skripsi - core.ac.uk · pdf filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah...

60
SKRIPSI ANALISIS PERILAKU PENYUSUN ANGGARAN DALAM PERSPEKTIF KEAGENAN PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN A. NURUL ILMI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: doantu

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU PENYUSUN ANGGARAN DALAM PERSPEKTIF KEAGENAN PADA KABUPATEN DAN KOTA

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

A. NURUL ILMI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2016

Page 2: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

ii

SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU PENYUSUN ANGGARAN DALAM PERSPEKTIF KEAGENAN PADA KABUPATEN DAN KOTA

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

A. NURUL ILMI A31112283

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016

Page 3: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

iii

SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU PENYUSUN ANGGARAN DALAM PERSPEKTIF KEAGENAN PADA KABUPATEN DAN KOTA

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

disusun dan diajukan oleh

A. NURUL ILMI A31112283

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 6 Oktober 2016

Pembimbing I

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Pembimbing II

Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA NIP 196811251994122002

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Page 4: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

iv

SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU PENYUSUN ANGGARAN DALAM

PERSPEKTIF KEAGENAN PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

disusun dan diajukan oleh

A. NURUL ILMI A31112283

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi

pada tanggal 24 November 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,

Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA Ketua 1.....................

2. Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si, CA Sekretaris 2.....................

3. Dr. Ratna Ayu Damayanti, S.E., Ak., M.Soc, Sc, CA Anggota 3.....................

4. Dr. Nirwana, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota 4.....................

5. Drs. Syahrir, Ak., M.Si, CA Anggota 5.....................

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Page 5: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : A. Nurul Ilmi

NIM : A31112283

jurusan/program studi : Akuntansi/Strata Satu (S1)

dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

ANALISIS PERILAKU PENYUSUN ANGGARAN DALAM

PERSPEKTIF KEAGENAN PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 6 Oktober 2016

Yang membuat pernyataan,

A. Nurul Ilmi

Page 6: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas

segala berkah dan kasih sayangNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Penyusun Anggaran dalam Perspektif

Keagenan pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan”. Skripsi ini

menjadi tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Dukungan, bantuan, dan bimbingan berbagai pihak telah menghantarkan

skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segala pihak

yang telah mendampingi dari mulai penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti haturkan kepada ayah, M.

Basir Gani dan ibu, Andi Wahida yang hingga saat ini senantiasa menjadi

sandaran dan spirit terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga

menyampaikan terima kasih kepada adik-adik, A. Khalil Gibran, A. Muhammad

Hilal, dan A. Fuad Ahsan yang terus menjadi motivasi bagi peneliti, serta kepada

keluarga besar yang senantiasa memberi dukungan dan semangat kepada

peneliti.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Mediaty, S.E.,

M.Si., Ak., CA dan Ibu Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA selaku dosen

pembimbing atas kesediaannya dalam memberikan arahan dan masukan, serta

motivasi kepada peneliti. Terima kasih pula kepada Bapak Drs. M. Christian

Mangiwa, M.Si., Ak., CA selaku dosen penasihat akademik peneliti dan kepada

Bapak-Ibu Dosen serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin.

Page 7: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

vii

Ucapan terima kasih peneliti tujukan kepada Pimpinan Badan

Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan atas izin dan

kemudahan yang diberikan kepada peneliti selama melaksanakan penelitian. Hal

yang sama peneliti haturkan kepada seluruh jajaran dan pegawai dalam lingkup

Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Terima kasih kepada teman-teman Akuntansi Unhas 2012, teman- teman

Media Ekonomi FEB Unhas, dan teman-teman Masjid Darul Ilmi FEB Unhas. Tak

lupa terima kasih juga peneliti haturkan untuk sahabat “Pattene”, “Cinta Segitiga”,

“Keluarga Kecil”, teman-teman KKN Unhas Gelombang 90 Kelurahan Lanrisang,

dan sahabat peneliti dari SD hingga Perguruan Tinggi. Semoga kita semua

menjadi lebih baik dalam segala kebaikan.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat ke depannya. Namun

demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna terlepas dari segala pihak yang

telah mengulurkan bantuannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

membangun dibutuhkan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik.

Makassar, 6 Oktober 2016

Peneliti

Page 8: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

viii

ABSTRAK

Analisis Perilaku Penyusun Anggaran dalam Perspektif Keagenan pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

Analysis of Budget Compiler’s Behavior within the Agency Perspective in

Regency and City of South Sulawesi Province

A. Nurul Ilmi Mediaty

Aini Indrijawati

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan Pendapatan Asli Daerah dan perubahan Dana Perimbangan terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran yang menjelaskan mengenai hubungan keagenan pada kabupaten dan kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan data sekunder berupa data dokumenter. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan Pendapatan Asli Daerah secara parsial berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran, sedangkan perubahan Dana Perimbangan secara parsial tidak berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran. Selain itu, perubahan Pendapatan Asli Daerah dan perubahan Dana Perimbangan secara simultan berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran. Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, perilaku oportunistik

penyusun anggaran This research aims to analyze the influence of change in Own Source Revenue and change ini Balanced Fund to budget compiler’s behavior that explains agency relationships in regency and city of South Sulawesi Province. Research method of this research is multiple regression analysis by using secondary data were obtained from documentary data. The results of this research showed that the change in Own Source Revenue partially affects to budget compiler’s behavior, while change in Balanced Fund partially does not affect to budget compiler’s behavior. Beside that, change in Own Source Revenue and change in Balanced Fund simultaneously affect to budget compiler’s behavior. Keywords: Own Source Revenue, Balanced Fund, budget compiler’s behavior

Page 9: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

2

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..........................................................................

HALAMAN JUDUL .............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................

PRAKATA ..........................................................................................

ABSTRAK ..........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................

DAFTAR TABEL ................................................................................

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................

1.1. Latar Belakang ............................................................

1.2. Rumusan Masalah ......................................................

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................

1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................

1.4.1. Kegunaan Teoretis ..........................................

1.4.2. Kegunaan Praktis ............................................

1.5. Sistematika Penulisan .................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

2.1. Tinjauan Teori .............................................................

2.1.1. Teori Keagenan ...............................................

2.1.2. Hubungan Keagenan di Sektor Publik .............

2.1.2.1. Hubungan Keagenan Eksekutif dan

Legislatif .............................................

2.1.2.2. Hubungan Keagenan Legislatif dan

Rakyat................................................

2.1.2.3. Hubungan Keagenan dalam

Penyusunan Anggaran di Indonesia ...

2.1.3. Penganggaran Sektor Publik dan Politik

Anggaran .........................................................

2.1.4. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

2.1.4.1. Proses Penyusunan APBD ................

2.1.4.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..........

2.1.4.3. Dana Perimbangan ............................

2.1.5. Oportunisme dalam Penganggaran Sektor

Publik ..............................................................

2.2. Tinjauan Empirik .........................................................

Halaman

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xii

xiii

xiv

1

1

7

7

8

8

8

8

10

10

10

11

11

12

13

14

16

16

18

18

20

24

Page 10: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

x

2.3. Kerangka Pemikiran ....................................................

2.4. Hipotesis Penelitian ....................................................

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................

3.1. Rancangan Penelitian .................................................

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................

3.3. Populasi dan Sampel ..................................................

3.4. Jenis dan Sumber Data ...............................................

3.5. Teknik Pengumpulan Data ..........................................

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...............

3.6.1. Perubahan Pendapatan Asli Daerah ................

3.6.2. Perubahan Dana Perimbangan .......................

3.6.3. Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran .......

3.7. Analisis Data ...............................................................

3.7.1. Statistik Deskriptif ............................................

3.7.2. Uji Asumsi Klasik .............................................

3.7.2.1. Uji Normalitas .....................................

3.7.2.2. Uji Multikolinearitas ............................

3.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas .......................

3.7.3. Uji Hipotesis.....................................................

3.7.3.1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ..............

3.7.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..........

3.7.4. Analisis Regresi ...............................................

3.7.5. Koefisien Determinasi (R2) ...............................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

4.1. Deskripsi Data.............................................................

4.2. Analisis Data ...............................................................

4.2.1. Statistik Deskriptif ............................................

4.2.2. Uji Asumsi Klasik .............................................

4.2.2.1. Uji Normalitas .....................................

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ............................

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas .......................

4.2.3. Uji Hipotesis.....................................................

4.2.3.1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ..............

4.2.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..........

4.2.4. Analisis Regresi ...............................................

4.2.5. Koefisien Determinasi (R2) ...............................

4.2.6. Pembahasan ...................................................

BAB V PENUTUP ............................................................................

5.1. Kesimpulan .................................................................

5.2. Saran ..........................................................................

5.3. Keterbatasan Penelitian ..............................................

25

27

31

31

31

31

32

32

33

33

33

33

36

36

36

36

37

37

37

37

38

38

39

40

40

41

41

42

42

43

43

44

44

45

46

47

47

53

53

54

55

Page 11: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

xi

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

LAMPIRAN .......................................................................................

56

60

Page 12: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2015 ...........................................

4.1 Jumlah PPAD, PDP, dan PO pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Selatan ..................................................

4.2 Statistik Deskriptif ..............................................................

4.3 Uji Normalitas ....................................................................

4.4 Uji Multikolinearitas ............................................................

4.5 Uji Heteroskedastisitas ......................................................

4.6 Hasil Uji t ...........................................................................

4.7 Hasil Uji F ..........................................................................

4.8 Hasil Analisis Regresi R2 ...................................................

Halaman

3

40

41

42

43

44

44

45

47

Page 13: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Kerangka Pemikiran..........................................................

Halaman

26

Page 14: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Biodata ..............................................................................

2 Hasil Uji Normalitas ...........................................................

3 Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................

4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..............................................

5 Hasil Uji Hipotesis dan Koefisien Determinasi (R2) .............

Halaman

61

62

63

64

65

Page 15: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menerapkan kebijakan otonomi

daerah yang setiap daerahnya diberikan kewenangan khusus dalam mengelola

dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah merupakan suatu fase

yang mempertegas adanya desentralisasi dalam pelaksanaan pemerintahan.

Nadir (2013) menyimpulkan “desentralisasi merupakan sebuah konsep yang

mengisyaratkan adanya pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah di tingkat bawah untuk mengurus wilayahnya sendiri”. Nadir (2013)

menambahkan bahwa desentralisasi bertujuan untuk mendorong pemerintah agar

lebih concern terhadap peningkatan efisiensi serta efektivitas pelaksanaan

pelayanan publik pada setiap lapisan masyarakat.

Anggaran menjadi salah suatu manifestasi pelaksanaan pelayanan publik

dan menjadi suatu alat yang disusun pemerintah dengan berbagai pertimbangan.

Anggaran mencakup estimasi dalam periode waktu tertentu dan digunakan untuk

pelaksanaan pemerintahan. Dalam hal kaitannya dengan otonomi daerah,

anggaran direpresentasikan dalam Anggaran Pendapatan Balanja Daerah (APBD)

yang menjadi salah satu hal krusial dalam tatanan pemerintahan yang langsung

menyentuh ranah rakyat. Konsekuensi dari adanya otonomi daerah ini mendorong

pemerintah daerah (pemda) untuk lebih bekerja secara mandiri dalam mengurus

sendiri keuangannya, dalam hal ini merancang, menyusun, dan menetapkan perda

APBD.

Page 16: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

2

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

kepala daerah sebagai bagian dari pemda memiliki tugas dan wewenang dalam

menyusun dan mengajukan rancangan peraturan daerah (perda) APBD.

Selanjutnya, rancangan perda ini dibahas dan disetujui bersama Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Lebih lanjut, penetapan undang-undang

tersebut berbuntut pada terciptanya berbagai modifikasi mendasar pada hubungan

pemda sebagai eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai

legislatif.

Seiring dengan penetapan undang-undang yang mengatur tentang

pemerintahan daerah, maka hal ini berimplikasi pada terjadinya peningkatan

tanggung jawab yang lebih besar di tubuh pemda dalam penyelenggaraan

pemerintahan di tingkat daerah, salah satunya Provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi

Sulawesi merupakan salah satu daerah yang melaksanakan otonomi daerah yang

terdiri atas 21 kabupaten dan tiga kota.

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentral perekonomian di

kawasan Indonesia bagian timur. Dengan citra demikian, Provinsi Sulawesi

Selatan menjadi daerah dengan potensi pendapatan yang cukup besar dan

diharap mampu dalam melaksanakan pemerintahan secara mandiri, termasuk

dalam mengelola sendiri keuangan daerahnya. Dalam mengelola keuangan

sendiri, pemda dalam hal ini memiliki tugas dan wewenang dalam merancang,

menyusun, dan menetapkan APBD untuk daerahnya sendiri. Berikut perbandingan

pendapatan dan belanja pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 17: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

3

Tabel 1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 dalam Satuan Rupiah

Kabupaten/Kota Pendapatan Belanja

Bantaeng 683.522.948.372,00 683.350.622.203,00

Barru 787.984.459.926,00 812.430.371.690,46

Bone 1.671.266.086.750,00 1.704.859.604.245,00

Bulukumba 1.217.841.650.069,00 1.337.751.514.998.00

Enrekang 802.671.826.841,00 858.334.286.896,00

Gowa 1.339.477.079.210,00 1.378.785.522.998,00

Jeneponto 917.138.054.366,00 965.929.126.012,00

Kepulauan Selayar 722.528.690.000,00 732.028.690.000,00

Luwu 1.019.263.132.211,00 1.040.231.959.930,00

Luwu Timur 1.113.896.600.155,00 1.267.033.581.875,00

Luwu Utara 999.688.016.048,00 1.021.448.022.998,00

Maros 1.139.552.126.278,00 1.139.324.126.278,00

Pangkajene dan Kepulauan 1.118.340.294.235,00 1.127.757.157.017,00

Pinrang 1.043.892.403.833,00 1.042.142.403.833,00

Sidenreng Rappang 1.028.359.173.000,00 1.058.525.869.000,00

Sinjai 846.961.456.577,00 872.461.456.577,00

Soppeng 921.134.600.410,00 937.734.583.216,00

Takalar 908.306.497.317,00 908.306.497.317,00

Tana Toraja 809.147.892.454,00 858.594.689.000,00

Toraja Utara 744.920.498.450,00 747.856.616.850,00

Wajo 1.137.337.072.761,00 1.158.137.072.761,00

Makassar 3.081.367.914.000,00 3.324.367.914.000,00

Palopo 741.187.396.600,00 722.746.021.600,00

Parepare 730.012.750.145,00 735.591.485.544,00 Sumber: BPKD Provinsi Sulawesi Selatan (2015)

Proyeksi anggaran pendapatan di kabupaten dan kota di Provinsi

Sulawesi Selatan rata-rata ternyata lebih sedikit apabila dibandingkan dengan

proyeksi anggaran untuk alokasi belanja. Hal ini menyebabkan banyaknya defisit

pada laporan APBD tahunan pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi

Selatan. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, alokasi-alokasi

belanja ini tentu harus berasaskan pada preferensi masyarakat pada umumnya.

Beberapa alokasi utama dalam pembelanjaan daerah, meliputi alokasi di bidang

pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan pemerintahan umum, serta alokasi

pada bidang-bidang lainnya. Penggunaan yang tidak tepat sasaran dapat

Page 18: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

4

mendorong perilaku oportunistik yang menyebabkan adanya pos-pos belanja yang

tidak terlalu urgen.

Di Sulawesi Selatan sendiri, terdapat berbagai kasus yang

mengindikasikan adanya dugaan maupun tindakan penyimpangan yang nyata

dalam pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah pada kabupaten dan kota

yang terdapat di provinsi tersebut. Kasus penyimpangan pengelolaan keuangan

yang terjadi di kabupaten/kota di Provinsi Selatan, antara lain penemuan Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) Wilayah VI Makassar atas penyelewengan keuangan

negara pada beberapa kabupaten, dinas, dan BUMN di Provinsi Sulawesi Selatan.

Keseluruhan jumlah penyelewengan tersebut mencapai lebih dari Rp

486.000.000.000 yang kebanyakan berasal dari APBD tahun 2002 dan 2003

(http://www.antikorupsi.org). Kasus lainnya adalah dugaan penyalahgunaan dana

yang bersumber dari APBD 2014 untuk proyek pembangunan bronjong serta dana

pemeliharaan alat berat yang terjadi di Kabupaten Bone yang diperkirakan

merugikan negara sebesar Rp 5.000.000.000 (https://nasional.tempo.co). Kasus

serupa terjadi di Kabupaten Jeneponto yang melibatkan DPRD Kabupaten

Jeneponto atas dugaan dana aspirasi fiktif untuk pencairan dana proyek. Dugaan

kasus ini mencuat oleh adanya dana aspirasi proyek dalam APBD 2013 yang

pengerjaannya telah dilaksanakan pada tahun 2012 (http://upeks.co.id). Di sektor

pendidikan, berdasarkan data dari Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)

Makassar, kasus korupsi sektor pendidikan di Sulawesi Selatan sepanjang tahun

2015-2016 mencapai delapan kasus dengan total kerugian negara sebesar lebih

dari Rp 6.200.000.000 yang meliputi kasus korupsi Dana Alokasi Khusus,

pemotongan Bantuan Siswa Miskin (BSM), rehabilitasi sekolah, korupsi dana block

grant pembangunan sekolah, korupsi dana pendidikan gratis, dan korupsi dana

Biaya Operasional Sekolah (BOS) (http://kopel-online.or.id/). Di sektor lain yakni

Page 19: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

5

pada sektor kesehatan berdasarkan hasil temuan dari Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sulawesi Selatan menunjukkan adanya

indikasi penyelewengan APBD tahun 2012-2013 untuk proyek pengadaan alat

kesehatan di Kabupaten Luwu yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp

8.000.000.000 (http://www.indikasinews.com/).

Berbagai kasus yang mengindikasikan adanya dugaan maupun tindakan

penyimpangan yang nyata akibat dari perilaku oportunistik ini berimplikasi pada

berbagai usaha dalam memanfaatkan celah dalam anggaran yang bisa memenuhi

kepentingan pribadi atau kelompok-kelompok tertentu, terutama oleh pihak-pihak

yang memiliki akses luas dalam segala hal terkait dengan penyusunan anggaran

ini. Lebih lanjut, penyusunan anggaran daerah ini menilik keterkaitan antara

pemda sebagai eksekutif dan DPRD sebagai legislatif, dan hal ini tentu melibatkan

masyarakat sebagai sasaran utama dalam proses penyusunan anggaran.

Hubungan yang melibatkan pemda, DPRD, dan masyarakat ini dapat ditinjau dari

perspektif keagenan. Hubungan keagenan yang melibatkan tiga elemen tersebut

lebih lanjut dilihat dari sudut pandang hubungan antara eksekutif dan legislatif,

maka eksekutif bertindak sebagai agen, dan legislatif sebagai prinsipal, sedangkan

dari sudut pandang legislatif dan rakyat (pemilih), legislatif adalah agen, sementara

rakyat (pemilih) adalah prinsipal (Halim dan Abdullah, 2006).

Adanya berbagai kecenderungan penyalahgunaan APBD mendorong

berbagai penelitian terkait perilaku oportunistik penyusun anggaran dalam

perumusuan APBD. Penelitian mengenai perilaku oportunistik penyusun anggaran

ini antara lain sudah pernah dilakukan oleh Abdullah dan Asmara (2006) yang

menggunakan besaran perubahan PAD sebagai variabel independen dan perilaku

oportunistik legislatif sebagai variabel dependen. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa legislatif berperilaku oportunistik dalam penyusunan APBD,

Page 20: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

6

dan besaran perubahan PAD berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik

legsilatif. Maryono (2013), Agung (2012), dan Fathony (2011) juga menemukan

hal serupa bahwa besaran perubahan PAD, DAU, Dana Perimbangan, dan Sisa

Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) berpengaruh positif terhadap perilaku

oportunistik dalam penyusunan APBD. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

Parwati (2015) menunjukkan bahwa besaran perubahan PAD, DAU, dan SiLPA

berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran.

Perubahan APBD menjadi sarana yang legal dalam mengubah alokasi

anggaran. Kenyataan ini membuka peluang adanya kemungkinan untuk

memenuhi utilitas pribadi atau golongan melalui keleluasaan dalam

mengalokasikan anggaran. Segelintir dari berbagai kasus dalam penyelewengan

APBD khususnya pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan ditambah

berbagai penelitian terkait perilaku oportunistik penyusun anggaran, menjadi

indikasi kemungkinan terjadinya masalah keagenan yang berujung pada perilaku

oportunistik penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi

Selatan.

Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi di atas, penelitian ini bukan

hendak mendeteksi atau menjustifikasi dugaan adanya tindakan penyelewengan

yang dilakukan oleh pihak yang memiliki otoritas dalam penyusunan anggaran ini.

Penelitian ini hendak mengkaji pengaruh anggaran perubahan pendapatan, dalam

hal ini perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan perubahan Dana

Perimbangan terhadap alokasi belanja yang menggambarkan perilaku penyusun

anggaran dalam perspektif keagenan. Selanjutnya, untuk memfasilitasi hal

tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku Penyusun

Anggaran dalam Perspektif Keagenan pada Kabupaten dan Kota di Provinsi

Sulawesi Selatan”.

Page 21: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, PAD dan Dana

Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk

membiayai segala keperluan yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah perubahan PAD berpengaruh terhadap perilaku oportunistik

penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Apakah perubahan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap perilaku

oportunistik penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi

Sulawesi Selatan?

3. Apakah perubahan PAD dan perubahan Dana Perimbangan secara simultan

berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran pada

kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

diadakan dengan tujuan untuk menganalisis hal-hal sebagai berikut.

1. Pengaruh perubahan PAD terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran

pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Pengaruh perubahan Dana Perimbangan terhadap perilaku oportunistik

penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Pengaruh perubahan PAD dan perubahan Dana Perimbangan terhadap

perilaku oportunistik penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi

Sulawesi Selatan.

Page 22: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

8

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini dapat berguna dan memberikan manfaat, yaitu sebagai

berikut.

1. Referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat permasalahan

terkait perilaku penyusun anggaran ditilik dari perspektif keagenan, hal ini

khususnya dalam ruang lingkup sektor publik.

2. Sumber literatur ilmu pengetahuan, khususnya terkait dengan hubungan yang

melibatkan perilaku penyusun anggaran dan penganggaran daerah yang

dilihat dari sudut pandang teori keagenan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat berguna dan memberikan manfaat, yaitu menjadi

suatu masukan untuk kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan dalam

memahami lebih jauh mengenai perilaku penyusun anggaran dalam perspektif

teori keagenan.

1.4.3. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab pokok bahasan

yang memberikan rincian dan penjabaran secara sistematis, yaitu sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat mengenai teori-teori yang melandasi penelitian, tinjauan

empirik yang merupakan penelitian-penelitian terdahulu, dan hipotesis

penelitian.

Page 23: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

9

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan mengenai rancangan penelitian, tempat dan waktu

penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional,

instrumen penelitian, serta analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memaparkan hasil statistik deskriptif, uji asumsi klasik, hasil

analisis regresi, uji hipotesis, dan uji koefisien determinasi, serta

pembahasan.

BAB V Penutup

Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian.

Page 24: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

10

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Teori keagenan mengkaji lebih jauh mengenai hubungan kontraktual

yang terjadi antara pihak prinsipal yang membuat kontrak (baik secara eksplisit

maupun implisit) dengan pihak agen yang diharapkan dapat bersinergi dengan

baik. Namun, Jensen dan Meckling (1976) menyatakan “jika kedua kelompok

(agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan

utilitasnya, maka alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu

bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal”. Hubungan kontraktual yang

melibatkan agen dan prinsipal ini, seyogyanya dapat berimpak pada hal positif

berupa efisiensi, namun mengingat discreationary power yang dimiliki lebih

cenderung berdampak negatif yang menimbulkan perilaku oportunistik (Abdullah,

2006 dalam Abduh, 2015). Masalah yang sering timbul dari adanya hubungan

kontraktual ini adalah realitas bahwa kepadatan informasi yang dimiliki oleh pihak

agen dibandingkan prinsipal dapat memicu terciptanya moral hazard oleh pihak

agen dan adverse selection yang mendorong pihak prinsipal mengeluarkan

sejumlah biaya untuk melakukan pemantauan terhadap agen dan mengambil

tindakan dalam penentuan struktur yang insentif dan monitoring yang efisien

(Petrie, 2002).

Muliati (2011) menyatakan bahwa dalam teori keagenan memiliki asumsi

bahwa setiap individu bertendensi untuk kepentingan diri sendiri yang mendorong

terciptanya konflik kepentingan antara pihak agen dan prinsipal. Lebih lanjut,

Stiglitz (1999) dalam Asmara (2010) memberi pernyataan bahwa masalah

Page 25: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

11

keagenan terdapat pada semua organisasi, baik organisasi privat maupun

organisasi publik. Carr dan Brower (2000) dalam Asmara (2010) menyatakan

bahwa terdapat dua pilihan dalam kontrak terkait model keagenan yang

sederhana, yakni (1) behavior-based (prinsipal melakukan monitor terhadap

perilaku agen), dan (2) outcome-based (pemberian insentif yang memotivasi agen

dalam pencapaian kepentingan prinsipal).

2.1.2. Hubungan Keagenan di Sektor Publik

2.1.2.1. Hubungan Keagenan Eksekutif dan Legislatif

Lane (2003) dalam Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa teori

keagenan dapat diimplimentasikan pada organisasi sektor publik. Dalam sektor

publik, eksekutif dan legislatif memiliki keterkaitan satu sama lain dalam perspektif

keagenan. Halim (2002), Fozzard (2001), dan Moe (1984) dalam Halim dan

Abdullah (2006) menyebutkan bahwa eksekutif sebagai agen dan legislatif sebagai

prinsipal.

Prinsipal dengan otoritas yang dimilikinya dalam mengambil sejumlah

tindakan, melakukan pendelegasian otoritas tersebut kepada agen. Dalam

perumusan kebijakan yang baru oleh legislatif, pihak legislatif sebagai prinsipal

melakukan pelimpahan kewenangan kepada eksekutif sebagai agen untuk

kemudian usulan kebijakan oleh eksekutif ini berakhir pada penolakan atau

penerimaan dari pihak legislatif selaku pihak yang melakukan pendelegasian

wewenang.

Johnson (1994) dalam Abdullah dan Asmara (2006) memberi istilah self-

interest model untuk hubungan antara eksekutif atau birokrasi dan legislatif atau

kongres. Legislators yang ingin dipilih kembali akan mencari proyek dan program

yang membuatnya tenar di mata konstituen, sementara konstituen yang ingin

Page 26: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

12

memaksimalkan utilitasnya percaya dengan kemungkinan benefits yang akan

diterimanya melalui program-program baru yang dicetuskan birokrat dalam rangka

mengembangkan agencynya. Akibat dari rantai “pertemuan” ini, kesepakatan yang

tercipta di antara birorat dan legislators sangatlah mungkin terjadi.

Legislatif sebagai pihak prinsipal dapat berperilaku moral hazard dalam

rangka mewujudkan self-interest yang dimilikinya (Elgie dan Jones, 2001 dalam

Halim dan Abdullah, 2006). Hal ini merupakan akibat discretionary power yang

mendorong timbulnya pelanggaran atas kontrak keagenan (Colombatto, 2001).

Menurut Abdullah dan Asmara (2006), discretionary power yang dimiliki

berbanding lurus dengan kecenderungan untuk lebih mengedepankan

kepentingan pribadi, dalam artian semakin besar discretionary powernya, maka

semakin besar pula kecenderungan tersebut. Masalah yang terjadi dalam

hubungan antara eksekutif dan legislatif ini kerap kali menimbulkan berbagai

masalah dan persoalan, Lupia dan McCubbins (1994) menyebut ini sebagai

agency problems.

2.1.2.2. Hubungan Keagenan Legislatif dan Rakyat

Fozzard (2001), Lane (2000), dan Moe (1984) dalam Halim dan Abdullah

(2006) menyatakan bahwa dalam pelayanan publik, hubungan keagenan antara

legislatif dan rakyat, yaitu legislatif yang merupakan wakil yang diutus atau dipilih

oleh rakyat bertindak sebagai agen dan rakyat yang melakukan pemilihan sebagai

prinsipal. Di Indonesia sendiri, terhitung sudah sebelas kali pemilihan umum

(pemilu) diselenggarakan untuk rakyat memilih anggota legislatif (DPR dan DPRD)

sejak tahun 1955.

Von Hagen (2002) menyatakan bahwa legislatif sebagai perwakilan dari

rakyat memiliki otoritas dalam menentukan penggunaan dan pemanfaatan dana-

Page 27: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

13

dana publik. Publik (rakyat) disebut sebagai the ultimate principals karena

merupakan prinsipal bagi legislatif dan juga eksekutif (Mitchell, 2000 dalam Latifah

P, 2010).

2.1.2.3. Hubungan Keagenan dalam Penyusunan Anggaran di Indonesia

Hubungan kontraktual antara eksekutif, legislatif, dan rakyat yang

dituangkan dalam peraturan perundang-undangan menjadi bentuk

pengimplikasian dari teori keagenan. Damayanti (2011) menyatakan sebagai

berikut.

Pada kenyataannya, hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep yang penting. Hal ini disebabkan karena keseharian aktivitas organisasi tersebut selalu berhubungan dengan pendelegasian wewenang, seperti pada skala lokal, penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat, semua didelegasi kepada level bawah.

Salah satu aturan mendasar yang menjabarkan tentang hubungan antara

eksekutif dan legislatif dimuat dalam UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang

Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004.

Pada UU Nomor 32 Tahun 2004, pemda selaku eksekutif dan DPRD selaku

legislatif menetapkan kebijakan secara bersama, perda yang dibuat haruslah

mendapatkan persetujuan dari DPRD sebelum dinyatakan sah. Selain itu, DPRD

juga turut ambil andil dalam membahas dan menetapkan rancangan perda terkait

APBD. Beberapa hal yang menjadikan kedudukan DPRD sedikit lebih superior

daripada pemda adalah pemda berkewajiban untuk menyerahkan laporan

keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD kemudian menginformasikannya.

Hal lain yang memperkuat posisi DPRD atas pemda adalah DPRD memiliki

wewenang dalam mengawasi pelaksanaan pemerintahan termasuk di dalamnya

perda, peraturan kepala daerah dan perundang-undangan, APBD, serta kebijakan

perda dalam pembangunan daerah. DPRD juga berwenang untuk mengusulkan

Page 28: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

14

pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah. Peraturan

lain yang membahas hubungan eksekutif dan legislatif, antara lain sebagai berikut.

1. UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Daerah

3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara

Aturan-aturan di atas menjelaskan tentang mekanisme pengaturan untuk

pemerintah yang terdapat pada keuangan publik termasuk daerah dan negara.

Anggaran daerah di Indonesia disebut sebagai APBD dan diatur dalam

UU Nomor 32 Tahun 2004. Eksekutif menetapkan prioritas dan plafon anggaran

yang menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah (RK SKPD) dalam rangka penyusunan rancangan APBD.

Selanjutnya, eksekutif mengusulkan rancangan perda mengenai APBD ke

legislatif untuk disetujui bersama.

2.1.3. Penganggaran Sektor Publik dan Politik Anggaran

Anggaran adalah suatu alat yang disusun pemerintah dengan berbagai

pertimbangan yang mencakup estimasi dalam periode waktu tertentu dan

digunakan untuk pelaksanaan pemerintahan. Menurut Riharjo dan Isnadi (2010)

“anggaran merupakan alat akuntabilitas, perencanaan dan pengendalian

manajemen, serta sebagai alat kebijakan ekonomi”. Sementara Dobell dan Ulrich

(2002) dalam Latifah P (2010) mendefinisikan anggaran sebagai alat kunci yang

digunakan pemerintah dalam pelaksanaan kewajiban, janji, maupun kewajiban

yang diwujudkan dalam rencana-rencana nyata yang terintegrasi terkait tindakan

yang semestinya diambil, biaya yang kemudian timbul, dan pihak yang

mengucurkan dana dalam pembiayaan tersebut. Di sisi lain, Freeman dan

Page 29: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

15

Shoulders (2003) dalam Fathony (2011) memandang anggaran yang telah

ditetapkan merupakan kontrak kinerja yang terjalin antara eksekutif dan legislatif.

Abdullah dan Asmara (2006) mengungkapkan pernyataan V.O Key yang

memberikan isyarat mengenai kendala pada penganggaran, yakni adanya

ketebatasan pada sumber daya. Keterbatasan inilah selanjutnya yang menjadikan

penentuan alokasi anggaran menjadi kompleks, ditambah berbagai pihak yang

memiliki preferensi dan kepentingan yang berbeda (Rubin, 1993 dalam Abdullah

dan Asmara, 2006). Hal ini berimbas pada kemungkinan terjadinya konflik atas

dasar kepentingan yang berbeda terhadap hasil atau outcome anggaran. Lebih

lanjut, Hagen et al. (1996) dalam Abdullah dan Asmara (2006) menyebutkan

bahwa di antara eksekutif dan legislatif terjadi bargaining process dalam

penganggaran publik.

Unsur-unsur politik dalam penganggaran publik seperti menjadi satu-

kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam melakukan penyusunan anggaran,

pemerintah telah menetapkan kriteria yang efisien dan profesional dengan

menempatkan para penyusun dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni

terkait penganggaran, namun perhitungan-perhitungan tersebut seringkali

berbenturan dengan pertimbangan-pertimbangan politik oleh para politisi dalam

hal ini anggota legislatif.

Von Hagen (2002) mengklasifikasikan penganggaran ke dalam empat

tahapan, yakni (1) executive planning, (2) legislative approval, (3) executive

implementation, (4) ex post accountability. Pada dua tahapan paling awal, interaksi

yang terjadi antara eksekutif dan legislatif menjadi lebih intens dan politik anggaran

sangat mendominasi, sementara dua tahapan terakhir hanya melibatkan eksekutif

sebagai agen.

Page 30: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

16

2.1.4. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

2.1.4.1. Proses Penyusunan APBD

APBD dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 didefinisikan sebagai dasar

pengelolaan keuangan selama satu tahun anggaran terhitung mulai dari 1 Januari

hingga 31 Desember. APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah yang

dirancang oleh pemda kemudian dibahas dan disetujui bersama DPRD dan

ditetapkan dalam perda (Sularno, 2013).

Penerapan otonomi daerah di Indonesia berimbas pada patron dalam

pengelolaan dan penganggaran daerah yang menggunakan penganggaran

berbasis kinerja. Penganggaran kinerja ini menstimulasi partisipasi stakeholders

sehingga kesesuaian hasil dan kebutuhan publik dapat tercapai. Hal ini berdampak

pada keterlibatan legislatif secara aktif dalam menyusun dan menetapkan

anggaran sebagai bagian dari produk hukum serta memastikan kebutuhan dan

kepentingan publik dapat terfasilitasi melalui alokasi anggaran.

UU Nomor 17 Tahun 2003 menjabarkan mekanisme penyusunan dan

penetapan APBD. APBD yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran

belanja, dan pembiayaan ini dirancang (selanjutnya disebut Rancangan

APBD/RAPBD) dengan berlandaskan pada rencana kerja pemda. RAPBD ini

kemudian disusun berdasarkan penyampaian pemda kepada DPRD mengenai

kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya. Sebelum penyusunan RAPBD

dilakukan, sesuai dengan kebijakan umum APBD yang telah disepakati bersama

dengan DPRD, pemda besama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran

sementara sebagai acuan dalam menyusun RK SKPD. Selanjutnya, rencana kerja

dan anggaran SKPD ini dibahas bersama DPRD dan dijadikan sebagai bahan

dalam merumuskan RAPBD. Pada tahap berikutnya, pemda mengajukan RAPBD

kepada DPRD beserta penjelasan dan dokumen pendukungnya dan kemudian

Page 31: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

17

DPRD dapat mengajukan usulannya terkait perubahan jumlah penerimaan dan

pengeluaran yang terdapat pada RAPBD. RAPBD yang telah dibahas dan disetujui

DPRD kemudian disahkan menjadi APBD yang akan diterapkan pada tahun

berikutnya.

Khusus untuk perubahan APBD, UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur

beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan dalam perubahan APBD, yakni

apabila terjadi hal-hal sebagai berikut.

1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD.

2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergesaran anggaran antar unit

organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja.

3. Keadaan yang menyebabkan SiLPA tahun sebelumnya harus digunakan

untuk pembiayaan dalam tahun anggaran belanja.

Setelah satu atau lebih kondisi di atas terpenuhi, pemda mengajukan

rancangan perda terkait perubahan APBD kepada DPRD untuk disetujui serta

menyerahkan penjelasan dan dokumen yang mendukung. Perubahan anggaran

ini idealnya menjadi penyesuaian yang diharapkan dapat meningkatkan

tercapainya target yang ditentukan (Bland & Rubin, 1997; Dougherty et al., 2003;

Forrester&Mullins, 1992 dalam Abdullah dan Rona, 2016). Namun, masalah

keagenan yang terjadi di antara penyusun anggaran menyebabkan perubahan

atau penyesuaian yang dilakukan tidak selalu mengacu pada konsep idealnya.

Pada saat itulah, Fathony (2011) menyebut bahwa proses tersebut sarat dengan

kepentingan politik.

Draver dan Pitsvada (1992) dalam Abdullah dan Rona (2016) memberi

pernyataan bahwa pihak eksekutif, legislatif, dan birokrat menjadikan momen

perubahan anggaran ini sebagai sarana dalam mencapai konsensus atau

kesepakatan tertentu berdasarkan agenda masing-masing pihak. Hal ini dapat

Page 32: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

18

mendorong diabaikannya kepentingan publik (Abdullah, 2012 dalam Abdullah dan

Rona, 2016) sebab proses dalam perubahan anggaran cenderung lebih tertutup

terhadap pemantauan publik sehingga kecenderungan masalah keagenan juga

relatif lebih besar (Abdullah dan Nazry, 2014).

2.1.4.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang diperoleh langsung dari daerah yang

digunakan dalam rangka maksimalisasi penyelenggaraan otonomi daerah. UU

Nomor 33 Tahun 2004 mendefinisikan PAD sebagai pendapatan yang diperoleh

dari pemungutan yang dilakukan berdasarkan perda setempat dan tidak

kontradiksi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PAD diperoleh dari beberapa sumber, yaitu meliputi pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-

lain PAD yang sah. Adapun lain-lain PAD yang dianggap sah terdiri atas hasil

penjualan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan

selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, atau

bentuk lain yang timbul dari penjualan, pengadaan barang maupun jasa oleh

daerah. Penggunaan PAD sendiri bersifat fleksibel tergantung pada kepentingan

dan prioritas daerah yang bersangkutan.

2.1.4.3. Dana Perimbangan

Berbeda dengan PAD, Dana Perimbangan merupakan dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang

didistribusikan atau ditransferkan kepada daerah-daerah yang berfungsi sebagai

sumber pendanaan yang selanjutnya dikelola oleh pemda yang bersangkutan

dalam rangka desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas DAU, DAK, dan DBH.

Page 33: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

19

DAU merupakan dana yang bersumber dari APBN yang didistribusikan

atau ditransferkan kepada daerah-daerah yang berfungsi sebagai sumber

pendanaan yang selanjutnya dikelola oleh pemda yang bersangkutan dengan

jumlah keseluruhan minimal 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang

ditetapkan dalam APBN. Adapun hasil proporsi penghitungan DAU setiap provinsi,

kabupaten, dan kota ditetapkan melalui keputusan presiden. Munir (2003) dalam

Frelistiyani (2010) menyatakan bahwa DAU yang ditransferkan kepada daerah-

daerah memiliki jumlah yang berbeda. Hal ini terkait fungsi DAU untuk

mempersempit kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan memeratakan kemampuan

fiskal antar daerah. Kurniawan (2010) dalam Frelistiyani (2010) menyebutkan

bahwa DAU bersifat block grant yang dapat dimanfaatkan secara fleksibel, artinya

penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Terdapat dua faktor yang dijadikan tolok ukur dalam menghitung besaran DAU,

yaitu faktor murni dan faktor penyeimbang. Faktor murni melandasi perhitungan

DAU pada formula, sedangan faktor penyeimbang merupakan prosedur tertentu

untuk meminimalisir adanya kemungkinan penurunan kemampuan daerah dalam

membiayai pengeluaran daerah yang bersangkutan (Mardiasmo, 2002 dalam

Maryono, 2013).

DAK merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang berasal dari APBN

yang berfungsi sebagai sumber pendanaan kegiatan khusus yang menjadi urusan

daerah, namun tetap relevan dengan prioritas nasional. DAK bertujuan untuk

mengurangi beban pemda dalam membiayai kegiatan khusus yang menjadi

tanggungannya (Wandira, 2013). Setidaknya untuk mendapatkan DAK, pemda

wajib menyertakan dana pendamping minimal 10% dari alokasi DAK yang

diperoleh daerah tersebut (kecuali untuk daerah dengan keadaan fiskal tertentu).

Usman et al. (2008) menyatakan bahwa pada tahun 2005, proporsi alokasi DAK

Page 34: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

20

dari total belanja APBN mencapai 1,7% dengan perolehan DAK terbesar

dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dan pada tahun 2007.

Adapun DAK dialokasikan pada tujuh bidang pelayanan publik, yakni antara lain

pendidikan, kesehatan, infrastruktur, prasarana pemerintahan daerah, pertanian,

kelautan dan perikanan, serta lingkungan hidup.

Meskipun DAK termasuk ke dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dalam pemanfaatannya, pemda harus mengikuti berbagai regulasi pusat, seperti Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden, Peraturan/Keputusan Menteri, Surat Edaran Direktur Jenderal, dan Surat Edaran Direktur Departemen yang memperoleh alokasi DAK (Usman et al., 2008).

DBH dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 didefinisikan sebagai dana yang

berasal dari APBN yang pengalokasiannya berdasarkan angka persentase untuk

mendanai daerah dalam rangka desentralisasi. DBH diperoleh dari hasil pajak dan

sumber daya alam. Hasil pajak yang dimaksud sebagai sumber DBH meliputi

Pajak Bumi dan Bangungan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB), serta Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Pasal 29, dan Pasal 21. Adapun

sumber daya alam yang dimaksud berasal dari kehutanan, pertambangan umum,

perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan

pertambangan panas bumi.

2.1.5. Oportunisme dalam Penganggaran Sektor Publik

Implikasi dari teori keagenan memunculkan perbedaan kedudukan

termasuk dengan kewenangan dan akses yang dimiliki pihak tersebut. Sebagai

pihak agen, eksekutif memiliki keunggulan yakni akses informasi yang lebih luas

dibandingkan dengan legislatif yang bertindak sebagai prinsipal. Legislatif di sisi

lain berwenang dalam melakukan pengawasan serta dimintai persetujuannya

dalam peraturan yang dibuat oleh eksekutif.

Page 35: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

21

Permasalahan yang kemudian timbul adalah adanya asimetri informasi

ini tidak menutup kemungkinan untuk disalahgunakan. Menurut Belkaoui (2000)

dalam Abduh (2015), asimetri informasi tersebut dapat mendorong lahirnya

adverse selection dan moral hazard secara kolektif.

Rita dan Sari (2012) mendefinisikan adverse selection sebagai suatu

permasalahan yang dihadapi prinsipal dalam mengontrol dan memonitor tindakan

dan aktivitas agen sehingga menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui

secara pasti mengenai kesesuaian keputusan yang diambil agen dengan informasi

yang sebenarnya. Adapun moral hazard adalah suatu hal yang muncul akibat

seseorang atau lembaga tidak benar-benar konsekuen dan tidak bertanggung

jawab atas tindakan dan perbuatannya sehingga cenderung untuk tidak berhati-

hati dalam melepas tanggung jawabnya atas akibat yang timbul dari tindakannya

terhadap pihak lain (Susanto, 2010 dalam Mulki, 2011).

Legislatif sebagai perwakilan rakyat seharusnya benar-benar dapat

mengakomodir seluruh kepentingan dan kebutuhan rakyat secara umum,

termasuk dalam penganggaran publik, namun permasalahan yang kemudian

timbul dalam hubungan keagenan antara legislatif dan rakyat ini adalah

mencuatnya kecenderungan bahwa posisi legislatif tidak cukup mewakili suara

rakyat secara daulat karena tidak adanya institusi atau lembaga formal dari pihak

rakyat yang dapat melakukan pengawasan secara langsung dan tidak ada

hubungan kontraktual hitam di atas putih secara eksplisit antara rakyat dan

legislatif. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Lupia dan McCubins (2000) yang

mengingatkan bahwa pendelegasian, dalam hal ini hubungan legislatif dan rakyat

berkonsekuensi pada tidak terkontrolnya keputusan yang dibuat agen oleh

prinsipal. Garamfalvi (1997) mempertegas hal tersebut dengan menyebutkan

bahwa politisi (legislatif) dengan pengaruh dan kekuasaan yang dimilikinya

Page 36: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

22

cenderung untuk menentukan alokasi sumber daya yang dapat meningkatkan

keuntungan pribadi mereka.

Menurut Arifah (2012), perilaku oportunistik eksekutif dalam pengusulan

belanja diwujudkan dalam beberapa tindakan, antara lain sebagai berikut.

1. Mengusulkan kegiatan yang tidak sesuai dengan prioritas.

2. Mengusulkan kegiatan yang berpeluang untuk mendapatkan keuntungan

pribadi (lucrative opportunities) yang besar.

3. Mengalokasikan pembelanjaan kegiatan yang tidak penting.

4. Mengusulkan alokasi belanja yang sangat besar di setiap kegiatan.

5. Memperbesar anggaran untuk kegiatan yang hasilnya sulit diukur.

Eksekutif berwenang mengalokasikan anggaran untuk kegiatan dan program

pemerintahan kemudian mengusulkannya kepada legislatif untuk dibahas

bersama sebelum disahkan menjadi perda. Halim dan Abdullah (2006)

menyatakan bahwa terdapat dua kondisi yang dapat dimanfaatkan eksekutif

selama proses penyusunan anggaran dalam merealisasikan perilaku

oportunistiknya, yakni (1) secara eksplisit terkait dengan anggaran legislatif

(pengusulan anggaran oleh legislatif untuk memenuhi self-interest jangka

pendeknya melalui penghasilannya), dan (2) melalui anggaran pelayanan publik

yang merupakan “titipan” (pengusulan anggaran yang targetable atau dapat dilihat

hasilnya oleh masyarakat dalam rangka menaikkan nama politisi tersebut).

Mauro (1998) dalam studinya menunjukkan peluang lucrative

opportunities terbuka lebar pada jenis-jenis belanja pemerintah berupa belanja

barang maupun pelayanan untuk kegiatan dan program yang sulit dimonitor orang

lain. Mauro (1998) lebih lanjut mengasumsikan bahwa alokasi belanja barang-

barang khusus dan berteknologi tinggi berpotensi untuk lebih mudah dikorupsi

sebab sedikit orang yang memahaminya. Berangkat dari hal tersebut, apabila

Page 37: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

23

dikaitkan dengan kondisi realitasnya dalam penganggaran publik, salah satu objek

yang rentan untuk dikorupsi adalah pengadaan alat-alat kesehatan. Hal ini juga

didukung dengan berbagai temuan yang mengindikasikan penyelewengan

anggaran publik yang semestinya dialokasikan untuk pengadaan alat-alat

kesehatan. Menilik hal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor kesehatan

menjadi sasaran empuk dalam merealisasikan perilaku oportunistik.

Martinez-Vazquez et al. (2004) memberi pernyataan bahwa political

corruption dapat terjadi apabila politisi ataupun birokrat tingkat atas

menyalahgunakan kedudukan mereka untuk kepentingan pribadi maupun

kalangan yang dekat dengan mereka. Mauro (1998) menemukan kecenderungan

pengalokasian anggaran untuk proyek-proyek yang mudah untuk dikorupsi.

Penemuan lain yang mempertegas hal tersebut yaitu pengalokasian anggaran

yang lebih cenderung untuk proyek infrastruktur karena lebih mudah digunakan

sebagai bentuk pemenuhan janji legislatif kepada pemilihnya (Keefer dan

Khemani, 2003). Contoh lain dikemukakan oleh Tanzi dan Davoodi (1997) bahwa

legislatif lebih memilih investasi publik karena besarnya komisi yang didapatkan.

Penganggaran salah satunya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa pengeluaran semaksimal mungkin

diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan wajib. Adapun pendidikan

menjadi salah satu kategori belanja wajib. Namun, dalam fakta dan fenomena

yang terjadi, anggaran pendidikan juga rentan mengalami misalokasi. Hallack dan

Poisson (2002) mengemukakan bahwa salah satu hal yang terkait dengan korupsi

di sektor pendidikan adalah ukuran anggaran pendidikan. “The education sector is

the largest or second largest budget item in most countries, and opportunities for

corrupt practices are numerous” (Chr. Michelsen Institute, 2006).

Page 38: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

24

Handayani (2009) memaparkan hal terkait hubungan antara anggaran

pendidikan dan korupsi sebagai berikut.

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia korupsi sering kali merupakan masalah endemik seluruh masyarakat. Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang termasuk kategori rentan terhadap korupsi, karena relatif besarnya anggaran pendidikan, sehingga cenderung memberi peluang untuk praktik korupsi yang semakin besar pula.

Relevan dengan hal di atas, Raeni (2014) memaparkan hal sebagai berikut. Tahun 2009, anggaran pendidikan telah mencapai 20% dari APBN, akan tetapi tidak disertai peningkatan kesadaran dan kemampuan pengelolaan alokasi anggaran pendidikan, justru hal tersebut hanya membuka peluang korupsi dan pemborosan.

2.2. Tinjauan Empirik

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang telah

dilakukan, antara lain sebagai berikut.

1. Penelitian Abdullah dan Asmara (2006) dengan judul Perilaku Oportunistik

Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency

Theory di Sektor Publik menunjukkan bahwa (1) legislatif sebagai pihak agen

dari rakyat (pemilih) berperilaku oportunistik dalam penyusunan APBD, (2)

besaran PAD berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik legislatif, dan

(3) APBD menjadi alat untuk melakukan political corruption.

2. Fathony (2011) mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendapatan

Asli Daerah, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran dan Dana Alokasi Umum

terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran yang dilaksanakan pada

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menemukan bahwa

PAD dan DAU berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik penyusun

anggaran pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan SiLPA

berpengaruh negatif terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran pada

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

Page 39: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

25

3. Agung (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perilaku Oportunistik

Legislatif dalam Penganggaran Daerah (Bukti Empiris atas Aplikasi Agency

Theory di Sektor Publik) yang dilaksanakan di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta menemukan bahwa (1) legislatif berperilaku oportunistik dalam

proses penganggaran, (2) PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh positif

terhadap perilaku oportunistik legislatif, (3) anggaran menjadi jalan bagi

legislatif dalam merealisasikan kecurangan politik.

4. Maryono (2013) menemukan bahwa perubahan DAU berpengaruh positif

secara signifikan terhadap perilaku oportunistik perilaku oportunistik legislatif

dalam penganggaran daerah. Hasil ini tertuang dalam penelitiannya yang

berjudul Pengaruh Perubahan Dana Alokasi Umum terhadap Perilaku

Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah (Studi Kasus pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Barat).

5. Parwati (2015) menemukan bahwa PAD, DAU, dan SiLPA berpengaruh positif

terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran. Hasil ini berdasarkan pada

penelitian yang berjudul Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di

Kabupaten/Kota se-Bali.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur yang mendeskripsikan hubungan

antar variabel penelitian atau mekanisme pelaksanaan penelitian untuk

mengungkap penelitian tersebut. Kerangka pemikiran ini merupakan alur proses

berpikir yang dikaji melalui studi teoretis dan empiris. Dalam penelitian ini, studi

teoretis dilakukan dengan mengkaji beberapa teori keagenan dan aturan-aturan

terkait penyusunan anggaran di Indonesia. Teori keagenan mengkaji mengenai

hubungan kontraktual yang terjadi antara pihak prinsipal yang membuat kontrak

Page 40: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

26

(baik secara eksplisit maupun implisit) dengan pihak agen yang diharapkan dapat

bersinergi dengan baik (Frelistiyani, 2010). Teori keagenan lebih lanjut

digambarkan sebagai pangkal dasar munculnya kemungkinan perilaku

oportunistik. Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan sebelumnya, teori

keagenan diaplikasikan dalam hubungan yang melibatkan eksekutif dan legislatif

dalam penyusunan anggaran. Kombinasi antara studi teoretis dan empiris ini

melahirkan berbagai variabel yang mengaitkan PAD dan Dana Perimbangan

sebagai sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk berbagai

pembelanjaan daerah dengan perilaku oportunistik penyusun anggaran dalam

perspektif keagenan. Selanjutnya, kombinasi antara kedua studi di atas

menghasilkan beberapa hipotesis yang telah ditinjau dari teori-teori yang ada serta

berbagai penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya. Hipotesis yang

merupakan dugaan sementara dalam penelitian ini kemudian diuji secara statistik

untuk memperoleh hasil yang sebenarnya. Adapun kerangka pemikiran dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Perubahan PAD (X1)

Perubahan Dana Perimbangan

(X2)

Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

(Y)

Page 41: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

27

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1. Pengaruh Perubahan PAD terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran

PAD merupakan pendapatan yang bersumber langsung dari daerah yang

bersangkutan dan dikelola berdasarkan kebijakan daerah tersebut pula. Besarnya

kewenangan dalam pengelolaan PAD sesuai dengan preferensi daerah terlebih

kecenderungan bertambahnya PAD dalam perubahan anggaran menyebabkan

hal ini juga berbanding lurus dengan kemungkinan alokasi untuk program yang

sesuai dengan preferensi penyusun anggaran, baik eksekutif maupun legislatif

(Fathony, 2011).

Dalam perspektif teori keagenan, pengalokasian anggaran dalam

berbagai aspek terimplementasi melalui hubungan kontraktual antara eksekutif

dan legislatif sebagai agen dan rakyat sebagai prinsipal yang dituangkan dalam

peraturan perundang-undangan. Pada UU Nomor 32 Tahun 2004, pemda selaku

eksekutif dan DPRD selaku legislatif menetapkan kebijakan secara bersama,

perda yang dibuat haruslah mendapatkan persetujuan dari DPRD sebelum

dinyatakan sah. Selain itu, DPRD juga turut ambil andil dalam membahas dan

menetapkan rancangan perda terkait APBD.

Perubahan APBD seperti yang telah disebutkan sebelumnya menjadi

sarana yang legal dalam mengubah alokasi anggaran. Kenyataan ini membuka

peluang adanya kemungkinan untuk memenuhi utilitas pribadi atau golongan

melalui keleluasaan dalam mengalokasikan anggaran.

Hasil dari penelitian Fathony (2011) menunjukkan bahwa perubahan PAD

dan berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran yang

menjadikan perubahan alokasi pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan

pemerintahan sebagai indikator. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan

Page 42: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

28

Asmara (2006) dan juga menunjukkan hasil yang hampir serupa bahwa besaran

perubahan PAD berpengaruh terhadap perilaku oportunistik legislatif yang juga

menjadikan alokasi pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan pemerintahan

sebagai indikator.

Segelintir dari berbagai kasus dalam penyelewengan APBD khususnya

pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan ditambah berbagai

penelitian terkait perilaku oportunistik penyusun anggaran, menjadi indikasi

kemungkinan terjadinya masalah keagenan yang berujung pada perilaku

oportunistik penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi

Selatan. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dapat ditarik dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

H1: Perubahan PAD berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun

anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

2.4.2. Pengaruh Perubahan Dana Perimbangan terhadap Perilaku

Oportunistik Penyusun Anggaran

DAU, DAK, dan DBH merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang

bersumber dari APBN yang didistribusikan atau ditransferkan kepada daerah-

daerah yang berfungsi sebagai sumber pendanaan dan dimanfaatkan sebagai alat

pemerataan kompetensi keuangan antar daerah sebagai manifestasi pelaksanaan

desentralisasi. Transfer Dana Perimbangan dari pemerintah pusat kepada pemda

memiliki konsekuensi pemanfaatan Dana Perimbangan berada di tangan pemda,

baik untuk peningkatan pelayanan masyarakat maupun untuk hal-hal yang

kemungkinan tidak terkait dengan hal tersebut.

Dalam perspektif teori keagenan, pengalokasian anggaran dalam

berbagai aspek terimplementasi melalui hubungan kontraktual antara eksekutif

Page 43: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

29

dan legislatif sebagai agen dan rakyat sebagai prinsipal yang dituangkan dalam

peraturan perundang-undangan. Persepsi dan sikap eksekutif dan legislatif

sebagai pihak agen termanifestasi salah satunya dalam pengalokasian anggaran.

Persepsi adanya moral hazard atas keunggulan informasi oleh eksekutif dapat

mendorong pemanfaatan discreationary power yang dimiliki oleh legislatif, yang

kemudian kemungkinan dapat memicu timbulnya perilaku oportunisitik. Pada UU

Nomor 32 Tahun 2004, pemda selaku eksekutif dan DPRD selaku legislatif

menetapkan kebijakan secara bersama, perda yang dibuat haruslah mendapatkan

persetujuan dari DPRD sebelum dinyatakan sah. Selain itu, DPRD juga turut ambil

andil dalam membahas dan menetapkan rancangan perda terkait APBD.

Hasil dari penelitian Fathony (2011) menunjukkan bahwa perubahan DAU

berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran yang

menjadikan alokasi pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan pemerintahan

sebagai indikator. Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Agung (2012) dan

Maryono (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif antara Dana Perimbangan

dan perilaku oportunistik legislatif dalam penganggaran.

H2: Perubahan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap perilaku oportunistik

penyusun anggaran pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

2.4.3. Pengaruh Perubahan PAD dan Perubahan Dana Perimbangan secara

Simultan terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

PAD dan Dana Perimbangan sebagai pendapatan daerah menjadi

sumber dalam menentukan alokasi anggaran untuk belanja daerah pada berbagai

sektor. Pada UU Nomor 32 Tahun 2004, pemda yang bertindak selaku eksekutif

dan DPRD selaku legislatif menetapkan kebijakan secara bersama. Perda yang

dibuat haruslah mendapatkan persetujuan dari DPRD sebelum dinyatakan sah.

Page 44: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

30

Selain itu, DPRD juga turut ambil andil dalam membahas dan menetapkan

rancangan perda terkait APBD. Hal ini berdampak pada kuatnya hubungan

kontraktual antara pemda dan DPRD dalam menyusun anggaran bersama-sama

hingga disahkan menjadi perda. Terkait dengan teori keagenan, persepsi dan

sikap eksekutif dan legislatif sebagai pihak agen menjadi penentu dalam

pengalokasian anggaran. Persepsi adanya moral hazard atas keunggulan

informasi oleh eksekutif dapat mendorong pemanfaatan discreationary power yang

dimiliki oleh legislatif, yang kemudian kemungkinan dapat memicu timbulnya

perilaku oportunisitik. Selanjutnya, dalam hal ini perlu ditelisik lebih dalam

mengenai sejauh mana peran persepsi dan sikap tersebut dalam membuat

keputusan dalam penganggaran.

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya

menunjukkan bahwa PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap

perilaku oportunistik penyusun anggaran ataupun legislatif itu sendiri. Penelitian

lain juga membuktikan bahwa DAU sebagai bagian dari Dana Perimbangan juga

menunjukkan hal yang serupa.

Pemaparan di atas terkait hubungan keagenan maupun penelitian

sebelumnya menunjukkan adanya pengaruh positif PAD dan Dana Perimbangan

terhadap perilaku oportunistik dalam penganggaran. Indikator perilaku oportunistik

dalam penelitian tersebut meliputi alokasi pada bidang pendidikan, kesehatan,

pekerjaan umum, dan pemerintahan umum. Berdasarkan hal tersebut, maka

hipotesis secara simultan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H3: Perubahan PAD dan perubahan Dana Perimbangan secara simultan

berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran pada

kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 45: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

31

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis terkait hubungan antara

perubahan PAD dan Dana Perimbangan terhadap perilaku oportunistik penyusun

anggaran yang menjadikan perubahan alokasi di bidang pendidikan, kesehatan,

pekerjaan umum, dan pemerintahan umum sebagai indikatornya. Kecenderungan

masalah keagenan diwujudkan dalam perilaku oportunistik penyusun anggaran.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data

sekunder berupa data APBD Perubahan (APBD-P) yang meliputi anggaran

sebelum dan setelah perubahan serta APBD-P menurut Urusan yang juga meliputi

anggaran sebelum dan setelah perubahan pada kabupaten dan kota di Provinsi

Sulawesi Selatan yang diperoleh melalui Badan Pengelolaan Keuangan Daerah

(BPKD) Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data pada BPKD Provinsi

Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jalan Jenderal Urip Sumoharjo Nomor 269.

Adapun waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pada akhir 2015 – 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten dan kota di

Provinsi Sulawesi Selatan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

dengan menggunakan pertimbangan tertentu.

Page 46: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

32

Adapun pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Seluruh kabupaten dan kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yang

melaporkan APBD-P untuk PAD dan Dana Perimbangan tahun anggaran

2013, 2014, dan 2015.

2. Seluruh kabupaten dan kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yang

melaporkan APBD-P menurut Urusan untuk alokasi pada Dinas Pendidikan,

Dinas kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, dan alokasi untuk Pemerintahan

Umum (Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan

Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian) untuk tahun

anggaran 2013, 2014, dan 2015.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu dengan mengambil data berupa perubahan atau spread PAD dan Dana

Perimbangan, serta spread anggaran pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum,

dan pemerintahan umum. Adapun berdasarkan sumbernya, data ini merupakan

data sekunder berupa data dokumenter yang diperoleh dari BPKD Provinsi

Sulawesi Selatan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data untuk metode

dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data setelah dan

sebelum perubahan pada APBD-P serta APBD-P menurut Urusan yang dapat

diaperoleh dengan menyerahkan permohonan pengambilan data penelitian

kepada BPKD Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 47: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

33

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1. Perubahan Pendapatan Asli Daerah

PAD merupakan pendapatan murni yang diperoleh daerah yang berasal

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Perubahan PAD di sini disingkat PPAD

dan diukur dengan melakukan perhitungan spread anggaran PAD yang dihitung

dari data anggaran setelah ke sebelum perubahan pada laporan APBD-P.

3.6.2. Perubahan Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari APBN yang

didistribusikan atau ditransferkan kepada daerah-daerah yang berfungsi sebagai

sumber pendanaan yang selanjutnya dikelola oleh pemda yang bersangkutan

dalam rangka desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas DAU, DAK, dan DBH.

Perubahan Dana Perimbangan di sini disingkat dengan PDP dan diukur dari data

anggaran setelah ke sebelum perubahan pada laporan APBD-P.

3.6.3. Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Perilaku Oportunistik merupakan perilaku yang terdorong oleh keinginan

untuk memperkaya dan memaksimalkan utilitas pribadi dengan menempuh

berbagai cara bahkan melakukan hal-hal yang melanggar sehingga menimbulkan

adverse selection dan moral hazard dalam hubungan keagenan yang melibatkan

agen dan prinsipal. “Perilaku oportunistik penyusun anggaran dapat dilihat dari

peningkatan alokasi belanja pada sektor tertentu yang termasuk perilaku

disfungsional yang timbul pada penganggaran” (Parwati, 2015). Pengukuran

perilaku oportunistik (masalah keagenan) atau di sini disingkat PO dilakukan

sebagai berikut.

Page 48: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

34

1. Menghitung perubahan (spread) untuk anggaran pendidikan (PPEND),

anggaran kesehatan (PKES), anggaran pekerjaan umum (PPU), dan

anggaran pemerintahan umum (PPM) yang terdapat pada APBD-P menurut

Urusan dengan memperhatikan peningkatan atau penurunan dari data setelah

dan sebelum perubahan.

2. Hasil dari spread tersebut kemudian diakumulasi sebagai berikut.

PO = PPEND + PKES + PPU + PPM

Keterangan:

PO = perilaku oportunistik penyusun anggaran

PPEND = peningkatan alokasi anggaran pendidikan

PKES = peningkatan alokasi anggaran kesehatan

PPU = peningkatan alokasi anggaran pekerjaan umum

PPM = peningkatan alokasi anggaran pemerintahan umum

Semua peningkatan maupun penurunan untuk masing-masing kategori

anggaran di atas dihitung dari data anggaran setelah ke sebelum perubahan pada

laporan APBD-P. Peningkatan untuk alokasi anggaran pendidikan, kesehatan,

pekerjaan umum dan pemerintahan umum dinyatakan dalam bentuk nilai yang

positif, namun apabila terjadi sebaliknya atau tidak terjadi perubahan maka

dinyatakan dengan nilai 0 (nol).

Halim dan Abdullah (2006) menyatakan bahwa terdapat dua kondisi yang

dapat dimanfaatkan eksekutif selama proses penyusunan anggaran dalam

merealisasikan perilaku oportunistiknya, yakni (1) secara eksplisit terkait dengan

anggaran legislatif (pengusulan anggaran oleh legislatif untuk memenuhi self-

interest jangka pendeknya melalui penghasilannya), dan (2) melalui anggaran

pelayanan publik yang merupakan “titipan” (pengusulan anggaran yang targetable

Page 49: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

35

atau dapat dilihat hasilnya oleh masyarakat dalam rangka menaikkan nama politisi

tersebut).

Mauro (1998) mengasumsikan bahwa alokasi belanja barang-barang

khusus dan berteknologi tinggi berpotensi untuk lebih mudah dikorupsi sebab

sedikit orang yang memahaminya. Berangkat dari hal tersebut, apabila dikaitkan

dengan kondisi realitasnya dalam penganggaran publik, salah satu objek yang

rentan untuk dikorupsi adalah pengadaan alat-alat kesehatan. Hal ini juga

didukung dengan berbagai temuan yang mengindikasikan penyelewengan

anggaran publik yang semestinya dialokasikan untuk pengadaan alat-alat

kesehatan. Menilik hal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor kesehatan

menjadi sasaran empuk dalam merealisasikan perilaku oportunistik.

Pengalokasian anggaran lebih cenderung untuk proyek infrastruktur

karena lebih mudah digunakan sebagai bentuk pemenuhan janji legislatif kepada

pemilihnya (Keefer dan Khemani, 2003). Contoh lain dikemukakan oleh Tanzi dan

Davoodi (1997) bahwa legislatif lebih memilih investasi publik karena besarnya

komisi yang didapatkan.

Penganggaran salah satunya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa pengeluaran semaksimal mungkin

diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan wajib. Adapun pendidikan

menjadi salah satu kategori belanja wajib. Namun, dalam fakta dan fenomena

yang terjadi, anggaran pendidikan juga rentan mengalami misalokasi. Hallack dan

Poisson (2002) mengemukakan bahwa salah satu hal yang terkait dengan korupsi

di sektor pendidikan adalah ukuran anggaran pendidikan. “The education sector is

the largest or second largest budget item in most countries, and opportunities for

corrupt practices are numerous” (Chr. Michelsen Institute, 2006).

Page 50: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

36

Handayani (2009) memaparkan hal terkait hubungan antara anggaran

pendidikan dan korupsi sebagai berikut.

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia korupsi sering kali merupakan masalah endemik seluruh masyarakat. Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang termasuk kategori rentan terhadap korupsi, karena relatif besarnya anggaran pendidikan, sehingga cenderung memberi peluang untuk praktik korupsi yang semakin besar pula.

Relevan dengan hal di atas, Raeni (2014) memaparkan hal sebagai berikut. Tahun 2009, anggaran pendidikan telah mencapai 20% dari APBN, akan tetapi tidak disertai peningkatan kesadaran dan kemampuan pengelolaan alokasi anggaran pendidikan, justru hal tersebut hanya membuka peluang korupsi dan pemborosan.

3.7. Analisis Data

3.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik desktiptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan

informasi terkait nilai minimum (terkecil), nilai maksimum (terbesar), rata-rata, dan

simpangan baku (standart deviation). Statistik deskriptif ini dapat memberikan

gambaran dan deskripsi secara objektif terhadap masalah yang sedang dianalisis

dalam suatu penelitian. Adapun hasil dari statistik deskriptif ini diperoleh dari

pemanfaatan program aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Hal yang dilakukan sebelum menganalisis data lebih mendalam adalah

dengan melakukan beberapa pengujian terlebih dahulu. Adapun pengujian yang

dimaksud adalah sebagai berikut.

3.7.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dalam rangka menguji normal tidaknya distribusi

nilai residual dalam suatu model regresi. Model regresi baik apabila distribusi nilai

Page 51: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

37

residualnya normal atau mendekati normal. Adapun uji normalitas dalam penelitian

ini menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan signifikansi 5% atau 0,05.

3.7.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan

atau korelasi antara variabel-variabel independen dalam penelitian tersebut.

Variance Inflation Factor (VIF) merupakan alat statistik yang digunakan dalam

melihat multikoliniearitas ini. Nilai VIF lebih dari sepuluh menunjukkan adanya

multikolinearitas antara variabel-variabel independen tersebut. Selain itu,

multikolinearitas juga dilihat dari nilai tolerance setelah dilakukan pengujian.

3.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat perbedaan atau

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Heteroskedastisitas dapat diteksi dengan melakukan uji park. Model regresi

dinyatakan baik apabila varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya tetap atau disebut homoskedastisitas (Aulia, 2015).

3.7.3. Uji Hipotesis

Indriantoro dan Supomo (2002) dalam Prasetya (2014) menyebutkan

bahwa hipotesis dalam penelitian kuantitatif adalah jawaban dari masalah yang

dideduksi dari teori secara rasional. Penelitian ini menggunakan alat analisis

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) dalam menguji hipotesis.

3.7.3.1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t yang digunakan dalam pengujian secara parsial bertujuan untuk

mengetahui pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen.

Page 52: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

38

Tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam pengujian ini adalah 5% atau 0,05.

Hasil dalam uji t ini dapat dilihat dengan cara sebagai berikut.

1. Variabel independen secara parsial berpengaruh siginifikan terhadap variabel

dependen apabila nilai signifikansinya menunjukkan < 5% atau < 0,05

2. Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen apabila nilai signifikansinya menunjukkan > 5% atau >

0,05.

3.7.3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F yang digunakan dalam pengujian secara simultan bertujuan untuk

mengetahui pengaruh signifikan semua variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam pengujian ini adalah 5% atau 0,05.

Hasil dalam uji F ini dapat dilihat dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.

1. Variabel independen secara keseluruhan berpengaruh siginifikan terhadap

variabel dependen apabila nilai signifikansinya menunjukkan < 5% atau <

0,05.

2. Variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansinya menunjukkan > 5%

atau > 0,05.

3.7.4. Analisis Regresi

Penelitian ini terdiri atas dua variabel independen (PPAD dan PDP) dan

satu variabel dependen (PO) yang menggunakan metode analisis regresi linear

berganda. Metode ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dua atau lebih

variabel independen terhadap satu variabel dependen dan diperoleh dari

penggunaan program aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 53: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

39

Y = a + b1X1 + e

Y = a + b2X2 + e

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (PO)

X1 = Perubahan Pendapatan Asli Daerah (PPAD)

X2 = Perubahan Dana Perimbangan (PDP)

a = konstanta

b1 – b5 = koefisien regresi

e = faktor kesalahan

3.7.5. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan besarnya

kemampuan variabel independen secara keseluruhan dalam menjelaskan varians

(jumlah kuadrat seluruh nilai individual) dari variabel dependen. Koefisien

determinasi juga menunjukkan keterkaitan antara variabel independen dan

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dalam hal ini Adjusted R Square

berada di antara nol dan satu (Ghozali, 2009 dalam Fathony, 2011) yang berarti

nilai Adjusted R Square yang kecil menunjukkan lemah atau terbatasnya

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Page 54: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

53

53

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan PAD dan

perubahan Dana Perimbangan sebagai pendapatan daerah terhadap perilaku

oportunistik penyusun anggaran. Berdasarkan pemaparan hasil analisis data yang

telah diolah, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Perubahan PAD berpengaruh terhadap perilaku oportunistik penyusun

anggaran pada kabupaten dan kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi

Selatan. Terkait dalam perspektif teori keagenan, pemda dan DPRD sebagai

pihak agen dalam pengganggaran memiliki kewenangan dan akses yang luas

ditilik dari sudut pandang rakyat sebagai prinsipal. Pengelolaan PAD yang

lebih leluasa serta kecenderungan PAD yang bertambah dalam

perubahannya berimplikasi pada peningkatan alokasi untuk sektor-sektor

yang dapat mendukung preferensi penyusun anggaran, baik eksekutif

maupun legislatif.

2. Perubahan Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap perilaku

oportunistik penyusun anggaran pada kabupaten dan kota yang terdapat di

Provinsi Sulawesi Selatan. Terkait dalam perspektif teori keagenan, pemda

dan DPRD sebagai pihak agen dalam pengganggaran memiliki kewenangan

dan akses yang luas ditilik dari sudut pandang rakyat sebagai prinsipal.

Namun, dalam realitasnya perubahan Dana Perimbangan dalam

penganggarannya tidak mendukung preferensi pihak agen. Hal ini dapat

disebabkan oleh stigma bahwa penggunaan Dana Perimbangan perlu

Page 55: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

54

menunggu arahan dan petunjuk dari pusat, sehingga penggunaannya tidak

seleluasa pengunaan PAD.

3. Perubahan PAD dan DP secara simultan berpengaruh terhadap perilaku

oportunistik penyusun anggaran pada kabupaten dan kota yang terdapat di

Provinsi Sulawesi Selatan. Terkait dalam perspektif teori keagenan, pemda

dan DPRD sebagai pihak agen dalam pengganggaran memiliki kewenangan

dan akses yang luas ditilik dari sudut pandang rakyat sebagai prinsipal.

Perubahan PAD dan DP dalam penganggaran secara kolektif turut

bersumbangsi pada perubahan pada alokasi pendidikan, kesehatan,

pekerjaan umum, dan pemerintahan umum yang dapat mengindikasikan

kecenderungan dalam mendukung preferensi pihak-pihak yang terlibat dalam

penyusunan anggaran.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat

diberikan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah daerah sebaiknya memaksimalkan tujuan sesungguhnya dalam

penyusunan anggaran dengan benar-benar mengutamakan kebutuhan dan

kepentingan masyarakat umum. Transparansi dan kemudahan akses laporan

secara lengkap sangat dibutuhkan dalam rangka mempermudah pengawasan

dalam proses penyusunan anggaran.

2. Bagi instansi terkait, dari segi teknisnya, manajemen dalam pengaturan

dokumentasi mungkin dapat lebih ditingkatkan agar lebih memudahkan dalam

menyortir laporan-laporan yang dibutuhkan.

3. Penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas jangkauan penelitian dengan

memodifikasi beberapa variabel yang telah diteliti maupun yang belum

Page 56: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

55

sehingga dapat lebih memperjelas variabel-variabel lain yang kemungkinan

juga dapat memberikan pengaruh.

4. Penelitian selanjutnya dapat lebih menggambarkan perilaku penyusun

anggaran dengan lebih mengembangkan cakupan instrumen penelitian, salah

satunya dengan menggunakan teknik wawancara maupun kuesioner.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, yakni data yang digunakan peneliti

tidak lengkap karena laporan APBD-P menurut Urusan tidak terinput dalam sistem

BPKD Provinsi Sulawesi Selatan sehingga dilakukan pencarian manual dalam

ruangan penyimpanan khusus. Selain itu, keterbatasan waktu dan tenaga

menyebabkan tidak semua laporan yang dibutuhkan dapat diperoleh.

Page 57: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

56

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Program Pascasarjana, Universitas Muslim Indonesia.

Abdullah, Syukriy dan Jhon Andra Asmara. 2006. Perilaku Oportunistik Legislatif

dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Abdullah, Syukriy dan Ramadhaniatun Nazry. 2014. Analisis Varian Anggaran

Pemerintah Daerah: Penjelasan Empiris dari Perspektif Keagenan. Banda Aceh: Universutas Syiah Kuala.

Abdullah, Syukriy dan Riza Rona. 2016. Masalah Keagenan dalam Perubahan

Anggaran Daerah (Studi atas Pengaruh Perubahan Sumber Penerimaan terhadap Belanja Modal di Indonesia). Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Agung, AA Gede. 2012. Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran

Daerah (Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik). Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Pendidikan Nasional “Veteran”.

Arifah, Dista Amalia. 2012. Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non

Publik. Prestasi Volume 9 Nomor 1 Juni 2012. Asmara, Jhon Andra. Analisis Perubahan Alokasi Belanja dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBA) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Volume 3 Nomor 2 Juli 2010.

Aulia, A. Isma. 2015. Pengaruh Pengalaman, Otonomi, Pengendalian Perilaku,

dan Pengendalian Personal terhadap Kinerja Auditor Internal pada Perbankan Kantor Wilayah X Bank Mandiri Makassar. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin.

Chr. Michelsen Institute. 2006. Corruption in the Education Sector. U4 Issue

4:2006. Colombatto, Enrico. 2001. Discreationary Power, Rent-Seeking and Corruption.

ICER Working Paper. Damayanti, Ratna Ayu. 2011. Hubungan Keagenan Pemerintahan Daerah dalam

Konteks Anggaran: Sebuah Agenda Rekonstruksi. Ekuitas Vol. 15 No. 2 Juni 2011: 149 – 171.

Page 58: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

57

Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Fathony, Adi Dicka. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran dan Dana Alokasi Umum terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah). Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Frelistiyani, Winda. 2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan

Asli Daerah dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening. Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Garamfalvi, L. 1997. Corruption in the Public Expenditures Management Process.

8th International Anti-Corruption Conference. Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di

Pemerintah Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Volume 2, Nomor 1.

Hallak, Jacques dan Muriel Poisson. 2002. Ethics and Corruption in Education.

Forum on Education No. 15. Handayani, Titik. 2009. Korupsi dan Pembangunan Pendidikan di Indonesia.

Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. IV No. 2. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, October, 1976, V. 3, No. 4.

Keefer, Philip dan Stuti Khemani. 2003. The Political Economy of Public

Expenditures. Background Paper for WDR 2004: Making Services Work for Poor People.

kemenag.go.id. 2016. “UU No. 17 Tahun 2003”. 14 Februari. kemenag.go.id. 2016. “UU No 1 Tahun 2004”. 14 Februari. kopel-online.or.id. “Korupsi Sektor Pendidikan Di Sulsel Rugikan Negara Rp. 6,2

Milyar”. 11 November. luk.staff.ugm.ac.id. 2016. “15 Tahun 2004”. 14 Februari. Latifah P, Nurul. 2010. Adakah Perilaku Oportunistik dalam Aplikasi Agency

Theory di Sektor Publik?. Fokus Ekonomi Volume 5 Nomor 2 Desember 2010.

Lupia, Arthur dan Mathew D. McCubins. 1994. Who Controls? Information and the

Structure of Legislative Decision Making. Legislative Studies Quarterly, XIX, August 1994.

Page 59: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

58

Lupia, Arthur dan Mathew D. McCubins. 2000. Representation or Abdication?: How Citizens Use Institutions to Help Delegation Succeed. European Journal of Political Research.

Martinez-Vazquez, Jorge, F. Javier Arze, dan Jameson Boex. 2004. Corruption,

Fiscal Policy, and Fiscal Management. Paper for Review by United States Agency for International Development.

Maryono, Riky. 2013. Pengaruh Perubahan Dana Alokasi Umum terhadap

Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah. Mauro, Paolo. 1998. Corruption and the Composition of Government Expenditure.

Journal of Public Economics 69 (1998). Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada

Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Denpasar: Program Pascasarjana, Universitas Udayana.

Mulki, Khaikal. 2011. Analisis Pengaruh Moral Hazard terhadap Pembiayaan Bank

Syariah di Indonesia. Jakarta: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nadir, Sakinah. 2013. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Desa: Menuju

Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jurnal Politik Profetik Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013.

nasional.tempo.co. 2016. “Polisi Terus Selidiki Kasus Korupsi di Dinas PU

Kabupaten Bone”. 24 Maret. Parwati, Sayu Made. 2015. Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di

Kabupaten/Kota Se-Bali. Denpasar: Program Pascasarjana, Universitas Udayana.

Petrie, Murray. 2002. A Framework for Public Sector Performance Contracting.

OECD Journal on Budgeting. Prasetya, Budi. 2014. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Internet

Banking pada Bank Mandiri Wilayah X Makassar. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin.

Raeni. 2014. Pengaruh Prinsip Keadilan, Efisiensi, Transparansi, dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan terhadap Produktivitas SMK. Economic Education Analysis Journal.

Riharjo, Ikhsan Budi dan Isnadi. 2010. Perilaku Oportunistik Pejabat Eksekutif

dalam Penyusunan APBD (Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaan Sumber Daya Alam). Ekuitas Volume 14 Nomor 3 September 2010.

Rita, Maria Rio dan Milka Puspita Sari. 2012. Pengaruh Adverse Selection dan

Negative Framing terhadap Eskalasi Komitmen. Eco-Entrepreneurship

Page 60: SKRIPSI - core.ac.uk · PDF filenaskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di ... Penyusunan Anggaran di

59

Seminar & Call for Paper “Improving Performance by Improving Environment” 2012. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito. Sularno, Fitria Megawati. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan

Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Bandung: Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama.

sulsel.bps.go.id. 2016. “Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2014”. 14

September. sulsel.bps.go.id. 2016. “Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Selatan 2015”. 14

September. Tanzi, Vito dan Hamid Davoodi. 1997. Corruption, Public Investment, and Growth.

IMF Working Paper. upeks.co.id. 2016. “35 Legislator Jeneponto Harus Jadi Tersangka”. 24 Maret. Usman, Syaikhu, M. Sulton Mawardi, Adri Poesoro, Asep Suryahadi, dan Charles

Sampford. 2008. Mekanisme dan Penggunaan Dana Alokasi Umum. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU.

Von Hagen, Jurgen. 2002. Fiscal Rules, Fiscal Institutions, and Fiscal

Performance. The Economics and Social Review, Vol. 33, No. 3, Winter, 2002.

Wandira, Arbie Gugus. 2013. Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH terhadap

Pengalokasian Belanja Modal. Accounting Analysis Journal 2 (1). www.antikorupsi.org. 2016. “Rp 486 M Penyimpangan APBD di Sulsel”. 24 Maret. www.indikasinews.com. 2016. “Tersangka Korupsi Alkes Luwu Sulsel Langsung

Ditahan”. 11 November. www.kpu.go.id. 2016. “UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah – KPU”.

28 Januari. www.minerba.esdm.go.id. 2016. “UU 33 2004”. 28 Januari.