skrining

26
A. Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hampir lima decade terakhir ini timbul ketertarikan yang kuat dalam memiliki tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan dengan beberapa alasan pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis. Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang berasal dari tumbuhan. Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan dalam hutan hujan tropis, skitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat. Skrining fitokimia merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan. Diantaranya, identifikasi golongan tannin, golongan dioksiatrakinon, alkaloid, steroid, golongan saponin dan golongan flavonoid pada tumbuhan, karena tahap ini tidak biasa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung. Pada percobaan skrining fitokimia ini dilakukan dengan menggunakan sampel daun katuk dan daun sirsak. Pada sampel katuk di uji alkohol, steroid dan kuinon. Warna yang diperoleh pada reagen warna coklat

Upload: eby-chinaga-gokielabiezz

Post on 02-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kimia

TRANSCRIPT

Page 1: Skrining

A. Latar Belakang

Tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting

dalam kehidupan manusia. Hampir lima decade terakhir ini timbul ketertarikan

yang kuat dalam memiliki tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan

dengan beberapa alasan pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari

keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi

efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis.

Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang

berasal dari tumbuhan. Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan

dalam hutan hujan tropis, skitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat.

Skrining fitokimia merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi

kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan. Diantaranya, identifikasi

golongan tannin, golongan dioksiatrakinon, alkaloid, steroid, golongan saponin

dan golongan flavonoid pada tumbuhan, karena tahap ini tidak biasa mengetahui

golongan senyawa kimia yang dikandung.

Pada percobaan skrining fitokimia ini dilakukan dengan menggunakan

sampel daun katuk dan daun sirsak. Pada sampel katuk di uji alkohol, steroid dan

kuinon. Warna yang diperoleh pada reagen warna coklat kekuningan, positif

mengandung alkohol. ciri steroid adalah menghasilkan warna jingga kuning

kecoklatan, negative ,mengandung steroid dan pada uji kuinon positif

mengandung kuinon, menghasilkan warna hijau kekuningan sedangkan pada

daun angka digunakan uji flavonoid, positif serta menghasilkan warna kekuningan

dan negative mengandung fenolik serta pada uji berwarna hijau kekuningan

negative mengandung fenolik.

B. Tujuan percobaan

Untuk mengetahui hasil percobaan uji saponin pada daun sirsak

Untuk mengetahui hasil percobaan uji kuinon pada daun katuk

Untuk mengetahui hasil percobaan uji steroid pada daun katuk

Page 2: Skrining

C. Prinsip Percobaan

Alkaloid berdasarkan metode, sulvenor dan fitzgerald. Dimana uji alkaloid

dengan menggunakan pereaksi reagen dorff, didasarkan pada reaksi pe,mbentukan

senyawa kompleks berupa endapan. Dimana atom N pada alkaloid mengikat ion

K- dari dragendorff dan membentuk ikatan kompleks. Identifikasi positif alkaloid

adalah terbentuk endapan jingga.

Steroid dan triterpenoid berdasarkan penambahan Lieberman-Burchard

(AC2O dan H2SO4) sehingga terbentuk identifikai positif berwarna hijau atau biru

untuk steroid sedangkan merah atau ungu untuk triterpenoid.

Kuinon berdasarka pada perubahan warna pada kuino yang disebabkan

adanya pemakaian unsur oleh NaOH 5% dan akan terjadi pengembalian warna

semula dengan penambahan HCL 2 N identifikasi positif kuinon adalah warna

kperubahan warna kewarna semula.

Fenolik berdasarkan penambahan FeCl3 dimana akan terbentuk senyawa

komplek berwarna hijau, biru, ungu dan kehitaman yang berarti positif fenolik

Saponin berdasarkan metode fosth dimana kemampuan saponin untuk

menghodrolisis didalam air. Apabila dikocok akan berbentuk busa atau buih

dalam air. Dengan penambahan HCl akan memperkuat atau menstabilkan buih.

Dimana identifikasi positif terdapat buih atau busa yang tertinggal.

Flavonoid, berdasarkan metode Wellstater cyanidih dimana dngan adanya

penambahan HCl dan Mg. dimana flavonoid akan berhidrolisis membebtuk garam

flavilium dan mengalami reaksi redoks, dimana Mg mereduksi flavonoid.

Identifikasi positif berbentuk warna orange merah.

A. DASAR TEORI

Fitokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai

pertumbuhan dan metabolism tanaman, misalnya pengubahan unsur organic

seperti nitrogen, kalium, air dan karbondioksida menjadi pati, gula, protein dan

sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis

merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia,

terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses

Page 3: Skrining

biosintesis, metabolism dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa

kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya (Rahway, 1960).

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan

senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk

mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal

dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktifitas biologi dari

suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini atau pendekatan ini

juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai

ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum dan lain-

lain. Metode yang telahdikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan

senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, s-ponin, kumarin, qunion,

steroid/eerpenoid (Teyler, 1988).

Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi

awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain

itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut

potensial untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia harus

memenuhi syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas

(Harbone,1987).

Metabolisme atau metabolit primer adalah hasil dari metabolism

metabolism primer berupa senyawa makromolekul seperti protein, polisakarida,

lemak, asam nukleat dan lain-lain. Metabolit skunder adalah hasil dari

metabolisme skunder berupa senyawa mikromolekul seperti alkaloid, saponin,

tannin, steroid dan lain-lain. Ada beberapa contoh golongan senyawa metabolit

skunder seperti alkaloid. Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang

mengandung satu atau dua lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan

sebagian sebagai bagian dari sistem Siklik. Alkaloid seringkali beracun bagi

manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi

digunakan secara luas sebagai bahan obat dalam bidang pengobatan medis. Uji

sederhana tetapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah

segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harbone, 1987).

Page 4: Skrining

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isopropana dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik

yaitu skualena. Triter penoid dapat digolongkan menjadi triterpene sebenarnya,

steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 1987).

Fenol dan flavonoid dapat dideteksi menggunakan larutan FeCL3 1% dalam

etanol. Hasil uji dianggap positif apabila dihasilkan warna hijau, merah, ungu,

biru atau hitam. Uji shinoda (Mg dan HCL pekat) dapat juga digunakan untuk

mendeteksi flavonoid. Flavonoid akan menunjukkan warna merah ceri yang

sangat kuat jika disemprot dengan pereaksi ini, sedangkan pada kumarin dan

antrakuinon dapat dideteksi dengan menggunakan pereaksi semprot NaOH dan

KOH 5% dalam alcohol (Harbone, 1987).

Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada

molekulnya dengan rumus C32H10O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun,

dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih dimana

memiliki gugus hidrokil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai permukaan

aktif dalam pembentukan busa. Uji positif untuk saponin adalah dengan

terbentuknya busa yang stabil. Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus

hidrokil (OH) yang dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air

(Fessenden, 1986).

Pada uji identifikasi steroid dan triterpenoid akan memberikan hasil positif

berupa larutan bewarna hijau bila ditambah dengan CH3COOH dan akan bewarna

merah saat penambahan asam sulfat pekat. Pada identifikasi kuinon akan

memberikan hasil positif berupa larutan bewarna kuning bila ditambah dengan

NaOH (Linder, 1992).

B. HASIL PENGAMATAN

NO PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN

1 Alkaloid

- Digerus sampel dengan

lumpang

- Dimasukkan Ekstrak kedalam

- Ekstrak Bewarna kehijauan agak

coklat

- Terbentuk dua fase dengan fase

Page 5: Skrining

tabung reaksi ditambahkan

Kloform dan amoniak masing-

masing 1 pipet

- Diambil filtrate campuran diatas

dan ditaruh ditabung reaksi lain

- Dimasukkan lagi H2SO4 2 N

ketabung yang berisi filtret,

dikocok

- Diambil fase diatas dan teliti

dengan 3 tetes pereaksi dragen

dorf

yang dibawah agak keruh

- Terbentuk 2 fase lagi dimana

yang diatas agak keruh dan yang

dibawah agak bening

- Terbentuk endapan berwarna

coklat muda ini menunjukan

bahwa katuk positif mengandung

alkaloid

2 Steroid/Triterpenoid

- Digerus smapel dengan

lumpang

- Dimasukkan ekstrak kedalam

tabung reaksi dan ditambahkan

klorofrom amoniak masing-

masing 1 pipet

- Diambil filtrat dan dimasukkan

ketabung reaksi lain, tambahkan

10 tetes asam asetat glatial dan

4 tetes H2So4 (pekat) lalu

diamati

- Ekstrak berwarna hijau

kecoklatan

- Terbentuk 2 fase dan fase bawah

berwarna hijau kecoklatan

(keruh)

- Terbentuk 2 fase diatas berwarna

kuning kecoklatan dan dibawah

bening, menunjukkan hasil

negative, mengandung steroid

3 Flavonoid

- Diracik selembar sampel ditaruh

kedalam gelas bekker,

ditambahkan aquades hingga

Page 6: Skrining

terendam

- Dipanaskan diatas hot-plate

hingga mendidih

- Diambil 1 pipet air rebusan

sampel diberi sedikit saja serbuk

Mg, kemudian ditambahkan 10

tetes Hcl (pekat)

- Air rebusan bewarna kehijauan.

- Gulanya bewarna hijau muda saat

diberi serbuk Mg, kemudian keruh

menjadi jingga kekuninggan saat

diberi Hcl (terbentuk garam

flauitium. Menunjukkan hasil yang

didapat (+) flavonoid

4 Saponin

- Diracik selembar sampel

ditaruh dalam bekker.

Ditambahkan aquades sampai

terendam

- Dipanaskan diatas hot-plate

sampai mendidih

- Diambil 1 pipet air rebusan

sampel dimasukkan kedalam

tabung reaksi, ditambah 4 HCL

(pekat)

- Dikocok, diamati

- Air rebusan berwarna kehijauan

- Warna menjadi lebih hijau

- Tidak terdapat busa, hasil

menunjukkan (-) mengandung

saponin

5 Fenolik

- Diracik selembar sampel ditaruh

didalam bekker glass

ditambahkan aquades sampai

terendam

- Diambil 1 pipet air rebusan

ditambah 3 tetes FeCl3 1%

- Larutan berwarna hijau kekuningan

(tidak mengalami perubahan), hasil

Page 7: Skrining

negative mengandung fenolik

6 Kuinon

- Digerus sampel didalam mortar

- Dimasukkan ekstrak kedalam

tabung reaksi, ditambahkan

dietileter

- Ditambahkan filtratnya

- Ditambah NaOH 5% 3 tetes

- Ditambahkan HCL 2 N 3 tetes

- Ekstrak berwarna kehijauan agak

coklat

- Terdapat 2 fase dengan hijau

bening dibagian bawah

- Terdapat 2 fase yang diatas

berwarna hijau dan dibawah bening

- Hasil positif namun tidak

mengandung kuinon

F. Pembahasan

Pada percobaan skrinning fitokimia dengan menggunakan daun katuk dan

berdasarkan jurnal yang kami peroleh bahwa ekstrak etanol daun katuk telah

memenuhi tentang kadar air yang diperbolehkan untuk jenis kentang 5-30%.

Ekstrak etanol daun katuk yang diperoleh dari ubud, bali, kabupaten gianyar. Pada

identifikasi flavonoid yang akan memberikan fluoresensi. Pada identifikasi tannin,

penambahan dan perubahan warna hasil positif disebabkan oleh gugus hiidroksil

berkedudukan ordo pada flavonoid yang akan memberikan warna disebabkan oleh

reaksi penambahan FeCL3 menghasilkan warna hijau kehitaman yang

menunjukkan adanya tannin yang terkordinasi pada identifikasi glukosida

perubahan warna menjadi hijau disebabkan oleh reaksi Libermann-Burchard

reaksi perubahan warna ini dapat terjadi karena adanya gugus kromofer (tidak

jenuh) yang disebabkan absorbsi penjang gelombang tertentu oleh senyawa

organic. Pada identifikasi alkaloid diperkirakan endapan yang terbentuk pada uji

mayer tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid, pada uji alkaloid dengan

pereaksi dragen dorf nitrogen pada alkaloid akan membentuk ikatan kovalen

koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam sehingga terbentuk endapan.

Pada percobaan skrining fitokimia yang kami lakukan dengan

menggunakan 2 sampel yaitu daun sirsak dan daun katuk menggunakan ekstrak

Page 8: Skrining

etanol daun sirsak memiliki aktifitas farmatologi sebagai antel mintik atau anti

malaria, anti bakteri dan anti inflamasi. Aktifitas tersebut diduga oleh kandungan

kimia didalamnya. Faktor-faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi metabolit

sekundernya yang terdapat didalam suatu tanaman dan sampel daun katuk

mengandung zat-B sitosterol dan stig masterol buncis juga mengandung

karbohidrat lemak, protein dan serat kasar yang masing-masing dapat membantu

memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Pereaksi yang dilakukan pada percobaan skrinning fitokimia menggunakan

pereaksi dragendorf yang mengandung bismat-netral, pada uji alkaloid dengan

menggunakan sampel buncis yang bersifat non-polar kemudian dilarutkan dengan

kloroform yang bersifat non-polar juga maka dari itu digunakan prinsio like

dissolve like, pereaksu liberman yang digunakan pada uji steroid/tripenoid

pereaksi ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu

kolesterol. Biasanya reagen libermann burchard digunakan dengan cara

menyemprotkan larutannya. Uji steroid/tritepenoid menggunakan larutan

kloroform yang bersifat non-polar serta sampel yang non-polar disini prinsip like

dissolve like. Pada uji flavonoid yang menggunakan sampel daun papaya yang

termasuk polar dan larutan yang digunakan adalah akuades yang termasuk polar

disini menggunakan prinsip like dissolve like. Begitupula uji fenolik dan saponin

sedangkan pada uji koinon yang menggunakan sampel buncis yang bersifat non-

polar dan pelarut yang digunakan adalah dieti/eter yang bersifat non-polar dan

pelarutnya yang digunakan adalah dieti/eter yang bersifat non-polar.

Pada percobaan skrinning fitokimia terdapat beberapa alat yang digunakan

yaitu lumping digunakan sebagai wadah menaruh sampel yang akan ditumbuk

dengan menggunakan alunya, hot-plate digunakan untuk memanaskan larutan,

pipet digunakan untuk memindahkan larutan secara perlahan-lahan, rak tabung

reaksi digunakan untuk menaruh gelas bekker dan gelas bekker digunakan untuk

menaruh larutan. Pada percobaan skrinning fitokimia menggunakan bahan daun

sirsak dan daun katuk yang digunakan sebagai sampe, kloroform dan amonial

sebagai pelarut dalam uji alkaloid dan steroid, larutan H2SO4 4N digunakan pada

uji alkaloid dan triterpenoid, pereaksi dragen dorf adalah pereaksi yang digunakan

Page 9: Skrining

pada alkaloid, larutan aquades digunakan pada uji flavonoid saponin dan fenolik,

serbuk Mg digunakan pada uji flavonoid dan saponin larutan FeCL3 1%

digunakan pada uji fenolik dan larutan NaOH 5% digunakan pada uji koinon.

Pereaksi dragen dorf adalah suatu pereaksi yang merupakan pengidentikasi

akan adanya zat alkaloid apabila jika direaksikan dengan pereaksidragen dorf

terdapat endapan merah muda atau coklat maka dikatakan (+) mengandung

alkaloid.

Kloroform dan amoniak digunakan sebagai pelarut pada sampel percobaan

steroid, kloroform senyawa non-polar yang sama dengan senyawa steroid H2SO4

merupakan pereaksinya (sampel) dimana akan terbentuk garam sulfat yang akan

membuat terjadinya perubahan warna yang mengidikasikan adanya steroid.

Serbuk Mg berfungsi sebagai pereaksi sampel tersebut memiliki flavonoid

atau tidak, Hcl tersebut untuk membuat munculnya garam-garam yang

mengindikasikan terbentuknya flavonoid, flavonoid sendiri merupakan senyawa

yang polar oleh karena itu digunakan aquades sebagai pelarutnya.

Pada percobaan skrinning fitokimia dengan melakukan uji alkaloid, kuinon,

steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin dan fenolik pada uji alkaloid kita mulai

dengan menggerus sampel didalam morter, setelah itu kita ambil ekstrak buncis

tadi dan kita masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian kita tetesi kloroform 1

pipet setelah itu kita tetesi lagi amoniak sebanyak 1 pipet setelah itu maka akan

terlihat 2 fase dengan fase yang dibawah agak keruh, setelah kita ambil filtratnya

dan kita berikan lagi H2SO4 2N maka akan terbentuk 2 fase lagi, setelah itu kita

ambil lagi fase atasnya ditabung reaksi lain dan kita tetesi pereaksi dragen dorf

dan didapatkan endapan berwarna cokelat muda yang berarti sampel (+)

mengandung alkaloid.

Pada percobaan steroid kita menggerus buncis kemudian kita masukkan

kedalam tabung reaksi dan kita teliti masing-masing 1 pipet kloroform dan

amoniak sehingga terbentuk 2 fase dimana fase yang dibawah berwarna hijau-

cokelat keruh, kita ambil filtratnya dan kita beri 10 tetes asam asetat glasisl dan 4

tetes H2SO4 sehingga terbentuk 2 fase lagi yang diatas berwarna kuning

Page 10: Skrining

kecoklatan dan yang dibawah bening sehingga disimpulkan sampel (-)

mengandung steroid.

Pada percobaan flavonoid kita racik sampel kemudian kita rebus, air

rebusannya kita ambil 1 pipet kemudian kita ambil sedikit saja serbuk Mg dan

masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi air rebusan sampel dan kita tambahi

10 tetes Hcl pekat sehingga hasil akhirnya warna ekstrak menjadi jingga

kekuningan karena terbentuknya garam flauidium, ini menunjukkan bahwa daun

papaya (+) mengandung flavonoid.

Pada percobaan saponin sendiri digunakan pelarut aquades (senyawa polar)

untuk melarutkan senyawa saponin yang juga bersifat polar. HCL pekat

merupakan pereaksi zat saponin itu sendiri, pelarut bereaksi secara exoterm dan

menghasilkan kalor. Pada percobaan ini seharusnya terbentuk buih namun pada

praktikum kami tidak terdapat buih, ini menunjukkan bahan sampel tidak

mengandung saponin.

Fenolik adalah suatu senyawa polar, digunakan aquades sebagai pelarutnya

FeCl3 1% adalah pereaksi dari senyawa fenolik, seharusnya terjadi perubahan

warna menjadi agak ungu jika sampel (+) mengandung fenolik.

Kuinon merupakan senyawa non-polar yang oleh sebab itu kita larutkan

juga dengan senyawa non-polar seperti dietil eter. NaOH sendiri sebagai pereaksi

perubahan warna yang mengindikasikan kuinon. HCL sendiri untuk pereaksi agar

zat warna yag terbentuk diberi NaOH kembali ke warna asalnya. Hal ini terjadi

saat praktikum dan mengindikasikan sampel positif mengandung kuinon.

Pada percobaan saponin kita meracik sampel kemudian potongan-potongan

tadi kita masukkan kedalam bekker glass dan kita rebus sampai mendidih diatas

hot-plate, air rebusan berwarna kehijauan, kemudian kita ambil pipet air rebusan,

kita taruh didalam tabung reaksi dan kita beri 4 tetes HCL pekat, kita kocok,

namun tidak terdapat buih sama sekali, hal ini membuktikan sampel (-)

mengandung saponin.

Pada percobaan fenolik kita racik daun papaya, kita masukkan kedalam

bekker glass kemudian kita rebus, air rebusan berwarna hijau kita ambil 1 pipet air

rebusan tadi kedalam tabung reaksi lain, kita teliti dengan 3 tetes larutan FeCl3 1%

Page 11: Skrining

dan kita lihat hasil akhirnya larutan berwarna hijau kekuningan (tidak ada

perubahan) hal ini membuktikan bahwa daun papaya (-) mengandung fenolik.

Pada percobaan kuinon kita menggerus sampel ekstraknya kita masukkan

dalam tabung reaksi, ditambahi dietil eter 1 pipet, diambil 1 filtratnya atau

ekstraknya, ditambahkan NaOH 5% 3 tetes, terbentuk 2 fase yang diatas berwarna

hijau dan yang dibawah berwarna bening kemudian ditambah HCL 2 N 3 tetes

dan terbentuk 2 fase lagi yang bagian bawahnya berwarna hijau bening, sama

seperti warna awal saat dimasukkan dietil eter ini membuktikan bahwa sampel (+)

memiliki zat warna kuinon.

1. Uji Alkaloid

2. Uji saponin

3. Pembentukan Garam Flavilium

Page 12: Skrining

4. Uji Kuinon

5. Uji Flavonoid

6. Uji Fenolik

Page 13: Skrining

G. Kesimpulan Hasil dari uji saponin adalah negative mengandung saponin karena ketika

dicampur HCl busa semakin menghilang

Hasil dari ujinkuinon adalah positif mengandung kuinon dari larutan

terbentuk 2 fase

Hasil dari uji steroid adalah positif mengandun steroid karena larutan

setelah diberi asam asetat berubah warna menjadi hijau kehitaman

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joon S. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga.

Jakarta : Erlangga.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB Press.

Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : Universitas

Indonesia Press.

Rahway. 1960. An Encylopedia Of Chemical Drugs and Biologicds. New Jersey :

Index Co INK.

Teyler, V.E. 1998. Pharmacognosy Edition gth. Phiadelphia : Lea & Febiger

Page 14: Skrining

FLOWSHEET

Uji steroid

Sampel daun katu

Dipotong kecil-kecil

Digerus

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ekstrak berwarna hijau

Ditambahkan kloroform

Terbentuk gumpalan berwarna hijau tua

Filtrat

Ditambah 20 tetes asam asetat gliseral

Refiltrat

Dibuang

Berwarna hijau tua

Ditambah 2 tetes H₂SO4

Larutan berwarna hijau tua dan terbentuk endapan

Uji positif

Page 15: Skrining

Uji kuinon

Sampel daun katu

Dipotong kecil-kecil

Digerus

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ekstrak berwarna hijau

Ditambahkan dietil eter

Larutan berwarna hijau tua

Filtrat

Ditambah 2 tetes NaOH 2 %

Refiltrat

Dibuang Berwarna hijau pekat

terdapat 2 fase

Ditambah 3 tetes HCL

Terbentuk endapan warna kembali ke warna semula

Uji positif

Page 16: Skrining

Uji flafonoid

Uji saponin

Sampel berupa daun sirsak

Sampel daun katu

Dipotong kecil-kecil

Ditambahkan aquades

Dimasukkan dalam gelas beaker

Air rebusan berwarna kehijauan

Dipanaskan

Diambil 1 pipet air rebusan

Ditambah 10 tetes HCL

Larutan menjadi panas dan berwarna kuning bening

Ditambahkan serbuk Mg

Diamati

Larutan menjadi bening berbusa dan uji negatif

Sampel daun sirsak

Dipotong kecil-kecil

Ditambahkan aquades

Dimasukkan dalam gelas beaker

Air rebusan berwarna kehijauan

Dipanaskan

Diambil 1 pipet air rebusan

Dikocok 15 menit

Page 17: Skrining

Uji fenolik

Larutan berwarna hijau tua dan tidak terdapat busa

Ditambahkan 4 tetes HCL

Diamati

Larutan berwarna bening dan uji negatif

Sampel daun sirsak

Dipotong kecil-kecil

Ditambahkan aquades

Dimasukkan dalam gelas beaker

Air rebusan berwarna kehijauan

Dipanaskan

Diambil 1 pipet air rebusan

Ditambahkan 1 pipet FeCl₃

Larutan berwarna coklat, terdapat busa uji negatif

Diamati