(skenario 8) appendicitis

Upload: rio-ramadhona

Post on 13-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    1/17

    1

    Apendisitis AkutDefita Firdaus

    10-2010-290

    Mahasiswa Kedokteran Semester 4 Fakultas Kedokteran

    Universitas Kristen Krida Wacana

    Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470

    Email :[email protected]

    Pendahuluan

    Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat

    terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen

    datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangusng kurang dari 24

    jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan

    segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera.

    Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau

    non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.

    Penyebab tersering akut abdomen antara lain appendisitis, kolik, bilier, kolisistis,

    divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis

    mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain

    nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis, diabetikum,

    inflamasi aneurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan herpes zooster.

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    2/17

    2

    Anamnesis

    Wawancara riwayat kesehatan adalah percakapan dengan pasien yang memiliki suatu

    tujuan. Tidak seperti percakapan sosial yang mengekspresikan kebutuhan dan minat anda

    sendiri disertai tanggung jawab hanya pada diri sendiri, tujuan utama wawancara praktisi

    pasien adalah meningkatkan kesejahteraan pasien. Tujuan percakapan dengan pasien terbagi

    tiga: membina hubungan saling percaya dan mendukung, mengumpulkan informasi, dan

    membagi informasi.1

    Format riwayat kesehatan adalah kerangka terstruktur untuk menyusun informasi

    pasien dengan format tertulis atau verbal. Beberapa komponen riwayat kesehatan:

    Identifikasi dataMengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan.

    Sumber riwayat biasanya pasien, tetapi dapat juga dari anggota keluarga, teman, surat

    rujukan atau rekam medis.

    Keluhan utamaSatu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari

    perawatan

    Penyakit saat iniMenjelaskan keluhan utama, gambarkan bagaimana perkembangan setiap gejala,

    tunjukan tujuh gambaran dari setiap gejala yaitu lokasi (di mana, apakah menyebar),

    kualitas (seperti apa rasanya), kuantitas atau keparahan (seberapa parah), waktu

    terjadinya gejala (kapan mulai dirasakan, sudah berapa lama, seberapa sering gejala

    muncul), kondisi saat gejala terjadi (meliputi faktor lingkungan, aktivitas individu,

    reaksi emosi, atau keadaan lain yang berperan terhadap timbulnya penyakit), faktor

    yang meredakan atau memperburuk penyakit, manifesatasi terkait (apakah anda

    mengenali hal-hal lain yang menyertai gejala tersebut). Kemudian juga termasuk

    pikiran dan perasaan klien mengenai penyakitnya. Poin pengkajian dapat mencakup

    medikasi, alergi, kebiasaan merokok, alkohol, karena kerap kali terkait dengan

    penyakit yang sedang diderita.

    Riwayat kesehatan masa laluPenyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, penyakit yang dialami saat dewasa

    lengkap dengan waktunya yang sedikitnya mencakup empat kategori berikut: medis,

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    3/17

    3

    pembedahan; obstetrik/ginekologik dan psikiatrik, termasuk praktik mempertahankan

    kesehatan seperti imunisasi, uji skrining, masalah gaya hidup, dan keamanan rumah.

    Riwayat keluargaGambaran atau diagram usia dan keadaan kesehatan atau usia dan penyebab

    kematian, apakah bersumber dari saudara kandung, orangtua, dan kakek nenek.

    Dokumen yang menunjukan ada atau tidak adanya penyakit khusus dalam keluarga,

    seperti hipertensi, penyakit arteri koroner, dan sebagainya.

    Riwayat pribadi dan sosialJelaskan tentang tingkat pendidikan, suku bangsa keluarga, keadaan rumah tangga

    saat ini, minat individu, dan gaya hidup.2

    Pemeriksaan fisik

    Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk mendapatkan atau mengidentifikasi tanda

    suatu penyakit atau kelainan yang ada pada daerah abdomen. Ada berbagai cara untuk

    membagi permukaan dinding perut dalam beberapa region

    1. Dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis median umbilikus, sehingga dindingdepan abdomen terbagi atas 4 daerah atau regio yaitu kuadran kanan atas, kuadran kiri

    atas, kuadran kiri bawah, dan kuadran kanan bawah. Kepentingannya adalah untukmenyederhanakan laporan. Misalnya untuk kepentingan konsultasi atau pemeriksaan

    kelainan yang mencakup daerah yang luas.

    2. Pembagian yang lebih spesifik dengan menarik dua garis sejajar dengan dua garismedian dan dua garis transversal yaitu yang menghubungkan dua titik paling bawah

    dari arkus kosta dan yang menghubungkan kedua SIAS. Berdasarkan pembagian

    spesifik tersebut, maka permukaan abdomen terbagi menjadi 9 regio yaitu epigastrium,

    hipokondrium kanan, hipokondrium kiri, umbilikus, lumbal kanan, lumbal kiri,

    hipogastrium atau regio suprapubik, iliaka kanan, iliaka kiri. Maksudnya agar pasien

    dapat menunjukan dengan tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi penjalaran

    rasa nyeri tersebut.2

    Selain pembagian regio terdapat juga beberapa titik dan garis pada dinding abdomen

    yang perlu diketahui yaitu:

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    4/17

    4

    1. Titik Mc BurneyYaitu titik pada dinding perut kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari garis

    yang menghubungkan SIAS dengan umbilikus. Dianggap sebagai lokasi apendiks, dan

    terasa nyeri tekan bila terdapat apendisitis

    2. Garis SchuffnerYaitu garis yang menghubungkan titik arkus kosta kiri dengan umbilicus (dibagi 4) dan

    diteruskan sampai SIAS kanan yang merupakan titik VIII. Garis Schuffner merupakan

    petunjuk untuk pembesaran limpa.3

    Teknik- teknik pemeriksaan abdomen:

    Inspeksiabdomen termasuk:

    - Kulit; kemungkinan temuan jaringan parut, striae, vena- Umbilikus; kemungkinan temuan hernia, inflamasi- Kontur untuk bentuk, kesimetrisan, pembesaran organ, atau adanya massa;

    kemungkinan temuan penonjolan pinggang, penonjolan suprapubik, pembesaran hati,

    atau limpa, tumor

    - Adanya gelombang peristaltik; kemungkinan temuan obstruksi GI-

    Adanya pulsasi; kemungkinan temuan peningkatan aneurisma aorta

    Auskultasiabdomen untuk:

    - Bisisng usus; kemungkinan temuan peningkatan atau penurunan motilitas- Bruit; kemungkinan temuan bruit stenosis arteri renalis- Friction rub; kemungkinan temuan tumor hati, infak limpa

    Perkusi abdomen untuk pola bunyi timpani dan pekak. Kemungkinan temuan asites,

    obstruksi GI, uterus hamil, tumor ovarium.

    Palpasisemua kuadran abdomen:

    - Lakukan dengan tekanan ringan untuk mengetahui adanya nyeri otot, nyeri lepas, dannyeri tekan.

    - Palpasi lebih dalam untuk mengetahui adanya massa atau nyeri tekan.

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    5/17

    5

    Teknik khusus:

    Hepar

    - Perkusi batas tumpul hepar pada garis midklavikular. Kemungkinan temuanhepatomegali.

    - Raba tepi hepar, jika memungkinkan, bersamaan dengan pasien menarik napas.Kemungkinan temuan tepi yang keras menunjukan sirosis.

    - Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa. Kemungkinan temuan nyeri tekan padahepatitis ataugagal jantung kongestif; massa tumor.

    Limpa

    - Perkusi sepanjang kiri bawah dada anterior, perhatikan perubahan dari timpanimenjadi pekak.

    - Periksa adanya tanda perkusi splenikus. Coba untuk meraba limpa dengan posisipasien telentang dan berbaring miring ke kanan dengan tungkai fleksi pada pinggang

    dan lutut.

    Ginjal

    - Coba palpasi masing-masing ginjal. Kemungkinan temuan pembesaran karena kista,kanker hidronefrosis

    - Periksa nyeri tekan sudut kostovertebral. Kemungkinan temuan nyeri tekan padainfeksi ginjal.2,3

    Mengkaji kemungkinan apendisitis:

    Tanyakan di mana nyeri mulai terasa, sekarang terasa di bagian mana, minta pasien

    untuk batuk, di mana terasa sakit. Kemungkinan temuan pada apendisitis klasik, nyeri mulai

    terasa dekat umbilikus terasa di kuandran kanan bawah. Palpasi untuk melokalisasi nyeri

    tekan. Kemungkinan temuan nyeri tekan kuadran kanan bawah. Palpasi untuk kekakuan

    muskular. Kemungkinan temuan kekakuan kuadran kanan bawah.2

    Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. Bila suhu tinggi, mungkin

    sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 10C.

    Pasien apendisitis akut biasanya ditemukan terbaring di ranjang dan memberikanpenampilan umum perasaan tidak sehat. Kemudahan atau kesulitan pada gerakan mencapai

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    6/17

    6

    posisi terlentang bisa menawarkan tanda pertama tentang ada atau tidak adanya iritasi

    peritoneum.Sikapnya di ranjang cenderung tak bergerak, sering dengan tungkai kanan fleksi.

    Inspeksi langsung abdomen biasanya tak jelas serta auskultasi atau perkusi tidak

    sangat bermanfaat dalam pasien apendisitis.Kembung sering terlihat pada penderita dengan

    komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses

    periapendikuler.

    Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai

    nyeri lepas. Defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri

    tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci dgiagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah

    akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda rovsing.4Palpasi ringan

    abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa menilai rigiditas atau defans

    muskular ringan. Tujuan primer palpasi abdomen adalah untuk menentukan apakah pasien

    menderita iritasi perineum atau tidak. Tanda iritasi peritoneum adalah nyeri tekan lokalisata,

    khas dalam kuadran kanan bawah, rigiditas atau defans muskular derajat ataupun nyeri lepas.

    Palpasi abdomen yang lembut kritis dalam membuat keputusan, apakah operasi diindikasikan

    pada pasien yang dicurigai apendisitis, palpasi seharusnya dimulai dalam kuadran kiri bawah,

    yang dilanjutkan ke kuadran kuadran kiri atasm kuadran kanan atas dan diakhiri dengan

    pemeriksaan kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada apendisitis yang lanjut, dapat

    dideteksi suatu massa. Adanya nyeri tekan kuadran kanan bawah dengan spasme otot kuadran

    kanan bawah merupakan indikasi untuk operasi, kecuali ada sejumah petunjuk lain bahwa

    apendisitis mungkin bukan diagnosis primer.

    Pemeriksaan rectum dan pelvis harus dilakukan dalam semua pasien apendisitis. Pada

    apendisitis atipik, nyeri mungkin tidak terlokalisasi dari daerah periumbilicus, tetapi nyeri

    tekan rectum kuadran kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan rectum kuadran

    kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan atau sekret cervix pada wanita muda

    dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa ke arah diagnosis penyakit peradangan

    pelvis.2,3

    Pemeriksaan penunjang

    Tes laboratorium untuk apendisitis akuta bersifat nonspesifik, shingga hasilnya tak

    dapat digunakan untuk menkonfirmasi atau menyangkal diagnosis. Nilai hitung leukosit

    akibat fakta bahwa sekitar 90 persen pasein apendisitis akuta menderita leukositosis lebih dari

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    7/17

    7

    10.000 per mikroliter dan kebanyakan juga mempunyai pergeseran ke kiri dalam hitung jenis.

    Akibatnya mempunyai gambaran leukositosis sedang dengan peningkatan granulosit sesuai

    dengan diagnosis apendisitis akuta.

    Kebanyakan pasien apendisitisi akuta mempunyai kurang dari 30 sel (leukosit atau

    eritrosit) per lapangan pandangan besar dalam pemeriksaan urin. Jumlah yang lebih besar

    menggambarkan kemungkinan masalah urologi primer dan perlunya pemeriksaan traktus

    urinarius yang lebih spesifik.Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya

    dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan

    melakukan barium enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan.4

    Diagnosis banding

    KehamilanektopikKehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,

    tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,

    sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium,

    rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada

    uterus. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.

    Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik

    (lebih besar dari 90 %). Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa.Tempat

    kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri.

    Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau

    rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar misalnya dalam

    cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. Keluhan utama adalah

    nyeri perut, pusing, mengeluarkan darah dari jalan lahir,nafas sesak, tidak bias buang air kecil

    dan buang air besar.5

    Limfadenitis mesenterikaLimfadenitis mesenterika yang biasa didahului oleh enteritis atau gastroenteritis

    ditandai nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar,

    terutama kanan.4

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    8/17

    8

    Diagnosis kerja

    Apendisitis AkutApendisitisadalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan

    merupakan salahsatu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga

    umbai cacing. Apendisitis sering disalahartikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu

    sebenarnya adalah caecum.Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan

    berbagai faktor. Diantaranya hyperplasiajaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing

    ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.7 Diagnosis apendisitis kronik baru dapat

    ditegakkan jika dipenuhi semua syarat: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua

    minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan

    menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis

    menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan

    parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik

    antara 1-5 persen.4

    Etiologi

    Apendisitis disebabkan oleh obstruksi pada luman apendiks oleh hyperplasia limfoid,

    infeksi, stasis feses (fekalith), parasit ataupun kadang oleh neoplasma ataupun benda asing.

    Hiperplasia limfoid berhubungan dengan penyakit crohn, mononukleosis infeksiosa,

    measless, dan infeksi pada traktus digestivus dan respiratorius. Adanya obstruksi ini akan

    meningkatkan tekanan dalam lumen dan terus meningkat karena adanya produksi mukus

    mukosa. kemudian akan terjadi multiplikasi bakteri yang akan menyebabkanterjadinya

    lekositosis dan pembentukan pus.5

    Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperean sebagai factor

    pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang di ajukan sebagai factor

    pencetus di samping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

    dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang di juga dapat menimbulkan apendisitis

    ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytic.4,5

    Epidemiologi

    Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara

    berkembang.Namum dalam tigaempat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    9/17

    9

    bermakna. Hal ini di juga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat dalam

    menu sehari hari

    Apendisitis dapat di temukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu

    tahun jarang di laporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

    menurun. Insidens pada laki- laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur

    20-30 tahun insiden lelaki lebih tinggi.4

    Faktor Risiko

    Apendisitis akut merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan dari

    seluruh kasus abdomen akut. Dapat terjadi pada semua tingkat usia dan paling sering

    menyerang pada usia dekade kedua dan ketiga. Jarang dijumpai pada bayi, mungkin

    disebabkan oleh kemungkinan konfigurasi dari organ itu sendiri yang tidak memungkinkan

    untuk terjadinya obstruksi lumen.5

    Terdapat hubungan antara banyaknya jaringan limfoid pada apendiks dengan kejadian

    kasus apendisitis akut, selain itu Faktor diet dan genetik juga memegang peranan. Di

    Amerika sekitar 7% penduduk menjalani apendektomi dengan insidens 1,1/ 1000 penduduk

    pertahun,sedang di Negara Negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan asia prevalensinya

    lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang

    barat.

    Komplikasi peritonitis dari apenditis akut tertinggi pada anak dan orang tua. Pada

    umumnya insidens pada laki laki sedikit lebih tinggi dibanding wanita. Di Indonesia

    insidens apendisitis akut jarang dilaporkan Ruchiyat dkk. (1983) mendapatkan insidens

    apendisitis akut pada pria 242 sedang pada wanita 218 dari keseluruhan 460 kasus. Di Swedia

    Anderson dkk. (1994) menemukan jumlah kasus pada laki- laki lebih rendah sedangkan John

    dkk (1993) melaporkan 64 wanita dan 47 wanita denga umur rata rata 28 tahun menderita

    apenditis akut dengan menggunakan USG sebagai alat diagnostik.6

    Patofisiologi

    Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia

    folikel, limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.

    Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami

    bendungan. Makin lama, mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    10/17

    10

    mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan

    yang meningkat tersebut menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, dipedesis

    bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai

    oleh nyeri epigastrium.

    Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan

    menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

    Peradangan yang timbul meluas mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri

    di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. 6

    Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang

    diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding

    yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

    Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

    bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat

    apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

    Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding

    apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang

    memudahkan terjadi perforasi. Sedangkan pada orangtua perforasi mudah terjadi karena telah

    ada gangguan pembuluh darah.7

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    11/17

    11

    Gejala Klinis

    Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau

    periumbilikus yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke

    kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat

    juga keluhan anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat

    konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.7

    Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis meskipun jarang dikeluhkan oleh anak-

    anak. Kebanyakan penderita mengeluh adanya riwayat obstipasi sebelum timbulnya nyeri dan

    defekasi dapat mengurangi rasa nyeri abdomen. Kadang kadang dapat terjadi diare pada

    anak-anak.Lokalisasi rasa sakit tergantung pada posisi apendiks, hilangnya nafsu makan dan

    muntahmuntah adalah ciri khas. Secara tipikal dimulai dalam waktu singkat segera setelah

    timbul rasa sakit. Jika penderita mengeluh riwayat muntah sebelum adanya rasa sakit maka

    keadaan itu bukan apendisitis.6

    Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap.

    Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah semakin progresif dan dengan

    pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan

    pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan loksasi nyeri. Nyeri lepas dan

    spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif semakin

    meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.7

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    12/17

    12

    Komplikasi

    Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini

    tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderugan menjadi progresif dan mengalami

    perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk

    dilakukan masa tersebut.

    Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme dinding perut kuadran

    kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,

    malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau

    pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan

    dengan pasti.

    Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk

    menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang: tirah baring dalam posisi

    fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit,

    pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfusi untuk mengatasi anemia, dan

    penanganan syok septik secara intensif bila ada.

    Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang

    cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan

    kombinasi antibiotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan

    ini abses segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada

    abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Tromboflebitis supurativ dari

    sitem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai

    bila ditemukan demam sepsis, mengigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi

    apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.

    Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis

    intrabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.7

    Penatalaksanaan

    Medikamentosa

    Ada 3 prinsip utama pola pemberian antibiotik pada penderita yang di diagnosis dengan

    apendisitis akut, yaitu :

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    13/17

    13

    1. Antibiotik diberikan preoperatif bila diduga telah terjadi perforasi.2. Antibiotik diberikan preoperatif, dan terus dilanjutkan bila dijumpai apendiks

    perforasi atau gangren.

    3. Antibiotik diberikan preoperatif pada semua penderita dengan apendisitis akut dandilanjutkan hingga 3-5 hari.8

    Hasil penelitian menunjukkan obat yang digunakan pada kasus apendisitis akut adalah

    antibiotika, analgetika, terapi cairan, antiulser dan antiemetika. Jenis antibiotika yang

    digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III (sefotaksim dan

    seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol, aminoglikosida (gentamisin),

    penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat KRS antibiotika yang paling

    banyak digunakan adalah siprofloksasin. Jenis analgetika yang digunakan adalah ketorolak

    trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl. Dosis obat yang digunakan semuanya sesuai

    dengan pustaka dengan rute pemberian iv dan per oral pada saat KRS. Efektivitas obat pada

    kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta

    tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada kasus apendisitis akut hanya

    ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.8

    Metronidazol dan tinidazol

    Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Pada biakan E.histolytica

    dengan kadar metronidazol 1-2ug/ml, semua parasit musnah dalam 24 jam. Sampai saat ini

    belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. Tinidazol memperlihatkan

    spektrum antimikroba yang sama dengan metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol

    ialah masa paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal

    perhari, dan efek sampingnnya lebih ringan daripada metronidazol.

    Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam

    setelah pemberian dosis tungal 500 mg per oral diperoleh kadar plama kira-kira 10 ug/ml.

    Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang sensitif, rata-rata diperlukan kadar

    tidak lebih dari 8 ug/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Pada beberapa kasus

    terjadi kegagalan karena rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin disebabkan oleh absorpsi

    yang buruk atau metabolisme yang terlalu cepat. Obat ini diekskresi melalui urin dalam

    bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Urin mungkin berwarna

    cokelat kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang berasal dari obat.

    Metronidazol juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan seminal

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    14/17

    14

    dalam kadar yang rendah. Masa paruh tinidazol 12-24 jam. Kadar plasma setelah 24 jam, 10

    ug/ml.

    Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepoala, mual, mulut kering,

    dan rasa kecap logam. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami. Lidah berselaput,

    glositis dan stomatitis dapat terjadi selama pengobatan dan ini mungkinberkaitan dengan

    moniliasis. Efek samping lain dapat berupa pusing, vertigo, ataksia, parastesia pada

    ekstremiatas, urtikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga kering

    pada mulut, vagina dan vulva.

    Pada pasien dengan riwayat penyakit darah atau dengan gangguan SSP, pemberian

    obat tidak dianjurkan. Bila ditemukan ataksia, kejang, atau gejala susunan saraf pusat yang

    lain, maka pemberian obat harus segera dihentikan. Metronidazol telah diberikan pada

    berbagai tingkat kehamilan tanpa peningkatan kejadian teratogenik, prematuritas dan

    kelainan pada bayi yang dilahirkan. Namun penggunaan pada trimester pertama kehamilan

    tidak dianjurkan.

    Dosis metronidazol perlu disesuaikan pada pengguanaan bersama obat fenobarbital,

    prednison, rifampin karena meningkatkan metabolisme oksidatif metronidazol. Sedangkan

    simetidin dapat menghambat metabolisme metronidazol di hati.

    Metronidazol dan tinidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan

    infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun

    ekstraintestinal.namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian metronidazol

    mengalami penyerapan di usus halus. Pada abses hati, dosis yang digunakan sema besar

    dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba bahkan dengan dosis yang lebih kecil

    telah dapat diperoleh respons yang baik. Juga indikasikan untuk drankuliasis sebagai

    alternatif niridazol untuk giardiasis. Digunakan untuk profilaksis pasca bedah daerah

    abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B.fragilis. juga

    dapat digunakan untukkolitis pseudomembranosa yang disebabkan oleh Clostridium difficile

    tetapi vankomisin meruapakan obat terpilih. Penelitian memperlihatkan metronidazol

    bermanfaat bagi beberapa pasien ulkus peptikum yang terinfeksi Helicobacter pylori.8

    Tramadol

    Adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor u yag lemah, sebagian

    dari analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin. Tramadol sama efektif

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    15/17

    15

    dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau

    kronik lebih lemah. Tramadol mngalami metabolisme di hati dan ekskresi oleh ginjal, dengan

    masa paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol dan 7, 5 jam untuk metabolit aktifnya. Analgesia

    timbul dalam 1 jam setelah pengguanaan secara oral dan mencapai puncaknya dalam 2-3 jam.

    Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg.

    Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit

    kepala. Karena efek inhibisinya sebgaiknya tidak digunakan pada pasien yang menggunakan

    penghambat monoamin-oksidase (MAO).8

    Non Medikamentosa

    Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam

    waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan

    antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi

    diberikan drain diperut kanan bawah.

    a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompresuntuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan

    b.

    Tindakan operatif ; appendiktomi

    c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di

    luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.8

    Tidak ada cara yang dapat mencegah perkembangan lanjut terjadinya apendisitis akut.

    Operasi apendektomi emergensi merupakan satu-satunya tindakan yang harus dilakukan

    untuk dapat mengurangi morbiditas dan mencegah mortalitas penderita. Dalam 24 jam

    pertama timbulnya gejala, dapat terjadi perforasi sebanyak kurang dari 20%, tapi meningkat

    cepat menjadi lebih 70% setelah 48 jam. Pada penderita yang tidak dapat segera dilakukan

    tindakan operasi, penanganannya dilakukan dengan perawatan konservatif, penderita

    diobservasi ketat, istirahat total di tempat tidur, diet makanan yang tidak merangsang

    peristaltik dan pemberian antibiotik broad spektrum. Pasang drain bila terjadi abses.8

    http://nursingbegin.com/kompres-hangat/http://nursingbegin.com/kompres-hangat/
  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    16/17

    16

    Pencegahan

    Sampai saat ini, tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui bagaimana

    mencegah usus buntu. Namun, Anda dapat mengurangi risiko kematian dari usus buntu

    dengan memahami gejala-gejala umum dari kondisi tersebut, untuk mendapatkan pengobatan

    yang tepat sebelum berkembang menjadi serangan yang lebih parah. Ada beberapa tindakan

    pencegahan yang disarankan tetapi tidak ada cara standar untuk mencegah usus buntu dari

    terjadi.

    1. Makanlah makanan kaya serat. Ada korelasi yang tinggi antara usus buntu dan dietserat rendah. Diet serat tinggi dapat lembut dengan sistem pencernaan. Diet serat larut

    terdiri dari buah-buahan dan sayuran biji-bijian, roti gandum, wortel, timun, zucchini,

    dan seledri merupakan diet serat non-larut. Mempertahankan diet yang baik dan

    seimbang juga dapat membantu mencegah usus buntu. Asupan Cairan juga penting

    untuk menjaga tubuh cukup terhidrasi.

    2. Ukuran efektif yang paling baik untuk mencegah usus buntu dari berkembang menjadilebih parah bentuknya akan pengakuan dari tanda-tanda awal umum radang usus

    buntu. Ini mungkin termasuk sakit perut terutama pada kuadran kanan bawah perut,

    terasa dari pusar ke bawah ke sisi kanan bawah perut, dan / atau muntah, kehilangan

    nafsu makan, perut bengkak, demam, sembelit dan mual. Setelah diobati, infeksi

    dapat berlanjut menyebabkan pecahnya usus buntu yang akan memerlukan operasi

    pengangkatan segera. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala ini sebagai cara

    untuk mencegah usus buntu bagi kemajuan di lebih kondisi serius dengan

    mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan.

    3. Ambil suplemen yang akan menjaga daya tahan tubuh yang kuat terhadap infeksi.Beta Carotene vitamin C dan seng dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat koenzim

    A bantu proses tubuh untuk detoksifikasi.5,6

    Prognosis

    Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas

    penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan

    mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di

    angkat. Terminology apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.4,5

  • 5/22/2018 (Skenario 8) Appendicitis

    17/17

    17

    Kesimpulan

    Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat pada

    perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu dan mengeluh sejak 3 hari yang lalu, ulu hati

    terasa sakit disertai mual, keluhan itu tidak berkurang setelah pasien mengkonsumsi obat

    maag. Pasien menderita penyakit apendisitis akut. Apendisitis akut merupakan radang bakteri

    yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor

    apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Keluhan apendisitis

    biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan

    dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang akan

    menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise,

    demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang

    terjadi diare, mual, dan muntah.

    Daftar Pustaka

    1. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti. Bukuajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: EGC; 2007. Hal 303,

    2. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.Jakarta: EGC; 2008. Hal 2, 15.

    3. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan YayasanDiabetes Indonesia; 2004. Hal 73-76

    4. Sjamsuhidayat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. Hal640-645

    5. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (essentials of surgery) bagian 2. Jakarta: EGC; 2004.Hal 3-11

    6. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (sabistons essential surgery)) bagian 1. Jakarta:EGC; 2004. Hal 498

    7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rkhmi, Wardhani Ika Wahyu, SeiowulanWiiwiek. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI;

    2007. Hal 307-310.

    8. Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Arif Azalia, BahryBahroelim, dkk. Frmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008