skripsi 2013 karakteristik hasil pemeriksaan skin prick...

66
SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK TEST PADA PASIEN YANG BEROBAT DI POLIKLINIK THT RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JULI - DESEMBER 2012 OLEH : Santi C11108194 PEMBIMBING: dr. Sri Asriyani, Sp. Rad DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 22-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

SKRIPSI 2013

KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK TEST

PADA PASIEN YANG BEROBAT DI POLIKLINIK THT

RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PERIODE JULI - DESEMBER 2012

OLEH :

Santi

C11108194

PEMBIMBING:

dr. Sri Asriyani, Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………..………..... i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK………………………………………..iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..iv

ABSTRAK……………………………………………………………………….v

DAFTAR ISI............................................................................................vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...viii

BAB I. PENDAHULUAN …………….……………………………..….1

I.1. Latar Belakang ……………………………………….……...1

I.2. Rumusan Masalah …………………………………………...3

I.3. Tujuan Penelitian ………………………….…………………4

I.4. Manfaat Penelitian……………………………………………4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….…..……5

II.1. Pendahuluan………………………………………………....5

II.2 Tinjauan Umum Mengenai Sistem Imun……………….……5

II.3. Alergen………………………………………………………11

II.4. Uji Tusuk Kulit…………………………………………...…12

II.5. Penyakit Alergi……………………………………………...14

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL....24

III.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti……………………24

III.2. Dasar Pola Pikir yang Diteliti………………………………25

III.3. Definisi Operasional Variabel yang Diteliti………………..25

BAB IV. METODE PENELITIAN ……….……………….…….………28

IV.1. Jenis Penelitian ………………….. …………………........28

IV.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………........28

IV.3. Populasi dan Sampel……………………………………….28

IV.4. Metode Pengumpulan Data………………………………...29

IV.5. Etika Penelitian…………………………………………….29

BAB V. HASIL PENELITIAN………………………………………….31

BAB VI. PEMBAHASAN………………………………………………..40

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………...44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 3: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Prick Test

Menurut Umur di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Juli 2012 sampai Desember 2012………………………..32

Tabel 2 Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Jenis

Kelamin di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli

2012 sampai Desember 2012……………………………………..32

Tabel 3 Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut

Pekerjaan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Juli 2012 sampai Desember

2012………………….…………………………………….……..33

Tabel 4 Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut

Pendidikan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Juli 2012 sampai Desember 2012...………………………………34

Tabel 5 Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Riwayat

Keluarga Menderita Alergi di Poli THT RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai Desember

2012…………………………………………………………..….34

Tabel 6 Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Diagnosa

THT di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli

2012 sampai Desember 2012……………………………………..35

Tabel 7 Distribusi Penderita Menurut Hasil Tes Positif terhadap Beberapa

Jenis Alergen Inhalan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai Desember

2012…………………………………………………………..….36

Tabel 8 Distribusi Penderita Menurut Hasil Tes Positif terhadap Beberapa

Jenis Alergen Ingestan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai Desember

2012………………………………………………………………37

Page 4: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

April, 2013

Santi, C11108194

dr. Sri Asriyani, Sp. Rad

KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK TEST PADA

PASIEN YANG BEROBAT DI POLIKLINIK THT RSUP. DR. WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JULI - DESEMBER 2012

(xii + 45 halaman + lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang: Insiden penyakit alergi (asma, rhinitis alergi, dermatitis atopic)

semakin meningkat. Penelitian tentang prevalensi alergi telah banyak dilakukan di

berbagai negara dengan menggunakan kuesioner standard internasional

International Study Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Berdasarkan

hasil survey di Semarang dengan kuesioner ISAAC pada anak sekolah dasar usia

6-7 tahun didapatkan jumlah kasus alergi berturut-turut meliputi asma sebanyak

8,1%, rhinitis alergi sebanyak 11,5% dan eksim sebanyak 8,2%. Secara umum,

gejala rhinitis alergi dan reaktifitas tes kulit cenderung berkurang seiring dengan

meningkatnya usia. Alergi makanan dan anafilaksis lebih banyak pada anak-anak.

Beberapa anak dapat terjadi peningkatan reaksi alergi terhadap makanan tertentu,

atau sebaliknya reaksinya dapat menghilang seiring dengan waktu. Maka dari itu

focus penelitian ini meliputi karakteristik hasil pemeriksaan skin prick test pada

pasien yang berobat dengan diagnosa THT yang telah ditentukan.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi epidemiologi deskriptif

dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik Poli

THT Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa dari 54 penderita yang melakukan tes

alergi skin prick test di poliklinik THT RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,

sebanyak 36 orang penderita memiliki kriteria diagnosa THT yang ditentukan

yaitu rhinitis alergi, rinosinusitis kronik, dan polip hidung. Berdasarkan umur

penderita, sebanyak 21 penderita (58.3%) berusia antara 16-25 tahun. Berdasarkan

jenis kelamin, sebanyak 20 penderita (55.6%) adalah perempuan. Berikutnya

pegawai negeri sipil (25.0%) dan pelajar/mahasiswa (25.0%) adalah pekerjaan

terbanyak yang tercatat. Sebanyak 14 penderita dengan pendidikan strata 1,2,3

(38.9%) merupakan tingkat pendidikan terbanyak yang melakukan tes alergi,

diikuti 12 penderita (33.3%) dengan pendidikan tamat SMA/sederajat.

Berdasarkan riwayat keluarga yang menderita alergi hanya 5 penderita (13.9%)

yang memiliki riwayat keluarga. Berdasarkan diagnosa THT yang ditentukan, 27

penderita (75.0%) adalah rinosinusitis kronik, 8 penderita (22.2%) adalah rhinitis

alergi, dan 1 penderita (2.8%) adalah polip hidung. Alergen inhalan yang

terbanyak adalah tungau debu rumah (9.4%) diikuti oleh debu rumah (9.1%),

serpih kulit manusia (8.9%), dan kecoa (8.6%). Untuk allergen ingestan yang

Page 5: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

terbanyak adalah kacang tanah (5.4%) dan kepiting (5.4%), diikuti oleh teh,

kacang mete, dan coklat (masing-masing 5.1%).

Kesimpulan: Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak memiliki umur

dalam interval > 25 tahun, yakni sebanyak 58.3%. Jumlah penderita yang

melakukan tes alergi lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan daripada

laki-laki. Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak memiliki pekerjaan

sebagai pegawai negeri sipil dan pelajar/mahasiswa sebanyak 50%. Penderita

yang melakukan tes alergi paling banyak memperoleh pendidikan hingga strata

1,2,3 sebanyak 38.9% dan tamat SMA/sederajat sebanyak 33.3%.Penderita yang

tidak memiliki riwayat keluarga menderita alergi sebanyak 36.1%. Diagnosa THT

terbanyak dari penderita adalah rinosinusitis kronik sebanyak 75.0%. Jenis

alergen inhalan yang paling banyak memberikan hasil tes alergi positif yaitu

tungau debu rumah sebanyak 9.4%, sedangkan alergen ingestan yang paling

banyak yaitu kacang tanah dan kepiting, masing-masing sebanyak 5.4%.

Kata Kunci: skin prick test, alergen, ingestan, inhalan, rinosinusitis kronik,

rhinitis alergi, polip hidung

Daftar Pustaka: 30 (2002-2012)

Page 6: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai ggelar Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bibingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1) dr. Sri Asriyani, Sp. Rad, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi

ini;

2) Pihak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yang telah banyak membantu dalam

usaha memperoleh data yang saya perlukan;

3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral; dan

4) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Makassar, April 2013

Penulis

Santi

Page 7: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh

pajanan terhadap suatu antigen (alergen) tertentu yang menimbulkan reaksi

imunologik berbahaya pada pajanan berikutnya. 1,2

Sebanyak 300 juta penduduk di seluruh dunia diperkirakan menderita

asma. Prevalensi bervariasi di seluruh dunia dan diperkirakan prevalensi pada

anak-anak sekitar 3-38% dan orang dewasa sekitar 2-12%. International Study

Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) adalah suatu program penelitian

epidemiologi yang didirikan sejak 1991 untuk mengevaluasi asma, eksim, dan

rhinitis alergi pada anak-anak di seluruh dunia. Studi ini terdiri dari tiga fase. Fase

pertama menggunakan kuesioner untuk memperoleh prevalensi dan tingkat

keparahan dari asma dan penyakit alergi lainnya pada populasi tertentu di seluruh

dunia. Hampir dari seluruh data ini dikumpulkan pada pertengahan tahun 1990.

Fase kedua ditujukan untuk memperoleh factor etiologi yang berkemungkinan

menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari fase

pertama. Fase ketiga yaitu pengulangan fase pertama untuk melihat perubahan

prevalensi. 3,4

Insiden penyakit alergi (asma, rhinitis alergi, dermatitis atopic) semakin

meningkat. Penelitian tentang prevalensi alergi telah banyak dilakukan di berbagai

negara dengan menggunakan kuesioner standard internasional International Study

Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Berdasarkan hasil survey di

Semarang dengan kuesioner ISAAC pada anak sekolah dasar usia 6-7 tahun

didapatkan jumlah kasus alergi berturut-turut meliputi asma sebanyak 8,1%,

rhinitis alergi sebanyak 11,5% dan eksim sebanyak 8,2%. 3-5

Para peneliti dari ISAAC menemukan variabilitas dalam prevalensi

rinokonjungtivitis alergi pada anak-anak dalam 56 negara. Hasilnya bervariasi

dari 1.4-39.7% dan meskipun pada negara yang berbeda, terjadi tren peningkatan

prevalensi rinokonjungtivitis alergi diantara fase pertama dan fase ketiga. Mirip

dengan penyakit alergi lainnya, prevalensi dermatitis atopi bervariasi tiap Negara.

Page 8: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Prevalensi bervariasi mulai dari 14% di RRC sampai 21.8% di Morocco, dan

prevalensi ini secara umum meningkat. Prevalensi asma juga mengalami

peningkatan. Data dari suatu studi di Inggris menunjukkan bahwa prevalensi dari

asma, rhinitis alergi, dan dermatitis atopi dalam keadaan stabil. Jumlah pasien

yang masuk ke rumah sakit karena anafilaksis meningkat 600% sejak decade yang

lalu di Inggris dan 400% karena alergi makanan. Pasien yang masuk dengan

urtikaria meningkat 100%, dan untuk angioedema meningkat 20%, dimana hal ini

dapat menunjukkan peningkatan prevalensi dari penyakit alergi. 3,4

Jumlah kematian akibat penyakit alergi kebanyakan disebabkan oleh

anafilaksis dan asma, meskipun kematian langsung akibat asma sangat jarang.

Pada tahun 1995, sebanyak 5579 orang meninggal akibat asma di Amerika

Serikat. Sejak tahun 1999, jumlah kematian akibat asma pada individu berusia 5-

34 tahun mulai berkurang. 3,4

Asma lebih sering didapatkan pada anak laki-laki pada decade pertama

kehidupan; setelah pubertas, prevalensinya lebih tinggi pada anak perempuan.

Perbandingan anak laki-laki terhadap perempuan yang memiliki penyakit alergi

kurang lebih sekitar 1.8:1. Reaktifitas res kulit pada perempuan dapat berfluktuasi

selama siklus menstruasi, namun secara klinis tidak terlalu berpengaruh. 2-4

Secara umum, gejala rhinitis alergi dan reaktifitas tes kulit cenderung

berkurang seiring dengan meningkatnya usia. Alergi makanan dan anafilaksis

lebih banyak pada anak-anak. Beberapa anak dapat terjadi peningkatan reaksi

alergi terhadap makanan tertentu, atau sebaliknya reaksinya dapat menghilang

seiring dengan waktu. Meski demikian, anafilaksis akibat alergi makanan dan

penyebab lainnya masih merupakan ancaman pada orang dewasa. Beberapa alergi

makanan (misalnya kacang) dapat menetap sepanjang hidup. Asma pada masa

anak-anak lebih banyak pada anak laki-laki dan sering terjadi resolusi pada saat

dewasa. Namun pada anak perempuan cenderung menderita asma pada saat

remaja dan memiliki gejala yang lebih parah. 2-4

Prevalensi penyakit alergi di Amerika Serikat meningkat pada sekitar

tahun 1980-1990 pada daerah industry. Rhinitis alergi merupakan penyakit alergi

yang paling sering timbul, dan terdapat pada sekitar lebih dari 22% populasi.

Warga Amerika Serikat pada tahun 2010 yang menderita asma diperkirakan

Page 9: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

sebanyak 25 juta penduduk. Pada anak-anak yang menderita asma sebanyak 90%

akibat alergi, dibandingkan dengan 50-70% orang dewasa. Dermatitis atopi di

Amerika Serikat juga mengalami peningkatan pada tahun 1980-1990. 2-4

Penelitian mengenai alergi di Indonesia khususnya di Makassar masih

sangat terbatas. Karena masih kurangnya data mengenai jenis-jenis alergen yang

umumnya diderita penderita yang alergik di bidang THT, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Selain itu, penulis juga sangat

tertarik untuk mengetahui karakteristik hasil pemeriksaan tes alergi (dalam hal ini

skin prick test) pada penderita alergi di bagian THT. Penelitian ini dapat memberi

tambahan informasi mengenai karakteristik hasil skin prick test pada pasien alergi

di bagian THT.

Dikarenakan luasnya wilayah Makassar dan keterbatasan tenaga, maka

ditentukan Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai sumber

pengambilan data dan penelitian. Pemilihan RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo juga

dikarenakan rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit umum pusat di wilayah

Sulawesi Selatan, dan khususnya pada bagian poliklinik THT terdapat subdivisi

Alergi-Imunologi yang merupakan tempat dilakukannya uji tusuk kulit pada

penderita THT.

Dari uraian diatas dengan berbagai hal yang melatarbelakanginya, maka

penulis bermaksud mengangkat judul “Karakteristik Hasil Skin Prick Test Pada

Penderita yang Berobat di Poliklinik THT RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo

Makassar Periode Juli-Desember 2012”.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan

masalah dari penelitian ini:

1. Bagaimanakah gambaran karakteristik hasil prick test penderita yang

berobat di Poli THT Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo

berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan penyakit

THT yang diderita?

2. Apakah jenis alergen terbanyak yang menyebabkan penyakit THT yang

terlihat dari hasil prick test penderita yang berobat di Poli THT Rumah

Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo?

Page 10: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1. Tujuan Umum:

Mengetahui informasi mengenai karakteristik hasil prick test penderita

yang berobat di Poliklinik THT RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo

periode Juli – Desember 2012.

I.3.2. Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui distribusi hasil prick test pasien THT menurut umur.

2. Untuk mengetahui distribusi hasil prick test pasien THT menurut jenis

kelamin.

3. Untuk mengetahui distribusi hasil prick test pasien THT menurut

pekerjaan.

4. Untuk mengetahui distribusi hasil prick test pasien THT menurut

pendidikan.

5. Untuk mengetahui distribusi hasil prick test pasien THT menurut diagnosa

penyakit THT.

6. Untuk mengetahui jenis alergen terbanyak yang menyebabkan diagnose

penyakit THT yang tergambar dari hasil prick test.

I.4. Manfaat Penelitian

Dalam bidang ilmiah:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang

karakteristik hasil prick test pasien THT.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang jenis

alergen terbanyak yang pada bagian THT.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi/bacaan,

acuan, dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

Dalam bidang pelayanan masyarakat:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berarti bagi

etiologi, diagnosa dini, dan penanganan alergi di rumah sakit.

Bagi peneliti sendiri:

Merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas wawasan dan

pengetahun tentang prick test.

Page 11: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pendahuluan

Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh

pajanan terhadap suatu antigen (alergen) tertentu yang menimbulkan reaksi

imunologik berbahaya pada pajanan berikutnya. Proses alergi meliputi dua

langkah yaitu langkah pertama dimulai dengan kepekaan, selama tahap awal dari

sensitisasi, menghasilkan sejumlah besar antibodi IgE terhadap allergen yang

dihirup, ditelan, atau zat yang disuntikkan. Sebagian sel B memori akan muncul

yang mampu menghasilkan lebih banyak antibody IgE spesifik jika terpapar

kembali dengan allergen yang sama di kemudian hari. Tahap kedua pembentukan

antibody IgE untuk menempel pada reseptor yang dimiliki oleh basofil atau sel

mast di mukosa permukaan kulit, saluran pencernaan, dan sistem pernafasan. 1-4, 6

Salah satu tes alergi yang sering dilakukan di klinik adalah uji tusuk atau

intradermal atau prick test. Pemeriksaan alergi ini merupakan pemeriksaan yang

dilakukan secara in vivo untuk mengetahui IgE pada kepekaan alergi terhadap

allergen yang menimbulkan reaksi cepat, misalnya inhalan, makanan, dan

penisilin. 2-4,7

II.2 Tinjauan Umum Mengenai Sistem Imun

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.

Gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap

infeksi disebut system imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul

terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun. System imun

diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang

dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. 2,3,6

Mikroba dapat hidup ekstraselular, melepas enzim dan menggunakan

makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain

menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraselular dengan menggunakan

sumber energy sel pejamu. Baik mikroba ekstraselular maupun intraselular dapat

menginfeksi subjek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga

yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu. 2,3,6

Page 12: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Pertahanan imun terdiri atas system imun alamiah atau nonspesifik

(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired). Mekanisme

imunitas nonspesifik (sawar mekanis, fagosit, sel NK, dan system komplemen)

memberikan pertahanan terhadap infeksi. Imunitas spesifik (respon limfosit)

timbul lebih lambat. 2,3,6

Tabel 2.1. Perbedaan sifat-sifat system imun nonspesifik dan spesifik. 6

Nonspesifik Spesifik

Resistensi Tidak berubah oleh

infeksi

Membaik oleh infeksi

berulang (=memori)

Spesifitas Umumnya efektif

terhadap semua mikroba

Spesifik untuk mikroba

yang sudah mensensitasi

sebelumnya

Sel yang penting Fagosit

Sek NK

Sel mast

Eosinofil

Th, Tdth, Tc, Ts

Sel B

Molekul yang penting Lisozim

Komplemen

APP

Interferon

CRP

Kolektin

Molekul adhesi

Antibodi

Sitokin

Mediator

Molekul adhesi

II.2.1. Reaksi Hipersensitifitas

Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik pada umumnya berfungsi

protektif, tetapi respon imun dapat menimbulkan akibat buruk dan penyakit yang

disebut penyakit hipersensitifitas. Komponen-komponen system imun yang

bekerja pada proteksi adalah sama dengan yang menimbulkan reaksi

hipersensitifitas. Hipersensitifitas yaitu reaksi imun yang patologik, terjadi akibat

Page 13: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

respon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan

tubuh.2,3,6

Jenis-jenis penyakit hipersensitifitas terdiri atas berbagai kelainan yang

heterogen. Penyakit hipersensitifitas dibagi menurut waktu terjadinya reaksi dan

mekanisme efektor yang menimbulkan kerusakan sel dan jaringan. 2,3,6

II.2.1.1 Reaksi hipersensitifitas menurut waktu

Reaksi hipersensitifitas dapat dibagi menurut waktu terjadinya reaksi yaitu

reaksi cepat, intermediate dan lambat. 2,3,6,8

1. Reaksi Cepat

Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam.

Antigen yang diikat IgE pada permukaan sel mast menginduksi penglepasan

mediator vasoaktif. Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sitemik atau

anafilaksis local seperti pilek-bersin, asma, urtikaria, dan eksim. 2,3,6,8

2. Reaksi intermediate

Reaksi intermediate terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24

jam. Reaksi ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan

jaringan melalui aktivasi komplemen dan atau sel NKADCC. Reaksi intermediate

diawali oleh IgG yang disertai kerusakan jaringan pejamu oleh sel neutrofil atau

sel NK. Dari segi mekanisme, tipe II terjadi bila antibody diikat antigen yang

merupakan bagian dari sel jaringan. Tipe III terjadi bila IgG terhadap self-antigen

larut membentuk kompleks imun yang mengendap di jaringan. 2,3,6,8

3. Reaksi lambat

Reaksi lambat terlihat sampai sekitar 48 jam setelah pajanan dengan

antigen. Reaksi ini terjadi akibat aktivasi sel Th. Pada DTH (delayed type

hypersensitivity) yang berperan adalah sitokin yang dilepas sel T yang

mengaktifkan makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh reaksi

lambat adalah dermatitis kontak, reaksi Mycobacterium tuberculosis dan reaksi

penolakan tandur. 2,3,6,8

Page 14: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

II.2.1.1 Reaksi hipersensitifitas menurut mekanisme

Reaksi hipersensitifitas oleh Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963)

dbagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang

terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Pada tahun 1995 Janeway dan Travers merevisi

tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan IVb. 2,3,6,9

Tabel 2.2. Klasifikasi penyakit imun menurut Gell dan Coombs asli yang

dimodifikasi Janeway dan Travers (1995) 6

Jenis hipersensitifitas Mekanisme imun patologik Mekanisme kerusakan

jaringan dan penyakit

Tipe I

Hipersensitifitas cepat

IgE Sel mast dan mediatornya

(amin vasoaktif, mediator

lipid, sitokin)

Tipe II

Reaksi melalui

antibody

IgM, IgG terhadap

permukaan sel atau matriks

antigen ekstraselular

Opsonisasi dan

fagositosis sel

Pengerahan leukosit

(neutrofil, makrofag) atas

pengaruh komplemen dan

FcR

Kelainan fungsi selular

(misalnya dalam sinyal

reseptor hormon)

Tipe III

Kompleks imun

Kompleks imun (antigen

dalam sirkulasi dan IgM

atau IgG)

Pengerahan dan aktifasi

leukosit atas pengaruh

komplemen dan Fc-R.

Tipe IV (melalui sel T)

Tipe IVa

1. CD4+ : DTH

1.Aktifasi makrofag,

Page 15: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Tipe IVb 2. CD8+ : CTL

inflamasi atas pengaruh

sitokin

2.Membunuh sel sasaran

direk, inflamasi atas

pengaruh sitokin

Reaksi hipersensitifitas Gell dan Coombs Tipe I yang disebut juga reaksi

cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi, timbul segera sesudah tubuh

terpajan dengan allergen. Istilah alergi yang pertama kali digunakan Von Pirquet

pada tahun 1906, diartikan sebagai “reaksi pejamu yang berubah” bila terpajan

dengan bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. Istilah ana berasal dari

kata Yunani yang berarti “jauh dari” dan phylaxis yang berarti “perlindungan”.

Istilah tersebut adalah sebaliknya dari profilaksis. 3,6,9,10

Pada reaksi tipe I allergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan

respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rhinitis alergi, asma,

dan dermatitis atopi. Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut: 6,10

Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE

sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (FC€-R) pada permukaan sel mast

dan basofil.

Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan

antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul

yang menimbulkan reaksi.

Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis)

sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktifitas

farmakologik.

Antigen merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel Th.

IgE diikat oleh sel mast/basofil melalui reseptor FC€. Apabila tubuh terpajan ulang

dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah

ada pada permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatan atigen-IgE, sel mast/basofil

mengalami degranulasi dan melepas mediator yang preformed antara lain

histamine yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitifitas tipe I. 3,6,9,10

Page 16: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Sekitar 50-70% dari populasi membentuk IgE terhadap antigen yang

masuk tubuh melalui mukosa seperti selaput lender hidung, paru dan konjungtiva,

tetapi hanya 10-20% masyarakat yang menderita rhinitis alergi dan sisanya 3-10%

yang menderita asma bronchial. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit,

segera diikat oleh sel mast/basofil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast

akan menetap selama beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif

bila serum orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi yang normal.3,6,9

Reaksi yang terjadi dapat berupa eritem (kemerahan oleh karena dilatasi

vascular) dan bentol/edem (pembengkakan yang disebabkan oleh masuknya

serum ke dalam jaringan). Puncak reaksi terjadi dalam 10-15 menit. Pada fase

aktivasi terjadi perubahan dalam membrane sel mast akibat metilasi fosfolipid

yang diikuti oleh influx Ca2+

yang menimbulkan aktivasi fosfolipase. Dalam fase

ini energy dilepas akibat glikolisis dan beberapa enzim diaktifkan dan

menggerakkan granul-granul ke permukaan sel. Kadar cAMP dan cGMP dalam

sel berpengaruh terhadap degranulasi. Peningkatan cAMP akan mencegah, sedang

peningkatan cGMP memacu degranulasi. Penglepasan granul ini adalah fisiologik

dan tidak menimbulkan lisis atau matinya sel. Degranulasi sel mast dapat pula

terjadi atas pengaruh anafilatoksin, C3a dan C5a. 3,6,10

Di samping histamine, mediator lain seperti prostaglandin (PG) dan

leukotrin yang dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat berperan pada fase

lambat reaksi tipe I tersebut. Fase lambat sering timbul setelah fase cepat hilang

yaitu antara 6-8 jam. PG dan leukotrin merupakan mediator yang harus dibentuk

terlebih dahulu dari metabolisme asam arakidonat atas pengaruh fosfolipase A2.

Oleh karena itu mediator-mediator itu disebut newly generated. 3,6,9

Ikatan IgE pada permukaan sel mast dengan antigen mengawali jalur

sinyal multiple yang merangsang pelepasan granul-granuul sel mast (mengandung

amin-protease), sintesis metabolit asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin), dan

sintesis berbagai sitokin. Mediator-mediator tersebut menimbulkan berbagai

reaksi hipersensitifitas tipe cepat. 3,6,9,10

Page 17: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Gambar 2.1. Fase cepat dan fase lambat reaksi hipersensitifitas Tipe I. 6

II.3. Alergen

Alergen

Alergen adalah suatu zat antigenic yang mampu menghasilkan reaksi

hipersensitivitas tipe cepat (alergi) pada individu yang rentan menderita alergi.

Alergen secara umum dibagi berdasarkan jalur masuknya ke dalam tubuh dan

sumbernya. Contoh beberapa allergen yaitu aeroallergen (polen, spora jamur, bulu

binatang, feses kutu dan kecoa), makanan, serangga yang menyengat, obat-obatan,

dan latex. 2,6,11

Page 18: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Aeroalergen adalah protein atau glikoprotein airborne yang berasal dari

berbagai sumber, seperti pohon dan rumput yang memiliki serbuk sari, spora

jamur, bulu binatang (anjing, kucing, tikus), dan secret yang dikeluarkan kutu dan

kecoa. 2,6,11

Alergen yang berasal dari makanan hanya memerlukan sejumlah kecil

allergen untuk mengakibatkan reaksi alergi. Makanan yang paling sering

mengakibatkan alergi pada anak-anak adalah susu, telur, kacang, kedelai, dan

gandum. Respon terhadap alergi makanan ini pada umumnya terdapat pada anak

berusia dibawah 2 tahun, namun sering didapatkan menghilang pada saat dewasa.

Sebaliknya, pada orang dewasa makanan yang terbanyak mengakibatkan alergi

adalah kacang, ikan, dan kerang. 2,4,6

Alergi karet lateks sering didapat pada petugas kesehatan, pekerja industri

karet, dan pada individu yang sering mengalami prosedur bedah multiple. Gejala

yang timbul dari alergi lateks dapat timbul sebagai urtikaria kontak,

rinokonjungtivitis, asma, dan edema mukosa. 2,4,6

Obat penisilin merupakan obat yang telah dikenal dapat memberikan

reaksi alergi. Penisilin dihubungkan dengan insiden yang tinggi terhadap

terjadinya reaksi alergi dikarenakan reaktivitas kimia dari penisilin dan sisa

metabolitnya. Penisilin sering diberikan secara parenteral, dimana hal ini lebih

meningkatkan resiko terjadinya reaksi alergi. 2,4,6

Hipersensitivitas terhadap sengatan serangga dapat terjadi pada individu

non atopic maupun atopic. Individu tersebut tersensitisasi ketika racun dengan

kadar protein yang tinggi dimasukkan ke subkutan pada saat individu disengat.2,4,6

II.4. Uji Tusuk Kulit

II.4.1. Definisi

Skin prick test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis untuk

membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit. Terikatnya

IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamine dan mediator lainnya

yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh

darah, sehingga timbul flare / kemerahan dan wheal / bentol pada kulit tersebut.

Dengan dilakukan uji tusuk kulit ini dapat ditentukan macam allergen pencetus,

Page 19: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

sehingga di kemudian hari bisa menghindari paparan allergen pencetus

tersebut.4,6-7,11

II.4.2. Mekanisme Reaksi pada Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test)

Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan

granula-granula yang berisi histamine. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang

berikatan dengan IgE. Ketika lengan IgE ini mengenali allergen (misalnya house

dust, mite) maka sel mast teraktivasi untuk melepaskan granul-granulnya ke

jaringan setempat, maka timbulah reaksi alergi karena histamine berupa bentol

(wheal) dan kemerahan (flare). 4,6-7,11

II.4.3. Prosedur Uji Tusuk Kulit (Skin Prick Test)

Uji tusuk kulit seringkali dilakukan pada volar lengan bawah. Pertama-

tama dilakukan desinfeksi dengan alcohol pada area volar, dan tandai area yang

akan ditetesi dengan ekstrak allergen. Ekstrak allergen diteteskan satu tetes larutan

allergen (histamine / control positif) dan larutan control (buffer / control negative)

menggunakan jarum ukuran 26 ½ G atau 27G atau blood lancet. 7

Kemudian jarum ditusukkan dengan sudut kemiringan 45o menembus

lapisan epidermis dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan

perdarahan. Tindakan ini mengakibatkan sejumlah allergen memasuki kulit. Tes

dibaca setelah 15-20 menit dengan menilai bentol yang timbul. 7

II.4.4. Interpretasi Hasil Uji Tusuk Kulit

Besarnya wheal yang dapat dikatakan positif adalah 3 mm lebih besar

disbanding dengan control negative (Kartikawati H 2007). Tabel di bawah ini

adalah skor penilaian wheal. 7

Tabel 2.1 Skor Uji Tusuk Kulit 7

Skor Keterangan

0 Reaksi negative

1+ Diameter wheal 1 mm > dari control negative

2+ Diameter wheal 1-3 mm >dari control negatif

3+ Diameter wheal 3-5 mm > dari control negatif

4+ Diameter wheal 5 mm > dari control negatif

Sumber: Bosquet, J., et al., 2001.

Page 20: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

II.5. Penyakit Alergi

Dari berbagai penyakit alergi yang ada, rhinitis alergi merupakan salah

satu dari penyakit alergi yang terdapat pada bagian THT. Maka dari itu akan

dibahas mengenai rhinitis alergi beserta komplikasinya. 2,3,11

Manifestasi klinis akibat alergi yang tampak pada penderita bagian THT

misalnya rinitis alergi. Tidak dapat dihindari kemungkinan bahwa penderita

datang ke rumah sakit tidak dengan rhinitis alergi namun sudah disertai dengan

komplikasinya seperti rinosinusitis kronik dan polip. Maka dari itu akan dibahas

mengenai tiga penyakit diatas.

II.5.1. Rinitis Alergi

II.5.1.1. Batasan

Rinitis alergi secara klinis didefinisikan sebagai gejala rhinitis yang timbul

setelah pajanan/paparan allergen yang menyebabkan inflamasi mukosa hidung

yang diperantarai oleh IgE, dengan gejala bersin-bersin paroksismal, pilek encer,

dan buntu hidung. 12-14

II.5.1.2. Etiologi

Alergen inhalan (debu rumah, debu kapuk, jamur, bulu hewan) maupun

alergi ingestan (buah, susu, telur, ikan laut, kacang-kacangan). 12-14

II.5.1.3. Patofisiologi

Gejala rhinitis alergi timbul karena paparan allergen hirupan pada mukosa

hidung yang menyebabkan inflamasi dan menimbulkan gejala bersin, gatal,

rinore, dan hidung buntu. Segera setelah mukosa terkena paparan allergen, terjadi

reaksi alergi fase cepat dalam beberapa menit dan berlangsung sampai beberapa

jam (immediate rhinitis symptoms). Pada sebagian penderita akan terjadi reaksi

fase lambat yang terjadi beberapa jam setelah fase cepat dan dapat berlangsung

hingga 24 jam. Pada fase ini akan terjadi pengerahan sel-sel radang seperti

limfosit, basofil, eosinofil, dan neutrofil ke mukosa hidung. Akumulasi sel radang

ini menyebabkan gejala hidung buntu yang merupakan gejala yang lebih dominan

pada fase lambat. Gejala ini dapat menetap jangka lama pada rhinitis yang

persisten (chronic ongoing rhinitis). 12-15

Page 21: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

II.5.1.4 Klasifikasi Rinitis Alergi

Dahulu rhinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat

berlangsungnya, yaitu: 15

1. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). Di Indonesia

tidak dikenal rhinitis alergi musiman, hanya ada di negara yang

mempunya 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari

(pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu nama yang tepat ialah polinosis

atau rinokonjungtivitis karena gejala klinik yang tampak adalah gejala

pada hidung dan mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi).

2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala pada penyakit ini

timbul intermitten atau terus-menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat

ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering ialah allergen

inhalan, terutama pada orang dewasa, dan allergen ingestan. Allergen

inhalan utama adalah allergen dalam rumah dan allergen diluar rumah.

Allergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-anak dan

biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria,

gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perennial lebih

ringan dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih

persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan.

Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari

WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma) tahun 2001,

yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi: 15

1. Intermiten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau

kurang dari 4 minggu.

2. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4

minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi

menjadi: 15

1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,

bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu

2. Sedang-berat bila terdapat satu atau lebi dari gangguan tersebut diatas.

Page 22: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

II.5.1.5. Gejala klinis

Gejala klinis yang tampak adalah sebagai berikut: 12-16

- Serangan timbul bila terjadi konak dengan allergen penyebab.

- Didahului rasa gatal pada hidung, mata, atau kadang-kadang palatum

molle.

- Bersin-bersin paroksismal, pilek encer, dan buntu hidung.

- Gangguan pembauan, mata sembab dan berair, kadang disertai sakit

kepala.

- Tidak ada tanda-tanda infeksi.

II.5.1.6. Diagnosis

Anamnesis yang lengkap dan cermat mengenai adanya paparan allergen,

riwayat alergi pada keluarga, adanya alergi di organ lain. 12-16

Pada rhinoskopi anterior tampak konka udema dan pucat, secret

seromusinus. Pada rhinitis alergi persisten, rongga hidung sempit, konka udema

hebat. 12-16

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 12-16

- Tes kulit prick test.

- Eosinofil secret hidung: positif bila >= 25%.

- Eosinofil darah: positif bila >= 400/mm3.

- Bila diperlukan dapat diperiksa:

o IgE total serum (RIST dan PRIST): positif bila > 200 IU.

o IgE spesifik (RAST).

- Endoskopi nasal: bila diperlukan dan tersedia sarana.

II.5.1.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding rhinitis alergi antara lain: 12-16

- Rinitis akut: ada keluhan panas badan, mukosa hiperemis, secret

mukopurulen

- Rhinitis medikamentosa (drug induced rhinitis): karena penggunaan tetes

hidung dalam jangka lama, reserpin, clonidine, metildopa, guanethidine,

chlorpromazine, dan phenotiazine yang lain.

- Rhinitis hormonal (hormonally induced rhinitis): pada penderita hamil,

hipertiroid, penggunaan pil KB.

Page 23: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

- Rhinitis vasomotor.

II.5.1.8. Penyulit

Penyulit yang dapat terjadi pada pasien rhinitis alergi antara lain sinusitis

paranasal, polip hidung, maupun otitis media. 12-16

II.5.1.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikan dapat berupa menghindari penyebab,

medikamentosa, operatif, imunoterapi, dan meningkatkan kondisi tubuh: 12-16

1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan

allergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.

2. Medikamentosa

Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamine H-1, yang

bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target, dan

merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini

pertama pengobatan rhinitis alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi atau

tanpa kombinasi dengan dekongestan secara per oral.

Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin

generasi-1 (klasik) dan generasi-2 (non sedative). Antihistamin generasi-1

bersifat lipofilik, seingga dapat menembus sawar darah otak (mempunyai

efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Yang

termasuk kelompok ini adalah difenhidramin, klorfeniramin, prometasin,

siproheptadin, sedangkan yang dapat diberikan secara topical adalah

azelastin. Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik, sehingga sulit

menembus sawar darah otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-1

perifer dan tidak mempunyai efek anti-kolniergik, antiadrenergik dan efek

pada SSP minimal (non-sedasi). Antihistamin diabsorpsi secara oral

dengan cepat dan mudah serta efektif untuk mengatasi gejala pada respons

fase cepat seperti rinore, bersin, gatal, tetapi tidak efektif untuk mengatasi

gejala obstruksi hidung pada fase lambat.

Antihistamin non sedative dapat dibagi menjadi 2 golongan

menurut keamanannya. Kelompok pertama adalah astemisol dan

terfenadin yang mempunyai efek kardiotoksik. Toksisitas terhadap jantung

tersebut disebabkan repolarisasi jantung yang tertunda dan dapat

Page 24: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

menyebabkan aritmia ventrikel, henti jantung, dan bahkan kematian

mendadat (sudah ditarik dari peredaran). Kelompok kedua adalah

loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin, dan levosetirisin.

Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergic alfa dipakai

sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan

antihistamin atau topical. Namun pemakaian secara topical hanya boleh

untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rhinitis

medikamentosa.

Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan

hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain.

Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topical (beklometason,

budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat dan triamsinolon).

Kortikosteroid topical bekerja untuk mengurangi jumlah sel mastosit pada

mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil,

mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya plasma. Hal ini

menyebabkan epitel hidung tidak hiperresponsif terhadap rangsangan

allergen (bekerja pada respon fase cepat dan lambat). Preparat sodium

kromoglikat topical bekerja menstabilkan mastosit (mungkin menghambat

ion kalsium) sehingga penglepasan mediator dihambat. Pada respons fase

lambat, obat ini juga menghambat proses inflamasi dengan menghambat

aktifasi sel neutrofil, eosinofil dan monosit. Hasil terbaik dapat dicapai

bila diberikan sebagai profilaksis.

Preparat antikolinergik topical adalah ipratropium bromide,

bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor

kolinergik pada permukaan sel efektor.

Pengobatan baru lainnya untuk rhinitis alergi adalah anti leukotrien

(zafirlukast/montelukast), anti IgE, DNA rekombinan.

3. Operatif

Dilakukan apabila ada kelainan anatomi (deviasi septum nasi),

polip hidung, atau komplikasi lain yang memerlukan tindakan bedah.

Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka

inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty

Page 25: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil

dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor

asetat.

4. Imunoterapi

Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala

yang berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain

tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tujuan dari imunoterapi adalah

pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE. Ada 2 metode

imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sublingual.

5. Meningkatkan kondisi tubuh dengan olahraga pagi, makanan yang baik,

istirahat yang cukup dan hindari stress.

II.5.2. Rinosinusitis Paranasal Kronik

Rinosinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasalis disertai mukosa

hidung. Rinosinusitis dapat mengakibatkan komplikasi menjadi sinusitis paranasal

kronik yang lebih sering dijumpai di klinik. 14, 17, 18

II.5.2.1. Batasan

Sinusitis paranasal kronik adalah proses keradangan dari mukosa sinus

paranasal yang kronis, yaitu lebih dari 3 bulan. 19-20

II.5.2.2. Patofisiologi

Sinusitis paranasal akut dapat menjadi kronik oleh berbagai factor yakni

factor alergi, factor gangguan pada komplek osteomeatal, yang mengganggu

potensi ostium. Terjadi perubahan mukosa sinus (penebalan, degenerasi polip,

kista, mukokel). Kuman penyebab bias merupakan campran kuman aerob dan

anaerob. Kuman dominan adalah Pseudomonas aeruginosa dan kuman anaerob.

Pada sinusitis maksila dentogen kuman anaerob sangat dominan. 19,21

II.5.2.3. Gejala klinis

Gejala utama adalah rinore yang kronik dengan secret mukopurulen.

Kadang-kadang terjadi sakit kepala. Gejala lain adalah buntu hidung, kadang

terjadi penurunan penciuman dan pengecapan. Dapat terjadi secret bercampur

darah dari hidung atau secret yang turun ke faring (post nasal drips). 17-20

Page 26: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

II.5.2.4. Diagnosis

Untuk diagnosis diperlukan beberapa criteria berikut: 17-20

1. Anamnesis seperti di atas.

2. Pemeriksaan:

a. Rinoskopi anterior: didapatkan adanya secret mukopurulen yang

kadang bercampur darah, dapat terjadi polip, dapat terlihat deviasi

septum nasi.

b. Rinoskopi posterior: post nasal drips dengan secret mukopurulen,

kadang bercampur darah.

c. Transiluminasi: Pemeriksaan transluminasi menunjukkan sinus

yang terkena gelap (hanya untuk sinus maksila dan sinus frontal).

d. Evaluasi untuk adanya alergi.

3. Pemeriksaan penunjang:

- Foto polos sinus: penebalan mukosa, perselubungan, atau bentukan

polip/mukokel.

- Endoskopi nasal: melihat rongga hidung dan meatus medius lebih jelas.

Kondisi komplek osteomeatal dapat dievaluasi lebih cermat.

- CT Scan kadang-kadang diperlukan khususnya pada yang unilateral

untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan atau bila disiapkan untuk tindakan

pembedahan.

- Pemeriksaan gigi atas untuk mencari kemungkinan penyebab dari gigi

(dentogen).

II.5.2.5. Diagnosis Banding

Diagnosis banding dapat berupa keganasan, sinusitis karena jamur. 20,21

II.5.2.6. Penyulit

Penyulit yang dapat terjadi antara lain selulitis orbita, abses orbita,

osteomielitis, abses epidural/subdural, meningitis, abses otak, thrombosis sinus

kavernosus. 17-20

II.5.2.7. Penatalaksanaan

Terapi untuk sinusitis kronik terutama dengan menghilangkan factor

penyebab. Pemberian antibiotic yang sesuai untuk kuman penyebab seperti kuman

gram negative dan kuman anaerob dapat berguna. Bedah Sinus Endoskopi

Page 27: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Fungsional (BSEF / FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang

memerlukan operasi dengan indikasi tidak ada perbaikan setelah terapi yang

adekuat, sinusitis kronik yang disertai kista atau kelainan yang ireversibel (seperti

adanya polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur).

Tindakan ini telah menggantikan hamper semua jenis bedah sinus terdahulu

karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan

tidak radikal. BSEF juga berguna untuk mengembalikan fungsi drainase dan

ventilasi sinus. Tindakan lainnya yang dapat dilakukan adalah irigasi sinus

maksila dan bedah Caldwell-Luc (untuk sinusitis maksila). 17-20

II.5.3. Polip Hidung

II.5.3.1. Batasan

Polip hidung adalah pengertian morfologis (bentuk) yang berarti

penonjolan mukosa cavum nasi yang panjang dan bertangkai. Polip bukan

neoplasma, tetapi pseudo-tumor. 21,22

II.5.3.2. Patofisiologi

Penyebab pasti belum diketahui, yang masih dianggap sebagai factor

penyebab adalah alergi dan radang kronik yang berlangsung lama dan berulang-

ulang, menimbulkan hambatan aliran kembali cairan interstisial dan seterusnya

secara berturut-turut timbul edema, penonjolan mukosa, panjang dan bertangkai,

maka terbentuklah polip. Derajat kepadatan jaringan ikat dan pembuluh darah

menentukan derajat edema, sehingga menentukan timbulnya polip. Konka nasi

inferior dan septum nasi mengandung banyak jaringan ikat padat, karena itu polip

jarang ditemui pada organ-organ tersebut. Stroma mengandung jaringan ikat yang

teregang oleh cairan interstisial, mengandung banyak saluran limfe yang melebar,

tetapi sedikit pembuluh darah dan syaraf. Didapat tumpukan limfosit, sel plasma

dan eosinofil dalam jumlah yang bervariasi. 21-23

Polip hidung dibedakan menjadi dua, yaitu polip yang multiple dan soliter.

Polip yang mutipel lebih sering dijumpai, biasanya berasal dari sel-sel etmoid.

Polip yang soliter berasal dari sinus maksilaris, dan tumbuh kea rah koana (polip

koanal). 21-23

Page 28: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Polip lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada wanita, banyak pada

usia muda dan jarang pada anak-anak. 21

II.5.3.3. Gejala Klinis

Gejala klinis dapat berupa: 21-23

- Buntu hidung, bias parsial atau total tergantung besar atau banyaknya

polip.

- Gejala-gejala lain adalah akibat buntu hidung, misalnya: suara bindeng,

batuk, sakit kepala, hiposmia.

- Rinorea/pilek yang terus menerus, secret mucus. Pilek bertambah hebat

dan secret menjadi encer kalau penderita terserang rhinitis akut atau

serangan alergi.

- Semua gejala-gejala ini bertambah secara lambat tetapi progresif.

II.5.3.4. Diagnosis

Untuk diagnosis polip hidup diperlukan kriteria berikut: 21-23

1. Anamnesis yang cermat dan teliti.

2. Pemeriksaan fisik:

a. Inspeksi: dapat dijumpai pelebaran kavum nasi terutama pada polip

yang berasal dari sel-sel etmoid.

b. Rinoskopi anterior: tampak secret mucus dan polip multiple atau

soliter. Polip kecil sering tak terlihat.

c. Rinoskopi posterior: kadang-kadang dapat dijumpai polip koanal.

3. Pemeriksaan penunjang: endoskopi nasal untuk melihat kompleks

osteomeatal secara cermat, polip kecil dapat terlihat.

II.5.3.5. Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding untuk polip: 21-23

- Angiofibroma nasofaring juvenilis: tampak seperti polip koanal, tetapi

relative mudah berdarah.

- Inverted Cell Papilloma: tampak seperti polip multiple, tetapi biasanya

unilateral dan banyak pada orang usia lanjut.

- Meningokel: biasanya pada bayi atau anak-anak. Polip jarang dijumpai

pada anak-anak maupun bayi.

Page 29: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

II.5.3.6. Penyulit

Penyulit atau komplikasi dari polip jarang terjadi; bila ada sebagai akibat

tertutupnya ostium sinus paranasal atau ostium tuba yakni polip dalam sinus

paranasal, sinusitis paranasal atau otitis media. 21-23

II.5.3.7. Penatalaksanaan

Terapi kausal untuk polip belum ada. Yang dilakukan adalah: 21-23

- Polip kecil: dapat diberikan terapi medikamentosa terlebih dahulu

(antibiotic, steroid oral atau intra nasal).

- Polip besar/multiple:

o Ekstraksi polip intranasal.

o Terapi dari sudut alergi apabila terdapat latar belakang alergi.

o Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF).

o Operasi Caldwell-Luc apabila polip mengisi sinus maksilaris.

o Semprot hidung steroid intranasal (momethasone, triamcinolone,

fluticasone, dan sebagainya) pasca bedah.

Page 30: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB III

KERANGKA KONSEP

III.1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Berdasarkan argumentasi ilmiah yang telah kami susun pada tinjauan kepustakaan

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan prick test

yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, diagnosa penyakit THT,

riwayat keluarga.

Page 31: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

III.2. Dasar Pola Pikir yang Diteliti

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan maka hubungan variabel tersebut

dapat dirumuskan secara skematis dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

III.3. Definisi Operasional Variabel yang Diteliti

1. Skin Prick Test

Prick Test adalah uji tusuk kulit yang dilakukan di poliklinik THT RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo.

2. Umur penderita

Umur adalah lamanya penderita hidup sejak dilahirkan sampai umur

terakhir penderita saat pertama kali berobat yang tercatat pada rekam

medik penderita atau saat penelitian dilakukan.

Kriteria objektif kelompok umur ini antara lain:

0-15 tahun

16-25 tahun

> 25 tahun

Kategori yang Diteliti Objek Penelitian

Skin Prick

Test

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Diagnosa Penyakit THT

Riwayat keluarga

Page 32: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah pembagian manusia sesuai dengan sifat biologis atau

anatomi tubuh manusia sesuai dengan yang tercantum dalam status atau

rekam medik penderita.

Kriteria objektifnya antara lain:

Laki-laki

Perempuan

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas keseharian sesuai dengan yang tercantum dalam

rekam medik penderita.

Kriteria objektinya antara lain:

Pegawai negeri sipil

Pegawai swasta

Petani

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Pelajar/mahasiswa

Tidak ada pekerjaan

Tidak jelas, jika tidak ada keterangan yang jelas mengenai

pekerjaan penderita

5. Pendidikan

Pendidikan adalah tingkat pembelajaran formal terakhir yang dijalani oleh

pasien yang tercantum dalam rekam medik. Tingkat pendidikan

merupakan status kelas sosial seseorang yang didasarkan atas pengetahuan

yang dimiliki.

Kriteria objektifnya antara lain:

Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP/sederajat

Tamat SMA/sederajat

Diploma

Page 33: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Strata 1,2,3

Tidak tertera/ tidak jelas

6. Diagnosa Penyakit THT

Diagnosa penyakit THT adalah diagnose penyakit yang diderita oleh

pasien sesuai dengan yang tercantum dalam status atau rekam medic

penderita.

Kriteria objektifnya antara lain:

Rinitis alergi

Rinosinusitis Paranasal Kronik

Polip Hidung

7. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga adalah adanya riwayat keluarga sebelumnya yang

menderita keluhan alergi sesuai dengan yang tercantum dalam rekam

medik penderita.

Kriteria objektifnya antara lain:

Terdapat riwayat keluarga dengan alergi

Tidak terdapat riwayat keluarga dengan alergi

Tidak terdapat informasi/ tidak jelas

Page 34: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi epidemiologi deskriptif

dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik Poli

THT Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penelitian deskriptif ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran hasil tes uji tusuk kulit pada pasien yang

berobat di Poli THT Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo

berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, riwayat penyakit THT,

dan riwayat keluarga penderita yang berobat di Poli THT Rumah Sakit Umum

Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo. 24

IV.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah Poli THT Rumah Sakit Umum Pusat

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar mulai tanggal 25 Februari – 9 Maret 2013.

Alasan pemilihan lokasi ini adalah:

Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo ini adalah rumah

sakit yang merupakan tempat yang mempunyai fasilitas untuk uji tusuk

kulit

Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah

sakit pendidikan di daerah Makssar

Poli THT Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo

mempunyai dokumen medik yang memadai sehingga data-data penderita

dapat dicatat dengan baik.

IV.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua pasien yang pernah berobat dan melakukan tes alergi di Poli THT Rumah

Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada periode Juli 2012-

Desember 2012.

Page 35: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

2. Sampel

Sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi.

a. Kriteria Inklusi:

Pasien yang melakukan tes alergi

b. Kriteria Eksklusi:

Pasien dengan data rekam medik tidak lengkap

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah cara total sampling.

Menurut Sugiyono (2007), total sampling adalah tehnik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

IV.4. Metode Pengumpulan Data

IV.4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak

pemerintah dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kemudian nomor

rekam medik dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan dibagian rekam

medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Setelah itu dilakukan

pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan

IV.4.2. Penyajian Data

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan

penjelasan.

IV.5. Etika Penelitian

Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari

rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tapi hanya berupa

inisial.

Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada

beberapa institusi terkait antara lain Sub Bagian Kesatuan Bangsa

Page 36: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Pemerintah Daerah Tk.I Sulsel, Kepala RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo,

Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, Poli THT RSUP

Dr.Wahidin Sudirohusodo.

Page 37: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin

Sudirohusodo dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam

medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo dan rekam medik Poli THT Subbagian

Alergi RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo.

Populasi penelitian adalah semua pasien yang pernah berobat dengan

diagnosa rinosinusitis kronik, rhinitis alergi dan polip hidung, dan telah dilakukan

tes alergi prick test di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada

periode Juli – Desember 2012. Populasi yang diperoleh sebanyak 54 pasien.

Sebanyak 54 orang pasien melakukan tes alergi di Poli THT RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo periode Juli-Desember 2012. Dari 54 pasien yang dilakukan tes

alergi, sebanyak 36 pasien memiliki diagnosa rinosinusitis kronik, rhinitis alergi

dan polip hidung.

Pengumpulan data berlangsung selama 2 pekan, yaitu tanggal 25 Februari

– 9 Maret 2013. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

program computer Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) for

Windows 16 (SPSS Inc) dan Microsoft Excel 2007. Hasil pengolahan data

disajikan dalam bentuk tabel dengan penjelasan sebagai berikut :

V.1. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Umur

Sebanyak 2 orang penderita yang melakukan tes alergi (5.6%) memiliki

umur dalam3 rentang 0-15 tahun. Sebanyak 13 orang (36.1%) memiliki umur

dalam rentang 16-25 tahun, dan 21 orang (58.3%) dalam rentang lebih dari 25

tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien yang melakukan tes alergi pada

Poliklinik THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Juli-Desember 2012

terbanyak memiliki umur dalam rentang lebih dari 25 tahun, diikuti dengan

rentang umur 16-25 tahun, dan 0-15 tahun.

Page 38: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Tabel 1. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Prick Test Menurut

Umur di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012

sampai Desember 2012.

V.2. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Jenis

Kelamin

Terdapat sebanyak 16 orang pasien (44.4%) yang berjenis kelamin laki-laki

dan sebanyak 20 orang pasien (55.6%) yang berjenis kelamin perempuan.

Sehingga jumlah pasien perempuan yang melakukan tes alergi lebih banyak

dibandingkan jumlah pasien laki-laki yang melakukan tes alergi pada Poliklinik

THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Juli-Desember 2012.

Tabel 2. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Jenis Kelamin

di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012

sampai Desember 2012.

V.3. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Pekerjaan

Pekerjaan terbanyak penderita yang melakukan tes alergi yakni sebagai

pelajar/mahasiswa pada 9 orang penderita (25.0%) dan sebagai pegawai negeri

sipil pada 9 orang penderita (25.0%). Pekerjaan penderita terbanyak berikutnya

yaitu wiraswasta pada sebanyak 7 orang penderita (19.4%) dan ibu rumah tangga

pada sebanyak 5 orang penderita (13.9%). Sebanyak 3 orang penderita (8.3%)

NO Interval umur Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 0-15 tahun 2 5.6

2 16-25 tahun 13 36.1

3 > 25 tahun 21 58.3

Total 36 100.0

NO Jenis Kelamin Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 16 44.4

2 Perempuan 20 55.6

Total 36 100.0

Page 39: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

tidak bekerja, 2 orang penderita (5.6%) sebagai pegawai swasta, dan sebanyak 1

orang pasien (2.8%) tidak jelas. Tidak ada pasien yang melakukan tes alergi yang

bekerja sebagai petani.

Tabel 3. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Pekerjaan di

Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai

Desember 2012.

V.4. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Pendidikan

Pendidikan terbanyak penderita yakni hingga strata 1,2,3 sebanyak 14

orang (38.9%). Berikutnya sebanyak 12 orang penderita (33.3%) memiliki

pendidikan hingga tamat SMA/sederajat. Sebanyak 5 orang penderita (13.9%)

tamat SMP/sederajat, 3 orang penderita tidak diketahui (8.3%), dan 2 orang

penderita (5.6%) diploma. Tidak ada pasien yang melakukan tes alergi yang tidak

bersekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD.

NO Jenis Pekerjaan Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 9 25.0

2 Pegawai Swasta 2 5.6

3 Petani 0 0

4 Wiraswasta 7 19.4

5 Ibu Rumah Tangga 5 13.9

6 Pelajar/Mahasiswa 9 25.0

7 Tidak ada pekerjaan 3 8.3

8 Tidak jelas 1 2.8

Total 36 100.0

Page 40: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Tabel 4. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Pendidikan di

Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai

Desember 2012.

V.5. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Riwayat

Keluarga Menderita Alergi

Sebanyak 5 penderita (13.9%) memiliki riwayat keluarga yang menderita

alergi, dan 13 penderita (36.1%) tidak memiliki riwayat keluarga yang menderita

alergi. Sedangkan sisanya yaitu 18 penderita (50.0%) tidak memiliki keterangan

lengkap / tidak jelas.

Tabel 5. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Riwayat

Keluarga Menderita Alergi di Poli THT RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai Desember 2012.

NO Tingkat Pendidikan Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Tidak sekolah 0 0

2 Tidak tamat SD 0 0

3 Tamat SD 0 0

4 Tamat SMP/sederajat 5 13.9

5 Tamat SMA/sederajat 12 33.3

6 Diploma 2 5.6

7 Strata 1,2,3 14 38.9

8 Tidak tertera/tidak jelas 3 8.3

Total 36 100.0

NO Riwayat Keluarga Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Ada riwayat 5 13.9

2 Tidak ada riwayat 13 36.1

3 Tidak jelas 18 50.0

Total 36 100.0

Page 41: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

V.6. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Diagnosa

THT

Sebanyak 27 orang pasien (75.0%) didiagnosa sebagai rinosinusitis kronik,

sebanyak 8 orang (22.2%) didiagnosa sebagai rinitis alergi, dan sebanyak 1 orang

(2.8%) didiagnosa sebagai polip hidung. Sehingga pasien yang melakukan tes

alergi pada Poliklinik THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Juli-

Desember 2012 terbanyak didiagnosis sebagai rinosinusitis kronik, diikuti dengan

diagnosis rhinitis alergi, dan terakhir polip nasi.

Tabel 6. Distribusi Penderita yang Melakukan Tes Alergi Menurut Diagnosa THT

di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012

sampai Desember 2012.

V.7. Distribusi Penderita Menurut Hasil Tes Alergi terhadap Alergen

Inhalan dan Ingestan

Untuk alergen inhalan, dari total 36 penderita yang melakukan tes alergi

di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai Desember

2012, sebanyak 36 penderita melakukan tes terhadap alergen inhalan. Sebanyak

12 jenis alergen inhalan yang dimasukkan dalam tes alergi di Poli THT RSUP

Dr.Wahidin Sudirohusodo. Alergen-alergen inhalan tersebut meliputi debu rumah,

tungau debu rumah, serpih kulit manusia, serbuk bunga rumput campuran, serbuk

bunga padi, serbuk bunga jagung, mixed fungi, kecoa, serpih kulit anjing, serpih

kulit kucing, serpih kulit kuda, dan bulu ayam.

Sedangkan untuk alergen ingestan, dari total 36 pasien yang melakukan tes

alergi di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai

Desember 2012, hanya sebanyak 35 penderita yang melakukan tes terhadap

NO Diagnosa THT Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Rinitis Alergi 8 22.2

2 Rinosinusitis Kronik 27 75.0

3 Polip Hidung 1 2.8

Total 36 100.0

Page 42: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

alergen ingestan. Terdapat 1 orang penderita yang tidak melakukan tes terhadap

alergen ingestan dan hanya melakukan tes terhadap alergen inhalan. Sebanyak 21

jenis alergen ingestan yang dimasukkan dalam tes alergi di Poli THT RSUP

Dr.Wahidin Sudirohusodo. Alergen-alergen ingestan tersebut meliputi bandeng,

udang, kakap, kepiting, kacang tanah, kacang mete, coklat, susu sapi, putih telur,

kuning telur, ayam, tongkol, cumi, kerang, kedele, kopi, teh, tomat, wortel, nanas,

dan gandum.

Hasil tes diperoleh dengan mengukur diameter eritema atau wheal yang

terbentuk sebagai hasil reaksi hipersensitifitas tubuh terhadap berbagai jenis

alergen. Diameter eritema atau wheal yang terbentuk diukur setelah selang waktu

10 menit dari pemaparan alergen dan pengukuran dilakukan pada setiap kotak

yang telah dinomori/diberikan kode sesuai jenis alergen yang diberikan. Diameter

0×0 menunjukkan hasil tes negatif, diameter 1×1 menunjukkan hasil tes alergi +1

(hipersensitifitas ringan), diameter 2×2 menunjukkan hasil tes +2 (hipersensitifitas

sedang), diameter 3×3 menunjukkan hasil tes +3 (hipersensitifitas kuat), dan

diameter 4×4 menunjukkan hasil tes +4 (hipersensitifitas sangat kuat).

Tabel 7. Distribusi Penderita Menurut Hasil Tes Positif terhadap Beberapa Jenis

Alergen Inhalan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Juli 2012 sampai Desember 2012.

NO Jenis Alergen Inhalan Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Tungau Debu Rumah 34 9.4

2 Debu Rumah 33 9.1

3 Serpih Kulit Manusia 32 8.9

4 Kecoa 31 8.6

5 Bulu Ayam 30 8.3

6 Serpih Kulit Anjing 30 8.3

7 Serpih Kulit Kucing 30 8.3

8 Serbuk Bunga Jagung 29 8.0

9 Mixed Fungi 29 8.0

10 Serpih Kulit Kuda 28 7.8

11 Serbuk Bunga Padi 28 7.8

12 Serbuk Bunga Campuran 27 7.5

Total 361 100.0

Page 43: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Pada tabel 7 terlihat distribusi penderita secara berurutan dari yang

tertinggi hingga terendah menurut hasil tes alergi positif terhadap beberapa jenis

alergen inhalan. Hasil tes positif mempunyai arti bahwa pasien memiliki

hipersensitifitas terhadap jenis alergen yang dicobakan sehingga alergen

diangggap tidak aman bagi penderita karena dapat memicu timbulnya penyakit

rinosinusitis. Hasil tes alergi positif terbanyak diperoleh pada jenis alergen

inhalan tungau debu rumah yaitu sebanyak 34 sampel (9.4%). Hasil tes alergi

positif terbanyak kedua diperoleh pada jenis alergen debu rumah sebanyak 33

sampel (9.1%). Sedangkan hasil tes alergi positif terbanyak ketiga diperoleh pada

jenis alergen serpih kulit manusia sebanyak 32 sampel (8.9%). Jenis alergen

inhalan kecoa memberikan hasil tes positif pada 31 sampel (8.6%). Alergen bulu

ayam, serpih kulit anjing dan serpih kulit kucing memberikan hasil tes positif

pada 30 sampel (8.3%). Alergen serbuk bunga jagung dan mixed fungi

memberikan hasil tes positif pada 29 sampel (8.0%). Alergen serpih kulit kuda

dan bunga padi memberikan hasil tes positif pada 28 sampel (7.8%). Alergen

inhalan yang memberikan hasil tes alergi positif paling sedikit yaitu serbuk bunga

campuran sebanyak 27 sampel (7.5%).

Tabel 8. Distribusi Penderita Menurut Hasil Tes Positif terhadap Beberapa Jenis

Alergen Ingestan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Juli 2012 sampai Desember 2012.

NO Jenis Alergen

Ingestan

Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

1 Kacang Tanah 34 5.4

2 Kepiting 34 5.4

3 The 32 5.1

4 Kacang Mete 32 5.1

5 Coklat 32 5.1

6 Udang 31 4.9

7 Kedele 31 4.9

8 Cumi 31 4.9

9 Tomat 31 4.9

10 Putih Telur 30 4.8

11 Ayam 30 4.8

Page 44: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Lanjutan Tabel 8. Distribusi Penderita Menurut Hasil Tes Positif terhadap

Beberapa Jenis Alergen Ingestan di Poli THT RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Periode Juli 2012 sampai Desember 2012.

NO Jenis Alergen

Ingestan

Penderita yang Melakukan Tes Alergi

Jumlah Persentase (%)

12 Kerang 30 4.8

13 Kuning Telur 29 4.6

14 Kakap 29 4.6

15 Wortel 29 4.6

16 Kopi 29 4.6

17 Tongkol 28 4.5

18 Gandum 28 4.5

19 Nanas 27 4.3

20 Susu Sapi 27 4.3

21 Bandeng 24 3.8

Total 628 100.0

Pada tabel 8 terlihat distribusi penderita menurut hasil tes alergi positif

terhadap beberapa jenis alergen ingestan. Hasil tes alergi positif mengandung

makna bahwa pasien memiliki hipersensitifitas terhadap jenis alergen yang

dicobakan sehingga alergen tidak diangggap aman bagi penderita dan dapat

memicu timbulnya alergi. Hasil tes alergi positif terbanyak diperoleh pada dua

jenis alergen ingestan yaitu kepiting dan kacang tanah. Keduanya memberikan

hasil tes alergi positif pada 34 sampel (5.4%). Selain kedua jenis alergen ingestan

tersebut, jenis alergen yang memberikan hasil tes positif terbanyak berikutnya

yaitu kacang mete, coklat, dan teh pada sebanyak 32 sampel (5.1%). Jenis alergen

ingestan udang, cumi, kedele, dan tomat memberikan hasil tes alergi positif

terbanyak berikutnya setelah kacang mete, coklat, dan teh yakni sebanyak masing-

masing 31 sampel (4.9%.) Jenis alergen putih telur, ayam, kerang memberikan

hasil tes alergi positif pada 30 sampel (4.8%). Terdapat 5 jenis alergen yaitu

kuning telur, kakap, kopi, dan wortel yang memberikan hasil tes positif pada

jumlah sampel yang sama yaitu 29 sampel (85.7%). Sebanyak 28 sampel (4.5%)

memberikan hasil tes positif pada alergen tongkol dan gandum. Susu sapi dan

nanas memberikan hasil tes alergi positif pada masing-masing sebanyak 27

Page 45: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

sampel (4.3%). Jenis alergen yang memberikan hasil tes alergi positif paling

sedikit meliputi bandeng sebanyak 24 sampel (3.8%).

Page 46: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

karakteristik hasil tes alergi penderita rinosinusitis yang berobat di Poli THT RSU

Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Juli-Desember 2012. Karakteristik yang

diteliti meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, diagnosis di Poli

THT RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo yang mendasari pemeriksaan tes

alergi, riwayat keluarga yang menderita alergi, dan hasil tes alergi (jenis alergen).

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah penderita yang berkunjung ke Poli

THT RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo periode Juli-Desember 2012 sebanyak

54 penderita melakukan tes alergi. Dari 54 penderita tersebut, jumlah penderita

yang memenuhi kriteria objektif diagnosa THT yaitu rinosinusitis kronik, rhinitis

alergi, dan polip hidung sebanyak 36 orang.

Pada tabel 1 yang memperlihatkan distribusi penderita yang melakukan

tes alergi menurut umur terlihat bahwa jumlah penderita terbanyak diperoleh pada

rentang umur > 25 tahun (58.3%). Jumlah penderita terbanyak kedua diperoleh

pada rentang umur 16-25 tahun (36.1%), diikuti pada posisi ketiga yakni penderita

dalam rentang umur 0-15 tahun (5.6%). Secara umum, gejala alergi dan reaktifitas

tes kulit cenderung berkurang seiring dengan meningkatnya usia. Alergi makanan

dan anafilaksis lebih banyak pada anak-anak. Beberapa anak dapat terjadi

peningkatan reaksi alergi terhadap makanan tertentu, atau sebaliknya reaksinya

dapat menghilang seiring dengan waktu. Meski demikian, anafilaksis akibat alergi

makanan dan penyebab lainnya masih merupakan ancaman pada orang dewasa.

Beberapa alergi makanan (misalnya kacang) dapat menetap sepanjang hidup. Pada

suatu penelitian di Korea tahun 2009 oleh Park et al, didapatkan prevalensi

rhinitis alergi pada anak-anak mengalami peningkatan yang cepat sejak 5 tahun

yang lalu, yaitu dari 22% menjadi 29.2%. Hal ini kurang sesuai dengan hasil

penelitian yang didapatkan, yaitu dengan prevalensi terbanyak terutama pada

kelompok umur >25 tahun. 3, 25

Pada tabel 2 yang memperlihatkan distribusi penderita yang melakukan tes

alergi menurut jenis kelamin terlihat bahwa jumlah penderita berjenis kelamin

Page 47: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

perempuan lebih banyak dibanding jumlah penderita yang berjenis kelamin laki-

laki. Menurut Miriam K et al, terdapat perbedaan prevalensi jenis kelamin yang

masih belum dapat dijelaskan. Sebagai contoh, penyakit asma lebih banyak

ditemukan pada laki-laki pada dekade pertama kehidupannya; setelah masa

pubertas, prevalensi tersebut berbalik menjadi lebih banyak ditemukan pada

perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dengan anak perempuan yang

memiliki penyakit atopi sebanyak kurang lebih 1.8:1. 3

Tabel 3 memperlihatkan distribusi penderita rinosinusitis yang melakukan

tes alergi menurut pekerjaan. Dari tabel dapat dilihat bahwa pekerjaan terbanyak

penderita yang melakukan tes alergi adalah sebagai pelajar/mahasiswa dan

sebagai pegawai negeri sipil. Tidak ada pasien yang melakukan tes alergi yang

berkerja sebagai petani. Hal ini mungkin disebabkan karena lokasi penelitian yang

bertempat di RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo yang berlokasi di Kota

Makassar, sehingga tidak dijumpai pasien yang bekerja sebagai petani yang

bertempat tinggal jauh dari jangkauan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo. Pada

penelitian yang dilakukan di Turki, ditemukan hubungan yang erat antara kejadian

atopi dengan status sosioekonomi yang cukup, status ekonomi yang lebih tinggi

dikaitkan dengan tempat tinggal berada di tengah kota, di apartemen, dan rumah

yang memiliki banyak kamar. Menurut juga banyak studi yang melaporkan

bahwa prevalensi penyakit atopi lebih tinggi pada anak-anak dengan status

sosioekonomi yang tinggi. Keadaan lingkungan tempat tinggal, kualitas

kebersihan rumah, juga dapat mempengaruhi munculnya penyakit atopi. Sebagai

contoh penghuni apartemen kemungkinan menetap di dalam ruangan dalam waktu

tertentu, paparan terhadap kecoa dan kutu dapat member efek terhadap

peningkatan insiden penyakit atopi. 26

Tabel 4 memperlihatkan distribusi penderita yang melakukan tes alergi

menurut pendidikan. Penderita yang melakukan tes alergi terbanyak memperoleh

pendidikan hingga tamat SMA/sederajat dan Strata 1,2,3. Tidak ada penderita

yang tidak bersekolah yang melakukan tes alergi. Sehubungan dengan faktor

pekerjaan yang dijelaskan di atas, tingkat pendidikan penderita dapat dihubungkan

dengan pekerjaannya. Makin tinggi tingkat pendidikan penderita, maka umumnya

makin luas pengetahuan yang dimiliki sehingga kesadaran dalam memelihara dan

Page 48: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

melakukan upaya-upaya kesehatan juga semakin baik. Hal ini menandakan bahwa

kesadaran untuk melakukan tes alergi mungkin ada hubungannya dengan tingkat

pendidikan penderita.

Pada tabel 5 yang memperlihatkan distribusi penderita yang melakukan tes

alergi menurut adanya riwayat keluarga yang menderita alergi menunjukkan lebih

banyak penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dibandingkan penderita

yang memiliki riwayat keluarga yang alergi. Pada penelitian di Sanliurfa, terdapat

hubungan antara adanya penyakit atopi dan orang tua yang menderita alergi. Hal

ini dapat disebabkan karena tingginya pernikahan antar keluarga dekat di negara

ini. 26

Berikutnya pada tabel 6 memperlihatkan distribusi penderita yang

melakukan tes alergi menurut diagnose THT. Diagnosis THT yang paling banyak

dilakukan tes alergi adalah rinosinusitis kronik (75.0%), diikuti oleh rhinitis alergi

(22.2%) dan polip hidung (2.8%). Rinitis alergi adalah sebagai gejala rhinitis yang

timbul segera setelah pajanan/paparan allergen yang menyebabkan inflamasi

mukosa hidung. Etiologi dari rhinitis alergi dapat berupa paparan dari allergen

inhalan maupun allergen ingestan. Rinosinusitis kronik adalah proses keradangan

dari mukosa sinus paranasal yang kronis, yaitu lebih dari 3 bulan. Polip hidung

adalah penonjolan mukosa cavum nasi yang panjang dan bertangkai. Berbagai

faktor etiologi dan predisposisi dari rinosinusitis kronik dan polip hidung salah

satunya adalah rhinitis alergi. Inflamasi kronik yang diakibatkan rhinitis alergi

yang berulang dapat mengakibatkan perubahan mukosa hidung maupun

penyumbatan ostium sinus. Tiga jenis penyakit ini merupakan penyakit tersering

dalam bagian THT yang timbul terutama akibat adanya alergi. 12,19,20

Tabel 7 memperlihatkan distribusi penderita menurut hasil tes alergi

positif terhadap alergen inhalan. Alergen inhalan terbanyak yang memberi hasil

tes positif berturut-turut yaitu tungau debu rumah, debu rumah, dan kecoa.

Penelitian di Korea oleh HS Park dkk menunjukkan bahwa allergen dalam rumah

yang paling banyak adalah dua jenis tungau debu rumah, yaitu Dermatophagoides

farinae dan D. pteronyssinus. Serbuk sari pohon, serbuk rumput, kutu laba-laba

merupakan allergen luar rumah yang banyak ditemukan. Berikutnya penelitian

yang dilakukan Bunnag dkk di Thailand juga menunjukkan allergen penyebab

Page 49: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

terbanyak adalah tungau debu rumah (64.7%) diikuti oleh debu rumah (64%),

rumput Bermuda (52.3%), dan kecoa (49.8%). Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian ini yaitu allergen inhalan terbanyak disebabkan oleh tungau debu

rumah. Alergen inhalan tersebut umumnya dapat memicu reaksi hipersensitifitas

dalam berbagai tingkatan pada tubuh penderita alergi sehingga merupakan jenis

alergen yang paling banyak dapat memicu timbul dan kambuhnya penyakit alergi

pada penderita. 25,27

Pada Tabel 8 yang memperlihatkan distribusi penderita menurut hasil tes

alergi positif terhadap alergen ingestan telihat bahwa alergen ingestan terbanyak

yang memberi hasil tes positif berturut-turut yaitu kacang tanah dan kepiting.

Berdasarkan artikel oleh Nguyen-Luu dkk, alergi terhadap kacang tanah adalah

suatu kondisi potensial yang fatal yang mempengaruhi 1.2-1.8% anak-anak di

Amerika Utara dan Inggris, dan telah merupakan 55% dari penyebab kematian

akibat alergi makanan di Amerika Serikat. Suatu artikel yang ditulis oleh Al-

Muhsen dkk mengatakan bahwa ada 8 macam makanan yang dapat menyebabkan

alergi makanan; beberapa diantaranya adalah kacang tanah, ikan-ikanan, kerang,

susu sapi, telur, kedele, gandum, kacang-kacangan yang berasal dari pohon

(walnut, hazelnut, almond, kacang mete, pecan, pistachio). Berbagai sumber

protein yang berasal makanan laut (kepiting, udang, cumi, kerang) serta kacang-

kacangan umumnya dapat memicu reaksi hipersensitifitas dalam berbagai

tingkatan pada tubuh penderita rinosinusitis sehingga merupakan jenis alergen

yang paling banyak dapat memicu penyakit rinosinusitis pada penderita. 3,28-30

Page 50: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik hasil tes alergi

penderita rinosinusitis yang berobat di Poli THT RSU Pusat Dr.Wahidin

Sudirohusodo periode Juli-Desember 2012 diperoleh 36 penderita dari total 54

penderita yang melakukan pemeriksaan tes alergi dengan kriteria diagnosa THT

tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak memiliki umur dalam

interval > 25 tahun, yakni sebanyak 58.3%.

2. Penderita yang melakukan tes alergi lebih banyak yang berjenis kelamin

perempuan daripada laki-laki.

3. Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak memiliki pekerjaan

sebagai pegawai negeri sipil dan pelajar/mahasiswa sebanyak 50%.

4. Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak memperoleh

pendidikan hingga strata 1,2,3 sebanyak 38.9% dan tamat SMA/sederajat

sebanyak 33.3%.

5. Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak tidak memiliki riwayat

keluarga menderita alergi sebanyak 36.1%.

6. Penderita yang melakukan tes alergi paling banyak didiagnosa sebagai

rinosinusitis kronik sebanyak 75.0%.

7. Jenis alergen inhalan yang paling banyak memberikan hasil tes alergi

positif yaitu tungau debu rumah sebanyak 9.4%. Jenis alergen ingestan

yang paling banyak memberikan hasil tes alergi positif yaitu kacang tanah

dan kepiting, masing-masing sebanyak 5.4%.

VII.2. Saran

1. Perlu kiranya dokter-dokter di bagian THT untuk melakukan upaya

sosialisasi yang lebih terhadap pasien untuk melakukan tes alergi

mengingat pentingnya faktor alergi dalam menentukan perjalanan penyakit

dan prognosis penderita.

Page 51: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

2. Perlu kiranya panduan atau persepsi yang sama antara dokter-dokter di

Poli THT RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo mengenai penegakan

diagnosis sebelum dilakukan tes alergi.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang

lebih mendalam mengenai karakteristik hasil tes alergi pada penderita

rawat jalan poli THT dengan metode tes lain selain tes cukit kulit.

Page 52: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartanto, Huriawati et al. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta:

EGC; 2002. p. 60.

2. Wills-Karp, Marsha. Immunological Mechanisms of Allergic Disease.

Dalam: Paul, William E. Fundamental Immunology Sixth Edition. USA:

Lippincott Williams & Wilkins; 2008. P. 1375-420.

3. Anand, Miriam K. 2012. Immediate Hypersensitivity Reaction, [on line].

Dari : http://emedicine.medscape.com/article/136217-overview. [10

Februari 2013]

4. Pawankar, Ruby, GW Canonica, ST Holagate, RF Lockey. WAO White

Book on Allergy 2011-2012: Executive Summary. 2012, [on line]. Dari:

http://www.worldallergy.org/publications/wao_white_book.pdf. [18

Februari 2013]

5. Nency, Y.M. Prevalensi dan Faktor Resiko Alergi pada Anak Usia 6-7

Tahun di Semarang. Karya Tulis Strata Dua, Universitas Diponegoro,

Semarang. 2005.

6. Baratawidjaja, Karnen G. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI; 2006. P. 19-20.

7. Kartikawati, H. Tes Cukit (Skin Prick Test) pada Diagnosis Penyakit

Alergi. Semarang: Bagian IK THT-KL FK UNDIP/SMF THT-KL Rumah

Sakit dr. Karyadi; 2007.

8. Robbins and Cotran. Pathologic Basis of Disease Eighth Edition. China:

Saunders Elsevier; 2004. P. 197-208.

9. Abdul K Abbas. Basic Immunology Second Edition. China: Saunders

Elsevier; 2004. P. 193-208.

10. Widowati, Retno. Pengetahuan Dasar Imunologi. Dalam: Djaunda, Adhi,

M Hamzah, S. Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. P. 43-5.

11. NCBI. 2001, Allergy and Hypersensitivity. [on line], Dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK10756/. [10 Februari 2013]

Page 53: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

12. Sheikh, Javed. 2012. Allergic Rhinitis, [on line]. Dari:

http://emedicine.medscape.com/article/134825-overview. [10 Februari

2013]

13. Soemantri, Roestiniadi D, Mulyarjo, DR Pawarti. Rinitis Alergi. Dalam:

Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorok Edisi III. 2005. Surabaya: RSU Dokter Sutomo.

14. Nguyen, Quoc A, AD Meyers. Allergic Rhinitis in Otolaryngology and

Facial Plastic Surgery. 2012. [on line]. Dari:

http://emedicine.medscape.com/article/834281-overview. [18 Februari

2013]

15. Irawati, Nina, E Kasakeyan dan N Rusmono. Rinitis Alergi. Dalam:

Soepardi, Efiety A, N Iskandar, J Bashiruddin, RD Restuti. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. P. 128-33.

16. Shah, Saurabh B dan IA Emanuel. Nonallergic & Allergic Rhinitis.

Dalam: Lalwani, Anil K. Current Diagnosis & Treatment in

Otolaryngology – Head & Neck Surgery. USA: The McGraw-Hill

Companies,Inc.; 2004. P. 278-84.

17. Brook, Itzhak. Chronic Sinusitis. 2012, [on line]. Dari:

http://emedicine.medscape.com/article/232791-overview. [11 Februari

2013]

18. Siswantoro, DR Pawarti, B Soerarso. Sinusitis Paranasal Kronik. Dalam:

Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorok Edisi III. 2005. Surabaya: RSU Dokter Sutomo.

19. Mangunkusumo, Endang dan D Soetjipto. Sinusitis. Dalam: Soepardi,

Efiety A, N Iskandar, J Bashiruddin, RD Restuti. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. P. 150-4.

20. Salamone, Frank N dan TA Tami. Acute & Chronic Sinusitis. Dalam:

Lalwani, Anil K. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology –

Head & Neck Surgery. USA: The McGraw-Hill Companies,Inc.; 2004. P.

285-92.

Page 54: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

21. Siswantoro, DR Pawarti, B Soerarso. Polip Hidung. Dalam: Pedoman

Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok

Edisi III. 2005. Surabaya: RSU Dokter Sutomo.

22. McClay, John E, GC Isaacson.. Nasal Polyps. 2012, [on line]. Dari:

http://emedicine.medscape.com/article/994274-overview. [18 Februari

2013]

23. Mangunkusumo, Endang dan RS Wardani. Polip Hidung. Dalam:

Soepardi, Efiety A, N Iskandar, J Bashiruddin, RD Restuti. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. P. 123-5.

24. Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2012. P. 28-30.

25. Park, Hae Sim, GS Choi, JS Cho, dan YY Kim. Epidemiology and Current

Status of Allergic Rhinitis, Asthma, and Associated Allergic Diseases in

Korea: ARIA Asia-Pacific Workshop Report, [on line]. Dari:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1

9&ved=0CHQQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fapjai.digitaljournals.org

%2Findex.php%2Fapjai%2Farticle%2Fdownload%2F34%2F45&ei=tgdS

UeXVBM7LrQe2n4GICg&usg=AFQjCNE_AvKuGREtLPoyL0Jxq9cBa

CrUeQ&bvm=bv.44342787,d.bmk&cad=rjt. [23 Maret 2013]

26. Zeyrek, CD, F Zeyrek, E Sevinc, dan E Demir. Prevalence of Asthma and

Allergic Diseases in Sanliurfa, Turkey, and the Relation to Environmental

and Socioeconomic Factors: Is the Hygiene Hypothesis Enough?, [on

line]. Dari: http://www.jiaci.org/issues/vol16issue05/4.pdf. [23 Maret

2013]

27. Bunnag, C, P Jareoncharsri, P. Tantilipikorn, P. Vichyanond dan R.

Pawankar. Epidemiology and Current Status of Allergic Rhinitis and

Asthma in Thailand - ARIA Asia-Pacific Workshop Report, [on line]. Dari:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3

0&ved=0CGwQFjAJOBQ&url=http%3A%2F%2Fapjai.digitaljournals.org

%2Findex.php%2Fapjai%2Farticle%2Fdownload%2F41%2F56&ei=jSdS

Page 55: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

UdTiGcfqrQfs7oCIAw&usg=AFQjCNGegKSawqFRPPu3VgAwSc-

CPaqUUA&bvm=bv.44342787,d.bmk&cad=rjt. [23 Maret 2013]

28. Nguyen-Luu NU, Ben-Shoshan M, Alizadehfar R, Joseph L, Harada L,

Allen M, St-Pierre Y, Clarke A. Inadvertent exposures in children with

peanut allergy, [on line]. Dari:

http://www.medicine.mcgill.ca/epidemiology/joseph/publications/Medical

/nha2012.pdf. [23 Maret 2013]

29. Sicherer SH, dan HA Sampson. Food Allergy, [on line]. Dari:

http://gastro.ucsd.edu/fellowship/Documents/FoodAllergy-SichereandSam

pson.pdf. [23 Maret 2013]

30. Al-Muhsen S, AE Clarke, dan RS Kagan. Peanut Allergy: an overview,

[on line]. Dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC154188/pdf/20030513s000

31p1279.pdf. [23 Maret 2013]

Page 56: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

LAMPIRAN

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0-15 tahun 2 5.6 5.6 5.6

16-25 tahun 13 36.1 36.1 41.7

> 25 tahun 21 58.3 58.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 16 44.4 44.4 44.4

Perempuan 20 55.6 55.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

DIAGNOSIS_THT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rinitis Alergi 8 22.2 22.2 22.2

Rinosinusitis Kronik 27 75.0 75.0 97.2

Polip Hidung 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Statistics

UMUR JENIS_KELAMIN DIAGNOSIS_THT PEKERJAAN PENDIDIKAN

RIWAYAT_KELU

ARGA_ALERGI

N Valid 36 36 36 36 36 36

Missing 0 0 0 0 0 0

Page 57: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PNS 9 25.0 25.0 25.0

Pegawai Swasta 2 5.6 5.6 30.6

Wiraswasta 7 19.4 19.4 50.0

Ibu Rumah Tangga 5 13.9 13.9 63.9

Pelajar/Mahasiswa 9 25.0 25.0 88.9

Tidak ada pekerjaan 3 8.3 8.3 97.2

Tidak jelas 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tamat SMP/sederajat 5 13.9 13.9 13.9

Tamat SMA/sederajat 12 33.3 33.3 47.2

Diploma 2 5.6 5.6 52.8

Strata 1,2,3 14 38.9 38.9 91.7

Tidak tertera/tidak jelas 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

RIWAYAT_KELUARGA_ALERGI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ada 5 13.9 13.9 13.9

Tidak ada 12 33.3 33.3 47.2

Tidak jelas 19 52.8 52.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 58: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Statistics

DEBU_RUMAH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 3 8.3 8.3 8.3

1X1 cm 12 33.3 33.3 41.7

2x2 cm 12 33.3 33.3 75.0

3x3 cm 8 22.2 22.2 97.2

4x4 cm 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

TUNGAU_DR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 2 5.6 5.6 5.6

1x1 cm 8 22.2 22.2 27.8

2x2 cm 2 5.6 5.6 33.3

3x3 cm 18 50.0 50.0 83.3

4x4 cm 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

SERPIH_KULIT_MANUSIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 4 11.1 11.1 11.1

1x1 cm 11 30.6 30.6 41.7

2x2 cm 5 13.9 13.9 55.6

3x3 cm 14 38.9 38.9 94.4

4x4 cm 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 59: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

SERBUK_BUNGA_RUMPUT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 7 19.4 19.4 19.4

1x1 15 41.7 41.7 61.1

2x2 7 19.4 19.4 80.6

3x3 7 19.4 19.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

SERBUK_BUNGA_PADI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 8 22.2 22.2 22.2

1x1 11 30.6 30.6 52.8

2x2 9 25.0 25.0 77.8

3x3 8 22.2 22.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

SERBUK_BUNGA_JAGUNG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 7 19.4 19.4 19.4

1x1 13 36.1 36.1 55.6

2x2 9 25.0 25.0 80.6

3x3 7 19.4 19.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

MIXED_FUNGI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 7 19.4 19.4 19.4

1x1 12 33.3 33.3 52.8

2x2 9 25.0 25.0 77.8

3x3 7 19.4 19.4 97.2

4x4 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 60: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

KECOA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 5 13.9 13.9 13.9

1x1 10 27.8 27.8 41.7

2x2 7 19.4 19.4 61.1

3x3 13 36.1 36.1 97.2

4x4 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

SERPIH_KULIT_ANJING

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 6 16.7 16.7 16.7

1x1 10 27.8 27.8 44.4

2x2 3 8.3 8.3 52.8

3x3 14 38.9 38.9 91.7

4x4 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

SERPIH_KULIT_KUCING

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 6 16.7 16.7 16.7

1x1 20 55.6 55.6 72.2

2x2 7 19.4 19.4 91.7

3x3 2 5.6 5.6 97.2

4x4 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

SERPIH_KULIT_KUDA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 8 22.2 22.2 22.2

1x1 22 61.1 61.1 83.3

2x2 6 16.7 16.7 100.0

Page 61: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

SERPIH_KULIT_KUDA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 8 22.2 22.2 22.2

1x1 22 61.1 61.1 83.3

2x2 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

BULU_AYAM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 6 16.7 16.7 16.7

1x1 26 72.2 72.2 88.9

2x2 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

BANDENG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0X0 11 31.4 31.4 31.4

1X1 19 54.3 54.3 85.7

2X2 4 11.4 11.4 97.1

3X3 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

UDANG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0X0 4 11.4 11.4 11.4

1X1 14 40.0 40.0 51.4

2X2 6 17.1 17.1 68.6

3X3 10 28.6 28.6 97.1

4X4 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

KAKAP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Page 62: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Valid 0X0 6 17.1 17.1 17.1

1X1 21 60.0 60.0 77.1

2X2 6 17.1 17.1 94.3

3X3 2 5.7 5.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

KEPITING

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0X0 1 2.9 2.9 2.9

1X1 14 40.0 40.0 42.9

2X2 5 14.3 14.3 57.1

3X3 14 40.0 40.0 97.1

4X4 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

KACANG_TANAH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0X0 1 2.9 2.9 2.9

1X1 17 48.6 48.6 51.4

2X2 13 37.1 37.1 88.6

3X3 4 11.4 11.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

KACANG_METE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 3 8.6 8.6 8.6

1x1 20 57.1 57.1 65.7

2x2 7 20.0 20.0 85.7

3x3 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

COKLAT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Page 63: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Valid 0x0 3 8.6 8.6 8.6

1x1 20 57.1 57.1 65.7

2x2 7 20.0 20.0 85.7

3x3 4 11.4 11.4 97.1

4x4 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

SUSU_SAPI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 8 22.9 22.9 22.9

1x1 22 62.9 62.9 85.7

2x2 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

PUTIH_TELUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 5 14.3 14.3 14.3

1x1 27 77.1 77.1 91.4

2x2 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

KUNING_TELUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 6 17.1 17.1 17.1

1x1 24 68.6 68.6 85.7

2x2 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

AYAM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Page 64: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

Valid 0x0 5 14.3 14.3 14.3

1x1 25 71.4 71.4 85.7

2x2 4 11.4 11.4 97.1

11 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

TONGKOL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 7 20.0 20.0 20.0

1x1 17 48.6 48.6 68.6

2x2 7 20.0 20.0 88.6

3x3 4 11.4 11.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

CUMI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 4 11.4 11.4 11.4

1x1 12 34.3 34.3 45.7

2x2 13 37.1 37.1 82.9

3x3 6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

KERANG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 5 14.3 14.3 14.3

1x1 20 57.1 57.1 71.4

2x2 9 25.7 25.7 97.1

3x3 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

Page 65: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

KEDELE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 4 11.4 11.4 11.4

1x1 17 48.6 48.6 60.0

2x2 10 28.6 28.6 88.6

3x3 4 11.4 11.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

KOPI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 6 17.1 17.1 17.1

1x1 17 48.6 48.6 65.7

2x2 8 22.9 22.9 88.6

3x3 4 11.4 11.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

TEH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 3 8.6 8.6 8.6

1x1 16 45.7 45.7 54.3

2x2 12 34.3 34.3 88.6

3x3 4 11.4 11.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

TOMAT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 4 11.4 11.4 11.4

Page 66: SKRIPSI 2013 KARAKTERISTIK HASIL PEMERIKSAAN SKIN PRICK ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · menyebabkan penyakit alergi berdasarkan keterangan yang diperoleh dari

1x1 20 57.1 57.1 68.6

2x2 10 28.6 28.6 97.1

3x3 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

WORTEL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 6 17.1 17.1 17.1

1x1 20 57.1 57.1 74.3

2x2 7 20.0 20.0 94.3

3x3 2 5.7 5.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

NANAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 8 22.9 22.9 22.9

1x1 22 62.9 62.9 85.7

2x2 4 11.4 11.4 97.1

3x3 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

GANDUM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0x0 7 20.0 20.0 20.0

1x1 22 62.9 62.9 82.9

2x2 6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0