skrining
DESCRIPTION
laporan kimiaTRANSCRIPT
A. Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan mempunyai kedudukan dan peranan yang amat penting
dalam kehidupan manusia. Hampir lima decade terakhir ini timbul ketertarikan
yang kuat dalam memiliki tumbuhan sebagai sumber obat-obatan. Ini didasarkan
dengan beberapa alasan pertama, adanya gerakan revolusi hijau yang didasari
keyakinan bahwa pengobatan dengan tumbuhan lebih aman dan dapat mengurangi
efek samping pada tubuh manusia dibandingkan dengan obat-obatan sintetis.
Kedua, adanya fakta bahwa banyak obat-obatan penting yang digunakan sekarang
berasal dari tumbuhan. Diperkirakan sekitar 30.000 spesies tumbuhan ditemukan
dalam hutan hujan tropis, skitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat.
Skrining fitokimia merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi
kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan. Diantaranya, identifikasi
golongan tannin, golongan dioksiatrakinon, alkaloid, steroid, golongan saponin
dan golongan flavonoid pada tumbuhan, karena tahap ini tidak biasa mengetahui
golongan senyawa kimia yang dikandung.
Pada percobaan skrining fitokimia ini dilakukan dengan menggunakan
sampel daun katuk dan daun sirsak. Pada sampel katuk di uji alkohol, steroid dan
kuinon. Warna yang diperoleh pada reagen warna coklat kekuningan, positif
mengandung alkohol. ciri steroid adalah menghasilkan warna jingga kuning
kecoklatan, negative ,mengandung steroid dan pada uji kuinon positif
mengandung kuinon, menghasilkan warna hijau kekuningan sedangkan pada
daun angka digunakan uji flavonoid, positif serta menghasilkan warna kekuningan
dan negative mengandung fenolik serta pada uji berwarna hijau kekuningan
negative mengandung fenolik.
B. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui hasil percobaan uji saponin pada daun sirsak
Untuk mengetahui hasil percobaan uji kuinon pada daun katuk
Untuk mengetahui hasil percobaan uji steroid pada daun katuk
C. Prinsip Percobaan
Alkaloid berdasarkan metode, sulvenor dan fitzgerald. Dimana uji alkaloid
dengan menggunakan pereaksi reagen dorff, didasarkan pada reaksi pe,mbentukan
senyawa kompleks berupa endapan. Dimana atom N pada alkaloid mengikat ion
K- dari dragendorff dan membentuk ikatan kompleks. Identifikasi positif alkaloid
adalah terbentuk endapan jingga.
Steroid dan triterpenoid berdasarkan penambahan Lieberman-Burchard
(AC2O dan H2SO4) sehingga terbentuk identifikai positif berwarna hijau atau biru
untuk steroid sedangkan merah atau ungu untuk triterpenoid.
Kuinon berdasarka pada perubahan warna pada kuino yang disebabkan
adanya pemakaian unsur oleh NaOH 5% dan akan terjadi pengembalian warna
semula dengan penambahan HCL 2 N identifikasi positif kuinon adalah warna
kperubahan warna kewarna semula.
Fenolik berdasarkan penambahan FeCl3 dimana akan terbentuk senyawa
komplek berwarna hijau, biru, ungu dan kehitaman yang berarti positif fenolik
Saponin berdasarkan metode fosth dimana kemampuan saponin untuk
menghodrolisis didalam air. Apabila dikocok akan berbentuk busa atau buih
dalam air. Dengan penambahan HCl akan memperkuat atau menstabilkan buih.
Dimana identifikasi positif terdapat buih atau busa yang tertinggal.
Flavonoid, berdasarkan metode Wellstater cyanidih dimana dngan adanya
penambahan HCl dan Mg. dimana flavonoid akan berhidrolisis membebtuk garam
flavilium dan mengalami reaksi redoks, dimana Mg mereduksi flavonoid.
Identifikasi positif berbentuk warna orange merah.
A. DASAR TEORI
Fitokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai
pertumbuhan dan metabolism tanaman, misalnya pengubahan unsur organic
seperti nitrogen, kalium, air dan karbondioksida menjadi pati, gula, protein dan
sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis
merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia,
terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, proses
biosintesis, metabolism dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa
kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya (Rahway, 1960).
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan
senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk
mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal
dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktifitas biologi dari
suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini atau pendekatan ini
juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai
ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum dan lain-
lain. Metode yang telahdikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, s-ponin, kumarin, qunion,
steroid/eerpenoid (Teyler, 1988).
Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi
awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain
itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut
potensial untuk dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia harus
memenuhi syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas
(Harbone,1987).
Metabolisme atau metabolit primer adalah hasil dari metabolism
metabolism primer berupa senyawa makromolekul seperti protein, polisakarida,
lemak, asam nukleat dan lain-lain. Metabolit skunder adalah hasil dari
metabolisme skunder berupa senyawa mikromolekul seperti alkaloid, saponin,
tannin, steroid dan lain-lain. Ada beberapa contoh golongan senyawa metabolit
skunder seperti alkaloid. Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau dua lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan
sebagian sebagai bagian dari sistem Siklik. Alkaloid seringkali beracun bagi
manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi
digunakan secara luas sebagai bahan obat dalam bidang pengobatan medis. Uji
sederhana tetapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah
segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harbone, 1987).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isopropana dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena. Triter penoid dapat digolongkan menjadi triterpene sebenarnya,
steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 1987).
Fenol dan flavonoid dapat dideteksi menggunakan larutan FeCL3 1% dalam
etanol. Hasil uji dianggap positif apabila dihasilkan warna hijau, merah, ungu,
biru atau hitam. Uji shinoda (Mg dan HCL pekat) dapat juga digunakan untuk
mendeteksi flavonoid. Flavonoid akan menunjukkan warna merah ceri yang
sangat kuat jika disemprot dengan pereaksi ini, sedangkan pada kumarin dan
antrakuinon dapat dideteksi dengan menggunakan pereaksi semprot NaOH dan
KOH 5% dalam alcohol (Harbone, 1987).
Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus hidroksil pada
molekulnya dengan rumus C32H10O7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun,
dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau buih dimana
memiliki gugus hidrokil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai permukaan
aktif dalam pembentukan busa. Uji positif untuk saponin adalah dengan
terbentuknya busa yang stabil. Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus
hidrokil (OH) yang dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air
(Fessenden, 1986).
Pada uji identifikasi steroid dan triterpenoid akan memberikan hasil positif
berupa larutan bewarna hijau bila ditambah dengan CH3COOH dan akan bewarna
merah saat penambahan asam sulfat pekat. Pada identifikasi kuinon akan
memberikan hasil positif berupa larutan bewarna kuning bila ditambah dengan
NaOH (Linder, 1992).
B. HASIL PENGAMATAN
NO PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN
1 Alkaloid
- Digerus sampel dengan
lumpang
- Dimasukkan Ekstrak kedalam
- Ekstrak Bewarna kehijauan agak
coklat
- Terbentuk dua fase dengan fase
tabung reaksi ditambahkan
Kloform dan amoniak masing-
masing 1 pipet
- Diambil filtrate campuran diatas
dan ditaruh ditabung reaksi lain
- Dimasukkan lagi H2SO4 2 N
ketabung yang berisi filtret,
dikocok
- Diambil fase diatas dan teliti
dengan 3 tetes pereaksi dragen
dorf
yang dibawah agak keruh
- Terbentuk 2 fase lagi dimana
yang diatas agak keruh dan yang
dibawah agak bening
- Terbentuk endapan berwarna
coklat muda ini menunjukan
bahwa katuk positif mengandung
alkaloid
2 Steroid/Triterpenoid
- Digerus smapel dengan
lumpang
- Dimasukkan ekstrak kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan
klorofrom amoniak masing-
masing 1 pipet
- Diambil filtrat dan dimasukkan
ketabung reaksi lain, tambahkan
10 tetes asam asetat glatial dan
4 tetes H2So4 (pekat) lalu
diamati
- Ekstrak berwarna hijau
kecoklatan
- Terbentuk 2 fase dan fase bawah
berwarna hijau kecoklatan
(keruh)
- Terbentuk 2 fase diatas berwarna
kuning kecoklatan dan dibawah
bening, menunjukkan hasil
negative, mengandung steroid
3 Flavonoid
- Diracik selembar sampel ditaruh
kedalam gelas bekker,
ditambahkan aquades hingga
terendam
- Dipanaskan diatas hot-plate
hingga mendidih
- Diambil 1 pipet air rebusan
sampel diberi sedikit saja serbuk
Mg, kemudian ditambahkan 10
tetes Hcl (pekat)
- Air rebusan bewarna kehijauan.
- Gulanya bewarna hijau muda saat
diberi serbuk Mg, kemudian keruh
menjadi jingga kekuninggan saat
diberi Hcl (terbentuk garam
flauitium. Menunjukkan hasil yang
didapat (+) flavonoid
4 Saponin
- Diracik selembar sampel
ditaruh dalam bekker.
Ditambahkan aquades sampai
terendam
- Dipanaskan diatas hot-plate
sampai mendidih
- Diambil 1 pipet air rebusan
sampel dimasukkan kedalam
tabung reaksi, ditambah 4 HCL
(pekat)
- Dikocok, diamati
- Air rebusan berwarna kehijauan
- Warna menjadi lebih hijau
- Tidak terdapat busa, hasil
menunjukkan (-) mengandung
saponin
5 Fenolik
- Diracik selembar sampel ditaruh
didalam bekker glass
ditambahkan aquades sampai
terendam
- Diambil 1 pipet air rebusan
ditambah 3 tetes FeCl3 1%
- Larutan berwarna hijau kekuningan
(tidak mengalami perubahan), hasil
negative mengandung fenolik
6 Kuinon
- Digerus sampel didalam mortar
- Dimasukkan ekstrak kedalam
tabung reaksi, ditambahkan
dietileter
- Ditambahkan filtratnya
- Ditambah NaOH 5% 3 tetes
- Ditambahkan HCL 2 N 3 tetes
- Ekstrak berwarna kehijauan agak
coklat
- Terdapat 2 fase dengan hijau
bening dibagian bawah
- Terdapat 2 fase yang diatas
berwarna hijau dan dibawah bening
- Hasil positif namun tidak
mengandung kuinon
F. Pembahasan
Pada percobaan skrinning fitokimia dengan menggunakan daun katuk dan
berdasarkan jurnal yang kami peroleh bahwa ekstrak etanol daun katuk telah
memenuhi tentang kadar air yang diperbolehkan untuk jenis kentang 5-30%.
Ekstrak etanol daun katuk yang diperoleh dari ubud, bali, kabupaten gianyar. Pada
identifikasi flavonoid yang akan memberikan fluoresensi. Pada identifikasi tannin,
penambahan dan perubahan warna hasil positif disebabkan oleh gugus hiidroksil
berkedudukan ordo pada flavonoid yang akan memberikan warna disebabkan oleh
reaksi penambahan FeCL3 menghasilkan warna hijau kehitaman yang
menunjukkan adanya tannin yang terkordinasi pada identifikasi glukosida
perubahan warna menjadi hijau disebabkan oleh reaksi Libermann-Burchard
reaksi perubahan warna ini dapat terjadi karena adanya gugus kromofer (tidak
jenuh) yang disebabkan absorbsi penjang gelombang tertentu oleh senyawa
organic. Pada identifikasi alkaloid diperkirakan endapan yang terbentuk pada uji
mayer tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid, pada uji alkaloid dengan
pereaksi dragen dorf nitrogen pada alkaloid akan membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam sehingga terbentuk endapan.
Pada percobaan skrining fitokimia yang kami lakukan dengan
menggunakan 2 sampel yaitu daun sirsak dan daun katuk menggunakan ekstrak
etanol daun sirsak memiliki aktifitas farmatologi sebagai antel mintik atau anti
malaria, anti bakteri dan anti inflamasi. Aktifitas tersebut diduga oleh kandungan
kimia didalamnya. Faktor-faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi metabolit
sekundernya yang terdapat didalam suatu tanaman dan sampel daun katuk
mengandung zat-B sitosterol dan stig masterol buncis juga mengandung
karbohidrat lemak, protein dan serat kasar yang masing-masing dapat membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Pereaksi yang dilakukan pada percobaan skrinning fitokimia menggunakan
pereaksi dragendorf yang mengandung bismat-netral, pada uji alkaloid dengan
menggunakan sampel buncis yang bersifat non-polar kemudian dilarutkan dengan
kloroform yang bersifat non-polar juga maka dari itu digunakan prinsio like
dissolve like, pereaksu liberman yang digunakan pada uji steroid/tripenoid
pereaksi ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu
kolesterol. Biasanya reagen libermann burchard digunakan dengan cara
menyemprotkan larutannya. Uji steroid/tritepenoid menggunakan larutan
kloroform yang bersifat non-polar serta sampel yang non-polar disini prinsip like
dissolve like. Pada uji flavonoid yang menggunakan sampel daun papaya yang
termasuk polar dan larutan yang digunakan adalah akuades yang termasuk polar
disini menggunakan prinsip like dissolve like. Begitupula uji fenolik dan saponin
sedangkan pada uji koinon yang menggunakan sampel buncis yang bersifat non-
polar dan pelarut yang digunakan adalah dieti/eter yang bersifat non-polar dan
pelarutnya yang digunakan adalah dieti/eter yang bersifat non-polar.
Pada percobaan skrinning fitokimia terdapat beberapa alat yang digunakan
yaitu lumping digunakan sebagai wadah menaruh sampel yang akan ditumbuk
dengan menggunakan alunya, hot-plate digunakan untuk memanaskan larutan,
pipet digunakan untuk memindahkan larutan secara perlahan-lahan, rak tabung
reaksi digunakan untuk menaruh gelas bekker dan gelas bekker digunakan untuk
menaruh larutan. Pada percobaan skrinning fitokimia menggunakan bahan daun
sirsak dan daun katuk yang digunakan sebagai sampe, kloroform dan amonial
sebagai pelarut dalam uji alkaloid dan steroid, larutan H2SO4 4N digunakan pada
uji alkaloid dan triterpenoid, pereaksi dragen dorf adalah pereaksi yang digunakan
pada alkaloid, larutan aquades digunakan pada uji flavonoid saponin dan fenolik,
serbuk Mg digunakan pada uji flavonoid dan saponin larutan FeCL3 1%
digunakan pada uji fenolik dan larutan NaOH 5% digunakan pada uji koinon.
Pereaksi dragen dorf adalah suatu pereaksi yang merupakan pengidentikasi
akan adanya zat alkaloid apabila jika direaksikan dengan pereaksidragen dorf
terdapat endapan merah muda atau coklat maka dikatakan (+) mengandung
alkaloid.
Kloroform dan amoniak digunakan sebagai pelarut pada sampel percobaan
steroid, kloroform senyawa non-polar yang sama dengan senyawa steroid H2SO4
merupakan pereaksinya (sampel) dimana akan terbentuk garam sulfat yang akan
membuat terjadinya perubahan warna yang mengidikasikan adanya steroid.
Serbuk Mg berfungsi sebagai pereaksi sampel tersebut memiliki flavonoid
atau tidak, Hcl tersebut untuk membuat munculnya garam-garam yang
mengindikasikan terbentuknya flavonoid, flavonoid sendiri merupakan senyawa
yang polar oleh karena itu digunakan aquades sebagai pelarutnya.
Pada percobaan skrinning fitokimia dengan melakukan uji alkaloid, kuinon,
steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin dan fenolik pada uji alkaloid kita mulai
dengan menggerus sampel didalam morter, setelah itu kita ambil ekstrak buncis
tadi dan kita masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian kita tetesi kloroform 1
pipet setelah itu kita tetesi lagi amoniak sebanyak 1 pipet setelah itu maka akan
terlihat 2 fase dengan fase yang dibawah agak keruh, setelah kita ambil filtratnya
dan kita berikan lagi H2SO4 2N maka akan terbentuk 2 fase lagi, setelah itu kita
ambil lagi fase atasnya ditabung reaksi lain dan kita tetesi pereaksi dragen dorf
dan didapatkan endapan berwarna cokelat muda yang berarti sampel (+)
mengandung alkaloid.
Pada percobaan steroid kita menggerus buncis kemudian kita masukkan
kedalam tabung reaksi dan kita teliti masing-masing 1 pipet kloroform dan
amoniak sehingga terbentuk 2 fase dimana fase yang dibawah berwarna hijau-
cokelat keruh, kita ambil filtratnya dan kita beri 10 tetes asam asetat glasisl dan 4
tetes H2SO4 sehingga terbentuk 2 fase lagi yang diatas berwarna kuning
kecoklatan dan yang dibawah bening sehingga disimpulkan sampel (-)
mengandung steroid.
Pada percobaan flavonoid kita racik sampel kemudian kita rebus, air
rebusannya kita ambil 1 pipet kemudian kita ambil sedikit saja serbuk Mg dan
masukkan kedalam tabung reaksi yang berisi air rebusan sampel dan kita tambahi
10 tetes Hcl pekat sehingga hasil akhirnya warna ekstrak menjadi jingga
kekuningan karena terbentuknya garam flauidium, ini menunjukkan bahwa daun
papaya (+) mengandung flavonoid.
Pada percobaan saponin sendiri digunakan pelarut aquades (senyawa polar)
untuk melarutkan senyawa saponin yang juga bersifat polar. HCL pekat
merupakan pereaksi zat saponin itu sendiri, pelarut bereaksi secara exoterm dan
menghasilkan kalor. Pada percobaan ini seharusnya terbentuk buih namun pada
praktikum kami tidak terdapat buih, ini menunjukkan bahan sampel tidak
mengandung saponin.
Fenolik adalah suatu senyawa polar, digunakan aquades sebagai pelarutnya
FeCl3 1% adalah pereaksi dari senyawa fenolik, seharusnya terjadi perubahan
warna menjadi agak ungu jika sampel (+) mengandung fenolik.
Kuinon merupakan senyawa non-polar yang oleh sebab itu kita larutkan
juga dengan senyawa non-polar seperti dietil eter. NaOH sendiri sebagai pereaksi
perubahan warna yang mengindikasikan kuinon. HCL sendiri untuk pereaksi agar
zat warna yag terbentuk diberi NaOH kembali ke warna asalnya. Hal ini terjadi
saat praktikum dan mengindikasikan sampel positif mengandung kuinon.
Pada percobaan saponin kita meracik sampel kemudian potongan-potongan
tadi kita masukkan kedalam bekker glass dan kita rebus sampai mendidih diatas
hot-plate, air rebusan berwarna kehijauan, kemudian kita ambil pipet air rebusan,
kita taruh didalam tabung reaksi dan kita beri 4 tetes HCL pekat, kita kocok,
namun tidak terdapat buih sama sekali, hal ini membuktikan sampel (-)
mengandung saponin.
Pada percobaan fenolik kita racik daun papaya, kita masukkan kedalam
bekker glass kemudian kita rebus, air rebusan berwarna hijau kita ambil 1 pipet air
rebusan tadi kedalam tabung reaksi lain, kita teliti dengan 3 tetes larutan FeCl3 1%
dan kita lihat hasil akhirnya larutan berwarna hijau kekuningan (tidak ada
perubahan) hal ini membuktikan bahwa daun papaya (-) mengandung fenolik.
Pada percobaan kuinon kita menggerus sampel ekstraknya kita masukkan
dalam tabung reaksi, ditambahi dietil eter 1 pipet, diambil 1 filtratnya atau
ekstraknya, ditambahkan NaOH 5% 3 tetes, terbentuk 2 fase yang diatas berwarna
hijau dan yang dibawah berwarna bening kemudian ditambah HCL 2 N 3 tetes
dan terbentuk 2 fase lagi yang bagian bawahnya berwarna hijau bening, sama
seperti warna awal saat dimasukkan dietil eter ini membuktikan bahwa sampel (+)
memiliki zat warna kuinon.
1. Uji Alkaloid
2. Uji saponin
3. Pembentukan Garam Flavilium
4. Uji Kuinon
5. Uji Flavonoid
6. Uji Fenolik
G. Kesimpulan Hasil dari uji saponin adalah negative mengandung saponin karena ketika
dicampur HCl busa semakin menghilang
Hasil dari ujinkuinon adalah positif mengandung kuinon dari larutan
terbentuk 2 fase
Hasil dari uji steroid adalah positif mengandun steroid karena larutan
setelah diberi asam asetat berubah warna menjadi hijau kehitaman
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joon S. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB Press.
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Rahway. 1960. An Encylopedia Of Chemical Drugs and Biologicds. New Jersey :
Index Co INK.
Teyler, V.E. 1998. Pharmacognosy Edition gth. Phiadelphia : Lea & Febiger
FLOWSHEET
Uji steroid
Sampel daun katu
Dipotong kecil-kecil
Digerus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ekstrak berwarna hijau
Ditambahkan kloroform
Terbentuk gumpalan berwarna hijau tua
Filtrat
Ditambah 20 tetes asam asetat gliseral
Refiltrat
Dibuang
Berwarna hijau tua
Ditambah 2 tetes H₂SO4
Larutan berwarna hijau tua dan terbentuk endapan
Uji positif
Uji kuinon
Sampel daun katu
Dipotong kecil-kecil
Digerus
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ekstrak berwarna hijau
Ditambahkan dietil eter
Larutan berwarna hijau tua
Filtrat
Ditambah 2 tetes NaOH 2 %
Refiltrat
Dibuang Berwarna hijau pekat
terdapat 2 fase
Ditambah 3 tetes HCL
Terbentuk endapan warna kembali ke warna semula
Uji positif
Uji flafonoid
Uji saponin
Sampel berupa daun sirsak
Sampel daun katu
Dipotong kecil-kecil
Ditambahkan aquades
Dimasukkan dalam gelas beaker
Air rebusan berwarna kehijauan
Dipanaskan
Diambil 1 pipet air rebusan
Ditambah 10 tetes HCL
Larutan menjadi panas dan berwarna kuning bening
Ditambahkan serbuk Mg
Diamati
Larutan menjadi bening berbusa dan uji negatif
Sampel daun sirsak
Dipotong kecil-kecil
Ditambahkan aquades
Dimasukkan dalam gelas beaker
Air rebusan berwarna kehijauan
Dipanaskan
Diambil 1 pipet air rebusan
Dikocok 15 menit
Uji fenolik
Larutan berwarna hijau tua dan tidak terdapat busa
Ditambahkan 4 tetes HCL
Diamati
Larutan berwarna bening dan uji negatif
Sampel daun sirsak
Dipotong kecil-kecil
Ditambahkan aquades
Dimasukkan dalam gelas beaker
Air rebusan berwarna kehijauan
Dipanaskan
Diambil 1 pipet air rebusan
Ditambahkan 1 pipet FeCl₃
Larutan berwarna coklat, terdapat busa uji negatif
Diamati