lapsus skabies kundur

43
BAB I PENDAHULUAN Pengetahuan dasar tentang penyakit skabies diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II 1 . Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya 1 . Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita skabies. Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang seluruh ras dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan. Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi skabies meningkat di United Kingdom, dan skabies lebih sering terjadi di daerah perkotaan, pada anak-anak dan wanita, dan pada musim dingin dibandingkan saat musim panas. Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara-negara berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yang buruk, dapat meningkatkan penyebaran skabies 2 . 1

Upload: vera-irawanda

Post on 23-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Pengetahuan dasar tentang penyakit skabies diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II 1.Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya 1.Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita skabies. Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang seluruh ras dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan. Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi skabies meningkat di United Kingdom, dan skabies lebih sering terjadi di daerah perkotaan, pada anak-anak dan wanita, dan pada musim dingin dibandingkan saat musim panas. Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara-negara berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yang buruk, dapat meningkatkan penyebaran skabies 2.Skabies ditularkan melalui kontak langsung kulit dengan kulit maupun dengan kontak tidak langsung melalui benda-benda yang dipakai bersama, misalnya handuk, pakaian, sprei, dan sarung bantal. Semakin banyak jumlah parasit dalam satu individu, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penularan dalam lingkungan yang sama. Terdapat berbagai gambaran klinis skabies yang berbeda pada berbagai individu. Gambaran ini dapat menyulitkan diagnosis sehingga menyebabkan terapi yang tidak tepat. Apabila beberapa anggota keluarga mengeluhkan erupsi kulit yang gatal, skabies harus dipikirkan sebagai salah satu diagnosis 2.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefinisiSkabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya 1.

2.2.EtiologiPenyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabieidan Sarcoptes scabiei varian hominis 3. Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis 1.Kutu ini khusus menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit manusia.Selain itu terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis. Sarcoptes scabiei varian animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu, kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang, dan monyet. Sarcoptes scabiei varian hewan ini dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut diatas, misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara, gatal kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi, besar dan lama serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang bersih.2Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, bewarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, betina berkisar 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut 1.

Gambar 2.1 Tungau skabies 4.

Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara cepat saat kontak kulit dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan kecepatan 2,5 cm 1 inch per menit pada permukaan kulit. Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal untuk dapat terjangkit penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak dengan penderita, maka terjadi peningkatan resiko tertular penyakit skabies 5.Yang menjadi penyebab utama gejala gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes scabiei betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit di mana ia meletakkan telurnya.2 Untuk lebih memahaminya, berikut siklus hidup tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari tetapi ada juga yang menyebutkan selama 8-17 hari 1. Studi lain menunjukkan bahwa lamanya siklus hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau betina bisa sampai 30 hari 5. Berikut dipaparkan gambar siklus hidup skabies.

Gambar 2.2. Siklus hidup tungau skabies 6.

Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih dari 30 hari 5. Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu kamar (210C dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes selama 24-36 jam 7. Sarcoptes scabiei varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-bagian tubuh mana yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab, seperti di lipatan-lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar pusar, dan penis. Pada bayi-bayi karena seluruh kulitnya tipis, telapak tangan, dan kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat diserang 4. Tungau biasanya memakan jaringan dan kelenjar limfe yang disekresi dibawah kulit. Selama makan, mereka menggali terowongan pada stratum korneum dengan arah horizontal 5. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya yang betina dewasa secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia. Lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-length (misalnya pentanoic dan lauric) dan tak jenuh (misalnya oleic dan linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia dan beberapa mamalia dapat mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi terowongan tungau di tubuh. Bila telah terbentuk terowongan maka tungau dapat meletakkan telur setiap hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur maupun kotoran pada terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim pencernaan pada kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan respons imun terhadap tungau skabies 7.

2.3.PatogenesisSarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem, papul atau vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai perasan gatal 3.Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruritus. Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit. Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtikaria, nodul atau papul, dan ini dapat berhubungan dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast.5Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat pula terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri 3. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder 1.

2.4.Beberapa Bentuk SkabiesTerkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-macam. Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies antara lain :1. Skabies NodulaBentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk hipersensitivitas terhadap tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis laki-laki, inguinal dan ketiak yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan dengan limfoma kulit diperlukan biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi membaik denngan pengobatan khusus untuk skabies 7.

1. Skabies IncognitoSeperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga memberi respons terhadap pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan kasus, skabies menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah ditegakkan. Tetapi pada beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis menjadi kabur, dan perjalanan penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit dibedakan dengan bentuk ekzema generalisata. Penderita ini tetap infeksius, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya anggota keluarga lainnya 3,7.

1. Skabies pada BayiSkabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema generalisata. Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan gambaran suatu impetigo atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus yang menyulitkan penemuan terowongan7.

Gambar 2.3. Skabies pada bayi (regio pedis) 8.

1. Skabies NorwegiaSkabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau. Istilah skabies Norwegia merujuk pada Negara yang pertama mendeskripsikan kelainan ini yang kemudian diganti dengan istilah skabies berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Penyakit ini dikaitkan dengan penderita yang memiliki defek imunologis misalnya usia tua, debilitas, disabilitas pertumbuhan, contohnya seperti sindrom Down, juga pada penderita yang mendapat terapi imunosupresan. Tidak seperti skabies pada umumnya, penyakit ini dapat menular melalui kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal ini disebabkan jumlah tungau yang sangat banyak atau karena galur tungau yang berbeda. Studi lain menunjukkan pula bahwa transmisi tidak langsung seperti lewat handuk dan pakaian paling sering menyebabkan skabies berkrusta. Terapi yang dapat diberikan selain skabisid adalah terapi suportif dan antibiotik 7.

1. Skabies Pada Penderita HIV/AIDSGejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu tidak mengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan penderita yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada masih sedikit, tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS biasanya menderita bentuk skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu, skabies pada penderita AIDS biasanya juga menyerang wajah, kulit, dan kuku dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita status imunologi yang normal 7. Gambaran klinis yang tidak khas ini kadang membingungkan dengan diagnosis penyakit Darier White atau keratosis folikularis, yaitu suatu penyakit dengan lesi popular yang berskuama pada area seboroik termasuk badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies juga harus dipikirkan sebagai diagnosis banding penderita AIDS dengan lesi psoriasiform, yang terkadang didiagnosis sebagai ekzema. Pada penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus merupakan tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita AIDS, pruritus tidak terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun yang berkurang dan kondisi berhubungan dengan konversi penyakit menjadi bentuk lesi berkrusta 7.Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat menular. Beberapa kasus penularan nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan pernah dilaporkan. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan dengan bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S. aureus, dan Streptococcus grup A, Streptococcus grup lain bakteri gram negatif seperti Enterobacter cloacae dan Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli menyarankan pemberian antibiotika profilaksis pada penderita AIDS dengan skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain menganjurkan tindakan yang tepat ada dengan pengawasan ketat 7. Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu yang lebih lama. Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu dengan dosis seminggu sekali berhasil dengan baik, seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali dengan interval 48 atau 72 jam. Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa kasus. Selain itu, secara bersamaan dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti asam salisilat 6%. Akibat tebalnya krusta, penetrasi topikal skabisid pada penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu, jumlah tungau yang banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga dianjurkan untuk penggunaan terapi skabisid orang yaitu ivermektin 7.

2.5.Gejala KlinisAda 4 tanda kardinal, yaitu: 1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas 1. Pada awalnya gatal terbatas hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh. Pada infeksi inisial, gatal timbul setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang menimbulkan rasa gatal hanya dalam waktu beberapa jam 7.1. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut 1. 1. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain) 1. Berikut dipaparkan gambaran kelainan kulit pada skabies.

Gambar 2.4. Skabies pada sela jari 9.Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki 1.Berikut dipaparkan gambaran tempat predileksi skabies.

Gambar 2.5. Tempat predileksi skabies 10.1. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran mikroskopik tungau skabies 1.

2.6.Penegakan DiagnosisDiagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain 7:1. Kerokan kulitKerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau, telur atau fecal pellet.1. Mengambil tungau dengan jarumJarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.1. Epidermal shave biopsyMenemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15 dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.1. Kuretase terowonganKuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.1. Tes tinta BurowiPapul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita yang non-kooperatif.1. Tetrasiklin topikalLarutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.1. Apusan kulitKulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.1. Biopsi plong (punch biopsy)Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan punch biopsy, tetapi biopsy mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah dermoskopi. Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif. Pembesaran gambar menunjukkan struktur triangular kecil berwarna gelap yang berhubungan dengan bagian anterior tungau yang berpigmen, dan suatu segmen linier haus di belakang segitiga yang mengandung gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini menyerupai jet with contrail dan dianggap sebagai bentuk terowongan beserta telur dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa penggunaan polymerase chain reaction (PCR) untuk membuktikan adanya skabies pada penderita yang secara klinis menunjukkan eczema atipikal. Skuama epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei sebelum terapi dan menjadi negatif 2 minggu setelah terapi 7.

2.7.TerapiTerapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan terapi dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan peningkatan keparahan gejala. Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan juga dilakukan bagi keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena skabies yang tidak terobati biasanya memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian pyoderma oleh Streptococcus pyogenes Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan pemilihannya tergantung pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang penderita menggunakan obat lebih lama dari waktu yang dianjurkan, sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada akhirnya disalahartikan sebagai kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di seluruh tubuh kecuali wajah. Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah periode waktu yang dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan handuk dicuci menggunakan air panas. Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan perorangan 7. Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah diobati secara adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh anggota keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual. Para ahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih tinggi 7. Terapi topikal untuk skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut 1,10:1. Sulfur presipitatum 2-5% dalam bentuk salep atau krim. Obat ini efektif jika dicampur dengan asam salisilat 2%. Dioleskan di seluruh tubuh sesudah mandi dan dipakai 3-4 hari berturut-turut.1. Emulsi benzil benzoat 20-25% selama 24 jam.1. Gama benzen heksaklorida (gameksan) 0,5 1% dalam salep atau krim dioleskan selama 24 jam.1. Krotamiton 10% dalam bentuk salep atau krim dipakai selama 24 jam.1. Krim permetrin 5% dapat memberikan hasil yang baik.2.8. PrognosisDengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia 1,3.

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1. IdentifikasiNama:FbrJenis kelamin:Laki -LakiUmur:3 tahunAlamat:Komp. RSK Rivai AbdullahTanggal kunjungan / jam:21 April 2014 / 09.30 WIB

3.2.AnamnesisKeluhan utama : Terdapat bintil merah pada daerah sela-sela jari 4 dan 5 yang terasa gatal sejak 1 minggu yang lalu.

Keluhan tambahan :Gatal-gatal bertambah sering pada malam hari.

Riwayat Perjalanan Penyakit :Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, penderita mengeluh terdapat bintil merah yang disertai gatal pada tangan kanan. Bintil merah pada tangan tangan tersebut mulanya berisi cairan,kemudian karena rasa gatal yang terus menerus tersebut mengakibatkan penderita sering menggaruk bintil tersebut sehingga pecah. Rasa gatal yang dirasakan oleh penderita dirasakan terus menerus dan bertambah sering pada malam hari. Pasien belum pernah berobat untuk mengatasi keluhannya.

Riwayat penyakit dahulu :Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh penderita.Penderita tidak memiliki alergi terhadap makanan. Riwayat atopi disangkal.

Riwayat penyakit dalam keluarga :Keluhan serupa tidak dialami oleh anggota keluarga yang lainnya. Riwayat atopi disangkal.

Riwayat penyakit dalam lingkungan :Penderita mengatakan banyak tetangga di sekitar rumahnya menderita keluhan gatal yang sama. Riwayat Hyegine :Penderita mandi secara rutin 2 kali dalam sehari. Tidak menggunakan handuk dan sabun bergantian dengan anggota keluarga yang lainnya.

3.3.Pemeriksaan FisikKeadaan UmumTanda Vital Kesadaran:kompos mentis Nadi :105 x/menit Suhu:36,80C Pernapasan:23 x/menit

Status Generalisataa. Kepala Wajah : normochepali Mata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-) Hidung : sekret (-)/(-) Telinga : sekret (-)/(-)

b. Leher JVP 5-2 cmH2O Pembesaran tiroid (-) Pembesaran KGB (-)

c. Thorax PulmoInspeksi :simetris, interkosta tidak melebar, retraksi tidak adaPalpasi : vokal fremitus dextra = sinistraPerkusi : sonor pada semua lapang paruAuskultasi:vesikuler (+)/(+) normal, wheezing (-)/(-), ronki (-)/(-)

Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampakPalpasi : teraba iktus kordis pada ICS IV linea aksilaris anterior sinistraPerkusi : batas atas : ICS II linea mid klavicularis sinistra batas kanan:ICS IV linea parasternalis dextra batas kiri :ICS IV-V linea aksilaris anterior sinistraAuskultasi:S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-)

d. Abdomen Inspeksi : datar, lemas Palpasi : teraba massa (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar lien tidak teraba Perkusi : timpani Auskultasi : BU (+) normal

e. Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitas Inferior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitasf. Kulit: lihat status dermatologikus

Status Dermatologis :1. Regio palmar sinistra interdigiti 4 dan 5, terdapat papul eritem multipel ukuran miliar, sebagian tampak erosi.

terdapat papul eritem multipel ukuran miliar, sebagian tampak erosi.3.4.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Penunjang DermatologisAnjuran pemeriksaan : Burrow Test- Uji tetrasiklinTetrasiklin dioleskan pada kanalikuli yang dicurigai, kemudian dibersihhkan dan diperiksan dengan lampu Wood, dinyatakan positif (+) jika floresensi kuning keemasan pada kanalikuli.

-Burrow Ink TestPapul diusap dengan tinta, sampai seluruh papul tertutup, kemudian dengan cepat dibersihkan dengan alkohol, dinyatakan positif bila jejak tinta masuk ke dalam kanalikuli dengan membentuk garis yang karakteristik, gelap, dan berkelok-kelok.

b. Pemeriksaan Laboratorium DermatologisAnjuran pemeriksaan:- Kerokan kulit dengan KOHPapul yang baru dibentuk dan utuh ditetesi dengan KOH, kemudian dikerok dengan scalpel steril. Hasil kerokan diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan lensa mantap, lalu diperiksa di bawah mikroskop.Dinyatakan positif (+) jika ditemukan Sarcoptes scabiei dewasa, larva, telur atau skibala dalam kerokan.

-Epidermal shave biopsyPapul yang dicurigai diiris dengan scalpel No. 15 sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga perdarahan tidak terjadi dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek, ditetesi dengan KOH, dan diperiksa di bawah mikroskop.

3.5.Resume Fbr, seorang anak laki-laki usia 3 tahun, sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu,mengeluh terdapat bintil merah yang disertai gatal pada sela jari 4 dan 5 tangan kiri. Bintil merah pada tangan tersebut mulanya berisi cairan,kemudian karena rasa gatal yang terus menerus tersebut mengakibatkan penderita sering menggaruk bintil tersebut sehingga pecah. Rasa gatal yang dirasakan oleh penderita dirasakan terus menerus dan bertambah sering pada malam hari. Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh penderita.Penderita tidak memiliki alergi terhadap makanan. Tidak ada anggota keluarga penderita yang memiliki alergi makanan. Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa, tetapi penderita mengatakan banyak tetangga di sekitar rumahnya menderita keluhan gatal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Untuk pemeriksaan dermatologis didapatkan pada sela jari 4 dan 5 tangan kiri terdapat papul eritem multipel ukuran miliar, sebagian tampak erosi. Pada hasil pemeriksaan wood lamp didapatkan floresensi kuning keemasan pada kanalikuli.

3.6. Diagnosis Banding1. Skabies2. Dermatitis Atopik3. Prurigo Hebra

3.7.Diagnosis KerjaSkabies

3.8.Penatalaksanaana. Umum1. Menjelaskan kepada penderita (ibunya) bahwa penyakit ini sangat menular sehingga harus meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan serta pengobatan harus dilakukan kepada semua anggota keluarga.2.Menjelaskan kepada penderita untuk mencegah infeksi agar penderita mengurangi garukan pada lesi sehingga tidak terjadi luka dan menyebar ke daerah tubuh yang lain. Dan menyarankan kepada ibu penderita agar kuku anaknya sering dipotong agar tidak sampai panjang, sehingga mengurangi risiko luka akibat garukan.3.Menjelaskan kepada penderita untuk mencuci semua pakaian, handuk, dan semua peralatan tidur, seperti seprei dengan air panas serta dijemur dibawah sinar matahari.5.Menyarankan kepada penderita untuk tidak menggunakan sabun, pakaian maupun handuk bersama diantara semua anggota keluarga.

b. Khusus1.TopikalKrim permetrin 5% untuk satu kali pemakaian, dioleskan tebal terutama pada lesi 8 10 jam pada malam hari sebelum tidur kemudian dicuci keesokan harinya. Bila belum terdapat perbaikan diulangi setelah 1 minggu pengobatan1.

2.Sistemik-antihistamin : clorfeniramin maleat 3 x 1 mg

3.9.Prognosisa. quo ad vitam: bonamb.quo ad functionam: bonamc.quo ad sanationam: dubia ad bonamd.quo ad cosmetica: dubia ad bonam

BAB IVPEMBAHASAN

Tabel 4.1. Anamnesis secara teori dan kasus.Anamnesis

Teori1,10Kasus

Banyak menyerang anak-anak, walaupun orang dewasa dapat pula terkena.

Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

Mengeluh gatal, terutama pada malam hari.

Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya sebuah keluarga terkena infeksi. Begitu pula sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.

Adanya kanalikuli pada tempat predileksi berupa papul atau vesikel.

Tempat predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areolar mammae, umbilikus, bokong, genetalia eksterna, dan perut bagian bawah. Anak -anak

Laki - laki

Mengeluh gatal, terutama pada malam hari

Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh penderita. Penderita mengaku tetangga dekatnya banyak menderita keluhan yang sama.

Lesi terdapat di sela jari 4 dan 5 tangan kiri

Berdasarkan kedua data tersebut, maka mengarah ke skabies. Kemudian dilakukan pengkajian lebih lanjut berdasarkan status dermatologis.

Tabel 4.2. Status dermatologis berdasarkan teori dan kasus.Status Dermatologis

Teori 1,10Kasus

Lokalisasi: sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar pusat, paha bagian dalam, genetalia pria, dan bokong. Pada bayi: kepala, telapak tangan, dan kaki.

Efloresensi : papula dan vesikel miliar sampai lentikular disertai ekskoriasi. Jika terjadi infeksi sekunder tampak pustula lentikular. Lesi yang khas adalah kanalikulus miliar, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, bewarna putih abu-abu. Di sela jari 4 dan 5 tangan kiri terdapat papul eritem ukuran miliar, sebagian tampak erosi.

Pada status dermatologis diatas sesuai dengan teori yang ada, bahkan telah mengarah kepada skabies sehingga diagnosis pada pasien ini menjadi lebih kuat.

Tabel 4.3. Diagnosis Banding.Diagnosis Banding

TeoriSkabies 1,10Dermatitis Atopik11Prurigo Hebra12

DefinisiPenyakit kulit akibat infeksi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei jenis manusia dan produknya pada tubuhDermatis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluargaReaksi kulit yang bersifat kronik residif dengan efloresensi beragam.

Anamnesis Banyak menyerang anak-anak, walaupun orang dewasa dapat pula terkena. Frekuensi yang sama pada pria dan wanita. Higiene yang buruk. Mengeluh gatal, terutama pada malam hari. Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya sebuah keluarga terkena infeksi. Semua usia bisa terkena wanita adalah 1,3 kali lipat dibanding pada laki-laki Mengeluh rasa gatal sepanjang sehingga hari, umumnya lebih hebat pada malam hari akibatnya penderita menggaruk sehingga timbul berbagai macam kelainan kulit. Menyerang anak-anak sampai dewasa muda. Pencetus: infeksi kronik dan keganasan, serta kekurangan makan protein dan kalori Higiene kurang, dan ditemukan faktor keturunan, serta hormonal berperan menimbulkan penyakit. Mengeluh didahului gigitan serangga kemudian timbul bentol dengan rasa gatal dan digaruk. Karena gatal yang kronik sampai kulit menjadi hitam dan menebal.

EtiologiSarcoptes scabieiTidak diketahui pasti, faktor genetik merupakan dasar pertamaBelum jelas, diduga pengaruh luar seperti gigitan serangga, sinar matahari, udara dingin, dan infeksi kronik

Tempat Predileksisela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areolar mammae, umbilikus, bokong, genetalia eksterna, dan perut bagian bawah.Dapa mengenai semua bagian tubuh, pada dewasa umumnya mengenai tangan dan pergelangan tanagan, dapat ditemukan pula setempat. Kadang erupsi meluas. Prurigo mitis: ekstensor ekstremitas, dahi, dan abdomen

Prurigo feroks: lebih luas sampai belakang telinga, dan sekitar pusar.

Efloresensipapul dan vesikel miliar sampai lentikular disertai ekskoriasi. Jika terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentikular. Lesi yang khas adalah kanalikuli miliar, tampak berasal dari salah satu papul atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, bewarna putih abu-abu.Pada umumnya, kelainan dimulai dengan eritema, papula-papula, vesikel sampai erosi dan likenifikasi.Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama.Sering terjadi erosi dan ekskoriasi karena garukan. Lambat laun jadi hiperpigmentasi Prurigo mitis: papul bewarna merah (urtikaria papular), selanjutnya papula menjadi runcing dan timbul vesikel, ekskoriasi, dan likenifikasi, bersifat multiformis.

Prurio feroks: papul lebih besar, keras menonjol di atas kulit, hiperpigmentasi, dan likenifikasi tampak lebih luas dan menonjol.

Berdasarkan diagnosis banding, maka pada pasien ini menunjukkan skabies.

Tabel 4.4. Penatalaksanaan berdasarkan teori dan kasus.Penatalaksanaan

Teori 1,10Kasus

Umum a. Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkunganb. Menghindari orang-orang yang terkenac. Mencuci/menjemur alat-alat tidurd. Jangan memakai pakaian/handuk bersama. Khusus e. Sulfur presipitatum 2-5% dalam bentuk salep atau krim. Obat ini efektif jika dicampur dengan asam salisilat 2%. Dioleskan di seluruh tubuh sesudah mandi dan dipakai 3-4 hari berturut-turut.f. Emulsi benzil benzoat 20-25% selama 24 jam.g. Gama benzen heksaklorida (gameksan) 0,5 1% dalam salep atau krim dioleskan selama 24 jam.h. Krotamiton 10% dalam bentuk salep atau krim dipakai selama 24 jami. Krim permetrin 5% dapat memberikan hasil yang baik. Umum 1. Menjelaskan kepada penderita bahwa penyakit ini sangat menular sehingga harus meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan serta pengobatan harus dilakukan kepada semua anggota keluarga.2.Menjelaskan kepada penderita untuk mencegah agar penderita mengurangi garukan pada lesi sehingga tidak terjadi luka dan menyebar ke daerah tubuh yang lain.3.Menjelaskan kepada penderita untuk mencuci semua pakaian, handuk, dan semua peralatan tidur, seperti seprei dengan air panas serta dijemur di bawah sinar matahari. 4.Menyarankan kepada penderita untuk tidak menggunakan pakaian maupun handuk bersama diantara semua anggota keluarga.

Khusus1. TopikalKrim permetrin 5% untuk satu kali pemakaian, dioleskan tebal terutama pada lesi selama 8 10 jam pada malam hari sebelum tidur kemudian dicuci keesokan harinya. Bila belum terdapat perbaikan diulangi setelah 1 minggu pengobatan 1.

2.Sistemik-antihistamin : CTM 3 x 1 mg tab

Pengobatan untuk skabies pada kasus ini diberikan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal karena dengan garukan akan memperberat lesi. Pengobatan topikal untuk mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan sekitarnya dalam keadaan fisiologis stabil secepatnya.Prognosis pada pasien ini bonam. Prognosis akan baik selama pengobatan sesuai dan teratur dengan anjuran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. 2011. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 122-125.2. Stone SP, Goldfarb JN, Bacalieri RF. 2008. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, (ed.). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. Mc-Graw Hill, New York, United States of America, p. 2029-2032.3. Makatutu H. 1990. Penyakit Kulit oleh Parasit dan Insekta. Dalam: Harahap M. Penyakit Kulit. Gramedia, Jakarta, Indonesia, hal. 100-104.4. Kettle DS. 1995. Scabies. Medical and Veterinary Entomology, CAB International, Wallingford, (http://medent.usyd.edu.au/fact/scabies.html/, diunduh 16 November 2012, 23:55).5. Beggs J, et al. 2005. Scabies Prevention and Control Manual. Michigan Department of Community Health, United States of America, pp. 4-6, 10.6. Centers for Disease Control & Prevention. 2009. Parasites and Health: Scabies. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern, Atlanta, United States of America, (http:// http://www.dpd.cdc.gov/, diunduh 16 November 2012, 23:55).7. Murtiastutik D. 2005. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual: Skabies. Edisi 1. Airlangga University Press, Surabaya, Indonesia, hal. 202-208.8. American Academy of Dermatology. 2012. Scabies: Sign and Symptoms. Washington DC, United States of America, (http://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/scabies/signs-symptoms/, diunduh 16 November 2012, 23:00).9. Hardin. 2010. Scabies. Hardin Library for the Health Sciences, University of Iowa, United States of America, (http://hardinmd.lib.uiowa.edu/cdc/, diunduh 16 November 2012, 23:00).10. Siregar RS. 2004. Penyakit Kulit Karena Parasit dan Insekta: Skabies. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 164-167.11. _______________. Dermatitis Atopik. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia, hal 115-117.12. _______________. Penyakit Kulit Alergi: Prurigo Hebra. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia, hal 133-135.25