skizoafektif

20
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama. 1 Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. 2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. 2 Gejala yang khas pada pasien 1

Upload: otchi-pudtrie-wijaya

Post on 03-Jan-2016

252 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

Page 1: skizoafektif

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai

dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala

gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi

empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe

skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin

merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan

gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang paling

mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan

yang menetap ketiga kemungkinan pertama.1

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala

gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode

penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam

beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode

penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan

pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,

perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR,

merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi

beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi

nkriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap

episode secara tepat.1 Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik,

pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab

organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding

skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Sebagai suatu

kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di

1

Page 2: skizoafektif

pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien

dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan

skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan

gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang

lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.1

2

Page 3: skizoafektif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun

gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia

yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif

yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe

depresif.1,3

2.2. SEJARAH

Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch

keduanya menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan

gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan

demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan

mereka di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin. Di tahun

1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah “gangguan skizoafektif” untuk

suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang

bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang

tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya. Pasien cenderung memiliki tingkat

fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik

mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu

gangguan mood. Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis

skizofrenia. Dari 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya

mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin secara bervariasi diklarifikasi

menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dalam

remisi, dan psikosis sikloid – istilah-istilah yang menekankan suatu hubungan

dengan skizofrenia.

3

Page 4: skizoafektif

2.3. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1

persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka

tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis

gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan

diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki

dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk

wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada

skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan

menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau

ketidaksesuaian afek yang nyata.

2.4. ETIOLOGI

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu

banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan

skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori

etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan

lingkungan. Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi

empat model konseptual telah diajukan. (1) Gangguan skizoafektif mungkin

merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood. (2)

Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari

skizofrenia dan gangguan mood. (3) Gangguan skizoafektif mungkin

merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak

berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood. (4)

Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok

gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan pertama.

Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan gangguan

skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.

4

Page 5: skizoafektif

2.5. Tanda dan Gejala

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik

gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam

episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian

dalam beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada

episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe

manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang

menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,

perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis

gangguan jiwa (PPDGJ-III):3 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini

yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu

kurang tajam atau kurang jelas):

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought

insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi

pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum

mengetahuinya;

b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham

tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari

luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /

anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).

“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat.

5

Page 6: skizoafektif

c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus

menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien

pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu

bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut

tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

6

Page 7: skizoafektif

(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam

mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed

attitude) dan penarikan diri secara sosial.

2.6. DIAGNOSIS

Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik

skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria

diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah

terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.

Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah

bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat

atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria

diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus

memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa

adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga

harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual.

Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari

mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu

gangguan skizoafektif.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.

Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode

campuran dengan

gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.

Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama

sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

7

Page 8: skizoafektif

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian

bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat

yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau

suatu manik

suatu episode campuran dan episode depresif berat)

Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta

American Psychiatric Association. Washington. 1994.

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien

menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe

depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang

ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif

berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah

karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-

kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau

membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-

gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-

gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai

dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan

(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis

gangguan skizoafektif.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-

III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala

definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan

8

Page 9: skizoafektif

afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously),

atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode

penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode

penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik

atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia

dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi

Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif

berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau

campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua

episode manik atau depresif (F30-F33)

2.7. DIAGNOSIS BANDING

Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia

dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding

gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahguna

amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi

lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala

skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Diagnosis banding

psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan

untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada

saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa

tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis

psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.

2.8. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif

mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan

skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu

9

Page 10: skizoafektif

kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang

jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki

prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan

memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.

Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti

pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang

menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.

Hasil penelitian tersebut ditunjukkan di Tabel 2 dan Tabel 3.

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe

bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan

gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan t premorbid yang buruk; onset

yang perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik,

khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang

tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari

masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik.

Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya

tidak meramalkan perjalanan penyakit.

Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan

dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data

menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita

dengan gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut.

Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif

diperkirakan sekurangnya 10 persen.

2.9. TERAPI

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah

perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar

yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa

protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan

bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian

jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam

10

Page 11: skizoafektif

mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat

diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus

mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate

(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak

efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan

percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka

diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.

11

Page 12: skizoafektif

BAB III

KESIMPULAN

3.1. KESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala

skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol.

Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan

para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah

lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori

etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan.

Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan

gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan

skizoafektif hanya dibuat apabila gejala2 definitif adanya skizofrenia dan

gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam

beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara

pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang

tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan

melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi

kognitif. Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti

depresan bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif.

Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang

diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Prognosis bisa

diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya,

atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala

skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten gejala-

gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.

12

Page 13: skizoafektif

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :

Surabaya. 1994.

2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri

Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.

3. Hawari, D. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bhakti Prima

Yasa: Yogyakarta. 1997.

4. Nugroho, W. Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta. 2000.

5. Beck, C. M., Rawlins, R. P., and Williams, S. R. Mental Health Psychiatric

Nursing A Holistic, Life Cycle Approach. The CV. Mosby Company:

ST.Louis. 2002.

6. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998.

7. Hawari, D. Keperawatan Kesehatan Holistik pada Gangguan Jiwa

Skizofrenia. Gaya Baru: Jakarta. 2001.

8. Setiabudi, T. Catatan Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti:

Jakarta. 2007.

9. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of

Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):

Washington DC. 1996.

10. Yosep, I. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama Maramis: Bandung. 2007.

13