skripsi diajukan kepada fakultas dakwah dan ilmu...
TRANSCRIPT
STRATEGI RUMAH GEMILANG INDONESIA DALAMPEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAUM DHUAFA MELALUI
PELATIHAN KETERAMPILAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai Syarat untuk Meraih GelarSarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh :
Adiatma
1110054000035
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2017
ABSTRAK
Strategi Rumah Gemilang Indonesia dalam Pemberdayaan Masyarakat Kaum Dhuafamelalui Pelatihan Keterampilan di Sawangan Depok.
Kaum dhuafa sebagai bagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)yang senantiasa untuk ditangani bersama dan harus dicari jalan keluarnya. Programpemerintah dirancangkan dengan mendirikan lembaga-lembaga, seperti rumah singgahdan lain-lain. Kesejahteraan sosial menjadi faktor utama, oleh sebab itu pembangunanharus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas pemenuhan sandang, pangandan papas. Dengan demikian kehadiran lembaga sosial seperti Rumah Gemilang Indonesiasangat penting sebagai penengah antara pemerintah dan masyarakat (kaum dhuafa).
Permasalahan yang diangkat dalam skripsi adalah (1) Bagaimana Strategi RumahGemilang Indonesia dalam pemberdayaan masyarakat kaum dhuafa melalui pelatihanketerampilan (2) Dan mengetahui Output program Rumah Gemilang Indonesia dalampemberdayakan masyarakat kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui strategi Rumah Gemilang Indonesia dalam pemberdayaanmasyarakat kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan. Penelitian ini menggunakanpendekatan penelitian kualitatif, dan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Subyek dalampenelitian adalah Manager RGI, Instruktur Pelatihan, peserta RGI dan alumi RGI. Adapunpengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi
Temuan di lapangan menunjukan bwahwa strategi yang digunakan oleh RGI adalahstrategi yang berbasis aras mezzo. Strategi aras mezzo adalah salah satu strategipemberdayaan yang dilakukan oleh sekelompok klien. Strategi tersebut dilakukan melaluipelatihan keterampilan seperti Design Grafis, Teknik Komputer dan Jaringan, Otomotif,Aplikasi Perkantoran, tatabusana dan photografi dan videografi. teknik pengajarannyaSebelum masuk kedalam teori dan praktek pelatihan yang sudah mereka pilih, mereka diajarkan ilmu-ilmu agama terlebih dahulu. Kemudian setelah itu teori dan praktek diberikan. Adapun output program yang sudah di lakukan oleh Rumah Gemilang Indonesiamereka dapat mempunyai skill yang baik dalam bidangnya masing-masing dan dapatmembanggakan keahlian tersebut dengan membuka usaha sendiri dan bekerrja di suatuperusahaan-perusahaan ternama.
iii
KATA PENGANTAR
بسماللھالرحمنالرحیم
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang
telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun
yaa wal aakhirat.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak
akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dan dukungan dari berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutunya penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya, sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu wati nilam sari, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Konomunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak M. Hudri MA. Selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI)
4. BapakDr.TantanHermansah M.Si, selaku pembimbing skripsi yang bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, memberi motivasi,
iv
5. semangat, arahan serta kritikan dan saran bagi penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis
dibangku kuliah.
7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan pinjaman buku kepada penulis, sehingga dapat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Ruslan selaku manager di lembaga Rumah Gemilang Indonesia yang
sudah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian skripsi.
9. Orang tua penulis Ayah Ade Suparman yang sudah sabar dan banting tulang
membiayai saya untuk menyelesaikan pendidikan S1, Mamah Nining
Saniah yang selalu sabar menasehati dan mendoakan saya, kaka-kaka dan
adik-adik saya.
10. Sahabat dekat Penulis sekaligus teman seperjuanganangkatan 2010-2011
yaitu, Anfal, AhmadSeptiawan Badawi,Muhammad Iqbal Abdul Gofur,
Ujang Kosasih, Ade Ramdhan M., Viqih Akbar, Ahmad Suheri, Irfan Jaya,
Ahmad Taufik Ramadhan,LilisYunengsih, AnnisaFatonah, Sri Rahmayani,
NurHandayani, BadzliahRusdyinaFramutami, serta teman-temanlainnya
yang selalu memberikan semangat,do’a,keceriaan,dan bantuan dalam
penyelesaian skripsi penulis.
v
11. Havidzoh Al-hifni M.E Orang yang selalu mendorong dan menasehati saya
sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini Havidzoh Al-hifni
12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya, semoga kebaikan kalian semua menjadi jalan
menuju kebaikan fiddun yaa wal aakhirat.
Jakarta, 10 September 2017
Adiatma
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ... i
ABSTRAK................................................................................................... ... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ... viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ ... 1
B. Pembatas dan Rumusan Masalah .......................................... ... 9
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................ ... 9
D. Metodologi Penelitian .......................................................... ... 10
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. ... 18
F. Sistematika Penulisan .......................................................... ... 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan ........................................................................ … 22
1. Pengertian Pemberdayaan ............................................… 22
2. Tahap-tahap Pemberdayaan .........................................… 28
3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan ............................... … 31
4. Strategi Pemberdayaan ................................................ … 32
5. Jenis-Jenis Metode Pemberdayaan .............................. … 33
B. Dhuafa, Fakir dan Miskin ....................................................... … 35
1. Pengertian Dhuafa ........................................................ … 35
2. Pengertian Fakir & Miskin ........................................... … 38
C. Pelatihan ..................................................................................... 43
1. Pengertian Pelatihan ........................................................ 43
2. Tujuan pelatihan .............................................................. 45
3. Manfaat pelatihan ............................................................ 47
D. Keterampilan ...........................................................................… 48
1. Pengertian Keterampilan .................................................. 48
2. Jenis-jenis Keterampilan .................................................. 50
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Rumah Gemilang Indonesia .............................................. 52
1. Sejarah Rumah Gemilang Indonesia .................................. 52
2. Visi dan Misi Rumah Gemilang Indonesia ......................... 54
3. Letak Geografis Rumah Gemilang Indonesia ..................... 54
4. Struktur Rumah Gemilang Indonesia .................................. 55
5. Unit Pendidikan dan Pelatihan RGI .................................... 56
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Strstegi Pemberdayaan Masyarakat Kaum Dhuafa Melalui
Pelatihan Keterampilan Di Rumah Gemilang Indonesia
................................................................................................ 66
B. Hasil Output Program Pelatihan Keterampilan Rumah Gemilang
Indonesia……………………………………………………….. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 75
B. Saran ............................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .... 78
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Kegiatan RG ......................................................................... . 57
Tabel 2 Jumlah Fasilitas RGI .......................................................................... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Kepengurusan...................................................................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia merupakan amanat sebagaimana ditetapkan
dalam UUD 1945, di mana tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, menunjukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Pembangunan sebagaimana digariskan dalam GBHN,
merupakan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pembangunan mencakup
upaya pembangunan aspek fisik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan
keamanan dan dapat pula pembangunan ideology.
Proses pembangunan yang terjadi di Indonesia di pengaruhi oleh dua
dimensi yaitu: yang pertama dimensi makro yang menggambarkan bagaimana
institusi negara melalui kebijakan dan peraturan yang dibuatnya mempengaruhi
proses perubahan suatu masyarakat. Sedangkan dimensi yang kedua adalah
dimensi mikro yaitu individu dan kelompok masyarakat mempengaruhi proses
pembangunan itu sendiri1.
Krisis moneter telah memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat,
utamanya dalam aspek ekonomi. Hal tersebut tentu mengakibatkan semakin
meningkatnya jumlah pengangguran dan akhirnya menjadi faktor bagi tenaga
1 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga penerbit FEUI, 2003), Cet 1, h. 1.
2
kerja untuk mengerjakan apapun guna mendapatkan uang wlaupun
bertentangan dengan hukum, moral, dan etika misalnya mencuri dan lain lain2.
Menurut Syaiful Arif, kemiskinan dapat digolongkan menjadi dua kategori
yaitu kemiskinan cultural dan kemiskinan structural. Kemiskinan cultural
dipahami sebagai akibat structural bisa terjadi karena adanya struktur dan
kebijakan pemerintah yang tidak seimbang, sebagai akibat dari terjadinya
ketidak adilan dalam kehidupan masyarakat3.
Definisi lainnya yang senada diberikan F. Magnis Suseno. S.J. yaitu
kemiskinan dalam arti, bahwa orang tidak menguasai sarana-sarana fisik
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, untuk mencapai
tingkat minimum kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi4.
Tahun 2011 data dari biro pusat statistik menyebutkan jumlah penduduk
miskin turun sebanyak satu juta orang. Berdasarkan data tersebut jumlah
penduduk Indonesia yang tergolong miskin per Maret 2011 mencapai 30,02
juta orang atau 12,49% dibandingkan dengan penduduk miskin ini menunjukan
bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada
pendekatan pemberdayaan masyarakat justru memberikan hasil yang lebih
efektif dan tingkat keberlanjutannya jauh lebih baik. Pendekatan pemberdayaan
2 Kartono, kartini.Patologi Sosial Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2007.h.208 3 Syaiful Arif,Menolak Pembangunanisme, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2000), Cet.1,
h.289. 4 Magnis Suseno. S.J.Keadilan dan Analisa Sosial : Segi-Segi Etis, Dalam J.B. Bana
Wiratman, S.J. (ed), kemiskinan dan Pembebasan, Kannisiius, (Yogyakarta: Kannisiius, 1987), Cet.1, h. 37.
3
masyarakat bertujuan agar penduduk miskin dapat keluar dari kemiskinan
dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang dimilikinya.5
Penyebab kemiskinan tidak hanya akibat dari aspek-aspek yang bersifat
materialistik semata. Tetapi kemiskinan juga banyak disebabkan oleh
kerentanan dan minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat.6
Jika diidentifikasi, penyebab kemiskinan sangat kompleks dan saling
terkait, yaitu :
(1) Rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik motivasi maupun
penguaan manajemen dan teknologi,
(2) Kelembagaan yang belum mampu menjalankan dan mengawal
pelaksanaan pembangunan,
(3) prasarana dan sarana yang belum merata dan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan,
(4) minimnya modal, dan
(5) berbelitnya prosedur dan peraturan yang ada. Kelemahan-kelemahan
ini menyebabkan penduduk miskin tidak mampu memanfaatkan
peluang yang ada, sehingga potensi dan peluang ekonomi yang ada
diserap dan dimanfaatkan sepenuhnya oleh kelompok, wilayah, dan
sektor yang kaya dan mampu. Akibatnya penduduk miskin relatif
menjadi lebih baik lagi. Saling kait antara faktor yang tidak berujung
5 PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), Keberhasilan Mengurangi Angka Kemiskinan, Edisi Desember, h. 1 6 Ibid.,Memberdayakan Masyarakat Melalui PNPM, Edisi Maret, h. 6
4
ini telah disinyalir nurkse, yang digambarkannya sebagai lingkaran
setan kemiskinan.7
Salah satu tren di era global adalah kemandirian. Bangsa yang mandiri
adalah bangsa yang mampu memenangkan persaingan. Bangsa yang mandiri
terbentuk oleh masyarakat mandiri. Tentu dalam mewujudkan kemandirian itu
dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses yang menunjuk pada
serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis
sistematis yang mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang
kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan yang memandirikan. Dengan
memandirikan masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan
dapat menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Selain dari pada itu dapat kita lihat dari tingkat kualitas manusia, ada dua
hal yang harus dibedakan satu dengan lainnya. Dua komponen kualitas
manusia ini adalah tingkat keterampilan atau keahlian dan etika kerja atau
budaya kerja. Yang pertama lebih berhubungan dengan pendidikan
(keterampilan), training dan usaha kerja, sedangkan yang kedua lebih
merupakan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan warisan budata yang
dari generasi ke generasi.8
Komponen yang kedualah yang paling ditekankan karena masalahnya
lebih mendasar, sedangkan yang pertama dapat dibangun kemudian setelah ada
landasannya. Dan faktor yang lebih banyak menerangkan pertumbuhan cepat
7 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang Pembangunan
Manusia Indonesia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara), h. 8 8 Didik J. Rachbini, Pembangunan Ekonomi Dan Sumber daya Manusia. (PT Grasindo,
Anggota Ikapi, Jakarta, 2001), h. 114.
5
dari ekonomi Jepang pasca Perang Dunia Kedua adalah faktor manusia
(manpower factor).9
Pemberdayaan melalui pendidikan (keterampilan) menekankan pentingnya
suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan
keberdayaan mereka. Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut
nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi
politik, ekonomi, sosial, hak asasi manusi, sistem pemerintahan dan agraria
tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan.
Krisis multidimensi yang melanda negara dan bangsa Indonesia ini, tidak
hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosialdan politik, melainkan juga oleh
krisis pada sistem pendidikan.
Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti,
dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas
hidup. Perubahan prilaku ini apabila dipandukan dengan sumber daya alam
yang tersedia, akan melahirkan perilaku yang baru yang disebut partisipasi.
Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih efektif dan kreatif
melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam
meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja
baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.10
9 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan..., h. 53. 10 Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.28.
6
Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat,
khususnya masyarakat misikin. Maka pemberdaya menunjukan pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.11
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat
perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara.
Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia
akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-
agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menuKemiskinan
yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi
internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-agen
nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukan perhatian
yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana
percepat proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan pendekatan
pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal. 12
Masyarakat miskin atau yang disebut juga dengan kaum dhuafa yang ada di
Indonesia, merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak
11 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT Refika Aditama, 2005), h. 59. 12 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2004), h. 1-7
7
dan kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang
tidak boleh di marjinalkan.
Sebagai seorang muslim, sudah saatnya kita menelaah kembali ajaran
islam dibidang sosial-ekonomi islam adalah agama pemberdayaan yang
menjungjung tinggi etos kerja dan kemandirian usaha. Salah satunya tercermin
dalam Qs. Al Jumuah ayat 10.
م تفلحون فاذا قضیت الصلواة فآنتشروآفى آلارض وبتغوآ من فضل آللھ وآذ كروآآللھ كثیرا لعلك
Artinya : “...lantas apabila telah selesai menunaikan shalat, maka bertebarlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya...”
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa situasi ekonomi sekarang ini
bukanlah sesuatu yang harus diratapi, melainkan sesuatu yang harus dicarikan
jalan keluarnya. Setiap pribadi muslim ditantang untuk giat bekerja, kreatif dan
inovatif dalam menghadapi tantang dan persaingan hidup tanpa melupakan
ibadah kepada Allah SWT. Salah satu alternatif adalah kemandirian usaha.
Karena itu pemberdayaan masyarakat melalui keterampilan perlu untuk
dibudayakan di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini.
Dengan fitrahnya manusia sebagai mahkluk yang dituntut untuk senantiasa
bekerja dan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka
secara tidak langsung manusia dituntut untuk dapat mandiri. Kemandirian
manusia dapat membuat kehidupannya menjadi lebih baik.
Berdasarkan paparan diatas bahwa sangat di perlukannya suatu usaha
untuk menyadarkan dari segolongan masyarakat yang peduli akan
kesejahteraan mereka (kaum dhuafa) dengan membentuk suatu organisasi atau
8
yayasan. Yayasan dapat mengadakan kegiatan atau suatu program yang
didalamnya terdapat berbagai macam bimbingan, termasuk di dalamnya
bimbingan Training Center (pusat pelatihan) keterampilan. Hal ini sangat dapat
di perlukan, sehingga mereka bisa tetap mendapatkan suatu yang memang
dibutuhkan dalam mencapai kesejahteraan dikemudian harinya.
Rumah Gemilang Indonesia adalah sebuah kelembagaan social yang
menjembatani kepedulian para dermawan kepada kaum dhuafa untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka melalui bimbingan pelatihan
keterampilan. Rumah Gemilang Indonesia juga sebagai bagian dari program
pemberdayaan Al-Azhar Peduli Umat, Rumah Gemilang Indonesia
mengadopsi Platform Pesantren tapi fokus pada penyelenggaraan pendidikan
non formal dalam kemasan Short course (kursus singkat). Perpaduan ini
bertujuan agar para masyarakat yang mengikuti program pelatihan di Rumah
Gemilang Indonesia tidak hanya menyerap pengetahuan dan keterampilan
unggul yang menjadi pondasi masa depan mereka, tetapi juga memiliki
pengetahuan dan dasar akidah iman yang baik. Sasaran yang di tuju pada
lembaga tersebut adalah kaum dhuafa, anak yatim dan remaja usia produktif
yang putus sekolah maupun yang tak mampu untuk melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi. Selain dari pada itu untuk mengembangkan atau
membekalkan kepada mereka membuat suatu usaha kecil.
Rumah Gemilang Indonesia adalah lembaga sosial yang mengedepankan
suatu perwujudan masa depan kaum dhuafa. Sebagai lembaga sosial Rumah
Gemilang Indonesia juga memiliki berbagai maca program di antaranya
9
program pelatihan design grafis, tekhnik computer, fotografi, menjahit, aplikasi
perkantoran dan otomotif.
Untuk lebih mengetahui seberapa jauh Peran Rumah Gemilang Indonesia
dalam meningkatkan pemberdayaan kaum dhuafa, maka penulis mengambil
bahasan pada satu fokus dalam sebuah skripsinya yang berjudul. STRATEGI
RUMAH GEMILANG INDONESIA DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KAUM DHUAFA MELALUI PELATIHAN
KETERAMPILAN yang berlokasi di jl. Raya Pengasinan.Sawangan Depok.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah
pada Pelatihan Keterampilan yang di lakukan oleh Yayasan Rumah Gemilang
Indonesia dalam pemberdayaan kaum dhuafa tersebut.
Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Strategi Rumah Gemilang Indonesia dalam pemberdayaan
kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan?
2. Apakah output program Rumah Gemilang Indonesia dalam pemberdayaan
kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan telah sesuai?
C. Tujuan dan Manfaat Peneliti
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut maka tujuan peneliti ini adalah:
a. Untuk mengetahui Strategi Rumah Gemilang Indonesia dalam
memberdayakan kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan.
10
b. Dan mengetahui output program Rumah Gemilang Indonesia dalam
memberdayakan kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan.
2. Manfaat Peneliti
Terkait dengan tujuan di atas, maka peneliti ini memilik manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
1. Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan memperoleh kesarjanaan
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Menambah khazanah keilmuan, khususnya memperkaya tipe-tipe
pengembangan masyarakat
b. Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan akan mampu membangun sebuah
paradigm baru tentang disiplin pengembangan masyarakat.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau
pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J Moleong
adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.13
13 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya, 2012) Cet. Ke-30. H. 4.
11
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam
pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena
dari beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak
lazim mendefinisikan suatu konsep serta member kemungkinan bagi
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik dan unik bermakna dilapangan.14
Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena
berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan hasil
penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas
dari kondisi sebenarnya.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Deskriptif. Pada
jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka. Dengan demikian laporan hasil penelitian berisi kutipan-
kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut berasal dari naska wawancara catatan lapangan, catatan atau memo
dan dokumen resmi lainnya.15
14 Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2003). Cet. Ke-2. H. 39. 15 Ibid h. 39.
12
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah menunjuk pada orang/individu atau
kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.16 Adapun
yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan
pengelola Rumah Gemilang Indonesia.
Sedangkan objeknya adalah tentang dari Rumah Gemilang Indonesia
dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pelatihan keterampilan menjahit.
Artinya Peran Rumah Gemilang Indonesia sangat menentukan bagi kaum
dhuafa untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
4. Sumber Data
Sumber data penelitain dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari Rumah
Gemilang Indonesia yang berkaitan dengan pemberdayaan kaum
dhuafa.
b. Sumber data sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari buku,
majalah, dokumen-dokumen maupun dari benda-benda tertulis yang
berhubungan dengan penelitian ini.
5. Teknik Penentuan Subyek Peneliti
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik penentuan subyek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau
16 Sanapiah Faisal. Format-Format Penelitian Sosial. (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
2005). H. 109.
13
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari penelitian dalam sampling ini
peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat
memasukan unsure yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana peneliti
mencari sebuah informasi.17
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
yang dipandang ilmiah dalam melakukan sebuah penelitian.
Ada beberapa hal yang peneliti harus lakukan dalam pencarian data, yaitu:
a. Observasi. Adalah merupakan teknik menambah kecermatan
pengamatan atas beberapa fenomena yang terjadi terhadap subjek
penelitian dilapangan. Menurut E.C Wragg menjelaskan bahwa
observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang
memegang peran penting untuk meramalkan tingkah laku sosial,
sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya
menjadi jelas.18 Dalam halnini peneliti menggunakan metode observasi
untuk mengamati semua hal yang berhubungan dengan subjek
penelitian dilapangan. Yaitu masyarakat serta Rumah Gemilang
Indonesia.
b. Wawancara. Adalah merupakan suatu alat pengumpulan informasi
langsung tentang beberapa jenis data. Selain itu wawancara juga
17 Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003).
Cet.Ke-1. h. 100. 18 Nurul Hidayat S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,
(Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1, h.8.
14
sebagai salah satu bagian terpenting dalam setiap survei. 19 Dalam
penelitian ini penulis akan mewawancarai Pembina yayasan. Pengurus
dan beberapa peserta program pelatihan keterampilan guna
memperoleh informasi dan data tentang Rumah Gemilang Indonesia
terhadap masalah yang diteliti. Peneliti mengadakan tanya jawab yang
berkenaan dengan peran dan pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa
melalui pelatihan keterampilan di Rumah Gemilang Indonesia dengan
pihak-pihak yang terkait.
c. Dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan
serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan
majalah. Agenda kegiatan Lembaga, Rancangan Program (jangka
panjang dan jangka pendek) Rumah Gemilang Indonesia, foto, Akta
Notaris, dan lain lain.
d. Tape Recorder yaitu terdiri dari dua kata, tape yang berarti media
penyimpanan dalam bentuk pita kaset dan recorder yang berarti
perekam. Jadi pengertian tape recorder adalah merupakan suatu alat
penyimpanan audio dan perangkat yang memutar kembali rekaman
19 Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 207.
15
suara menggunakan pita rekaman.20 Wawancara yang peneliti lakukan,
semua terekam dalam tape recorder.
e. Kamera. Sekarang ini sudahmulai banyak dipakai sebagai alat untuk
keperluan peneliti kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai
keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasinya
sering dianalisis secara induktif. Menurut Bogdan dan Biklen ada dua
kategori foto yang dapat di manfaatkan dalam penelitian kualitatif,
yaitu foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.21
Foto tentang orang dan latar penelitian, jika dicari, biasanya banyak
tersedia. Album foto keluarga, album foto instansi, dan sekolah biasanya
tersedia. Latar penelitian dalam foto dapat diamati dengan teliti, demikian
pula foto dapat memberikan gambaran tentang perjalanan, sejauh orang-
orang yang ada di dalamnya. Selain itu foto itu memberikan gambaran
yang bertentangan dengan apa yang dipersoalkan dalam masalah
penelitian. Sedangkan foto yang dihasilkan sendiri, oleh peneliti biasanya
bermanfaat sebagaimana sudah diutarakan pada foto hasil orang lain.
Selain itu, foto banyak digunakan bersama-sama dengan pengamatan
berperan serta. Saat-saat suatu peristiwa yang bernilai sejarah, sosial, ritual
dan cultural akan sangat bermanfaat apabila dipelajari secara rinci dalam
foto dari pada hanya mengalami peristiwa dalam foto. Penggunaan sumber
20 http://www.wikipedia.org/wiki/tape_recorder,diambil jam 11:30 hari senin 2 November 2015
21 Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2009),h. 160.
16
foto dalam penelitian sangat besar sekali manfaatnya. Hanya perlu diberi
catatan khusus tentang keadaan didalam foto.22
7. Analisis Data
Analisis data adalah menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti secara langsung di
lapangan. Analisis data adalah proses penyusun data agar bisa ditafsirkan dan
memberikan makna. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah
teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran
peneliti ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data,
reduksi yaitu menganalisia sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-
bagiannya atau menjelaskan tahap terakhir dari proses perkembangan
sebelumnya yang sederhana.23
8. Teknik Keabsahan Data
Teknik Keabsahan Data, Data yang telah digali, dikumpulkan dan
dicatat dalam kegiatan peneliti. Untuk menjaga keabsahan data dalam peneliti
ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk
menjaga keabsahan adalah sebagai berikut:
22 Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT Remaja Rosda Karya,
2009),h. 161. 23 A. Piuss dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (surabaya: Arkola, 1994),
Cet. Ke-1.
17
a. Kriterium kredibelitas/kepercayaan
Fungsi kriterium kredibelitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri
sedemkian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat di
capai, kemudian mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda
yang sedang diteliti.
Kriterruim kredibelitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan.
1. Ketekunan pengamatan
Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan usnsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada
subyek penelitian yaitu, pembina yayasan, pengurus yayasan dan
beberapa peserta program pemberdayaan. Sehingga dua yang
didapat benar-benar valid, objektif dan saling mendukung untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(tringulasi).
2. Tringulasi
Tringulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
18
Salah satu teknik tringulasi dengan sumber., tringulasi dengan
sumber akan digunakan untuk membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan
jalan:
a). Membandingkan data hasil wawancaara dengan
pengamatan di lapangan, misalnya peneliti
membandingkan hasil wawancara subyek penelitian
dengan hasil temuan pengamatan di lapangan tentang
program Rumah Gemilang Indonesia.
b). Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya
peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh
pembina, pengurus dan dengan jawaban wawancara dari
peserta program pemberdayaan.
c). membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Wawancara tersebut untuk keperluan pengecekkan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.24
E. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha
melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun karya ilmiah yang
24 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Press), h. 74.
19
relevan dengan topik penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya
ilmiah ini :
1. Penulis membandingkan isi skripsi nya dengan skripsi milik
Amelia yang isinya hampir menyerupai. Adapun tinjauan pustaka
dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan skripsi yang
berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Keterampilan Teknisi Handphone Di Institut Kemandirian Dompet
Dhuafa”.
2. “Peran Yayasan Griya Yatim Piatu Dan Dhuafa Dalam
Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan di
Bekasi” yang di susun oleh Fikri Dzulkarnain. Skripsi ini
membahas tentang peran yayasan terhadap kaum dhuafa yang ingin
memberikan suatu pembekalan keterampilan agar bisa membuat
suatu usaha kecil.
3. Kemudian perbandingan skripsi yang ke tiga milik zulfahmi yang
isinya hampir menyerupai. Yang berjudul “Pelatihan Keterampilan
Bagi Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
“Taruna Jaya” Sebagai Upaya Meningkatkan Sumber Daya
Manusia”.
F. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pembahasan dan penulisan hasil penelitian ini,
maka penulis berusaha membuat sistematika khusus dengann jalan
mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada.
20
Sistematika skripsi ini dalam penulisannya akan di bagi menjadi 5 (lima)
bab, yaitu:
BAB I Pendahulaun yang mencakup latar belakang masala,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
peneliti, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis tentang peranan, dhuafa, pemberdayaan dan
keterampilan terdiri dari beberapa sub-sub, pengertian
peranan, pengertian dhuafa, pengertian keterampilan.
BAB III Gambaran Umum tentang Yayasan Rumah Gemilang
Indonesia dengan uraian latar belakang berdirinya Yayasan,
struktur organisasi, tujuan berdirinya yayasan dan program
Rumah Gemilang Indonesia. sub berikutnya bentuk
pemberdayaan kaum dhuafa yang di lakukan di yayasan
Rumah Gemilang Indonesia serta tahap-tahap dan hambatan-
hambatannya dalam pelaksanaan pemberdayaan.
BAB IV Peranan Yayasan Rumah Gemilang Indonesia Dalam
pemberdayaan Kaum Dhuafa yang terdiri dari beberapa sub.
Apa saja yang di lakukan oleh yayasan Rumah Gemilang
Indonesia, hambatan apa saja yang di hadapi yayasan Rumah
Gemilang Indonesia dan sampai sejauh mana Yayasan
21
Rumah Gemilang Indonesia memberikan manfaat kepada
masyarakat.
BAB V Penutup yang berisikan suatu kesimpulan dan saran pada
masalah yang sudah di teliti.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
menjadi kata”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya
artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata “berdaya”
apabila diberi awalan pe- dengan mendapat sisipan-m- dan akhiran –an
menjadi “pemberdayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau
mempunyai kekuatan.25
Kata “pemberdayaan” adalah terjemahan dari bahasa inggris
“Empowerment” adalah terjemahan dari kata dasar “power” yang berarti
kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan, awalan
”em” pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu
sumber kreativitas.26
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).27
25 Roesmidi dan Riza Risyanti. Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprint
Jatinangor, 2006), h. 1 26 Lili Baridi, Muhammad Zein, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED (Center
for Enterprenership Development, 2005), cet. Ke-1, hal. 53 27 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 57
23
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai
penguatan diri guna meraih keinginan yang dicapai. Pemberdayaan akan
melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, dantindakan
yang bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik.28
Dalam Buku Edi Suharto Pemberdayaan menunjuk pada pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(freedom), dalam artian bukan saja bebas mengemukakan pendapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan;
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan
jasa-jasa yang mereka perlukan;
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.29
Menurut Agus Syaf’i, pemberdayaan atau empowerment dapat
diartikan sebagai penguatan, dan secara teknis istilah pemberdayaan
28Rofik A. Dkk, Pemberdayaan Pesantren : Menuju Kemandirian dan Profesionalisme
Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 33 29 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58
24
dapat disamakan dengan istilah pengembangan. 30 Berkenaan dengan
istilah diatas, dalam pengamalan tentang pemberdayaan Dhu’afa,
“Community Empowerment” (CE) atau pemberdayaan masyarakat pada
intinya adalah “membantu klien” (pihak yang diberdayakan), untuk
memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan ia lakukan tentang diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang dimilikinya antara lain
melalui transfer daya dari lingkungan.31
Masih pengamalan Al-Qur’an, dalam buku Asep Usman Ismail
dikatakan bahwa pemberdayaan adalah penyediaan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka bisa menemukan masa
depan mereka lebih baik.32 Sedangkan pemberdayaan menurut Gunawan
Sumohadiningrat adalah “upaya untuk membangun daya yang dimiliki
dhu’afa dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan
kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta berupaya untuk
mengembangkannya.33
30 Agus Ahmad Syafi’i, Manajemen Masyarakat Islam, (Bandung: Gerbang Masyarakat
Baru, 2001), h.70 31 Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta: Dakhwah Press, 2008), Cet Ke1, h. 9. 32 Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta: Dakhwah Press, 2008), Cet Ke1, h. 9 33 Gunawan Sumohadiningrat, pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat,
(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997), h.165.
25
Menurut Edi Suharto dalam bukunya mengemukakan definisi
pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan.
Masih dalam buku tersebut, Parson mengatakan bahwa pemberdayaan
adalah sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempenngaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang yang
memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya. Sedangkan menurut Swift dan Levin dalam
Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, pemberdayaan
menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial.34
Menurut Payne (dalam Adi Isbandi Rukminto) dinyatakan bahwa
pemberdayaan (empowerment) adalah membantu klien memperoleh daya
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia
lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini
dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki antara lain melalui transfer daya dari
lingkungan.35
35 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan sosial, (Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 162.
26
Berdasarkan beragam definisi pemberdayaan diatas, Isbandi
Rukminto dalam bukunya menyimpulkan bahwa pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok rentan dan lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan, sehingga mereka
memiliki keberdayaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti: memiliki kepercayaan diri,
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. 36 Adapun cara yang ditempuh dalam
melakukan pemberdayaan yaitu dengan memberikan motivasi atau
dukungan berupa penyediaan sumber daya, kesempataan, pengetahuan
dan keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka,
meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya, kemudian
berupaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mereka tersebut.
Menurut Nanih Mechendrawaty dan Agus A. Syafe’i dalam
bukunya istilah masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat
diartikan sekelompok orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah
geografis tertentu dan satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan hidupnya.37
36 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan
sosial, (Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 60 37 Nanih Mechendrawaty dan Agus A. Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam : Dari
Ideologi, Strategi sampai tradisi, (Bandung: Rosda Karya, 2001), cet. Ke-1, h. 44
27
Menurut Soerjono Soekanto pengertian masyarakat adalah
kelompok manusia yang saling teerkait oleh sistem, adat istiadat, ritus-
ritus serta hukum-hukum khas yang hidup bersama, masyarakat adalah
yang terdiri dari individu-individu yang hidup secara berkelompok.38
Dari definisi pemberdayaan masyarakat di atas maka secara
sederhana penulis mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah
bagaimana mengembangkan keadaan atau situasi dari yang tidak berdaya
menjadi berdaya kearah yang lebih baik kepada individu-individu yang
hidup bersama.
Menurut Syamsir Alam dalam bukunya Pemberdayaan masyarakat
yang terjadi pada masyarakat bukanlah suatu proses yang berhenti pada
suatu titik tertentu, tetapi merupakan suatu upaya berkesinambungan
yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan daya yang ada
menuju ke arah yang lebih baik.
Dengan melihat definisi dari pemberdayaan dan masyarakat di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
suatu proses peningkatan taraf hidup masyarakat dari keterbelakangan
menjadi masyarakat yang kreatif dan berwawasan luas.
Dengan demikian dalam buku sosiologi pedesaan yang ditulis oleh
Syamsir Salam, bahwa pemberdayaan sebagai strategi pembangunan
adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi
38 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali press, 1987), Cet. Ke-2, h. 75.
28
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya. Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan
diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan masyarakat.39
2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Adi Isbandi Rukminto Ada beberapa tahapan dalam
proses pemberdayaan masyarakat diantaranya adalah:
a. Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (Community
Worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antara anggota
agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih
dalam melakukan pengembangan masyarakat.
b. Tahap pengkajian. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah
dan daya yang dimiliki klien/masyarakat, assesment ini juga dilakukan
dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan,
weaknes/kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan.
c. Tahapan Perencanaan Program. Pada tahap ini agen perubahan mencoba
melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang mereka hadapi
dan berusaha mencari solusi terhadap masalah tersebut.
39 Syamsir Salam, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), h. 234.
29
d. Tahap Formulasi Rencana Aksi. Dalam tahap ini agen perubahan
membantu kelompok masyarakat untuk menentukan program dan
kegiatan yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan
masyarakat.
e. Tahap Pelaksana Program/kegiatan. Pada tahap ini agen perubahan
membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang
telah direncanakan.
f. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubahan besama peserta dari
kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap program-
program yang sudah dilaksanakan dan mengawasinya.
g. Tahap Terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja
secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi
pada program pemberdayaan dilakukan diakhir kegiatan berupa focus
group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh kegiatan.40
Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas suhartini membagi
tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu:
a. Membantu masyarakat menemukan masalah.
b. Melakukan analisis/kegiatan terhadap permasalahan tersebut secara
mandiri/partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara curah
40 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan
sosial, (Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 244
30
pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan
pertemuan warga secara periodik/terus menerus.
c. Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap masalah
yang paling mendesak untuk diselesaikan.
d. Mencari cara penyesalan maslah yang sedang dihadapi antara lain dengan
pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.
e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelsaikan masalah yang sedang
dihadapi
f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk
dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.41
Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep
Usman Ismail (dalam Adi Isbandi Rukminto) menggambarkan 5 tahapan
utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang
memberdayakan dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua,
mendiskusikaan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
pentidakberdayaan. Ketiga, mengidentifikasi suatu masalah atau projek
pemberdayaan. Keempat, mengidentifikasi basis daya yang bermakna
bagi pemberdayaan. Kelima, mengembangkan rencana-rencana aksi
pemberdayaan dan mengimplementasikannya.42
41 Rr. Suhartini, Model-model pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi
Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 135. 42 Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta: Dakhwah Press, 2008), Cet Ke1, h. 10
31
3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidak berdayaan, baik
karena kondisi internal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak
adil). Ada beberapa kelompok yang dapat dikategaorikan sebagai
kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,
penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi dan keluarga.43
Proses pemberdayaan masyarakat mengandung dua
kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan,
atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan
menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi
dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Kedua, atau kecenderungan skunder, menekankan
43 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 60
32
pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Diantara kedua proses
tersebut saling terkait. Agar kecenderungan primer dapat terwujud,
seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.44
4. Strategi Pemberdayaan
Edi Suharto menyatakan bahwa dalam pemberdayaan memiliki
tiga pemberdayaan:
a. Aras Mikro
Pemberdayaan sistem ini disebut juga sebagai strategi sistem kecil,
yang memiliki cakup keluarga dengan titik tekannya individu, salah
satunya melalui bimbingan.
Strategi mikro ini dilakukan sebagai kekecewaan tak kunjung
berfungsinya institusi publik di negeri ini dalam memperjuangkan
aspirasi masyarakat. Itulah sebabnya, masyarakat lebih bergerak
sendiri-sendiri, atau jika harus bersama-sama, mereka melibatkan diri
dalam jaringan lembaga-lembaga swadaya masyarakat atau lembaga-
lembaga nonpemerintah. Pilihan inipun pada kenyataannya tidak
selamanya menguntungkan perjuangan mereka, karena tidak sedikit
dari mereka yang hanya dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga tadi
demi kepentingan bargaining pemerintah lokal ataupun yang lainnya.
44 Harry Hikmat, strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 43.
33
b. Aras Mizzo
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensinya. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar masyarakat memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-
system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencana sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik. Adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.45
Ketiga model ini juga digunakan dalam usaha pelayanan sosial
bagi anak, sistem pelayanan bagi anak tersebut dapat berbentuk
pelayanan kelembagaan dimana anak yang akan mendapatkan
pelayanan ditempatkan di lembaga.46
5. Jenis-jenis Metode Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan suatu yang
berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin
45 Edi Suharto, membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, h. 66 46 Edi Suharto, membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, h. 66
34
melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada suatu
program saja.47
Menurut Edi Suharto. Ph. D. (Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT Refika Adiatma. 2005), h.60
Pemberdayaan adalah terdapat 5 dimensi:
a. Pemungkinan (enebling), yaitu menciptakan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi klien berkembang secara optimal.
Pemberdayaan haruss mampu membebaskan klien dari sekat-
sekat kultural dan struktural yang menghambat.
b. Penguatan (empowering), yaitu memperkuat pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus
mampu menumbuh-mengembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri klien yang menunjang kemandirian.
c. Perlindungan (protecting), yaitu melindungi masyarakat
terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh
kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan yang
lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan
segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil. Pemberdayaan harus melindungi
47 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam kesejahteraan sosial (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI 2002), seri II, h. 173
35
rakyat lemah (dilemahkan?), serta masyarakat terasing (atau
diasingkan?)
d. Penyokongan (supporting), yaitu memberikan bimbingan dan
dukungan agar klien mampu menjalankan peranan dan tugas-
tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong
klien agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang
semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan (fortering), yaitu memelihara kondisi yang
kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan
antara kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus
menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan
setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.48
B. Pengertian Dhuafa, Fakir dan Miskin
1. Pengertian Dhuafa
Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk
jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu,
dhu’fan atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian,
lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksud dalam konteks
pembahasan ini dhu’afa secara liberal berarti orang-orang yang lemah.
Menurut Al-Ashafani perkataan dhu’fu’ merupakan lawan dari quwwah
48 Syamsir Salam, Amir Fadilah. Sosiologi Pedesaan: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 240
36
yang berarti kuat. Kemudian menurut imam khalil, pakar ilmu nahwu,
istilah dhu’fu’ biasanya dimaksudkan untuk menunjukan lemah fisik,
sedangkan dha’fu biasanya digunakan untuk menunjukan lemah akal.
Sejalan dengan penjelasan diatas, Al-Raghib Al-Ashfahani didalam
kitab mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna dan
maksud istilah dhi’af-an pada surat annisa ayat 9 sebagai berikut:
ا الله وليقولوا قولا سديداوليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقو
“Dan khendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka berakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Dari ayat diatas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa
pengertian:
Pertama dha’if yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa
orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka
memiliki fisik, tubuh atau badan yang lemah. Bagi orang islam, makanan
yang bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana
dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus
memperhatikan syarat halalan thayibba, yakni halal secara ilmu fiqih dan
berkualitas bagi kesehatan tubuh. 49 Sejalan dengan ini Sajogyo
menjelaskan seseorang belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi
standar protein dan kalori tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan
49 Asep Usman Ismail, dkk, pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta; Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 19.
37
minimum untuk hidup di ukur dengan pengeluaran untuk makanan setara
2.100 kalori perkapita perhari.50
Kedua, dha’if fi al-aqly yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya
setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya
kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada
potensi anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru,
dan orang dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan
potensi kecerdasan mereka.
Ketiga, dha’if al-hali lemah karena keadaan sosial ekonomi yang
dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga ini
adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik,
keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan
untuk mendapat informasi dan peluang pengembangan diri, (2)
kelemahaan itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah
sosial. Anak-anak yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang
cerdas dan memiliki keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh
kelemahan bentuk ketiga. Seorang muslim selain diperintahkan agar
senantiasa meningkatkan ketakwaannya kepada Allah, juga sangat
tekankan agar tidak membiarkan generasi yang lemah dilingkungan
terdekatnya, terutama kaum dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin,
50 Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta; IMPAC,
1999), h. 10
38
anak jalanan dan anak-anak terlantar, serta orang-orang dari keluarga
yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Dapat disimpulkan menurut Al-Ashfahani, pengertian dhu’afa
yang berakar dari kata dhu’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala
perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian lemah:
lemah secara fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan
ilmu/kurang pendidikan, lemah iman/keyakinan, dan lemah jiwa.
Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada Al-Qur’an surat At-
Taubah ayat 91, yang mengandung pengertian lemah fisik, baik karena
belum cukup umur, lanjut usia maupun karena faktor kualitas
kesehatan.51
ن لا يجدون ما ينفقون حرج إذا نصحوا لله ورسوله ليس على الضعفاء ولا على المرضى ولا على الذييمحر غفور اللهبيل وس نم سننيحلى الما عم
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
2. Pengertian Fakir dan Miskin
Berkenaaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut
istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya
dalam bentuk jamak, masakin sebanyak 12 kali, jadi secara keseluruhan
51 Asep Usman Ismail, dkk, pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta; Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 18-19.
39
Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali, dilihat dari segi
kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar
hurufnya terdiri atas s-k-n. Perkataan sakana mengandung arti diam,
tetap, jamud dan statis. Al-ashfahani mendefinisikan miskin adalah
seorang yang tidak memiliki apapun.
Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang
atau sekelompok orang lemah yang lemah. Ketika seseorang itu tidak
berhasil mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi
kecerdasan, mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat
langsung pada kemiskinan yakni ketidak mampuan mendapatkan,
memiliki dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki
sesuatu apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin
memiliki tenaga untuk bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan
dirinya untuk menjadi pekerja yang terampil. Orang miskin juga
memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya tetapi tidak berhasil
menjadi pekerja yang ulet. Mereka memilih pola hidup sakana yang
berarti diam, jumud dan statis tidak mengembangkan skill atau
keterambpilan dan keahlian dalam hidupnnya karena malas. Akibatnya
miskin.52
Namun menurut Gunawan Sumodiningrat dalam bukunya kemiskinan
teori, fakta dan kebijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan
karena seorang diam, apatis malas dan tidak mengembangkan skilnya
52 Asep Usman Ismail, dkk, pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta; Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 20
40
yang diistilahkan dengan kemiskinan cultural/culture of powerty, akan
tetapi juga seseorang menjadi miskin karena lebih bersifat hambatan
kelembagaan atau strukturnya memang bisa menghambat seseorang
untuk meraih kesempatan-kesempatannya sehingga masyarakat tidak
dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya
tersedia bagi mereka.53
a. Sangat Miskin
Penduduk yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240kg beras ekuivalen
setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di pedesaan, dan
mereka yang berpenghasilan setara dengan 360kg beras untuk penduduk
yang tinggal di perkotaan.
b. Miskin
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah merka yang
mempunyai penghasilan setara dengan 240kg beras sampai 320kg beras
pertahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang
mempunyai penghasilan setara 360kg beras sampai 480kg beras pertahun
untuk penduduk yang tinggal di kota.
c. Hampir Cukup
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg beras
53 Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta; IMPAC, 1999), h. 16
41
pertahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yang
mempunyai penghasilan setara 480kg beras sampai 720kg beras pertahun
untuk penduduk yang tinggal di kota.
d. Cukup.
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang
mempunyai penghasil setara dengan lebih dari 480kg beras setiap orang
selama setahun di daerah pedesaan, dan mereka yang mempunyai
penghasilan setara 720kg beras setiap orang selama setahun untuk daerah
perkotaan.54
Sementara itu, istilah di dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata
bahasa arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam bentuk jamak
yang secara keabsahan, menurut Al-Raghib Al-Ashfahani memiliki empat
pengertian. Pertama, fakir berarti orang yang membutuhkan Allah.
Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang berkenaan dengan eksistensi
manusia, yakni bahwa setiap manusia secara universal membutuhkan
Allah sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Qur’an surat Fathir ayat 15
sebagai berikut :
یأیھا ٱلناس أنتم ٱلفقراء إلى ٱللھ وٱللھ ھو ٱلغنى ٱلحمید
“Hai manusia kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Kaha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
54 Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab
Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, (Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 30.
42
Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian ini
bahwa setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan
fisik biologis lainnya untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Ketiga,
pengertian faqir berarti tidak memiliki, tidak mengakses, dan tidak
mendapatkan sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi
kebutuhan hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni
membutuhkan pertolongan dan bantuan dari yang memiliki kemampuan.
Keempat, perkataan faqir berarti faqir al-nafs, yakni jiwa yang tidak
memiliki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk
pengayaan batin.55
Para ulama fiqih seperti Imam Hanafi berpendapat bahwa fakir
adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak ada yang
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’i
berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat dapat mencukupi
kebutuhan dasar. Sementara itu, orang yang memiliki pekerjaan tetap
tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.56
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa istilah faqir dan
miskin pada dasarnya yakni sama-sama tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya karena dari keterbatasan mereka. Namun antara fakir dan
55 Asep Usman Ismail, dkk, pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa,
(Jakarta; Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 20-21 56Hasan Sadili, (ed), Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7, (Jakarta:
PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977.
43
miskin dari segi derajatnya berbeda, fakir lebih rendah derajatnya dari
pada miskin.
C. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan wahana untuk membangun sumber daya
manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Karena itu,
kegiatan pelatihan tidak dapat di abaikan begitu saja terutama dalam
memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad ini.
Berkaitan dengan hal tersebut merupakan salah satu cara untuk
memberdayakan masyarakat.
Pelatihan akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah
untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan
atau sikap masing-masing kadar kemampuannya. Secara umum pelatihan
adalah proses untuk mengubah sikap dan tingkah laku, untuk memenuhi
tujuan organisasi. Proses berlangsung secara terus menerus baik resmi
maupun tidak resmi. Proses pelatihan resmi adalah program pelatihan yang
dikoordinasikan secara khusus dan terarah, baik dikelas maupun di tempat
kerja, sedangkan yang tidak resmi adalah proses perubahan sikap dan
tingkah laku yang dilakukan sambil bekerja dengan pengarahan dan
contoh dari atasannya atau ahlinya.57
57 Ir H. Tandjung Mursanto, Sistem Manejemen Semesta (Jakarta: Dunia Bulan Bintang,
1995), h.132-133.
44
Penggunaan istilah pelatihan (training) berdasarkan pendapat
Andrew F. Sikula adalah bahwa pelatih (training) adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan
terorganisir dimana para peserta mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis dalam tujuan terbatas.58
Menurut Dr. Oemar Hamalik melihat dari segi oprasional,
pelatihan diartikan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian
tindakan (upaya) yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk
kepribadian kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional
kepelatihannya dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.59
Begitu juga menurut Veithzal Rivai, bahwa pelatihan adalah
sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan
yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan praktik dari pada teori.
Pelatihan, secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja dimasa mendatang. Hal-
58 Dr.A.A.Amwar Prabu Mangkunegara, Des. M.Si.Psi. Manejemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001), Cet. Ke 3. H. 44. 59Oemar Hamalik, Pembangunan Sumber Daya Manusia Manejemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 10.
45
hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep pelatihan lebih lanjut,
yaitu :
1. Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah
laku peserta untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan
berkaitan dengan keahlian dan kemampuan peserta untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi
saat ini dan membantu peserta untuk mencapai keahlian dan
kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan
pekerjaannya.
2. Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk
memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk
memperoleh pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan
kemampuan, sikap, dan pengetahuan.60
1. Tujuan Pelatihan
Dalam hal ini tujuan pelatihan secara umun adalah pengembangan
kualitas sumber daya manusia yang bersumber dari kualitas manusia
seperti yang diharapkan antara lain dari aspek-aspek sebagai berikut :
a. Peningkatan semangat kerja
b. Pembinaan budi pekerti
c. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
d. Meningkatkan taraf hidup
60 Veithzal Rivai, Manejemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori Ke Praktek (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 226.
46
e. Meningkatkan kecerdasan
f. Meningkatkan keterampilan
g. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
h. Menciptakan lapangan kerja
i. Memeratakan pembangunan dan pendapatan.
Sedangkan program pelatihan (training) secara khusus bertujuan
untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang. Adapun tujuan dan
pelatihan secara khusus adalah sebagai berikut :
a. Mendidik, melatih sertaa membina tenaga kerja yang memiliki
keterampilan yang produktif dalam rangka pelaksanaan
program organisasi lapangan.
b. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan
yang memiliki kemampuan dan hasrat terus meningkatkan
dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, profesional,
beretos kerja yang tinggi dan produktif.
c. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan
bakat, minat, nilai dan pengalamannya masing-masing
(Individu).
47
d. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat
relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan.61
2. Manfaat Pelatihan
Banyak manfaat yang bisa didapat dalam melakukan pelatihan baik
untuk peserta pelatihan, maupun penyelenggara pelatihan. Setidaknya
ada tujuh manfaat yang dapat di ambil melalui penyelenggara program
pelatihan, diantaranya adalah :
a. Peningkatan produktivitas organisasi sebagai keseluruhan
antara lain karena tidak terjadinya pemborosan, karena
kecermatan melaksanakan tugas, tumbuh suburnya kerjasama
antara berbagai satuan kerja yang melaksanakan kegiatan yang
berbeda-beda dan bahkan spesialistik, meningkatnya tekad
mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya
koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan
yang bulat dan utuh.
b. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
antara lain karena adanya pendelegasian wewenang, interaksi
yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara teknikal
maupun intelektual, saling menghargai dan adanya kesempatan
bagi bawahan untuk berpikir dan bertindak secara inovatif.
c. Terjadinya proses pengambilan yang lebih cepat dan tepat
karena melibatkan para pegawai yang bertanggung jawab
61 Amelia,”Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi Handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa”(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009)h.34-35
48
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan oprasional dan tidak
sekedar diperintahkan oleh manajer.
d. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam
organisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi.
e. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan
gaya manajerial yang partisipatif.
f. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada
gilirannya memperlancar proses perumusan kebijaksanaan
organisasi dan oprasionalisasinya.
g. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah
tumbu suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan di
kalangan para anggota organisasi.
B. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, Keterampilan berasal dari
kata terampil yang berarti kecakapan dalam menyelesaikan tugas.62
Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak
didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan
pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik
merupakan satuan kesatuan yang utuh.63 Dari pendapat Gulo dapat
diketahui bahwa suatu keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya
kemauan, sikap dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sehingga
62 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 2007), Cet, Ke-4 Ed. Ke-3 h. 1180.
63 W. Gulo, strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h, 51.
49
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang.
Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia.
The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai
berikut: keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu keterampilan
dengan tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi
dengan kegiatan praktik, berlatih dan mengulang-ulang suatu kerja.
Seseorang yang memahami semua asas, metode pengetahuan dan teori
dan mampu melaksanakan praktis adalah orang yang memiliki
keterampilan.64
Dengan memerhatikan konsep keterampilan Menurut The Liang
Gie di atas dapat dikemukakan bahwa keterampilan merupakan suatu
pemahaman seseorang akan suatu metode, cara dan teknik, serta
pengetahuan dan teori dan seseorang tersebut dapat mempraktikannya
dalam kehidupan sehari-hari dalam organisasi atau lembaga tertentu
yang dapat menunjukan kalau seseorang itu mempunyai keterampilan.
Menurut Littre di dalam buku Maurice Duvenger, bahwa
pengertian keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatu
kemahiran atau manufaktur khusus.65 Maksudnya keterampilan dengan
berbagai penemuan yang direncanakan manusia dengan menggunakan
64 Drs Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi:
Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta:PT Raja Grafindo,2008), h. 70.
65 Maurice Duvanger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2007), h. 79.
50
alat-alat, mesin dan sebagainya yang memberikan peserta penguasaan
terhadap materi yang diberikan.
Menurut Syamsuar Mochtar, keterampilan adalah cara memandang
siswa serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya, yang
diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memerhatikan
perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan dan
keterampilan sebagai satu kesatuan baik berupa tujuan maupun
sekaligus bentuk pelatihannya, yang akhirnya semua kegiatan belajar
dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.66
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan
keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan peserta
dapat belajar hidup mandiri dalam melaksanakan keterampilan.
2. Jenis-Jenis Keterampilan
Mengenai keterampilan menurut Sardiman A.M dalam Ari
Kurniawan ada dua jenis keterampilan umumnya :
a. Keterampilan Jasmani, yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan
diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak
atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
b. Keterampilan Rohani, yaitu keterampilan yang menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta
66 Drs A. Samana, Mpd, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), h. 111.
51
kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau
konsep.67
Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa
keteraampilan (skill) adalah sebuah kemampuan untuk melakukan
sesuatu dengan baik. Karena itu keterampilan dan keahlian
berkembang secara terus-menerus dan mengalami pengulangan.
Skill adalah kemampuan tentang bagaimana dan apa saja yang
dikerjakan. Skill memerlukan perhatian yang sangat serius dari
peserta didi, akan tetapi mengalami (melihat) sendiri secara
langsung merupakan hal yang lebih penting. Guru terbaik adalah
pengalaman sepanjang hidup, dan kesalahan yang segera diperbaiki
merupakan perbaikan diri yang luar biasa.68
67 Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 53.
68 Herry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 29-30.
52
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Singkat Rumah Gemilang Indonesia
1. Sejarah Rumah Gemilang Indonesia
Rumah Gemilang Indonesia (RGI), Berdiri di lahan wakaf seorang
donatur seluas 1.600 meter persegi di kampung kebon kopi, Kelurahan
pengasinan, Kecamatan Sawanagan, Kota Depok. RGI, adalah sebuah unit
program pemberdayaan dan pusat pelatihan (empowering dan training
center) di bawah direktorat Program Al-Azhar Peduli Umat. Secara resmi,
RGI mulai beroprasi sejak 1 juni 2009 dengan melakukan sosialisasi
kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Sawangan Kota Depok.
Sebagai bagian dari program pemberdayaan Al-Azhar Peduli Umat,
RGI mengadopsi Platform pesantren, tetapi fokus pada penyelenggaraan
pendidikan non formal dalam kemasan shortcourse (kursus singkat .
perpaduan ini bertujuan agar para peserta pelatihan RGI tidak hanya
menyerap pengetahuan dan keterampilan unggul yang menjadi pondasi
masa depan mereka, tapi juga memiliki pengetahuan dan dasar akidah
iman yang baik.
Bukan perkara yang mudah mewujudkan gambar rencana menjadi
bangunan fungsional. Estimasi biaya pembangunan mencapai angka Rp 3
miliyar. Belum termasuk biaya fasilitas dan oprasional . Al-Azhar Peduli
53
Ummat pun mengundang donatur yang peduli terhadap pendidikan bagi
yatim dan dhuafa untuk berpartisipasi dalam pembangunan RGI. Caranya
delapan ruang kelas di lantai dua dan empat kelas di lantai satu, dilelang
dalam akad wakaf tunai masing-masing seharga Rp 100 juta. Selain
mendapatkan sertifikat, pemenang lelang berhak memberikan nama ruang,
sesuai yang dikehendaki. Aula dan perpustakaan di lantai 1, juga dilelang
dengan nilai masing-masing Rp 200 juta.
Kini, bangunan megah dengan fasilitas pelatihan yang menuju
sempurna itu, sudah di manfaatkan sebagai training center untuk remaja
usia produktif yang putus sekolah maupun yang tak mampu melanjutkan
ke jenjang tinggi. Komunitas masyarakat dan pesantren juga memetik
manfaat dari keberadaan RGI ini. Mereka secara gratis dapat belajar
pengetahuan dan keterampilan yang selama ini hanya dapat dinikmati
kalangan ekonomi mampu.
Dalam peran empowering. RGI disiapkan sebagai pusat pemberdayaan
dan enterpreneur. Seluruh produk yang dihasilkan RGI, disiapkan sebagai
produk bisnis yang akan menopang oprasional RGI dan menjadikan
wahana bagi peserta RGI memasarkan hasil karyanya. Tujuannya
meningkatkan taraf ekonomi alumni RGI untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik, mandiri, berjiwa sosial, dan memiliki nilai-nilai agama
dengan baik.
54
2. Visi dan Misi Rumah Gemilang Indonesia
a. Visi :
“Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan keterampilan serta
pengembangan masyarakat yang mampu menciptakan generasi kreatif,
produktif, mandiri dan berakhlak mulia”.
b. Misi :
1) Menjadikan RGI pusat pengetahuan dan keterampilan bagi
generasi produktif’
2) Membentuk sumber daya insani yang kreatif, produktif,
mandiri dan berakhlak mulia;
3) Melahirkan enterpreneur yang mandiri dan menjadi agent of
change masyarakat;
4) Menjadikan RGI business center bagi produk asli masyarakat;
3. Letak geografis
Rumah Gemilang Indonesia berlokasi di Jln. Pengasinan RT. 01/06
Kp. Kebon Kopi Kec. Sawangan Kota Depok Jawa Barat 16518 Tlp.
(0251) 8614288. Website : www.rumahgemilangindonesia.com //
www.alazharpeduli.com. Secara geografis letak lembaga RGI ini
sangat strategis karena sangat terlihat sekali dari jalan raya
55
4. Struktur Kepengurusan
Gambar 1.
MANAGER
ADM & KEUANGAN
UNIT USAHA DAN KEMANDIRIAN
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
UNIT BUIDING MANAJEMEN
PARA INSTRUKTUR
1. KREATIF HANDICRAFT
2. MINI GARMENT
3. MINI BUTIK
1. KESEKRETARIATAN
2. SECURITY SERVICE
3. CLENING SERVICE
4. PERAWATAN DAN PENGEMBANGAN ASET
PROGRAM REGULER
PROGRAM STUDI 1. TEKNIK
KOMPUTER DAN JARINGAN
2. FOTOGRAFI DAN VIDEOGRAFI
3. DESIGN GRAFIS
4. MENJAHIT DAN TATABUSANA
PROGRAM NON REGULER
PROGRAM KHUSUS :
1. IBU KREATIF 2. DA’I MELEK
TEKNOLOGI 3. SANTRI
MELEK TEKNOLOGI
4. MOBILE TRAINING
56
Tujuan :
Meningkatkan taraf ekonomi masyarakat untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik, mandiri, berjiwa sosial dan memiliki nilai-
nilai agama.
5. Unit Pendidikan Dan Latihan
a. Program Regular
Program rgular adalah pelatihan keterampilan untuk generasi usia
produktif (17-30) dari keluarga yang kurang mampu. Masa diklat
selama 5 bulan setiap satu angkatan, terdiri dari:
1. 3 bulan pelatihan teori dan praktek
2. 1 bulan workshop terpadu
3. 1 bulan pemagangan
Jam pelatihan fullday setiap hari senin sampai jum’at mulai pukul
07.30 sampai 16.00 WIB. Sistem diklat shortcourse dan full beasiswa
bagi peserta yang lulus seleksi.
57
Tabel 1.
Tabel Kegiatan RGI
Waktu Kegiatan PIC
07.30-08.00 Shalat dhuha, pembacaan surat Al-Waqiah, dan do’a pagi
Instruktur pendamping spiritual care community
08.00-09.00 Pendampingan spiritual care communitya & capacity building
Instruktur pendamping spiritual care community
09.00-12.00 Materi keterampilan masing-masing program studi, teori dan praktek
Instruktur keterampilan program studi
12.00-12.30 Shalat dzuhur berjama’ah dan kultum dzhuhur
Seluruh peserta diklat
12.30-13.30 Makan siang bersama dan bersih kingkungan RGI
Seluruh peserta diklat
13.30-15.00 Materi keterampilan masing-masing program studi, teori dan praktek
Instruktur keterampilan program studi
15.00-15.30 Shalat ashar, kultum ashar
Seluruh peserta diklat (kultum oleh peserta secara bergantian
15.30-16.00 Lanjut materi program studi
Instruktur keterampilan program studi
16.00-21.00
Jam tambahan belajar. RGI
memberikan kesempatan bagi peserta diklat untuk keperluan tugas dari instruktur dan pendalaman materi. (prosedur dan ketentuan berlaku).
Peserta diklat
58
b. Materi Diklat
1) Teori dan praktek keterampilan
2) Sepiritual Care Community dan Chatacter Building.
3) Factory Tour
4) Menulis kreatif dan Pengenalan Internet
5) Leadership dan Kewirausahaan
6) Workshop Terpadu
7) Pemegangan
c. Program Pelatihan:
1. Program Study Menjahit dan Tata Busana.
2. Program Study Design Grafis.
3. Program Study Fotografi dan Videografi.
4. Program Study Teknik Komputer dan Web Design.
5. Aplikasi perkantoran.
6. Otomotif.
d. Program Non Reguler
Program non reguler merupakan pengembangan program
reguler dengan mengoptimalkan sarana dan peralatan pelatihan
keterampilan. Waktu pelatihan setiap hari sabtu dan minggu mulai
dapa pukul 08.00 WIB program non reguler terdiri dara:
1) Ibu Kreatif
59
Program khusus bagi ibu-ibu rumah tangga dengan
pelatihan keterampilan handiccraft. Masa pelatihan 3
bulan teori dan praktek ditambah 1 bulan workshop.
Setelah diklat, peserta didampingi dalam kewirausahaan
dengan stimulus usaha kelompok. Jumlah peserta setiap
angkatan 20 orang.
2) Santri Melek Teknologi (SMT)’
Ikhtiar memberikan bekal keterampilan ilmu
komputer bagi santri pondok pesantren tradisional. Melek
teknologi melalui ilmu komputer menjadi target para
santri setelah mengikuti program ini.
3) Da’i Melek Teknologi (DMT)
Program khusus bagi da’i-da’i dengan memberikan
keterampilan teknik komputer, pengenalan teknologi
komunikasi dan internet serta teknik dakwah melalui
dunia maya. Pelatihan selama 1 bulan ini, Peserta
ditargetkan mengenal dan menguasai teknologi komputer
dan internet yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan
dakwahnya.
4) Mobile Training
Mobile Training merupakan ikhtiar agar masyarakat
luas mampu menjangkau nilai manfaat RGI. Bentuk
kegiatannya, RGI secara aktif mendatangi kelompok-
60
kelompok masyarakat yang relatif jauh dari RGI untuk
memberikan pelatihan keterampilan. Varian keterampilan
berdasarkan kebetulan masyarakat lokal tertentu, seperti
keterampilan handirafts yang unsur input sudah disiapkan
RGI. Program ini juga merupakan titik awal
pengembangan ekonomi dan spiritual masyarakat.
e. Peserta Program
Peserta menerima manfaat program regular adalah:
1) Generasi muda produktif
2) Generasi putus sekolah
3) Generasi yang bermasalah pada ekonomi
4) Genersai yang tak mampu menempuh pendidikan non
formal
5) Komunitas pesantren tradisional
f. Kriteria Peserta
1) Berasal dari keluarga yang kurang mampu
2) Laki-laki dan wanita.
3) Batas usia 17-30 tahun.
4) Jenjang pendidikan tidak diutamakan.
5) Bisa membaca menulis dan berhitung.
6) Sehat jasmani dan rohani
7) Tidak sedang aktif sekolah maupun kuliah
61
8) Tidak sedang terikat kontrak kerja dengan pihak tertentu.
9) Siap dan komitment mengikuti seluruh rangkaian diklat.
10) Mematuhi semua peraturan yang telah dibuat dan disepakati.
g. Sarana dan Fasilitas
1) Beasiswa full pendidikan dan pelatihan bagi yang lulus seleksi.
Diklat RGI baik program reguler maupun non reguler
semuanya full beasiswa (gratsi). Peserta adalah mereka yang
lulus seleksi yang prosesnya sebagaimana yang telah
dijabarkan. Seluruh peserta diklat adalah mereka yang
termasuk ashnaf penerima zakat yang berhak menerima zakat,
infaq dan shadaqah.
2) Ruang Program Study pelatihan representative
Ruang kelas disiapkan senyaman dan sekondusif mungkin
untuk kegiatan belajar mengajar. Di lantai bawah (satu)
terdapat 4 ruangan kelas yang terdiri dari :
- 1 ruang kelas program studi teknik komputer dan
jaringan
- 1 ruang kelas praktek program studi menjahit dan
tatabusana
- 1 ruang kelas program studi menjahit dan tatabusana
untuk teori, pembuatan pola dan pemotongan bahan
jahitan.
- 1 ruang kelas umum
62
Sedangkan di lantai atas (dua) terdiri dari :
- 1 ruang kelas program studi design grafis
- 1 ruang kelas program studi fotografi dan videografi
- 1 ruang perpustakaan umum RGI
- 1 ruang produksi “kreatif handicrafts”
- 1 ruang produksi “mini batik”
- 1 ruang produksi “mini garment”
Tabel 2.
Jumlah fasilitas yang ada di RGI
No Peralatan Unit Peruntukan
1 Mesin Jahit Biasa 20 Praktek Menjahit & Tata Busana
2 Mesin Jahit Hightspeed 5 Praktek Menjahit & Tata Busana
3 Mesin Obras 12 Praktek Menjahit & Tata Busana
4 Komputer Spec. 1 20 Praktek Komputer & Jaringan
5 Komputer Spec. 2 20 Praktek Design Grafis
6 Komputer Spec. 3 4 Praktek Editing Foto dan Video
7 Softbox 1 Praktek Lighting/Studio Foto
8 Kamera Foto SLR 6 Praktek Fotografi
9 Kamera Video 2 Praktek Videografi
10 Infokus/LCD Projector 2 Teori Materi Semua Kelas
63
3) Peralatan keterampilan, praktikum dan workshop.
Peralatan tersebut adalah peralatan utama dan wajib ada
untuk mendukung berjalannya proses pelatihan. Selain
peralatan tersebut, terdapat peralatan dan perlengkapan lain
yang mendukung kegiatan pelatihan.
4) Perpustakaan umum.
Perpustakaan disiapkan untuk menunjang referensi dan
bahan bacaan peserta diklat. Perpustakaan juga terbuka untuk
umum, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan beberapa
ketentuan. Jenis bukunya tentang buku keterampilan khusus,
buku-buku motifasi dan pengembangan diri, buku pengetahuan
umum dan islam, tafsir, novel, cerpen, ensiklopedi, dll.
(prosedur pemakaian dan peminjaman buku terlampir)
5) Musolah dan aula serbaguna.
Area musolah berukuran 15 x 4 m, terletak didepan. Tata
letak ini didesign agar tercipta kondisi spirit islami. Musolah
yang mudah diakses dan luas dengan kapasitas skitar 100
orang. Selain untuk sarana ibadah solat sehari-hari, juga
difungsikan untuk taklim/pengajian, training motivasi dan
bimbel, serta kegiatan lain.
6) Aula serbaguna.
Aula terletak di belakang. Fungsinya sebagai ruang kelas
umum, yaitu untuk materi SCC, leadership dan kewirausahaan,
64
makan siang bersama dan kegiatan umum lainnya. Area ini
juga dapat disewakan untuk seminar atau training terbatas.
7) Lapangan olahraga.
Halaman depan RGI dimanfaatkan untuk lapangan
bulutangkis, sarana olahraga standar bagi peserta diklat
8) Function Hall.
Ruangan ini difungsikan sebagai kelas stadium general,
rapat manajemen, training dan workshop. Ruangan ini juga
dapat disewakan untuk masyarakat umum
9) Makan siang.
RGI memberikan fasilitas makan siang bersama selama
masa diklat berlangsung. Makan siang bersama dilaksanakan.
h. Output Program
1. Berpengetahuan (Knowledge)
Peserta mampu menjadi pribadi yang cerdas secara
intelektual dengan muatan materi-materi keislaman,
kemansiaan, kepedulian dan pengetahuan umum.
2. Berkeahlian (skill)
Peserta memiliki keahlian atau keterampilan khusus sesuai
dengan pilihan Program study keterampilannya sehingga
mampu membuka kesempatan kerja dan berwirausaha.
3. Berakhlaqul karimah (Value)
65
Peserta mampu menjadi pribadi yang cerdas dalam spiritual
dan emosionalnya. Hal ini menjadi kekuatan bagi peserta baik
dalam keluarga, masyarakat dan dunia kerja.
i. Unit Usaha dan Kemandirian
Selain pendidikan dan pelatihan, RGI juga disiapkan menjadi
business center bagi produk-produk karya peserta diklat dan
produk lokal masyarakat. Unit ini digerakan sebagai ikhtiar
manjalankan usaha menuju kemandirian RGI.
1) Rumah Gemilang Fashion dan Handicrafts
2) Rumah Gemilang Design dan Production
j. Sinergi dan Kemitraan
Kemitraan menjadi strategi dan kekuatan penting. Dalam
mengoptimalkan proses dan output program RGI menjalin
kemitraan dengan berbagai pihak:
1) Sinergi dengan donatur, CSR atau lembaga pendonor dalam
pembiayaan oprasional dan pengadaan peralatan pelatihan
2) Kemitraan dengan perusahaan atau unit usaha dalam
pemagangan, factory tour dan penyaluran tenaga kerja
3) Kemitraan dengan LAZ dan lembaga daerah dalam perekrutan
diklat di wilayah Indonesia.
66
BAB IV
ANALISI PENGEAMATAN DAN TEMUAN LAPANGAN
Sebagai lembaga pendidikan di luar sekolah yaitu Rumah Gemilang
Indonesia (RGI) yang memainkan peran dalam membantu melengkapi kebutuhan
pendidikan di luar sekolah, memiliki strategi-strategi dalam pemberdayaan guna
mengatasi permasalahan anak dalam ruang lingkup pendidikan. Strategi
pemberdayaan dapat di artikan sebagai tujuan maupun proses. Sebagai tujuan,
maka strategi pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni klien
yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan. Sedangkan sebagai proses
pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara kolektif, dalam arti mengaitkan
dengan sumber atau sistem lain dari luar dirinya. Strategi itu sendiri adalah
keseluruhan langkah dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan
atau untuk mengatasi suatu persoalan.69
A. STRSTEGI RUMAH GEMILANG INDONESIA DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAUM DHUAFA MELALUI
PELATIHAN KETERAMPILAN DI RUMAH GEMILANG
INDONESIA
Sebelum mengarah pada pembahasan yang lebih lanjut, penulis ingin
memaparkan salah satu kacamata teori yang digunakan untuk melihat
pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat, seperti yang juga telah
69 Bintaro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, Teori dan Strategi Pembangunan
Nasional,(Jakarta: Mas Agung,1998), h. 13).
67
dipaparkan di bab sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat sebagaimana
yang dinyatakan oleh Jim Ife, yakni sarana yang digunakan untuk memberikan
kepada masyarakat sumber-sumber, kesempatan, pengetahuan dan
keterampilan guna meningkatkan kapasitas masyarakat.
1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Kaum dhuafa di Rumah
Gemilang Indonesia
Pada bab sebelumnya penulis menggunakan tinjauan teori yang salah
satunya tentang strategi pemberdayaan masyarakat dimana hal ini
dijelaskan bahwa dalam konteks pekerja sosial, pemberdayaan masyarakat
dapat dilakukan dengan tiga strategi yakni mikro, mezo dan makro.
Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat tentu saja bertujuan pada
ranah yang luas yakni berdampak terhadap masyarakat khalayak namun
dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara
individual, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain
diluar dirinya.
Adapaun strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah
Gemilang Indonesia ini menurut penulis termasuk dalam strategi level
mezo, karena sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya strategi mezo
merupakan pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekelompok klien,
sebagaimana Rumah Gemilang Indonesia yang memang menggunakan
kelompok dengan pengumpulan dan pengorganisasian masyarakat umum
68
melalui proses yang telah ditetapkan dan kemudian digunakan sebagai
media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan dinamika kelompok, biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dimilikinya.
Demikian halnya Rumah Gemilang Indonesia yang melaksanakan
program pelatihan keterampilan dimana tidak hanya aspek terampil saja
tetapi juga banyak nilai dan prinsip dalam hidup yang diberikan lalu
pendidikan dan pengetahuan yang merunjuk pada prinsip islam serta
kemandirian.
“Program kegiatan yang dilakukan oleh RGI tidak hanya sebatas pelatihan keterampilan saja, akan tetapi RGI lebih mengutamakan pembinaan akhlak karena sangat penting untuk bekal nantinya. Kalau hanya mempunyai skill hebat tetapi tidak mempunyai attitudenya kurang baik itu percuma. Makanya mengapa RGI memberikan pembinaan rohani terlebih dahulu kepada para peserta agar mereka terbiasa dan nantinya akan seimbang antara akhlak dengan skill yang dia punya”.70
Strategi ini juga menjadi pengaruh pada ranah yang lebih luas dalam
pandangan penulis, karena dengan memberikan keterampilan terhadap
masyarakat serta memberikan kesempatan kepada mereka dalam
membangun usaha maka secara tidak langsung juga akan menciptakan
lapangan pekerjaan pada masyarakat lainnya yang kemudian kembali pada
70 Wawancara pribadi dengan Manager Rumah Gemilang Indonesia. Sabtu, 25 Maret
2017
69
tujuan dasarnya yakni pengentasan dan mengurangi tingkat pengangguran
dan kemiskinan.
Pendidikan dan keterampilan bukanlah hal yang bersifat praktis dalam
upaya pemberdayaan masyarakat. Berbagai macam proses tentunya dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Sama halnya seperti konsep pemberdayaan masyarakat
yang diterangkan oleh Suharto bahwa pemberdayaan merupakan sebuah proses
dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami maslah kemiskinan.
Rumah Gemilang Indonesia sebagai lembaga yang turut berupaya
menumbuhkembangkan potensi masyarakat melalui pelatihan keterampilan juga
memiliki berbagai macam proses sebagaimana di terangkan oleh Ruslan :
“Jadi di awali dari kita sosialisasi dari media online dan non online lalu di bukalah sesi pendaftaran, Setelah proses pendaftaran dilakukan dan melewati proses seleksi, barulah mereka yang telah resmi diterima kemudian di interview selanjutnya setelah minat dan bakatnya kelihatan barulah masuk tahap penjurusan. Setelah itu masuk pada fase diklat, nanti ada kegiatan belajar mengajar lalu dua hari terakhir ada juga job training atau praktek kerja lapangan. Seperti mengadakan bazar atau event-event tertentu semacam vermak busana gratis bagi peserta yang pelatihan menjahit dan tata busana. Ada yang service motor gratis bagi peserta yang pelatihan otomotif dan lain sebagainya. Dalam diklat itu ada juga kelas pembentukan karakter seperti ngaji Al-Quran, ceramah Agama, dan lain-lain yang mencakup pada sepiritual dilakukan setiap hari sebelum mulainya kegiatan materi pelatihan. Jadi yang tadinya tidak bisa mengaji, solat dan akhlaknya yang kurang baik kita harapkan disini para peserta akan dibimbing sebaik mungkin baik dari segi pengetahuan maupun mental. Jadi memang yang namanya lembaga zakat itu ya lembaga dakwah, artinya ada sharing nilai yang harus diberikan. Kemudian setelah
70
evaluasi, ketika dia lulus maka dia lanjut pada tahap selanjutnya dan mendapat sertifikat. Setelah lulus dan mendapat sertifikat lalu kita berikan kesempatan magang selama satu bulan dengan bermodalkan surat dan jurnal magang, mereka bisa mencari tempat sendiri atau rekomendasi dari kita. Nah fase magang inilah yang sebenarnya menjadi fase krusial dimana kompetensi yang sudah mereka miliki itu bisa di aplikasikan atau tidak. Setelah magang masih pada fase pendampingan lebih lanjut, apakah mereka memilih untuk berkarir dengan arahan kami atau mereka mencari sendiri”.71
Dan lebih dari itu, adapun sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunnyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ruslan :
“Tujuannya yaa seperti tadi saya bilang, tujuan paling utama adalah untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Untuk kedepan nanti RGI akan membuka cabang-cabang di seluruh daerah. Agar seluruh masyarakat indonesia yang kurang mampu dari segi ekonomi bisa merubah nasibnya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan keterampilan secara geratis. Dan kita juga ingin seluruh siswa yang masuk RGI bisa mandiri, dan berwirausaha maupun berkarir.”.72
Tiap rangkaian kegiatan merupakan proses yang tergambar dalam konsep
pemberdayaan masyarakat. Selain itu juga merupakan hal yang paling penting
agar program yang telah direncanakan dapat sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Melalui berbagai proses dan tujuan inilah kemudian program pelatihan
71 Wawancara pribadi dengan Manager Rumah Gemilang Indonesia. Sabtu 25 Maret 2017 72 Wawancara pribadi dengan Manager Rumah Gemilang Indonesia. Sabtu, 25 Maret
2017
71
keterampilan seperti yang dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia dapat di
anggap sebagai suatu keberadaan esensial dalam pemberdayan masyarakat.
B. HASIL OUTPUT PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN
RUMAH GEMILANG INDONESIA
Hasil output program pelatihan keterampilan merupakan tahap selanjutnya
dalam pencapaian proses pemberdayaan masyarakat. Bukan hanya sebatas pada
keberhasilan program pihak lembaga saja tetapi juga manfaat yang dirasakan oleh
peserta pelatihan. Bagaimana dampak yang diberikan terhadap masyarakat
melalui pelatihan keterampilan di Rumah Gemilang Indonesia. hal ini tentunya di
lihat dari hasil-hasil yang telah di capai oleh para alumni yang memang telah
mandiri secara ekonomi maupun aspek lainnya.
Untuk itu berikut pembahasan yang setidaknya ada lima hal mengenai apa saja
hasil yang didapatkan serta manfaat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya
bagi mereka yang telah lulus dan menjadi alumni mandiri di Rumah Gemilang
Indonesia :
1. Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman
Dalam proses pendidikan dan pelatihan tentu saja memiliki dinamika
tersendiri khususnya dalam hal ini di Rumah Gemilang Indonesia. Beberapa
peserta dan alumni mengakui bahwa manfaat yang mereka terima tidak hanya
sebatas terampil saja, disamping itu pengetahuan dan pengalaman juga
demikian. Sebagaimana jelas Ridwan alumni pelatihan otomotif :
72
“orang-orang disana pada baik-baik dan ramah-ramah, terus selain saya dilatih nyervis motor saya juga bisa belajar agama kaya ngaji Al-Quran, Tausiah dan praktek ibadah, udah kaya pesantren aja gitu cuma bedanya ada pelatihan keterampilan”.73
2. Menjadi terampil dan percaya diri
Hal ini tentu saja menjadi salah satu tujuan dari masyarakat yang ingin
mengikuti pelatihan keterampilan, yakni menjadi terampil dan mahir dalam
suatu bidang agar dapat diaplikasikan dan membawa manfaat secara materil.
Demikian juga rasa percaya diri dan berakhlakul karimah sebagai penunjang.
Seperti yang di katakan oleh wahyu peserta Design Grafis :
“Yaa alhamdulillah bang semenjak saya ikut pelatihan disini saya lebih percaya diri gitu, dulu kan saya orangnya minderan kalo gabung sama orang-orang yang pinter gitu. saya di bina dengan baik juga dengan guru-guru disini, trus ga Cuma pelatihan aja si bang saya disini kaya santri aja gitu ngaji, trus solat tahajud, dengerin tausyiah, trus belajar fiqih juga bang. Pokonya banyak deh bang”.74
3. Mendapatkan jaringan dan pekerjaan
Sebagai dari alumni Rumah Gemilang Indonesia yang telah menyelesaikan
pelatihan keterampilan memang bekerja atas rekomendasi setelah proses
magang dilakukan. Hal ini justru sangat bermanfaat bagi mereka, artinya
pihak RGI sebagai pemberdaya masyarakat tidak melepas masyarakat begitu
saja mereka yang telah selesai mengikuti pelatihan, tetapi juga memberikan
kesempatan dan peluang untuk bekerja. Seperti yang dikatakan oleh alumni
73 Wawancara pribadi dengan peserta pelatihan di RGI. Sabtu, 25 Maret 2017 74 Wawancara pribadi dengan peserta pelatihan RGI. Sabtu, 25 Maret 2017
73
Rumah Gemilang Indonesia Nurhayati alumni pelatihan menjahit dan
tatabusana :
“iya mas dulu emang ditawarin, jadi kita juga dibantu nyalurin ketempat kerja juga, saya ambil aja, kerjanya di PT pembuatan celan gitu di daerah lebak wangi. Waktu itu sih saya Cuma bantu ibu jualan aja mas di sekolahan , nah pas ada yang ngasih tau kalo ada pelatihan keterampilan gitu saya coba ikut tes aja, walaupun udah agak tua saya nya, tapi alhamdulillah saya keterima, terus kerja di PT dah. Saya ngga lama kerja di situ, saya coba-coba pinjem modal buka usaha sendiri dan alhamdulillah sekarang bisa buka usaha sendiri.”75
4. Dapat bekerja dan berpenghasilan layak
Seperti yang dikatakan oleh Nurhayati :
“wah mas namanya juga usaha ya, suka ga tentu juga sih, tapi biasanya kalo ditotal-totalin sih sebulan itu pemasukan bisa sampai 5 juta lebih . Itu dari pembuatan baju bola dengan jaket motor”76
Hal tersebut menunjukan bahwa pekerjaan dan penghasilan yang didapatkan oleh
Arifudin sebagai alumni Rumah Gemilang Indonesia dapat dikatakan layak
serta memberikan hasil yang sangat bermanfaat.
5. Membuka peluang kerja masyarakat luas
Dengan membuka dan membangun usaha mandiri, para alumni sudah
tentu membutuhkan karyawan sebagai penunjang usaha yang mereka jalankan
dengan demikian dapat membuka lapangan pekerjaan kepada masyarakat luas.
Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Nurhayati pelatihan menjahit :
75 Wawancara pribadi dengan alumni RGI. Minggu 26 Maret 2017 76 Wawancara pribadi dengan alumni RGI. 26 Maret 2017
74
“Alhamdulillah sekarang saya udah bisa buka tempat pembuatan kaos bola, jaket motor, sweter dan lain-lain. Ya lumayan lah mas untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahi anak-anak. Bersyukur banget saya ikut pelatihan di RGI itu banyak sekali manfaatnya”.77
Dengan usaha yang dirintis oleh Nurhayati artinya ia dapat memberikan
lapangan pekerjaan terhadapa masyarakat. Setidaknya akan jauh lebih
bermanfaat dan memberdayakan masyarakat lebih luas lagi. Terlebih lagi jika
usaha yang dibangun jauh lebih besar.
77 Wawancara pribadi dengan alumni RGI. Minggu 26 Maret 2017
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Strategi yang dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia
dalam hal memberdayakan kaum dhuafa dengan melatih bakat dan
keterampilan kaum dhuafa, meningkatkan kesadaran sosial dan
agama sudah dilaksanakan dengan baik. Strategi yang di lakukan
oleh Rumah Gemilang Indonesia menggunakan pendekatan
pemberdayaan yang dikatakan oleh Adi Isbandi Rukminto dalam
bukunya. Dari tahapan sosialisasi/identifikasi sampai kepada
tahapan terminasi. Tidak hanya program pelatihan keterampilan
saja yang diberikan, akan tetapi sebuelum melaksanakan kegiatan
pelatihan, para peserta diberikan Spiritual Care Community (SCC)
adalah pendampingan khusus spiritual kepada seluruh peserta oleh
instruktur pendamping. Materi ini menjadi salah satu menu utama
yang khusus diikuti oleh semua peserta diklat sebagai ikhtiar
penguatan mental dan spiritual dan pembinaan akhlak. Rutin setiap
pagi sebelum memasuki kelas pelatihan semua peserta
mengawalinya dengan shalat dhuha, pembacaan surat Al-Waqi’ah
bersama, kajian Al-Qur’an dan Hadits, motivasi dan capacity
bulding. Pendamping SCC juga membuka diri dan mengalokasikan
waktu khusus bagi peserta diklat yang ingin konsultasi dan mencari
pemecahan masalah yang dihadapi. Baik masalah pribadi, maupun
masalah keluarga bahkan sampai masalah sosial.
76
Penulis menyimpulkan, bahwa pada prakteknya strategi
yang dijalankan oleh Rumah Gemilang Indonesia Sawangan
Depok sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Edi
Soeharto dalam bukunya, yang menyatakan bahwa strategi
pemberdayaan itu dapat didekatimelalui aras mikro, aras mezzo,
dan aras makro. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa strategi
pemberdayaan yang dilakukan oleh Rumah Gemilang Indonesia
Sawangan Depok telah mencapai pada strategi aras mikro dan aras
mezzo. Sedangkan untuk aras makro belum kelihatan.
Strategi aras mikro memiliki titik tekan pada individu, salah
satunya melalui bimbingan atau konseling. Strategi pemberdayaan
yang dijalankan dengan maksud dan tujuan akhir untuk membantu
para peserta keluar dari kemiskinan, kebodohan, dan masalah-
masalah sosial yang lain dengan harapan, melalui program yang
dijalankan, para peserta dapat mandiri dan membantu orang tua
mereka kelak.
B. Saran Dengan adanya hal yang terjadi saat ini yaitu jumlah anak dhuafa
yang putus sekolah, tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran), dan
miskin, akibat tidak meratanya kesejahteraan ekonomi, mahalnya biaya
pendidikan yang menyebabkan mereka tak berdaya di tengah-tengah
kemajuan ekonomi dan teknologi.
Adanya hal tersebut menjadi sebuah dorongan kepada Rumah
Gemilang Indonesia agar bisa memberikan fasilitas ruangan untuk para
77
peserta yang setiap tahunnya meningkat karena dari baerbagai daerah
datang untuk mendaftarkan dirinya.
Dengan demikian minat para peserta semakin banyak dari berbagai
daerah berdatangan ke Rumah Gemilang Indonesia, alangkah baiknya
Rumah Gemilang Indonesia mendirikan sebuah cabang lembaga pelatihan
keterampilan di daerah-daerah.
78
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis),
(Jakarta: Lembaga penerbit FEUI, 2003), Cet 1, h. 1.
Kartono, kartini.Patologi Sosial Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.2007.h.208
Syaiful Arif,Menolak Pembangunanisme, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2000),
Cet.1, h.289.
Magnis Suseno. S.J.Keadilan dan Analisa Sosial : Segi-Segi Etis, Dalam J.B.
Bana Wiratman, S.J. (ed), kemiskinan dan Pembebasan, Kannisiius,
(Yogyakarta: Kannisiius, 1987), Cet.1, h. 37.
PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K), Keberhasilan Mengurangi Angka Kemiskinan, Edisi
Desember, h. 1
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang
Pembangunan Manusia Indonesia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara),
h. 8
Didik J. Rachbini, Pembangunan Ekonomi Dan Sumber daya Manusia. (PT
Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta, 2001), h. 114.
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan..., h. 53.
79
Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.28.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT Refika
Aditama, 2005), h. 59.
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2004), h. 1-7
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung, PT.
Remaja Rosda Karya, 2012) Cet. Ke-30. H. 4.
Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2003). Cet. Ke-2. H. 39.
Sanapiah Faisal. Format-Format Penelitian Sosial. (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada 2005). H. 109.
Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003).
Cet.Ke-1. h. 100.
Nurul Hidayat S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan
Kualitatif, (Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006) Cet.
Ke-1, h.8.
Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 207.
Piuss dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (surabaya: Arkola, 1994),
Cet. Ke-1.
80
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Press),
h. 74.
B. Wawancara
Wawancara pribadi dengan Manager Rumah Gemilang Indonesia. Sabtu, 25 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan Manager Rumah Gemilang Indonesia. Sabtu 25 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan Manager Rumah Gemilang Indonesia. Sabtu, 25 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan peserta pelatihan di RGI. Sabtu, 25 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan peserta pelatihan RGI. Sabtu, 25 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan alumni RGI. Minggu 26 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan alumni RGI. 26 Maret 2017
Wawancara pribadi dengan alumni RGI. Minggu 26 Maret 2017
C. Internet
http://www.wikipedia.org/wiki/tape_recorder,diambil jam 11:30 hari senin
2 November 2016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
( Wawancara Pemimpin Lembaga )
1. Apa sebenarnya Rumah Gemilang Indonesia itu? 2. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya RGI? 3. Apa tujuan utama di bentuknya Rumah Gemilang Indonesia? 4. Bagaimana proses dari awal hingga akhir dalam program pelatihan
keterampilan? 5. Siapa saja dan seperti apa persyaratan untuk bisa menjadi peserta RGI? 6. Apa saja hasil yang dicapai serta perubahan yang anda lihat? 7. Apakah ada penyaluran kerja bagi yang telah selesai?
( Wawancara Instruktur kegiatan )
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Rumah Gemilang Indonesia? 2. Materi apa saja yang anda berikan dalam pelatihan? 3. Bagaimana metode pelatihan yang anda terapkan? 4. Bagaimana menurut anda adanya pelatihan seperti ini? 5. Apakah memberikan kontribusi kepada masyarakat luas? 6. Apa hambatan yang anda alami ketika memberikan pelatihan? 7. Apa harapan anda kedepan dengan adanya lembaga seperti ini? 8. Seberapa efektifkah menurut anda pemberdayaan dalam bentuk pelatihan
keterampilan di RGI?
( Wawancara peserta pelatihan )
1. Dari mana tau kamu informasi RGI ini? 2. Apa pekerjaan/kegiatan kamu sebelum masuk ke RGI? 3. Bagaimana persyaratan ketika kamu menjadi peserta RGI? 4. Apa saja yang anda dapakatan dari RGI? 5. Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan di RGI? 6. Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan ini dan setelah lulus?
( Wawancara Alumni RGI )
1 Dari mana tau kamu informasi RGI ini? 2 Apa pekerjaan/kegiatan kamu sebelum masuk ke RGI? 3 Bagaimana persyaratan ketika kamu menjadi peserta RGI? 4 Apa saja yang anda dapakatan dari RGI? 5 Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan di RGI? 6 Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan ini dan setelah lulus?
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Ruslan
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Agustus 2017
Jabatan : Manager
Tempat : Rumah Gemilang Indonesia
1. Apa sebenarnya Rumah Gemilang Indonesia itu?
Rumah Gemilang Indonesia merupakan salah satu lembaga, Badan Semi Otonom atau jejaringan bahasa kita menyebutnya dimana lembaga ini menangani pengentasan kemiskinan dan pengangguran melalui pelatihan-pelatihan keterampilan yang aplikatif dan pelatihan kewirausahawan.
2. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya RGI?
Berdiri dulu di lahan wakaf seorang donatur seluas 1.600 meter persegi di kampung kebon kopi Sawanagan, Kota Depok. RGI, adalah sebuah unit program pemberdayaan dan pusat pelatihan (empowering dan training center) di bawah direktorat Program Al-Azhar Peduli Umat. Secara resmi, RGI mulai beroprasi sejak 1 juni 2009 dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Sawangan Kota Depok.pokonya di buku panduan RGI lengkap kamu baca aja
3. Apa tujuan utama di bentuknya Rumah Gemilang Indonesia?
Yaa seperti saya bilang tadi, tujuan RGI adalah sebagain upaya dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Jadi pada dasarnya kita itu pengennya ya menjadi role model atau lembaga rujukan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Itulah tujuan yang kita inginkan. Dan juga kita ingin seluruh siswa RGI itu bisa mandiri. Ada sebagian yang berwirausaha dan adapula yang berkarir.
4. Bagaimana proses dari awal hingga akhir dalam program pelatihan keterampilan
Jadi di awali dari kita sosialisasi dari media online dan non online lalu di bukalah sesi pendaftaran, Setelah proses pendaftaran dilakukan dan melewati proses seleksi, barulah mereka yang telah resmi diterima kemudian di interview selanjutnya setelah minat dan bakatnya kelihatan barulah masuk tahap penjurusan. Setelah itu masuk pada fase diklat, nanti ada kegiatan belajar mengajar lalu dua hari terakhir ada juga job training atau praktek kerja lapangan. Seperti mengadakan bazar atau event-event tertentu semacam vermak busana gratis bagi peserta yang pelatihan menjahit dan tata busana. Ada yang service motor gratis bagi peserta yang pelatihan otomotif dan lain sebagainya. Dalam diklat itu ada juga kelas
pembentukan karakter seperti ngaji Al-Quran, ceramah Agama, dan lain-lain yang mencakup pada sepiritual dilakukan setiap hari sebelum mulainya kegiatan materi pelatihan. Jadi yang tadinya tidak bisa mengaji, solat dan akhlaknya yang kurang baik kita harapkan disini para peserta akan dibimbing sebaik mungkin baik dari segi pengetahuan maupun mental. Jadi memang yang namanya lembaga zakat itu ya lembaga dakwah, artinya ada sharing nilai yang harus diberikan. Kemudian setelah evaluasi, ketika dia lulus maka dia lanjut pada tahap selanjutnya dan mendapat sertifikat. Setelah lulus dan mendapat sertifikat lalu kita berikan kesempatan magang selama satu bulan dengan bermodalkan surat dan jurnal magang, mereka bisa mencari tempat sendiri atau rekomendasi dari kita. Nah fase magang inilah yang sebenarnya menjadi fase krusial dimana kompetensi yang sudah mereka miliki itu bisa di aplikasikan atau tidak. Setelah magang masih pada fase pendampingan lebih lanjut, apakah mereka memilih untuk berkarir dengan arahan kami atau mereka mencari sendiri.
5. Siapa saja dan seperti apa persyaratan untuk bisa menjadi peserta RGI?
Selain melalui pendaftaran secara online, ada pada yang sifatnya menjemput bola, yakni kemitraan program, maksudnya ada lembaga-lembaga atau yayasan-yayasan di provinsi atau kota lain yang bisa menjadi mitra kita, yang bisa menggarap potensi mustahik di lingkungan sekitar. Jadi mereka mencari mustahik dan mengirim ke kita lalu kita berdayakan. Atau ada juga yang bersifatnya exhouse yaitu RGI mengadakan pelatihan di daerah tertentu.inilah yang disebut kemitraan program.adapun pendanaannya tidak hanya dari dana zakat, tetapi juga melalui dana CSR atau filantropi yakni mereka para pengusaha professional yang mau menshare ilmunya.
6. Program apa saja yang di berikan oleh RGI?
Program kegiatan yang dilakukan oleh RGI tidak hanya sebatas pelatihan keterampilan saja, akan tetapi RGI lebih mengutamakan pembinaan akhlak karena sangat penting untuk bekal nantinya. Kalau hanya mempunyai skill hebat tetapi tidak mempunyai attitudenya kurang baik itu percuma. Makanya mengapa RGI memberikan pembinaan rohani terlebih dahulu kepada para peserta agar mereka terbiasa dan nantinya akan seimbang antara akhlak dengan skill yang dia punya.
7. Apa saja hasil yang dicapai serta perubahan yang anda lihat?
Alhamdulillah, banyak sekali yang kita rasakan manfaatnya baik itu kami sendiri dan khususnya bagi mereka yang telah menjadi alumni pelatihan di RGI.misalnya saja ada banyak info dari alumni mengenai keadaan atau manfaat yang mereka rusakan. Tidak jarang mereka yang berjunjung silaturahmi kesini. Ada diantara mereka yang bahkan memiliki usaha sendiri cukup besar lalu mencari pegawai kesini.atau juga mereka yang
menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan tertentu. Karena kami meyakini apa yang ditanamkan bagi mereka baik dari segi kemampuan, keahllian dan yang terpenting nilai-nilai dalam kehidupan yang mandiri serta nilai islami. Memang tidak ada beberapa yang juga diantara mereka tidak berhasil, entah tidak lulus atau masih belum memiliki pekerjaan secara layak. Seperti yang saya katakana sebelumnya, pada dasarnya memang tidak semua orang miskin yang dapat kita berdayakan apalagi factor minimnya kemauan dan motivasi yang dapat menghambat tujuan dari suksesnya pelatihan ini.
8. Apakah ada penyaluran kerja bagi yang telah selesai?
Jelas ada, pada tahap akhir setela para peserta lulus di wisudha kami tidak melepaskan para peserta begitu saja, akan tetapi kita menanyakan pada peserta tentang minat untuk ke depannya apakah ingin berwirausaha atau ingin bekerja di sebuah perusahaan. Jika peserta tersebut ingin bekerja di sebuah perusahaan maka kita mencarikan perusahaan yang butuh tenaga kerja. Jika peserta ingin membuka usaha maka kita akan memberikannya modal walaupun tidak sampai seratus persen.
Nama : Suhelmi
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Agustus 2017
Jabatan : Instruktur pelatihan
Tempat : Rumah gemilang indonesia
1. Sudah berapa lama anda bekerja di Rumah Gemilang Indonesia?
Sudah lumayan lama mas saya disini sekitar 3 tahun lebih lah.
2. Materi apa saja yang anda berikan dalam pelatihan?
Ya materi pelatihan yang meliputi tata busana mas, seperti bagaimana cara menjahit dasar lalu bagaimana membuat pola ketika kita ingin membuat suatu busana lalu bagaimana agar si jahitan ini mengunci dengan kuat banyak lah mas kemudian cara mengobras. Dan lain-lain
3. Bagaimana metode pelatihan yang anda terapkan?
Cara penyampaian sama aja kaya pelatihan yang lain, peserta diminta untuk mempelajari secara teori terlebih dahulu. Di berikan modal-modal seputar perbaikan busana. Kadang saya menyampaikan lewat presentasi dari slide tetapi juga biasanya langsung pada prakteknya. Mereka saya perlihatkan bagaimana teknik membuat pola, bagaimana teknik memotong bagaimana teknik menjahit dan lain-lain. Selebihnya mereka yang melakukan sendiri dengan pengawasan dari saya dan temen yang biasa bantu saya mengajar juga.
4. Bagaimana menurut anda adanya pelatihan seperti ini?
Ya jelas bagus mas, banyak sekali memberikan manfaat kepada para peserta. Apalagi mereka yang memang pada awalnya udah punya basic, terus minat dan bakatnya juga kelihatan. Otomatis untuk mengasuh keterampilan seperti ini pun juga lebih mudah menyerap. Mudah-mudahan sih model pelatihan seperti ini bisa banyak ditiru oleh lembaga-lembaga yang ada ya, terus di sini bisa menjadi lebih luas lagi untuk bangunan kelasnya agar penerima peserta baru bisa lebih meningkat.
5. Apa hambatan yang anda alami ketika memberikan pelatihan?
Kalo untuk melatih tatabusana dan menjahit pasti ada aja kendalanya. Proses menjahit kebanyakan para peserta agak sulit kecuali peserta yang memang pada dasarnya sudah punya bakat menjahit.
6. Apa harapan anda kedepan dengan adanya lembaga seperti ini?
Harapan saya ya itu tadi semoga dengan pelatihan seperti ini berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran di Negara kita dan perbanyak
lembaga-lembaga seperti RGI ini kalo bisa di daerah plosok-plosok ada gitu.
7. Seberapa efektifkah menurut anda pemberdayaan dalam bentuk pelatihan keterampilan di RGI?
Kalo di bilang efektif ya tergantung sih kalo peserta bisa memanfaatkan kesempatan pelatihan yang gratis ini sebaik mungkin terus bisa membawa rejeki buat dia ya tentunya efektif banget. Apalagi sekarang kan orang nyari kerja yang dibutukan skill.
Nama : Ekyawan
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Agustus 2017
Jabatan : peserta pelatihan
Tempat : Rumah gemilang indonesia
1. Dari mana tau kamu informasi RGI ini?
Taunya sih waktu itu ada temen yang ngabarin, trus dia kasih link websitenya RGI. Trus pas saya coba buka saya tertarik skali bisa mengembangkan bakat saya dan kebetulan pelatihannya gratis. Langsung aja saya daftar dan ikut sleksi Alhamdulillah keterima
2. Apa pekerjaan/kegiatan kamu sebelum masuk ke RGI?
Bantuin emak dagang makanan di SD deket rumah bang. Mau lanjut ke jenjang SMA ga ada biaya bang.
3. Bagaimana persyaratan ketika kamu menjadi peserta RGI?
Syaratnya waktu itu ijazah terakhir sama ngisi formulir bang dan SKTM
4. Apa saja yang anda dapakatan dari RGI?
Yang saya dapatkan yang ilmu bang trus punya temen banyak dan di RGI juga saya jadi bisa membaca Al-Qur’an dengan benar.
5. Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan di RGI?
Mmhh ga ada sih alhamdulillah lancer-lancar aja, paling suka kepikiran sama orang tua, biasanya saya suka bantu-bantu. Soalnya disini tinggal diasrama.
6. Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan ini dan setelah lulus?
Bisa dapetin modal trus saya buka usaha sendiri sih pengennya, kalo ngga ya krja dulu sambil cari tambah-tambahan untuk buka usaha.
Nama : Ridwan
Hari/Tanggal : Minggu, 27 Agustus 2017
Jabatan : Alumni
Tempat : Rumah alumni
1. Apa pekerjaan/ kegiatan kamu sekarang?
Ya alhamdulillah mas saya punya bengkel sendri walaupun kecil-kecilan
2. Berapa penghasilan yang anda dapatkan dari usaha ini?
Ga nentu mas tergantung yang servis motor tapi keseringan sih perhari saya bisa pegang uang 200-300 ribu di luar servis besar yaa mas kalo servis besar ongkosnya lumayan mahal mas. Kisaran 200 permotor
3. Bagaimana perubahan yang anda rasakan setelah menjadi alumni RGI?
Perubahan yang saya rasakan sangat bermanfaat sekali mas jadi tambah mateng ilmu saya yang tadinya saya cma bisa bongkar aja yaa sekarang masang juga bisa.
4. Apakah RGI membantu anda dalam mencari pekerjaan?
Dulu saya di tawarin kerja di bengkel gede mas Cuma disitu saya ngga sampe 1 tahun setelah itu saya berhenti dan buka usaha sendiri
5. Apa kesan kamu selama ikut pelatihan di RGI?
orang-orang disana pada baik-baik dan ramah-ramah, terus selain saya dilatih nyervis motor saya juga bisa belajar agama kaya ngaji Al-Quran, Tausiah dan praktek ibadah, udah kaya pesantren aja gitu cuma bedanya ada pelatihan keterampilan.
6. Apa harapan anda kedepan terhadap RGI?
Harapannya semoga terus berkembang untuk RGI karena ini sangat bermanfaat sekali untuk mengurangi kemiskinan mas.
Nama : Nurhayati
Hari/Tanggal : Minggu, 27 Agustus 2017
Jabatan : Alumni
Tempat : Rumah alumni
1. Apa pekerjaan/ kegiatan kamu sekarang?
Ya alhamdulillah mas beginilah hasilnya, udah punya usaha pembuatan baju bola dan jaket sendiri.
2. Berapa penghasilan yang anda dapatkan dari usaha ini
Yaa namanya juga usaha ya mas ada naik surutnya kalo lagi rame ya rame pesanan kadang kalo lagi sepi yaa sepi. Tapi kalo di hitung secara keseluruhan sih alhamdulillah mpemasukan ga kurang dari 5jt lah. Itu dari pembuatan baju bola dan jaket
3. Bagaimana perubahan yang anda rasakan setelah menjadi alumni RGI?
Bermanfaat sekali mas, lebih ngerasa ada keahlian saja. Memang dulu sebelumnya saya juga suka benerin baju celana keluarga saya walaupun manual tidak pakai mesin mas. Nah saya fikir harus ikut kursus nih biar tambah mateng tekniknya. Dimana-mana saya liat tempat kursus gitu pada mahal-mahal biayanya, pas saya liat-liat internet lagi ada pelatihan yang gratis di sawangan depok, saya coba daftar aja dan ikut sleksi dan alhamdulillah diterima
4. Apakah RGI membantu anda dalam mencari pekerjaan?
Kebetulan dulu saya pas lulus itu ditawarin kerja ditempat saya magang mas. Awalnya kerja disana, gak lama sih terus saya langsung nyari pinjaman untuk biaya tambahan buka usaha. Ya alhamdulillah sekarang bisa seperti ini mas
5. Apa kesan kamu selama ikut pelatihan di RGI?
Orang-orang disana baik-baik mas dan ramah ramah, terus selain itu juga saya dilatih untuk menjahit kita juga busa belajar mengaji dan mendengarkan tausyiah, udah kaya pesantren aja gitu. Pkonya yaa banyak mas kesannya.
6. Apa harapan anda kedepan terhadap RGI?
Harapan saya mudah-mudahan RGI jadi tambah besar biar banyak lagi yang ikut pelatihan terus bisa membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Nama : Wahyu
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Agustus 2017
Jabatan : peserta pelatihan
Tempat : Rumah gemilang indonesia
1. Dari mana tau kamu informasi RGI ini?
Taunya dari ibu bang , dulu tiba-tiba ibu nyuruh saya daftar ke sini yaa saya coba aja alhamdulillah saya keterima disini.
2. Apa pekerjaan/kegiatan kamu sebelum masuk ke RGI?
Yaa kegiatan apa yaa bang, yaa ga ngapa-ngapain kadang bantu ibu jualan gitu aja bang.
3. Bagaimana persyaratan ketika kamu menjadi peserta RGI?
Syaratnya waktu itu ijazah terakhir sama ngisi formulir bang dan SKTM
4. Apa saja yang anda dapakatan dari RGI?
Yaa alhamdulillah bang semenjak saya ikut pelatihan disini saya lebih percaya diri gitu, dulu kan saya orangnya minderan kalo gabung sama orang-orang yang pinter gitu. saya di bina dengan baik juga dengan guru-guru disini, trus ga Cuma pelatihan aja si bang saya disini kaya santri aja gitu ngaji, trus solat tahajud, dengerin tausyiah, trus belajar fiqih juga bang. Pokonya banyak deh bang.
5. Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan di RGI?
Kendalanya apa ya, kayanya hampir ga ada kendala sih bang
6. Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan ini dan setelah lulus?
Harapan saya sih saya pengen kerja di kantor gitu bang, pengen menjadi karyawan tetap dan bisa memnuhi kebutuhan keluarga nantinya bang
GAMBAR-GAMBAR
a. Kegiatan Olahraga Sore Kelas Otomotif b. Kegiatan pembuatan polaTata Busana
c. Wawancara dengan Manager RGI d. Kegiatan membuat Karya Ilmiah
a. Kegiatan Kelas Design Grafis