sit - impact of traffic calming

8
Identifikasi Penerapan dan Dampak Traffic Calming Sebagai Salah Satu Strategi Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Berkendara Sara Sorayya Ermuna - 25413056 Abstrak Traffic calming termasuk sebagai salah satu strategi untuk membatasi kecepatan berkendara, baik pada skala lingkungan dan kawasan perumahan maupun dalam sistem transportasi yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan berkendara yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kecelakaan di Indonesia. Tujuan dari pembahasan ini ialah mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan dari penerapan traffic calming di Indonesia dengan mengkomparasi dengan penerapan di negara-negara maju. Metode yang digunakan dalam pembahasan ini berupa komparasi berdasarkan literatur review dan studi kasus yang ada. Komparasi dilakukan dengan melihat dampak dari adanya traffic calming pada skala lingkungan dengan mengidentifikasi karakteristik jaringan jalan setelah diterapkannya traffic calming serta dampak penerapan dalam skala yang lebih luas sehingga dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat yang berada di area tersebut. Berdasarkan identifikasi terhadap penerapan traffic calming di negara maju, disadari bahwa penerapan traffic calming harus diimbangi dengan perbaikan-perbaikan pada sistem transportasi lainnya, seperti perbaikan terhadap jaringan jalan. Penerapan traffic calming di Indonesia masih dalam skala kecil dan belum dapat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan berkendara. Oleh karena itu, strategi untuk meningkatkan keselamatan berkendara harus ditingkatkan, baik dari segi infrastruktur jalan, pelaksanaan peraturan. Traffic calming merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan berkendara yang dapat dengan cepat dan mudah diterapkan ketika sistem transportasi publik belum dapat melayani kebutuhan dan kenyamanan masyarakat. Kata Kunci: Traffic calming, Dampak, Transportasi, Lingkungan 1. Pendahuluan Terciptanya keselamatan berkendara adalah salah satu prinsip dasar dalam penyediaan transportasi. Namun, tingkat kecelakaan di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kecelakaan dan korban jiwa akibat kecelakaan. Rata-rata jumlah kematian akibat kecelakaan di jalan setiap 1 jam sekitar 3-4 orang meninggal. Pada skala nasional, kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan di jalan diperkirakan mencapai 2,9-3,1 % dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (IRSR, 2012). Berdasarkan hal tersebut, maka keselamatan dalam berkendara merupakan prioritas nasional yang harus segera diatasi. Penyusunan strategi nasional untuk peningkatan keamanan dalam berkendara di Indonesia didasarkan pada strategi pendekatan pada beberapa aspek, yang meliputi manajemen keselamatan jalan (Road Safety Management), Penyediaan jaringan jalan yang aman (Safer roads and mobility), Penyediaan kendaraan yang aman (Safer vehicles), dan penanganan korban kecelakaan di jalan. Strategi ini dimaksudkan sebagai penyediaan penyelenggaraan lalu lintas jalan yang aman dimana dapat mengakomodasi human error dan kerentanan dari pengendara. Berdasarkan UU No. 22 tahun 2009, batas kecepatan maksimum nasional untuk mobil pribadi pada jalan nasional perkotaan dan pedesaan adalah 60 km/jam, jalan antar kota/jalan raya ialah 100 km/jam. Sementara itu,

Upload: sara-sorayya-ermuna

Post on 24-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Sara Sorayya

TRANSCRIPT

Page 1: SIT - Impact of Traffic Calming

Identifikasi Penerapan dan Dampak Traffic Calming Sebagai Salah Satu Strategi Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Berkendara

Sara Sorayya Ermuna - 25413056

AbstrakTraffic calming termasuk sebagai salah satu strategi untuk membatasi kecepatan berkendara, baik

pada skala lingkungan dan kawasan perumahan maupun dalam sistem transportasi yang lebih luas. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan berkendara yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kecelakaan di Indonesia. Tujuan dari pembahasan ini ialah mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan dari penerapan traffic calming di Indonesia dengan mengkomparasi dengan penerapan di negara-negara maju. Metode yang digunakan dalam pembahasan ini berupa komparasi berdasarkan literatur review dan studi kasus yang ada. Komparasi dilakukan dengan melihat dampak dari adanya traffic calming pada skala lingkungan dengan mengidentifikasi karakteristik jaringan jalan setelah diterapkannya traffic calming serta dampak penerapan dalam skala yang lebih luas sehingga dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat yang berada di area tersebut. Berdasarkan identifikasi terhadap penerapan traffic calming di negara maju, disadari bahwa penerapan traffic calming harus diimbangi dengan perbaikan-perbaikan pada sistem transportasi lainnya, seperti perbaikan terhadap jaringan jalan. Penerapan traffic calming di Indonesia masih dalam skala kecil dan belum dapat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan berkendara. Oleh karena itu, strategi untuk meningkatkan keselamatan berkendara harus ditingkatkan, baik dari segi infrastruktur jalan, pelaksanaan peraturan. Traffic calming merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan berkendara yang dapat dengan cepat dan mudah diterapkan ketika sistem transportasi publik belum dapat melayani kebutuhan dan kenyamanan masyarakat.

Kata Kunci: Traffic calming, Dampak, Transportasi, Lingkungan

1. PendahuluanTerciptanya keselamatan berkendara adalah salah satu prinsip dasar dalam penyediaan transportasi.

Namun, tingkat kecelakaan di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kecelakaan dan korban jiwa akibat kecelakaan. Rata-rata jumlah kematian akibat kecelakaan di jalan setiap 1 jam sekitar 3-4 orang meninggal. Pada skala nasional, kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan di jalan diperkirakan mencapai 2,9-3,1 % dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (IRSR, 2012). Berdasarkan hal tersebut, maka keselamatan dalam berkendara merupakan prioritas nasional yang harus segera diatasi.

Penyusunan strategi nasional untuk peningkatan keamanan dalam berkendara di Indonesia didasarkan pada strategi pendekatan pada beberapa aspek, yang meliputi manajemen keselamatan jalan (Road Safety Management), Penyediaan jaringan jalan yang aman (Safer roads and mobility), Penyediaan kendaraan yang aman (Safer vehicles), dan penanganan korban kecelakaan di jalan. Strategi ini dimaksudkan sebagai penyediaan penyelenggaraan lalu lintas jalan yang aman dimana dapat mengakomodasi human error dan kerentanan dari pengendara.

Berdasarkan UU No. 22 tahun 2009, batas kecepatan maksimum nasional untuk mobil pribadi pada jalan nasional perkotaan dan pedesaan adalah 60 km/jam, jalan antar kota/jalan raya ialah 100 km/jam. Sementara itu, berdasarkan PP No. 15 tahun 2005, diketahui batas kecepatan nasional pada kawasan pendidikan adalah 25 km/jam. Pihak berwenang setempat misalnya kotamadya, kabupaten, atau provinsi diperbolehkan untuk memodifikasi batas nasional dan menetapkan batas kecepatan sendiri yang lebih rendah dari batas tingkat nasional. Guna menerapkan strategi dalam pembatasan kecepatan berkendara salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan traffic calming.

Pelambatan lalu lintas (traffic calming) adalah upaya yang dilakukan untuk memperlambat lalu lintas dalam rangka meningkatkan keselamatan pejalan kaki, pesepeda, pebelanja, dan penduduk serta mengurangi kebisingan dan polusi. Perlambatan lalu lintas umumnya diterapkan di daerah perumahan, pusat perbelanjaan, dan jalan lingkungan. Traffic Calming ini pada awalnya dikembangkan di Eropa dan merupakan suatu sistem manajemen desain dan strategi yang bertujuan untuk menyeimbangkan lalu lintas di jalan-jalan dengan cara mengalihfungsikan sebagian jalan dengan kegunaan lainnya. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa jalan-jalan harus dapat menciptakan dan memelihara sense of place, dimana bertujuan agar pejalan kaki dapat menikmati pemandangan, bermain, dan lain-lain. Instrumen yang digunakan dalam upaya pelambatan lalu lintas ini menggunakan pendekatan berbeda dimana jalan hanya dianggap sebagai penyalur bagi kendaraan yang lewat pada kecepatan penuh jika memungkinkan. Oleh karena itu, instrumen-instrumen yang diterapkan pada traffic calming ini dirancang untuk mengurangi dampak dari lalu lintas kendaraan bermotor dengan cara

Page 2: SIT - Impact of Traffic Calming

‘memaksa’ para pengendara untuk memperlambat kecepatan kendaraan ketika melintasinya. Dengan adanya hal ini, maka dapat membantu membangun tempat-tempat yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan rasa aman pada para pejalan kaki.

Selain pengaruh dari traffic calming yang dapat meningkatkan kondisi lingkungan suatu tempat, keuntungan traffic calming adalah dapat diterapkan dengan pembiayaan yang murah dan fleksibel. Guna memenuhi kebutuhan jangka panjang, pelambatan lalu lintas sebaiknya dilakukan bersamaan dengan perbaikan jaringan jalan sehingga dapat meningkatkan kondisi suatu tempat secara cepat. Ketika dana yang tersedia, kombinasi perangkat yang tepat dapat diubah menjadi permanen dan diterapkan untuk wilayah yang lebih luas. Pemanfaatan traffic calming akan semakin meningkat dengan ditunjang dengan perbaikan teknis sehingga dapat meningkatkan manfaat untuk masyarakat dengan adanya perangkat visual tambahan seperti pohon, bunga dan fasilitas lainnya.

Metodologi yang digunakan dalam tulisan ini adalah literature review berdasarkan studi kasus mengenai penerapan traffic calming di negara lain. Selanjutnya dilakukan komparasi terhadap penerapan traffic calming di Indonesia. Komparasi yang dilakukan didasarkan pada dampak yang ditimbulkan dari adanya traffic calming, dengan mengkaji dampak dari segi kecepatan, tingkat kecelakaan, volume lalu lintas, dan dampak terhadap aspek sosial dan pengguna jalan lainnya.

2. Literatur ReviewA. Fungsi Traffic Calming

Traffic calming merupakan salah satu bentuk teknis untuk meningkatkan keselamatan berkendara yang telah banyak diimplementasikan di negara berkembang. Traffic calming juga seringkali tergabung dalam perancangan kawasan perkotaan untuk ruang terbuka maupun menjadi bagian dari rencana sistem transportasi dan lingkungan. Traffic calming memiliki 2 fungsi utama (Sanz, 2008 dalam Garcia, 2011), yakni 1) mengurangi frekuensi dan tingginya tingkat kecelakaan berkendara, dan 2) meningkatkan kondisi lingkungan untuk area lokal. Hal tersebut berimplikasi terhadap adanya penurunan arus kendaraan dan mengurangi kecepatan berkendara selama melakukan perjalanan di area tersebut. Sementara itu, dalam cakupan yang lebih luas, traffic calming dapat menciptakan kawasan yang lebih aman dan nyaman dengan mengedepankan aspek lingkungan dan penyediaan fasilitas untuk penggunaan transportasi tidak bermotor, seperti berjalan dan bersepeda (FHWA, 1994).

Penerapan traffic calming ini dapat dilihat secara nyata terhadap munculnya desain jalan yang mengutamakan kemanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Desain-desain jalan yang berorientasi pada traffic calming ini terwujud dalam beberapa bentuk pendekatan, seperti peraturan mengenai area parkir, trotoar-trotoar, hambatan-hambatan fisik pada badan jalan, simbolisasi peraturan, dan penggunaan jenis perkerasan jalan. Keseluruhan pengaturan tersebut dimaksudkan agar para pengemudi kendaraan lebih berhati-hati. Pengoptimalan ketersediaan ruang bagi pejalan kaki dimaksudkan agar para pengguna jalan lebih menyadari keberadaan pejalan kaki.

Penerapan traffic calming ini merupakan perwujudan untuk meningkatkan mutu kehidupan, penyelarasan keinginan dan prasyarat masyarakat pengguna area ini, menciptakan jalan yang aman dan menarik, serta membantu mengurangi efek negatif dari kendaraan terhadap lingkungan dan mempromosikan bentuk alternatif transportasi tidak bermotor. Aplikasi traffic calming ini paling sering diterapkan di daerah permukiman perkotaan dan daerah-daerah komersial, dimana terdapat potensi peningkatan pengguna sepeda dan pejalan kaki. Jadi, traffic calming memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup suatu komunitas masyarakat dengan mengurangi kecepatan dan volume lalu lintas sesuai dengan jalan yang dilalui dan dengan aktivitas di kawasan sekitarnya.B. Dampak dan Pengukuran Keberhasilan Traffic Calming

Adapun dampak yang dapat ditimbulkan dari traffic calming dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni (Ewing, 2000).

1. Dampak terhadap Penurunan KecepatanDampak yang ditimbulkan dari masing-masing jenis traffic calming akan berbeda bergantung pada

ruang jalan yang digunakan untuk traffic calming. Semakin besar (lebar dan panjang) ruang jalan yang digunakan untuk penerapan traffic calming maka penurunan kecepatan berkendara juga dapat terlihat semakin signifikan.

Jerman merupakan negara yang memiliki batasan kecepatan pada jaringan jalannya. Hampir keseluruhan area perumahan memiliki batasan kecepatan 30 km/jam dan jenis traffic calming lainnya seperti persimpangan, bundaran, polisi tidur (speed humps), maupun jalan memiliki model cul-de-sac (World Transport Policy and Practice Vol. 15 No. 1, 2009). Jalan-jalan yang terletak di permukiman di pusat kota maupun area pinggir kota menerapkan adanya batasan kecepatan yang sangat rendah (7km/jam) sehingga membuat kendaraan bermotor harus berjalan dengan kecepatan yang sama dengan pejalan kaki. Penerapan

Page 3: SIT - Impact of Traffic Calming

traffic calming sebaiknya diterapkan pada area yang cukup luas dan bukan daerah yang terisolasi agar manfaat dari adanya traffic calming dapat lebih berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kecepatan berkendara.

2. Dampak terhadap Volume Lalu lintas/Pembebanan jaringanJika dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan terhadap kecepatan, maka dampak yang

ditimbulkan terhadap volume lalu lintas akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui dampak terhadap volume lalu lintas, maka harus dilakukan kajian mengenai jaringan jalan secara menyeluruh, yang diartikan bahwa tidak dapat mengidentifikasi volume lalu lintas per ruas jalan. Ketersediaan atas rute alternatif yang ada dan perbedaan strategi yang diterapkan pada masing-masing ruas jalan tentunya juga akan mempengaruhi volume lalu lintas selain disebabkan karakteristik geometrik jalan. Traffic calming tidak dapat berdampak pada volume lalu lintas kecuali penerapannya sangat ketat dan memiliki prosentase yang tinggi terhadap keberadaannya pada suatu ruas jalan sehingga mampu secara signifikan menurunkan jumlah perjalanan dengan kendaraan bermotor.

Dampak traffic calming terhadap volume lalu lintas sangat bergantung pada ketersediaan dan kualitas dari rute alternatif. Jaringan jalan yang memiliki traffic calming dengan berbagai jenis berbeda diharapkan memiliki dampak yang bervariasi, bergantung kepada jenis ruang jalan yang diminimalisir karena adanya penerapan traffic calming. Jenis traffic calming seperti street closures dan diverters diasumsikan memiliki pengaruh untuk menurunkan volume lalu lintas yang lebih besar karena menghambat ruang jalan lebih banyak. Street closures dan diverters mampu membuat pengguna jalan akhirnya memilih rute lain karena adanya penutupan terhada badan jalan efektif. Sementara itu, jenis traffic calming spserti speed humps dan traffic circles hanya akan berdampak pada penurunan kecepatan berkendara karena jenis traffic calming ini tidak menutup sisi badan jalan efektif.

3. Dampak terhadap Tingkat KecelakaanSalah satu tujuan dari diterapkannya strategi traffic calming adalah untuk meningkatkan keselamatan

pengendara, dimana dengan memperlambat lalu lintas diasumsikan dapat mengurangi permasalahan yang terjadi ketika melakukan kegiatan pergerakan orang atau barang ataupun dapat meningkatkan kewaspadaan pengendara. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah efektifitas dari fungsi traffic calming tidak dapat dilihat dari jumlah kecelakaan karena terdapat beberapa faktor lainnya yang menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, dampak terhadap kecelakaan ini sangat berkaitan erat dengan aspek kebijakan yang berkaitan langsung dengan respon tanggap darurat.

Salah satu kota yang mampu menerapkan traffic calming dengan tingkat kontroversi yang rendah dibandingkan dengan yang lain adalah Seattle karena adanya kesadaran masyarakat yang tinggi mengenai pentingnya keselamatan berkendara. Sebagaimana diketahui, seattle merupakan kota pelabuhan yang terbesar di sepanjang kawasan barat laut Amerika Utara serta merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat pertumbuhan terpesat. Kota Seattle merupakan gerbang utama perdagangan dengan Benua Asia, dimana Seattle sendiri merupakan Pelabuhan ke-8 terbesar di Amerika Serikat dan ke-9 terbesar di Amerika Utara dalam hal pengiriman container. Gambaran mengenai Kota Seattle tersebut tentunya menggambarkan bahwa transportasi baik darat maupun laut memiliki intensitas yang tinggi mengingat fungsi kota sebagai kota pelabuhan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan berkendara transportasi darat adalah dengan penerapan traffic calming.

4. Dampak terhadap Lingkungan SosialDampak terhadap lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah adanya dengan adanya traffic

calming mampu menciptakan pola hidup yang lebih environmentalis. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah pejalan kaki dan pengguna sepeda. Dampak terhadap lingkungan sosial ini dapat timbul tidak hanya diakibatkan oleh adanya traffic calming, tetapi juga dikarenakan adanya faktor kebijakan yang berlaku secara luas dan penyediaan fasilitas yang mendukung untuk diterapkannya penggunaan moda transportasi tidak bermotor, seperti pengadaan trotoar maupun jalur sepeda. Adanya intervensi pemerintah terhadap kebijakan transportasi untuk mendorong penggunaan moda transportasi yang lebih terfokus pada peningkatan lingkungan akan mengasumsikan bahwa

Jerman merupakan salah satu negara dengan tingkat kenyamanan dan keamanan tertinggi di dunia (Mercer Quality of Living Survey, 2012). Salah satunya dapat dilihat dengan tingginya tingkat pejalan kaki dan sepeda, dimana secara khusus Pemerintah Jerman mengedepankan kebijakan ini sebagai salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Jenis penerapan traffic calming di Jerman dapat dilihat pada besarnya proporsi jalur sepeda pada jalan berhirarki arteri, memprioritaskan penggunaan sinyal lalu lintas pada persimpangan, serta penerapan traffic calming di kawasan permukiman secara menyeluruh untuk meningkatkan keamanan bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda (BMVBS, 2002). Adanya kebijakan transportasi dan didukung dengan fasilitas yang memiliki tingkat kenyamanan serta keamanan secara tidak langsung berdampak terhadap pergeseran penggunaan moda transportasi dari bermotor menjadi tidak

Page 4: SIT - Impact of Traffic Calming

bermotor. Kebijakan transportasi lainnya yang turut berperan serta dalam meningkatkan pengguna kendaraan tidak bermotor di Jerman adalah dengan meminimalisir lahan-lahan parkir dan meningkatkan retribusi lahan parkir, meningkatkan pajak kendaraan bermotor, menetapkan zona maupun ruas jalan bebas kendaraan. 3. Diskusi dan Pembahasan: Pembelajaran Bagi Indonesia Dalam Mengoptimalkan Peran Traffic

CalmingPemanfaatan traffic calming di Indonesia tidak hanya dimaksudkan untuk menciptakan adanya

peningkatan keamanan bagi pengendara, tetapi juga untuk melindungi pengguna jalan lainnya seperti pejalan kaki. Salah satu tema yang diangkat dari penerapan traffic calming di Indonesia adalah penerapan zona selamat sekolah (ZoSS). Adanya kegiatan pendidikan tentunya akan meningkatkan kegiatan pergerakan orang maupun angkutan sehingga salah satu bentuk implementasi traffic calming di Indonesia adalah zona selamat sekolah (ZoSS) (Hidayati et al., 2012). Namun, berdasarkan jurnal yang dikemukakan Hidayati, diketahui bahwa pengguna kendaraan bermotor mencapai 70% pada setiap lokasi dan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan untuk masing-masing ruas jalan sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan traffic calming tidak efektif dalam mengurangi kecepatan berkendara. Berdasarkan hal tersebut, maka faktor yang menyebabkan tidak efektifnya Zona Selamat Sekolah (ZoSS) dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya keselamatan berkendara, dimana hal tersebut tercermin dari ketidakpatuhan terhadap adanya batasan kecepatan berkendara. Selain itu, dikarenakan jenis traffic calming yang digunakan hanya berupa zebra cross dengan karakteristik fisik yang kurang dapat menarik perhatian dari pengendara bermotor.

Sebagaimana diketahui, bahwa traffic calming ini juga merupakan salah satu upaya untuk mendorong masyarakat menggunakan transportasi massal. Hal ini dilihat dari kinerja traffic calming yang cenderung “memaksa” pengendara kendaraan bermotor untuk memperlambat kecepatan pada zona-zona yang diterapkan traffic calming. Namun, yang perlu disadari bahwa traffic calming merupakan sebagian kecil dari instrument strategi yang dapat diterapkan untuk mendorong masyarakat berpindah menggunakan transportasi pribadi. Jika dibandingkan penerapan traffic calming di Eropa dan Amerika, maka diketahui bahwa traffic calming ini menjadi salah satu strategi untuk meminimalisir dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan kendaraan bermotor, bersamaan dengan strategi lainnya, seperti penetapan pajak untuk pembelian mobil dan kepemilikan mobil dengan tipe yang sama, peraturan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan SIM, penetapan pajak BBM, pembatasan kecepatan pada area pusat kota, jaringan transportasi, dan ketersediaan serta biaya untuk parkir. Namun, yang terjadi di Indonesia saat ini belum adanya kebijakan transportasi yang secara terintegrasi dan ketat agar dapat mendorong masyarakat untuk meminimalisir dampak dari penggunaan kendaraan pribadi. Masyarakat di Indonesia tidak dilibatkan secara langsung untuk meminimalisir dampak dari penggunaan kendaraan pribadi sehingga dapat dikatakan solusi persoalan tersebut merupakan tugas pemerintah semata.

Guna mengoptimalkan peran dan fungsi traffic calming, maka sebaiknya traffic calming di Indonesia diterapkan dengan ketat. Salah satunya adalah memberikan perbedaan fisik yang lebih kentara, memberikan ketinggian fisik yang berbeda antara badan jalan efektif dan area yang termasuk zona selamat sekolah dengan desain semenarik mungkin. Berdasarkan pembelajaran terhadap penerapan traffic calming di negara maju, diketahui bahwa traffic calming tidak dapat diterapkan secara parsial. Hal ini dikarenakan traffic calming hanya salah satu alat dan strategi untuk mewujudkan peningkatan keselamatan berkendara. Peningkatan keselamatan berkendara sebaiknya diterapkan secara terpadu dengan kebijakan lainnya, seperti perbaikan jaringan jalan dan fasilitas yang mendukung lainnya, serta intervensi kebijakan dari pemerintah agar masyarakat menyadari pentingnya tingkat keselamatan dan keamanan berkendara. Beberapa strategi lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang berhasilnya traffic calming antara lain.

1. Peningkatan infrastruktur dan fasilitas jaringan jalanPeningkatan infrasturkur dan fasilitas ini merupakan salah satu upaya untuk memberikan persepsi

baru terhadap masyarakat bahwa fasilitas dan moda transportasi umum dapat memberikan kenyamanan dan keamanan. Meningkatkan pengadaan trotoar dan jalur sepeda yang diintegrasikan dan terhubung dengan moda transportasi umum (angkutan umum maupun jenis MRT lainnya) serta meminimalisir jenis akomodasi yang berpihak pada penggunaan transportasi pribadi, seperti mengurangi jumlah lahan parkir dan meningkatkan retribusi lahan parkir, maupun menetapkan zona atau ruas jalan bebas kendaraan bermotor.

2. Intervensi melalui penerapan kebijakan transportasi.Pemerintah sebagai pembuat kebijakan memiliki wewenang untuk mengimplementasikan kebijakan

yang dimaksudkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, intervensi kebijakan transportasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dengan meningkatkan pajak kepemilikan kendaraan bermotor hingga melakukan pembatasan terhadap penggunaan bahan bakar minyak bagi kendaraan pribadi maupun meningkatkan harga bahan bakar minyak.

Page 5: SIT - Impact of Traffic Calming

4. KesimpulanTerdapat banyak cara untuk mewujudkan sistem transportasi yang berkelanjutan, salah satunya

dengan Traffic Calming (Pelambatan lalu lintas) dimana ini merupakan sebuah cara untuk membatasi akses penggunaan jalan agar menjadi lebih ramah lingkungan. Traffic calming ini dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan karena pada traffic calming ini penekanan antara keseimbangan pengendara bermotor dan pengguna jalan tidak bermotor (pejalan kaki, pengguna sepeda) merupakan prioritas utama. Keuntungan-keuntungan lainnya yang muncul dari upaya pelambatan lalu lintas adalah dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi pada sebuah kawasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa traffic calming ini adalah pengkombinasian dari beberapa pengaturan fisik jalan yang mampu menurunkan dampak negatif penggunaan kendaraan bermotor, baik terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan binaan, seperti mengendalikan perilaku pengemudi, meningkatkan kondisi jalan bagi pejalan kaki atau yang bagi penggunaan kendaraan tidak bermotor.

Penerapan traffic calming tentunya merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan berkendara. Namun, dalam prakteknya, kontribusi yang diberikan traffic calming harus diimbangi pula dengan penerapan kebijakan dan penyediaan fasilitas dan moda transportasi umum yang berpihak pada pengguna kendaraan tidak bermotor. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat agar menyadari pentingnya keselamatan dan keamanan dalam berkendara. Jenis kebijakan yang dapat diterapkan antara lain meminimalisir lahan-lahan parkir dan meningkatkan retribusi lahan parkir, meningkatkan pajak kendaraan bermotor, menetapkan zona maupun ruas jalan bebas kendaraan.

5. Daftar PustakaEwing, Reid. Impacts of Traffic Calming. TRB Circular E-C019: Urban Street Symposium. (Online,

http://www.urbanstreet.info/1st_symp_proceedings/Ec019_i1.pdf, diakses 17 November 2013).Daham, Basil, Gordon E. Andrews, Hu Li and Mark Partridge. 2005. Quantifying the Effects of Traffic

Calming on Emissions Using On-road Measurements. USA: Sae Technical Paper Series. (Online, http://eprints.whiterose.ac.uk/2050/1/2005-01-1620SOrion_peedbump.pdf, diakses 17 November 2013).

Federal Highway Administration. 1994. Traffic Calming, Auto-Restricted Zones and Other Traffic Management Techniques - Their Effects on Bicycling and Pedestrians. Washington: U.S. Department of Transportation. (Online, http://safety.fhwa.dot.gov/ped_bike/docs/case19.pdf, diakses 17 November 2013).

Garcia, Alfredo, Antonio José Torres, Mario Alfonso Romero, Moreno, Ana Tsui. 2011. Traffic Microsimulation Study to Evaluate the Effect of Type and Spacing of Traffic Calming Devices on Capacity. Procedia Social and Behavioral Sciences 16 (2011) 270–281. (Online, http://ac.els-cdn.com/S1877042811009955/1-s2.0-S1877042811009955-main.pdf?_tid=98de0a7c-5162-11e3-bab8-00000aab0f26&acdnat=1384897146_6de24c60119b375b8f8e0b6f7fb7c25a, diakses 17 November 2013).

Hidayati, Nurul, Ronghui Liu, Frank Montgomery. 2012. The Impact of School Safety Zone and Roadside Activities on Speed Behaviour: the Indonesian Case. Social and Behavioral Sciences 54 (2012) 1339 – 1349. (Online, http://ac.els-cdn.com/S1877042812043108/1-s2.0-S1877042812043108-main.pdf?_tid=b4cb0d98-5162-11e3-a4dc-00000aab0f6b&acdnat=1384897193_39ef51aff2b4ade6513ed87e3595da23, diakses 17 November 2013).

WHO. 2012. Indonesia Road Safety Report. (Online, http://www.ino.searo.who.int/LinkFiles/Injury_and_Violence_Prevention_-_Disability_and_Rehabilitation__Country_Profile4_May_2012.pdf, diakses 17 November 2013)

Whitelegg, John. 2009. World Transport Policy & Practice Volume 15, Number 1 Sustainable Transport that Works: Lessons from Germany Bicycle Education Cycling for a few or for everyone: Social Justice in Cycling Policy. Eco-Logica Ltd. (Online, http://www.eco-logica.co.uk/pdf/wtpp15.1.pdf, diakses 17 November 2013)

Undang-undang No. 22 Tahun 2009.Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005.