skenario d public health education am

19
Skenario D Public Health Education (PHE) Ibu Marni bekerja sebagai buru harian di Pabrik Teh, memiliki 4 orang anak. Suaminya 7 bulan yang lalu meninggal karena kecelakaan. Kecuali anak pertama yang telah duduk di kelas 1 SD, anak bu Marni masih balita bahkan yang bungsu baru berusia 5 bulan. Penduduk di desa Melitir tempat bu Marni tinggal, sebagian besar memiliki mata pencaharian dengan bersawah dan berkebun jagung. Selama ini, setiap bulan bu Marni membawa ke empat anaknya ke Posyandu dan menurut petugas Posyandu di desa Melitir tempat mereka tinggal keempat anak bu Marni memiliki berat badan di bawah garis merah pada KMSnya, namun bu Marni merasa anaknya sehat-sehat saja dan tidak pernah sakit hanya sesekali saja anak bungsunya kejang dan itupun bisa sembuh tanpa obat. Bu Marni juga mengatakan pada petugas Posyandu bahwa keempat anaknya itu sering mencret tapi diyakininya sebagai tanda “alih bulan atau mau bertambah kepintaran”. Tiga jari yang lalu tiba-tiba anak sulung bu Marni demam tinggi dan timbul bercak merah disekitar lengan kanan dan kirinya. Ibu Marni memberi obat demam pada anaknya yang dibeli di toko obat depan rumahnya, tapi demam anaknya tidak turun dan sekarang anaknya muntah-muntah dan berak darah. Dengan ketakutan saat itu juga bu Marni membawa anaknya ke dokter yang bertugas di Puskesmas Melitir Besar. Dengan nada yang menyesali keadaan dan bu Marni menceritakan semua yang dialami dan apa yang telah dia lakukan sehari-hari dalam membesarkan anak-anaknya. Dia merasa sudah melakukan semua untuk anak- anaknya tapi mengapa tetap masih sakit.

Upload: indra-kusuma

Post on 18-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario D Public Health Education AM

Skenario D Public Health Education (PHE)

Ibu Marni bekerja sebagai buru harian di Pabrik Teh, memiliki 4 orang anak. Suaminya 7

bulan yang lalu meninggal karena kecelakaan. Kecuali anak pertama yang telah duduk di

kelas 1 SD, anak bu Marni masih balita bahkan yang bungsu baru berusia 5 bulan. Penduduk

di desa Melitir tempat bu Marni tinggal, sebagian besar memiliki mata pencaharian dengan

bersawah dan berkebun jagung. Selama ini, setiap bulan bu Marni membawa ke empat

anaknya ke Posyandu dan menurut petugas Posyandu di desa Melitir tempat mereka tinggal

keempat anak bu Marni memiliki berat badan di bawah garis merah pada KMSnya, namun bu

Marni merasa anaknya sehat-sehat saja dan tidak pernah sakit hanya sesekali saja anak

bungsunya kejang dan itupun bisa sembuh tanpa obat. Bu Marni juga mengatakan pada

petugas Posyandu bahwa keempat anaknya itu sering mencret tapi diyakininya sebagai tanda

“alih bulan atau mau bertambah kepintaran”.

Tiga jari yang lalu tiba-tiba anak sulung bu Marni demam tinggi dan timbul bercak merah

disekitar lengan kanan dan kirinya. Ibu Marni memberi obat demam pada anaknya yang

dibeli di toko obat depan rumahnya, tapi demam anaknya tidak turun dan sekarang anaknya

muntah-muntah dan berak darah. Dengan ketakutan saat itu juga bu Marni membawa

anaknya ke dokter yang bertugas di Puskesmas Melitir Besar. Dengan nada yang menyesali

keadaan dan bu Marni menceritakan semua yang dialami dan apa yang telah dia lakukan

sehari-hari dalam membesarkan anak-anaknya. Dia merasa sudah melakukan semua untuk

anak-anaknya tapi mengapa tetap masih sakit.

Ibu Marni sangat sedih setelah mendengar anak sulungnya diduga menderita Demam

Berdarah Dengue yang cukup parah dan harus dirawat di Rumah Sakit dan semakin bingung

karena ternyata kedua anaknya yang lain pun saat ini demam yang mirip seperti yang dialami

oleh anak sulungnya.

Sebagai dokter yang bertugas di Puskesmas Melitir Besar tersebut, yang memagani konsep

promosi kesehatan dan kedokteran pencegahan, apa yang anda lakukan terhadap keluarga Ibu

Marni secara comprehensive dan holistic ?

I. Klarifikasi Istilah

1. Garis merah pada KMS : status kesehatan anak di bawah normal.

2. Mencret : defekasi encer lebih dari tiga kali dalam satu hari.

Page 2: Skenario D Public Health Education AM

3. Kejang : kontraksi hebat otot-otot secara involunter.

4. Alih bulan : pertambahan usia

5. Muntah – muntah: Pengeluaran (ekspulsi) seluruh atau sebagian isi lambung.

6. Berak Darah : keluarnya feses yang disertai darah segar (biasnya berasal dari

saluran pencernaan bawah)

7. Demam berdarah dengue: demam yang disebabkan oleh masuknya virus

dengue melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes

8. Promosi kesehatan : pendidikan kesehatan yag disertai unsur pemaksaan

(ancaman).

9. Demam tinggi : keadaan suhu tubuh meningkat diatas 39,5oC.

10. Comprehensive : luas dan lengkap tentang ruang lingkup tertentu

11. Holistic: menyeluruh

II. Identifikasi Masalah

1. Ibu Marni bekerja sebagai buruh harian di pabrik Tea, memiliki 4 orang anak.

Suaminya 7 bulan yang lalu meninggal karena kecelakaan. Anak pertama yang

telah duduk di kelas 1 SD, anak bu Marni masih balita bahkan yang bungsu

baru berusia 5 bulan.

2. Penduduk didesa Melitir tempat bu Marni tinggal, sebagian besar memiliki

mata pencaharian dengan bersawah dan berkebun jagung.

3. Ibu Marni rutin membawa anaknya ke posyandu setiap bulan, namun berat

badan ke empat anaknya masih dibawah garis merah pada KMS

4. Anak ibu Marni sesekali mengalami kejang dan sering mencret tetapi ibu

marni menganggap anaknya sehat-sehat saja dan hal tersebut diyakini sebagai

tanda alih bulan.

5. Tiga hari yang lalu, anak sulung bu Marni mengalami demam tinggi dan

timbul bercak merah disekitar lengan kanan dan kirinya, namun setelah diberi

obat yang dibeli di toko obat demam anaknya tidak turun. Sekarang anaknya

muntah-muntah dan berak darah.

6. Anak bu Marni dibawa ke puskesmas dan diduga anaknya menderita demam

berdarah dengue yang cukup parah dan harus dirawat di rumah sakit. Kedua

anak bu marni juga mengalami demam yang mirip dengan yang dialami oleh

anak sulungnya.

III. Analisis Masalah

Page 3: Skenario D Public Health Education AM

1. Ibu Marni bekerja sebagai buruh harian di pabrik Tea, memiliki 4 orang anak.

Suaminya 7 bulan yang lalu meninggal karena kecelakaan. Anak pertama yang

telah duduk di kelas 1 SD, anak bu Marni masih balita bahkan yang bungsu

baru berusia 5 bulan.

a. Apa pengaruh status ekonomi (penghasilan buruh harian) dengan

pemenuhan gizi anak ibu Marni? (8,6,4)

Jawab :

Pengaruh : kurangnya kemampuan ekonomi atau daya beli

kebutuhan logistik sehari-hari dalam pemenuhan gizi anak-anak ibu

marni seperti membelikan makanan yang cukup dan bergizi setiap

harinya sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak ibu marni yang kurang.

b. Bagaimana peran puskesmas dan posyandu dalam mensosialisasikan

program KB? (7,5,3)

Jawab :

c. Apa dampak meninggalnya suami ibu Marni 7 bulan yang lalu

terhadap status ekonomi keluarga, psikologis dan kesehatan anak-

anaknya? (6,4,2)

Jawab :

Status ekonomi keluarga : Kurangnya kemampuan ekonomi

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga seperti logistik,

sarana dan prasarana rumah tangga (listrik dan air bersih)

sehingga ini menjadi beban bagi ibu untuk bekerja keras dalam

pemenuhan kebutuhan keluarga sedangkan ibu hanya bekerja

sebagai buruh harian di pabrik Tea.

Psikologis bagi ibu : karena tanggung jawab yang dimiliki ibu

semakin besar (berperan sebagai ayah dan ibu) dapat

menyebabkan kecenderungan ibu untuk mengalami depresi dan

gangguan mental. Hal ini dapat dikarenakan ibu merasa tidak

dapat membagi beban yang di alaminya kepada orang lain

sehingga harus menjalani tanggung jawab terhadap keluarganya

sendiri.

Page 4: Skenario D Public Health Education AM

Psikologi bagi anak : Anak akan merasakan kurangnya perhatian

dari seorang ayah dan seorang ibu, karena dalam kasus ini ibu

Marni juga bekerja sebagai buruh harian di pabrik Tea yang

mengakibatkan dirinya berada pada posisi kurang memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Kondisi seperti ini

lama-kelamaan dapat menyebabkan anak-anak ibu Marni

mengalami kondisi depresi dan gangguan mental karena merasa

sendirian (tidak ada yang memberikan perhatian kepada mereka

secara baik).

Kesehatan anak-anak ibu Marni : karena kurangnya status

ekonomi keluarga yang di alami oleh ibu Marni dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi sehari-hari bagi anak-anak ibu Marni dan

kurangnya perhatian yang diberikan oleh ibu Marni kepada anak-

anaknya mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak-

anak ibu Marni menjadi kurang baik.

2. Penduduk didesa Melitir tempat bu Marni tinggal, sebagian besar memiliki

mata pencaharian dengan bersawah dan berkebun jagung.

a. Apa resiko kesehatan yang dapat muncul dari mata pencaharian bersawah

dan berkebun jagung? (5,3,1)

b. Apa edukasi yang bisa kita berikan kepada masyarakat yang bermata

pencaharian bersawah dan berkebun jagung? (4,2,10)

3. Ibu Marni rutin membawa anaknya ke posyandu setiap bulan, namun berat

badan ke empat anaknya masih dibawah garis merah pada KMS. (3,1,9)

a. Apa makna berat badan dibawah garis merah pada KMS? (2,8,10)

b. Apa peran posyandu dalam meningkatkan berat badan anak? (1,9,7)

c. Mengapa berat badan ke empat anak ibu Marni di bawah garis merah KMS

padahal ibu marni rutin membawa ke empat anaknya ke posyandu? (1,9,7)

d. Apa dampak dari berat badan dibawah garis merah pada KMS?

(10,8,6)

Jawab : berat badan dibawah garis merah pada KMS menunjukkan

adanya gangguan pertumbuhan pada anak dan anak mengalami

kekurangan gizi.

e. Bagaimana pencegahan gizi buruk pada anak? (5,7,9)

Page 5: Skenario D Public Health Education AM

Jawab :

Beri ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan

Beri makanan bergizi berbahan pangan lokal yang murah, terjangkau

dan mudah didapat, berupa makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah.

Berikan dalam porsi kecil tapi sering karena kapasitas lambung bayi

terbatas

Balita GAKIN (keluarga miskin) umur 6 – 23 bulan mendapat MP-ASI

berupa bubur instan/ biskuit.

Galakkan seluruh bayi dan balita dapat ditimbang secara rutin di

posyandu untuk deteksi dini gizi buruk.

Kader posyandu merujuk balita yang tidak naik berat badannya dalam

2 bulan berturut-turut ke poskesdes/pustu/puskesmas

Beri imunisasi lengkap sebelum umur 12 bulan dan vitamin A setahun

2 kali. Imunisasi dan vitamin A dapat diperoleh di posyandu.

(Sumber : Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 347/Menkes/IV/2008

perihal Penanggulangan Gizi Buruk, tanggal 10 April 2009).

4. Anak ibu Marni sesekali mengalami kejang dan sering mencret tetapi ibu

Marni menganggap anaknya sehat-sehat saja dan hal tersebut diyakini sebagai

tanda alih bulan.

a. Apa penyebab dari pola pikir ibu Marni yang menganggap bahwa

anaknya yang sesekali kejang dan sering mencret adalah tanda dari

alih bulan? (4,6,8)

Jawab :

Penyebab pasti mengenai pola pikir ibu Marni belum diketahui

Pola pikir ibu Marni yang menganggap bahwa anaknya yang sesekali

kejang dan sering mencret adalah tanda dari alih bulan bentuk

kepercayaan terhadap mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat

dimana sudah ada secara turun-temurun, sehingga ibu Marni sudah

sangat mempercayai anggapan seperti itu.

b. Apa dampak dari pola pikir ibu Marni yang menganggap bahwa anaknya

yang sesekali kejang dan sering mencret adalah tanda dari alih bulan?

(3,5,7)

Jawab : Dampak yang dapat ditimbulkan :

Page 6: Skenario D Public Health Education AM

- Diare atau mencret yang dibiarkan akan berdampak pada kondisi

dehidrasi berat dan dapat menyebabkan kematian pada anak

- Kejang :

c. Bagaimana cara mengedukasi ibu Marni untuk mengubah pola pikir

tersebut? (2,4,6)

Jawab :

- berika penjelaskan kepada ibu apa dampak dan resiko yang akan di

alami anak jika kondisi mencret dan kejang tersebut tidak diobati.

(seperti Mencret anak akan mengalami dehidrasi berat dan bisa

menyebabkan kemaatia. Kejang fungsi otak anak yang akan

rusak).

- tunjukkan kepada ibu data mengenai banyaknya kasus mencret-

mencret pada anak.

- ajari ibu bagaimana cara menanganani kondisi-kondisi mencret-

mencret (diare) yang di alami anaknya. Seperti memberikan Oralit

kepada anak.

d. Apa saja tanda – tanda alih bulan yang diketahui oleh masyarakat? (1,3,5)

e. Bagaimana cara pencegahan mencret? (2,4,10)

Jawab :

Mencret-mencret (diare bisa disebabkan karena adanya infeksi bakteri,

virus, parasit), maka perlu dilakukan pencegahan :

1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2

tahun

2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur

3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air

bersih yang cukup

4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah

buang air besar

5. Buang air besar di jamban

6. Membuang tinja bayi dengan benar

7. Memberikan imunisasi campak

Page 7: Skenario D Public Health Education AM

(Sumber : Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare (lima langkah tuntas diare) departemen

kesehatan RI Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan 2011).

f. Bagaimana penanganan awal dari kejang dan mencret? (1,3,9)

5. Tiga hari yang lalu, anak sulung bu Marni mengalami demam tinggi dan

timbul bercak merah disekitar lengan kanan dan kirinya, namun setelah diberi

obat yang dibeli di toko obat demam anaknya tidak turun. Sekarang anaknya

muntah-muntah dan berak darah.

a. Apa penyebab dari demam tinggi yang tidak turun dan bercak merah

disekitar lengan kanan dan kiri anak sulung ibu Marni? (2,8,10)

b. Apa hubungan demam tinggi dan timbul bercak merah dengan muntah –

muntah dan berak darah? (1,7,9)

c. Apa edukasi yang bisa kita berikan pada masyarakat jika

menghadapi anak yang mengalami demam tinggi, bercak merah,

muntah – muntah dan berak darah? (6,8,10)

Jawab :

d. Apa edukasi yang dapat diberikan pada masyarakat dalam memperoleh

pengobatan? (5,7,9)

6. Anak bu Marni dibawa ke puskesmas dan diduga anaknya menderita demam

berdarah dengue yang cukup parah dan harus dirawat di rumah sakit. Kedua

anak bu marni juga mengalami demam yang mirip dengan yang dialami oleh

anak sulungnya.

a. Apa kriteria tempat – tempat bersarang nyamuk penyebab demam

berdarah dengue? (4,6,8)

Jawab :

di penampungan air dengan kondisi air yang tenang seperti

penampungan air di rumah tangga (bak mandi), ember, kaleng-

kaleng bekas atau plastik.

b. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dengue? (3,5,7)

Jawab :

DBD di tularkan melalui gigitan nyamuk yang memperoleh virus

dengue pada waktu menghisap darah Penderita DBD atau orang

yang belum terkena gejala sakit namun telah membawa virus dengue

Page 8: Skenario D Public Health Education AM

dalam darahnya (viremia). Virus dengue berkembangbiak dengan cara

memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termaksud

kelenjar liurnya yang berakibat virus dengue dapat berpindah bersama air

liur nyamuk jika nyamuk tersebut menggigit manusia

c. Bagaimana tanda dan gejala dari demam berdarah dengue (cukup

parah dan harus dirawat di rumah sakit? (2,4,6)

Jawab :

Penderita infeksi Dengue yang harus dirawat inap adalah bila ditemukan tanda

bahaya, keluhan dan tanda hipotensi, perdarahan, gangguan organ (ginjal, hepar, jantung

dan nerologik), kenaikan hematokrit pada pemeriksaan ulang, efusi pleura, asites,

komorbiditas (kehamilan, diabetes mellitus, hipertensi, tukak petik dll), kondisi social

tertentu (tinggal sendiri, jauh dari fasilitas kesehatan, transportasi sulit).

Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya :

Dengue probable :

Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue

Demam disertai 2 dari hal berikut :

- Mual, muntah

- Ruam

Sakit dan nyeri

Uji torniket positif

Lekopenia

Tanda bahaya adalah :

Nyeri perut

Muntah berkepanjangan

Terdapat akumulasi cairan

Perdarahan mukosa

Letargi, lemah

Pembesaran hati > 2 cm

Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat

Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas)

Kriteria dengue berat :

Page 9: Skenario D Public Health Education AM

Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan

dengan distress pernafasan.

Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi

Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan

jantung dan organ lain).

Untuk mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet,

walaupun banyak faktor yang mempengaruhi uji ini tetapi sangat membantu diagnosis,

sensitivitas uji ini sebesar 30 % sedangkan spesifisitasnya mencapai 82 %.

d. Bagaimana cara pencegahan demam berdarah dengue? (1,3,5)

Cara pencegahan demam berdarah dengan melakukan kontrol vektor

nyamuk aedes aegypti (vektor penyebab demam berdarah dengue).

e. Bagaimana penanganan awal demam berdarah dengue dirumah? (2,4,10)

f. Bagaimana kontrol vektor penyebab demam berdarah dengue? (1,3,9)

Jawab :

Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes Aegypti dalam program pengendalian DBD di

tingkat pusat dan daerah :

1. Manajemen lingkungan upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi bahkan

menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk vektor. Manajemen lingkungan ini dapat

melibatkan partisipasi masyarakat. Program pengendalian DBD yang melibatkan masyarakat

adalah mengajak masyarakat untuk mau dam mampu melakukan PSN (pemberantasan sarang

nyamuk) dengan kegiatan 3M. Kegiatan 3M yang dapat dilakukan dapat berupa :

a. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu

sekali dan menaburkan bubuk abate kedalam penampungan air.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

c. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung genangan air

seperti kaleng bekas, plastik, dan lain-lain.

2. Pengendalian Biologis upaya pemanfaatan agent biologi untuk pengendalian vektor

DBD seperti bakteri dan predator (ikan pemakan jentik dan cyclop (copepoda)).

a. Predator (ikan pemakan jentik) yang biasa digunakan di Indonesia adalah ikan kepala

timah dan ikan cetul, sedangkan di Palembang ikan pemakan jentik yang terbukti efektif dan

telah digunakan untuk pengendalian jentik nyamuk adalah ikan cupang.

Page 10: Skenario D Public Health Education AM

Jenis predator lainnya yang dalam penelitian terbukti mampu mengendalikan larva DBD

adalah dari kelompok Copepoda atau cyclops, jenis ini sebenarnya jenis Crustacea dengan

ukuran mikro. Namun jenis ini mampu makan larva vektor DBD. Beberapa spesies sudah

diuji coba dan efektif, antara lain Mesocyclops aspericornis diuji coba di Vietnam, Tahiti dan

juga di Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir, Salatiga. Peran Copepoda dalam

pengendalian larva DD/DBD masih harus diuji coba lebih rinci di tingkat operasional.

b. Bakteri

Agen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan digunakan untuk larvasidasi dan

efektif untuk pengendalian larva vektor adalah kelompok bakteri. Dua spesies bakteri yang

sporanya mengandung endotoksin dan mampu membunuh larva adalah Bacillus thuringiensis

serotype H-14 (Bt. H-14) dan B. spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi

larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran pencernaan larva. Keunggulan agent

biologis ini tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan

sasaran. Kelemahan cara ini harus dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih

harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor kesehatan. Karena endotoksin berada di

dalam spora bakteri, bilamana spora telah berkecambah maka agent tersebut tidak efektif lagi.

3. Pengendalian Kimiawi dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida dalam

pengendalian vektort DBD. Penggunaan insektisida ini dapat dilakukan dengan cara

penyemprotan (fogging) lokasi-lokasi yang berpotensi sebagai tempat perkembang biakan

jentik-jentik nyamuk. Seperti penyemprotan dirumah, di lingkungan, dan di selokan (saluran

pembuangan air limbah).

4. Perlindungan Individu Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD

dapat dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent, menggunakan pakaian yang

mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa mengurangi

kontak dengan nyamuk meskipun sementara. Untuk mengurangi kontak dengan nyamuk di

dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu tidur.

Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol dan repellent: obat nyamuk bakar,

vaporize mats (VP), dan repellent oles anti nyamuk bisa digunakan oleh individu. Pada 10

tahun terakhir dikembangkan kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated

nets (ITNs) dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi gigitan nyamuk.

(Sumber: Buletin Jendela Epidemiologi dengan Topik Utama Demam Berdarah Dengue Vol.

2, Agustus 2010. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI)

Page 11: Skenario D Public Health Education AM

g. Bagaimana peran serta puskesmas dalam pemberantasan jentik berkala

(PJB)? (2,8,10)

(1). PJB wajib dilakukan oleh:

a. Jumantik, yang bertugas setiap minggu dengan target pemeriksaan di semua

rumah sesuai hasil kesepakatan yang berada di wilayah kerjanya;

b. Petugas Kesehatan/Petugas Puskesmas, yang bertugas setiap 3 (tiga) bulan sekali

dengan target pemeriksaan 100 (seratus) rumah di setiap desa/kelurahan yang

dipilih secara sampling

(2) Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik perlu dilakukan kegiatan

sebagai berikut:

a. memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk dan mencatatnyam di kartu jentik.

b. memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat; dan

c. melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada Kepala Desa /Lurah dan

Camat.

(3) Kegiatan PJB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan berpedoman

pada Buku Petunjuk Teknis Pembinaan dan Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

DBD oleh Masyarakat.

(Sumber : Peraturan Bupati Malang No. 2 Tahun 2011 tentang Pengendalian Penyakit

Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Malang)

Note :

Juru Pemantau Jentik yang disebut Jumantik adalah warga masyarakat yang direkrut dan

dilatih untuk melakukan proses edukasi dan memantau pelaksanaan PSN 3 M Plus oleh

masyarakat dengan menggunakan kartu jentik.

Kartu jentik adalah kartu untuk mencatat hasil pemeriksaan jentik yang dilakukan oleh

Jumantik atau petugas kesehatan dan biasanya dipasang di rumah-rumah penduduk.

h. Bagaimana cara pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada

penduduk desa Melitir? (1,9,7)

IV. Hipotesis

Ibu Marni memiliki 4 orang anak yang berat badannya dibawah garis merah KMS

dan tiga di antaranya mengalami demam berdarah dengue karena kurangya

promosi dan pendidikan kesehatan di lingkungan kerja puskesmas Melitir Besar.

Page 12: Skenario D Public Health Education AM

V. Kerangka Konsep

VI. Sintesis

1. Demam Berdarah Dengue (pencegahan, penanganan awal, edukasi, dan

lain-lain). (azka, lastri, baity)

2. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan (Ima, Aulia, stevani)

3. Kedokteran pencegahan (yuli, Winda)

4. Gizi kurang (BB dibawah garis merah) pada KMS. (adrian, devia)

1. azka

2. winda

3. stevani

4. ima

5. devia

6. baity

7. adrian

8. aulia

9. yuli

10. lastri

Teman2 mohn dkirim jawaban AM dan SINTESIS dalam bentuk rapi di word (times new

roman, 12 spasi 1.5, Justify) dikirim k [email protected] paling lambat tgl 25

september 2013 pukul 16.00 WIB.

Terima Kasih Banyak.