laporan kasus skizoafektif tipe mania

37
STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama :Nn. RH Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 25 tahun Agama : Islam Suku : Sasak Pendidikan : SD Pekerjaan : Tidak Bekerja Status Pernikahan : Belum Menikah Alamat : Dusun Mumbul Sari, Desa Mumbul Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara Tanggal MRS : 20November 2014 (pasien diantar oleh Ibu dan Paman Pasien) Pasien dibawa oleh keluarganya ke UGD RS Jiwa Provinsi NTB pada hari Kamis, 20November 2014, pukul 18.10 WITA. Ini adalah ketiga kalinyapasien dirawat inap di RS Jiwa Provinsi NTB. IDENTITAS KELUARGA PASIEN Nama Keluarga: Tn. A Umur : 50tahun Jenis kelamin: Laki-laki Hubungan : Paman pasien Alamat : Dusun Mumbul Sari, Desa Mumbul 0

Upload: preston-mitchell

Post on 23-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania, Kasus Skizoafektif Tipe Mania, Skizoafektif Tipe Mania

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :Nn. RH

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 25 tahun

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Dusun Mumbul Sari, Desa Mumbul

Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara

Tanggal MRS : 20November 2014 (pasien diantar oleh Ibu dan Paman

Pasien)

Pasien dibawa oleh keluarganya ke UGD RS Jiwa Provinsi NTB pada hari Kamis,

20November 2014, pukul 18.10 WITA. Ini adalah ketiga kalinyapasien dirawat inap di RS

Jiwa Provinsi NTB.

IDENTITAS KELUARGA PASIEN

Nama Keluarga : Tn. A

Umur : 50tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Hubungan : Paman pasien

Alamat : Dusun Mumbul Sari, Desa Mumbul

Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

0

Page 2: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari :

Autoanamnesis pada tanggal 26, 28, 30Desember 2014 dan 3, 4 Januari 2015

Alloanamnesis dari Tn. A, Paman pasien, berusia 50 tahun, tamat SD, pekerjaan

petani, tinggal dekat rumah pasienpada tanggal 20 November 2014 dan 28Desember

2014.

Catatan Rekam Medik.

A. Keluhan Utama :

Mengamuk

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

(Alloanamnesis: Paman pasien)

Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk. Ini merupakan

kedatangan ketiga kalinya. Keluarga mengatakan bahwa pasien semakin gelisah dan

mengamuk dirumah sejak sekitar 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien

juga dikeluhkan telah merusak barang-barang yang ada dirumah maupun disekitarnya,

pasien juga sering keluyuran diluar rumah. Semua keluhan tersebut dirasakan lagi

sejak sekitar 1 tahun yang lalu.

Awalnya sejak sekitar 1 tahun yang lalu, pasien suka keluyuran, marah-marah,

dan melempar barang yang ada disekitarnya. Pasien keluyuran masih di dalam area

dekat sekitar rumahnya. Keluarga pasien juga mengetahui kalau pasien merasa telah

di ikuti oleh makhluk halus dan pasien sering melihat bayangan setan. Pasien juga

pernah mengatakan kepada keluarga tentang mendengar bisikan-bisikan setan dan

almarhum nenek. Pasien sering terlihat berbicara sendiri, berbicara kacau, ketawa

sendiri, sering mengumpat, dan mencakar wajahnya sendiri. Pasien juga tidak mau

mandi.

Menurut paman pasien, perilaku pasien seperti ini sebelumnya pernah

dirasakan oleh pasien. Pasien pernah rajin berobat kemudian tiba-tiba berhenti berobat

karena masalah biaya. Sehingga ketika keluhan-keluhan pasien muncul lagi sejak 1

tahun yang lalu, kemudian pasien dipasung sekitar 11 bulan terakhir ini.Pasien

dipasung kedua kakinya menggunakan kayu di dalam ruangan kamar yang terdapat

1

Page 3: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

dalam halaman rumahnya. Terkadang-kadang apabila pasien tenang sesekali pasung

tersebut dilepas. Pasien tinggal bersama ibu pasien dan satu adik kandungnya.

Menurut keluarga, pasien sudah dua kali dirawat di RSJ Provinsi NTB,

pertama kalinya pasien di rawat saat 4 tahun yang lalu, karena pasien mengamuk dan

berbicara sendiri tanpa sebab yang jelas. Saat itu pasien merasa gelisah, berbicara

sendiridan sulit tidur kurang lebih selama dua minggu dan mulai parahnya sekitar satu

minggu terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirawat selama beberapa bulan

dan kemudian melanjutkan minum obat dari RSJ Provinsi NTB, pasien mengambil

obat di RSJ Provinsi NTB kemudian setelah obat habis pasien tidak datang lagi.

Akhirnya pasien berhenti minum obat. Setelah pulang dari RSJ Provinsi NTB dan

jarang kontrol, keluhan pasien masih ada dan terkadang pasien tetap terlihat marah-

marah serta mengamuk tanpa sebab yang jelas. Pasien 2 tahun yang lalu juga sempat

dirawat inap di RSJ Provinsi NTB, namun pasien sempat melarikan diri dan hanya

dirawat selama 1 minggu. Keluarga pasien jarang mau membawa pasien kontrol ke

RSJ karena jauh dan masalah biaya sehingga keluarga pasien lebih memilih untuk

memasung pasien selama 11 bulan terakhir ini.

Autoanamnesis

Pasien masuk RSJ Provinsi untuk ketiga kalinya. Pasien mengatakan dia

dibawa ke RSJ karena mengamuk diganggu oleh bisikan makhluk halus. Pasien

melihat secara jelas makhluk halus tersebut ada dua orang. Pasien merasa makhluk

tersebut mengikutinya dan menganggunya. Pasien juga mendengarkan adanya suara-

suara atau bisikan. Bisikan-bisikan tersebut sering membicarakan dirinya dan kadang-

kadang menyuruhnya mengamuk.

Pasien mengatakan bahwa selama dirawat di RSJ Provinsi NTB perasaan

menjadi lebih tenang, saat rajin minum obat pasien merasakan kalau makhluk halus

tersebut jaraknya jauh dari dirinya, tidak sering menganggunya walaupun masih tetap

terlihat. Pasien menyangkal memiliki kekuatan ataupun jimat yang membuatnya

tampak lebih dari orang lain. Pasien juga menyangkal adanya perasaan sedih dan

kecewa sejak beberapa hari terakhir. Pasien mengatakan bahwa terkadang ia pernah

merasa terlalu bergembira ataupu terlalu bersemangat.

2

Page 4: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

C. Riwayat Penyakit Dahulu :

1) Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien mengalami keluhan serupa sejak sekitar 4 tahun yang lalu . Saat itu,

perilaku pasien berubah menjadi sering bicara sendiri, bicaranya kacau, merasa

curiga bahwa ada orang yang akan melukai dirinya, sering mengganggu laki-laki,

sulit tidur dan sering keluyuran pada malam hari. Emosinya juga meningkat,

pasien mudah marah dan cepat merasa tersinggung bila ada orang yang

membantah omongannya. Pada saat itu, pasien juga melihat adanya bayangan

makhluk halus. Pasien juga mendengar adanya bisikan-bisikan di telinganya yang

mengatakan berbagai hal buruk tentang dirinya. Oleh karena berbagai keluhan

tersebut, pasien pun dibawa oleh keluarganya ke RS Jiwa Provinsi NTB dan

dirawat inap untuk pertama kalinya 4 tahun yang lalu pada tahun 2010. Pasien

mendapatkan perawatan selama 3 bulan.Setelah pulang perawatan, kondisi pasien

sudah mulai membaik, walaupun pasien masih berbicara sendiri, cepat emosi dan

merasa tersinggung. Pasien curiga kalau orang lain sering mengolok-olok dan

mengatakan bahwa dirinya gila.Pasien dikatakan awalnya rutin kontrol dan selalu

meminum obatnya selama sekitar 1 bulan kemudian putus obat.

Pasien kemudian dibawa ke Panti Sosial Selebung oleh keluarganya dan

kemudian dirujuk ke RS Jiwa Provinsi NTB. Pasien rawat inap untuk kedua

kalinya hanya selama + 1 minggu pada tahun 2012 karena pasien kabur dari RSJ

Provinsi NTB.Pasien menyangkal pernah mengalami gangguan jiwa lainnya

seperti depresi. Pasien juga tidak pernah dirawat akibat pemakaian narkoba.

2) Riwayat Gangguan Medis

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya

dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan

pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-),

trauma kepala (-), epilepsi (-).

3

Page 5: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain

Pasien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak pernah

menggunakan zat psikoaktif.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi :

1) Masa Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Kondisi ibu pada saat

mengandung pasien dalam keadaan sehat, tidak mengalami masalah emosional

yang bermakna, penyakit fisik yang serius, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan

yang bersifat toksik pada saat kehamilan dan saat nifas. Pasien lahir cukup bulan

dengan berat badan cukup dan langsung menangis. Kelahirannya ditolong oleh

dukun beranak. Proses kelahiran pasien normal dan tidak ada komplikasi. Setelah

lahir, pasien tinggal dan dibesarkan oleh ibunya.

2) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Pasien mendapat ASI sampai usia sekitar 2

tahun. Pasien mendapat makanan tambahan pada usia <6 bulan berupa pisang dan

bubur, selanjutnya secara bertahap diberi makan bubur nasi dengan lauk apa saja

yang ada di rumah. Sejak kecil pertumbuhan pasien sama dengan teman

sebayanya. Ibu pasien tidak ingat apakah pasien mendapat imunisasi atau

tidak.Pasien dapat berjalan pada berusia sekitar 1,5 tahun dan mulai berbicara

yang dapat dimengerti walaupun belum fasih pada usia 2 tahun.

3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat bermain dan

bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan teman seusianya cukup

baik, tapi pasien suka berselisih dan kadang-kadangberkelahi dengan teman-

temannya.Pasien tidak terlalu menonjol dikelas dan pasien tidak tamat

SD.Hubungan pasien dengan saudaranya cukup baik.

4

Page 6: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

4) Masa Kanak Akhir dan Remaja

Selama usia remaja, pasien dapat bergaul dengan baik, memiliki cukup banyak

teman sebaya dan memiliki beberapa teman akrab.Hubungan pasien dengan adik-

adiknyacukup baik.

5) Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Pasien menyelesaikan SD dan selama bersekolah prestasi pasien tidak begitu

menonjol dibandingkan teman-teman sekelasnya yang lain.

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja.

c. Riwayat Perkawinan

Pasien belum pernah menikah.

d. Riwayat Agama

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, guru dan

melalui buku-buku agama. Selama ini, pasien cukup rajin beribadah dan

menjalankan kewajiban agamanya. Namun setelah mengalami gangguan,

pasien jarang beribadah.

e. Riwayat Psikoseksual

Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan

tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya dan sekolah. Pasien

belum pernah berpacaran.

f. Aktivitas Sosial

Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya, sering

mengikuti beberapa kegiatan yang pernah diadakan di lingkungan rumahnya.

Pergaulan dengan tetangganya cukup baik.

g. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

E. Riwayat Keluarga :

Pasien adalah anak pertama dari empat bersaudara. Sewaktu lahir sampai dengan

sekarang, pasien tinggal bersama ibunya dan satu adik kandung, dan kebutuhan pasien

5

Page 7: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

62tahun64 tahun68 tahun

12 tahun25 tahun 24 tahun 20 tahun

70 tahun 65tahun 50 tahun

cukup terpenuhi. Pasien termasuk anak yang baik, kurang penurut, disayang dan

cukup dekat dengan adiknya. Hubungan pasien dengan ibu dan saudaranya yang lain

cukup baik. Hubungan pasien dengan bapak pasien kurang baik. Pasien sudah sekitar

8 tahun tidak bertemu dengan bapak pasien, sejak bapak pasien merantau mencari

pekerjaan ke sulawesi dan tidak ada kabarnya hingga sekarang. Menurut paman

pasien, tidak terdapat anggota keluarga inti yang mengalami gangguan jiwa.

Genogram Keluarga

Keterangan

A. Situasi Kehidupan Sekarang :

Saat ini pasien tinggal dengan ibunya dan satu adik kandung.Ibu kandung

pasien sudah tidak bekerja lagi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

ditanggung oleh adik pasien yang sudah bekerja sebagai pedagang. Hubungan pasien

dengan adiknya yang tinggal serumah cukup baik6

Page 8: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

B. Persepsi dan Harapan Keluarga :

Menurut keluarga pasien, keluarga berharap pasien dapat sembuh sehingga

pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa akktivitas seperti

sebelumnya. Keluarga pasien berharap pasien tidak mengamuk dan marah-marah lagi.

Keluarga pasien mengerti dengan baik mengenai penyakit pasien, dan akan berusaha

mengobatinya dan memberi semangat agar pasien bisa sembuh.

E. Persepsi dan Harapan Pasien :

Pasien merasa dirinya memerlukan pengobatan, namun diwaktu bersamaan

pasien juga menyangkal bahwa dirinya sakit. Menurut pasien, keadaan masuk RSJ

saat ini disebabkan oleh karena pasien diikuti oleh makhluk halus tesebut. Pasien

memiliki keinginan untuk segera pulang.

7

Page 9: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

III. PEMERIKSAAN FISIK

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 4 Januari 2014

A. Status Mental :

1) Penampilan

Pasien seorang perempuan, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi,

perawatan diri kurang baik, baju bersih, menggunakan alas kaki, perawakan

sedang, ekspresi wajah tampak ceria.

2) Psikomotor

Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir namun sering

kali perhatiaannya teralih jika ada orang lain yang lewat dan terkadang pasien

masih berbicara ngelantur.

3) Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.

4) Pembicaraan

Spontan, lancar, banyak (logorhoe), volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi

cukup jelas, menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.

5) Mood dan Afek

Mood : irritabel dan elasi

Afek :luas

Keserasian :serasi

6) Gangguan Persepsi

Halusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik (+)

7) Pikiran

Proses pikir : sirkumstansial

Isi pikir : waham kejar (+), waham curiga (+).

Bentuk : tidak realistis

8) Kesadaran dan Kognisi

a. Taraf Kesadaran danKesiagaaan :compos mentis, baik.

b. Orientasi :

8

Page 10: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Orang kesan baik. Pasien mengetahui dokter yang memeriksanya,

perawat dan beberapa pasien lainnya yang berada di bangsal. Pasien juga

mengetahui bahwa paman dan ibunya yang membawanya ke RS Jiwa

ini.

Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di

Bangsal Dahlia RS Jiwa Provinsi NTB.

Situasional kesan baik. Pasien dapat mengetahui hari, bulan, dan tahun

saat dilakukan wawancara dan saat itu adalah pagi hari.

c. Daya Ingat :

Jangka pendek baik. Pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi

beberapa hari terakhir sebelum dirawat.

Jangka panjang baik. Pasien dapat menceritakan tentang masaSD dan

masa remajanya dengan baik

Segera baik. Pasien dapat menyebutkan kembali 3 buah benda yang

disebutkan oleh pemeriksa.

d. Konsentrasi dan Perhatian :kurang baik, pasien tidak mampu mengikuti

wawancara dengan baik dan kadang perhatiannya mudah teralih jika ada

sesuatu yang menarik perhatiannya. Pasien tidak dapat mengurangi 7 secara

berurutan dari 100.

e. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan kurang baik, pasien dapat tidak

dapat membaca. Kemampuan menulis kesan kurang baik, pasien dapat

menuliskan beberapa huruf.

f. Kemampuan Visuospasial : kesan kurang baik, pasien kurang dapat

mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan oleh pemeriksa.

g. Pikiran Abstrak : baik, pasien mengatakan persamaan dari beberapa benda,

misalnya jeruk, pisang, apel, dan rambutan termasuk kelompok buah-buahan.

h. Intelegensi dan Kemampuan Informasi :Kurang baik, pasien tidak

mengetahui namaPresiden danWakil Presiden Republik Indonesia saat ini.

Pasien juga tidak dapat menyebutkan nama ibu kota dari beberapa kabupaten

yang ada di NTB.

i.

9) Pengendalian Impuls

9

Page 11: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik, namun ada

riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum dibawa ke RS.

10) Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai Sosial saat ini cukup baik

Uji Daya Nilai baik

Penilaian Daya Realita (RTA) terganggu, dengan adanya ide-ide waham

curiga, dan waham kejar.

Tilikan Derajat 2. Pasien mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan

dan membutuhkan pengobatan, tetapi disaat yang bersamaanpasien juga

menyangkal bahwa dirinya sakit.

B. Status Internus :

Keadaan : Baik

Kesadaran : compos mentis

Status Gizi : BMI normal, BB =48 kg dan TB = 149 cm

Tanda Vital

o Tekanan darah : 110/80 mmHg

o Frekuensi nadi : 84 x/menit

o Frekuensi napas : 20 x/menit

o Suhu aksila : Afebris

Kepala/Leher : dalam batas normal

Thorax : cor/pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : atas dan bawah dalam batas normal

C. Status Neurologis :

Tanda Rangsang Meningeal : negatif

Tanda EfekEkstrapiramidal

o Tremor tangan : negatif

o Akatisia : negatif

o Bradikinesia : negatif

10

Page 12: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

o Cara berjalan : normal

o Keseimbangan : baik

o Rigiditas : negatif

Motorik : baik

Sensorik : baik

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang perempuan berusia 25 tahun, agama Islam, suku Sasak, saat

ini tidak bekerja, status belum menikah, datang dengan keluhan utama semakin gelisah

dan mengamuk sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.Pasien juga dikeluhkan telah

merusak barang-barang yang ada dirumah mupun disekitarnya, pasien juga sebelumnya

sering keluyuran diluar rumah. Semua keluhan tersebut dirasakan lagi sejak sekitar 1

tahun yang lalu.

Awalnya sejak sekitar 1 tahun yang lalu, pasien suka keluyuran, marah-marah, dan

melempar barang yang ada disekitarnya. Pasien keluyuran masih di dalam area sekitar

rumahnya. Keluarga pasien juga mengetahui kalau pasien merasa telah di ikuti oleh

makhluk halus dan pasien sering melihat bayangan setan. Pasien juga pernah mengatakan

kepada keluarga tentang mendengar bisikan-bisikan setan dan almarhum nenek. Pasien

sering terlihat berbicara sendiri, berbicara kacau, ketawa sendiri, sering mengumpat, dan

mencakar wajahnya sendiri. Pasien juga tidak mau mandi.Menurut paman pasien, perilaku

pasien seperti ini sebelumnya pernah dirasakan oleh pasien. Pasien pernah rajin berobat

kemudian tiba-tiba berhenti berobat karena masalah biaya. Sehingga ketika keluhan-

keluhan pasien muncul lagi sejak 1 tahun yang lalu, kemudian pasien dipasung sekitar 11

bulan terakhir.Pasien dipasung kedua kakinya menggunakan kayu di dalam ruangan kamar

dalam rumahnya. Terkadang-kadang apabila pasien tenang sesekali pasung dilepas. Pasien

tinggal bersama ibu pasien dan satu adik kandungnya.

Menurut keluarga, pasien sudah dua kali dirawat di RSJ Provinsi NTB, pertama

kalinya pasien di rawat saat 4 tahun yang lalu, karena pasien mengamuk dan berbicara

sendiri tanpa sebab yang jelas. Saat itu pasien merasa gelisah, berbicara sendiridan sulit

tidur kurang lebih selama dua minggu dan mulai parahnya sekitar satu minggu terakhir

sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirawat selama beberapa bulan dan kemudian

melanjutkan minum obat dari RSJ Provinsi NTB, pasien mengambil obat di RSJ Provinsi

11

Page 13: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

NTB kemudian setelah obat habis pasien tidak datang lagi. Akhirnya pasien berhenti

minum obat. Pasien 2 tahun yang lalu juga sempat dirawat inap di RSJ Provinsi NTB,

namun pasien sempat melarikan diri dan hanya dirawat selama 1 minggu. Keluarga pasien

jarang mau membawa pasien kontrol ke RSJ karena jauh dan masalah biaya sehingga

keluarga pasien lebih memilih untuk memasung pasien selama 11 bulan terakhir.

Selama ini, sebelum muncul berbagai gejala di atas, pasien tidak pernah mengalami

trauma ataupun sakit yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Pasien tidak

pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan

perilaku. Pasien tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan bahwa penampilan pasien cukup rapi dan

sesuai dengan usianya, perawatan diri baik, status gizi cukup. Sikap terhadap pemeriksa

kooperatif. Bicara spontan, psikomotor tenang, perhatiannya sesekali mudah teralih bila

ada orang yang lewat. Mood masih irritabel dan elasi, afek luas, dengan kesan serasi.

Terdapat halusinasi visual dan auditorik. Proses pikir sirkumstansial, isi pikiran terdapat

ide-ide mirip waham curiga dan waham kejar. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang,

tempat, dan waktu terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian dan kemampuan

visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan kurang baik.

Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan cukup baik. Daya nilai sosial baik, uji

daya nilai baik, RTA terganggu, tilikan derajat 2. Sedangkan pada pemeriksaan fisik

umum dan neurologis didapatkan hasil dalam batas normal.

V. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta

status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang

secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya

(disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III

dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami

trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi

otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental

organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan

alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan

12

Page 14: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19).

Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengalami gejala psikotik yang muncul

selama lebih dari 6 bulan dan pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya

halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham curiga, dan waham kejar. Adanya gejala

psikotik yang menonjol disertai dengan peningkatan afek dan mood yang elasi,

dikombinasi dengan iritabilitas dan kegelisahan yang memuncak. Berdasarkan PPDGJ III

ditegakkan diagnosis untuk Aksis I adalah F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.

Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini tidak dapat ditentukan,

karena onset gejala gangguan jiwa pada pasien ini terjadi pertama kali sebelum usia 18

tahun sehingga untukAksis II Tidak Dapat Didiagnosis.Pada pasien ini juga tidak

ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, sehingga pada pasien iniAksis III Tidak

Ada Diagnosis.

Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya tiga masalah utama, yaitu pada

Keluarga danLingkungan Sosial. Dari pihak keluarga, terdapat keluarga yang

menyarankan pasien untuk tidak minum obat dan adik pasien juga sedang sibuk dengan

pekerjaannya sehingga lupa untuk mengingatkan pasien mengenai jadwal minum obatnya.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa anggota keluarga yang memiliki

pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan jiwa yang diderita oleh pasien

serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien, terutama dalam hal pentingnya

pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Selain itu, pasien juga kurang dukungan

keluarga dan kehilangan sosok bapak yang pergi merantau ke Sulawesi sejak 8 tahun yang

lalu. Pasien juga masih sering merasa curiga terhadap orang lain dan mudah sekali

tersinggung sehingga teman-temannya mulai menjauhinya, apalagi setelah pasien

beberapa kali berkelahi dengan temannya. Ketiga masalah ini dapat dijadikan sebagai hal

yang dapat meningkatkan risiko kekambuhan pada pasien.

Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest Level

Past Year) 70-61, GAF Scale Pada Saat Ini adalah 40-31, beberapa disabilitas sedang

dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, serta disabilitas berat dalam beberapa

fungsi.

13

Page 15: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Aksis II : Tidak Dapat Didiagnosis

Aksis III : Tidak Ada Diagnosis

Aksis IV : Masalah Pengetahuan Keluarga yang Kurang

Masalah Lingkungan Sosial

Aksis V : GAF HLPY 80-71

GAF Current 40-31

VII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik :(-)

B. Psikologi :

Perhatian pasien yang kadang masih mudah teralih oleh stressor dari luar.

Pasien mudah tersinggung serta mood yang irritabel dan elasi.

Adanya halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham curiga, dan waham kejar.

RTA terganggu

Tilikan Derajat 2

C. Lingkungan dan Sosioekonomi :

Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan

jiwa yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien,

terutama dalam hal pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur,

sehingga dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien juga kurang. Pasien masih

merasa curiga terhadap orang lain dan mudah tersinggung sehingga teman-temannya

mulai menjauhinya.

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Pemeriksaan Laboratorium : (sebelum dan selama penggunaan Lithium Carbonate)

Pemeriksaan Darah Lengkap

Kadar serum elektrolit Na dan K (karena Lithium dan Na saling mempengaruhi di

tubulus proximal renalis).

Tes fungsi ginjal (serum creatinine dan ureum).

14

Page 16: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Tes fungsi kelenjar tiroid (serum T3 dan T4) karena Lithium menurunkan kadar

serum yodium.

Pemeriksaan EKG karena Lithium mempengaruhi “cardiac repolarization”.

Pemeriksaan kadar serum Lithium setiap minggu sehingga diketahui kadar serum

Lithium yang berefek terapeutik (0,8-1,2 mEq/L).

B. Psikofarmaka :

Haloperidol tablet 3 x 5 mg

Frimania (Lithium Carbonate) tablet 2 x 250 mg

C. Psikoterapidan Psikoedukasi :

Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung pasien.

Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi

pasien. Pasein juga diberikan edukasi mengenai penyakitnya, gejala, penyebab,

pengobatan, bagaimana dampak bila tidak kontrol atau tidak minum obat dan

bagaiman jika keluhan kembali muncul.

Edukasi terhadap pasien :

- Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang

diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat kekambuhan,

dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat,

dan segera berobat bila mulai timbul gejala serupa.

- Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien

termotivasi untuk minum obat secara teratur.

- Menjelasakan kepada pasien bahwa obat yang diberikann bisa memberikan

efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan memberikan pemahaman

bahwa keuntungan akan efek obat lebih besar dibandingkan dengan efek

samping obat yang ditimbulkan sehingga pasien harus tetap meminum obat.

- Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa suara bayangan itu tidak nyata,

dan mendorong pasien untuk belajar mengabaikan bayangan yang ada.

Edukasi kepada keluarga :

- Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan

antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada

15

Page 17: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien

serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan.

- Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan penyakit yang

membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga dalam membantu proses

penyambuhan penyakit.

- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien

(kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin

muncul pada pengobatan).

- Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara

teratur.

- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien dapat

mengambil obat di Puskesmas terdekat dari wilayah pasien tinggal demi

meningkatkan kepatuhan minum obat.

- Edukasi kepada keluarga pasien untuk tidak melakukan pemasungan dan

lebih baik berobat secara teratur ke RSJ Provinsi NTB atau ke Puskesmas

IX. PROGNOSIS

Hal yang meringankan prognosis :

1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien

2. Fungsi kognitif pasien masih cukup baik

Hal yang memperburukprognosis :

1. Insight derajat 2

2. Ini merupakan episode yang ketiga pasien mengalami gangguan jiwa.

3. Jarak munculnya tiap episode gangguan jiwa pada pasien semakin pendek.

4. Pasien mengalami permulaan gangguan jiwa (onset) pada usia muda, yaitu sekitar 20

tahun.

5. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :

Qua ad vitam : bonam

Qua ad functionam : dubia

Qua ad sanationam : dubia 16

Page 18: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

X. DISKUSI

Pada pasien ini didiagnosis dengan Gangguan Skizoafektif Tipe Manikkarena adanya

gejala psikotik yang menonjol disertai dengan peningkatan afek yang dikombinasi dengan

iritabilitas dan kegelisahan yang memuncak.

Diagnosis Skizofrenia ditegakkan karena adanya gejala psikotik yang memenuhi

kriteria Skizofrenia. Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya halusinasi visual,

halusinasi auditroik, waham curiga, dan waham kejar.Pasien mengaku pernah melihat

adanya bayangan makhluk halus. Pasien pun merasa curiga bahwa orang lain banyak yang

membicarakannya dan berniat melukai dirinya. Hal ini membuat emosi pasien menjadi

tidak stabil, mudah marah dan tersinggung jika omongannya dibantah oleh orang lain, dan

yang paling parah pasien sampai mengamuk dan mau melukai orang lain di sekitarnya.

Gejala psikotik yang menonjol ini terjadi bersamaan dengan gangguan afektif dalam

satu episode penyakit yang sama tanpa adanya remisi.Pada pemeriksaan status mental

didapatkan bahwa mood pasien irritabel dan mengalami elasidisertai dengan energi yang

meningkat, pasien sangat bersemangat dan beberapa gejala seperti aktivitas berlebihan,

percepatan dan kebanyakan bicara (logorhoe),serta berkurangnya kebutuhan tidur. Oleh

karena itu, diagnosis pada pasien ini adalah Skizoafektif Tipe Manik.

Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik

dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Terdapat dua

golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada pasien ini, dipilih

obat antipsikotik golongan tipikal (Haloperidol) karena sebelumnya pasien pernah

menggunakan obat yang sama dan memberikan hasil yang baik. Bila diberikan

antipsikotik yang lain, maka mungkin kemanjuran obat tersebut terhadap pasien kurang

dan efek sampingnya belum diketahui. Cara kerja antipsikotik tipikal adalah memblok

reseptor dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang

sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini tidak digunakan jenis obat

golongan antipsikotik tipikal yang lain karena Haloperidol, yang merupakan suatu

antipsikotik potensi tinggi, lebih manjur untuk gejala skizofrenia seperti gangguan proses

berpikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi) jika dibandingkan dengan

Chlorpromazine, yang merupakan suatu antipsikotik potensi rendah, yang lebih baik bila

gejala sasaran berupa hiperaktivitas motorik, kegelisahan, kegaduhan, agitasi, dan pasien

yang agresif.

17

Page 19: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Pada pasien ini juga langsung diberikan dosis terapeutik dalam fase stabilisasi, yaitu

Haloperidol tablet 3 x 5 mg, karena perjalanan penyakitnya yang bersifat kronis dan

pasien sebelumnya tiba-tiba putus obat setelah MRS yang ketiga kalinya. Pada pengaturan

dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu pengobatan pasien akan memasuki tahap

stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak teratasi sehingga membuat pasien berhenti

minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps masih tinggi terutama bila pengobatan

terputus tiba-tiba dan pasien mendapatkan stressor dari temannya.

Dosis optimal pada tahap stabilisasi ini dipertahankan selama 8-12 minggu baru

kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance.

Dosis maintenancepada serangan sindrom psikosis yang multi-episode diberikan paling

sedikit selama 5 tahun sehingga dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru

dapat dilakukan tappering off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.

Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol, dijelaskan

banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal, seperti

kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang konvulsi), tremor, Parkinsonism,

diskinesia, dan akatisia. Pada pasien ini, sebelumnya tidak terdapat riwayat mengalami

kejang dan badan terasa kaku. Oleh karena itu, belum perlu diberikan obat golongan

antikolinergik pada pasien ini.

Pada pasien ini juga diberikan obat golongan mood stabilizer, yaitu Lithium

Carbonate karena merupakan obat pilihan utama pada gangguan afektif tipe mania. Efek

antimania dari Lithium disebabkan oleh kemampuannya mengurangi “dopamine receptor

supersensitivity” dengan meningkatkan “cholinergic-muscarinic activity” dan

menghambat “cAMP (cylic adenosine monophospate)”. Namun, pada penggunaannya

perlu diperhatikan beberapa hal berupa efek samping dan cara penggunaan obat ini.

Efek antimania dari Lithium baru muncul setelah penggunaan selama 7-10 hari. Efek

samping yang paling ditakutkan dari Intoksikasi Lithium (kadar serum Lithium > 1,5

mEq/L). Gejala Intoksikasi Lithium, awalnya berupa muntah, diare, hipotensi, tremor

kasar, gaya berjalan tidak stabil, mengantuk sampai letargi, konsentrasi menurun, bicara

sulit dan pengucapan kata tidak jelas. Dengan semakin beratnya intoksikasi, akan muncul

gejala berupa penurunan kesadaran, hipertoni otot dan kedutan, oliguria, kejang. Oleh

karena itu, perlu dilakukan monitoring kadar Lithium dalam darah untuk mencapai kadar

serum Lithium yang berefek terapeutik (0,8-1,2 mEq/L). Rentang kadar serum terapeutik

tersebut dapat dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 x 500 mg per hari, tetapi dosis awal

18

Page 20: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

biasanya sekitar 1 atau 2 x 250 mg per hari, dan kemudian dapat dinaikkan setiap minggu

sambil melakukan pemeriksaan kadar Lithium secara rutin tiap minggu.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap Intoksikasi Lithium,

diantaranya dengan memberikan edukasi tentang faktor predisposisi, minum secukupnya

(sekitar 2500 cc/hari), namun bila pasien berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi

dengan minum yang lebih banyak juga. Selain itu, perlu juga dikenali gejala dini

intoksikasi dan melakukan kontrol rutin kadar serum Lithium. Adanya interaksi obat

antara Haloperidol dan Lithium juga harus diperhatikan karena penggunaan kedua obat ini

secara bersamaan dapat meningkatkan efek neurotoksik.

Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien. Jenis

terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi

suportif, psikoedukasi.Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan

terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap

berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan

dilindungi.Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan

proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya

gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary care-givers

atau primary care-support.Pada psikoedukasi keluarga diberikan penjelasan tentang

penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi pendukung lainnya, serta mengenai

hubungan keluarga dengan pasien.

19

Page 21: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

XI. RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN

MRS 1 – tahun 2014 MRS 2 – tahun 2012 MRS 3 – bulan November 2014

Susah tidur Waham curiga Melihat bayangan Mendengar bisikan Keluyuran Terlalu bersemangat dan

emosi meningkat

Mengamuk Ingin melukai orang lain Melihat bayangan Mendengar bisikan Waham kejar Waham curiga Elasi dan terlalu

bersemangat Tidak pernah kontrol dan

minum obat (putus obat)

Mengamuk Ingin melukai orang lain Waham kejar Waham curiga Elasi dan terlalu

bersemangat Melihat bayangan Mendengar bisikan Tidak pernah kontrol dan

minum obat (putus obat) Pasien post pasung selama

11 bulan terakhir sebelum dibawa ke Rumah Sakit Jiwa

20

MRS 1 :

MRS 2 :

MRS 3 :

Masalah Pribadi

Putus

obat

Masalah Pribadi

Putus obatdan dipasung

Page 22: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Pemeriksaan Psikiatri

Wawancara ( 4 / 1 /201 5 ):

DM : “Selamat pagi, silahkan duduk. Perkenalkan nama saya Ika, namanya siapa?”

Pasien : “Rusni”

DM : “Mba rusni, umurnya berapa?”

Pasien : “ 25 tahun.”

DM : “Alamatnya dimana?”

Pasien : “Mumbul Sari, Bayan ”

DM : “Pendidikan terakhirnya apa?”

Pasien : “SD”

DM : “Sampai kelas berapa sekolah?”

Pasien : “Sampai tamat SD.”

DM : “Kenapa tidak melanjutkan sekolah SMP?”

Pasien : “Karena tidak ada biaya.”

DM : “Sekarang Mba Rusni bekerja sebagai apa?”

Pasien : “ Tidak bekerja, saya pengangguran”

DM : “mba Rusni, agamanya apa?”

Pasien : “Agama saya Islam dari awal, dan saya tidak rajin sholat.”

DM : “Mba rusnisudah Menikah?”

Pasien : “belum”

DM : “ sudah punya pacar?”

Pasien : “belum”

DM : “Mba Rusnimasih ingat kenapa dibawa kesini?”

Pasien : “Karena saya mengamuk”

DM : “ Kenapa mba rusni mengamuk?’

Pasien : “ Karna ada yang bisikan saya dan menyuruh saya mengamuk”

DM : “ Suara bisikan siapa yang mba dengar?”

Pasien : “ Suara bisika setan dan jin yang menyuruh saya untuk mengamuk”

DM : “Apa mba rusni jelas melihat bentuknya”?

Pasien : “ia, dia setan yang pernah ikutin saya waktu dulu”

DM : “ada berapa banyak jinnyaa?”

Pasien : “ Ada dua bayang-bayang setengah-setengah”

DM : “bagaimana perasaannya saat diikuti oleh jin?”

21

Page 23: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Pasien : “saya takut, saya takut dikejar dan akan dibunuh”

DM : “Apakah jin itu selalu ada muncul mendekati Mba Rusni?”

Pasien : “tidak, kalau saya sedang sendirian jin itu muncul, kalau sedang ramai jinnya

tidak ada.”

DM : “Mas Rusni ada mendengar suara-suara lain?”

Pasien : “Kadang-kadang saya mendengar suara papuq-papuq”

DM : “Apakah selain Mba rusni ada yang melihat setan tersebut?”

Pasien : “tidak ada, setan itu hanya muncul dihadapan saya biasanya malam saat saya

mau tidur”

DM : “apakah sekarang masih melihat setan itu?”

Pasien : “Sudah tidak ada lagi”

DM : “sejak kapan Mba Rusni sudah tidak melihat setan itu lagi?”

Pasien : “sejak saya disini, setan itu mulai jarang muncul”

DM : “Kapan kejadian itu terjadi?”

Pasien : “dari dulu, waktu saya pertama kali masuk ke sini”

DM : “kapan biasanya jin itu muncul?”

Pasien : “Tidak tentu, pokoknya tiba-tiba muncul, tapi lebih sering saat saya sedang

sendirian”

DM : “apakah Mba Rusni pernah jalan-jalan tanpa arah yang jelas?”

Pasien : “Iya pernah, saya takut dengan jin itu”

DM : “apakah Mba Rusni pernah marah-marah, terus merusak barang-barang

disekitarnya?”

Pasien : “pernah, sampai saya lempar barang-barang sekitar waktu saya dipasung”

DM : “Waktu masa kecil, bagaiman kehidupan Mba rusni?”

Pasien : “Saya miskin, bapak saya juga pergi jauh merantau ke sulawesi”

DM : “Mba rusni pernah merasa sedih-sedih tidak?”

Pasien : “Tidak pernah, cuman sekarang kepikiran mau pulang”

DM : “Mba rusni pernah merasa bersemangat dan bahagia yang lebih dari biasanya

tidak?”

Pasien : “Pernah, saya merasa sangat senang”

DM : “Mba Rusni, apakah pernah kecelakaan?”

Pasien : “Tidak Pernah.”

DM : “ kalau sesak nafas atau kejang-kejang pernahkah dirasakan?”

22

Page 24: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

Pasien : “Tidak pernah”

DM : “Mba rusni masih ingat sudah berapa kali masuk ke sini?”

Pasien : “Lupa”

DM : “Kapan pertama kali dibawa ke sini?”

Pasien : “Sudah lama, lupa saya, kalau tidak salah beberapa tahun yang lalu”

DM : “Mba rusni tahu dulu pertama kali dibawa kesini karena apa?”

Pasien : “ iya tahu, saya di bawa kesini karena jin itu mau kejar-kejar saya dan saya

mengamuk”

DM : “apakah jin yang sama atau jin yang berbeda?”

Pasien : “jin yang sama, jin wanita yang mau mengejar saya dulu, sekarang muncul lagi”

DM : “masih ingat kapan berapa lama Mba rusni di rawat disini?”

Pasien : “2 bulan”

DM : “setelah keluar dari sini Mba rusni rutin kontrol dan minum obat setiap hari?”

Pasien : “ setelah keluar dari Rumah sakit, saya sempat berobat lagi, saya kontrol di IGD

RSJ ini. Tapi setelah itu saya tidak pernah kontrol lagi.”

DM : “kenapa tidak datang kontrol lagi?”

Pasien : “karena jauh sekali dari rumah, saya tidak punya biaya?”

DM : “Sebelum dibawa kesini, kapan terakhir kali minum obat?”

Pasien : “Sudah lama, lupa saya,.”

DM : “Mba rusni, tau kita sekarang sedang ada dimana?”

Pasien : “Di Rumah Sakit Jiwa Selagalas”

DM : “Mba rusni tahu sekarang pagi, siang atau malam?”

Pasien : “Sore”

DM : “Mba Rusni masih ingat apa yang dimakan tadi siang?”

Pasien : “nasi putih, ikan, telur dan sayur.”

DM : “Mba Rusni tolong diingat ya angka yang saya sebutkan, 1,3,5,7,9,11”

DM : “Mba Rusni coba ulangi angka yang saya sebutkan tadi.!”

Pasien : “1,3,5,8,9,11

DM : “Mba Rusni sudah minum obat?”

Pasien : “Sudah.”

DM : “Sekarang misalnya ada apel, jeruk, dan anggur itu termasuk apa ya Mba

Rusni?”

Pasien : “Golongan buah-buahan”

23

Page 25: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

DM : “Mba Rusni tahu siapa nama Presiden kita?”

Pasien : “Suharto trisno”

DM : “Mba Rusni bisa berhitungkan, coba kalau 100 dikurangi 7 berapa?

Pasien : “Tidak bisa mba, pake kalkulator saya baru bisa”

DM : “Mba Rusni, menurut Mba Rusni kalau mencuri itu benar atau tidak?”

Pasien : “Salah itu”

DM : “Kalau misalnya Mba Rusni ketemu dompet dijalan, mau diapakan oleh Mba

Rusni?”

Pasien : “Dibalikin kalo ada alamatnya.”

DM : “Mba Rusni merasa dirinya sakit tidak?”

Pasien : “iya sakit semua tubuh kepala saya sakit makanya saya perlu minum obat”.

DM : “Oke Mba Rusni, saya rasa sudah cukup ya wawancara kita, ada yang mau Mba

Rusni tanya lagi ke saya?”

Pasien : “Tidak ada.”

DM : “Mba Rusni sekarang istirahat dulu ya. Terima kasih ya”

Pasien : “Iya, sama-samaa”.

24

Page 26: Laporan Kasus Skizoafektif Tipe Mania

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan

danDiagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unika Atma Jaya.

2. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan and

Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry.8th Edition. Philadelphia : Lippincott

Williams &Wilkins.

3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al.2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock

Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition.Philadelphia : Lippincott William& Wilkins.

4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :

Airlangga University Press.

5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

6. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone Elsevier.

25