skenario contoh

17
SKENARIO PAK SAMIN PETANI YANG KEJANG KEJANG Sangat malang nasib pak Samin tukang kebun kampus kami oleh karena ia sedang dirawat di ICU RS Prima. Ketika kami bertanya kepada anaknya,kami dapat informasi bahwa Pak samin mengalami kejang-kejang sudah 3 hari dan kejang ini akan kumat bila ada suara berisik. Ia juga mengatakan pak Samin,3 minggu yang lalu kakinya kena pacul dan diobati dengan ramuan kampung untuk menghentikan perdarahan dan penyembuhan luka. Lukanya hanya 3 hari sudah sembuh,akan tetapi ia kemudian kejang-kejang, sulit bernapas bahkan sulit makan oleh karena mulutnya kaku,meskipun ia masih tetap sadar dan bias berbicara. Selama di ICU ia sudah mengalami intubasi dan injeksi obat berulang ulang melalui infuse. Kasihan pak Samin,dapatkah kita menegakkan diagnose penyakit Pak Samin dan saran pengobatannya. I.KLARIFIKASI ISTILAH/KONSEP YANG KURANG DIKENAL 1. Intubasi Pemasangan Tuba kedalam saluran tubuh atau organ berongga, misalnya kedalam trakea. (30 2. Kejang-kejang (Spasme) Kontraksi otot secara mendadak, keras, dan involunter. (3) 3. Mulut Kaku (Trismus) Gangguan motorik nervus trigeminus, terutama spasme otot pengunyah dengan kesulitan dalam membuka mulut. (3) 4. ICU (Intensive Care Unit) Unit perawatan intensif. (3) 5. Injeksi Tindakan memaksa cairan kedalam bagian, misalnya kedalam jaringan Sub-kutan, percabangan vascular atau organ. (3) 6. Ramuan Kampung Obat yang diracik secara tradisional. (3) II. MENETAPKAN PERMASALAHAN

Upload: ocsrin-handayani

Post on 11-Feb-2016

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dmksdmksd

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO contoh

SKENARIO 

PAK SAMIN PETANI YANG KEJANG KEJANGSangat malang nasib pak Samin tukang kebun kampus kami oleh karena ia sedang dirawat di ICU RS Prima.Ketika kami bertanya kepada anaknya,kami dapat informasi bahwa Pak samin mengalami kejang-kejang sudah 3 hari dan kejang ini akan kumat bila ada suara berisik. Ia juga mengatakan pak Samin,3 minggu yang lalu kakinya kena pacul dan diobati dengan ramuan kampung untuk menghentikan perdarahan dan penyembuhan luka. Lukanya hanya 3 hari sudah sembuh,akan tetapi ia kemudian kejang-kejang, sulit bernapas bahkan sulit makan oleh karena mulutnya kaku,meskipun ia masih tetap sadar dan bias berbicara. Selama di ICU ia sudah mengalami intubasi dan injeksi obat berulang ulang melalui infuse.Kasihan pak Samin,dapatkah kita menegakkan diagnose penyakit Pak Samin dan saran pengobatannya.

I.KLARIFIKASI ISTILAH/KONSEP YANG KURANG DIKENAL1.      Intubasi

Pemasangan Tuba kedalam saluran tubuh atau organ berongga, misalnya kedalam trakea.(30

2.      Kejang-kejang (Spasme)Kontraksi otot secara mendadak, keras, dan involunter.(3)

3.      Mulut Kaku (Trismus)Gangguan motorik nervus trigeminus, terutama spasme otot pengunyah dengan kesulitan dalam membuka mulut.(3)

4.      ICU (Intensive Care Unit)Unit perawatan intensif.(3)

5.      Injeksi            Tindakan memaksa cairan kedalam bagian, misalnya kedalam jaringan Sub-kutan, percabangan vascular atau organ.(3)

6.      Ramuan Kampung     Obat yang diracik secara tradisional.(3)

II. MENETAPKAN PERMASALAHAN1.      Kejang-kejang sudah 3 hari dan akan kumat bila ada suara berisik2.      3 minggu yang lalu kakinya terkena pacul dan diobati dengan ramuan kampung untuk

menghentikan perdarahan dan penyembuhan luka3.      Sulit bernapas bahkan sulit makan oleh karena mulutnya kaku4.      Di ICU sudah mengalami intubasi dan injeksi obat berulang-ulang melalui infus

Page 2: SKENARIO contoh

III. ANALISIS MASALAH

1.KEJANG  Definisi

KEJANG adalah Suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP.

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal otak. Namun kejang juga terjadi dari jaringan otak normal dibawah kondisi patologik tertentu seperti perubahan keseimbangan asam-basa atau elektrolit.(5)

  Fisiologi dan Patofisiologi

Tiap neuron yang aktif melepaskan muatan listriknya. Fenomena elektrik ini adalah wajar. Manifestasi biologiknya ialah merupakan gerak otot atau suatu modalitas sensorik, tergantung dari neuron kortikal mana yang melepaskan muatan listriknya. Bilamana neuron somatosensorik yang melepaskan muatannya, timbullah perasaan protopatik atau propioseptif. Demikian pula akan timbul perasaan panca indera apabila neuron daerah korteks pancaindera melepaskan muatan listriknya.

Secara fisiologis, suatu kejang merupakan akibat dari serangan muatan listrik terhadap neuron yang rentan di daerah fokus epileptogenik. Diketahui bahwa neuron-neuron ini sangat peka dan untuk alasan yang belum jelas tetap berada dalam keadaan terdepolarisasi. Neuron-neuron di sekitar fokus epileptogenik bersifat GABA-nergik dan hiperpolarisasi, yang menghambat neuron epileptogenik. Pada suatu saat ketika neuron-neuron epileptogenik melebihi pengaruh penghambat di sekitarnya, menyebar ke struktur korteks sekitarnya dan kemudian ke subkortikal dan struktur batang otak. Dalam keadaan fisiologik neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena potensial membrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang tiba pada dendrit. Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membran neuron, sehingga neuron melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang. itu sendiri, apabila berlangsung singkat, jarang menimbulkan kerusakan tetapi kejang dapat merupakan manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan, misalnya: gangguan metabolism, infeksi intrakranium, gejala putus obat, intoksikasi obat, atau ensefalopati hipertensi.(5)

  KLASIFIKASI KEJANG

1.      KEJANG PARSIALKejang parsial adalah kesadaran utuh walaupun mungkin berubah; focus disatu bagian tetapi dapat menyebar kebagian lain.

a.       Parsial sederhana         Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral); sensorik (merasakan,membaui,

mendengar sesuatu yang abnormal); autonomic (takikardia,bradikardia,takipnu, kemerahan,rasa tidak enak di epigastrium); psikik (disfagia, gangguan daya ingat).

         Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit.b.      Parsial kompleks

Page 3: SKENARIO contoh

Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh :

         Gejala motorik, sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan bibir,mengunyah, menarik-narik baju.

         Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang generalisata.         Biasanya berlangsung 1-3 menit(5)

2.      KEJANG GENERALISATAHilangnya kesadaran; tidak ada awitan fokal; bilateral dan simetrik; tidak ada aura.

a.       Tonik-klonikSpasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit lidah; fase pascaiktus.

b.      AbsenceSering salah didiagnosa sebagai melamun

         Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus postural tidak hilang.

         Berlangsung beberapa detik.

c.       MioklonikKontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot atau tungkai; cenderung singkat.

d.      AtonikHilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh

e.       KlonikGerakan menyentak,repetitive,tajam,dan lambat.

f.       Tonik difleksi  lengan dan ekstensi tungkai.

         Mata dan kepala mungkin berputar kesatu sisi         Dapat menyebabkan henti napas(5)

  Penyakit-Penyakit yang dapat Menimbulkan Kejang

         EnsefalitisVirus yang dapat masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna.

         Meningitis BakterialSuatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.

         Meningitis Tuberkulosis

Page 4: SKENARIO contoh

Penyakit ini dapat menyerang semua usia. Insidens tertinggi pada usia 6 bulan- 6 tahun. Jarang ditemukan pada usia dibawah 6 bulan, hampir tidak pernah padaa usia dibawah 3 bulan.

         TetanusPenyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani

         EpilepsiKejang rekuren,spontan, dan tidak disebabkan oleh kelainan metabolisme yang terjadi bertahun-tahun.

         Kejang DemamBangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38’C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.(5)

  Indikasi Perawatan Kejang di ICUIndikasi ICU (secara umum):Pasien yang masuk di ICU adalah pasien yang memerlukan:

1.      Pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan terapi titrasi.

2.      Pemantauan kontinyu terhadap pasien – pasien dalam keadaan kritis yang dapat mengakibatkan terjadinya dekompensasi fisiologis.

3.      Intervasi medis segara oleh tim Intensive Care.Indikasi perawatan kejang di ICU:

1.      Kejang berlangsung lama: lebih dari 15 menit biasanya disertai apnea yang akhirnya mengakibatkan koma.

2.      Kejang yang menyebabkan kerusakan sistem saraf yang hebat dan luas(kerusakan sel – sel otak yang hebat dan luas )Sebagai contoh:Kejang epilepticJarang terjadi koma setelah kejang, tetapi kalaupun terjadi biasanya berlangsung selama beberapa menit.

Beberapa jenis kejang:1.         Kejang sederhana                                : kurang 15 menit2.         Kejang demam kompleks        : lebih dari 15 menit terjadi kenaikan suhu >38derajat celcius

Etiologi:1.      Tumor otak2.      Trauma3.      Bekuan darah pada otak4.      Meningitis5.      Ensefalitis

Page 5: SKENARIO contoh

6.      Gangguan elektrolit7.      Gejala putus alcohol dan obat gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subkutan dan

anoksia serebral.Sebagian kejang merupakan idiopati ( tidak diketahui etiologinya).

1.      IntrakranialAsfiksia                       : ensefalopati hipoksik – iskemikTrauma (perdarahan )  : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventricular.Infeksi                         : bakteri, virus, parasitKelainan bawaan         : disgenesis korteks serebri

2.      EkstrakranialGangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, gangguan elektrolit Na, K)Toksik: Sindrom putus obatKelainan yang diturunkan: gangguan metabolism asam amino

3.      IdiopatikKejang neonatusBeberapa jenis kejang:

1.      Kejang tonik2.      Kejang klonik3.      Kejang mioklonik

2.TETANUS

  DefinisiGangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme yang

disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein kuat yang bihasilkan oleh Clostridium tetani.Nama lain dari tetanus : lock jaw(rahang terkunci), nuchal rigidity( kaku leher).(5)

  EtiologiClostridium tetani yang merupakan:

         Basil gram positif, berbentuk batang yang selalu bergerak.         Bakteri anaerob obligat yang menghasilkan spora.         Menghasilkan efek-efek klinis melalui eksotoksin yang kuat.(5)

  EpidemologiTetanus biasa terjadi setelah suatu trauma, kantaminasi luka dengan tanah,debu,logam berkarat,tinja manusia & hewan.Dapat mengenai Semua Umur:

- Bayi: Tetanus Neonatorum- Anak,Dewasa dan Orang tua     50-57%

Page 6: SKENARIO contoh

ClostridiumTetanus berbiak pada Luka yg Anaerob:- luka tusuk dalam (merupakan luka yang paling sering mengalami tetanus)- luka tabrakan,kecelakaan yg kotor- infeksi dlm tubuh (OMP,Tonsilitis,Abortus ), dll.(5)

  PathogenesisClostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke dalam tubuh melalui luka.Clostridium menghasilkan 2 toksin:

  Toksin tetanolisinmampu secara local merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multifikasi bakteri, akan tetapi reaksi radang non-spesifik.

  Toksin tetanospasmin  bersifat neurotoxic yang dapat mengakibatkan kejang.Ada 2 cara tetanospasmin mencapai saraf:

1.      Secara local: diabsorbsi melalui mioneural junction pada ujung-ujung saraf perifer atau motorik melalui axis silindrik ke corno anterior susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer.

2.      Toksin diabsorbsi melalui pembuluh limfe lalu kesirkulasi darah untuk seterusnya susunann saraf pusat.Toksin dalam darah sangat mudah dinetralisasi, tetapi jika terdapat di saraf maka bersifat ireversibel.(5)

  Menifestasi klinisMasa inkubasi tetanus umumnya antara 3-21 hari, namun dapat singkat hanya 1-2 hari, dan kadang-kadang lebih dari 1 bulan.Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya.Kejang timbul bisa oleh karena: rangsang suara, cahaya,sentuhan dan spontan

1.      Tetanus generalisata.-          Trias klinis: rigiditas, spasme otot, disfungsi otonom.-          Kesadaran tidak terpengaruh(-          Kaku kuduk,nyeri tenggorokan, kesukitan membuka mulut merupakan suatu gejala awal.-          Trismus (lock jaw/ rahang terkunci)-          Risus sardonikus (ekspresi menyeringai okibat spasme otot-otot wajah)-          Rigiditas otot leher-          Opistotonus(bentuk hiperekstensi tubuh yang hebat kepala dan tumit melungkung

kebelakang)-          Demam jarang-          Gangguan respirasi-          Spasme faringeal dan spasme laryngeal-          Badai autonomic(jika tetanus telah mencapai saraf otonom):

Gangguan kardiovaskular,gagal ginjal dll.

2.      Tetanus neonatorum:

Page 7: SKENARIO contoh

Terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak di imunisasi secara adequate, terutama setelah perawatan bekaspemotongan tali pusat yang tidak steril.biasanya terjadi dalam bentuk generalisata.

-          Onset 2 minggu pertama kehidupan-          Rigidities-          Sulit menelan asi-          Spasme

3.      Tetanus local:-          Menifestasi klinisnya hanya terdapat di sekitar lika.

4.      Tetanus sefalik:Merupakan variasi dari tetanus local, terjadi setelah trauma/ luka mengenai daerah kepala. Prognosa biasanya jelek.

-          Inkubasi 1-2 hari-          Trismus-          Disfagia-          Paralisis otot ekstraokoler-          Disfungsi saraf kranilal 1 atau lebih, paling sering n.VII (bisa juga n.III,IV,IX,X, dan II).(5)

Derajat keparahan tetanus:Derajat I         : trismus ringan sampai sedang, spastisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.Derajat II       : \trismus sedang, rigiditas yang tampak jelas, spasme yang singkat sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasa lebih dari 30,disfagia ringan.Derajat III      : trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflex berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebih dari 40, serangan apnea, disfagia berat dan takikardialebih dari 120Derajat IV      : derajat III dengan gangguan otonomik berat melibatkan sistem kardiovaskular. hipertensi berat dan takikardia terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.(5)

3.MENINGITIS TUBERKOLIS  Definisi

Penyakit yang mengenai selaput otak,penyakit ini dapat mengenai semua usia.(2)

  PatofisiologiTuberculosis primer,kuman masuk kedalam sirkulasi darah melalui ductus torasikus

dan kelenjar limfe regional yang menimbulkan infeksi berat berupa tuberculosis milier,salah satunya Meningitis Tuberkulosis.

Mula-mula terbentuk tuberkel di otak,selaput otak atau medulla spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen selama infeksi primer atau selama perjalanan teberkulosis kronik. Kemudian timbul meningitis akibat terlepasnya Basil dan Antigennya dari Tuberkel yang pecah karena rangsangan mungkin berupa trauma atau factor imunologis,

Page 8: SKENARIO contoh

kemudian kuman langsung masuk keruang Subaraknoid atau ventrikel. Hal ini mungkin terjadi segera sesuda dibentuknya lesi atau setelah periode laten beberapa bulan atau tahun.(2)

  Manifestasi KlinikTuberculosis dibagi menjadi 3 stadium :

1.      Stadium pertama (Prodromal) dengan gejala demam,sakit perut,nausea,muntah,apatis atau iritabel, tetapi  kelainan neurologis belum ada

2.      Stadium kedua (Transisi) pasien menjadi tidaj sadar,spoor,terdapat kelainan neurologis/paresis,terdapat rangsang meningeal,reflex abdomen menghilang,timbul klonus pergelangan kaki dan patella. Sraf otak yang biasa terkena adalah Nervus ke III,IV,VI dan VII.

3.      Stadium ketiga Pasien dalam keadaan koma,pupil tidak bereaksi kadang-kadang timbul spasme kronik pada extremitas,pernapasan tidak teratur,demam tinggi,dapat terjadi Hydrosepalus.(2)

4.ENSEFALITIS

  DEFENISIEncephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing,

protozoa, jamur, ricketsia atau virus atau infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen.(4)

  ETIOLOGI  Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.

Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :1.      Infeksi virus yang bersifat epidemik :a.       Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.b.      Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St.louis encephalitis, Eastern equire

encephalitis, Japanese B.encephalitis, Murray valley encephalitis.2.      Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster, limfogranuloma,

mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

3.      Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

  Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.

  Keracunan : arsenik, CO.(4)

  TANDA DAN GEJALA

Demam, sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas, pucat, halusinasi, kaku kuduk, kejang, gelisah, iritable dan adanya gangguan kesadaran.

ENSEFALITIS SUPURATIF AKUT  ETIOLOGI

Page 9: SKENARIO contoh

Bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus, streptokok, E. coli,M. tuberculosa dan T.Palidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan penyebab ensefalitis bacterial akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses serebri. Ensefalitis bacterial supuratif akut.(4)

  PATOGENESISPada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di dalam

paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka, trauma tembus otak atau penjalaran langsung kedalam otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis.

Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di substansia alba karena perdarahan disini kurang intensif dibandingkankan dengan substansia grisea. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan kongesti yang disusul dengan perlunakan dan pembentukkan nanah. Fibroblast sekitar pembuluh darah bereaksi dengan proliferasi. Astrolgia ikut juga dan membentuk kapsul. Bila kapsul pecah, nanah masuk ke ventrikel dan menimbulkan kematian.(4)

  MANIFESTASI KLINISSecara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang, dan

kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi di otak. Gejala-gejala tersebut tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun.(4)

ENSEFALITIS SIFILIS  PATOGENESIS

Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.(4)

  MANIFESTASI KLINISTerdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis dan gejala-gejala mental. Gejala

neurologis itu diantaranya adalah kejang-kejang yang dating dalam serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering dijumpai pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat mengalami artrofi. Pada stadium akhir timbul gangguan-gangguan motorik yang progresif.

Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses demensia yang progresif. Intelegensi mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu, pasien kemudian acuh-tak acuh terhadap pakaian dan penampilannya, tak acuh terhadap uang.(4)

IV. KESIMPULAN SEMENTARA         Adanya infeksi yang disebabkan luka sehingga mengakibatkan kekakuan pada mulut dan

sulit bernafas.         Kejang-kejang yang diakibatkan oleh karena terjadi gangguan neurologis.         Penanganan yang kurang tepat terhadap luka infeksi

Anamnesis

Page 10: SKENARIO contoh

Nama                                       : SaminUmur                                       :-Jenis kelamin                           : LKPekerjaan                                 : Tukang KebunAlamat                                    : -

Keluhan utama                        : Kejang-lejang sudah 3 hari dan akan kumat bila ada suara             berisiskKeluhan Tambahan                 :  Sulit bernapas, Sulit makan

Riwayat sosial                         : -Riwayat penyakit keluarga     : -Pengobatan sebelumnya          : Pengobatan tradisional

Pemeriksaan FisikInspeksi                                   : Terlihat kejang-kejang, mulut kakuPalpasi                                     : -Perkusi                                    : -Auskultasi                               : -

Diagnosa Banding1.      Tetanus2.      Meningitis TB3.      Enselplitisi

DiagnosaTetanus

Diagnose tetanus ditegakan berdasarkan:a.       Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasib.      Gejala klinisc.       Penderita biasanya belum mendapatkan riwayat imunisasi.

Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam diagnose.

Penatalaksanaan

A.     Umum1)      Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya.2)      Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut

dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral.3)      Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap pasien.4)      Oksigen, pernafasan buatan dan trakeotomi bila perlu.5)      Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.(1)

B.     Obat-obatan

Page 11: SKENARIO contoh

1)      Anti ToksinTetanus Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan. pemakaiannya dibandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan.Dosis Inisial TIG yang dianjurkan adalah 5000 U intramuskular yang dilanjutkan dengan dosis harian 500-6000 U. Bila pemberian TIG tidak memungkinkan, ATS dapat diberikan dengan dosis 5000 U intramuskular dan 5000 U intravena. Pemberian baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.(1)

2)      Anti KejangBeberapa obat yang dapat digunakan serta efek samping obat yang dimaksud tercantum pada tabel I berikut ini. (1)

Tabel IJenis Obat Anti Kejang, Dosis, Efek Sampingnya,

Yang Lazim Digunakan pada TetanusJenis Obat Dosis Efek SampingDiazepam 0,5-01 mg/kg/BB/     

4 jam IMSopor, koma

Meprobamat 300-400 mg/4 jam IM Tidak adaKlorpomazin 25-75 mg/4 jam IM DepresiFenobartbital 50-100 mg/4 jam IM Depresi pernafasan

3)      AntibiotikPemberian penisilin prokain 1,2 Juta Unit/hari atau tetrasiklin 1 gr/hari, secara intra vena, dapat memusnahkan C. tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologisnya.(1)

Komplikasi

Komplikasi-komplikasi tetanusSistem KomplikasiJalan nafas -Aspirasi

-Laringospasme/ obstruksi-Obstruksi yang berkaitan dengan sedative

Respirasi -Apnea-Hipoksia-Gagal nafas tipe 1(atelektasis, aspirasi, pneumonia)-Gagal nafas tipe 2 (spasme laryngeal, spasme trunkal berkepanjangan, sedasi berlebiha).-ARDS-Komplikasi bantuan ventilasi berkepanjangan (seperti pneumonia)-komplikasi trakeostomi(seperti stenosis trachea)

Page 12: SKENARIO contoh

Kardiovaskular -Takikardia-Hipertensi-Iskemia-Hipotensi-Bradikardia-gagal jantung-dll

Ginjal -Gagal ginjal curah tinggi-Gagal ginjal oliguria-Stasis urin dan infeksi

Gastrointestinal -Stasis gaster-Ileus-Diare-Perdarahan

Lain-lain -Penurunan berat badan-Tromboembolus-Sepsis-Fraktur vertebra selama spasme-Rupture tendon akibat spasme-Laserasi lidah akibat kejang-Dekubitus-Panas tinggi karna terjadi infeksi skunder atau toksin menyebar luas sampai pada pusat pengaturan suhu.

PENCEGAHAN

Mencegah luka & merawat luka – adekuat  Pemberian ATS  1500 U i.m (skin Test) bbp jam setelah luka ---- kekebalan pasip  Pemberian Toksoid dan TIG

   -Luka kecil & bersih …… Td (+),   TIG (–)   -Luka kotor dan luas …..  Td (+), TIG (+)  (Td =utk umur > 7 thn,TDP= utk anak bayi) ---- kekebalan aktip.

  Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan  Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X.(5)

V. TUJUAN BELAJAR1.      Penyebab dan penyakit yang menyebabkan kejang-kejang.2.      Tetanus (definisi,etiologi,manifestasi klinik,penatalaksanaan,komplikasi,pencegahan)3.      Penatalaksanaan kejang di ICU4.      Indikasi perawatan kejang di ICU5.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengobatan Tradisional.

Page 13: SKENARIO contoh

VI. BELAJAR MANDIRISumber :

1.      Text Book2.      Internet3.      Kamus

VII. KESIMPULAN AKHIRPak samin menderita tetanus generalisata derajat 3 yang mungkin disebabkan oleh

pengobatan luka yang tidak adequate.

PrognosaPrognosa dipengaruhi oleh beberapa factor:

1.      Masa inkubasi semakin panjang waktu inkubasi maka penyakit semaki ringan begitu pula sebaliknya mapin pendek masa inkubasi maka semakin berat penyakitnya.

2.      Umur3.      Periode of onset kurang dari 48 jam prognosa jelek4.      Panas5.      Pengobatan  pengobatan yang terlambat prognosa jelek6.      Ada tidaknya komplikasi7.      Frekuensi kejang.8.      Penerapan metode untuk monitoring dan oksigenasi suportif memperbaiki prognosa tetanus.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

1.      Bahan kuliah dr.Mazhir,Sp.PD

2.      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,”Kapita Selekta Kedokteran”edisi 2,Media Aeculapius,2000.

3.      Kamus Dorland

4.      Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia,”Buku Ajar Imu Penyakit Dalam”,Jilid 1.1996.

Page 14: SKENARIO contoh

5.      Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia,”Buku Ajar Imu Penyakit Dalam”,Jilid 3.2006.

6.      Widoyono, “Penyakit Tropis Epidemologi, Penularan, Pencegahan, Pemberantasan”.Erlangga, Jakarta, 2005.