sistem stomatognatik

7
1. Pengertian dan fungsi Sistem Stomatognatik Dalam ilmu faal yang dimaksud dengan system pada umumnya terdiri atas beberapa organ tubuh, yang saling ada keterkaitan secara kompleks dalam menjalankan fungsi kehidupan. System stomatognatik adalah Suatu system atau unit fungsional yang terdiri dari beberapa jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja dalam suatu kesesuaian untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasaran fungsinya. Struktur yang menyusun stomatognatik antara lain komponen skeletal (os maksila dan os mandibula) , lengkung gigi, jaringan lunak (Glandula saliva, jaringan saraf, serta vaskularisasi), area Temporo Mandibula Joint. System ini berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya. 2. Etiologi gangguan system stomatognati Gangguan oklusi Maloklusi merupakan keadaan menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi sehingga mempengaruhi estetika beberapa fungsi fisiologis mulut seperti mastikasi, penelanan dan bicara. Mastikasi itu sendiri merupakan hasil pergerakan buka dan tutup rahang yang memerlukan koordinasi antara gigi , rahang , otot mastikasi, dibawah control neurologis susunan saraf pusat. Ketidakserasian oklusi terjadi apabila terjadi kontak gigi yang menghalangi atau menghambat kebebasan pergerakan mandibula.

Upload: yolabilynov

Post on 18-Jan-2016

543 views

Category:

Documents


62 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Stomatognatik

1. Pengertian dan fungsi Sistem Stomatognatik

Dalam ilmu faal yang dimaksud dengan system pada umumnya terdiri atas beberapa

organ tubuh, yang saling ada keterkaitan secara kompleks dalam menjalankan fungsi kehidupan.

System stomatognatik adalah Suatu system atau unit fungsional yang terdiri dari beberapa

jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja dalam suatu kesesuaian

untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasaran fungsinya. Struktur yang menyusun

stomatognatik antara lain komponen skeletal (os maksila dan os mandibula), lengkung gigi,

jaringan lunak (Glandula saliva, jaringan saraf, serta vaskularisasi), area Temporo Mandibula

Joint. System ini berfungsi dalam oklusi, mastikasi, bicara, artikulasi dan sebagainya.

2. Etiologi gangguan system stomatognati

Gangguan oklusi

Maloklusi merupakan keadaan menyimpang dari oklusi normal yang meliputi

ketidakteraturan gigi sehingga mempengaruhi estetika beberapa fungsi fisiologis mulut

seperti mastikasi, penelanan dan bicara. Mastikasi itu sendiri merupakan hasil

pergerakan buka dan tutup rahang yang memerlukan koordinasi antara gigi , rahang , otot

mastikasi, dibawah control neurologis susunan saraf pusat. Ketidakserasian oklusi terjadi

apabila terjadi kontak gigi yang menghalangi atau menghambat kebebasan pergerakan

mandibula.

Selain itu, oklusi yang tidak benar biasa dihubungkan dengan kliking sendi.

Kehilangan gigi dan malposisi serta ektrusi gigi akan mengakibatkan perubahan

keseimbangan sehingga mengakibatkan ketidakharmonisan oklusi. Kehilangan gigi dapat

mengganggu keseimbangan gigi geligi yang masih tersisa, gangguan dapat berupa

migrasi, rotasi, ekstrusi gigi geligi yang masih tersisa pada rahang. Malposisi akibat

kehilangan gigi tersebut mengakibatkan disharmonisasi oklusal. Kehilangan gigi anterior,

khusunya gigi kaninus menyebabkan pola oklusal menjadi lebih datar karena

berkurangnya tinggi tonjolan. Hal ini menyebabkan berkurangnya tinggi gigitan dan

dimensi vertical.

Gangguan oklusi juga dapat mengganggu fungsi stomatognati yang lain, seperti

penampilan wajah yang kurang menarik, resiko terhadap karies karena susunan gigi yang

Page 2: Sistem Stomatognatik

abnormal selain tidak memiliki self cleansing yang baik juga menyebabkan pemeliharaan

OH menjadi rumit.

Trauma fisik

Gigi-gigi incisive yang terlalu proklinasi atau protrusive yang parah memiliki

resiko tinggi terhadap injuri khususnya selama bermain atau terjatuh karena

kecelakaan, demikian juga dengan posisi gigi kaninus yang labioversion yang

sering mangalami trauma.

Trauma juga dapat timbul karena membuka mulut terlalu lebar

Stress

Stress psikologis yang terjadi pada individu akan menyebabkan terjadinya

perubahan pada tubuh yang pada dasarnya adalah mempersiapkan otot tubuh (termasuk

otot temporomandibula) untuk menghadapi segala hal bentuk ancaman atau beban yang

melebihi kemampuan normalnya. Perubahan pada otot tersebut berupa adanya

peningkatan aktivitas otot (hiperaktivitas). Keadaan hiperaktivitas yang berlangsung lama

atau terus menerus akan memicu kelelahan otot yang akan diikuti oleh terjadinya

kekejangan otot. Kekejangan otot inilah yang kemudian akan memicu terjadinya

perubahan-perubahan pada pola pengunyahan, disharmoni hubungan gigi-gigi rahang

atas dan rahang bawah, ketidakseimbangan distribusi beban atau pembebanan yang

berlebihan pada sendi, yang bila berlangsung lama atau terus-menerus akan

menyebabkan terjadinya gangguan bahkan kerusakan lebih lanjut pada sendi

temporomandibula dan atau daerah sekitarnya.

Terdapat 2 mekanisme pelepasan stress pada manusia. Pertama adalah external

release , stress disalurkan melalui berteriak, melempar, memukul dan sebagainya. Kedua

adalah Internal release, stress dilepaskan melalui internal yang menyebabkan hipertensi,

meningkatnya ketegangan otot didaerah kepala dan leher, asma, dan meningkatnya fungsi

nonfungsional otot seperti bruxism dan clenching.

Kondisi sistemik

Kondisi sistemik usia lanjut berbeda dengan dewasa muda karena pada proses

menua terdapat perubahan degeneratif dan fisiologis. Rongga mulut pada usia lanjut

mengalami perubahan, baik pada jaringan keras maupun pada jaringan lunak. Perubahan

tersebut selain karena proses menua, juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik yang

Page 3: Sistem Stomatognatik

bermanifestasi di rongga mulut. Penurunan kemampuan fungsi kunyah, hal ini karna

terdapat perubahan pada sendi temporomandibular, gigi serta otot mastikasi yang

berperan penting pada proses pengunyahan. Otot mastikasi mengalami atrofi seiring

dengan peningkatan usia sehingga menyebabkan kekuatan gigit menurun dan

memperlambat kemampuan fungsi pengunyahan.

Kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk seperti bruxism pada malam hari dapat mengakibatkan kelelahan

dan kekakuan otot mastikasi (m.masseter) yang dihasilkan oleh pengerutan otot

secara terus menerus akibat penambahan tenaga otot.

Kebiasaan mengunyah satu sisi akan menyebabkan terjadinya hipertropi otot pada

sisi yang aktif, sementara pada sisi lainnya yang jarang digunakan dapat terjadi

atrofi otot.

3. Akibat Gangguan system stomatognati

Kelainan sendi rahang

Temporomandibular disorders, merupakan kelaianan yang meliputi system

stomatognati yang dapat menyebabkan gangguan fungsi rahang. Kelainan ini ditandai

oleh berbagai gejala seperti clicking, krepitasi, terbatasnya membuka mulut, rasa sakit

pada otot-otot pengunyahan, rasa sakit didaerah rahang, deviasi pembukaan mulut,

tinitus, rasa sakit disekitar telinga, sampai sakit kepala. Para ahli menyatakan seseorang

dapat dikatakan mengalami kelainan sendi rahang (TMJ disorder) apabila dia mengalami

paling sedikit 3 gejala.

Page 4: Sistem Stomatognatik

Penyebab kelainan sendi rahang sangat kompleks dan multifaktorial. Beberapa

ahli mengelompokkan penyebabnya dalam 3 kelompok:

1. Prediposing factor

Factor yang dapat meningkatkan resiko kelainan ini. Meliputi kondisi sitemik seperti

rheumatoid, kelainan metabolism, nutrisi, hormone, infeksi, ataupun oleh berbagai

kelainan oklusi seperti kehilangan banyak gigi posterior , open bite anterior, overbite

lebih dari 6-7 mm dan crossbite unilateral.

2. Initiating factor

Factor yang memicu kelainan sendi temporomandibular yang dapat disebabkan

karena trauma yang berlebihan dan parafunctional habit. Trauma berlebihan pada

sendi rahang (TMJ) biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki kebiasaan

bruxism dan clenching, yang bisa juga dipengaruhi oleh kodisi psikologis.

3. Perpetuating Factor

Factor etiologis yang mengarah pada penundaan proses penyembuhan, sehingga

menyebabkan kelainan sendi rahang (TMJ disorder) itu menjadi menetap. Factor ini

dapat berupa kebiasaan sehari-hari yang sifatnya parafungsional, misalnya kebiasaan

memiringkan kepala saat menulis atau bekerja. Kondisi lingkungan kerja yang tidak

Page 5: Sistem Stomatognatik

nyaman dapat membuat seseorang untuk mengulangi terus kebiasaan

parafungsionalnya

Disfagia

Keadaan dimana pasien sulit menelan makanan. Keluhan ini akan timbul bila

terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari

rongga mulut ke lambung. Selain itu disfagia juga dapat timbul karena terdapat gangguan

emosi atau tekanan jiwa yang berat (factor psikogenik).

Tersedak atau Chocking

Tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing , muntah, darah atau cairan lain.

Chocking biasanya terjadi karena makanan yang kurang dikunyah dengan baik serta

memasuki saluran yang salah.

Referensi:

1. Jeffrey P. Okeson. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. Sixth

Edition. Mosby Elsevier. Page 130-140

2. Haryo, Mustiko. 2008. Gangguan nyeri dan bunyi kliking pada sendi temporomandibula.

Kajian Ilmiah Prostodonsia. FKG UGM. Yogyakarta