skabies
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
SKABIES
PENDAHULUAN
Skabies adalah akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei yang
menyebabkan dermatosis dan telah menginfestasi manusia selama 2.500 tahun lamanya.
Spesies Sarcoptes mempunyai sejumlah varietas yang masing-masing bersifat host spesifik.
Penyebab skabies pada manusia adalah varian hominis, sedangkan varian lainnya seperti
varian animalis dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat bertahan lama. Sarcoptes
scabiei atau disebut juga tungau,the itch, gudik, budukan.
Sarcoptes scabiei bisa dilihat dengan mata manusia dengan bantuan mikroskopik.
Waktu yang diperlukan S. scabiei dari telur untuk menjadi dewasa adalah 10-14 hari.
Sarcoptes scabiei jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada S. scabiei
betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup
dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi S. scabiei betina.
Gambaran klinis skabies pada umumnya adalah ditemukan lesi papul, pustul, lesi-lesi
kronik akibat garukan di tempat predileksi infestasi tungau serta lesi-lesi akibat infeksi
sekunder. Berbeda dengan manifestasi klasiknya, pada penderita yang mengalami defek
respon imunitas seluler atau kelemahan mental (mental debilitation), lesi skabies memiliki
bentuk khusus yang dikenal sebagai skabies Norwegian (krustosa).
Gambaran klinis ini sering dikelirukan dengan dermatosis berkrusta seperti psoriasis,
dermatitis seboroik, dermatitis kontak dan berbagi penyebab eritroderma lainnya. Diagnosis
sering tertunda hingga berbulan-bulan dan tidak jarang diketahui setelah adanya orang di
sekitar penderita yang terinfeksi.
Syarat pengobatan yang ideal ialah harus efektif terhadap semua stadium S.scabiei,
tidak menimbulkan iritasi, tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau
mewarnai pakaian, dan mudah diperoleh serta harganya murah. Cara pengobatannya ialah
mengobati penderita dan seluruh keluarga. Adapun jenis obat topikal ialah belerang, emulsi
benzil-benzoat (20-25%), Gama Benzena Heksa Klorida, Krotamiton 10%, Permetrin dengan
kadar 5%.
1
EPIDEMIOLOGI
Skabies endemik di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika
Tengah dan Selatan , Australia Utara, Kepulauan Karibia, Indonesia, dan Asia Tenggara.
Diperkirakan 300 juta orang terkena infestasi skabies per tahunnya.
Prevalensi yang tinggi ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, yang
dimana laki-laki lebih tinggi prevalensinya dibandingkan dengan wanita. Begitu pula orang
dengan sosioekonomi rendah lebih berpeluang besar dibandingkan orang dengan
sosioekonomi tinggi, dan prevalensi yang tinggi juga didapatkan pada orang yang aktif
secara seksual.
ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Sarcoptes scabiei yang menyerang manusia adalah tipe varian hominis.
Selain itu terdapat Sarcoptes scabiei yang lain yaitu varian animal, misalnya pada kambing
dan babi.
Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil yang berbentuk bulat lonjong dan bagian
ventral datar. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau
betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang dari
setengahnya. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki , 2 pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut dan,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat. Sarcoptes scabiei bergerak dengan kecepatan 2,5 cm per
menit dipermukaan kulit.
2
Gambar 1. Sarcoptes scabiei
PATOGENESIS
Gambar 2.Siklus hidup Sarcoptes scabiei varian hominis
3
Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan
kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm- 5 mm per hari.
Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum
granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu
kurang lebih 30 hari dan bertelus sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas
setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk
kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi
dirinya dan mendapatkan makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui
bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa ialah 10-14 hari.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan sensitisasi terhadap ekskresi
sekret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-
lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi krusta, dan infeksi sekunder.
MANIFESTASI KLINIK
Pruritus pada malam hari merupakan gejala skabies yang utama, karena aktivitas
tungau meningkat pada suhu yang lembab dan hangat. Lesi khas skabies adalah papul yang
gatal sepanjang terowongan yang berisi tungau. Lesi umumnya simetrik dengan tempat
predileksi di sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan tangan, umbilikus, skrotum,
penis, aksila, abdomen bagian bawah, bokong, areola mammae dan labia pada wanita,
tetapi sebagian besar dari terowongan ini hilang akibat garukan. Sejauh mana penyakit ini
menginfeksi bergantung pada kebersihan pribadi dan status kekebalan individu yang
terinfeksi, serta durasi dan derajat kutu. Penyakit yang lebih berat biasanya terjadi pada
individu yang kurang memperhatikan perawatan pribadi.
Lesi yang patognomonik untuk skabies adalah terowongan yang hampir tidak terlihat
oleh mata, berupa lesi yang agak meninggi, lurus atau berkelok-kelok dan berwarna keabu-
abuan. Pada ujung terowongan didapatkan vesikel atau pustul terutama pada bayi dan
anak.
4
Gambar 3. Gambaran klasik scabies. (Panel A) Skabies pada jari tangan, (Panel B) Skabies
pada penis laki-laki, (Panel C) Papular scabies pada areola mammae dan nipple pada
payudara wanita, (Panel D) menunjukkan kanalikuli pada kulit, (Panel E) menunjukkan bekas
garukan akibat pruritus pada skabies.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui
pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Kerokan kulit; ini dicapai dengan menempatkan setetes minyak mineral di atas liang dan
kemudian menggoreskan longitudinal menggunakan skapel no 15. Kerokan diletakkan
pada kaca objek, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20X atau
100X dapat dilihat tungau, telur atau skibala.
Gambar 4. Pemeriksaan mikroskopik dengan minyak mineral setelah dilakukan pengerokan
kulit yang didapatkan kutu betina yang hamil dengan telur berbentuk oval, telur warna
keabuan dan terdapat kotoran.
5
2. Pengambil tungau dengan jarum; jarum dimasukan ke dalam bagian yang gelap dan
digerakan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
3. Epidermal shave biopsi; menemukan terowongan atau papul yang dicurigai diantara ibu
jari dan jari telenjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan skapel no 15 yang
dilakukan sejajar dengan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi
pendarahan dan tidak perlu anastesi spesimen diletakan pada gelas objek lalu ditetesi
minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.
4. Kuretasi terowongan (kuret dermal); yaitu kuretasi superfisial mengikuti sumbu panjang
terowongan atau puncak papul kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah
diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.
5. Tes tinta Burrow; papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus
dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis karakteristik,
berbelok-belok, karena tinta yang masuk. Tes ini dapat dilakukan pada anak-anak dan
pasien non-koperatif.
6. Tetrasiklin topikal; larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai dan
dikeringkan selama 5 menit. Setelah itu hapus larutan tersebut dengan isoproplalkohol.
Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui kerusakan stratum korneum dan
terowongan akan tampak pada penyinaran lampu Wood, sebagai garis linear berwarna
kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.
7. Apusan kulit; kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan diatas gelas obyek (enam
buah dari lesi yang sama pada satu gelas obyek) dan diperiksa dengan mikroskop.
8. Biopsi plong; dilakukan pada lesi yang tidak mengalami ekskoriasi dan dikerjakan
dengan potongan serial. Kemudian diperiksa dengan teliti untuk menemukan tungau
atau produknya dalam stratum korneum.
6
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau, telur atau skibala dengan
pemeriksaan mikroskop. Diagnosis skabies perlu dipertimbangkan apabila ditemukan
riwayat gatal, terutama pada malam hari, mungkin juga dapat ditemukan pada anggota
keluarga yang lain, dan terdapat lesi polimorf terutama pada tempat predileksi.
Gambar 5. Scabies Rash. Penonjolan papuler dari kulit, dengan sedikit bergelombang
linear atau pegunungan di mana tungau telah berada dibawah kulit.
Tabel 1. Diagnosis skabies
Anamnesis dan pemeriksaan.
Terdapat terowongan yang khas pada jari yang dilihat dengan kaca
pembesar.
Lesi eksematous, papula berkusta atau papuler pada tangan,
pergelangan tangan, bokong, payudara, penis, skrotum dan lengan.
Pruritus lokal atau generalisata terutama dimalam hari.
Menyerang beberapa orang dalam satu kelompok.
Memberi respon terhadap pengobatan dengan skabisid
Alat diagnostic
Tes tinta untuk melihat terowongan.
Kerokan kulit menggunakan scalpel no 15, diletakan pada kaca objek
dan dilihat dibawah mikroskop.
Bila diperlukan dilakukan biopsy
7
Bentuk-bentuk skabies dan manifestasi klinisnya:
Skabies pada orang bersih, saat penegakan diagnosis biasanya keliru karena ditandai
dengan gejala minimal, dan tungau pada satu orang biasanya lesi susah ditemukan
dan terowongan sangat susah ditemukan dan tungau hilang jika mandi berulang-
ulang.
Skabies nodul : jarang dijumpai, dan gambaran klinisnya adalah nodul berpigmen
yang terasa gatal dan dapat menetap selama berbulan-bulan. Lesi berupa nodus
coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup, terutama pada daerah tertutup
terutama pada genitalia pria, inguinal dan aksila. Penegakan diagnosis dapat melalui
adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi membaik dengan
pengobatan khusus skabies.
Skabies inkognito : seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, memberikan
respon terhadap pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Tetapi pada
beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis menjadi kabur dan
perjalanan penyakit menjadi kronis dan meluas. Diagnosis ditegakan dengan adanya
anggota lain yang terinfeksi.
Skabies pada bayi dan anak. Biasanya datang dengan gejala pruritus, sering
erupsinya generalisata dengan predileksi kepala, wajah, tangan dan kaki. Umumnya
lesi berupa papul, vesikulopustul, dan nodul. Anak-anak sering kali timbul vesikel
yang menyebar dengan gambaran suatu impetigenosa atau infeksi skunder oleh
Staphylhococcus aureus.
Gambar 6: Erupsi generalisata
Crusted scabies atau disebut juga skabies norwegian kebanyakan ditemukan pada
orang dengan sistem imun kompromais (pada orang tua, orang yang terinfeksi
Human Immunodefficiency Virus/HIV). Skabies krustosa biasanya terjadi pada
8
pasien-pasien yang mengalami defek respon imunitas seluler atau penurunan
sensibilitas kutan akibat kelemahan fisik atau mental (Sindroma Down). Penurunan
sensibilitas kutan ini mengakibatkan berkurangnya kesadaran dari hospes untuk
menggaruk, yang merupakan suatu mekanisme pertahanan mekanik terhadap
infestasi tungau, sehingga terjadi multiplikasi tungau dalam jumlah besar di
epidermis dan menimbulkan lesi kulit yang hiperkeratotik.
Gambar 7: Skabies krustosa
Skabies pada penderita HIV/AIDS. Tempat predileksinya wajah, kulit kepala dan
kuku. Tanda khas penyakit skabies yaitu pruritus pada HIV/AIDS tidak dirasakan.
Gambaran klinisnya yang tidak khas dapat membingungkan dengan diagnosis
penyakit keratosis folikularis suatu penyakit dengan lesi papuler yang berskuama
pada area seboroik termasuk badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding skabies adalah hampir semua dermatitis pruritik. Dan karena lesi
skabies berupa eksematus, urtikaria atau nodula, maka diagnosis bandingnya adalah
dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, impitigo, dan gigitan serangga.
Dermatitis atopik. Dermatitis atopik, adalah penyakit keganasan inflamasi kulit yang
diakibatkan oleh beberapa faktor pencetus, di antaranya genetik, kelemahan gen akibat
rusaknya proteksi kulit, rusaknya sistem imun sejak lahir dan tingginya respon imun
terhadap alergan dan antigen mikroba. Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat stigma
atopi (asma brokial, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, dermatitis atopik). Gejala klinik yang
utama pada penderita adalah pruritus akibatnya terjadi kelainan kuit yang lain misalnya
papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi dan
krusta. Pada kulit penderia jika digores tidak akan terjadi flare yang terjadi pada orang
9
normal. Predileksi pada bayi : muka, scalp, leher, lengan dan tungkai. Predileksi pada anak
lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki. Predileksi pada dewasa : muka
leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut punggung tangan.
Dermatitis kontak alergi. Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (IV) lebih
dari 3700 bahan kimia eksogen yang dapt memacu penyakit ini. Gejala kliniknya penderita
merasa gatal. Fase akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti
edema, papulo vesikel, vesikel atau bula yanga dapat pecah. Fase kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Predileksinya
sesuai daerah yang kontak dengan bahan alergan tersebut seperti; tangan, lengan, wajah,
telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai.
Impetigo diakibatkan oleh Streptococcus B hemolyticus atau Staphylococcus aureus
dengan gejala khas di kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah pada infeksi
Streptococcus B hemolyticus yang predileksinya di muka (sekitar hidung dan mulut) pada
infeksi Staphylococcus aureus gelaja klinik berupa eritema, bula dan bula hipopion yang
dapat pecah dan dasarnya masih eritematosa yang predileksinya diketiak, dada, dan
punggung.
Gigitan serangga. Ada beberapa kelas serangga yang sering menyebabkan keluhan
pada pasien yaitu : Anoplura, Diptera, Cleoptera, Hemiptera, Siphonaptera, Hymenoptera,
dan Lepidoptera. Gigitan kutu serangga menghasilkan iritasi minimal pada individu, biasanya
mengakibatkan papul-papul yang lurus atau urtikaria papul yang berkerumun, sering
ditemukan pada tungkai bawah. Anak-anak sangat peka terhadap gigitan serangga ini, ludah
serangga ini mampu menyebabkan papul urtikaria, dengan ciri papul yang mudah pecah
atau papul yang sangat gatal dapat terjadi pada daerah kulit yang luka. Reaksi gigitan
serangga dapat menyebabkan bullosa pada pasien yang hipersensitivitas tinggi. Pada daerah
tropis ada spesis kutu serangga yang disebut Tunga penetrans yang merupakan agen
etiologi tungiasis, sebuah kutu serangga yang dapat masuk ke dalam kulit manusia untuk
meletakkan telur. Lesi terjadi hampir secara eksklusif pada kaki, biasanya di permukaan kaki
atau disela kaki. Spesis ini dapat mengakibatkan rasa sakit, pruritus, infeksi bakteri sekunder
dan kadang-kadang nekrosis dari jari kaki.
10
PENATALAKSANAAN
Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan pemilihan terutama bergantung
pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang penderita menggunakan obat yang lebih lama
dari waktu yang dianjurkan, sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk
diresepkan akan dapat mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan,
yang pada akhirnya disalah artikan sebagai kegagalan terapi. Semua pasien dan kontak fisik
dekat mereka harus ditangani pada saat yang sama, tanpa memperhatikan apakah ada
gejala. Syarat obat yang ideal ialah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Terapi topikal untuk scabies akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Krim Permetrin ( Scabimite® ) yaitu suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang
efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang
berlebihan sekalipun. Krim permetrin diserap minimal dan dimetabolisasi dengan
cepat. Cara pemakaiannya dengan dioleskan dan dibiarkan selama satu malam. Bila
diperlukan pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian. Belum ada laporan
terjadinya resistensi yang signifikan. Permetrin sebaiknya tidak digunakan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil dan menyusui. Efek samping
yang sering timbul adalah rasa terbakar dan yang jarang adalah dermatitis kontak,
dengan derajat ringan sampai sedang.
2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida) dalam beberapa studi memperlihatkan
keefektifan yang sama permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul
dibanding permetrin. Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan
selama 8 jam. Sama seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1
minggu setelah terapi pertama. Efek sampingnya adalah toksik pada sistem saraf
pusat. Sejak 1 januari 2002, negara bagian California telah meninggalkan pemakaian
11
lindane. Lindane sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak kecil, wanita hamil atau
menyusui, penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya.
Belum ada laporan mengenai toleransi yang signifikan terhadap lindane.
3. Sulfur, biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat ( 6%) dalam petrolatum. Sulfur
dipakai saat malam selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam
setelah pemakaian terakhir. Kekurangannya sulfur berbau, meninggalkan noda dan
berminyak, namun relative aman, efektif dan tepat untuk bayi berumur kurang dari 2
bulan dan selama kehamilan atau menyusui.
4. Benzil benzoate 25% adalah skabisid yang efektif, namun tidak dijual bebas di
Amerika Serikat. Benzil benzoate memiliki keefektifan yang sama dengan lindane.
5. Krim Krotamiton ( Eurax ®) dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.
Kualitas krim ini dibawah permetrin, dan efektivitasnya setara dengan benzyl
benzoate atau sulfur.
Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita Aquired
Immunodefeciency Syndrome (AIDS). Ivermektin adalah suatu antiparasit yang disahkan
oleh Food Drug Administration (FDA) untuk onchocerciasis dan strongilodiasis.
Ivermectin oral dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, tetapi biaya yang lebih
tinggi di beberapa negara mendukung pertimbangan terapi awal dengan agen topical.
Ivermectin harus rutin diterapi bagi pasien yang tidak memiliki respons terhadap skabisid
topikal, dan mungkin merupakan pilihan pertama bagi orang tua, pasien dengan eksim
umum, dan pasien lainnya yang mungkin tidak dapat menoleransi atau sesuai dengan terapi
topical. Ivermectin 200 μg/kg adalah dosis tunggal oral, dapat diulang dalam 10-14 hari.
Ivermectin oral merupakan cara efektif dan aman penurunan beban penyakit di kalangan
populasi tertutup di mana risiko lintas sangat tinggi infection.
KOMPLIKASI
Impetiginisasi sekunder adalah komplikasi yang sifatnya umum dan biasanya tangani
dengan baik oleh pengobatan topikal atau antibiotik oral, tergantung sejauh mana pioderma
terjadi. Limfangitis dan septikemia dapat berkembang, khususnya di skabies yang berkrusta.
Glomerulonefritis pasca streptokokus bisa terjadi dari skabies yang diinduksi pyodermas
disebabkan oleh streptokokus pyogenes.
12
PROGNOSIS
Skabies adalah penyakit yang dapat diobati. Setelah pengobatan yang efektif, gejala
pruritus dan lesi kulit biasanya hilang dalam waktu 1-3 minggu kecuali kutu kembali. Skabies
nodul, vesikulopustular lesi di telapak tangan dan kaki, dan kadang-kadang papular berulang
yang terjadi letusan pada anggota badan, dapat bertahan selama beberapa bulan dan
menjadi penyebab pruritus yang berkelanjutan dan menjadi perhatian orangtua.
Pengobatan dengan steroid topikal yang ampuh mungkin akan bermanfaat untuk
mengatasi pruritus. Pasien dengan akropustulosis skabies berikut harus dipantau dengan
hati-hati untuk menyingkirkan kemungkinan terus-menerus atau infeksi kutu berulang.
Dalam kasus-kasus pengobatan yang gagal atau scabies yang kambuh, yang harus
diperhatikan terhadap kemungkinan sisa liang di bawah kuku atau di kulit kepala. Kulit
kepala kadang-kadang berkutu bahkan pada orang dewasa. Penghindaran kontak, seperti
kakek-nenek, atau babysitter mitra seksual, adalah sumber umum kembali kutu.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini
dapat diberantas dapat diberantas dan memberikan prognosis baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Skabies. Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta: FK UI; 2007. p. 122-5.
2. Soedarto M. Skabies. Daili FS, Makes BIW, Zubeir F, Judanarso J, editors. Infeksi
Menular Seksual edisi Ketiga. Jakarta Pusat: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. p. 193-99.
3. Steen JS, Schwartz AR. Arthropod Bites and Stings : Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS,
Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine Seventin Edition. United States: Mc Graw Hill Medicall; 2008.p. 2059-63.
14