendidikannya dan

penjagaanya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangannya atau

bawahanya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

(2). Diancam dengan pidana yang sama:

1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena

jabatan nya adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya

dipercayakan atau diserahkan kepadanya.

2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalam penjara,

tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,

rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul

dengan orang yang dimasukkan kedalamnya.

Pasal 295.

(1). Diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh

anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa

yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan

kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup

umur, dengan orang lain;

Page 77: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

86

2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barangsiapa dengan dengan

sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang

tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya

belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan

orang lain.

Pasal 296.

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan

cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau

kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.

Pasal-pasal tentang penghubungan pencabulan

Pasal 295.

(1). Diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh

anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa

yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan

kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup

umur, dengan orang lain;

Pasal 298.

Page 78: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

87

(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281,

284-290, dan pasal 292-297, pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No.1-5

dapat dinyatakan.

(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasrkan pasal 292-

297 dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan

pencaharian itu dapat dicabut.

Pasal 506

Barangsiapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan

menjadikannya sebagai pencaharian, diancam dengan pidana kurungan

paling lama satu tahun.

Pasal-pasal mengenai kejahatan terhadap kesopanan

Pasal 281.

Diancam pidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah :

0. Barangsiapa dengan sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;

0. Barangsiapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ

bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.

Pasal 282.

1). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempel di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar

kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, membuat tulisan,

gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri,

Page 79: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

88

meneruskannya, mengeluarkannya dari dalam negeri, atau memiliki

persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan

mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan atau menunjukkannya

sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu

tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

2). Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka

umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau

ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan,

ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat

tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh,

diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan,

gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

3). Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama

sebagai pencarian atau kebiasaan, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak Tujuh Puluh Lima

Ribu Rupiah.58

Pasal 283

58

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Ibid, h.111-112

Page 80: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

89

1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana

denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan,

memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan

atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar

kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan

kepada seseorang yang belum dewasa, dan yang dapat diketahui atau

sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum tujuh belas tahun, jika isi

tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

2). Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membaca isi tulisan yang

melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana

dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

3). Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana

kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan

ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun

untuk sementara waktu, kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau

menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa

sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya

untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar

kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah kehamilan.

Pasal 284

(1). Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:

Page 81: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

90

1. a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan mukah (overspel), padahal

diketahui bahwa pasal 27 BW59

berlaku baginya,

b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan mukah;

2. a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal

diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.

b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,

padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal

27 BW berlaku baginya.

(2). Tidak dilakukan penuntutan melainnkan atas pengaduan suami/isteri yang

tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang

waktu tigabulan diikuti dengan permintaan bercerai ataau berpisah meja dan

ranjang karena alasan itu juga.

(3). Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

(4). Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang

pengadilan belum dimulai.

(5). Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan

selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan

yang menyatakan pisah meja atau ranjang menjadi tetap.

Pasal 285.

59

Pasal 27 BW yang berisikan dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan

mempunyai satu orang perempuan sebagai isterinya, seorang perempuan hanya satu orang laki

sebagai suaminya.

Page 82: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

91

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang

wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena

melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 286.

Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal

diketahui bahwa wanita itu diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan tahun.

Pasal 287.

1. barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal

diketahuinya sepatutnyaharus diduganya bahwa umurnya belum lima belas

tahun, atau kalau umurnya tidakjelas, bahwa belum waktunya untuk

dikawinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2. penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum

sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal bedasarkan pasal 291

dan Pasal 294.

pasal288.

1. Barangsiapa dalam perkawinan bersetubuh dengan wanita yang diketahuinya

atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya

untuk dikawin, apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka, diancam

dengan pidana penjara paling lama emapat tahun.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara

paling lama delapan tahun.

Page 83: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

92

3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lam dua belas

tahun.

Pasal 289.

Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang

untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancaman

karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lam sembilan tahun.

Pasal 290.

Diancam dengan pidana penjara paling lam tujuh tahun:

0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;

0. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal

diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima

belas tahun atau kalau umurnya tidakjelas, yang bersangkutan belum

waktunya kawin;

0. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya bahwa umurnya belum l;ima belas tahun taua kalau umurnya

tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, untuk

melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di

luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 291.

Page 84: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

93

1. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 287, 289, dan 290

mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua

belas tahun.

2. Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 286, 287, 289, 290

mengakibatkan kematian, dijatuhkan pidana penjaralama lima belas tahun.

Pasal 292.

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama

kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Pasal 293.

1. Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,

menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan

penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah

lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul

dengan dia, padahal tentang belum kedewasaanya, diketahui atau

selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya

dilakukan kejahatan itu.

3. Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-

masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

Pasal 294.

Page 85: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

94

(1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya,

anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau

dengan orang yang belum dewasa yang pemeriliharaannya, pendidikannya

dan penjagaanya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangannya atau

bawahanya yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

(2). Diancam dengan pidana yang sama:

1. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang

karena jabatan nya adalah bawahannya, atau dengan orang yang

penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya.

2. Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas, atau pesuruh dalam penjara,

tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,

rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul

dengan orang yang dimasukkan kedalamnya.

Pasal 295.

(1). Diancam:

1. Dengan pidana penjara paling lama tahun barangsiapa dengan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh

anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak yang di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa

yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan

kepadanya, ataupun oleh bujangannya atau bawahanya yang belum cukup

umur, dengan orang lain;

Page 86: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

95

2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barangsiapa dengan dengan

sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang

tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya

belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan

orang lain.

Pasal 296.

Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan

cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau

kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah.

Pasal 297.

Perdaganagan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,

diancam pidana penjara paling lama enam tahun.

Pasal 298.

(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 281,

284-290, dan pasal 292-297, pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No.1-5

dapat dinyatakan.

(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasrkan pasal 292-

297 dalam melakukan pencahariannya, maka hak untuk melakukan

pencaharian itu dapat dicabut.

Pasal 299 .

4. Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh

supaya diobati,dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa

Page 87: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

96

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau pidanadenda paling banyak empat

puluh lima ribu rupiah.

5. Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau jika

dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah

sepertiganya.

6. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu;

dan pelanggaran kkesusilaan dalam pasal-pasal dibawah ini.

Paasal 532.

Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda

paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah:

4. Barangsiapa di muka umum menyanyikan lagu-lagu ynag melanggar

kesusilaan;

5. Barangsiapa di muka umum mengadakan pidato yang melanggar kesusilaan;

6. Barangsiapa di tempat yang terlihat dari jalan umum mengadakan tulisan

atau gambaran yang melanggar kesusilaan.

Pasal 533.

Diancam dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau pidana denda

paling banyak tiga ribu rupiah:

6. Barangsiapa di tempat untuk lalu lintas umum dengan terang-terangan

mempertunjukkan atau menempelkan tulisan dengan judul, kulit atau i si

Page 88: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

97

yang dibikin terbaca, maupun gambar atau denda, yang mampu

membangkitkan nafsu birahi para remaja;

0. Barangsiapa di tempat untuk lalau lintas umum dengan terang-terangan

memperdengarkan isi tulisan yang mampu membangkitkan nafsu birahi para

remaja;

0. Barangsiapa secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarakan suatu

tulisan, gambar atau barang yang dapat merangsang nafsu birahi para remaja

maupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa

diminta, menunjukkan sebagai bisa didapat, tulisan atau gambar yang dapat

membangkitkan nafsu birahi para remaja;

0. Barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus atau sementara waktu,

menyerahkan atau memperlihatkan gambar atau benda yang demikian, pada

seorang belum dewasa dan di bawah umur tujuh belas tahun;

0. Barangsiapa memperdagangkan isi tulisan yang demikian di muka seorang

yang belum dewas dan di bawah umur tujuh belas tahun. 60

Apabila dikaitkan dengan pasal-pasal di atas dengan pelanggaran kesusilaan

dan kejahatan kesusilaan. Namun, selama ini pasal-pasal yang dipakai atau

digunakan sebagai penetapan terhadap perbuatan pelecehan seksual. Walau dari

beberapa sisi cara tersebut masih kurang tepat jika benar-benar dikaitkan dengann

pengertian pelecehan seksual pada zaman sekarang ini.

Dan apabila kita merujuk ke dalam pasal-pasal tersebut, pelecehan seksual

yang terdapat di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, pelecehan

60

Htt//: Cara Melawan Pelecehan Seksua.htm, jum’at 10 oktober 2003

Page 89: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

98

seksual berat dan ringan. Yang dimaksud dengan pelecehan berat ialah dalam

bentuk pemerkosaan, pencabulan yang dalam skripsi ini dapat dikategorikan

sebagai kejahatan seksual. Sedangkan pelecehan seksual ringan adalah tindak

pidana seksual ringan.

Apabila merujuk pada pasal-pasal tersebut ke bentuk pelecehan seksual

seperti suit-suit sulit dicarikan sanksi hukumnya, karena dalam pasal-pasal yang

telah disebutkan tidak ada ketentuan yang jelas mengenai pelecehan seksual

secara umum, khususnya mengenai suit-suit. Namun perbuatan tersebut dalam

masyarakat bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang kurang sopan. Tetapi

dalam hal ini sepertinya telah menjadi sesuatau yang sering terjadi dan terkadang

masyarakat mentolelir perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang dikategorikan

bukan sebagai kejahatan seksual.

Jadi hukuman bagi pelaku pelecehan seksual telah diatur dalam pasal-pasal

tersebut di atas yang telah dijelaskan di dalam KUHP masih ketidakjelasan

ketentuan-ketentuannya.

F. Analisa Perbandingan

Adapun analisa perbandingan, dalam hal ini penulis membandingkan

bagaimana ketentuan hukum bagi korban pelecehan seksual dalam hukum Islam

dan KUHP. Dapat dilihat dari persamaan dan perbedaannya:

1). Persamaan kedua Hukum

Adapun analisis persamaan dari kedua hukum antara KUHP maupun

Hukum mengenai sanksi pelaku pelecehan seksual yakni sama-sama mempunyai

ketidakjelasan dalam mencari ketentuan hukumnya baik dalam hukum Islam

Page 90: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

99

maupun dalam KUHP. Dalam hukum Islam mengenai sanksi pelaku pelecehan

seksual diserahkan kepada penguasa atau hakim dan begitu pula dalam KUHP

mengenai sanksi pelaku pelecehan seksual juga tidak ada pasal yang secara

spesifik membahas masalah ini.

2). Perbedaan kedua Hukum

Perbedaannya sangat jelas di mana dalam hukum Islam dan KUHP.

Dalam hukum Islam merupakan hukum yang berisikan norma-norma yang berasal

dari Allah sebagai syari. Dalam konsep ini Allah adalah norma yang bersifat

omnicident61

dan transsendental62

. Karena itu, kebenarannya mutlak dan pasti.

Dalam kebenaran mutlak itulah dapat dikenakan sanksi yang sangat hakiki.

Kaitannya dengan masalah kejahatan kesusilaan, yakni selain dikenakan sanksi

juga dikenakan denda atau dera yang dibebankan pelaku atau yang berbuat.

Sedangkan dalam KUHP pelaku pelecehan seksual ini dapat dikenakan sanksi

pidana dan denda sesuai di dalam KUHP mengenai perbuatan asusila dan

kejahatan kesusilaan. Jika kita kaitkan dengan masalah jender, pelanggaran ini

sangat erat kaitannya dengan tindakan kekerasan fisik maupun integritas mental

seseorang dan cenderung merupakan kekerasan fisik. Jadi, dalam pelecehan

seksual telah diatur secara umum dalam KUHP pasal 281-282. Bahkan dalam

pasal 285.63

Yang berbunyikan: “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan,

61

Omnicident adalah Maha Mengetahui

62Transsedental adalah Maha Mendengar

63 Http //: Cara Melawan Pelecehan Seksual. Htm Jum’at 10 Oktober 2003

Page 91: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

100

diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua

belas tahun”.64

64

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2004), Cet. Ke-XI.

h.111-112

Page 92: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai sanksi pidana pelecehan seksual (di

lihat dari kacamata hukum Islam dan KUHP) penulis menyimpulkan sebagai

berikut:

1. Dalam hukum Islam, sama seperti halnya dalam KUHP, tidak terdapat

ketentuan-ketentuan hukuman yang jelas dan terperinci mengenai hukuman

tindak pelecehan seksual, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadist. Dengan

demikian hukuman bagi tindakan pelecehan seksual akan dikenakan hukuman

takzir, yaitu jenis hukuman yang tidak terdapat dalam ketentuan nash baik

dalam Al-Qur’an maupun Hadist, hukuman ini diberlakukan kepada orang

yang berbuat maksiat atau melakukan jenis pidana tertentu yang tidak ada

sanksi dan kifaratnya, baik yang berkaitan dengan hak Allah seperti pada

umumnya di dalam masyarakat yakni makan di siang hari pada saat bulan

Ramadhan tanpa udzur, meninggalkan shalat, maupun hak manusia seperti

menyetubuhi istri melalui dubur, menyogok hakim, melecehkan orang lain

atau menghina dan lain-lain. Bentuk hukuman takzir tersebut akan diserahkan

kepada penguasa atau hakim yang berhak untuk memutuskan perkara

tersebut. Jika pelecehan tersebut telah terjadi pemaksaan hubungan seksual,

Page 93: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

102

maka dalam hukum Islam akan dikenakan hukuman had karena hukuman

tersebut sudah dikategorikan sebagai perbuatan zina.

2. Dalam KUHP tindakan atau perbutan pelecehan seksual dapat dirumuskan

sebagai perbuatan yang melanggar hukum, karena perbuatan tersebut dapat

merugikan dan menggagu orang lain. Dalam KUHP semua bentuk atau

macam yang mengganggu orang lain dapat dikenakan sanksi. Dalam hal ini

perbuatan pelecehan seksual dapat dikenakan sanksi dalam KUHP dapat

dikatakan kriminalitas yang akhirnya dapat diberikan sanksi. Namun,

pelecehan seksual merupakan perbuatan yang dapat dianggap menggangu

orang lain tersebut tidak lepas dari pandangan masyarakat. Jadi perbuatan

pelecehan seksual dapat di kenakan pidana jika dipandang oleh masyarakat

mengakui bahwa pelecehan seksual tersebut merupakan perbuatan yang

sangat pantas dihukum. Di dalam KUHP mengatur hukum pidana mengenai

perbuatan pelaku pelecehan seksual dimasukkan pada tindak pidana

kejahatan kesusilaan dalam Bab XV, buku kedua dan pelanggaran kesusilaan

dalam Bab IV buku ketiga, seperti pemaksaan yang tidak menyenangkan,

perbuatan cabul, perzinaan, perkosaan dan penghinaan. Namun, hal ini tidak

dapat begitu saja disamakan dengan pengertian pelecehan seksual yang sudah

berkembang saat ini. Dan begitu pula bila pasal-pasal dalam Bab yang telah

ditelusuri satu persatu maka akan sulit untuk menerapkan pasal-pasal

tersebut pada perbuatan pelecehan seksual. Bila pelecehan seksual ini telah

berlangsung terjadi sebuah pemaksaan hubungan seksual maka hukumannya

Page 94: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

103

dikenakan hukuman pemerkosaan yang sesuai dengan pasal-pasal yang telah

ditentukan dalam KUHP.

3. Dalam KUHP dan hukum Islam sangat jelas mempunyai persamaan

mengenai sanksi pelaku pelecehan seksual yakni sama-sama belum jelas

dalam ketentuan hukumnya baik dalam hukum Islam maupun dalam KUHP,

sedangkan perbedaannya sangat jelas di mana dalam hukum Islam dan

KUHP. Dalam hukum Islam merupakan hukum yang berisikan norma-norma

yang berasal dari Allah sebagai syari. Dalam konsep ini Allah adalah norma

yang bersifat omnicident dan transsendental. Karena itu, kebenarannya

mutlak dan pasti. Dalam kebenaran mutlak itulah dapat dikenakan sanksi

yang sangat hakiki. Kaitannya dengan masalah kejahatan kesusilaan, yakni

selain di kenakan sanksi juga di kenakan denda atau dera yang dibebankan

kepada pelaku atau yang berbuat. Sedangkan dalam KUHP pelaku kejahatan

asusila, yakni sanksi pidana bagi pelaku karena erat kaitannya dengan

tindakan kekerasan fisik maupun integritas seorang wanita dan cenderung

merupakan kekerasan fisik maupun mental. Dalam hal ini telah diatur secara

umum dalam KUHP pasal 281-282 yang ber bunyikan” pasal 281 berisikan

diantaranya adalah: Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus

Rupiah.

Page 95: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

104

E. Saran-saran

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menyadari terdapat banyak

kekurangan-kekurangan, akan tetapi penulis juga menemui beberapa manfaat dari

hasil pembahasannya, sehingga penulis dapat memberikan saran-saran yang

mungkin saja bermanfaat.

0. Untuk dapat menghindari dari perbuatan pelecehan seksual hendaknya setiap

individu memulai dari diri sendiri, dapat dicegah dari hal sekecil apapun

mulai dari sekarang.

0. Para tokoh agama hendaknya memberikan bimbingan dan siraman rohani

keagama kepada setiap individu maupun perorangan agar terbentuknya

pribadi moral yang baik dan berakhlak mulia, sehingga tidak terjadi pelaku

atau perbuatan pelecehan seksual.

0. Pemerintah atau lembaga penegak hukum hendaknya dapat mengatasi

peristiwa pelecehan seksual, yaitu dengan membuat atau membentuk

Undang-undang khusus pelecehan seksual yang dapat diberlakukan bagi

pelaku pelecehan tersebut, sebagaimana sudah terdapat di negara-negara uni

eropa.

Page 96: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

105

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Akbar Ali, Seksualitas di tinjau dari Hukum Islam”. Jakarta: Ghali Indonesia,

1982, Cet.Pertama.

. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Mora , Joyakarta: Kkanisius,

1990, Cet 1

Abu Malik Kamal. Fiqih Sunnah Wanita 1. Jakarta: Pena Pundit Aksara, 2007,

Cet. Ke-I

Ali, Zainudin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2007.

Az-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh. Beriut: Dar Al-Fikr, 1997

Cet. Keempat.

Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1996, Cet. Ke-1.

Bukhori, Imam. Shahih Bukhari. Beriut: Haida, 1997.

Colier Rohan. ”Pelecehan Seksual: Hubungan Dominasi Mayoritas dan

Minoritas”. Jogyakarta : PT. Tiara Yogya, 1998, Cet. Ke-1

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, Cet

Ke-1

Djazuli, Fiqh Jinayah. Upaya Penanggulangan Kejahatan dalam Hukum Islam.

Jakarta: PT . Grafindo, 2002.

Fausiah, Fitri. ” Psikologi Abnormal Klinik Dewasa”. Jakarta: UIP, 2005.

Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-11.

Page 97: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

106

Hanafi, Ahmad. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Cet.

Ke-1

Hasyim, Abdul Ghafar. Islam dan Problem Sosial Sekitar Pergaulan Muda-Mudi.

Jakarta: Aksara Press, 2002.

Hathout, Harsa. ” Revolusi Seksual Perempuan”. Jakarta: Mizan, 2005.

Husnan, Ahmad. Keadilan Islam Antara Wanita dan Laki-laki. Solo: Al-Husna,

1995. Cet. Ke-1.

Http:// id.Wikipedia.Org/Wiki/Tunanetra. Htm.

Http:// Sanksi Pelecehan. Htm.

Jalaludin, et all. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: CV. Pustaka.

Khaerudin. Pelecehan Teksual terhadap Istri, Jogyakarta: Pusat Penelitian

Kedudukan, Universita Gajah Maga, 1999, Cet. Ke-1

Kartono, Kartini. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:

Mandar Maju, 1989.

Menikmati Syahwat Merajalela di KRL, http://Pelecehan-Seksual-dengan-

Mengeluarkan. htm 11/19/2008.

Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Aneka Cipta, 1993.

Muh. Abduh malik , Perilaku Zina, Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta:

Bulan Bintang, 2003, Cet. Pertama.

Pelecehan Seksual, http://Pelecehan. htm 11/19/2008.

Qadir, Abdul Audah. Diterjemahkan oleh Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana.

Rahmat, Hakim, Hukum Pidana Islam. Bandung:Pustaka Setia , 2000, Cet. Ke-1

Page 98: Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4602/1/YAYAH... · perempuan dipandang hanya sebagai pemuas atau pelampiasan

107

Supanto.” Kebijakan Hukum Pidana Mengenai Pelecehan Seksual”. Yogyakarta:

Foundation dengan Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1999. Cet. Ke-1.

Syafrudin, Ayap. ” Islam dan Pendidikan Seks”. Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1991.

Cet. Ke-1.

Sayyid, Sabiq. Fiqh Sunnah. Lubhan: Darul Fiqr, 1981.

Swadaya Mandiri. http:// Ingin Mandiri Laporan : Dwidjo.htm. Diakses, 22

novenber 2008.

Umar, Marzuki Sa’abah. ”Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas

Kontemporer Umat Islam”. Yogyakarta: Juni 2001, UII Press, Cet. Pertama.

Undang-Undang No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Kutipan: Media

Elektronik Sekretariat Negara Tahun 1997

Yusuf , Al-Qordawi. Fatwa-fatwa Kontemporer. Jakarta: GIP, 1995.