situasi ketahanan pangan dan gizi kota tangerang … · deskriptif menggunakan indikator –...

76
i SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM TAHUN 2011 ANDRA VIDYARINI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vuonganh

Post on 15-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

i

SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG DAN PENCAPAIAN STANDAR

PELAYANAN MINIMUM TAHUN 2011

ANDRA VIDYARINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Situasi Ketahanan

Pangan dan Gizi Kota Tangerang dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimum

Tahun 2011” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Andra Vidyarini NIM. I14104009

Page 3: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

i

ABSTRACT

ANDRA VIDYARINI. Food and Nutrition Security Situation at Tangerang City and Its Minimum Service Standards (MSS) in 2011. Supervised by DRAJAT MARTIANTO and IKEU EKAYANTI. The objective of this research is to identify the problem of food and nutrition security at Tangerang City and evaluate the achievement of Minimum Service Standards (MSS) in 2011. This is descriptive analysis study. Secondary data which collected within period September to November 2012 and data used were obtained from various offices at the local government of Tangerang City. The indicators used to analyze the achievement of SPM consist of Food Security and Nutrition, including availability of energy and protein per capita, strengthening food reserves, availability of information supply, prices and access to food in the area, price stability and food supply, achieving a score of PPH, food safety supervision and guidance and handling of food-insecure areas. Four out of seven indicators were exceed the minimum service standar, while others hasn’t reach target in 2015. Four indicator which exceed MSS target in 2015 are availability of energy and protein per capita, availability of information supply, prices and access to food in the area, food safety supervision and guidance andhandling of food-insecure areas. Key words: Food security, Minimum Service Standards (MSS), Tangerang City

Page 4: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

ii

RINGKASAN

ANDRA VIDYARINI. Situasi Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimum Tahun 2011. Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO dan IKEU EKAYANTI.

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi

masalah ketahanan pangan dan gizi di Kota Tangerang berdasarkan data tahun 2011 dan mengevaluasi pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang pada Tahun 2011. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Mempelajari situasi ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang tahun 2011 berdasarkan indikator ketersediaan dan cadangan pangan, distribusi dan akses pangan, penganekaragaman dan keamanan pangan serta penanganan kerawanan pangan dan (2) menganalisis pencapaian SPM Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang selama tahun 2011 mengacu pada Permentan Nomor 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait. Pengolahan data dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat pada bulan September hingga November 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang menggambarkan situasi ketahanan pangan dan gizi di Kota Tangerang, dan diperoleh dari berbagai instansi terkait. Pencapaian SPM bidang ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang selama tahun 2011 dianalisis secara deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010. Indikator yang digunakan dalam menganalisis pencapaian SPM bidang Ketahanan Pangan dan Gizi adalah ketersediaan energi dan protein per kapita, penguatan cadangan pangan, ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di daerah, stabilitas harga dan pasokan pangan, pencapaian skor PPH, pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dan penanganan daerah rawan pangan. Data – data tersebut kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows.

Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang pada tahun 2011 kuantitasnya sudah melebihi angka rekomendasi hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang pada tahun 2011 adalah angka kebutuhan energi (AKE) sebesar 97.7% dan 122.6% angka kebutuhan protein (AKP). Hal ini berarti, ketersediaan energi dan protein telah memenuhi target pada tahun 2015, yaitu 90%. Cadangan pangan untuk kota/kabupaten berdasarkan Permentan tahun 2010 adalah sebesar 150 ekuivalen cadangan pangan. Target capaian SPM indikator penguatan cadangan pangan adalah 60% dan Kota Tangerang belum memenuhi target karena Kota Tangerang belum memiliki cadangan pangan. Kota Tangerang memiliki stok beras yang dikelola oleh Perum Bulog SubDivre Tangerang. Stok beras yang dikelola Perum BULOG dimanfaatkan untuk tiga kebutuhan yaitu saat darurat, kerawanan pangan pasca bencana dan stabilisasi harga.

Target pencapaian informasi (K) nilai harga di Kota Tangerang mencapai 100% dan ketersediaan informasi besarnya pasokan pangan di Kota Tangerang telah memenuhi target yang ditetapkan. Stabilitas harga pangan memiliki target capaian 90% pada tahun 2015. Kota Tangerang selama tahun 2011 memiliki stabilitas harga 85.7%, sedangkan stabilitas pasokan belum dapat diketahui karena data yang diperlukan belum diperoleh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

Page 5: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

iii

stabilitas harga pangan di Kota Tangerang belum memenuhi target capaian yang diharapkan.

Target capaian skor PPH pada tahun 2015 berdasarkan Permentan 2010 adalah 90. Skor PPH Kota Tangerang pada tahun 2011 sebesar 77.3 dari 100. Hal ini berarti bahwa konsumsi pangan masyarakat Kota Tangerang pada tahun 2011 belum memiliki mutu yang baik, artinya konsumsi pangan di Kota Tangerang masih belum beragam dan seimbang antara kelompok pangan serta belum mencapai target yang diharapkan. Target capaian indikator pengawasan dan pembinaan keamanan pangan adalah 90% dan persentase pangan yang aman untuk dikonsumsi di Kota Tangerang adalah 96.0%, sehingga target capaian tahun 2015 telah dapat dipenuhi.

Penanganan kerawanan pangan dengan pendekatan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) dapat diketahui melalui indeks komposit beberapa indikator dalam FSVA. Adapun indikator yang digunakan dalam FSVA adalah ketersediaan pangan, kemiskinan, akses jalan, akses listrik, angka harapan hidup, status gizi, angka buta huruf, akses air bersih dan sarana kesehatan. Nilai indeks komposit suatu daerah diperoleh dari nilai indeks komposit sembilan indikator FSVA (IFI). Persentase daerah yang rawan pangan di Kota Tangerang adalah 96.3% dan telah memenuhi target capaian pada tahun 2015.

Dari tujuh indikator yang digunakan dalam analisis pencapaian SPM bidang Ketahanan Pangan dan Gizi, Kota Tangerang memiliki empat indikator yang telah mencapai target pencapaian tahun 2015, yaitu ketersediaan energi dan protein per kapita, ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di daerah, pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dan penanganan kerawanan pangan.

Situasi ini merekomendasikan beberapa hal, yaitu peningkatan kerjasama antara berbagai pihak dalam merealisasikan cadangan pangan daerah, pemberian pelatihan pangan lokal kepada ibu-ibu rumah tangga, penangananan dan perhatian pada daerah yang termasuk rawan pangan serta peningkatan kerjasama antara pemerintah dan berbagai instansi terkait sehingga indikator SPM dapat mencapai target tahun 2015.

Page 6: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

iv

SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG DAN PENCAPAIAN STANDAR

PELAYANAN MINIMUM TAHUN 2011

ANDRA VIDYARINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 7: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

v

Judul : Analisis Pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang pada Tahun 2011

Nama : Andra Vidyarini NIM : I14104009

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si NIP. 19640324 198903 1 004

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes NIP. 19660725 199002 2 001

Mengetahui : Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus

Page 8: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah member

kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini dengan baik. Penulisan penelitian dengan judul “Situasi Ketahanan

Pangan dan Gizi Kota Tangerang dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimum

Tahun 2011” ini dilakukan sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk

memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari arahan, masukan, dan bantuan dari banyak pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

masukan, saran serta semangat kepada penulis selama penulis

menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

masukan, saran serta semangat kepada penulis selama penulis

menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan, masukan, saran serta semangat kepada penulis selama

menjalankan studi alih jenis Ilmu Gizi di IPB

4. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, M.S selaku dosen pemandu dan penguji ujian atas

segala saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua (ibu – papi) dan adik-adik tersayang (Ninis, Ara dan Salsa)

yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat dengan penuh

kasih sayang.

6. Oma atas semua dukungan dan pertanyaannya kepada penulis

7. Seseorang yang telah menemani, A Endang, atas segala doa dan dukungan

selama penulis menyelesaikan skripsi.

8. Pemerintah Kota Tangerang atas pemberian izin menggunakan data yang

digunakan dalam penulisan skripsi.

9. Teman – teman tersayang (Anna, Vilia, Yudhi, Wilda, Dwi N, Ojan, Mona,

Tias, Siti) atas semua dukungan kepada penulis selama menyelesaikan

skripsi.

10. Teman – teman kost M8 (Mpink, Uci, Uly, Ima, Ria, Kak diva, Dewi, Mieke)

atas semua bantuan dan dukungan kepada penulis.

Page 9: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

vii

11. Teman – teman seperjungan (Anggrisya, Aldi, Euis, Devi) atas semua

masukan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan di MIJMG 44 dan alih jenis Gizi Masyarakat

(GM) angkatan ke-4 atas semangat dan dukungannya.

13. Seluruh teman-teman dan pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah memberikan bantuan dan doa kepada Penulis. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan

serta keterbatasan dalam penyusunannya. Namun, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua

pihak pada umumnya.

Bogor, Maret 2013

Andra Vidyarini

Page 10: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9 Desember

1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan

Bapak Indra Surya dan Ibu Alice Yasmin.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak pada tahun 1995

di TK Pembina Palembang lalu melanjutkan ke SD Negeri 2 Labuhan Ratu

Bandar Lampung hingga tahun 2001. Pada tahun 2001 – 2004, penulis

melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Bandar Lampung. Penulis menempuh

pendidikan SMA di SMA Al Kautsar Bandar Lampung pada program IPA dan

lulus pada tahun 2007.

Penulis diterima di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian

Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi pada bulan Juli tahun 2007 dan

melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) pada Program Alih Jenis Ilmu Gizi

Departemen Gizi Masyarakat IPB pada tahun 2010. Penulis melaksanakan

Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit LANUD Atang Sendjaja dan Praktek

Usaha Jasa Boga (PUJB) di Hotel Pangrango 2 Bogor pada tahun 2009/2010.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada bulan Juli hingga

Agustus 2012 di Desa Singakerta, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten

Indramayu.

Page 11: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. XII

daftar lampiran ......................................................................................... XIII

PENDAHULUAN...................................................................................... 1

Latar Belakang ...................................................................................... 1

Tujuan ................................................................................................... 2

Kegunaan Penelitian ............................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

Ketahanan Pangan ................................................................................ 4

Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan ........................ 6

Ketersediaan dan Cadangan Pangan ............................................... 7

Distribusi Pangan dan Akses Pangan ............................................... 8

Penganekaragaman dan Keamanan Pangan .................................... 8

Penanganan Kerawanan Pangan ..................................................... 10

Kemiskinan dan Ketahanan Pangan ...................................................... 11

Status Gizi dan Ketahanan Pangan ....................................................... 13

KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 15

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 17

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 17

Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 17

Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 18

Ketersediaan dan Cadangan Pangan ............................................... 19

Distribusi dan Akses Pangan ............................................................ 20

Penganekaragaman dan Keamanan Pangan .................................... 22

Penanganan Kerawanan Pangan ..................................................... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 26

Gambaran Umum Kota Tangerang ........................................................ 26

Keadaan Geografis dan Administratif ................................................ 26

Kondisi Perekonomian ...................................................................... 28

Analisis Situsi Ketahanan Pangan dan Gizi ........................................... 29

Ketersediaan dan Cadangan Pangan ............................................... 29

Distribusi dan Akses Pangan ............................................................ 34

Penganekaragaman dan Keamanan pangan .................................... 39

Page 12: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

x

Penanganan Daerah Rawan Pangan ................................................ 44

Pencapaian Standar Pelayanan Minimum Kota Tangerang ................... 46

Ketersediaan dan Cadangan Pangan ............................................... 46

Distribusi dan Akses Pangan ............................................................ 46

Penganekaragaman dan Keamanan Pangan .................................... 47

Penanganan Kerawanan Pangan ..................................................... 48

Capaian Standar Pelayanan Minimum bidang Ketahanan Pangan

dan Gizi ............................................................................................ 49

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 51

Kesimpulan ........................................................................................... 51

Saran .................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53

LAMPIRAN .............................................................................................. 56

Page 13: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis dan sumber data yang digunakan. ......................................... 17

2. Indikator SPM Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota........................ 18

3. Indikator penanganan kerawanan pangan menggunakan pendekatan FSVA .......................................................................... 23

4. Wilayah administratif dan jumlah penduduk Kota Tangerang .......... 27

5. Produksi pangan Kota Tangerang tahun 2011 ................................ 30

6. Ketersediaan pangan per kapita Kota Tangerang tahun 2011 ........ 31

7. Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang tahun 2011 ............................................................................................... 32

8. Koefisien keragaman (CV) bahan pokok di Kota Tangerang selama tahun 2011 ......................................................................... 38

9. Skor PPH berdasarkan konsumsi Kota Tangerang tahun 2011 ...... 40

10. Hasil uji operasi pasar keamanan pangan di pasar tradisional dan modern Kota Tangerang .......................................................... 42

11. Hasil uji keamanan pangan di Kota Tangerang selama tahun 2011 ............................................................................................... 43

12. Data FSVA Kota Tangerang pada tahun 2011 ................................ 45

13. Indeks komposit FSVA Kota Tangerang selama tahun 2011 .......... 48

14. Tingkat pencapaian SPM Kota Tangerang tahun 2011 ................... 49

Page 14: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran analisis pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang pada tahun 2011 ..................................................................................... 16

2. Peta Kota Tangerang ..................................................................... 26

3. Penyebaran penduduk Kota Tangerang menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2011 ......................................................... 28

4. Perkembangan harga beras, gula pasir dan minyak goreng di Kota Tangerang selama tahun 2011 ............................................... 35

5. Perkembangan harga bahan pangan hewani di Kota Tangerang selama tahun 2011 ......................................................................... 36

6. Perkembangan harga cabe merah dan kacang kedelai di Kota Tangerang selama tahun 2011 ....................................................... 37

7. Prevalensi balita dengan status gizi buruk di Kota Tangerang tahun 2011 .................................................................................... 45

Page 15: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses jalan Kota Tangerang tahun 2011 ................................................................... 57

2. Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Tangerang tahun 2011 ............. 58

3. Jumlah balita di Kota Tangerang tahun 2011 .................................. 59

4. Harga bahan makanan di Kota Tangerang tahun 2011 ................... 60

Page 16: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang – Undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan Pasal 1 ayat (17)

menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan

bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Untuk itu, ketersediaan

pangan wilayah harus selalu terjaga untuk mewujudkan masyarakat yang tahan

pangan. Ketahanan pangan berperan penting dalam membentuk manusia yang

berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui ketersediaan pangan yang cukup,

aman, bergizi dan tersebar merata di seluruh wilayah serta terjangkau oleh daya

beli masyarakat. Ketahanan pangan terwujud apabila aksesibilitas fisik dan

ekonomi masyarakat terhadap pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizinya.

Ketahanan pangan dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan

senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi

keberlanjutan eksistensi bangsa Indonesia. Pada era desentralisasi, ketahanan

pangan telah menjadi salah satu urusan wajib pemerintah sebagaimana

dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten

Kota. Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan

urusan pilihan. Urusan pemerintah wajib adalah urusan pemerintah yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang terkait dengan pelayanan dasar

(basic service) dalam pemenuhan kebutuhan hidup minimal bagi masyarakat

(Kemenkumham 2007).

Berdasarkan PP No. 38 tahun 2007, terdapat 28 urusan wajib yang harus

diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dan 30 jenis urusan wajib yang harus

diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Penyelenggaraan urusan

wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan

Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. Penyelenggaraan urusan dasar

tiap daerah berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang

ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap (Kemenkumham

2007). Berdasarkan PP No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal, SPM diartikan sebagai ketentuan

tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah

yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM Bidang Ketahanan

Page 17: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

2

Pangan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang

merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan

ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah provinsi dan

kabupaten/kota (Kementan 2010)

SPM Bidang Ketahanan Pangan disusun sebagai pedoman/acuan bagi

pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam

menyelenggarakan urusan wajib di bidang ketahanan pangan. Analisis SPM

menggunakan indikator – indikator SPM bidang ketahanan pangan dan beberapa

aspek terkait. SPM bidang ketahanan pangan memiliki 4 (empat) jenis pelayanan

dasar, yaitu ketersediaan dan cadangan pangan, distribusi dan akses pangan,

penganekaragaman dan keamanan pangan; serta penanganan kerawanan

pangan. Indikator – indikator yang digunakan disesuaikan dengan target yang

telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Millenium Development Goals (MDGs)

2015 (Kementan 2010).

Ketahanan Pangan bagi Kota Tangerang menjadi sangat penting

mengingat Kota Tangerang memiliki letak yang strategis sebagai kota penunjang

ibukota negara dan memiliki beberapa lokasi yang menunjang kegiatan

perekonomian. Peningkatan kondisi ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang

dapat dinilai dari pencapaian SPM bidang ketahanan pangan dan gizi Kota

Tangerang. Untuk itu, perlu adanya suatu analisis situasi ketahanan pangan dan

gizi di Kota Tangerang. Hasil analisis situasi ketahanan pangan dan gizi

diharapkan dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan Kota

Tangerang melalui kerjasama yang efektif antar subsistem ketahanan pangan.

Tujuan

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi

situasi ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang pada Tahun 2011.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari situasi ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang tahun 2011

berdasarkan indikator ketersediaan dan cadangan pangan, distribusi dan

akses pangan, penganekaragaman dan keamanan pangan serta

penanganan kerawanan pangan.

2. Menganalisis pencapaian SPM Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang

selama tahun 2011 mengacu pada Permentan Nomor 65 Tahun 2010

tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan.

Page 18: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

3

Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

situasi ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang dan gambaran tentang

pencapaian standar pelayanan minimum (SPM) ketahanan pangan dan gizi

Kota Tangerang pada tahun 2011.

2. Bagi ilmu pengetahuan dan informasi dapat memberikan data dan

informasi tentang kebijakan mengenai situasi ketahanan pangan dan

standar pelayanan minimum Kota Tangerang dan rekomendasi untuk

pengembangan metode pengukuran standar pelayanan minimum (SPM)

ketahanan pangan.

Page 19: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

4

TINJAUAN PUSTAKA

Ketahanan Pangan

Pada World Food Summit (1996), ketahanan pangan didefinisikan

sebagai: ”Situasi dimana semua orang secara terus menerus, baik secara fisik,

sosial, dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai/cukup,

bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan

makanan untuk hidup secara aktif dan sehat”. Di Indonesia, Undang-undang No.

7 tahun 1996 tentang Pangan mengartikan Ketahanan Pangan sebagai kondisi

terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Konsep dasar ketahanan pangan dimaknai sebagai situasi dimana terdapat

ketersediaan pangan yang cukup dan dengan harga yang stabil sepanjang

waktu. Ketersediaan pangan yang cukup diartikan sebagai situasi dimana jumlah

bahan pangan yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk tersedia cukup baik dari

sisi kuantitas maupun dari sisi kualitas.

Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin ketersediaan

dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang pada

tingkat rumah tangga, daerah, nasional sepanjang waktu dan merata melalui

pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknologi inovatif dan peluang

pasar, serta memperkuat ekonomi pedesaan dan mengentaskan masyarakat dari

kemiskinan. Pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah

desa melaksanakan kebijakan ketahanan pangan dan bertanggungjawab

terhadap penyelengaraan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing

dengan memperhatikan pedoman, norma, standar dan kriteria yang telah

ditetapkan oleh pemerintah pusat (DKP 2009a).

K etahanan pangan yang berkesinambungan dibangun berdasarkan tiga

pilar ketahanan pangan, yaitu: (1) ketersediaan pangan yang cukup dan merata;

(2) distribusi pangan yang efektif dan efisien; serta (3) konsumsi pangan yang

beragam dan bergizi seimbang. Pilar ketahanan pangan dapat pula disebut tiga

sub sistem utama. Tiga sub sistem yaitu ketersediaan pangan, akses pangan,

dan penyerapan pangan, sedangkan status gizi merupakan outcome dari

ketahanan pangan (Weingärtner 2004). Ketersediaan, akses, dan penyerapan

pangan merupakan sub sistem yang harus dipenuhi secara utuh. Salah satu

subsistem tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan

mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di

Page 20: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

5

tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi

kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan

rapuh.

Ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan diartikan sebagai jumlah

yang cukup dari makanan yang tersedia secara konsisten untuk semua orang

dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan

pangan maupun bantuan pangan (WHO 2013). Ketersediaan pangan di suatu

daerah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis

pangan yang dikonsumsi penduduk (Suhardjo 1989). Berdasarkan Bappenas

(2008b), ketersediaan pangan memiliki beberapa acuan yang dapat digunakan,

yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Pola Pangan Harapan (PPH). Kinerja

keragaman ketersediaan pangan pada suatu waktu dapat dinilai dengan metode

perhitungan skor PPH.

Akses pangan. Berdasarkan FAO (2006), akses pangan adalah akses

individu untuk sumber daya yang memadai (hak) untuk memperoleh makanan

yang tepat untuk pola makan bergizi. Hak didefinisikan sebagai himpunan semua

komoditas di mana seseorang dapat membangun instruksi yang diberikan dalam

pengaturan hukum politik, ekonomi dan sosial dari masyarakat di mana mereka

hidup (termasuk hak-hak tradisional seperti akses ke sumber daya umum).

Menurut Hanani (2009), akses pangan (food access) adalah kemampuan semua

rumah tangga dan individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk

memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh

dari produksi pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan.

Akses rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial.

Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga.

Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi),

sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi pangan.

Penyerapan pangan. Penyerapan pangan (food utilization) yaitu

penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan

energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan

pangan tergantung pada pengetahuan rumahtangga atau individu, sanitasi dan

ketersediaan air, fasilitas dan layanan kesehatan, serta penyuluhan gisi dan

pemeliharaan balita (Riely et al, 1999).

Page 21: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

6

Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

diperoleh setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Ketahanan Pangan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan

dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga

secara minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja

pelayanan ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah provinsi dan

kabupaten/kota. SPM bidang ketahanan pangan memiliki 4 (empat) jenis

pelayanan dasar, yaitu ketersediaan dan cadangan pangan, distribusi dan akses

pangan, penganekaragaman dan keamanan pangan; serta penanganan

kerawanan pangan (Kementan 2010).

Penyelenggaran SPM Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting

ketahanan pangan, yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian standar

pelayanan ketahanan pangan, yaitu (a) ketersediaan pangan, yang diartikan

bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk,

baik jumlah maupun mutunya serta aman, (b) distribusi pangan, adalah pasokan

pangan yang dapat menjangkau keseluruh wilayah sehingga harga stabil dan

terjangkau oleh rumah tangga, dan (c) konsumsi pangan, adalah setiap rumah

tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi

yang beragam, bergizi dan seimbang serta preferensinya. Indikator kinerja SPM

Bidang Ketahanan Pangan adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif di

bidang ketahanan pangan yang digunakan untuk menggambarkan besaran yang

hendak di penuhi dalam pencapaian SPM bidang ketahanan pangan di Provinsi

dan kabupaten/kota berupa masukan proses, hasil, dan atau manfaat pelayanan.

Dari ketiga aspek ketahanan pangan tersebut di atas, maka Standar

Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota,

terdiri dari 4 (empat) jenis pelayanan dasar : bidang ketersediaan dan cadangan

pangan, bidang distribusi dan akses pangan, bidang penganekaragaman dan

keamanan pangan, bidang penanganan kerawanan pangan. Keempat jenis

pelayanan dasar SPM memiliki standar pencapaian minimal yang disesuaikan

dengan Kementan (2010) dan MDGs 2015.

Pelayanan dasar bidang ketersediaan dan cadangan pangan memiliki

dua indikator didalamnya, yaitu ketersediaan energi dan protein per kapita (target

capaian tahun 2015 adalah 90%) dan penguatan cadangan pangan (target

Page 22: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

7

capaian tahun 2015 adalah 60%). Pelayanan dasar bidang distribusi dan akses

pangan didukung oleh indikator ketersediaan informasi pasokan, harga, dan

akses pangan di daerah (target capaian tahun 2015 adalah 90%) dan stabilisasi

harga dan pasokan pangan (target capaian tahun 2015 adalah 90%). Jenis

pelayanan dasar yang ketiga adalah penganekaragaman dan keamanan pangan

yang memiliki indikator pencapaian skor PPH (target capaian tahun 2015 adalah

90%) dan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan (target capaian tahun

2015 adalah 80%). Pelayanan dasar bidang ketahanan pangan yang terakhir

adalah penanganan kerawanan pangan dengan indikator penanganan daerah

rawan pangan (target capaian tahun 2015 adalah 60%).

Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Ketersediaan Pangan. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin

pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi

kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat

dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasokan

pangan; (3) pengelolaan cadangan Pangan (Kementan 2010). Salah satu

indikator dari pencapaian SPM pada suatu daerah adalah cadangan pangan

yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

Cadangan Pangan. Cadangan pangan nasional adalah persediaan

pangan di seluruh wilayah untuk konsumsi manusia, bahan baku industri, dan

untuk menghadapi keadaan darurat. Berdasarkan Kementan (2010), cadangan

pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan,

karena cadangan pangan merupakan sumber pasokan untuk mengisi

kesenjangan antara produksi dan kebutuhan dalam negeri atau daerah dari

waktu ke waktu. Pengelolaan cadangan pangan harus dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah

desa/kelurahan dan masyarakat, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 68

Tahun 2002. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ketersediaan pangan dan

cadangan pangan, dioperasionalkan melalui indikator ketersediaan energi dan

protein per kapita, dan indikator penguatan cadangan pangan. Indikator yang

digunakan adalah apabila penguatan cadangan pangan mencapai 60% pada

tahun 2015, maka pencapaian nilai SPM telah sesuai untuk mendukung salah

satu poin dari MDGs.

Page 23: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

8

Distribusi Pangan dan Akses Pangan

Distribusi pangan. Distribusi pangan adalah suatu kegiatan yang

berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai

prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan

dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang

terjangkau (Kementan 2010).

Akses Pangan. Menurut Bappenas (2010), akses pangan adalah kondisi

penguasaan sumberdaya (sosial, teknologi, finansial, alam, manusia) yang cukup

untuk memperoleh dan atau ditukarkan untuk memenuhi kecukupan pangan.

Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak

semua rumah tangga mampu baik secara ekonomi maupun fisik dan memiliki

akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui

mekanisme tersebut. Akses pangan setiap individu sangat tergantung pada

ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara kontinu

(Bappenas 2007). Aksesibilitas pangan atau keterjangkauan pangan oleh

masyarakat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain: harga pangan, tingkat

pendapatan atau daya beli, kestabilan keamanan sosial, anomali iklim, bencana

alam, lokasi dan topografi wilayah, keberadaan sarana dan prasarana

transportasi, kondisi jalan perhubungan, dan lainnya (DKP 2011).

Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan aksesibilitas masyarakat

terhadap pangan umumnya bersifat kronis yang meliputi aspek fisik, ekonomi,

dan sosial. Aspek fisik berupa infrastruktur jalan dan pasar, dan aspek ekonomi

berupa daya beli yang masih rendah karena kemiskinan dan pengangguran,

serta aspek sosial berupa tingkat pendidikan yang rendah (Bappenas 2010).

Pencapaian standar pelayanan minimal distribusi pangan dan akses

pangan, dioperasionalkan melalui indikator ketersediaan informasi harga,

pasokan dan akses pangan, dan indikator stabilisasi harga dan pasokan pangan.

Indikator yang digunakan adalah apabila ketersediaan informasi harga, pasokan

dan akses pangan di daerah telah mencapai 100% pada tahun 2015, maka

pencapaian nilai SPM telah sesuai untuk mnendukung salah satu poin dari

MDGs.

Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka

ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang. Menurut Hardinsyah dan Martianto

(1992), konsumsi pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah

Page 24: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

9

pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu.

Pengertian penganekaragaman pangan dilihat dari dua aspek, yaitu 1)

penganekaragaman horizontal (upaya untuk menganekaragamkan konsumsi

dengan memperbanyak macam komoditas pangan dan upaya meningkatkan

produksi dari masing-masing komoditas) dan 2) penganekaragaman vertikal,

(upaya untuk mengolah komoditas pangan, terutama non beras, sehingga

mempunyai nilai tambah dari segi ekonomi, nutrisi maupun sosial).

Penganekaragaman pangan dapat dilihat melalui skor pola pangan

harapan (PPH). Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan

untuk menilai jumlah dan komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan

harapan biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan

penyediaan pangan wilayah.

Aspek keamanan pangan menjadi salah satu yang terpenting dalam

ketahanan pangan, dimana pangan tidak hanya tersedia dalam jumlah yang

cukup, tetapi juga dalam kondisi yang aman untuk dikonsumsi. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi

Pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia

dan benda lain yang dapat menggangu, merugikan, dan membahayakan

kesehatan manusia. Parameter utama yang paling mudah dilihat untuk

menunjukkan tingkat keamanan pangan di suatu negara adalah jumlah kasus

keracunan yang terjadi akibat pangan (Bappenas 2007).

Keamanan pangan menjadi salah satu elemen kecukupan pangan (food

adequacy) dalam mewujudkan hak atas pangan bagi setiap individu (FAO 2006).

Mutu dan keamanan pangan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap

kesehatan manusia, tetapi juga terhadap produktifitas ekonomi dan

perkembangan sosial, baik individu, masyarakat, maupun negara. Selain itu,

persaingan internasional yang semakin ketat di bidang perdagangan makanan

menuntut produk-produk makanan lebih bermutu dan aman. Mutu dan keamanan

pangan terkait erat dengan kualitas pangan yang dikonsumsi sehingga

berpengaruh kepada kualitas kesehatan serta pertumbuhan fisik dan intelegensi

manusia (BBKP 2003).

Pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut

dengan foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat

mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan atau senyawa beracun atau

Page 25: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

10

organisme patogen. Penyakit semacam ini masih sering terjadi di Indonesia.

Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh pangan dapat digolongkan ke dalam

dua kelompok utama, yaitu infeksi dan intoksifikasi. Istilah infeksi digunakan bila

setelah mengkonsumsi pangan atau minuman yang mengandung bakteri

patogen, timbul gejala-gejala penyakit. Intoksifikasi adalah keracunan yang

disebabkan karena mengonsumsi pangan yang mengandung senyawa beracun

(Anwar 2006).

Dua hal dalam aspek keamanan pangan yang menjadi penyebab

permasalahan yang memerlukan penanganan lebih lanjut, yaitu: (1) residu

pestisida pada beberapa produk pertanian yang sudah melampaui batas

toleransi, dan meninggalkan residu di atas ambang batas maksimum, baik pada

produk maupun pada lingkungan usaha tani; dan (2) perilaku produsen makanan

jajanan (banyak yang belum terdaftar), yang dalam proses produksinya belum

menggunakan standar yang ditetapkan, bahkan kadang menggunakan zat

pengawet, zat pewarna, dan zat pemanis buatan yang tidak sesuai ketentuan.

Kedua hal tersebut dapat menimbulkan keracunan pada makanan, bahkan dapat

menjadi salah satu penyebab Penyakit Bawaan Makanan atau PBM (food borne

disease) bagi konsumen (DKP 2011). Indikator yang digunakan adalah apabila

pengawasan dan pembinaan keamanan pangan di masyarakat mencapai 80%

pada tahun 2015, maka pencapaian nilai SPM telah sesuai untuk mnendukung

salah satu poin dari MDGs.

Penanganan Kerawanan Pangan

Secara umum, kerawanan pangan dapat diartikan sebagai kondisi suatu

daerah, masyarakat, atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan

keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis

bagi pertumbuhan dan kesehatan. Kondisi kerawanan pangan dapat bersifat: (1)

kronis, yang ditampakkan dengan adanya gejala kurang makan secara terus

menerus karena ketidakmampuan memperoleh pangan yang cukup, baik cara

membeli atau menghasilkan sendiri, akibat keterbatasan penguasaan

sumberdaya alam dan kemampuan sumberdaya manusia sehingga pemanfaatan

kemampuan dan kekuatan fisik kurang maksimal; menjadikan rentan terhadap

gangguan penyakit, dan pada gilirannya menyebabkan kondisi masyarakat

semakin miskin; (2) kerawanan trasien, yang merupakan penurunan kemampuan

rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, akibat kondisi tidak

terduga seperti ketidakstabilan harga, ketidakstabilan produksi, dan

Page 26: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

11

ketidakstabilan pasokan pangan sebagai akibat bencana alam, kerusuhan,

penyimpangan musim, konflik sosial, dan lain-lain (BBKP 2003).

Tingginya proporsi rumah tangga rawan pangan dan anak balita kurang

gizi menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan pada tingkat nasional atau

wilayah tidak selalu berarti bahwa tingkat ketahanan pangan pangan di rumah

tangga dan individu juga terpenuhi. Masalah-masalah distribusi dan mekanisme

pasar yang berpengaruh terhadap harga, daya beli rumah tangga yang berkaitan

dengan kemiskinan dan pendapatan rumah tangga, dan tingkat pengetahuan

tentang pangan dan gizi sangat berpengaruh kepada konsumsi dan kecukupan

pangan dan gizi rumah tangga (DKP 2009). Kurang beragamnya pangan yang

dipilih dan tidak cukupnya jumlah yang dikonsumsi merupakan masalah

konsumsi pangan dan gizi yang sering terjadi. Indikator yang digunakan adalah

apabila penanganan daerah yang mengalami rawan pangan mencapai 60 pada

tahun 2015, maka pencapaian nilai SPM telah sesuai untuk mnendukung salah

satu poin dari MDGs (Kementan 2010).

Kerawanan pangan dan kelaparan sering terjadi pada petani skala kecil,

nelayan, dan masyarakat sekitar hutan yang menggantungkan hidupnya pada

sumberdaya alam yang miskin dan terdegradasi. Kerawanan pangan sangat

dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang ditentukan tingkat pendapatannya.

Rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein (DKP

2006).

Berdasarkan Depkes (1996), jika tingkat konsumsi energi <70% dikatakan

defisit tingkat berat, 70-79% dikatakan defisit tingkat sedang, 80-89% dikatakan

defisit tingkat ringan, 90-119% dikatakan normal dan ≥120% dikatakan

berlebihan. Penduduk rawan pangan juga didefinisikan sebagai mereka yang

rata-rata tingkat konsumsi energinya antara 71–89% dari kecukupan energi,

sedangkan penduduk sangat rawan pangan hanya mengkonsumsi energi kurang

dari 70% dari kecukupan energi (Bappenas 2007).

Kemiskinan dan Ketahanan Pangan

Kemiskinan merupakan masalah mendasar yang menjadi perhatian

semua negara. Menurut Sayogyo, garis kemiskinan diartikan sebagai pada

jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah

kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan

perkotaan (Suryawati 2005). Pada kerangka UNICEF (1998), kemiskinan

dianggap sebagai akar penyebab terjadinya masalah gizi buruk. Hal ini

Page 27: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

12

menunjukkan bahwa apabila jumlah penduduk miskin dalam suatu wilayah

meningkat maka peluang terjadinya kasus gizi buruk akan semakin tinggi. Untuk

itu, kemiskinan merupakan sebuah indikator untuk kemajuan suatu bangsa.

Menurut Suhardjo (1998), kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki

posisi pertama pada kondisi yang umum. Golongan miskin menggunakan bagian

terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, di mana untuk

keluarga-keluarga di negara berkembang sekitar dua pertiganya.

BKKBN (1996) menerapkan ukuran kemiskinan dengan pendekatan

kesejahteraan. Keluarga dapat dibagi dalam beberapa kategori: prasejahtera,

sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III, dan sejahtera III plus. Kemiskinan adalah

suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri

dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan

tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya. Miskin

menurut BKKBN (1996) adalah keluarga yang termasuk dalam kategori

prasejahtera dan sejahtera I. Keluarga dimasukkan dalam kategori prasejahtera

apabila tidak dapat memenuhi satu dari lima syarat berikut: melaksanakan

ibadah menurut agamanya, makan dua kali sehari atau lebih, pakaian yang

berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, dan bila

anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan. Sedangkan keluarga

sejahtera II adalah keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan akan

tabungan, makan bersama sambil berkomunikasi, rekreasi bersama 6 bulan

sekali, menggunakan sarana transportasi. Keluarga sejahtera III sudah dapat

memenuhi kebutuhan berupa tabungan keluarga, makan bersama sambil

berkomunikasi, rekreasi selama 6 bulan sekali, menggunakan sarana

transportasi dan tidak aktif memberikan sumbangan materil secara teratur.

Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang sudah mampu memberikan

sumbangan materil secara aktif dan teratur serta aktif sebagai pengurus

organisasi kemasyarakatan (BKKBN 1996).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan menggunakan

konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Pendekatan tersebut memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki

rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis

kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (GKM)

Page 28: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

13

dan garis kemiskinan non makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan

merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan

dengan 2.100 kkal per kapita per hari yang diwakili oleh 52 jenis komoditas.

Garis kemiskinan non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,

sandang, pendidikan, dan kesehatan yang diwakili oleh 51 jenis komoditi untuk

perkotaan dan 47 jenis komoditi untuk pedesaan (BPS 2008).

World Bank menggunakan garis kemiskinan absolut yang sama untuk

membandingkan angka kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam

menentukan arah penyaluran sumber daya finansial dan menganalisis kemajuan

dalam memberantas kemiskinan. Ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia ada

dua, yaitu pendapatan US$ 1 per kapita per hari dan pendapatan US$ 2 per

kapita per hari (BPS 2008).

Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk.

Masalah gizi berkaitan dengan masalah kemiskinan merupakan “lingkaran setan”

yang menjadi penghambat bagi pembangunan negara. Situasinya adalah

kemiskinan menyebabkan makanan tidak seimbang sehingga menjadi kurang

gizi yang pada akhirnya akan sakit. Keadaan tersebut menyebabkan

pertumbuhan badan terhambat dan proses belajar menjadi lambat yang

mengakibatkan individu dewasa menjadi kecil dan produktivitasnya rendah.

Rendahnya produktivitas berdampak pada kemampuan bekerja yang rendah

sehingga akan menimbulkan pengangguran. Pada akhirnya kondisi tersebut

menyebabkan kemiskinan kembali, dan akan seperti itu seterusnya (Suhardjo

1989).

Menurut Herawati et al (2011), kemiskinan menyebabkan banyak

keluarga mengalami kesulitan menjalani kehidupan yang layak, sehingga

pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan dan pangan menjadi tidak

memadai. Ketahanan pangan merupakan salah satu unsur penting dari

pengentasan kemiskinan. Hal ini dikarenakan ketersediaan pangan yang menjadi

salah satu penyebab tak langsung dari masalah gizi merupakan bagian dari

ketahanan pangan. apabila ketersediaan pangan disuatu rumah tangga rendah,

maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan rawan pangan.

Status Gizi dan Ketahanan Pangan

Status gizi (nutritional status) adalah outcome ketahanan pangan yang

merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi diukur

dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi. Status gizi

Page 29: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

14

dan kesehatan merupakan indikator kesehatan yang ada kaitannya dengan

kualitas hidup. Berdasarkan kerangka pikir UNICEF(1998), terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi buruknya keadaan gizi disuatu daerah baik penyebab

langsung maupun tidak langsung. Masalah dasar yang timbul adalah masalah

politik dan ekonomi yang dapat menimbulkan berbagai masalah utama salah

satunya ketersediaan pangan yang rendah. Ketersediaan pangan nasional yang

rendah dapat mempengaruhi rendahnya ketersediaan pangan di tingkat rumah

tangga. Rendahnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga dapat secara

tidak langsung mempengaruhi kurangnya asupan gizi sehingga dapat

meyebabkan meningkatnya prevalensi kurang gizi di daerah tersebut.

Ketahanan pangan merupakan salah satu penyebab tidak langsung

terhadap status gizi. Hal ini dikarenakan ketersediaan pangan merupakan salah

satu indikator dalam ketahanan pangan. Ketahanan pangan memiliki tiga sub

sistem, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan. Sub

sistem penyerapan pangan lebih menekankan kepada ketahanan gizi (nutrition

security) dibandingkan ketahanan pangan (Gross 2000). Terpenuhinya

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga akan menimbulkan ketahanan gizi.

Ketahanan gizi adalah suatu situasi yang mendorong dan memotivasi

masyarakat untuk membuat pilihan makanan yang berguna untuk kesehatan

yang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Hammond dan Dube

(2011), ketahanan pangan dan gizi didorong oleh sistem yang mendasari suatu

situasi yang kompleks dan kebijakan di daerah akan mendapat manfaat dari

pendekatan sistem.

Page 30: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

15

KERANGKA PEMIKIRAN

Ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana terpenuhinya pangan

bagi suatu daerah atau rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan memiliki beberapa aspek penting yang mendukungnya, yaitu

ketersediaan pangan (produksi pangan, distribusi pangan, impor dan ekspor

pangan serta harga yang berlaku dipasar) dan konsumsi pangan rumah tangga.

Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin ketersediaan dan

konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang pada

tingkat rumah tangga, daerah, nasional sepanjang waktu dan merata melalui

pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal; teknologi inovatif dan peluang

pasar; serta memperkuat ekonomi pedesaan dan mengentaskan masyarakat dari

kemiskinan.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

diperoleh setiap warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Ketahanan Pangan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan

dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga

secara minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja

pelayanan ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah provinsi dan

kabupaten/kota. Penyelenggaran SPM Ketahanan pangan mencakup tiga aspek

penting ketahanan pangan, yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian

standar pelayanan ketahanan pangan, yaitu (a) ketersediaan pangan (b)

distribusi pangan dan (c) konsumsi pangan. Indikator kinerja SPM Bidang

ketahanan pangan adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif di bidang

ketahanan pangan yang digunakan untuk menggambarkan besaran yang hendak

di penuhi dalam pencapaian SPM bidang ketahanan pangan di provinsi dan

kabupaten/kota berupa masukan proses, hasil, dan atau manfaat pelayanan.

Dari ketiga aspek ketahanan pangan tersebut di atas, maka Standar

Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota,

terdiri dari 4 (empat) jenis pelayanan dasar : bidang ketersediaan dan cadangan

pangan, bidang distribusi dan akses pangan, bidang penganekaragaman dan

keamanan pangan, bidang penanganan kerawanan pangan. Indikator yang

digunakan untuk mencapai SPM sesuai dengan MDGs adalah penguatan

cadangan pangan, ketersediaan informasi pasokan pangan, harga dan akses

Page 31: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

16

pangan, pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dan penanganan

daerah rawan pangan. Kerangka pemikiran analisis pencapaian standar

pelayanan minimal (SPM) ketahanan pangan dan gizi Provinsi Kota Tangerang

pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 1.

Pelayanan Dasar Ketahanan Pangan dan Gizi

Jenis pelayanan Indikator Output

Keterangan :

: bagian yang diteliti

: bagian yang tidak diteliti

• Ketersediaan dan cadangan pangan

• Distribusi dan akses pangan

• Penganekaragaman dan keamanan pangan

• Penanganan kerawanan pangan.

• Pemenuhan hak akses pangan a. Ketersediaan

informasi harga dan pasokan

b. Stabilitas harga dan pasokan

• Sumberdaya manusia berkualitas a. Status gizi baik

• Ketahanan pangan nasional

• Terpenuhinya target MDGs

• Ketersediaan Energi dan Protein per kapita

• Penguatan cadangan pangan

• Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah

• Stabilitas harga dan pasokan pangan

• Pencapaian skor PPH • Pengawasan dan

pembinaan keamanan pangan

• Penanganan daerah rawan pangan melalui indikator pertanian, sosial ekonomi dan kesehatan

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) ketahanan pangan dan gizi Kota Tangerang pada tahun 2011

Page 32: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

17

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang berkaitan dengan

indikator – indikator SPM dan diperoleh dari instansi – instansi terkait di

lingkungan Kota Tangerang. Pengolahan data dilakukan di Bogor, Jawa Barat

pada bulan September – November 2012.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yang digunakan menggambarkan situasi ketahanan pangan dan gizi di

Kota Tangerang. Data yang digunakan diperoleh dari berbagai instansi terkait.

Jenis dan sumber data yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan. Jenis

Pelayanan Dasar

Indikator SPM Jenis Data Tahun Data Sumber Data

Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita

Neraca Bahan Makanan (NBM) Kota Tangerang

1 tahun terakhir (2011)

Dinas Pertanian, Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang

Penguatan Cadangan Pangan

Data Stok Pangan Kota Tangerang

1 tahun terakhir (2011)

Perum Bulog SubDiv. Tangerang

Distribusi dan Akses Pangan

Ketersediaan Informasi Harga, pasokan dan akses pangan di daerah

• Data dan informasi kelembagaan dan

• Data dan Informasi harga Pangan Strategis

Tahun 2011 (per hari dan per pasar)

Bappeda Biro Perekonomian Kota Tangerang.

Stabilitas Harga &Pasokan Pangan

Penganekara-gaman dan Keamanan Pangan

Skor Pola Pangan Harapan/PPH

Data konsumsi pangan (SUSENAS)

1 tahun terakhir (2011)

Kantor Litbang dan Statsitik Kota Tangerang

Pengawasan & Pembinaan Keamanan Pangan

• Data presentase pangan aman.

• Data kasus keamanan pangan

1 tahun terakhir (2011)

Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Penanganan Kerawanan Pangan

Penanganan daerah rawan pangan

• Daerah rawan pangan

1 tahun terakhir (2011)

BKP Kota Tangerang .

Page 33: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

18

Jenis pelayanan ketahanan pangan dilihat berdasarkan ketersediaan dan

cadangan pangan, distribusi dan akses pangan, penganekaragaman dan

keamanan pangan serta penanggulangan kerawanan pangan. Variabel

ketersediaan dan cadangan pangan yang digunakan berupa Neraca Bahan

Makanan (NBM) dan cadangan pangan Kota Tangerang selama tahun 2011.

Variabel distribusi dan akses pangan dilihat berdasarkan ketersediaan bahan

pangan di pasar, harga dan sarana prasarana dalam mendapatkan bahan

pangan serta stabilitas harga dan pasokan pangan di Kota Tangerang. Variabel

penanekaragaman dan keamanan pangan menggunakan data berupa skor PPH

untuk penganekaragaman pangan. Data keamanan pangan diperoleh dari data

keracunan makanan selama satu tahun terakhir di Kota Tangerang. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah hasil operasi pasar dan uji

keamanan pangan di Kota Tangerang. Variabel penanganan kerawanan pangan

dilihat dari peta ketahanan dan kerawanan pangan Kota Tangerang selama

tahun 2011.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

program komputer untuk analisis menggunakan program Microsoft Excel 2007.

Situasi ketahanan pangan dan gizi dianalisis secara deskriptif menggunakan

indikator-indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan Pangan

Provinsi dari beberapa aspek pelayanan antara lain ketersediaan, distribusi,

konsumsi, dan status gizi. Indikator yang digunakan dalam analisis ini dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Indikator SPM Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota

Jenis Pelayanan Dasar Bid. KP

SPM

Sumber Data Indikator Acuan baku

Target Capaian 2015 (%)

Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Ketersediaan Energi dan Protein per kapita

WNPG (energi 2200 kkal dan protein 57 g)

90% Dinas Pertanian, Bappeda Kota Tangerang

Penguatan cadangan pangan

100 ton 60%

Distribusi dan Akses Pangan

Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di daerah

100% 90% Bappeda Kota Tangerang Stabilitas harga dan

pasokan pangan

100% 90%

Page 34: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

19

Jenis Pelayanan Dasar Bid. KP

SPM

Sumber Data Indikator Acuan baku

Target Capaian 2015 (%)

Penganekaragaman dan Keamanan

Pangan

Pencapaian skor PPH

100 90% Kantor Litbang dan Statistik, Dinas Kesehatan

Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan

100% 80%

Penanganan Kerawanan Pangan

Penanganan daerah rawan pangan

100% 60% BKPD

Sumber : Kementan (2010)

Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Data ketersediaan pangan menggunakan komponen dari penyediaan

pangan yang terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor dan ekspor.

Secara umum, penyediaan pangan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : Ps = Total penyediaan dalam negeri Pr = Produksi ∆St = Stok akhir – stok awal Im = Impor Ek = Ekspor

Ketersediaan pangan per kapita dihitung kandungan gizinya

menggunakan satuan kkal energi dan gram protein. Data ketersediaan pangan

per kapita per hari dapat diperoleh dari Neraca Bahan Makanan (NBM).

Sedangkan kandungan zat gizi (kalori dan protein) diperoleh dari daftar

komposisi bahan makanan (DKBM). Ketersediaan energi dalam bentuk

Kkal/kapita/hari dihitung menggunakan rumus:

Sedangkan untuk ketersediaan protein dalam bentuk gram/kapita/hari dihitung

menggunakan rumus:

Data penguatan cadangan pangan dapat diperoleh dari jumlah cadangan

pangan provinsi, yaitu data stok pangan kota/kabupaten. Pencapaian penguatan

cadangan pangan tingkat provinsi dapat dihitung menggunakan rumus:

Ps = Pr - ∆St + Im – Ek

����������� ���� /������ /����

��� X kandungan energi X BDD

����������� ���� /������ /����

��� X kandungan protein X BDD

������ ������ ���� ����/��������

��� X 100%

Page 35: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

20

Distribusi dan Akses Pangan

Data distribusi dan cadangan pangan diperoleh dari data informasi

pasokan, harga, dan akses pangan disuatu daerah serta data stabilitas harga

dan pasokan pangan. Data informasi pasokan, harga, dan akses pangan disuatu

daerah dapat dihitung menggunkana nilai capaian ketersediaan informasi. Data

ketersediaan informasi (K) adalah rata-rata dari nilai ketersediaan informasi

berdasarkan komoditas (K1), nilai ketersediaan informasi berdasarkan lokasi

(K2) dan nilai ketersediaan informasi berdasarkan waktu (K3). Ketersediaan

informasi dapat dihitung menggunakan rumus:

• Nilai capaian ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan (K)

• Ketersediaan informasi menurut i (i = 1,2,3)

Keterangan :

Ki = Ketersediaan informasi menurut i Dimana : i = 1 = Harga; i = 2 = Pasokan; i = 3 = Akses

Realisasi (j) = banyaknya informasi yang terealisasi pengumpulannya menurut j, dimana j = 1 = komoditas, j = 2 = lokasi, j = 3 = waktu

Target (j) = sasaran banyaknya informasi yang akan dikumpulkan menurut j, dimana j = 1 = komoditas, j = 2 = lokasi, j = 3 = waktu

Data stabilitas harga dan pasokan pangan dilihat dari peningkatan atau

penurunan harga dan pasokan pangan. Harga dinyatakan stabil jika gejolak

harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal. Pasokan

pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan di suatu wilayah

berkisar antara 5 % - 40 %. Stabilitas harga dan pasokan pangan dapat dihitung

dengan beberapa tahapan, yaitu:

1. Stabilitas Harga (SH) dan Stabilitas Pasokan Pangan (SP) dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

n

SKiSK

n

i∑

== 1

31∑

==

n

i

KiK

3

%)100)(arg)(Re

(3

1∑

== j

xjetT

jalisasi

Ki

Page 36: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

21

H untuk Harga

P untuk Pasokan

H untuk Harga

P untuk Pasokan

%100_____ xHKi

SDKRiCVKRi =

Realisasi Pasokan komoditas ke i (PRi)

Rata-rata realisasi Harga komoditas ke i (_____

HRi)

Realisasi Harga komoditas ke i (HRi)

Rata-rata realisasi Harga komoditas ke i (_____

PRi )

Keterangan:

K = {

SHi = Stabilitas Harga komoditas ke i

SPi = Stabilitas Pasokan komoditas ke i

I = 1,2,3...n

n = jumlah komoditas

dimana:

• Stabilitas Harga (SH) di gambarkan dengan koefisien keragaman (CV)

• Stabilitas Pasokan (SP) di gambarkan dengan koefisien keragaman (CV)

2. Stabilitas Harga dan Pasokan komoditas ke i (SKi) dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

K = {

CVKRi = Koefisien keragaman realisasi untuk harga dan pasokan komoditas ke i

CVKTi = Koefisien keragaman target untuk harga dan pasokan komoditas ke i

3. CVKRi dihitung dari rumus sebagai berikut:

Dimana :

Keterangan :

SDKRi = standar deviasi realisasi untuk harga dan pasokan komoditas ke i

KRi = {

_____

KRi = {

%1002 xCVKTi

CVKRiSKi

−=

1

)(1

___2

−=∑

=

n

KRiKRiSDKRi

n

i

Page 37: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

22

n

KRiKRi

n

i∑

== 1____

4. Rata-rata harga dan pasokan komoditas pangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

Data penganekaragaman dan keamanan pangan menggunakan data

konsumsi pangan dan data keamanan pangan. Data konsumsi pangan diukur

dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pencapaian skor PPH dapat diukur

dengan:

Skor PPH lalu diukur dengan rumus : Perhitungan konsumsi pangan memiliki beberapa ketentuan, yaitu : 1. Jika hasil perkalian % AKG x bobot lebih besar dari skor maksimum, maka

menggunakan skor maksimum 2. Jika hasil perkalian % AKG x bobot lebih kecil dari skor maksimal, maka

menggunakan hasil perkalian. Data keamanan pangan diperoleh dari data pengawasan mutu dan

keamanan pangan dan kasus keracunan makanan. Persentase pangan aman

dapat dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :

A : jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul di

satu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

B : jumlah total sampel pangan yang diambil dipedagang pengumpul di suatu

wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu

tertentu.

Penanganan Kerawanan Pangan

Data kerawanan pangan diperoleh dari situasi pangan dan gizi suatu

daerah. Daerah rawan pangan dapat diketahui melalui pendekatan SKPG dan

FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas). Pendekatan ini dilakukan

untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan adalah berdasarkan

indikator yang telah terseleksi dengan penyusunan indeks tingkat

Nilai capaian peningkatan = % AKG x bobot masing-masing kelompok pangan

Prosentase (%) AKG = ����� ����������� ���������

���� �������� ���� X 100%

Pangan Aman = !

" # 100%

Page 38: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

23

ketahanan pangan pada masing-masing indikator. Indikator dalam

penanganan kerawanan pangan menggunakan pendekatan FSVA dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Indikator penanganan kerawanan pangan menggunakan pendekatan FSVA

No Indikator I Ketersediaan

Pangan 1. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap

ketersediaan bersih “padi + jagung + ubi kayu + ubi jalar”

II Akses Terhadap

Pangan dan Penghidupan

2. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan

3. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai

4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik

III Pemanfaatan Pangan

5. Angka harapan hidup saat lahir 6. Berat badan balita di bawah standar (underweight) 7. Perempuan buta huruf 8. Rumah tangga tanpa akses ke air bersih 9. Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5

km dari fasilitas kesehatan

IV Kerentanan terhadap kerawanan pangan

10. Deforestasi hutan 11. Penyimpangan curah hujan 12. Bencana alam 13. Persentase daerah puso

Untuk menentukan nilai akan dilakukan dengan menghitung indeks dimana

rumus indeks adalah : Indeks ijΧ = minmax

min

ii

iij

XX

XX

−−

Dimana :

1. ijΧ = nilai ke – j dari indikator ke i

2. min danmax = nilai minimum dan maksimum dari indikator

Selanjutnya indeks ketahanan pangan komposit diperoleh dari

penjumlahan seluruh indeks indikator (9 indikator) kerentanan terhadap

kerawanan pangan. Indeks komposit kerawanan pangan dihitung dengan cara

sebagai berikut :

=IFI 1/9 }( HEALTHWATERNUTLEXLITROADPBPLAV IIIIIIII +++++++

Persentase penanganan kerawanan pangan dapat dihitung menggunakan rumus:

Daerah rawan aman = !

" # 100%

Page 39: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

24

Keterangan :

A : jumlah daerah yang termasuk kedalam prioritas 4 hingga prioritas 6

B : Jumlah total seluruh daerah/kecamatan pada suatu provinsi,

kota/kabupaten

Definisi Operasional

Cadangan pangan adalah cadangan pangan yang dimiliki dan dikuasai oleh

pemerintah daerah, baik provinsi maupun kota/kabupaten.

Distribusi pangan adalah pasokan pangan yang dapat menjangkau

keseluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah

tangga.

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang

dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya seperti sandang, pangan, tempat tinggal

bahkan pendidikan.

Ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi

suatu daerah atau rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merat dan terjangkau.

Ketersediaan pangan wilayah adalah tersedianya pangan dari hasil produksi

domestik atau dari sumber lain untuk memenuhi kebutuhan energi dan

zat gizi lainnya di suatu wilayah tertentu.

Kerawanan pangan dapat diartikan sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat,

atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya

tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi

pertumbuhan dan kesehatan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang

atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik

yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan

dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan

Page 40: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

25

pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman (UU No. 7/1996).

Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka ragam

pangan dengan prinsip gizi seimbang.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu

pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

diperoleh setiap warga secara minimal.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Ketahanan Pangan adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan

urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal,

yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan

ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah provinsi dan

kabupaten/kota.

Tingkat kemiskinan adalah presentase penduduk miskin berdasarkan

pendekatan yang digunakan BPS yaitu berdasarkan pengeluaran

konsumsi dengan batasan kemiskinan berpatokan pada kecukupan

energi (2100 kkal/kapita/hari) dan kebutuhan dasar non makanan lainnya

per kapita per hari (BPS 2005).

Page 41: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kota Tangerang

Keadaan Geografis dan Administratif

Kota Tangerang merupakan salah satu dari 8 kabupaten/kota di Provinsi

Banten dan secara geografis terletak antara 606’ – 6013’ Lintang Selatan dan

1060 36’ – 1060 42’ Bujur Timur. Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28

Februari 1993 berdasarkan Undang-undang No.2 Tahun 1993 tentang

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang, merupakan hasil

pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

Luas wilayah Kota Tangerang sebesar 183,78 km2 (termasuk luas

Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2). Kota Tangerang memiliki batas-

batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga,

Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong, dan Kecamatan Pondok Aren,

Kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kota

Tangerang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan

Cikupa, Kabupaten Tangerang.

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012a) Gambar 2 Peta Kota Tangerang

Kota Tangerang memiliki letak yang strategis, yaitu berbatasan langsung

dengan ibukota Negara Republik Indonesia dan memiliki Bandara Internasional

Soekarno-Hatta. Kedua hal ini merupakan salah satu pendorong pertumbuhan

dan perkembangan aktivitas industri, perdagangan serta jasa sebagai basis

Page 42: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

27

perekonomian Kota Tangerang. Kota Tangerang secara adminsitratif terdiri dari

13 kecamatan,104 kelurahan yang terdiri dari 960 RW (Rukun Warga) dan 4.721

RT (Rukun Tetangga).

Tabel 4 Wilayah administratif dan jumlah penduduk Kota Tangerang

No Kecamatan Jumlah

Kelurahan RW RT Penduduk 1 Ciledug 8 98 339 147.023 2 Larangan 8 89 401 163.901 3 Karangtengah 7 74 358 118.473 4 Cipondoh 10 95 571 216.346 5 Pinang 11 76 443 160.206 6 Tangerang 8 78 397 152.145 7 Karawaci 16 127 528 171.317 8 Jati Uwung 6 86 446 142.479 9 Cibodas 6 41 216 120.216

10 Periuk 5 60 373 129.384 11 Batu Ceper 7 50 213 103.504 12 Neglasari 7 44 241 90.590 13 Benda 5 42 195 83.017

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012c)

Berdasarkan data Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang, jumlah

penduduk Kota Tangerang pada tahun 2011 adalah 1.847.341 jiwa. Penduduk

berjenis kelamin laki-laki (946.091 jiwa) lebih banyak dibandingkan dengan

penduduk berjenis kelamin perempuan (901.250 jiwa) sedangkan untuk

kelompok umur, umur 25-29 tahun lebih mendominasi baik jenis kelamin laki-laki

(107.488 jiwa) maupun jenis kelamin perempuan (104.960 jiwa). Rasio beban

ketergantungan sebesar 39.71 atau setiap 100 penduduk usia produktif (15-64

tahun) menanggung 39.71 penduduk usia non produktif. Angka ini menurun dari

tahun sebelumnya, hal ini dipengaruhi meningkatnya jumlah penduduk usia

produktif yang mengisi lowongan kerja pada industri di Kota Tangerang (Kantor

Litbang dan Statistik 2012a).

Jumlah kepala keluarga di Kota Tangerang tahun 2011 adalah 452.990

dan rata-rata setiap keluarga di Kota Tangerang terdiri dari 3.97 anggota

keluarga. Menurut Kantor Litbang dan Statistik (2012c), suatu daerah

dikategorikan padat penduduk bila suatu daerah dihuni oleh > 2000 jiwa per km2,

sedang bila 1000 – 2000 jiwa per km2 dan rendah bila suatu daerah dihuni oleh >

1000 jiwa per km2. Kota Tangerang dapat dikatakan daerah cukup padat

penduduk, dimana setiap kilometer persegi dihuni oleh 10.930 jiwa. Kecamatan

Larangan memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah penduduk

17.436 jiwa untuk setiap kilometer perseginya, dan Kecamatan Neglasari

Page 43: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

28

merupakan kecamatan yang paling tidak padat dengan penghuni sebanyak

6.437 jiwa untuk setiap kilometer perseginya (Kantor Litbang dan Statistik

2012c). Pembagian penduduk Kota Tangerang menurut kelompok umur tahun

2011 dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012a)

Gambar 3 Penyebaran penduduk Kota Tangerang menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2011

Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat tercermin dari total produksi

barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi yang tergambar dalam

besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dihitung dalam

dua cara, yaitu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK) tahun dasar 2000. Besarnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Kota Tangerang tahun 2010 adalah sebesar 56.96 triliun rupiah, atau meningkat

15.47% dari tahun 2009. Pada tahun 2009 PDRB Kota Tangerang sebesar

49.33 triliun rupiah meningkat 10.39% dari tahun 2008. Sedangkan berdasarkan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, besarnya nilai tersebut pada tahun 2010

adalah 29,40 triliun rupiah (Kantor Litbang dan Statistik 2011).

Sektor pertanian bukanlah menjadi sektor unggulan di Kota Tangerang.

Namun, sektor ini masih menjadi salah satu mata pencarian utama dari sebagian

kecil penduduk Kota Tangerang pada tahun 2011, yaitu sekitar 1.2% dari total

penduduk Kota Tangerang. Sektor pertanian meliputi pertanian tanaman pangan

dan tanaman pertanian lainnya, peternakan, jasa pertanian, dan perikanan darat.

Adapun lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian, peternakan dan

perikanan antara lain sawah (sawah irigasi teknis 656 Ha, sawah irigasi

sederhana 131 Ha, dan sawah tadah hujan 314 Ha), lahan pekarangan (12947

Ha), lahan kosong yang belum dimanfaatkan (332 Ha).

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Tahun

Laki-laki

Perempuan

Page 44: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

29

Pada tahun 2011, luas lahan pertanian di Kota Tangerang sebesar 832

hektar dan sekitar 65% menggunakan irigasi dalam pengairannya, baik irigasi

teknis maupun setengah teknis. Dari 832 hektar lahan pertanian yang ada, petani

di Kota Tangerang bisa memproduksi hingga 6 ton hasil panen untuk setiap

hektar lahan pertanian yang digarap. Angka produksi ini semakin menurun dari

tahun ke tahun seiring dengan menurunnya luas lahan sawah di Kota Tangerang

(Kantor Litbang dan Statistik 2012c).

Lapangan usaha yang menjadi sumber penghasilan utama penduduk

Kota Tangerang tahun 2011 adalah sektor industri pengolahan, jasa, dan

perdagangan besar/eceran dan rumah makan. Dari 104 kelurahan yang ada di

Kota Tangerang, terdapat 55 kelurahan (52.88% kelurahan) memiliki penduduk

yang berpenghasilan utama di sektor industri pengolahan, 25 kelurahan di sektor

jasa dan 20 kelurahan di sektor perdagangan besar/eceran dan rumah makan.

Sektor-sektor lain yang tidak menjadi sektor unggulan yaitu sektor angkutan,

pergudangan, komunikasi dan gas, listrik, perbankan, dll.

Bahan pangan di Kota Tangerang berasal dari hasil produksi Kota

Tangerang dan didistribusikan dari daerah lain. Salah satu bahan pangan yang

menjadi potensi Kota Tangerang adalah jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Pasokan

bahan pangan Kota Tangerang diimpor dari berbagai daerah di sekitar Kota

Tangerang, seperti Lampung dan beberapa daerah di Jawa Barat.

Analisis Situasi Ketahanan Pangan dan Gizi

Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Ketersediaan pangan dalam suatu wilayah berfungsi untuk menjamin

pasokan pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga baik dari

segi kuantitas, kualitas, keragaman maupun keamanannya. Ketersediaan

pangan wilayah dapat terpenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam

negeri, (2) impor pangan, (3) pengelolaan cadangan pangan (Bappenas 2008a).

Ketersediaan pangan dalam negeri harus dijaga kestabilannya. Ketersediaan

pangan diperoleh dari kegiatan produksi antara lain pertanian, peternakan,

perikanan, dan sebagainya. Ketersediaan pangan diukur menggunakan suatu

acuan yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan Widyakarya

Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004, dalam satuan rata-rata per kapita per

hari untuk energi sebesar 2.200 kkal dan protein 57 gram. Kota Tangerang

sebagai kota industri dan perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja

menyebabkan tingginya permintaan dan kebutuhan akan pangan. Oleh karena

Page 45: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

30

itu, diperlukan pasokan bahan pangan yang baik dari dalam (produksi) maupun

luar (impor) Kota Tangerang. Produksi Kota Tangerang diketahui berdasarkan

hasil panen atau hasil mentah dikali dengan faktor konversi. Produksi pangan

dapat digunakan untuk mengetahui swasembada pangan daerah tersebut.

Produksi pangan merupakan salah satu faktor penentu dari ketahanan pangan

suatu daerah. Produksi pangan Kota Tangeran tahun 2011 dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5 Produksi pangan Kota Tangerang tahun 2011

No. Kelompok pangan Produksi (Ton)

1 Padi-padian 4.096

2 Umbi-umbian 132

3 Gula -

4 Buah/biji berminyak -

5 Sayur-sayuran 16.531

6 Buah-buahan 1.231

7 Daging 1.532

8 Telur 1.065

9 Susu -

10 Ikan-ikanan 433

11 Minyak dan lemak 40

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2011b)

Produksi tertinggi Kota Tangerang adalah sayur-sayuran dan padi-padian.

Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan untuk

berkebun dan bertani. Namun, Kota Tangerang tidak memiliki hasil produksi

kelompok pangan gula, buah/biji berminyak dan susu. Hasil produksi pangan di

Kota Tangerang mempengaruhi penyediaan pangan domestik di Kota

Tangerang.

Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata peluang

individu untuk memperoleh bahan pangan. Neraca Bahan Makanan (NBM)

digunakan untuk menyusun persediaan pangan untuk masing-masing komoditas

pangan dan untuk membangdingkan persediaan pangan dengan kebutuhan

pangan (Laura et al, 1986). Berdasarkan hasil analisis NBM, perkembangan

ketersediaan pangan masing-masing komoditas per kapita dalam bentuk jumlah

(ton), energi (Kkal) dan protein (gram) baik per tahun, per bulan maupun per hari

dapat diketahui. Ketersediaan pangan per kapita berdasarkan NBM Kota

Tangerang pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 46: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

31

Tabel 6 Ketersediaan pangan per kapita Kota Tangerang tahun 2011

No. Kelompok pangan Penyediaan

Domestik (Ton) Ketersediaan Per Kapita

Kg/tahun Gram/ hari 1 Padi-padian 271.479 143,81 394,01

2 Umbi-umbian 7.830 4,02 11,01

3 Gula 11.380 6,11 16,73

4 Buah/biji berminyak 19.545 7,78 21,32

5 Sayur-sayuran 123.101 64,15 175,75

6 Buah-buahan 54.463 28,28 77,49

7 Daging 25.721 13,23 36,24

8 Telur 23.610 12,48 34,18

9 Susu 98.326 44,87 122,93

10 Ikan-ikanan 59.349 31,16 85,38

11 Minyak dan lemak 17.996 9,59 26,28

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2011b)

Penyediaan domestik adalah penyediaan pangan dalam negeri yang

merupakan hasil dari produksi ditambah dengan impor lalu dikurangi dengan

stok dan ekspor. Penyediaan domestik tertinggi di Kota Tangerang terdapat pada

komoditas padi-padian sebesar 271.479 ton. Penyediaan domestik terendah di

kota Tangerang adalah komoditas umbi-umbian sebesar 7.830 ton. Penyediaan

domestik umbi-umbian rendah dapat disebabkan karena konsumsi umbi-umbian

yang rendah sehingga produksi dan impor umbi-umbian di Kota Tangerang yang

rendah bila dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Ketersediaan domestik (gram/hari) kelompok pangan padi-padian Kota

Tangerang sudah memenuhi anjuran konsumsi padi-padian yang disarankan

dalam PUGS (350 gram). Selain kelompok padi-padian, ketersediaan domestik

kelompok pangan hewani di Kota Tangerang sebanyak 155.8 gram dan telah

memenuhi ketentuan konsumsi PUGS, yaitu 150 gram per hari. Selain padi –

padian dan pangan hewani, ketersediaan sayur –sayuran telah mencukupi

rekomendasi konsumsi PUGS. Berdasarkan PUGS, rekomendasi konsumsi buah

– buahan per hari adalah 150 gram dan ketersediaan buah – buahan di Kota

Tangerang belum mencukupi rekomendasi tersebut (77.49 gram).

Berdasarkan ketersediaan kelompok pangan perkapita, ketersediaan

pangan tertinggi di Kota Tangerang adalah padi-padian dan sayuran.

Ketersediaan pangan perkapita dari pangan hewani adalah 278.73

gram/kapita/hari. Bila dibandingkan dengan ketersediaan per kapita padi-padian,

ketersediaan pangan hewani harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan agar kualitas

ketersediaan dan konsumsi pangan hewani masyarakat Kota Tangerang

Page 47: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

32

meningkat. Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang disajikan

pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang tahun 2011

No Kelompok Pangan

Gram/ Kap/ Hari

Tingkat Ketersediaan Energi

Tingkat Ketersediaan Protein

kkal/Kap/ Hari % AKE Gram/Kap/Hari %AKP 1 Padi-padian 394,01 1402 63,7 35,1 61,6

2 Umbi-umbian 11,01 18 0,8 0,08 0,1

3 Gula 16,73 61 2,8 0,01 0,0

4 Buah/biji berminyak 21,32 72 3,3 6,3 11,1

5 Sayur-sayuran 175,75 44 2,0 3,1 5,4

6 Buah-buahan 77,49 33 1,5 0,4 0,7

7 Daging 36.,24 102 4,6 6,4 11,2

8 Telur 34,18 47 2,1 3,8 6,7

9 Susu 122,93 75 3,4 3,9 6,8

10 Ikan-ikanan 85,38 59 2,7 10,8 18,9

11 Minyak dan lemak 26,28 237 10,8 0,02 0,0

Total 2150 97,7 69,91 122,6 Sumber : Neraca Bahan Makanan Kota Tangerang (2012b)

Keterangan: – Angka Kecukupan Energi (AKE) WNPG VIII Tahun 2004 = 2.200 kkal/kapita/hari – Angka Kecukupan Protein (AKP) WNPG VIII Tahun 2004 = 57 gram/kapita/hari

Secara kuantitas, tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang

pada tahun 2011 sudah mencukupi angka rekomendasi hasil WNPG. Tingkat

ketersediaan energi Kota Tangerang pada tahun 2011 sebesar 2150

Kkal/kapita/hari dan telah memenuhi 97.7% dari angka kebutuhan energi (AKE)

yang dianjurkan (2200 Kkal/kap/hari). Tingkat ketersediaan protein Kota

Tangerang selama tahun 2011 sebesar 69.9 gr/kap/hari dan telah memenuhi

122.6% angka kebutuhan protein (AKP) yang dianjurkan (57 gr/kap/hari).

Selain kuantitas, kualitas dari kontribusi energi dan protein kelompok

pangan dapat diketahui dari ketersediaan energi dan protein. Kualitas

ketersediaan energi dan protein yang berasal dari padi-padian sudah baik karena

telah mencukupi 50% dari angka kebutuhan energi dan protein. Kualitas

sumbangan energi dan protein dari umbi-umbian terbilang rendah yaitu 0,8%

AKE. Selain umbi – umbian, kualitas kontribusi energi dan protein dari sayuran

dan buah tebilang rendah, yaitu 2.0% dan 1.5% AKE. Hal ini dapat dikarenakan

produksi umbi-umbian sayur dan buah di Kota Tangerang masih rendah dan

distribusi dari daerah lain mengalami kesulitan dan distibusi yang terhambat

dikarenakan produksi umbi-umbian, sayuran, dan buah di daerah yang

Page 48: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

33

merupakan sentra produksi mengalami gagal panen dan akses jalan yang

terhambat. Umbi – umbian, sayuran, dan buah di Kota Tangerang berasal dari

produksi Kota Tangerang dan daerah di sekitarnya (Lampung, Kabupaten

Tangerang dan beberapa daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah).

Ketersediaan protein Kota Tangerang tahun 2011 sebesar 69.9

gram/kapita per hari dan sumbangan protein terbesar dari kelompok padi –

padian. Sumbangan ketersediaan protein dari kelompok pangan hewani sebesar

24.9 gram/kapita/hari. dan pangan nabati sebesar 6.3 gram/kapita/hari. Menurut

PUGS, konsumsi pangan hewani dan pangan nabati sebaiknya masing – masing

sebanyak 2 – 3 porsi sehari (150 gram). Tingkat ketersediaan energi dan protein

di Kota Tangerang belum mencukupi ketentuan konsumsi per hari sesuai PUGS.

Tingkat ketersediaan protein dari kelompok pangan hewani dan nabati harus

ditingkatkan dengan meningkatkan produksi atau jumlah impor pangan hewani

dari daerah lain.

Indikator lain dalam ketersediaan dan cadangan pangan adalah

penguatan cadangan pangan. Cadangan pangan adalah cadangan pangan yang

dimiliki oleh pemerintah daerah (pemerintah provinsi, kota/kabupaten). Cadangan

pangan kota/kabupaten berdasarkan Permentan tahun 2010 adalah sebesar 100

ekuivalen cadangan pangan. Kota Tangerang belum memiliki cadangan pangan,

namun Kota Tangerang memiliki stok beras yang dikelola oleh Perum Bulog Sub

Divre Tangerang. Stok ini pada dasarnya bukan milik Pemerintah Kota

Tangerang, namun milik Perum BULOG. Mobilisasi pada umumnya mengikuti

standar operasional yang berlaku di Perum BULOG.

Stok beras yang dikelola Perum BULOG dimanfaatkan untuk tiga

kebutuhan yaitu pada saat darurat, kerawanan pangan pasca bencana dan

stabilisasi harga. Ketika daerah mengalami situasi darurat, Pemerintah Provinsi

memiliki kewenangan untuk menyalurkan beras cadangan beras pemerintah atau

stok beras sebanyak 200 ton setahun untuk menjaga ketahanan pangan rumah

tangga korban bencana. Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan

untuk menyalurkan maksimal 100 ton. Setelah situasi darurat, umumnya timbul

ancaman kerawanan pangan pasca bencana karena belum pulihnya

perekonomian. Pada situasi ini Gubernur atau Bupati/Walikota menyampaikan

jumlah kebutuhan beras untuk menjaga ketahanan pangan rumah tangga korban

bencana kepada Menteri Sosial dan berdasarkan instruksi, Perum BULOG

menyalurkan beras sejumlah permintaaan yang dibutuhkan.

Page 49: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

34

Manfaat ketiga dari cadangan bahan pangan (CBP) yang sudah

digunakan saat ini adalah sebagai alat intervensi pemerintah saat harga beras

bergejolak naik. Gejolak harga umumnya disebabkan oleh berkurangnya suplai

beras saat musim paceklik. Pada saat ini, pemerintah mengintervensi pasar

dengan menambah suplai ke pasar. Dengan memperhatikan perkembangan

harga beras di pasar, Bupati/Walikota mengajukan permohonan OP (operasi

pasar) tingkat provinsi dan akan meneruskan kepada Menteri Perdagangan.

Dengan dasar surat permohonan tersebut, Menteri Perdagangan memerintahkan

Perum BULOG untuk melaksanakan operasi pasar di lokasi yang ditetapkan,

pada harga yang ditentukan dan pada periode yang dibutuhkan. Koordinasi

dengan pemerintah provinsi atau kabupaten/kota diperlukan agar tidak terjadi

keresahan masyarakat akibat kenaikan harga yang tinggi. (BULOG 2010).

Distribusi dan Akses Pangan

Distribusi dan akses pangan dikaji menggunakan dua indikator, yaitu

ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan serta stabilitas harga

dan pasokan pangan. Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan

dapat diketahui berdasarkan ketersediaan komoditas, lokasi dan waktu

(Lampiran 2). Komoditas bahan pangan diketahui berdasarkan ketersediaan

informasi baik harga maupun pasokannya adalah sembilan komoditas utama,

yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji

berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lain-lain. Informasi

tentang harga dan pasokan dikumpulkan dari tiga pasar tradisional besar di Kota

Tangerang (Pasar Anyar, Pasar Malabar dan Pasar Ciledug) yang diperoleh

setiap minggunya (52 minggu).

Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di Kota

Tangerang telah mencapai nilai 100%. Hal ini berarti ketersediaan informasi

harga, pasokan dan akses pangan tersedia dengan lengkap sehingga

masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai harga, pasokan dan akses

pangan dengan mudah. Kemudahan ini berbanding lurus dengan kemudahan

masyarakat untuk memperoleh bahan makanan karena Kota Tangerang memiliki

pasar yang terdapat di setiap kecamatan dan mudah di akses oleh masyarakat.

Harga bahan pokok di setiap pasar memiliki harga yang terjangkau dan tidak

memiliki perbedaan yang signifikan. Selain itu, hampir seluruh bahan makanan

pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat tersedia dengan lengkap di pasar setiap

kecamatan, tidak hanya terdapat di pasar utama di Kota Tangerang.

Page 50: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

35

Stabilitas harga dan pasokan pangan dapat diketahui per komoditas

pangan berdasarkan inflasi harga dan pasokan pangan yang terdapat di Kota

Tangerang. Harga bahan pangan di Kota Tangerang dapat diamati per hari, per

bulan dan per tahun. Harga bahan pokok (beras, gula pasir dan minyak goreng)

di Kota Tangerang cenderung stabil selama tahun 2011. Perkembangan harga

beras, gula dan minyak goreng di Kota Tangerang selama tahun 2011 dapat

dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011)

Keterangan : - November dan Desember angka perkiraan - Beras merupakan rataan harga beras IR I dan IR II - Gula pasir merupakan rataan harga gula impor dan dalam negri - Minyak goreng merupakan rataan harga minyak goreng curah dan

bermerk

Gambar 4 Perkembangan harga beras, gula pasir dan minyak goreng di Kota Tangerang selama tahun 2011

Beras, gula pasir dan minyak goreng merupakan salah satu komoditas

pangan yang dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan rumah

tangga dan daerah. Hal ini dikarenakan ketiga bahan ini adalah bahan makanan

pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Harga beras di Kota Tangerang

selama 2011 relatif stabil dengan koefisien variasi (CV) sebesar 4% dan standar

deviasi Rp 295 dengan rata-rata laju pertumbuhan harga beras 0.4%. Harga rata-

rata beras di Kota Tangerang selama tahun 2011 sebesar Rp 7.328/kg. Harga

beras yang relatif stabil di Kota Tangerang memiliki dampak yang signifikan pada

masyarakat. Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat

Indonesia sehingga bila harga beras stabil, masyarakat dapat dengan mudah

untuk memperoleh beras. Selain itu, harga beras yang stabil dapat menguatkan

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Gula pasir dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan karena

gula pasir dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan dalam kegiatan

sehari-hari. Harga gula pasir selama tahun 2011 memiliki kecenderungan

02,0004,0006,0008,000

10,00012,00014,000

beras

gula pasir

minyak goreng

Page 51: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

36

menurun. Rata-rata laju penurunan per bulan mencapai 0.9%. Perkembangan

harga gula pasir masih tergolong relatif stabil dengan koefisien variasi (CV)

sebesar 3.2%. Minyak goreng digunakan oleh masyarakat dalam sebagian besar

proses memasak. Perkembangan harga minyak goreng relatif stabil pada tahun

2011 dengan koefisien variasi (CV) harga minyak goreng sebesar 2,6%. Harga

minyak goreng yang stabil memiliki dampak yang signifikan di masyarakat

dikarenakan minyak goreng termasuk bahan pokok yang dibutuhkan dan

digunakan hampir pada setiap olahan rumah tangga.

Selain bahan makanan pokok, perkembangan harga pangan hewani

memiliki dampak yang cukup signifikan di masyarakat. Perkembangan harga

bahan pangan hewani yang dipantau adalah daging sapi, daging ayam broiler,

telur ayam dan ikan asin. Perkembangan bahan pangan hewani di Kota

Tangerang selama tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011)

Keterangan : - November dan Desember angka perkiraan - Ikan asin merupakan rataan harga ikan asin sepat, gabus, dan bulu ayam

Gambar 5 Perkembangan harga bahan pangan hewani di Kota Tangerang selama tahun 2011

Daging sapi, daging ayam, telur ayam dan ikan asin merupakan bahan

pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Kenaikan harga

pangan hewani memiliki dampak yang cukup signifikan karena pangan hewani

dikonsumsi oleh masyarakat pada setiap waktu makan. Daging sapi memiliki

harga tertinggi diantara pangan hewani lainnya. Harga daging sapi secara umum

cenderung meningkat selama tahun 2011 dengan rata-rata kenaikan harga 0.7%

setiap bulannya dan koefisien variasi harga sebesar 3.6%.

Daging ayam broiler merupakan pangan hewani yang sering dikonsumsi

oleh masyarakat karena harga daging ayam broiler tidak setinggi daging sapi

sehingga relatif terjangkau oleh masyarakat. Harga daging ayam broiler cukup

010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,000

daging sapi

daging ayam broiler

telur ayam broiler

ikan teri medan

ikan asin

Page 52: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

37

stabil dengan koefisien variasi harga 4% dan laju kenaikan harga 0.0%. Selain

daging ayam broiler, konsusmi telur ayam broiler juga cukup tinggi. Telur ayam

broiler lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan telur ayam

kampong karena harga telur ayam broiler yang lebih murah bila dibandingkan

dengan telur ayam kampung. Harga telur ayam broiler pada tahun 2011 cukup

stabil dengan koefisien variasi sebesar 5.5% dengan rata-rata laju pertumbuhan

harga adalah -0.02% per bulan.

Perkembangan harga ikan teri medan dan ikan asin (sepat, gabus, bulu

ayam) di Kota Tangerang mengalami penurunan sepanjang tahun 2011. Secara

umum, rata-rata penurunan harga ikan teri medan dan ikan asin (sepat, gabus,

bulu ayam) masing-masing 1.5% dan 0.2% per bulan. Koefisien variasi harga

ikan asin teri medan sebesar 6,6%, sedangkan koefisien variasi rataan harga

ikan asin sepat, gabus, dan bulu ayam sebesar 1,8%.

Selain bahan pokok dan pangan hewani, perkembangan harga cabe

merah dan kacang kedelai imut mempengaruhi akses pangan bagi masyarakat.

Hal ini dikarenakan cabe merah digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu

dalam masakan dan kacang kedelai merupakan bahan baku pembuatan tahu

serta tempe. Tahu dan tempe merupakan pangan nabati bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia. Perkembangan harga cabe merah dan kacang kedelai di

Kota Tangerang dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011)

Keterangan : - November dan Desember angka perkiraan - Kacang kedelai merupakan rataan harga kacang kedelai lokal dan impor - Cabe merah merupakan rataan harga cabe merah biasa dan keriting

Gambar 6 Perkembangan harga cabe merah dan kacang kedelai di Kota Tangerang selama tahun 2011

Cabe merah memiliki rata-rata laju penurunan harga sebesar 7.6% per

bulan dengan standar deviasi Rp 11.377. Fluktuasi harga cabe merah dapat

dilihat dari tingginya nilai koefisien variasi dari cabe merah, yaitu 58%. Fluktuasi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

kacang kedelai

cabe merah

Page 53: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

38

harga cabe merah memiliki dampak pada kegiatan perekonomian, khususnya

pada usaha makanan olahan rumah tangga. Hal ini dikarenakan hampir seluruh

olahan makanan menggunakan cabe merah sebagai bumbu masakan.

Kacang kedelai tidak tersedia di semua pasar sehingga data harga

kedelai menjadi terbatas. Kedelai jenis impor/ekspor tidak terdapat di Pasar

Malabar, sedangkan kedelai lokal hanya terdapat di Pasar Malabar.

Perkembangan harga kacang kedelai relatif stabil pada bulan Januari hingga

Desember. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien variasi (CV) yaitu sebesar

2.6% dengan rata-rata laju petumbuhan harga per bulan mencapai 0.4%.

Kenaikan harga kacang kedelai dapat mengakibatkan konsumsi pangan nabati di

masyarakat menurun. Hal ini dikarenakan kacang kedelai merupakan bahan

baku utama pembuatan tahu dan tempe. Apabila harga kacang kedelai

meningkat, produksi tahu dan tempe menurun sehingga ketersediaan tahu dan

tempe di masyarakat menjadi langka.

Koefisien keragaman atau CV digunakan untuk menggambarkan

stabilitas dari suatu harga pangan. CV harga suatu pangan dapat diperoleh

dengan membagi standar deviasi harga pangan tersebut dengan harga rata-rata

dikali dengan 100. CV beberapa pangan pokok di Kota Tangerang dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8 Koefisien keragaman (CV) bahan pokok di Kota Tangerang selama tahun 2011

No Jenis pangan Satuan Harga (Rp) Standar Deviasi

CV (%)

1 Susu Bubuk 400 g 26,337 218 1.1 2 Tepung Terigu Segi Tiga Biru Kg 7,061 80 1.1 3 Susu Kental 397 gram 8,324 95 1.3 4 Ikan Asin Kg 42509 772 1.8 5 Minyak Goreng Liter 11,196 287 2.6 6 Kacang Kedelai Kg 7,544 199 2.6 7 Gula Pasir Kg 10,561 341 3.2 8 Daging Sapi Kg 67,235 2,440 3.6 9 Daging Ayam Broiler Kg 26,575 1,068 4.0

10 Beras Kg 7,328 295 4.0 11 Telur Ayam Broiler Kg 14,690 815 5.5 12 Ikan asin Teri Medan Kg 64,415 4,276 6.6 13 Kacang Tanah Kg 16,351 1,089 6.7 14 Jagung Pipilan Kg 8,472 1,175 13.9 15 Kacang Hijau Kg 17,331 2,427 14.0 16 Ketela Pohon Kg 2,503 547 21.9 17 Bawang Putih Kg 18,524 4,720 25.5 18 Bawang Merah Kg 15,231 4,079 26.8 19 Cabe Merah (Kriting & Biasa) Kg 19,610 11,377 58.0

Sumber : Bappeda Kota Tangerang (2011), Diolah

Page 54: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

39

Semakin tinggi CV maka harga pangan tersebut fluktuatif dan apabila CV

kecil maka harga pangan tersebut cenderung stabil. Koefisien keragaman (CV)

dari kebutuhan pokok di Kota Tangerang beragam dalam rentang 58.0 hingga

1.1. Bahan pangan yang memiliki CV terbesar atau yang memiliki harga paling

fluktuatif adalah cabe merah (58.0). Selain cabe merah, bahan pangan yang

memiliki CV tinggi atau harga yang fluktuatif adalah bawang merah. Bawang

merah memiliki harga rata-rata Rp 15.231 selama tahun 2011. Harga cabe

merah dan bawang merah memiliki harga yang fluktuatif selama tahun 2011

memiliki beberapa penyebab. Penyebab – penyebab adalah terhambatnya

distribusi dari daerah produksi dan hasil produksi yang mengalami penurunan.

Salah satu faktor yang menyebabkan hasil produksi yang menurun adalah cuaca

yang berubah-ubah dan gangguan hama pada tanaman.

Harga bahan pangan pokok yang bersifat fluktuatif di Kota Tangerang

dapat menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan masyarakat. Cabe merah

dan bawang merah yang memiliki harga paling fluktuatif diantara bahan pangan

pokok lainnya tidak menyebabkan dampak yang cukup signifikan di masyarakat.

Hal ini dikarenakan kedua bahan ini merupakan bahan tambahan yang sering

digunakan oleh masyarakat dalam olahan masakan rumah tangga. Bahan

pangan yang kenaikan harganya menyebabkan dampak yang signifikan bagi

masyarakat adalah beras. Hal ini dikarenakan beras merupakan bahan pangan

pokok bagi masyarakat Indonesia. Kenaikan harga beras dapat menyebabkan

ketahanan pangan rumah tangga melemah.

Bahan pangan yang memiliki CV terendah adalah tepung terigu dan susu

bubuk(1.1). Hal ini dikarenakan karena tepung terigu dan susu bubuk merupakan

hasil produksi industri sehingga harganya relatif stabil. Bahan pangan non

industri yang memiliki CV terendah adalah ikan asin (1.8). Ikan asin (bulu ayam,

sepat dan gabus) memiliki harga yang cukup stabil dikarenakan ikan asin

termasuk bahan yang dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Selain itu,

ikan asin dapat diperoleh dengan relatif mudah karena terdapat di seluruh pasar

di Kota Tangerang.

Penganekaragaman dan Keamanan pangan

Penganekaragaman dan keamanan pangan diketahui dari data konsumsi

pangan dan data keamanan pangan di Kota Tangerang. Data konsumsi pangan

diperoleh dari data SUSENAS Kota Tangerang dan diukur dengan Pola Pangan

Harapan (PPH). PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang

Page 55: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

40

dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, PPH digunakan untuk

mengukur keseimbangan dan keanekaragaman pangan. Skor PPH dapat

mencerminkan mutu konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan.

Tabel 9 menyajikan skor PPH berdasarkan konsumsi Kota Tangerang pada

tahun 2011.

Tabel 9 Skor PPH berdasarkan konsumsi Kota Tangerang tahun 2011

No Kelompok Pangan Standar (PPH Ideal) Aktual (Tahun 2011)

Kkal % AKE Skor PPH Kkal %

AKE Skor PPH

1. Padi-padian 1000 50 25 1121 56,0 25,0

2. Umbi-umbian 120 6 3 17 0,8 0,4

3. Pangan Hewani 240 12 24 229 11,5 22,9

4. Minyak&Lemak 200 10 5 215 10,7 5,0

5. Buah/Biji Berminyak 60 3 1 9 0,4 0,2

6. Kacang-kacangan 100 5 10 56 2,8 5,6

7. Gula 100 5 3 55 2,7 1,4

8. Sayur dan Buah 120 6 30 67 3,4 16,8

9. Lain-lain 60 3 - 53 2,6 0,0

Total 2000 100 100 1822 91,0 77,3

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2011)

Berdasarkan tabel 9, skor PPH Kota Tangerang pada tahun 2011 sebesar

77.3 dari 100. Hal ini berarti konsumsi pangan masyarakat Kota Tangerang pada

tahun 2011 belum memiliki mutu yang baik karena masih belum seimbang. Skor

PPH nasional pada tahun 2011 sebesar 77.5. Bila dibandingkan dengan skor

PPH nasional, skor PPH Kota Tangerang sudah hampir menyamai skor PPH

nasional, yaitu 77.9. Penganekaragaman pangan merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan pengembangan gizi yang lebih mencukupi pada tingkat

daerah pedesaan, regional maupun nasional. Penganekaragaman dapat

dilakukan dengan penerapan kebijakan “one day no rice” atau penyediaan bahan

pangan berupa umbi-umbian yang lebih beragam.

Berdasarkan kelompok bahan makanan kontribusi energi paling banyak

diperoleh dari kelompok padi-padian, sedangkan dari kelompok umbi-umbian

hanya memenuhi 13.3% dari standar PPH ideal. Bahan pangan yang telah

memenuhi skor PPH ideal adalah kelompok pangan padi-padian serta minyak

dan lemak, sedangkan kelompok pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang-

kacangan, gula serta sayur dan buah masih belum memenuhi skor PPH standar.

Kelompok pangan hewani hanya memenuhi 95.4% standar ideal, buah/biji

berminyak memenuhi 20% standar ideal, kacang-kacangan memenuhi 56%

standar ideal, gula memenuhi 46.7% standar ideal serta sayur dan buah hanya

memenuhi 56% dari standar skor PPH.

Page 56: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

41

Berdasarkan Angka Kecukupan Energi (AKE), kelompok pangan yang

telah memenuhi AKE (2000 Kkal) adalah kelompok padi-padian (56% AKE) serta

minyak dan lemak (10.7%). Kelompok pangan lainnya belum dapat memenuhi

persentase AKE ideal, yaitu umbi-umbian hanya memenuhi 0.8% AKE, buah/biji

berminyak memenuhi 0.4% AKE. Sedangkan kelompok pangan yang hampir

memenuhi AKE standar adalah kelompok pangan hewani memenuhi 11.5% dari

AKE, kacang-kacangan memenuhi 2.8% AKE, gula memenuhi 2.7% AKE, sayur

dan buah hanya memenuhi 3.4% AKE dan lain-lain hanya memenuhi 2.6% dari

standar AKE. Hal ini disebabkan konsumsi masyarakat Kota Tangerang yang

masih belum seimbang antara kelompok pangan. Berdasarkan angka kebutuhan

karbohidrat, angka kebutuhan karbohidrat standar adalah 50%-60%. Kebutuhan

karbohidrat Kota Tangerang telah memenuhi kebutuhan karbohidrat, yaitu 56%

berasal dari kelompok pangan padi-padian.

Berdasarkan skor PPH, konsumsi umbi – umbian, kacang – kacangan

serta sayur dan buah harus lebih ditingkatkan. Kondisi ini tidak sesuai dengan

kondisi masyarakat Kota Tangerang yang sebagian besar merupakan golongan

penduduk menengah. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk miskin di Kota

Tangerang selama tahun 2011 sebanyak 6.88% dan dibandingkan dengan

jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten sebanyak 6.32% dan nasional

sebanyak 12.49%. Konsumsi masyarakat yang masih kurang pada kelompok

pangan sayur dan buah dapat dikarenakan masyarakat masih enggan

mengkonsumsi sayur dan buah karena malas atau lebih memilih konsumsi fast

food. Selain itu, konsumsi umbi-umbian yang cukup rendah dapat pula

dikarenakan masyarakat belum mengetahui cara pengolahan umbi-umbian yang

bervariasi sehingga enggan untuk mengkonsumsinya. Masalah-masalah

distribusi dan mekanisme pasar yang berpengaruh terhadap harga dan daya beli

rumah tangga serta masih tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya tingkat

pengetahuan tentang pangan dan gizi sangat berpengaruh kepada konsumsi dan

kecukupan pangan dan gizi rumah tangga (DKP 2009a).

Isu tentang keamanan pangan merupakan masalah penting karena

diperkirakan lebih dari 90% masalah kesehatan manusia terkait dengan

makanan. Berdasarkan data WHO tahun 2000 diketahui penyakit karena pangan

(foodborne disease) merupakan penyebab 70% dari sekitar 1,5 milyar kejadian

penyakit diare, dan setiap tahunnya menyebabkan 3 juta kematian anak berusia

di bawah 5 tahun (Bappenas 2007). Parameter utama yang paling mudah dilihat

Page 57: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

42

untuk menunjukkan tingkat keamanan pangan di suatu negara adalah jumlah

kasus keracunan yang terjadi akibat pangan (Bappenas 2007). Aspek keamanan

pangan menjadi salah satu terpenting dalam ketahanan pangan, dimana pangan

tidak hanya tersedia dalam jumlah yang cukup, tetapi juga dalam kondisi yang

aman untuk dikonsumsi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun

2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan, keamanan pangan didefinisikan

sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat menggangu,

merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Berikut hasil uji operasi

pasar keamanan pangan Kota Tangerang yang dilakukan pada tanggal 25

hingga 27 Juli tahun 2011 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil uji operasi pasar keamanan pangan di pasar tradisional dan modern Kota Tangerang

Jenis Sampel Jumlah Sampel

Hasil Uji (+) Jumlah Sampel

Formalin Rhodamin B Boraks Residu

Logam (Pb) MS* TMS**

Tahu 8 4 - - 4 4 Kerupuk 5 3 - 1 2 3 Mie 4 2 1 2 2 Otak-Otak Ikan 4 - - 4 0 Bakso 5 - - 5 0 Teri Medan 1 - 1 0 Kerang Hijau 1 - 1 0 Kikil 1 - - 1 0 Berondong Beras

1 1 1 0 1

Total 30 6 4 1 2 20 10

Sumber : Operasi pasar keamanan pangan di pasar tradisional dan pasar modern (Dinas Indagkop, Dinkes dan Dinas Pertanian) (2011)

Keterangan : MS* : Memenuhi Syarat TMS** : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan hasil operasi pasar yang dilakukan oleh Dinas Indagkop;

Dinkes; dan Dinas Pertanian, masih banyak bahan kimia berbahaya yang

digunakan dalam bahan pangan. B ahan kimia tersebut antara lain boraks,

rhodamin B dan formalin. Penggunaan bahan kimia tersebut dimaksudkan agar

bahan makanan menjadi lebih tahan lama dan menarik perhatian konsumen.

Penggunaan bahan kimia berbahaya paling banyak ditemukan dalam tahu,

kerupuk dan mie. Penggunaan boraks, formalin dan rhodamin B menyebabkan

berbagai penyakit bagi kesehatan bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang

lama. Konsumsi boraks terus menerus dalam jangka lama dapat menyebabkan

akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Boraks yang

digunakan dengan jumlah banyak dalam bahan makanan dapat menyebabkan

demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,

Page 58: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

43

menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,

pingsan, hingga kematian (Handayani 2012). Apabila formalin dikonsumsi dalam

jangka waktu pendek dapat menyebabkan gangguan pernapasan, batuk dan jika

terhirup akan terjadi iritasi dan rasa terbakar pada organ penciuman serta

tenggorokan. Jika tertelan, formalin akan menyebabkan mulut, tenggorokan, dan

perut akan terasa terbakar, sakit ketika menelan, mual, muntah, diare,

kemungkinan terjadi perdarahan, dan sakit perut yang hebat. Konsumsi formalin

dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak,

limpa, pankreas, ginjal, serta sistem susunan saraf pusat. Rhodamin B dapat

menyebabkan ganguan fungsi hati atau kanker hati, dapat menumpuk dilemak

sehingga jumlahnya akan terus bertambah dan dapat memicu kanker jika

dikonsumsi terus menerus (Anafarma 2012).

Jenis sampel yang paling banyak diuji adalah tahu, yaitu 8 sampel. Hasil

uji menunjukkan 50% dari sampel tahu tergolong tidak memenuhi syarat.

Sebanyak 4 dari 8 sampel tahu yang diuji terbukti positif mengandung Formalin.

Sampel tahu yang terbukti positif Formalin berasal dari pasar tradisional, yaitu

Pasar Ciledug dan Pasar Malabar. Sebagian dari sampel kerupuk dan mie yang

diuji terbukti tidak memenuhi syarat. Berikut hasil uji menunjukkan 60% dari

sampel kerupuk dan 50% dari sampel mie tergolong tidak memenuhi syarat.

Sebanyak 3 dari 5 sampel kerupuk yang diuji terbukti positif mengandung

Rodamin B, sedangkan sebanyak 2 dari 4 sampel mie yang diuji terbukti

mengandung Formalin. Seperti halnya sampel tahu, sampel kerupuk dan mie

yang tidak memenuhi syarat berasal dari pasar tradisional.

Hasil berbeda didapatkan dari uji keamanan pangan yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang. Hal ini dapat dikarenakan sampel

yang diuji merupakan sampel yang berbeda jenis dan tempat pengujian. Hasil

operasi keamanan pangan Kota Tangerang yang dilakukan terhadap beberapa

sampel kelompok makanan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil uji keamanan pangan di Kota Tangerang selama tahun 2011

No Kelompok sampel Jumlah Hasil uji

Target Realisasi Sampel aman Persentase

1 Jajanan Sekolah 336 336 324 96.4 2 Bahan Makanan/ pangan segar - - - - 3 Hasil Olahan rumah tangga 137 137 130 94.9 4 Hasil produk UMKM - - - -

Total 473 473 454 96.0 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang (2011)

Page 59: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

44

Target sampel bahan pangan yang diuji sebanyak 473 sampel dan

berhasil dilakukan pengujian terhadap seluruh target. Setelah dilakukan uji

terhadap sampel, sampel yang aman untuk dikonsumsi sebanyak 454 sampel.

Kategori sampel aman adalah sampel yang tidak kadaluarsa dan tidak

mengandung bahan kimia berbahaya. Persentase sampel aman untuk

dikonsumsi berdasarkan hasil survey Dinkes adalah 96%. Perbedaan hasil uji

keamanan pangan antara yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan dinas

Indagkop; kesehatan dan pertanian dikarenakan sampel yang diuji berbeda, baik

jenis sampel maupun lokasi pengambilan sampel. Selain itu, sampel yang

diambil oleh DInkes terdiri dari beberapa kelompok sampel yang berbeda.

Berdasarkan data BPOM RI, keracunan bahan makanan selama tahun

2011 terjadi sebanyak 128 kasus di seluruh Indonesia dan 4 kasus terjadi di

Provinsi Banten. Pangan yang paling banyak menyebabkan kasus keracunan

secara nasional pada tahun 2011 adalah masakan rumah tangga (58 kasus),

pangan jasa boga (30 kasus), pangan jajanan(16 kasus) dan pangan olahan (16

kasus). Bila dibandingkan dengan hasil uji operasi pasar di Kota Tangerang,

bahan makanan yang banyak diuji adalah bahan pangan yang sering diolah

dalam masakan rumah tangga. Berdasarkan hal ini, hasil uji dinas kesehatan dan

hasil survey yang dilakukan oleh BPOM RI tidak memiliki hasil yang jauh

berbeda, yaitu bahan makanan yang dikelola di rumah tangga paling banyak

terbukti terkandung bahan pangan yang tidak aman.

Penanganan Daerah Rawan Pangan

Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang

dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk

memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan

masyarakat. Penduduk dikatakan rawan konsumsi energi apabila rataan

konsumsi energinya kurang dari jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup

aktif dan sehat (DKP 2009a). Kerawanan pangan dan kelaparan sering terjadi

pada petani skala kecil, nelayan, dan masyarakat sekitar hutan yang

menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam yang miskin dan

terdegradasi. Kerawanan pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat

yang ditentukan tingkat pendapatannya. Rendahnya tingkat pendapatan

memperburuk konsumsi energi dan protein (DKP 2006). Kerawanan pangan

dapat diketahui melalui beberapa metode pendekatan, yaitu metode konsumsi

Page 60: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

pangan rumah tangga, metode pendekatan

Gizi (SKPG) dan metode

Salah satu indikator pada

yang dapat dilihat dari status kesehatan. S

dapat diketahui dengan prevalensi

dengan status gizi kurang di Kota Tangerang dapat dilihat pada

Sumber : Dinas Kesehatan Kota TangerangGambar 7 Prevalensi

2011

Balita di Kota Tangerang berjumlah 86.084 jiwa dengan

sebanyak 1.503 jiwa.

Kecamatan Karawaci (137 jiwa

Jatiuwung (4%). Prevalensi balita dengan

tahun 2011 sebanyak 12.6%.

Penanganan kerawa

beberapa indikator dan penyusunan indeks

pada masing-masing indikator. Data

kecamatan di Kota Tangerang

Tabel 12

No Kecamatan Ketersediaan

1 Ciledug 878,62 Larangan 0

3 Karang Tengah 152,4

4 Cipondoh 160,85 Pinang 51,7 6 Tangerang 0 7 Karawaci 0 8 Jati Uwung 1265,69 Cibodas 0

10 Periuk 31,6 11 Batu Ceper 74,9 12 Neglasari 5,0 13 Benda 6,9

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik

8%

8%

9%

pangan rumah tangga, metode pendekatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan

dan metode Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)

Salah satu indikator pada pendekatan SKPG adalah indikator kesehatan

yang dapat dilihat dari status kesehatan. Status kesehatan Kota Tangerang

diketahui dengan prevalensi gizi kurang pada balita. Prevalensi b

kurang di Kota Tangerang dapat dilihat pada Gambar

Dinas Kesehatan Kota Tangerang (2011) revalensi balita dengan status gizi buruk di Kota Tangerang tahun

alita di Kota Tangerang berjumlah 86.084 jiwa dengan

1.503 jiwa. Kecamatan dengan balita gizi buruk terbanyak terdapat di

Kecamatan Karawaci (137 jiwa / 12%) dan paling sedikit terdapat di Kecamatan

Prevalensi balita dengan gizi kurang di Kota Tangerang selama

tahun 2011 sebanyak 12.6%.

Penanganan kerawanan pangan dengan pendekatan FSVA dilihat melalui

beberapa indikator dan penyusunan indeks komposit tingkat ketahanan pangan

masing indikator. Data masing – masing indikator

kecamatan di Kota Tangerang dapat dilihat pada Tabel 12.

12 Data FSVA Kota Tangerang pada tahun 2011Keterse-

diaan Miskin Ja-lan Listrik

Harapan

Hidup

Under-weight

Buta huruf

878,6 3,5 0 0,0 72,1 12.0 1,4 2,5 0 0,0 72,8 9,9 1,2

4 3,6 0 0,0 71,4 16,4 2,1 160,8 3.7 0 0,0 71,9 11,8 2,7

6,6 0 0,1 73,4 13,1 6,1 5,3 0 0,0 73,9 17,3 2,1 7,2 0 0,1 70,7 11,9 1,0

1265,6 4,7 0 0,0 72,9 3,1 1,0 5.0 0 0,0 71,4 15,7 1,4

5,9 0 0,0 67,9 11,8 1,4 6,7 0 0,0 72,1 11,0 2,1 20,0 0 0,1 69,3 15,6 7,6 13,4 0 0,1 72,2 20,3 4,4

Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012c)

6%5%

10%

8%

7%

11%6%

4%

6%

9%12%

Ciledug

Larangan

Karangtengah

Cipondoh

Pinang

Tangerang

Karawaci

Jatiuwung

45

Sistem Kewaspadaan Pangan dan

FSVA).

adalah indikator kesehatan

Kota Tangerang

Prevalensi balita

Gambar 7.

di Kota Tangerang tahun

alita di Kota Tangerang berjumlah 86.084 jiwa dengan balita gizi buruk

buruk terbanyak terdapat di

) dan paling sedikit terdapat di Kecamatan

kurang di Kota Tangerang selama

endekatan FSVA dilihat melalui

tingkat ketahanan pangan

tor FSVA pada tiap

Data FSVA Kota Tangerang pada tahun 2011 Air

bersih

Sarana kesehata

n 23,7 0 18,4 0

21,6 0 12,6 0 22.0 0 18,4 0 13,0 0 8,7 0 13,6 0 10,2 0 5,1 0 17,1 0 5,4 0

Ciledug

Larangan

Karangtengah

Cipondoh

Pinang

Tangerang

Karawaci

Jatiuwung

Page 61: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

46

Berdasarkan data FSVA, indikator yang telah memenuhi kriteria pada

seluruh kecamatan di Kota Tangerang adalah indikator sarana kesehatan dan

akses jalan. Hal ini dapat menggambarkan bahwa sarana kesehatan dan akses

jalan di seluruh kecamatan di Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan

daerah tahan pangan. Sarana kesehatan seperti puskesmas dan tersedianya

tenaga kesehatan. Akses jalan yang dilihat adalah sarana dan prasarana

transportasi menuju daerah tersebut.

Pencapaian Standar Pelayanan Minimum Kota Tangerang

Ketersediaan dan Cadangan Pangan

Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi

dalam negeri dan/atau sumber lain. Ketersediaan pangan per kapita digunakan

untuk melihat peluang masyarakat memperoleh pangan. Ketersediaan energi

dan protein pangan per kapita dapat diperoleh dengan ketersediaan pangan per

kapita per hari dibagi 100 kemudian dikali dengan kandungan energi atau protein

dan dikali dengan berat bahan dapat dimakan (BDD). Tingkat ketersediaan

energi dan protein Kota Tangerang pada tahun 2011 telah memenuhi sebesar

97.7% dan 122.6% dari ketersediaan energi yang dianjurkan dalam Widyakarya

Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004, dalam satuan rata-rata per kapita per

hari untuk energi sebesar 2.200 kkal dan protein 57 gram.

Dalam Permentan 2010, setiap Kabupaten/Kota minimal memiliki 100 ton

ekuivalen cadangan pangan untuk memenuhi kebutuhan daerah. Cadangan

pangan suatu daerah dapat dihitung dengan membagi jumlah cadangan pangan

kota/kabupaten dengan 100 lalu dikali 100%. Kota Tangerang belum memiliki

cadangan pangan kota. Cadangan pangan daerah adalah cadangan pangan

dimiliki dan dikelola oleh Pemda Kota Tangerang, bukan yang dikelola oleh

Perum BULOG. Kota Tangerang sedang merencanakan pembangunan pasar

induk beras ataupun bekerja sama dengan masyarakat untuk memenuhi

ketentuan minimum cadangan pangan daerah.

Distribusi dan Akses Pangan

Informasi harga, pasokan dan akses pangan dapat diperoleh dari

ketersediaan informasi menurut harga, komoditas dan akses, serta realisasi dan

target banyaknya informasi yang dikumpulkan berdasarkan komoditas, lokasi dan

waktu. Target pencapaian informasi (K) nilai harga di Kota Tangerang mencapai

90%. Ketersediaan informasi besarnya pasokan pangan di Kota Tangerang

100% karena data pasokan dapat diperoleh dari NBM Kota Tangerang. Nilai

Page 62: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

47

ketersediaan informasi akses pangan di Kota Tangerang adalah 100%. Hal ini

dikarenakan ketersediaan informasi akses pangan di Kota Tangerang dapat

diperoleh dari peta jalan Kota Tangerang. Hal ini berarti nilai ketersediaan

informasi harga, pasokan dan akses pangan di Kota Tangerang adalah 100%

selama tahun 2011.

Stabilitas harga dan pasokan pangan dapat dikatakan stabil jika gejolak

harga yang terjadi di suatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi harga normal

dan pasokan dikatakan stabil bila penurunan pasokan pangan disuatu wilayah

berkisar antara 5-40%. Stabilitas harga dan pasokan dapat digambarkan dengan

koefisien keragaman (CV) dari pangan. Koefisien keragaman dapat diperoleh

dengan membagi standar deviasi harga pangan dengan harga rata-rata pangan

lalu dikali 100. Koefisien keragaman target untuk stabilitas harga dan pasokan

adalah 25%. Stabilitas harga pangan di Kota Tangerang selama tahun 2011

adalah 85.7%, sedangkan stabilitas pasokan belum dapat diketahui dikarenakan

data yang diperlukan belum diperoleh. Stabilitas harga pangan di Kota

Tangerang dapat dikatakan belum stabil karena masih belum memenuhi target

pada tahun 2015.

Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

Konsumsi masyarakat Kota Tangerang selama tahun 2011 dapat

digunakan untuk melihat keanekaragaman bahan pangan yang dikonsumsi.

Konsumsi dapat diketahui melalui data SUSENAS Kota Tangerang 2011.

Keanekaragaman konsumsi masyarakat Kota Tangerang dihitung menggunakan

skor pola pangan harapan (PPH). Skor PPH dapat diperoleh dengan mengalikan

persentase angka kecukupan gizi (AKG) kelompok pangan dengan bobot

masing-masing kelompok pangan. Persentase AKG kelompok pangan dapat

diperoleh dengan membagi energi masing-masing komoditas atau kelompok

pangan dengan AKG lalu dikali dengan 100. Jika hasil perkalian antara

persentase AKG dikali dengan bobot lebih besar dari skor maksimum, maka skor

yang digunakan adalah skor maksimum, sedangkan bila hasil perkalian

persentase AKG dikali dengan bobot lebih kecil dari skor maksimal, maka skor

yang digunakan adalah hasil perkalian (Kementan 2010). Skor PPH Kota

Tangerang pada tahun 2011 sebesar 77.3 dari 100. Hal ini berarti konsumsi

pangan masyarakat Kota Tangerang pada tahun 2011 belum memiliki mutu yang

baik karena masih belum beragam dan seimbang antara kelompok pangan.

Page 63: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

48

Konsumsi masyarakat Kota Tangerang terhadap buah dan sayur masih rendah

yang dapat dilihat dari skor PPH yang masih tergolong rendah.

Data keamanan pangan diperoleh dari data pengawasan mutu dan

keamanan pangan dan kasus keracunan makanan yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kota Tangerang. Persentase pangan yang aman untuk dikonsumsi di

Kota Tangerang dapat diperoleh dengan membagi jumlah pangan yang aman

untuk dikonsumsi dengan jumlah total sampel yang diambil untuk diuji lalu dikali

100%. Dari 473 sampel pangan yang diuji keamanan pangan oleh dinas

kesehatan, sebanyak 454 sampel atau sebanyak 96.0% merupakan bahan

pangan aman untuk dikonsumsi.

Penanganan Kerawanan Pangan

Penanganan kerawanan pangan dapat dilakukan dengan menentukan

prioritas daerah rawan pangan melalui pendekatan FSVA. Penanganan

kerawanan pangan dengan pendekatan FSVA dapat diketahui melalui indeks

komposit beberapa indikator dalam FSVA. Berdasarkan data FSVA yang telah

diperoleh, indeks komposit indikator FSVA dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Indeks komposit FSVA Kota Tangerang selama tahun 2011 No Kecamatan IAV IBPL IROAD IELEC ILIT ILEX INUT IWATER IHEALTH IFI R_IFI 1 Ciledug 0.69 0.06 0.00 0.08 0.06 0.29 0.51 1.00 0.00 0.30 4 2 Larangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.17 0.40 0.72 0.00 0.15 5

3 Karang Tengah

0.12 0.07 0.00 0.00 0.16 0.42 0.77 0.88 0.00 0.27 5

4 Cipondoh 0.13 0.07 0.00 0.00 0.19 0.33 0.50 0.40 0.00 0.18 5 5 Pinang 0.04 0.24 0.00 0.75 0.77 0.07 0.58 0.91 0.00 0.37 4 6 Tangerang 0.00 0.16 0.00 0.17 0.17 0.00 0.82 0.71 0.00 0.23 4 7 Karawaci 0.00 0.27 0.00 0.58 0.00 0.53 0.51 0.43 0.00 0.26 5 8 Jati Uwung 1.00 0.13 0.00 0.08 0.00 0.16 0.00 0.20 0.00 0.17 5 9 Cibodas 0.00 0.14 0.00 0.17 0.06 0.42 0.73 0.46 0.00 0.22 5

10 Periuk 0.03 0.20 0.00 0.00 0.06 1.00 0.51 0.28 0.00 0.23 6 11 Batu Ceper 0.06 0.24 0.00 0.08 0.17 0.30 0.46 0.00 0.00 0.15 5 12 Neglasari 0.00 1.00 0.00 1.00 1.00 0.76 0.73 0.65 0.00 0.57 3 13 Benda 0.01 0.62 0.00 0.50 0.51 0.28 1.00 0.02 0.00 0.33 4

Sumber : Kantor Litbang dan Statistik Kota Tangerang (2012c)

Nilai indeks komposit suatu daerah diperoleh dari nilai indeks komposit

sembilan indikator FSVA (IFI). Nilai ”IFI” berkisar antara 0 – 1. Jika nilai ”IFI”

sama dengan 0, maka menunjukkan daerah tersebut tahan pangan. Sebaliknya,

apabila nilai ”IFI” sama dengan 1 maka daerah tersebut masuk kategori rawan

pangan (DKP 2009b). Berdasarkan indeks indikator FSVA, Kota Tangerang tidak

memiliki kecamatan dengan prioritas 1 dan prioritas 2 dalam penanganan

kerawanan pangan. Daerah yang menjadi prioritas ke 3 adalah kecamatan

Neglasari. Kecamatan Neglasari menjadi prioritas ke 3 karena beberapa alasan,

yaitu prevalensi underweight pada balita tinggi, persentase penduduk dibawah

Page 64: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

49

garis kemiskinan nasional tinggi, rumah tangga tanpa akses air bersih tinggi,

rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi rendah dan rumah tangga

tanpa akses listrik tinggi.

Capaian Standar Pelayanan Minimum bidang Ketahanan Pangan dan Gizi

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan

wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, yang kualitas

pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan ketahanan pangan yang

diselenggarakan oleh daerah provinsi dan kabupaten/kota. Sesuai Permentan

tahun 2010, standar pelayanan minimum (SPM) bidang ketahanan pangan

memiliki target capaian indikator pada tahun 2015. Target capaian indikator

tersebut disesuaikan dengan target MDGs (Millenium Development Goals) 2015.

Target dan capaian SPM bidang ketahanan pangan Kota Tangerang disajikan

pada Tabel 14.

Tabel 14 Tingkat pencapaian SPM Kota Tangerang tahun 2011

No Indikator SPM Bidang Ketahanan Pangan Acuan baku Target Indikator

Tahun 2015 (%)

Tingkat pencapaian Indikator Tahun

2011 (%) 1 Ketersediaan Energi dan

Protein per kapita

WNPG (energi 2200 kkal dan protein 57 g)

90 Energi : 97.7 Protein : 122.6

2 Penguatan cadangan pangan 100 ton 60 -

3 Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di daerah

100% 90 100

4 Stabilitas harga dan pasokan pangan 100% 90 85.7

5 Pencapaian skor PPH 100 90 77.3 6 Pengawasan dan pembinaan

keamanan pangan 100% 80 96.0

7 Penanganan daerah rawan pangan 100% 60 92.3

Berdasarkan data yang tersedia, tingkat pencapaian SPM Kota

Tangerang selama tahun 2011 belum mencapai target tahun 2015. Selama tahun

2011, indikator SPM bidang ketahanan pangan di Kota Tangerang yang telah

mencapai target pada tahun 2015 adalah indikator ketersediaan energi dan

protein per kapita, ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di

daerah, pengawasan dan pembinaan keamanan pangan serta penanganan

daerah rawan pangan. Indikator yang belum mencapai target adalah penguatan

cadangan pangan, stabilitas harga pangan dan pencapaian skor PPH.

Penguatan cadangan pangan di Kota Tangerang belum mencapai target

yang ditentukan pada tahun 2015. Kota Tangerang belum memiliki cadangan

Page 65: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

50

pangan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan Kota

Tangerang sedang merencanakan pembangunan pasar induk beras atau gudang

logistik untuk menampung cadangan pangan daerah. Selain merencanakan

membangun pasar induk atau gudang logistik, pemerintah Kota Tangerang

merencanakan untuk bekerja sama dengan masyarakat untuk membangun

lumbung pangan di masyarakat sehingga cadangan pangan daerah Kota

Tangerang dapat dimiliki dan memenuhi target.

Stabilitas harga pangan di Kota Tangerang belum mencapai target pada

tahun 2015. Hal ini dikarenakan harga beberapa bahan pangan di Kota

Tangerang selama tahun 2011 relatif belum stabil. Harga pangan yang tidak

stabil dapat disebabkan karena ketersediaan pangan yang terbatas di

masyarakat. Keterbatasan ketersediaan pangan dapat disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu produksi pangan yang rendah dan distribusi pangan yang

terhambat. Produksi pangan yang rendah disebabkan oleh cuaca yang tidak

mendukung dan serangan hama pada tanaman. Distribusi pangan terhambat

dapat dikarenakan akses jalan yang terhambat dan cuaca yang tidak

mendukung.

Target pencapaian skor PPH pada tahun 2015 adalah 90%, namun Kota

Tangerang belum dapat mencapai target tersebut. Skor PPH belum mencapai

target dikarenakan konsumsi masyarakat yang belum beragam dan berimbang.

Peningkatan skor PPH dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan sehingga skor PPH kelompok

pangan umbi-umbian dapat meningkat. Konsumsi masyarakat masih didominasi

oleh pangan padi-padian dan kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Kesadaran

masyarakat untuk mengkonsumsi pangan hewani serta sayur dan buah harus

ditingkatkan. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan

yang beragam dan berimbang dapat meningkatkan skor PPH sehingga dapat

mencapai target tahun 2015.

Page 66: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

51

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tingkat ketersediaan energi dan protein Kota Tangerang pada tahun

2011 secara kuantitas sudah mencukupi angka rekomendasi hasil Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2004. Namun, Kota Tangerang belum

memiliki cadangan pangan daerah, melainkan sudah memiliki stok beras yang

dikelola oleh Perum BULOG Sub Divre Tangerang. Nilai ketersediaan informasi

harga, pasokan dan akses pangan di Kota Tangerang sudah baik. Stabilitas

harga pangan di Kota Tangerang sudah hampir mendekati namun belum

memenuhi target tahun 2015 sesuai dengan Permentan 2010.

Konsumsi masyarakat Kota Tangerang pada tahun 2011 belum beragam

memiliki mutu yang baik karena belum mencapai skor PPH standar, yang

mengartikan bahwa konsumsi masyarakat belum beragam dan seimbang.

Kerawanan pangan Kota Tangerang telah dianalisis berdasarkanprioritas daerah

rawan pangan dan Kota Tangerang tidak memiliki kecamatan dengan prioritas 1

dan 2. Namun, Kota Tangerang belum memiliki rencana penanganan daerah

yang termasuk prioritas rawan pangan.

Dari tujuh indikator pelayanan dasar yang digunakan dalam Standar

Pelayanan Minimum (SPM) bidang ketahanan pangan dan gizi, tiga indikator

belum mencapai target tahun 2015 yang telah ditetapkan dalam Permentan

2010. Berdasarkan tujuh indikator yang digunakan,indikator yang telah mencapai

target pada tahun 2015 adalah indikator ketersediaan energi dan protein per

kapita; ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan di daerah;

pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dan penanganan kerawanan

pangan. Indikator yang belum tercapai dikarenakan ketersediaan pangan yang

terbatas, konsumsi masyarakat yang belum beragam dan berimbang.

Page 67: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

52

Saran

1. Perlu kerjasama pemerintah Kota Tangerang dengan instansi terkait dan

swasta dalam merealisasikan cadangan pangan daerah.

2. Pengujian sampel keamanan pangan antar instansi sebaiknya dilakukan

secara bersama dan menguji sampel yang sama sehingga tidak terjadi

inkronisasi informasi.

3. Daerah yang termasuk kedalam daerah rawan pangan hendaknya mendapat

perhatian lebih dari pemerintah Kota Tangerang dan daerah yang telah tahan

pangan tetap mendapat perhatian

4. Indikator – indikator yang belum mencapai target (penguatan cadangan

pangan, stabilisasi harga pangan dan pencapaian skor PPH) sebaiknya

menjadi prioritas sasaran kebijakan pemerintah dan instansi terkait agar dapat

mencapai target tahun 2015.

Page 68: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

53

DAFTAR PUSTAKA

Anafarma. 2012. Bahaya rhodamin B. http://www.univrab.ac.id/artikel [29 November 2012].

Anonim. 2012. Bahaya formalin bagi kesehatan. http://koran-jakarta.com/artikel [29 November 2012].

Anwar F. 2006. Keamanan pangan. Makalah dalam Pengantar Pangan dan Gizi: Jakarta: Penebar Swadaya.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI. 2007. Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2006-2010. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI.

. 2008a. Kebijakan dan Peta Jalan (Roadmap) Pembangunan Pertanian dalam Rangka Ketahanan dan Swasembada Pangan. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI.

. 2008b. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI.

. 2010. Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2012. Laporan Perkembangan Harga Bahan Makanan Kota Tangerang tahun 2011. Tangerang: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang.

[BBKP] Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2003. Evaluasi Pemantapan Ketahanan Pangan 2000-2003. Jakarta: Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI.

[BKKBN]. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1996. Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI.

. 2005. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI.

. 2008. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI.

[BULOG] Badan Urusan Logistik. 2010. Alur cadangan beras pemerintah. http://bulog.co.id. [21 november 2012].

[Dinkes] Dinas Kesehatan Kota Tangerang. 2011a. Data kesehatan balita. Tangerang: Dinas Kesehatan.

. 2011b. Data keamanan pangan Kota Tangerang. Tangerang: Dinas Kesehatan

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Direkorat Gizi Masyarakat.

[DKP] Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

Page 69: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

54

_______. 2009a. Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

_______. 2009b. Panduan Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

_______. 2011. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Jakarta: Dewan Ketahanan Pangan.

[FAO] Food and Agriculture Organiation. 1996. World Food Summit, 13-17 November 1996. Volume 1, 2 dan 3. Rome: FAO.

_______. 2006a. Right to Food Indikator Description. Rome: FAO.

_______. 2006b. Policy Brief of Food Security. 2 Juni 2006. Netherlands: FAO.

Hanani N. 2007. Ketahanan pangan dan pertanian kota. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/ 2-pengertian-ketahanan-pangan-2.pdf [20 Februari 2012].

Hanani N. 2009.Pengertian ketahanan pangan. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/ 2-pengertian-ketahanan-pangan-2.pdf [15 September 2012].

Handayani. 2012. Bahaya boraks dan bleng. http:// anitanet.staff.ipb.ac.id. [29 November 2012]

Hardinsyah dan Martianto D. 1992. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. Kantor Menpora.

Hardinsyah, Baliwati YF, Martianto D, Rachman HS, Widodo A, Subiyakto. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan Dan Gizi (PSKPG) Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI.

Harper J.L, Brady J.D, Judy A.D. 1989. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Terjemahan dari: Food, Nutrition and Agriculture.

Herawati Tin, Ginting Basita, Asngari Pang, Susanto Djoko, Puspitawati Herien. 2011. Ketahanan pangan keluarga peserta program pemberdayaan masyarakat di Pedesaan. Jurnal Pangan dan Gizi. 6(3): 208–216.

Gross Rainer, Schnoeneberger Hans, Pfeifer Hans, Preuss Hans Joachim. 2000. The feur dimensions of food and nutrition security definitions and concept. Inwent

[Kemenkumham] Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Peraturan Pemerintah. Jakarta: Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2010. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Peraturan Kementrian Pertanian. Kementrian Pertanian RI.

[Litbag] Kantor Penelitian dan Pengembangan Statistik Kota Tangerang. 2011a. Potensi Kelurahan Kota Tangerang 2011. Tangerang: Kantor Penelitian dan Pengembangan Statistik Kota Tangerang.

2011b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tangerang 2010. Tangerang: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang.

Page 70: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

55

. 2012a. Kota Tangerang dalam Angka 2011. Tangerang: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang.

. 2012b. Neraca Bahan Makanan (NBM) Kota Tangerang 2011. Tangerang: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang.

. 2012c. Potensi Kelurahan Kota Tangerang 2011. Tangerang: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang.

. 2012d. Peta ketahanan dan kerentanan pangan (Food Security and Vulnerability Atlas- FSVA) Kota Tangerang. Tangerang: Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan.

Riely Frank, Mock N., Cogill B., Bailey L. and Kenefick E (1999). Food Security Indicator and Framework for Use in Monitoring and Evaluation of Food Aid Program. Washington DC: Food and Nutirion Technical Assistance, Academy for Educational Development.

Suhardjo et al. 1989. Sosio Budaya Gizi, Hidayat Syarif, penelaah. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

_______. 1989. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Supariasa et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suryawati C 2005. Memahami kemiskinan secara multidimensional. http://www.jmpk-online.net/Volume_8/Vol_08_No_03_2005.pdf. [30 September 2012].

[UNICEF] United Nations Children’s Fund. 1998. The State of World’s Children. New York. UNICEF.

Weingärtner, L. 2004. The Concept of Food and Nutrition Security. International Training Course Food and Nutrition Security Assessment Instruments and Intervention Strategies.

[WHO] World Health Organization. 2013. Food security. http://www.who.int/foodsecurity [20 Februari 2013]

Page 71: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

56

LAMPIRAN

Page 72: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

57

Lampiran 1 Ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses jalan Kota Tangerang tahun 2011

i j

Harga Pasokan Lokasi

T R Rj/Tj *100%

T R Rj/Tj

*100% T R

Rj/Tj *100%

Komoditas 9 9 100 9 9 100 9 9 100 Lokasi 3 3 100 3 3 100 3 3 100

Waktu (minggu) 52 52 100 52 52 100 52 52 100 Ki 100 100 100 K 100

Ket : - T = Target, R = Realisasi

- 9 = banyaknya komoditas yang ingin diketahui informasinya - 3 = banyaknya pasar yang ingin diketahui informasi harga dan pasokan - 52 = waktu (dalam minggu) informasi yang diketahui - Ki = nilai capaian ketersersediaan informasi - K = nilai capaian ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan

Sumber : Bappeda Kota Tangerang, diolah, 2011

Page 73: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

58

Lampiran 2 Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Tangerang tahun 2011

No Kelompok Kalori Modul Perhari Perkapita/Hari

% % AKG Bobot Skor Aktual

Skor AKG

Skor PPH

Skor Max

1 Padi-Padian 14,491,789,988 2,070,255,713 1,121 61.5 56.0 0.5 30.8 28.0 25.0 25.0

2 Umbi-Umbian 217,059,753 31,008,536 17 0.9 0.8 0.5 0.5 0.4 0.4 2.5

3 Pangan Hewani 2,966,238,710 423,748,387 229 12.6 11.5 2.0 25.2 22.9 22.9 24.0

4 Minyak dan Lemak 2,774,468,361 396,352,623 215 11.8 10.7 0.5 5.9 5.4 5.0 5.0

5 Buah dan Biji Berminyak 112,855,849 16,122,264 9 0.5 0.4 0.5 0.2 0.2 0.2 1.0

6 Kacang-Kacangan 719,459,968 102,779,995 56 3.1 2.8 2.0 6.1 5.6 5.6 10.0

7 Gula 710,691,662 101,527,380 55 3.0 2.7 0.5 1.5 1.4 1.4 2.5

8 Sayur dan Buah 869,649,983 124,235,712 67 3.7 3.4 5.0 18.5 16.8 16.8 30.0

9 Bumbu & Lain-Lain 683,808,479 97,686,926 53 2.9 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

TOTAL 23,546,022,752 3,363,717,536 1,821 100.0 91.0

77.3 100.0

Sumber : Kantor Statistik, Neraca Bahan Makanan (NBM) Kota Tangerang (2011)

Page 74: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

59

Lampiran 3 Jumlah balita di Kota Tangerang tahun 2011

Kecamatan Jumlah Balita (Jiwa) Jumlah Anak menurut Status Gizi (jiwa)

Buruk % Kurang % Baik % Lebih %

Ciledug 7,852 108 1.4 830 10.6 6,510 82.9 404 5.1 Larangan 7,614 97 1.3 657 8.6 6,420 84.3 440 5.8 Karangtengah 4,501 104 2.3 634 14.1 3,491 77.6 272 6.0 Cipondoh 9,197 171 1.9 912 9.9 7,789 84.7 325 3.5 Pinang 6,915 118 1.7 788 11.4 5,654 81.8 355 5.1 Tangerang 5,242 131 2.5 775 14.8 4,083 77.9 253 4.8 Karawaci 9,135 137 1.5 949 10.4 7,630 83.5 419 4.6 Jatiuwung 6,968 65 0.9 150 2.2 6,684 95.9 69 1.0 Cibodas 7,823 112 1.4 1,113 14.2 6,150 78.6 448 5.7 Periuk 6,675 132 2.0 656 9.8 5,348 80.1 539 8.1 Batu Ceper 5,221 104 2.0 471 9.0 4,526 86.7 120 2.3 Neglasari 4,814 108 2.2 643 13.4 3,983 82.7 80 1.7 Benda 4,127 116 2.8 723 17.5 3,146 76.2 142 3.4

Kota Tangerang 86,084 1,503 1.7 9,301 10.8 71,414 83.0 3,866 4.5

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Page 75: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

60

Lampiran 4 Harga bahan makanan di Kota Tangerang tahun 2011

N NAMA BAHAN POKOK DAN JENISNYA

SATUAN

Rata-Rata (Rp) Rata-Rata

Jan Feb Maret April Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov* Des*

1 BERAS

- IR I Kg 7,699 7,617 7,575 7,244 7,000 7,139 7,443 7,767 8,084 7,860 7,882 7,905 7,601

- IR II Kg 7,000 6,995 7,088 6,844 6,600 6,683 6,935 7,233 7,367 7,273 7,307 7,341 7,056

Rata-Rata 7,349 7,306 7,332 7,044 6,800 6,911 7,189 7,500 7,726 7,567 7,594 7,622 7,328

2 GULA PASIR

- Impor Kg 10,968 10,667 10,333 10,500 10,500 10,500 10,387 10,000 10,200 10,000 9,900 9,801 10,313

- lokal Kg 11,312 11,333 11,000 11,000 11,000 10,800 10,677 10,333 11,006 10,500 10,418 10,337 10,810

Rata-Rata 11,140 11,000 10,667 10,750 10,750 10,650 10,532 10,167 10,603 10,250 10,158 10,067 10,561

3 MINYAK GORENG

- Bimoli Liter 11,720 12,196 12,349 12,833 12,640 12,506 12,177 11,333 11,917 12,400 12,487 12,575 12,261

- curah Liter 10,747 11,000 10,656 10,061 10,000 9,956 9,484 9,833 9,978 10,033 9,962 9,890 10,133

Rata-Rata 11,234 11,598 11,503 11,447 11,320 11,231 10,831 10,583 10,947 11,217 11,218 11,219 11,196

4 DAGING

- Sapi Kg 65,538 65,119 65,430 65,167 65,000 65,000 66,022 68,426 70,000 69,867 70,372 70,880 67,235

-Ayam Broiler Kg 27,194 27,071 27,086 26,356 25,882 25,900 27,376 28,130 23,822 26,683 26,693 26,703 26,575 -Ayam Kampung Kg 43,333 43,333 46,774 57,889 52,027 52,722 52,688 57,315 43,500 46,333 47,056 47,790 49,230

5 TELUR -Ayam Broiler Kg 14,371 13,970 14,382 14,900 14,067 14,861 15,978 16,565 14,794 14,133 14,131 14,129 14,690 -Ayam Kampung

Butir 1,504 1,467 1,467 1,467 1,696 1,467 1,467 1,467 1,507 1,467 1,466 1,466 1,492

6 SUSU KENTAL

-Merk Bendera 397 gr 8,433 8,433 8,442 8,484 8,433 8,473 8,490 8,500 8,783 8,600 8,619 8,639 8,528

-Merk Indomilk

397 gr 8,033 8,033 8,094 8,142 8,033 8,033 8,145 8,267 8,340 8,100 8,111 8,123 8,121

Rata-Rata 8,233 8,233 8,268 8,313 8,233 8,253 8,318 8,383 8,562 8,350 8,364 8,379 8,324

7 SUSU BUBUK

-Merk Bendera 400 gr 25,667 25,667 25,710 25,900 25,667 25,944 26,000 26,000 26,000 26,000 26,038 26,075 25,889

-Merk Dancow 400 gr 26,500 26,500 26,522 26,317 26,500 26,917 27,000 27,000 27,000 27,000 27,060 27,120 26,786

Rata-Rata 26,083 26,083 26,116 26,108 26,083 26,431 26,500 26,500 26,500 26,500 26,548 26,596 26,337

8 GARAM - Halus 250 gr 842 850 1,184 1,917 1,000 1,000 1,000 733 - - 762 792 1,008

- Bata Buah 125 125 210 263 125 125 125 125 - - 132 140 150

9 TEPUNG TERIGU

- Segi Tiga Biru Kg 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 7,039 7,070 7,000 7,067 7,167 7,186 7,205 7,061

10 KACANG KEDELAI - Exs/Import Kg 7,000 7,313 7,565 7,683 7,500 7,461 7,500 7,250 7,042 7,333 7,374 7,416 7,370

Page 76: SITUASI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KOTA TANGERANG … · deskriptif menggunakan indikator – indikator SPM yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tahun 2010

61

N NAMA BAHAN POKOK DAN JENISNYA

SATUAN

Rata-Rata (Rp) Rata-Rata

Jan Feb Maret April Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov* Des*

- Lokal Kg 7,839 8,000 8,000 - - - - 8,000 6,967 7,875 7,918 7,961 7,820

Rata-Rata 7,419 7,656 7,782 7,683 7,500 7,461 7,500 7,625 7,004 7,604 7,632 7,660 7,544

11 MIE INSTAN

- Indomie Bks 1,333 1,340 1,376 1,386 1,378 1,367 1,357 1,333 1,303 1,342 1,343 1,344 1,350

12 CABE MERAH - Kriting Kg 50,301 39,583 25,118 17,311 14,398 11,644 9,333 8,611 14,322 19,833 18,783 17,788 20,586

- Biasa Kg 49,882 27,054 17,797 18,278 17,591 14,367 13,194 9,972 13,356 15,650 14,244 12,965 18,696

Rata-Rata 50,091 33,318 21,458 17,794 15,995 13,006 11,263 9,292 13,839 17,742 16,387 15,136 19,610

- Rawit Merah Kg 73,387 87,679 70,527 57,244 34,839 28,567 24,796 17,204 14,800 16,633 14,388 12,446 37,709

- Rawit Hijau Kg - 41,298 24,280 17,644 15,398 13,033 12,613 7,694 12,400 14,783 13,703 12,701 16,868

13 BAWANG MERAH Kg 19,581 22,143 21,634 15,467 14,661 16,328 15,677 12,167 12,200 11,517 10,963 10,436 15,231

14 BAWANG PUTIH Kg 22,882 23,190 23,398 22,422 22,473 21,844 18,882 11,333 12,394 14,950 14,484 14,032 18,524

15 IKAN ASIN - Teri Medan Kg 67,989 68,143 66,785 69,722 66,667 63,889 63,226 66,667 66,000 58,833 57,959 57,098 64,415

- Sepat Kg 39,151 37,262 38,495 43,056 40,000 38,611 38,742 40,000 41,667 39,733 39,860 39,988 39,714

- Gabus Kg 60,914 60,238 60,000 60,000 60,000 60,000 60,118 60,000 58,667 58,167 57,871 57,576 59,463

- Bulu Ayam Kg 30,151 28,119 27,957 28,311 27,333 25,944 24,763 28,000 29,978 29,867 29,888 29,908 28,352 Rata-Rata

43,405 41,873 42,151 43,789 42,444 41,519 41,208 42,667 43,437 42,589 42,514 42,439 42,503

16 KACANG HIJAU Kg 19,086 19,357 19,043 19,100 18,495 18,444 18,602 19,361 15,233 14,167 13,746 13,338 17,331

17 KACANG TANAH Kg 15,161 15,268 16,016 15,822 15,667 16,033 17,032 19,333 16,333 16,333 16,514 16,697 16,351

18 KETELA POHON Kg 2,067 2,067 2,142 2,250 2,067 1,789 2,301 2,667 2,894 3,100 3,263 3,434 2,503

19 JAGUNG PIPILAN Kg 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 8,000 10,000 8,773 9,646 9,960 10,285 8,472

Keterangan : * =merupakan harga perkiraan Sumber : Bappeda Kota Tangerang, diolah, 2011