skripsi - uns institutional repository · 2013. 7. 23. · halaman pernyataan dengan ini saya...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO Skripsi Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Disusun oleh: Irwan Andri Ardana G 0104052 Pembimbing : 1. Dra. Sri Wiyanti, M.Si 2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user i

    HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI

    DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

    SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

    Skripsi

    Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

    Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

    Disusun oleh:

    Irwan Andri Ardana

    G 0104052

    Pembimbing :

    1. Dra. Sri Wiyanti, M.Si

    2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi

    Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA

    Negeri 1 Sukoharjo

    Nama peneliti : Irwan Andri Ardana

    NIM/ Semester : G 0104052

    Tahun : 2011

    Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi

    Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

    Hari : ..................................

    Tanggal : ...................................

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dra. Sri Wiyanti, M.Si Nugraha Arif Karyanta, S.Psi

    NIP. 195208141984032001 NIP.19760323200501002

    Koordinator Skripsi

    Rin Widya Agustin, M.Psi

    NIP.197608172005012002

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi dengan judul:

    Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar

    pada Siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo

    Irwan Andri Ardana, G 0104052, Tahun 2011

    Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi

    Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Hari : ...............................

    Tanggal : ...............................

    1. Pembimbing I

    Dra. Sri Wiyanti, M.Si

    2. Pembimbing II

    Nugraha Arif Karyanta, S.Psi

    3. Penguji I

    Dra. Mackmuroch, MSi

    4. Penguji II

    H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Surakarta,

    Koordinator Skripsi Ketua Program Studi Psikologi

    Rin Widya Agustin, M.Psi Drs.Hardjono, M.Si

    NIP. 197608172005012002 NIP. 195901191989031002

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iv

    HALAMAN PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini

    tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

    suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya

    atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

    secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika

    terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan

    saya dicabut.

    Surakarta, April 2011

    Peneliti

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user v

    MOTTO

    “belajarlah untuk tenang dan sabar dalam meraih ilmu”

    “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”

    “Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan,

    tetapi tidak cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdas pemikiran

    yang melambatkan perubahan hidup ini, tetapi kurangnya

    penggunaan dari pikiran dan kecerdasan.”

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini kepada

    Orang-orang yang sangat aku kasihi,

    yang selalu setia berada di sampingku

    dalam mencapai cita-cita dan impianku

    Terimakasih kuucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada:

    1. Seluruh dosen pengajar Program Studi Psikologi UNS atas

    segala ilmu, doa, dan dukungan yang telah diberikan kepada

    Peneliti selama menuntut ilmu di UNS.

    2. Bapak untuk doa, kasih sayang & perhatiannya yang tak akan

    pernah terhenti.

    3. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberi

    perhatian dan motivasi.

    4. Teman-teman angkatan 2004 dan seluruh angkatan.

    5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyususnan

    skripsi ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmannirrahim,

    Puji syukur atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah Allah SWT,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar

    Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Pendidikan Strata I Psikologi dengan

    judul “ Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi

    Belajar pada Siswa SMA N 1 Sukoharjo”.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

    bimbingan, bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. dr. Zainal Arifin Adnan, SpPD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Bapak Drs. Harjono, Msi selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu

    disela-sela kesibukan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, saran, kritik dan

    dukungan yang sangat bemanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

    4. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi selaku pembimbing II yang telah

    memberikan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, saran, kritik dan

    motivasi bagi peneliti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user viii

    5. Ibu Makmuroch, M.Si selaku penguji I yang telah memberikan waktu, saran dan

    kritik sehingga terselesaikannya skripsi ini.

    6. Bapak H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM selaku penguji II dan pembimbing

    akademik yang telah memberikan waktu, saran, kritik dan motivasi bagi penulis

    sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

    7. Seluruh staf Program Studi Psikologi, mas Dimas, mas Ryan, dan mbak Ana yang

    telah membantu peneliti dalam mengurus administrasi dan memberikan semangat

    serta saran-sarannya.

    8. Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo yang

    telah memberikan ijin bagi penulis, sehingga dapat melakukan penelitian di SMA

    Negeri 1 Sukoharjo.

    9. Bapak Suhudi, S.Pd, M.Pd selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum yang

    telah memberikan banyak pengarahan dan bantuan selama penelitian berlangsung.

    10. Seluruh guru kelas XII yang telah bersedia memberikan waktu mengajar untuk

    penulis melakukan penelitian di kelas-kelas.

    11. Seluruh TU SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah memberikan bantuan, sehingga

    terselesaikannya skripsi ini.

    12. Semua siswa siswi kelas XII SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah bekerja sama

    dengan baik, terima kasih, semoga sukses selalu.

    13. Mbak ”D” terimakasih atas cinta, semangat, dan do’a yang tiada hentinya sampai

    saat ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ix

    14. Terimaksih untuk semua teman-teman Psikologi angkatan 2004 yang telah

    banyak memberikan motivasi, bantuan, keceriaan. Semoga kenangan ini tidak

    akan terlupakan.

    15. Terimakasih untuk semua angkatan yang telah memberikan semangat kepada

    penulis.

    16. Untuk semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    Surakarta, April 2011

    Peneliti

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user x

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN MOTIVASI

    BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA

    SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

    Irwan Andri Ardana

    G 0104052

    ABSTRAK

    Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

    telah memunculkan persaingan dalam masyarakat. Kualitas sumber daya manusia

    (SDM) harus diperhatikan agar individu tetap dapat bertahan dalam menghadapi

    perubahan hidup. Pendidikan sebagai salah satu penentu kulaitas SDM tentunya harus

    ditingkatkan, terlebih dengan adanya kondisi pendidikan di Indonesia yang masih

    memprihatinkan karena hanya mengejar standar kualifikasi siswa tanpa

    mempertimbangkan aspek psikologis siswa. Akibatnya, pencapaian prestai belajar

    siswa kurang memuaskan. Untuk mengatasi masalah tersebut, siswa perlu memiliki

    kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi agar mampu mencapai prestasi belajar

    yang tinggi.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan

    emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1

    Sukoharjo. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara kecerdasan

    emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1

    Sukoharjo.

    Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dengan sampel

    penelitian berjumlah 76 siswa yang diambil dengan teknik cluster random sampling.

    Pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan emosi dan skala motivasi

    berprestasi, sedangkan prestasi belajar diambil dari nilai rapor. Analisis data yang

    digunakan dengan teknik regresi dua prediktor.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara kecerdasan

    emosi dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1

    Sukoharjo dengan nilai Ry(1,2) sebesar 0,752, Freg 47,613 > F tabel 2,02 dengan p-

    value 0,000

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xi

    CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND NEED

    FOR ACHIEVEMENT WITH ACADEMIC ACHIEVEMENT IN STUDENTS

    OF SMA NEGERI 1 SUKOHARJO

    Irwan Andri Ardana

    G 0104052

    ABSTRACT

    Today the development of science and technology has led to increasingly rapid

    competition in the community. Quality of human resources should be noted that

    individuals can still survive in the face of life changes. Education as one determinant

    of human resource quality course should be increased, especially following the state

    of education in Indonesia is still alarming because only students pursuing

    qualifications standards without considering the psychological aspects of education,

    physical education and sociology of education itself. As a result, the academic

    achievement of student less satisfactory. To overcome these problems, students need

    to have emotional intelligence, and need for achivement to be able to reach high

    academic achievement.

    The purpose of this study is to investigate the relationship between emotional

    intelligence and achievement motivation and academic achievement in high school

    students in School 1 Sukoharjo. The hypothesis is that there is a significant

    correlation between emotional intelligence and achievement motivation and academic

    achievement in high school students in School 1 Sukoharjo.

    The population was SMA Negeri 1 Sukoharjo students with research samples

    totaling 76 students taken with cluster random sampling technique. Collecting data

    using a scale of emotional intelligence and achievement motivation scale, while

    academic achievement is taken from the report card. Analysis of the data used by the

    two predictor regression techniques.

    The results of calculations using multiple linear regression analysis

    demonstrated a statistically significant between emotional intelligence and need for

    achivement in academic achievement, as indicated by the value of F of 47.613 and

    Ry(1,2) sebesar 0,752 with p < 0.05. Effective contribution of emotional intelligence,

    need for achivement ,and academic achievement seen from the coefficient of

    determinant (R ²) of 0.566 or 56.6%, which means that 43.4% there are still other

    factors that affect academic achievement in addition to emotional intelligence, and

    need for achivement.

    Keywords : emotional intelligence, need for achivement , academic achievement.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

    HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................................ii

    HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii

    HALAMAN PERNYATAAN....................................................................................iv

    MOTTO.........................................................................................................................v

    HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................vi

    KATA PENGANTAR.................................................................................................vii

    ABSTRAK.....................................................................................................................x

    ABSTRACT...................................................................................................................xi

    DAFTAR ISI...............................................................................................................xii

    DAFTAR TABEL.......................................................................................................xv

    DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xvii

    DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xvii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

    B. Rumusan Masalah........................................................................................8

    C. Tujuan Penelitian.........................................................................................8

    D. Manfaat Penelitian.......................................................................................9

    BAB II. LANDASAN TEORI

    A. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Belajar...............................................................................10

    2. Pengertian Prestasi Belajar...................................................................10

    3. Faktor-Faktor Prestasi Belajar..............................................................13

    4. Pengukuran Prestasi Belajar.................................................................18

    B. Motivasi Berprestasi

    1. Pengertian Motif dan Motivasi.............................................................21

    2. Pengertian Motivasi Berprestasi...........................................................22

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xiii

    3. Faktor-faktor Motivasi Berprestasi.......................................................23

    4. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi.......................................................27

    C. Kecerdasan Emosi

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi..............................................................29

    2. Faktor-faktor Kecerdasan Emosi..........................................................30

    3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi...........................................................32

    D. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi

    Belajar.......................................................................................................34

    E. Kerangka Berpikir......................................................................................38

    F. Hipotesis.....................................................................................................39

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................40

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian..................................................40

    C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling...................................................42

    D. Metode Pengumpulan Data......................................................................44

    E. Validitas dan Reliabilitas...........................................................................48

    F. Analisis Data…….....................................................................................50

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    A. Persiapan Penelitian

    1. Orientasi Tempat Penelitian................................................................52

    2. Persiapan Administrasi........................................................................55

    3. Persiapan Alat Pengumpulan Data......................................................56

    B. Pelaksanaan Penelitian

    1. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian........................................59

    2. Pengumpulan Data untuk Uji Coba.....................................................59

    3. Uji Validitas dan Reaiabilitas..............................................................60

    4. Penyusunan Alat Ukur Penelitian........................................................65

    5. Pengumpulan Data Penelitian dan Pelaksanaan Skoring.....................68

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xiv

    C. Analisis Data

    1. Uji Asumsi Dasar.................................................................................68

    2. Uji Asumsi Klasik................................................................................70

    3. Mean Empirik dan Mean Hipotetik.....................................................73

    4. Uji Hipotesis........................................................................................76

    5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif.......................................80

    D. Pembahasan...............................................................................................81

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan................................................................................................85

    B. Saran..........................................................................................................87

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................89

    LAMPIRAN................................................................................................................92

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi.............................................................45

    Tabel 2 . Blue Print Skala Motivasi Berprestasi..........................................................46

    Tabel 3. Penilaian pernyataan favourable dan unfavourable.....................................47

    Tabel 4. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi.............................................................57

    Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi..........................................................58

    Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi yang Valid dan Gugur..............62

    Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi yang Valid dan Gugur ..........64

    Tabel 8. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi untuk Penelitian........................66

    Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi untuk Penelitian....................67

    Tabel 10. Uji Normalitas.............................................................................................69

    Tabel 11. Uji Linieritas................................................................................................70

    Tabel 12. Deskripsi Data Penelitian............................................................................73

    Tabel 13. Kategorisasi dan Frekuensi Rata-rata Prestasi Belajar Siswa.....................74

    Tabel 14. Kriteria Kategori Skala Kecerdasan Emosi dan Distribusi skor Subjek.....75

    Tabel 15. Kriteria Kategori Skala Motivasi Berprestasi dan Distribusi skor Subjek..76

    Tabel 16. Uji Anova....................................................................................................77

    Tabel 17. Koefisien Persamaan Garis Regresi...................................................…….78

    Tabel 18. Korelasi Masing-masing Variable Bebas dengan Variable Tergantung.....79

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran .................................................................................38

    Gambar 2. Pengujian Autokorelasi..............................................................................72

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A. Alat Ukur Penelitian Sebelum Uji Coba..........................................91

    LAMPIRAN B. Data Uji Coba Skala Penelitian.......................................................111

    LAMPIRAN C. Uji Validitas dan Reliabilitas Item Skala Penelitian.......................120

    LAMPIRAN D. Alat Ukur Penelitian Setelah Uji Coba...........................................127

    LAMPIRAN E. Data Hasil Penelitian.......................................................................135

    LAMPIRAN F. Analisis Data Penelitian...................................................................151

    LAMPIRAN G. Surat Ijij dan Surat Tanda Bukti Penelitian....................................159

    LAMPIRAN H. Dokumentasi Penelitian…………………………………………..160

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

    sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

    perilaku terdidik sesuai dengan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga

    formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

    Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal baik yang berkaitan dengan

    ilmu pengetahuan, teknologi, maupun sosial. Pendidikan dapat dilaksanakan

    dirumah sebagai pendidikan internal, disekolah sebagai pendidikan formal, dan

    dimasyarakat sebagai pendidikan nonformal (Suryabrata, 1998). Pelaksanaan

    pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif

    sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan

    baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar yang

    merupakan keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk

    meraih prestasi belajar yang optimal dibutuhkan proses belajar yang optimal pula

    yang memerlukan aktifitas dan kreatifitas siswa sebagai peserta didik (Tjundjing,

    2001).

    Proses belajar yang terjadi pada individu merupakan sesuatu yang penting,

    karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri

    dengan lingkungan sekitarnya. Irwanto (1997) menjelaskan bahwa belajar

    merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    dalam jangka waktu tertentu, dengan belajar siswa dapat mewujudkan cita-cita

    yang diharapkan.

    Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang

    meliputi perubahan fisik sebagai pendewasaan, perubahan psikis yang ditunjukkan

    pada perkembangan kemampuan berfikir, dan perubahan sosial yang ditunjukkan

    pada kemampuan beradaptasi dan menyesuaikan diri. Untuk mengetahui

    keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan di sekolah, perlu adanya penilaian

    sebagai hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk

    mengetahui keberhasilannya mencapai tujuan belajar disebut dengan prestasi

    belajar (winkel, 1996).

    Prestasi belajar merupakan masalah penting dalam dunia pendidikan di

    sekolah, sebab kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan siswa dapat

    mempengaruhi kepuasan dan kelancaran dalam mengikuti pendidikan yang lebih

    tinggi, tetapi ketidakberhasilan dalam belajar akan menjadikan siswa ketinggalan

    dari yang lain, tidak naik kelas, tidak lulus, bahkan dapat juga drop out dari

    sekolah (Turner & Helms dalam Syafitri, 2004).

    Setiap tahun, angka kelulusan siswa cenderung mengalami penurunan. Di

    Jawa tengah misalnya, angka kelulusan siswa SMA sederajat pada tahun 2007

    sebesar 92,29 persen, sedangkan pada tahun 2008 hanya 91,93 persen (Harian

    Umum Kompas, 2008). Pada tahun 2009, di Kabupaten Sukoharjo, angka

    kegagalan di SMA mengalami kenaikan. Jumlah siswa yang tak lulus mencapai

    12,29% atau 866 siswa dari total peserta SMA sebanyak 6.542 pelajar (Suara

    Merdeka, 2009).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    Prestasi belajar secara nyata dapat dilihat dalam raport yaitu angka prestasi

    belajar dalam periode tertentu yang tercermin dalam nilai ujian semester siswa.

    Belajar dikatakan berhasil apabila siswa didalam kegiatan belajarnya dapat

    memenuhi target keberhasilan sesuai dengan standart yang ditentukan. Beberapa

    faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar yang diharapkan

    antara lain kesungguhan, minat, lingkungan, dan keluarga (Ahmadi dan

    Supriyono, 2003).

    Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

    menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang

    tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

    tinggi pula, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan

    seseorang untuk belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar

    yang optimal. Binet (dalam Winkel, 1997) menjelaskan bahwa inteligensi adalah

    kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, selanjutnya

    mengadakan penyesuaian terhadapa tujuan, sehingga didapatkan penilaian diri

    secara kritis dan objektif.

    Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan

    siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan

    inteligensinya. Banyak siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi

    tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun sebaliknya siswa

    yang kemampuan inteligensinya dalam kondisi sedang, dapat meraih prestasi

    belajar yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa taraf inteligensi bukan

    merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    belajar, karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi. Goleman (2000)

    menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi

    kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain,

    diantaranya adalah kecerdasan emosi yakni kemampuan memotivasi diri sendiri,

    mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood),

    berempati serta kemampuan bekerja sama.

    Hasil penelitian yang dilakukan Fahim dan Pishghadam (2007) yang

    menunjukkan bahwa EQ dan inteligensi akademis merupakan kualitas terpisah,

    dan kecerdasan emosi adalah prediktor yang lebih baik bagi kesuksesan dalam

    pendidikan. Dengan kata lain, keberhasilan pendidikan seseorang dapat dilihat

    dari kecerdasan emosi yang dimiliki. Kecerdasan Emosi yang baik dapat

    menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan

    karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat

    mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002).

    Kenyataan yang ada di lapangan bahwa seseorang yang memiliki IQ

    rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan kesulitan, bahkan tidak

    mampu mengikuti pendidikan formal yang sesuai dengan usianya. Namun

    fenomena didalam pendidikan di sekolah menunjukan bahwa tidak sedikit siswa

    dengan IQ tinggi tetapi prestasinya kurang, dan siswa yang memiliki IQ sedang

    dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa

    IQ tidak selalu dapat memprediksi prestasi belajar seseorang (Tjundjing, 2001).

    Goleman (2002) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan

    seseorang mengatur kehidupan emosinya, menjaga keselarasan emosi dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,

    motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman, khusus pada

    orang-orang yang hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi saja, cenderung

    memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung

    menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan

    kemarahannya secara tepat. Selanjutnya seseorang yang memiliki IQ tinggi

    namun taraf kecerdasan emosinya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai

    orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya

    kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa

    bila mengalami stres. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang

    memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosi yang tinggi.

    Selain itu, faktor yang menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi

    siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki

    intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat

    kemampuan intelektual yang dimilikinya kurang berfungsi secara optimal. Salah

    satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat

    berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi dalam

    mencapai keberhasilan dalam belajarnya. Motivasi merupakan perubahan tenaga

    didalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi

    untuk mencapai tujuan (Donald dalam Sumanto, 1998). Motivasi berprestasi

    adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan tugas-tugas

    yang menantang demi mencapai kesuksesan (Woolfolk, 1998). Penelitian

    membuktikan bahwa siswa yang cerdas dapat memiliki prestasi yang lebih rendah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    dibandingkan siswa lain yang kurang cerdas karena tidak memiliki motivasi untuk

    berprestasi (Berk, 1994).

    Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat dilihat pada

    perilaku berprestasi (achievement behaviors) seperti tekun pada tugas yang sulit,

    bekerja giat untuk mencapai penguasaan dan memilih tugas yang relatif

    menantang. Sardiman (1996) menyatakan bahwa siswa dengan motivasi yang

    rendah untuk belajar, seperti tidak ada keinginan untuk membaca, rendahnya

    kemauan untuk mengerjakan tugas, dan cenderung tidak semangat terhadap

    pelajaran, sehingga mengalami ketertinggalan belajar dan besar kemungkinan

    memperoleh prestasi yang rendah.

    Muhibbin (1995) menjelaskan motivasi dalam dua macam. Motivasi

    intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang

    dapat mendorong untuk melakukan tindakan belajar. Motivasi ini dipengaruhi

    oleh empat sumber yaitu tantangan, rasa ingin tahu, kontrol dan fantasi.

    Selanjutnya motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

    individu yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh konkrit

    motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar misalnya pujian

    dan hadiah, tata tertib sekolah, suri teladan orang tua dan guru. Kenyataannya

    kedua bentuk motivasi belajar tersebut bersama-sama menggerakkan siswa dalam

    belajar, meskipun bentuk motivasi intrinsik seharusnya menjadi lebih dominan

    pada masa remaja (Winkel, 1996).

    Motivasi merupakan bagian dari belajar, dari pengertian motivasi diatas

    tampak tiga hal, yaitu (1) motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    diri seseorang; (2) motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif yang kadang

    tampak dan kadang sulit diamati; (3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk

    mencapai tujuan. Siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila memiliki motivasi

    yang tinggi untuk mencapai tujuan belajar dan belajar dengan sungguh-sungguh

    tanpa dipaksa untuk mencapai prestasi yang tinggi. Adanya motivasi berprestasi

    yang tinggi dalam diri siswa merupakan syarat agar siswa terdorong oleh

    kemauannya sendiri untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapinya,

    dan lebih lanjut siswa akan sanggup untuk belajar sendiri (Donald dalam

    Sumanto, 1998).

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

    seseorang tidak hanya ditentukan oleh tingkat IQ saja, melainkan terdapat faktor-

    faktor lain seperti kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi yang ikut

    menentukan tercapainya keberhasilan belajar yang optimal. Berpijak pada latar

    belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, perlu diadakan penelitian

    tentang “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi dengan

    Prestasi Belajar”.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan

    masalah dalam penelitian adalah:

    1. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi

    dengan prestasi belajar?

    2. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar?

    3. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang

    ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi

    dengan prestasi belajar.

    2. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar.

    3. Mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Memberi masukan kepada Guru tentang pentingnya faktor non kognitif

    kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk mencapai prestasi belajar

    yang optimal.

    b. Dapat memberikan pengertian secara teoritik kepada siswa makna dari

    faktor non kognitif kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk

    pencapaian prestasi belajar yang optimal.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi guru dapat digunakan sebagai masukan tentang cara-cara

    meningkatkan kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk mencapai

    prestasi belajar siswa.

    b. Bagi guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

    meningkatkan prestasi belajar siswa.

    c. Bagi siswa dapat memahami lebih dekat kemampuan dalam pribadi masing-

    masing khususnya tentang kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi untuk

    mencapai prestasi belajar yang optimal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Belajar

    Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

    belajar merupakan suatu proses, dan prestasi belajar merupakan hasil dari

    perbuatan belajar. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban,

    keberhasilan seorang siswa dalam belajar tergantung pada proses belajar yang

    dialami oleh siswa tersebut. Menurut Logan (dalam Tjundjing, 2001) belajar dapat

    diartikan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman

    dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997) menjelaskan bahwa

    belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

    dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan

    dan sikap. Perubahan dalam belajar itu bersifat relatif konstan dan membekas.

    Perubahan yang dimaksud dalam belajar adalah perubahan dari belum mampu

    menjadi sudah mampu yang terjadi dalam waktu tertentu (Irwanto, 1997). Belajar

    tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana,

    seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Muhibbidin (2000) menjelaskan bahwa belajar dapat dikatakan berhasil

    apabila terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan

    perilaku dapat dikatakan belajar, karena perubahan tingkah laku akibat belajar

    memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas, antara lain :

    a. Perubahan Intensional

    Perubahan dalam proses belajar diperoleh melalui pengalaman atau

    praktek yang dilakukan secara sengaja dan sadar, pada perubahan ini siswa

    menyadari bahwa terjadi perubahan dalam dirinya, seperti penambahan

    pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan.

    b. Perubahan Positif dan Aktif

    Perubahan positif berarti perubahan tersebut bersifat baik dan

    bermanfaat bagi kehidupan, serta sesuai dengan harapan karena memperoleh

    sesuatu yang baru yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan aktif artinya

    perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

    Usaha yang dimaksud menyangkut adanya kemajuan atau kemampuan yang

    lebih baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    c. Perubahan Efektif dan Fungsional

    Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat

    tertentu bagi siswa. Perubahan fungsional artinya perubahan dalam diri siswa

    tersebut relatif menetap, apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat

    direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui pengertian belajar

    adalah aktivitas individu secara fisik, psikologis, sosial untuk mendapatkan

    perubahan yang intensional, positif dan aktif, dan perubahan tersebut relatif

    permanen.

    2. Pengertian Prestasi Belajar

    Prestasi belajar merupakan keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk

    mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena

    memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus

    dihadapi. Purwanto (2002) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah gambaran

    tingkat keberhasilan dari berbagai kegiatan selama mengikuti pelajaran. Prestasi

    belajar merupakan penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui

    kemampuan siswa dalam mencapai sasaran belajar. Winkel (1997) menjelaskan

    bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa mampu menghasilkan perubahan-

    perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap

    dan keterampilan. Perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang

    dihasilkan siswa, misalnya mampu menjawab pertanyaan dan persoalan, mampu

    menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar, siswa

    dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai selama proses belajar.

    Tjundjing (2000) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

    kegiatan belajar, yaitu kemampuan peserta didik dalam menguasai bahan

    pelajaran yang diajarkan kemudian diikuti munculnya perasaan puas ketika

    mampu melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa

    diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Ahmadi dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Supriyono (2003) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan

    yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.

    Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat

    diketahui bahwa prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa dalam kegiatan

    belajar sebagai gambaran tingkat keberhasilan yang diukur dari nilai-nilai tes hasil

    belajar dan berupa angka-angka yang dicantumkan dalam laporan hasil belajar

    pada periode tertentu.

    3. Faktor-Faktor Prestasi Belajar

    Suryabrata (1998) menjelaskan bahwa secara garis besar faktor-faktor

    yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu

    faktor internal dan faktor eksternal.

    a. Faktor Internal

    Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi

    prestasi belajar. Faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

    1). Faktor fisiologis. Faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang

    berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

    a) Kesehatan badan

    Siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya agar

    mampu menempuh studi yang baik. Keadaan fisik yang lemah dapat

    menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.

    Sebagai contoh adalah siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    tidur untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya, olahraga yang

    teratur untuk memelihara kesehatan.

    b) Pancaindera

    Pancaindera yang paling memegang peranan penting dalam belajar

    adalah mata dan telinga, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari

    oleh manusia melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,

    seorang anak yang memiliki cacat fisik atau mental dapat menghambat

    dalam menangkap pelajaran, sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya

    di sekolah.

    2). Faktor psikologis. Faktor psikologis yang dimaksud adalah faktor aktivitas

    yang memberikan dorongan pada individu untuk belajar. Faktor psikologis

    yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain :

    a) Intelegensi

    Pada umumnya, prestasi belajar yang dimiliki siswa mempunyai kaitan

    erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet

    (dalam Winkel, 1997) inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan

    dan mempertahankan sekaligus mengadakan penyesuaian dalam

    mencapai tujuan, sehingga mampu menilai keadaan diri sendiri secara

    kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi

    belajar seorang siswa. Siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi

    mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang

    lebih tinggi, namun tidak berarti siswa dengan taraf inteligensi rendah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    akan berprestasi rendah pula, hal ini karena ada faktor-faktor lain diluar

    intelegensi antara lain kecedasan emosi dan motivasi berprestasi.

    b) Sikap

    Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat menjadi

    penghambat siswa dalam mencapai prestasi dalam belajar. Sikap adalah

    kesiapan seseorang untuk bertindak sesuatu terhadap hal-hal tertentu.

    Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan

    langkah awal yang baik dalam pencapaian prestasi belajar di sekolah.

    c) Motivasi

    Irwanto (1997) menjelaskan bahwa motivasi adalah penggerak perilaku,

    sedangkan motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.

    Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan

    dalam diri seseorang, jadi keberhasilan siswa dalam belajar tidak lain

    karena siswa tersebut mempunyai keinginan untuk belajar. Winkel

    (1997) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya

    penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan dan memberikan arah

    pada kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat

    tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non

    intelektual yang memberikan peranan yang khas dalam hal gairah atau

    semangat belajar. Siswa yang mempunyai motivasi kuat akan memiliki

    banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    b. Faktor Eksternal

    Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, terdapat faktor eksternal

    yaitu faktor lain diluar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

    yang akan diraih, faktor tersebut antara lain :

    1). Faktor lingkungan keluarga, yaitu faktor yang berasal dari dalam lingkungan

    keluarga siswa, antara lain:

    a) Sosial ekonomi keluarga

    Keadaan sosial ekonomi siswa yang memadai lebih memberikan

    kesempatan dengan adanya fasilitas belajar yang cukup, mulai dari buku,

    alat tulis hingga pemilihan sekolah.

    b). Pendidikan orang tua

    Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung

    lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-

    anaknya, dibandingkan dengan orang tua yang mempunyai jenjang

    pendidikan yang lebih rendah.

    c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

    Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi

    bagi seseorang siswa. Dukungan dapat diberikan secara langsung yaitu

    berupa pujian atau nasihat, maupun secara tidak langsung seperti

    hubugan keluarga yang harmonis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    2). Faktor lingkungan sekolah, yaitu faktor yang berasal dari sekitar lingkungan

    tempat siswa menuntut ilmu disekolah, antara lain:

    a). Sarana dan prasarana

    Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP dapat membantu

    kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu bentuk

    ruangan, sirkulasi udara, dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat

    mempengaruhi kenyamanan selama proses belajar mengajar di sekolah

    berlangsung.

    b). Kompetensi guru dan siswa

    Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi belajar,

    kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari

    guru dan siswa maka prestasi sulit dicapai. Seorang siswa mampu

    berprestasi dengan optimal apabila merasa kebutuhannya di sekolah

    telah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan guru yang

    berkualitas, hubungan yang berlangsung harmonis antara siswa dengan

    siswa maupun siswa dengan guru, adanya iklim belajar yang

    menyenangkan di lingkungan sekolah.

    c). Kurikulum dan metode mengajar

    Faktor ini meliputi pemilihan materi dan cara penyampaian materi

    tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat

    diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam

    kegiatan pembelajaran. Sarlito (1994) menjelaskan bahwa faktor yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    paling penting dalam pembelajaran adalah guru, apabila guru mengajar

    dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu

    membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar

    siswa akan cenderung tinggi,hal ini karena siswa tersebut tidak bosan

    dalam mengikuti pelajaran.

    3). Faktor lingkungan masyarakat, yaitu faktor selain keluarga dan sekolah

    tempat siswa berperilaku sehari-hari, antara lain:

    a). Sosial budaya

    Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

    mempengaruhi kesungguhan guru dan siswa. Masyarakat yang masih

    memandang rendah pendidikan enggan mengirimkan anaknya ke

    sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru.

    b). Partisipasi terhadap pendidikan

    Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan

    pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran)

    sampai pada masyarakat bawah, maka setiap orang akan lebih

    menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

    4. Pengukuran Prestasi Belajar

    Penilaian merupakan salah satu proses belajar mengajar yang tidak dapat

    ditinggalkan dalam dunia pendidikan. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi

    belajar bidang akademik di sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang

    disebut rapor. Rapor mencatat hasil prestasi belajar seorang siswa yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    menunjukkan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam keseluruhan mata

    pelajaran. Suryabrata (1998) menjelaskan bahwa rapor merupakan perumusan

    terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-

    muridnya selama masa tertentu. Azwar (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa

    fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :

    a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

    Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan

    hasilnya dipakai untuk menentukan seorang siswa dapat dinyatakan lulus atau

    tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi

    untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :

    1). Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

    2). Memilih siswa untuk dapat naik kelas

    3). Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

    b. Penilaian berfungsi diagnostik

    Fungsi penilaian ini untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa dan mengetahui

    kelemahan siswa, sehingga guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan

    masing-masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, diharapkan

    dapat segera memperbaikinya.

    c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

    Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan

    untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai

    dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMA kelas II untuk

    menentukan jurusan studi di kelas III.

    d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)

    Penilaian berfungsi untuk mengetahui ketepatan suatu program dapat

    diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap akhir semester di sekolah

    tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program

    pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa

    tersebut.

    Pengukuran prestasi belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalah dengan menggunakan metode dokumentasi berupa rapor, yaitu diambil

    dari nilai rapor semester I kelas XII di SMA N 1 Sukoharjo.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    B. Motivasi Berprestasi

    1. Pengertian Motif dan Motivasi

    Motif berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau to move,

    maka motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme

    yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Suatu hal yang

    penting berkaitan dengan motif adalah motif tidak dapat diamati secara langsung,

    tetapi motif dapat diketahui dari perilaku, yaitu sesuatu yang dikatakan dan

    diperbuat oleh seseorang. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diketahui

    motif seseorang (Walgito, 1992). Sebagai contoh seorang siswa selalu belajar

    dengan giat dalam menyelesaikan setiap tugasnya untuk mencapai hasil yang baik,

    dari keadaan ini dapat diketahui bahwa yang bersangkutan didorong oleh

    achievement motivation yang tinggi.

    Welem (2003) menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan

    pada diri seseorang yang mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan tertentu.

    Motivasi juga merupakan dorongan (energi penggerak) stimulus secara aktif

    dalam bentuk perilaku tertentu untuk mengarahkan suatu aktivitas.

    Sastrohadiwiryo (2002) menjelaskan bahwa motivasi adalah keadaan kejiwaan

    dan sikap mental manusia yang memberikan energi untuk menggerakkan dan

    mengarahkan perilaku ke arah pencapaian kebutuhan yang dapat memberikan

    kepuasan. Motivasi (driving force) merupakan desakan yang alami untuk

    memuaskan dan mempertahankan kehidupan (Samsudin, 2006).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa motif adalah

    sebuah energi dalam diri seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan

    sesuatu tindakan nyata, motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat

    diketahui setelah adanya tindakan. Motivasi adalah kekuatan dari dalam jiwa

    seorang individu yang mengarahkan pada suatu tindakan yang bertujuan untuk

    mencapai suatu optimalisasi keberhasilan.

    2. Pengertian Motivasi Berprestasi

    Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi selalu berusaha

    untuk menyelesaikan tugas yang menurutya menantang dengan sebaik-baiknya

    demi tercapainya suatu standar keunggulan yang lebih tinggi. Murray (dalam

    Salam dan Welem, 2003) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai

    kemampuan yang terorganisir dalam diri seseorang dalam mewujudkan suatu

    keadaan yang lebih tinggi, sehingga perasaan ingin sukses dapat terwujud. Konsep

    motivasi berprestasi dari Murray ini kemudian dikembangkan oleh Mc Clelland,

    dkk (2003) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan tujuan dari

    individu agar berhasil dalam persaingan dengan standar tinggi. Seseorang yang

    memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih memperhatikan hal-hal yang

    berhubungan dengan perbaikan kinerja dan lebih banyak belajar mengerjakan

    tugas.

    Winkel (1996) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu

    keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang

    menantang demi tercapainya kesuksesan. Siswa yang cerdas dapat memiliki

    prestasi yang lebih rendah dibandingkan siswa lain yang kurang cerdas karena

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    tidak memiliki motivasi untuk berprestasi. Akbar dan Hawadi (2001)

    menjelaskan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa

    untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin sesuai dengan tujuan yang telah

    ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Untuk itu maka siswa dituntut untuk

    bertanggung jawab mengenai taraf keberhasilan yang akan diperolehnya. Motivasi

    berperan sebagai sasaran dan sekaligus alat untuk pencapaian prestasi yang lebih

    tinggi.

    Tyson dan Jackson (dalam Setiawan, 2004) menjelaskan bahwa orang

    yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan terdorong untuk menetapkan

    tujuan yang penuh tantangan dan akan bekerja keras untuk mencapai tujuan

    tersebut serta menggunakan keahlian dan kemampuan untuk mencapainya.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa motivasi

    berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menggerakkan dan

    mengarahkan pada suatu penyelesaian tugas yang menantang dengan penuh rasa

    tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang lebih tinggi.

    3. Faktor-Faktor Motivasi Berprestasi

    Motivasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi

    seseorang. Motivasi merupakan konsep yang luas, sehingga ada beberapa hal yang

    perlu diketahui sebagai faktor yang mempengaruhinya. Anoraga (1992)

    menyatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya motivasi

    berprestasi pada seseorang, yaitu adanya keinginan untuk memperoleh

    kesejahteran dan kebahagiaan lebih baik, serta adanya harapan untuk maju.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Menurut McClelland (1993) ada faktor lain yang terlibat yaitu kemampuan

    perorangan atau pemahamannya tentang perilaku yang diperlukan untuk mencapai

    prestasi tinggi. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi ada dua yaitu

    faktor internal dan faktor eksternal.

    a. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu, yang termasuk

    dalam faktor internal yaitu :

    1). Keadaan jasmani

    Keadaan jasmani di sini baik yang bersifat bawaan atau bukan bawaan,

    antara lain bentuk wajah, tinggi badan, warna kulit, dan sebagainya. Cacat

    fisik yang dimiliki individu akan dapat menghambat dirinya untuk

    mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

    2). Jenis kelamin

    Jenis kelamin mempengaruhi motivasi. Ada kecenderungan pada wanita

    untuk menghindari sukses, merupakan faktor yang melatar belakangi

    rendahnya motivasi berprestasi, berbeda dengan laki-laki yang mempunyai

    tanggung jawab yang lebih besar dalam kehidupan keluarga kelak.

    3). Usia

    Kesadaran akan umur yang semakin bertambah (lanjut) menjadi suatu

    pendorong seseorang untuk mencapai prestasi yang tinggi. Seseorang yang

    sudah dewasa atau matang dalam berpikir cenderung lebih memiliki

    motivasi berprestasi yang tinggi demi tercapai cita-citanya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    4). Intelegensi

    Individu dengan taraf kecerdasan yang tinggi diharapkan memiliki motivasi

    belajar yang tinggi pula, sebaliknya individu dengan taraf kecerdasan yang

    rendah diperkirakan memiliki motivasi berprestasi yang rendah pula.

    Intelegensi akan mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Semakin

    tinggi intelegensi seseorang akan semakin tinggi pula motivasi

    berprestasinya, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan

    antara taraf kecerdasan dengan motivasi berprestasi individu, karena

    disamping faktor intelegensi masih banyak faktor lain yang turut

    mempengaruhi motivasi berprestasi, misalnya intelegensi tinggi tetapi

    fasilitas kurang mendukung untuk berprestasi.

    5). Kepribadian

    Tiap-tiap individu mempunyai sifat-sifat kepribadian yang berbeda.

    McClelland (1993) menjelaskan bahwa secara garis besar ada dua tipe

    kepribadian yaitu kepribadian tipe A yaitu orang yang yakin bahwa

    kemajuan dirinya ditentukan oleh dirinya sendiri. Tipe B yaitu orang yang

    beranggapan bahwa faktor diluar dirinya yang menentukan keberhasilan

    seseorang. Individu dengan tipe kepribadian A akan memiliki motivasi

    berprestasi lebih tinggi daripada individu dengan tipe kepribadian B.

    6). Minat

    Individu yang mempunyai minat untuk berprestasi dan tidak mengharapkan

    kegagalan akan mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Seseorang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya terlebih

    dahulu diawali minat yang kuat pula.

    7). Tingkat pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada kebutuhan-

    kebutuhannya. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan

    menuntut timbal balik yang nyata, misalnya mempunyai aspirasi yang

    realistik pada dirinya. Individu yang berpendidikan tinggi akan lebih

    banyak menuntut peranan bagi dirinya dibandingkan dengan individu yang

    berpendidikan rendah.

    b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, yang termasuk di

    dalamnya yaitu :

    1). Lingkungan keluarga.

    Terbentuknya motivasi berprestasi bersumber dari cara orang tua mendidik

    dan mengasuh anak. Orang tua yang mendidik dan mengasuh anaknya

    untuk berusaha menentukan sesuatu yang terbaik yang dilakukan oleh

    anaknya, sehingga akhirnya mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan

    orang lain yang akan menimbulkan motivasi berprestasi yang tinggi pada

    anak. Orang tua juga hendaknya selalu menghargai prestasi yang telah

    dicapai anak.

    2). Lingkungan masyarakat.

    Lingkungan masyarakat dapat dibagi menjadi lingkungan sosial dan

    lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yaitu lingkungan sekitar tempat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    individu berhubungan dengan orang lain, sedangkan lingkungan non sosial

    yaitu aspek yang mendukung terjalinnya hubungan antar individu, seperti

    suasana, tradisi, nilai hidup dan pola hidup yang dianut masyarakat.

    Motivasi berprestasi berkembang karena pengaruh kebudayaan dan

    lingkungan yang mementingkan kebebasan pada anggotanya.

    3). Lingkungan sekolah.

    Lingkungan sekolah menyangkut kemampuan sekolah memenuhi

    kebutuhan siswa dalam proses belajar di sekolah. Faktor pendorong yang

    dapat meningkatkan prestasi belajar siswa misalnya penyediakan fasilitas

    pendidikan yang dapat memuaskan rasa ingin tahu siswa, terjalinnya

    hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru dan dengan siswa lain

    di sekolah.

    4. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

    Mc Clelland (dalam Akbar, 2003) menjelaskan bahwa aspek-aspek

    motivasi berprestasi yaitu :

    a. Tanggung jawab.

    Pada individu yang memiliki motivasi tinggi akan merasa dirinya bertanggung

    jawab terhadap tugas yang dikerjakan.

    b. Mempertimbangkan resiko.

    Mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi sebelum memulai kesukaran

    artinya sebelum bertindak individu memikirkan akibat atau resiko yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    dihadapi, sehingga aktivitas yang dilakukan tidak akan berakibat atau beresiko

    yang memberatkan.

    c. Umpan balik (feed back).

    Umpan balik sangat berguna sebagai perbaikan bagi nilai hasil kerja karja di

    masa yang akan datang.

    d. Kreatif inovatif.

    Seseorang yang bermotivasi berprestasi tinggi akan lebih kreatif mencari cara

    baru yang lebih efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas dan tidak

    menyukai pekerjaan yang bersifat monoton dari waktu ke waktu.

    e. Waktu menyelesaikan tugas.

    Menyelesaikan tugas dengan waktu yang cepat dan tepat adalah prinsip

    individu yang memiliki motivasi yang tinggi.

    Sedangkan menurut Sardiman (1990) aspek-aspek motivasi berprestasi

    yaitu:

    a. Tekun dalam menghadapi tugas (dapat mengerjakan tugas secara terus menerus

    dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum tugas selesai)

    b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa) dan tidak cepat puas

    dengan prestasi yang sudah dicapai

    c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

    d. Lebih senang bekerja mandiri

    e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin dan kurang kreatif

    f. Dapat mempertahankan pendapatnya

    g. Senang mencari dan memecahkan masalah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    C. Kecerdasan Emosi

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi

    Goleman (2000) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah kecakapan

    emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki

    daya tahan ketika menghadapi rintangan, serta mampu mengelola suasana hati dan

    kecemasan ketika menghadapi kecemasan dalam berpikir. Selanjutnya Goleman

    menambahkan bahwa kecerdasan emosi terdiri terjalin dari beberapa kemampuan

    yang terorganisir dalam diri individu, kemampuan itu antara lain kemampuan

    untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan bertahan menghadapi frustasi,

    kemampuan mengendalikan dorongan hati (impuls) dan tidak melebih-lebihkan

    kesenangan, kemampuan mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres

    tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan berempati dan berdoa.

    Cooper dan Sawaf (dalam Melianawati, 1997) menjelaskan bahwa kecerdasan

    emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara aktif menerapkan

    daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi, pengaruh

    yang manusiawi.

    Goleman (2000) menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi

    tidak dapat menjamin kesejahteraan, gengsi atau kebahagiaan hidup, tetapi dengan

    kecerdasan emosi yang tinggi seseorang mampu mengetahui dan menangani

    perasaan dalam diri sendiri. Seseorang dengan kecerdasan emosi yang matang

    mampu membaca perasaan dan menghadapi orang lain lebih efektif. Orang yang

    tidak mampu mengendalikan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang

    merampas kemampuan berpikir yang jernih.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    Prihanto (dalam Tjundjing, 2001) menerangkan bahwa kecerdasan emosi

    sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari

    kehidupan keluarga, pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosialnya.

    Menurut Salovey dan Mayor (dalam Atmadji, 2003) menjelaskan bahwa

    kecerdasan emosi adalah himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan

    kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun orang

    lain, memilah-milahnya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing

    pikiran dan tindakan. Menurut Mangunhardjana (2002) kecerdasan emosi adalah

    kemampuan seseorang dalam hal merasa tentang dirinya, menunjukkan reaksi

    terhadap perasaan orang lain, memikirkan perasaan orang lain dan pilihan yang

    dimiliki untuk bereaksi, membaca dan mengungkapkan perasaan diri sendiri dan

    orang lain.

    Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa

    kecerdasan emosi adalah kemampuan kita mengenali perasaan kita sendiri dan

    orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi

    dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

    2. Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi

    Beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang

    menururt Goleman (2000) antara lain sebagai berikut :

    a. Lingkungan keluarga.

    Kehidupan keluarga merupakan sekolah yang pertama kali dalam mempelajari

    emosi. Orang tua adalah subjek pertama yang perilakunya diidentifikasikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    atau ditiru oleh anak, kemudian diinternalisasi dan pada akhirnya akan

    menjadi kepribadian dari anak. Orang tua harus mampu memberikan contoh-

    contoh yang baik mengenai bagaimana menanggapi perasaan orang lain, cara

    berperilaku yang baik dalam menghadapi masalah.

    b. Ligkungan masyarakat

    Kecerdasan emosi berjalan sesuai dengan perkembangan fisik mental anak

    dalam masyarakat. Pembelajaran emosi dapat dilakukan dengan memberi

    peran anak sebagai seseorang diluar dirinya, sehingga anak dapat belajar

    mengenai perasaan orang lain ketika dihadapi pada suatu permasalahan.

    Menurut Shapiro (1997), kecerdasan emosi dipengaruhi oleh:

    a. Korteks.

    Korteks memungkinkan kita mempunyai perasaan tentang perasaan kita

    sendiri, memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa kita

    mengalami perasaan tertentu, dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk

    mengatasinya. Korteks, khususnya lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai

    sakelar peredam, yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum kita

    berbuat sesuatu atasnya.

    b. System limbic.

    System limbic, yang sering disebut sebagai bagian emosi otak, terletak jauh

    dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan

    emosi dan impuls. System limbic meliputi hippocampus (tempat

    berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya ingatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    emosi), amigdala (sebagai pusat pengendalian emosi pada otak), serta

    beberapa bagian struktur lain.

    c. Neuropeptida

    Rantai-rantai asam amino yang disebut neuropeptida diyakini merupakan

    senyawa biokimia yang berkaitan dengan emosi. Neuropeptida ini tersimpan

    dalam otak emosional dan dikirim ke seluruh tubuh ketika seseorang

    merasakan suatu emosi, lalu memberitahu tubuh bagaimana harus bereaksi.

    Senyawa-senyawa kimia otak inilah, juga disebut neurotransmitter.

    3. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi

    Goleman (2000) menyatakan aspek-aspek kecerdasan emosi sebagai

    berikut :

    a. Mengenali emosi diri (knowing one’s emotion).

    Inti dari emosi adalah kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan

    itu timbul. Ahli-ahli psikologi menggunakan istilah metakognisi untuk

    menyebut kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

    b. Mengelola emosi (managing emotion).

    Usaha mengenali emosi diri sendiri sebenarnya sudah dijalankan sejak awal

    kehidupan agar manusia mampu mengontrol emosi, mejaga agar tindakan-

    tindakannya tidak dikendalikan oleh emosi semata. Harus memahami apa

    yang diharapkan darinya dan juga harus membawa konsekuensi baik pada diri

    sendiri maupun orang lain.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    c. Memotivasi diri sendiri (motivating one self).

    Mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang mendasar

    untuk dapat memberikan perhatian, memotivasi diri dan menguasai diri serta

    mengembangkan kreativitas. Motivasi diri yaitu mengunakan hasrat yang

    paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu

    mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif dan mampu bertahan

    menghadapi kegagalan dan frustasi. Kunci motivasi adalah memanfaatkan

    emosi, sehingga mendukung kesuksesan hidup seseorang.

    d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in order).

    Seseorang yang mampu berempati adalah seseorang yang mampu membaca

    perasaan dan isyarat non verbal mereka lebih mampu menyesuaikan diri

    secara emosi, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih mudah peka.

    e. Membina hubungan (handling relationship).

    Seni membina dengan orang lain erat hubungannya dengan ketrampilan emosi

    yang lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah saat-saat kritis perkembangan

    kemampuan anak. Intinya mampu menangani emosi orang lain yang

    membutuhkan kematangan-kematangan ketrampilan emosi lain yaitu

    manajemen diri dean empati, yang perlu dicermati adalah ketrampilan

    membina hubungan yang lebih aplikatif dan melibatkan orang lain.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    D. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Berprestasi

    dengan Prestasi Belajar

    Pendidikan identik dengan belajar karena kegiatan belajar dan segala

    aspek maupun faktor yang mempengaruhi belajar merupakan proses dalam

    pendidikan. Hakekat tujuan pembelajaran adalah tercapainya hasil pembelajaran

    yang optimal, sehingga siswa diharapkan dapat meraih prestasi belajar yang

    memuaskan. Prestasi belajar merupakan masalah yang penting sebab diperolehnya

    prestasi belajar pada siswa yang berada di bangku sekolah dapat diperoleh melalui

    beberapa usaha. Salah satu masalah yang menyebabkan murid droup out dari

    sekolah adalah rdanya prestasi belajar sekolah (Turner & Helms dalam Syafitri,

    2004). Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,

    diantaranya adalah faktor kecerdasan emosi dan faktor motivasi berprestasi.

    Menurut Goleman (2002) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang

    20% bagi kesuksesan seseorang, sedangkan 80% adalah sumbangan dari faktor

    lain, di antaranya adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ).

    Goleman (2000) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah kecakapan emosi yang

    meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan

    ketika menghadapi rintangan serta mampu mengelola suasana hati dan kecemasan

    ketika menghadapi kecemasan dalam berpikir. Kedua inteligensi itu sangat

    diperlukan dalam proses belajar siswa karena IQ tidak dapat berfungsi dengan

    baik tanpa di iringi penghayatan emosi terhadap mata pelajaran yang disampaikan

    di sekolah. Goleman (2002) menjelaskan bahwa keseimbangan antara IQ dan EQ

    merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kecerdasan emosi bekerja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    secara sinergi dengan ketrampilan kognitif atau IQ, menurut Goleman bahwa

    orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Tanpa kecerdasan emosi,

    seseorang tidak bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka

    sesuai dengan potensi yang optimal. Pendapat Goleman ini diperkuat oleh

    pendapat McClelland (dalam Salam dan Welem, 2003) menjelaskan bahwa

    seseorang yang berprestasi tinggi senantiasa memiliki kecerdasan emosi dan

    ketrampilan kognitif yang bekerja secara bersama-sama, karena tanpa kecerdasan

    emosi seseorang tidak bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitifnya

    sesuai dengan potensinya secara maksimal dalam belajar maupun bekerja.

    Hasil penelitian yang dilakukan Fahim dan Pishghadam (2007) yang

    menunjukkan bahwa EQ dan inteligensi akademis merupakan kualitas terpisah,

    dan kecerdasan emosi adalah prediktor yang lebih baik bagi kesuksesan dalam

    pendidikan. Dengan kata lain, keberhasilan pendidikan seseorang dapat dilihat

    dari kecerdasan emosi yang dimiliki. Kecerdasan emosi yang baik dapat

    menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar, membangun kesuksesan

    karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis, dan dapat

    mengurangi agresivitas khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002).

    Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992)

    menyatakan bahwa keberhasilan siswa di sekolah bukan diramalkan oleh

    kumpulan fakta seorang siswa atau kemampuan dininya untuk membaca,

    melainkan oleh ukuran-ukuran emosionalnya dan sosial, yaitu mempunyai minat

    pada diri sendiri; tahu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana

    mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal; mampu menunggu,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan; serta

    mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Sebagian

    besar siswa yang prestasi belajar di sekolahnya buruk menurut laporan tersebut

    tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosi ini (tanpa

    memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif

    seperti kertidakmampuan belajar). (Goleman, 2002).

    Prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh intelegensi dan kecerdasan

    emosi saja, melainkan motivasi berprestasi juga ikut menetukan keberhasilan

    belajar seseorang. W. Santrock (1996) menjelaskan bahwa kemampuan siswa

    yang berprestasi pada dunia pendidikan banyak ditentukan oleh faktor motivasi

    berprestasi. Prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual

    saja karena seringkali siswa yang kurang cerdas mampu memperlihatkan

    kecenderungan motivasi berprestasi yang lebih adaptif, misalnya lebih tekun

    dalam membuat tugas dan lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk

    memecahkan masalah sehingga dapat menjadi siswa yang berprestasi di sekolah.

    Sebaliknya, beberapa siswa yang cerdas namun motivasi berprestasi rendah

    cenderung menjadi siswa yang berprestasi rendah, misalnya lebih mudah putus

    asa dan tidak yakin dengan kemampuan akademisnya sendiri.

    Donald (dalam Wasty Sumanto, 1998) menjelaskan bahwa faktor yang

    ikut menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi dalam diri siswa itu untuk

    berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi

    prestasi belajar yang dicapainya rendah, karena tidak didukung oleh motivasi yang

    tinggi, sehingga mengakibatkan prestasi yang dicapaipun kurang optimal. Salah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    satu faktor pendukung agar prestasi yang dicapai dapat optimal adalah adanya

    motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya, motivasi merupakan

    perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan

    reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

    Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang

    untuk melakukan tugas-tugas yang menantang demi mencapai kesuksesan.

    Penelitian membuktikan bahwa siswa yang cerdas dapat memiliki prestasi yang

    lebih rendah dibandingkan siswa lain yang kurang cerdas karena tidak memiliki

    motivasi berprestasi dalam dirinya (Berk dalam Welem, 2003).

    Motivasi berprestasi dalam kegiatan belajar di sekolah merupakan

    penggerak dalam diri siswa, sehingga siswa tersebut terdorong untuk melakukan

    berbagai kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

    dalam hal ini adalah untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Motivasi

    berprestasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong dalam usaha pencapaian

    prestasi (Morgan dalam, Frickson 1996). Seseorang melakukan usaha belajar

    karena adanya motivasi berprestasi pada diri siswa yang meyebabkan terwujudnya

    tingkah laku belajar dan pada akhirnya dapat mencapai prestos belajar yang

    optimal. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi akan diikuti oleh adanya usaha

    yang tekun dalam belajar, usaha inilah yang nantinya akan menghasilkan prestasi

    belajar yang optimal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    E. Kerangka Berpikir

    Gambar 1

    Pada gambar diatas merupakan kerangka pemikiran dari penelitian yang

    akan dilakukan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi

    senantiasa dapat mengatur motivasi dirinya secara tepat, dalam hal ini tentunya

    seseorang tersebut memiliki motivasi berprestasi yang kuat pula dalam dirinya.

    Siswa yang memiliki motivasi berprestasi disertai kecerdasan emosi yang tinggi

    maka arah pemikiran dan tingkah lakunya akan menuju kepada usaha yang

    menunjukkan sebuah prestasi. Diharapkan seorang siswa yang mampu

    menggunakan kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi yang dimilikinya secara

    bersama-sama dapat meraih prestasi belajar yang optimal.

    Prestasi Belajar

    Kecerdasan Emosi

    Motivasi Berprestasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    F. Hipotesis

    Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah

    1. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan motivasi berprestasi dengan

    prestasi belajar.

    2. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar.

    3. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi Variabel Penelitian

    Identifikasi variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian perlu

    dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas

    dan membatasi masalah, sehingga variabel penelitian lebih terfokus dan

    memudahkan penelitian, serta menghindari pengumpulan data yang tidak

    diperlukan. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Variabel kriterium : Prestasi belajar siswa

    2. Variabel prediktor : a. Kecerdasan emosi

    b. Motivasi berprestasi

    B. Definisi Operasional Variabel

    Definisi dari variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini adalah :

    1. Prestasi Belajar

    Prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa dalam kegiatan belajar

    sebagai gambaran tingkat keberhasilan yang diukur dari nilai-nilai tes hasil belajar

    dan berupa angka-angka yang dicantumkan dalam laporan hasil belajar pada

    periode tertentu. Pengukuran prestasi belajar menggunakan dokumentasi yaitu

    nilai rapor siswa kelas XII semester I SMA N 1 Sukoharjo. Semakin tinggi jumlah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    nilai rapor siswa menandakan semakin tinggi pula prestasi belajarnya, demikian

    pula sebaliknya.

    2. Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah emosi

    secara akurat dan efisien untuk menghadapi tekanan, sehingga kemampuan

    berpikir tidak terganggu. Kecerdasan emosi dalam penelitian ini diukur dengan

    menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun berdasar aspek-aspek

    menurut Goleman (2001) yang telah dimodifikasi oleh peneliti, meliputi aspek

    mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

    orang lain, membina hubungan. Seberapa tinggi kecerdasan emosi ditunjukkan

    oleh skor yang diperoleh responden melalui model alat ukur skala Likert. Range

    skor untuk pernyataan yang bersifat favorable adalah 4(SS), 3(S), 2(TS), 1(STS).

    Adapun skor untuk pernyataan unfavorable adalah 1(SS), 2(S), 3(TS), 4(STS).

    Semakin tinggi skor yang diperoleh, berarti semakin tinggi kecerdasan emosi yang

    dimiliki, sebaliknya, bila skor yang diperoleh rendah, berarti semakin rendah

    kecerdasan emosi yang dimiliki.

    3. Motivasi berprestasi

    Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri individu yang

    menggerakkan dan mengarahkan pada suatu penyelesaian tugas yang menantang

    dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang lebih tinggi.

    Motivasi berprestasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

    motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek menrut Mc Clelland

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    (dalam Akbar, 2003) dan Sardiman (1990) yang telah dimodifikasi peneliti,

    meliputi aspek tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, umpan balik, kreatif

    inovatif, waktu menyelesaikan tugas, keinginan menjadi yang terbaik. Seberapa

    tinggi motivasi berprestasi ditunjukkan oleh skor yang diperoleh responden

    melalui model alat ukur skala Likert. Range skor untuk pernyataan yang bersifat

    favorable adalah 4(SS), 3(S), 2(TS), 1(STS). Adapun skor untuk pernyataan

    unfavorable adalah 1(SS), 2(S), 3(TS), 4(STS). Semakin tinggi skor yang

    diperoleh, berarti semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki, sebaliknya,

    bila skor yang diperoleh rendah, berarti semakin rendah kecerdasan emosi yang

    dimiliki.

    C. Populasi, Sampel dan Sampling

    1. Populasi

    Azwar (1998) menjelaskan bahwa populasi adalah suatu kelompok subjek

    yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh siswa SMA Negeri I Sukoharjo kelas XII yang seluruhnya

    berjumlah 415 siswa, terdiri dari 11 kelas yang masing-masing kelas berjumlah 38

    siswa.

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi, yaitu sejumlah individu yang

    jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Suharsimi Arikunto, 2006). Sampel

    diambil dari populasi dan memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi, sehingga

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    mewakili populasi sebagai sampel penelitian. Ciri-ciri tersebut adalah umur

    berkisar 16-18 tahun dan tidak tinggal kelas serta berdomisili di sekitar Sukoharjo.

    Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas XI SMA Negeri I

    Sukoharjo yaitu sebanyak 76 dari 352 siswa. 1 kelas sebanyak 38 siswa digunakan

    untuk try out, sedangkan 10 kelas lainnya diambil 2 kelas secara acak, sebagai

    sampel penelitian.

    3. Sampling

    Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel

    (Suharsimi Arikunto, 2006). Sampling atau teknik pengambilan sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Pemilihan

    sampel cluster adalah pemilihan sampel dimana yang dipilih secara random bukan

    individual, tetapi kelompok-kelompok/kelas.

    Penulis melakukan random dengan cara undian, yakni menggunakan

    gulungan kertas berjumlah 11 lembar, dimana 1 lembar kertas hanya tertulis 1

    kelas. Penulis mengambil 1 gulungan kertas dengan acak sehingga didapatkan 1

    kelas yang digunakan sebagai responden dalam try-out skala. Kemudian, sisanya

    diacak lagi untuk diambil 2 gulungan kertas sebagai responden dalam penelitian.

    Jadi, dalam penelitian ini, penulis menggunakan 1 kelas sebagai responden try-out

    skala dan 2 kelas sebagai responden penelitian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    D. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk

    memperoleh data yang diselidiki. Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas

    alat pengambilan data atau alat ukur. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan

    skala. Menurut Azwar (1999) skala psikologi selalu mengacu pada alat ukur aspek

    atau atribut afektif. Skala dalam penelitian ini t