skrining

33
SKRINING I. Tujuan I.1 Mampu menentukan golongan senyawa kimia apa saja yang ada dalam tumbuhan obat I.2 Mampu menjelaskan tahap – tahap proses skrining untuk suatu golongan senyawa II. Prinsip Berdasarkan reaksi hidrolisis III. Reaksi III.1 Alkaloid III.2 Steroid 1

Upload: dittarestiany

Post on 01-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Skrining Fitokimia

TRANSCRIPT

SKRINING

I. Tujuan 1.1 Mampu menentukan golongan senyawa kimia apa saja yang ada dalam tumbuhan obat1.2 Mampu menjelaskan tahap tahap proses skrining untuk suatu golongan senyawa

II. Prinsip Berdasarkan reaksi hidrolisis

III. Reaksi III.1 Alkaloid

III.2 Steroid

III.3 Flavonoid

III.4 Polifenol dan tanin

IV. Teori DasarIndonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam seperti tanaman obat yang sangat melimpah. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern ini, penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikenal luas. Hal ini dapat dilihat dari program pemerintah yaitu back to nature.Salah satu pemikiran back to nature adalah penggunaan obat tradisional baik berupa jamu, obat herbal terstandar (OHT), ataupun fitofarmaka. Meluasnya penggunaan obat tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami. Akan tetapi, selama ini pengetahuan tentang obat tradisional hanya diperoleh melalu informasi tetapi masih belum dieksplorasi. Untuk itu diperlukan penelitian tentang penggunaan obat tradisional sehingga nantinya obat tersebut dapat digunakan secara aman dan efektif dan dapat mengembangkan industry farmasi khususnya di Indonesia. Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skiring dapat dilakukan dengan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kromatografi kertas, yaitu dapat menghasilkan pemisahan lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dilaksanakan hanya beberapa menit saja, dapat dipakai pereaksi kolosif, dan dapat dipakai senyawa hidrofob. Pada penggunaan KLT digunakan fase gerak dan fase diam dimana fase diam merupakan silica gel. Silica gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung pada cara pembuatannya. Selain itu, fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak ini merupakan eluena dan etil asetat karena bersifat kepolaran dari minyak atsiri dengan perbandingan 93:7 juga menggunakan eluena IPA dan aquadest dengan perbandingan 1/3:1.4.Selain menggunakan KLT, bisa juga digunakan metode tabung untuk menentukan senyawa yang ada didalam suatu tanaman. Metode tabung merupakan metode yang paling sederhana karena tidak memerlukan alat yang canggih dan masih manual. Sebelum melakukan uji tabung terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan menggunakan larutan KOH 5% yang menghasilkan warna intensif. Selanjutnya melakukan pengujian metode tabung pada beberapa senyawa, misalnya alkaloid, tanin, saponin, dan lain-lain menggunakan beberapa pelarut.Senyawa yang biasanya terdapat didalam tumbuhan, diantaranya adalah :1. AlkaloidAlkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen (N), biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna dan seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan.Prazat alkaloid yang paling umum adalah asam amino, meskipun sebenarmya biosintesis kebanyakan alkaloid lebih rumit. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Banyak alkaloid bersifat terpenoid, yang lainnya terutama berupa senyawa aromatic yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai samping. Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu suku tumbuhan sekerabat. Jadi nama alkaloid sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan penghasilnya, misalnya alkaloid atropa atau alkaloid tropana. Sebagian besar alkaloid alami yang bersifat sedikit asam akan memberikan endapan dengan reaksi yang terjadi dengan reagent mayer; reagen wangner; dengan larutan asan tanat; reagen hager; atau dengan reagen dragendroff. Endapan ini berbentuk amorf atau terdiri dari Kristal dari berbagai warna. Cream (mayer), kuning (hager), coklat kemerah-merahan (wagner dan dragendroff). Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jenis kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai :a. Alkaloid sesungguhnyaAlkaloid sesungguhnya adalah racun. Senyawa tersebur menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas bersifat basa, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik dan diturunkan dari asam amino. b. ProtoalkaloidProtoalkaloid merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dan asam amino yang berifat basa.c. PseudoalkaloidPseudoalkaloid tidak diturunkan dari precursor asam amino dan bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kasus ini yaitu alkaloid steroidal (contohnya konesin dan purin)2. FenolSenyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lingnin yang terikat sebagai ester atau terdapat pada daun didalam fraksi yang tidak larut dalam etanol atau mungkin terdapat dalam fraksi yang larut dalam etanol yaitu sebagai glikosida sederhana. Deteksi asam fenolat dari lignin dalam jaringan (Lignin adalah polimer fenol yang terdapat dalam dinding sel tumbuhan, yang bersama selulosa) menyebabkan kekauan dan kekokohan batang tumbuhan. Lignin terutama terdapat pada tumbuhan berkayu karena sampai 30% bahan organic pepohonan terdiri atas zat ini. bila dioksidasi dengan nitrobenzene, lignin menghasilkan tiga aldehida fenol sederhana yang ada kaitannya dengan asam fenolat tumbuhan umum.

3. TaninTanin merupakan senyawa polivenol yang berarti termasuk dalam senyawa fenolik. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kepolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industry, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit yang siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.Secara kimia, terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat didalam paku-pakuan dan gymnospermae serta tersebar luas dalam angiospermae terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.4. FlavonoidFlavonoid merupakan senyawa yang larut air dapat diektraksikan dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ektrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol oleh karakter itu warnanya berubah bila ditambah basa atau ammonia. Flavonoid mengandung sistem aromatic yang terkonjugasi sehingga akan menunjukkan pita serapan yang kuat pada sinar UV dan sinar Visible atau tampak.5. Steroid dan TriterpenoidTerpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa, yaitu :a. Triterpena sebenarnyab. Steroidc. Saponind. Glikosida jantungSterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu, sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu, dan lain-lain), tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan.6. KuinonKuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri dari dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok, yaitu :a. Benzokuinonb. Naftokuinonc. Antrakuinond. Kuinon isoprenoidTiga kelompok pertama biasanya terhidroklisasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol.Untuk memastikan adanya suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, reaksi warna sederhana masih tetap berguna. Reaksi yang khas ialah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa warna, kemudian kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara.7. SaponinSaponin atau glikosida sapongenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tanaman. Tipe saponin terdiri dari sapongenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan basa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah dan sering digunakan sebagai detergen.8. KoumarinKumarin adalah turunan benzalfa-piron dan ditemukan tersebar luas dalam tumbuhan aktifitas biologi yang dimiliki oleh senyawa kumarin adalah anti bakteri dan analgesic.

V. Alat dan Bahan5.1 Mortir5.2 Ammonia 5.3 Kloroform 5.4 Kertas saring5.5 Tabung reaksi5.6 HCL 2N5.7 Pereaksi dragendroff5.8 Pereaksi mayer5.9 Air panas5.10 Simplisia5.11 Pereaksi besi (III) klorida5.12 Penangas air5.13 Gelatin 1 %5.14 Logam magnesium5.15 Amil akohol5.16 Vanillin sulfat5.17 Eter 5.18 Cawan penguap5.19 Pereaksi Liberman Burchad5.20 Kapas5.21 KOH 1 N

VI. Prosedur6.1 AlkaloidSejumlah serbuk simplisia dalam mortir, membasakan dengan ammonia sebanyak 1 ml, kemudian menambahkan kloroform dan menggerusnya kuat kuat. Menyaring cairan kloroform, menempatkan filtrat dalam tabung reaksi kemudian menambahkan HCL 2N, mencampur dan mengocoknya, lalu membiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terppisah :Filtrat 1 :Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendroff diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna hingga coklat.Filtrat 2 :Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diiteteskan ke dalam filtrat, adanya aalkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna putih.Filtrat 3 : Sebagai blanko atau control negatif6.2 FenolatSebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air panas, mendidihkan selama 5 menit kemudian menyaringnya. Filtrat sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, menambahkan pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru kehitaman.6.3 TanninSejumah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air, kemudian menyaringnya. Pada filtrat menambahkan gelatin 1% akan timbul endapan putih, bila ada tannin.6.4 FlavonoidSejumlah serbuk simplisia digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCL 2N, seluruh campuran dipanaskan selama 5 10 menit. Setelah meyaring panas panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol.6.5 Monoterpen dan seskuiterpenSerbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi larutan vanillin sufat. Terbentuknya warna-warni menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan seskuiterpen.

6.6 Steroid dan triterpenoidSerbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi pereaksi Liberman Burcahard. Terbentuknya warna ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila terbentuk warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid6.7 KuinonSerbuk simplisia ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dengan kapas. Pada filtrat ditambahkan larutan KOH 1 N. Terjadinya warna kuning menunjukkan bahwa dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon6.8 SaponinSerbuk simplisia ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5 menit kemudian dikocok. Terbentuknya busa yang konsisten selama 5 10 menit kurang lebih 1 cm, hal tersebut menunjukkan bahwa bahan uji, mengandung saponin.

VII. Data PengamatanNOPengujianHasilKeterangan

1Alkaloid+Pereaksi dragendroff : berwarna coklat keruhPereaksi Mayer : kekeruhan berwarnaputih

2Fenolat+Berwarna hijau biru kehitaman

3Tannin+Adanya endapan putih

4Flavonoid+Lapisan berwarna merah

5Monoterpendan seskuiterpen+Residu berwarna warni

6Steroid dan triterpenoid+Residu berwarna hijau biru

7Kuinon+Larutan berwarna kuning

8Saponin+Terdapat busa

VIII. PembahasanTanaman merupakan bahan alam yang sering digunakan sebagai sumber bahan obat. Di Indonesia terdapat berbagai macam tanaman yang berpotensi atau dapat dijadikan sebagai bahan baku obat, khususnya obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun-temurun. Keuntungan penggunaan obat tradisional ini, karena mudahnya diperoleh serta bahan bakunya yang dapat dikembangkan sendiri Bahan alam memang sangat mudah digunakan sebagai obat, karena mudah ditemukan disekitar kita. Namun, tetap saja memiliki cara-cara tertentu dalam pengambilan dan proses pengolahannya. Skrining fitokimia atau penapisan kimia merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti.Pada praktikum skrining ini kami akan mengidentifikasikan adanya kandungan senyawa sekunder dari simplisia daun sirih. Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualiatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Adapun tujuan utama dari pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan. Keberadaan metabolit sekunder dapat diidentifikasi keberadaannya dengan melakukan uji penapisan menggunakan perlakuan dan pemberian pereaksi-pereaksi tertentu. Flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula yang menyebabkan flavonoid bersifat polar. Dilakukan dengan menggunakan reagen atau pereaksi Willstater, Smith-Matcalfe dan NaOH 10% karena dapat menghasilkan terjadinya perubahan warna yang menunujukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid. Dan pada uji dengan pereaksi NaOH 10% akan terjadi perubahan warna dari Coklat muda menjadi kuning muda. flavonoid yang ditambahkan dengan pereaksi Willstater, Smith-Matcalfe dan NaOH 10% kan berubah warna, hal ini dikarenakan flavonoid termasuk dari senyawa fenol. Bila fenol direaksikan dengan basa akan terbentuk warna yang disebabkan terjadinya sistem konjugasi dari gugus aromatik.Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstrasi dengan etanol 34) dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. flavonoid berupa senyawa fenil oleh karakter itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia. Pada uji flavonoid, yang pertama dilakukan adalah uji reaksi warna. Reaksi warna diawali dengan mengekstraksi ekstrak dengan n-heksana berkali kali sampai ekstrak n-heksana tidak berwarna. Hal ini untuk memisahkan senyawa senyawa lain yang mengganggu pengidentifikasian flavonoid. Kemudian residu dilarutkan dalam etanol yang merupakan pelarut universal yang juga dapat melarutkan flavonoid. Larutan ini dibagi menjadi, uji bate-smith dan metclaft, uji wilstaterPenggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula mula didasarkan kepada telah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis, secara kromatografi satu arah, dan pemeriksaaan ekstrak etanol secara dua arah. Pada uji bate-smith dan metclaft larutan III ditambahkan dengan 0,5 mL HCl pekat untuk menghidrolisis dan memutus ikatan glikosoda. Hidrolisis ini untuk menghidrolisis antosianin menjadi aglikon antosianin, yaitu antosianidin. Tetapi tidak ada perubahan warna yang terjadi. Kemudian larutan tersebut dipanaskan diatas penangas air untuk mempercepat terjadinya hidrolisis. Setelah itu, diamati perubahan warna yang terjadi.Dari hasil praktikum ini didapatkan warna merah. Hal itu menunjukkan bahwa mengandung leukoantosianin, dimana adanya leukoantosianin ditunjukkan dengan adanya warna merah terang atau ungu.Selanjutnya pada uji wilstater, larutan III ditamabah 0,5 mL HCl pekat dan magnesium. Penambahan ini untuk reaksi reduksi menjadikan suatu flavonol, flavanon, flavonon dan xanton. Penambahan asam akan menyebabkan perubahan warna ketika reduksi berlangsung. Kemudian larutan tersebut diencerkan dengan air suling dan ditambah dengan butanol sehingga terbentuk 2 lapisan antara larutan fase butanol yang ada pada bagian bawah. Diamati warna yang terjadi diantara kedua cairan (pada tiap lapisan). Tetapi tidak terjadi perubahan warna dan dapat dikatakan bahwa tidak mengandung flavonol, flavon atau flavononTanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki kemampuan untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan gula. Untuk identifikasi senyawa golongan tanin dapat dilakukan dengan cara reaksi warna. Pada identifikasi senyawa golongan tanin yang dilakukan adalah dengan mencampurkan ekstrak sebanyak 0,3 gram dengan 10 ml aquadest panas. Proses ini dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan adanya pemanasan. Kemudian larutan tersebut diaduk dan dibiarkan sampai suhu kamar. Kemudian ditambahkan 4 tetes 10% NaCl, kemudian diaduk dan disaring. Penambahan NaCl bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan protein, sehingga mencegah terjadinya negatif palsu pada uji warna Untuk mengetahui lebih jelas apakah mengandung tanin maka dilanjutkan dengan uji gelatin. Larutan yang digunakan kemudian ditambahkan dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%.Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin. Hal tersebut terjadi karena gelatin maupun dengan reagen garam-gelatin merupakan indikasi adanya tanin. Dasar untuk reaksi ini adalah terbentuknya endapan antara protein / gelatin dan tanin, dimana reaksi menjadi lebih sensitif dengan penambahan NaCl untuk meningkatkan salting out dari kompleks protein-tanin. Tapi pada praktikum yang telah dilakukan, dengan uji gelatin ini tidak menunjukkan adanya endapan berwarna putih. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ekstrak mengandung tanin. Fungsi penambahan bahan-bahan pada pengujian tersebut yaitu untuk menguji ada tidaknya senyawa yang kita uji tersebut pada sampel. Tiap uji sendiri memiliki ciri yang khusus seperti saponi berbusa jika positif. Pereaksi mayer, pereaksi wagner, dan pereaksi dragendorf yaitu reagen yang digunakan untuk identifikasi awal pada alkaloid. Tanin merupakan senyawa fenolik yang kerjanya bersifat adstringen (menciutkan selaput usus/ pengelat) yang dapat mengurangi kontraksi usus, menghambat diare, mengurangi penyerapan, dan melindungi usus dengan cara melapisi permukaan lumen.Pada pengujian pada fenolat, ditambahkan air panas sebanyak 100 ml dan dipanaskan selama 5 menit. Pemanasan ini fungsinya untuk mempercepat reaksi dan juga untuk mempercepat keluarnya suatu senyawa yang berada pada simplisa tersebut karena fenol bersifat polar oleh karena itu dilarutkan di dalam air.Untuk pengujian positif fenolat ini, digunakan pereaksi besi (III) klorida yang positif akan menimbulkan warna hijau biru kehijauan. Hal ini dikarenakan, adanya cincin alfabenzofiran dan pereaksi ini dapat memutuskan ikatan rangkap O pada cincin alfabenzofiran tersebut sehingga menghasilkan reaksi yang positif terhadap fenolat.Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lemak yang digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tembuhan melalui ekstraksi, bahan yang akan membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai ekspektoran, kemudian emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar. Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel darah merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel, menurunkan kolestrol plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus, serta sebagai antibakteri. Pada pengujian saponin apabila terbentuk busa (tidak hilang selama 30 detik. Pada saat praktikum adanya kesalahan pada alat yang kotor atau terkontaminasi maka hasil yang di peroleh tidak akurat . Pada literature menunjukan adanya saponin pada daun sirih.Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon karbon. Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam. Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan sangat kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi. Untuk memastika suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat di lakukan dengan reaksi warna.reaksi yang khas adalah reduksi bolak balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa berwarna kemudian warna kembali lagi bla terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan untuk menggunakan matrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat di lakukan dengan mengocok larutan itu di udara. U ntuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon menunjukan hasilmpositif pada daun sirih dengan ciri berubah menjadi kuning.Untuk mengetahui kandungan dari triterpenoid digunakan pereaksi Liberman Burcahard, H2SO4 pekat dan H2SO4 50%. Digunakan pereaksi ini karena dapat menghasilkan terjadinya perubahan warna yang menunjukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa baik triterpenoid maupun steroid yang termasuk dalam golongan triterpen. Uji warna Lieberman- Burchard (LB). Apabila pada campuran timbul kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan munculnya warna hijau kebiruan menunjukkan adanya steroid. Hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap sampel adalah terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna coklat muda. Sedangkan hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap ekstrak terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna coklat tua.Monoterpenoid merupakan senyawa essence dan memiliki bau yang spesifik yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10 dan Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Pada uji ini digunakan ester karena golongan senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling penting adalah tidak mengandung molekul air.Pada uji ini juga ditambahkan vanillin sulfat yang berfungsi untuk menghidrolisis kandungan dari air yang terdapat pada simplisia dan juga untuk memberikan warna warni yang menunjukkan adanya monoterpen dan sesquiterpen.Untuk menguji adanya suatu senyawa alkaloid dalam simplisia daun sirih tersebut pertama-tama simplisia daun sirih di tambahkan dengan larutan amonia penambahan larutan amonia ini tujuannya untuk membasakan dan mengendapkan alkaloid yang berbentuk garam atau alkaloid yang dalam bentuk basa bebas. Penambahan kloroform untuk uji alkaloid ini tujuannya untuk menarik senyawa alkaloid yang berada di dalam simplisia tersebut alkaloid bersifat non polar sehingga alkaloid memiliki kelarutan yang baik dalam kloroform dalam alkohol juga alkaloid memiliki kelarutan yang baik.Setelah itu lalu dilakukan penggerusan dengan kuat, fungsi penggerusan ini untuk menghancurkan dinding sel pada simplisia tersebut, sehingga metabolit sekunder (alkaloid) mudah keluar dan jga mudah terindentifikasi. Setelah dilakukannya penggerusan lalu ditambahkan HCl pekat, HCl pekat ini tujuannya untuk memisahkan antara asam dan basa dan juga untuk memperoleh filrat yang diinginkan untuk melakukan uji dragendrof dan juga uji meyer pada alkaloid.Pereaksi meyer menghasilkan reaksi positif terhadap alkaloid dengan terbentuknya endapan yang berwarna putih, pereaksi meyer bersifat Hg2+ hal ini dikarenakan pereaksi meyer ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan antara atom N alkaloid dan Hg pada pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Sedangkan, pada pereaksi dragendrof pereaksi dragendrof ini sebagai reaksi dari hidrolisis untuk mengidentifikasi adanya alkaloid menghasilkan reaksi positif yang berwarna coklat kekeruhan.

IX. KesimpulanDapat disimpulkan dri hasil praktikum kali ini, bahwa simplisia daun sirih positif mengandung alkaloid, fenolat, tannin, flavonoid, monoterpen dan seskuiterpen, steroid dan triterpenoid, kuinon, saponin.

X. Daftar PustakaGoeswin, agus. 2007. Teknologi bahan alam. ITB : BandungHarbone, J.B. 1989. Metode fitokimia, terjemahan K.radmawinata dan I. Soediso. ITB :BandungAnonym. 1987. Analisis obat tradisional. Depkes RI : Jakarta

XI. Lampiran(Gambar 11.1 fenolat) (Gambar 11.2 Flavonoid)(Gambar 11.3 kuinon)(Gambar 11.4 monoterpen dan seskuiterpen)

Lembar Distribusi KerjaAmelia Rahayu: Tujuan, Prinsip, Data Pengamatan, Alat dan Bahan, ProsedurDitta Restiany N.U: Pembahasn, KesimpulanMira Enmiliana : Pembahasan, KesimpulanRicki Anditiyara: Pembahasan, KesimpulanWinny Anggraeni: Pembahasan, KesimpulanYeni Nur Azziliani: Teori Dasar, Reaksi, Daftar Pustaka

22