sistemhukumdanperadilaninternasional-130321232524-phpapp02.pptx

15
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL MEITA PURNAMASARI A, M.Pd SMA NEGERI I KOTA CIMAHI

Upload: nathaniacarissania

Post on 02-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

MEITA PURNAMASARI A, M.PdSMA NEGERI I KOTA CIMAHI

Makna Hukum Internasional

Prof. Mochtar Kusumaatmadja bahwa Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah atau asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara lain negara dengan negara, dan negara dengan subjek hukum bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.

Asas dan Subjek Hukum Internasional

AsasTeritorialKebangsaanKepentingan UmumSubjekNegaraNon Negara

Sumber Hukum dalam arti formal

Sumber Hukum dalam arti material

adalah sumber hukum yang membahas dasar berlakunya hukum suatu negara. Ada dua pandangan mengenai sumber hukum internasional

1. Aliran Naturalis. Aliran ini bersandar pada hak asasi atau hak alamiah, bahwa kekuatan mengikat dari hukum internasional didasarkan pada hukum alam yang berasal dari Tuhan. Menurut teori ini, karena hukum internasional merupakan hukum alam, maka kedudukannya dianggap lebih tinggi dari hk negara

2. Aliran Positivisme.

Aliran ini mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan bersama dari negara-negara dengan azas pacta sunt servanda. Tokohnya adalah Hans Kelsen, George Jellinek.

Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

Proses Ratifikasi Hukum Internasional menjadi Hukum Nasional

Ratifikasi berasal dari bahasa latin ratificare yang artinya pengesahan (confirmation) atau persetujuan (approval). Dalam UU No 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional disebutkan ratifikasi adalah salah satu bentuk pengesahan. Pengesahan adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi (ratification), aksesi (accession), penerimaan (acceptance) dan persetujuan (approval).

Dalam praktik modern, ratifikasi tidak hanya berarti pengesahan namun dianggap sebagai pernyataan resmi negara untuk diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum internasional.Dengan meratifikasi suatu hukum atau konvensi internasional, maka negara mengikatkan diri untuk tunduk pada ketentuan-ketentuan yang ada dalam hukum internasional. Bahkan hukum internasional yang sudah diratifikasi telah dianggap sebagai bagian dari hukum nasionalnya yang berlaku mengikat pada warga negara ybs.Prosedur ratifikasi suatu hukum internasional tergantung pada ketentuan konstitusi atau undang-undang dasar negara masing-masing.Praktik Ratifikasi di IndonesiaDalam praktik dewasa ini, negara RI dalam melakukan perjanjian internasional berdasar pada pasal 11 UUD 1945 yang telah diamandemen dan UU No 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Pengesahan perjanjian internasional dapat dilakukan dengan undang-undang atau dengan keputusan presiden. Perjanjian-perjanjian yang penting (treaty) harus disampaikan kepada DPR, sedangkan perjanjian lain (agreement) akan disampaikan kepada DPR hanya untuk diketahui.Dengan Undang-Undang, apabila berkenaan :Masalah politik,perdamaian, pertahanan dan keamanan negaraPerubahan wilayah atau penetapan batas wilayahKedaulatan negaraHAM dan lingkungan hidupPembentukan kaidah hukum baruPinjaman atau hibah luar negeri

Dengan Keputusan Presiden yakni perjanjian yang umumnya bersifat prosedural dan memerlukan penerapan dalam waktu singkat tanpa mempengaruhi peraturan perundang-undangan nasional, diantaranya adalah :perjanjian induk yang menyangkut kerjasama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ekonomi dan teknikperdagangankebudayaanpelayaran niagakerja sama penghindaran pajak berganda kerja sama perlindungan penanaman modal perjanjian-perjanjian lain yang bersifat teknis.Adapun pemberitahuan adalah berupa salinan yang disampaikan kepada DPR untuk dievaluasiSetiap undang-undang atau keputusan presiden tentang pengesahan perjanjian internasional ditempatkan dalam Lembaran Negara RI. Pemberlakuan perjanjian internasional yang tidak disahkan dengan undang-undang atau keputusan presiden, langsung berlaku setelah penandatanganan atau pertukaran dokumen perjanjian atau nota diplomatik ataupun melalui cara-cara lain sebagaimana yang disepakati oleh pihak terkait.