sistem limfatik dan sistem retikulo

41
1 SISTEM LIMFATIK DAN SISTEM RETIKULO-ENDOTELIAL A. PENDAHULUAN Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.. Saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe) bersama organ limpa, hati dan sumsum tulang membentuk Retikulo-Endotelial Sistem (RES) Sistem limfatik berperan penting dalam mengangkut protein dan zat partikel besar keluar dari ruang jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan proses absorpsi langsung ke dalam kapiler darah. Pengembalian protein dari interstisial ke dalam

Upload: candra-bayu

Post on 26-Jul-2015

647 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

SISTEM LIMFATIK DAN SISTEM RETIKULO-ENDOTELIAL

A. PENDAHULUAN

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa

atau getah bening di dalam tubuh. Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem

kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem

limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi..

Saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe) bersama organ limpa, hati dan sumsum tulang

membentuk Retikulo-Endotelial Sistem (RES)

Sistem limfatik berperan penting dalam mengangkut protein dan zat partikel besar keluar

dari ruang jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan proses absorpsi langsung ke dalam

kapiler darah. Pengembalian protein dari interstisial ke dalam darah merupakan fungsi yang

penting. Hampir semua jaringan tubuh mempunyai saluran limfe, kecuali permukaan kulit, SSP,

endomisium otot, dan tulang. Namun, jaringan tersebut mempunyai pembuluh interstisial kecil

(saluran pralimfatik) yang dapat dialiri oleh cairan interstisial; pada akhirnya mengalir ke

pembuluh limfe, atau pada otak, mengalir ke cairan serebrospinal dan kemudian kembali ke

dalam darah.

Page 2: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Konsentrasi protein dalam cairan interstisial di sebagian besar jaringan ± 2 g/dl, dan

konsentrasi protein cairan limfe yang mengalir dari jaringan tersebut mendekati nilai ini. Di

hepar, cairan limfe yang dibentuk mempunyai konsentrasi protein 6 g/dl, di usus 3-4 g/dl, karena

kurang lebih 2/3 seluruh cairan limfe normalnya berasal dari hepar dan usus, cairan limfe duktus

torasikus, yang merupakan campuran cairan limfe dari seluruh tubuh, mempunyai konsentrasi

protein 3-5 g/dl.

Page 3: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

B. ANATOMI SISTEM LIMFATIK

Kapiler limfe merupakan tempat absorpsi limfe seluruh tubuh. Kapiler-kapiler ini

bermuara kedalam pembuluh pengumpul yang melewati ekstremitas dan rongga tubuh, yang

kemudian bermuara kedalam sistem vena melalui duktus torasikus. Pembuluh pengumpul secara

periodik diselingi oleh kelenjar limfe, yang menyaring limfe dan terutama melakukan fungsi

imunologi.

Page 4: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah, kecuali bahwa membran basalis tidak begitu

tegas. Telah diketahui adanya celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang berdekatan,

sehingga partikel sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya. Jaringan tertentu

tampaknya tidak mempunyai pembuluh limfe. Keseluruhan epidermis, sistem saraf pusat,

selubung mata dan otot, kartilago dan tendon tidak mempunyai pembuluh limfe. Dermis kaya

akan pembuluh limfe yang mudah dikenal dengan penyuntikan intradermis zat warna tertentu.

Pembuluh tanpa katup ini berhubungan dengan pembuluh pengumpul pada sambungan dermis-

subkutis. Pembulu limfe superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa saluran berkatup yang

terutama melewati sisi medial ekstremitas ke arah lipat paha atau aksila, dimana saluran ini

berakhir dalam satu kelenjar limfe atau lebih. Pembuluh ini mempertahankan kaliber yang

seragam waktu naik dan sering berhubungan satu sama lain melalui cabang yang menyilang.

Sistem pembuluh limfe profunda yang terpisah juga terdapat pada ekstremitas. Jalinan ini

mengikuti dengan dengan rapat jalur vaskular utama profunda terhadap fasia otot. Pada individu

normal, ada sedikit (jika ada) hubungan antara dua sistem.

Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah dengan

adventisia berbatas tegas, suatu media yang mengandung sel otot polos dan suatu intima.

Pembuluh ini juga dipersarafi dan, telah diamati adanya spasme maupun kontraksi alamiah

berirama.

Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe pengumpul.

Masing-masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran limfe eferen yang masuk

melalui kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus, membasai daerah korteks dan medula, dan

keluar melalui saluran eferen tunggal. Daerah korteks terutama mengandung limfosit, yang

tersusun dalam folikel yang dipisahkan oleh perluasan trabekular kapsula ini. Di dalam folikek

terdapat sentrum germinativum diskrit. Medula bisa mengandung makrofag dan sel plasma

maupun limfosit, dan sel-sel ini dianggap dalam keseimbangan dinamik di dalam kelenjar limfe.

Tiap kelenjar limfe juga mempunyai supali saraf dan vaskular yang terpisah, dan

sekarang sudah diketahui bahwa interaksi pembuluh limfe-vaskular bisa timbul di dalam kelenjar

limfe.

Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk sisterna kili dekat

aorta di dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan melalui diafragma untuk menjadi

duktus torasikus. Di dalam dada, duktus ini menerima pembulu limfe visera totem vena melalui

Page 5: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

persatuan dengan vena subklavia sisnistra. Duktus limfatikus dekstra yang terpisah, memberikan

drainase untuk ekstremitas kanan atas dan leher serta memasuki vena sublavia dekstra.

Struktur Mikroanatomi

A. Kapiler getah bening

Terdiri dari:

1. Saluran yang berdinding tipis

2. Dilapisi Endotel

3. Lumen nya tidak teratur

Merupakan pembuluh Limfe yang terkecil, membentuk anyaman yang luas dan berakhir buntu.

Berfungsi untuk menampung cairan Limfe yang berasal dari masing-masing kapiler .

B. Pembuluh getah bening yang lebih besar

Kapiler-kapiler getah bening bergabung dengan pembuluh getah bening yang lebih besar .Terdiri

dari saluran yang dindingnya lebih tebal memiliki katub. Dindingnya terdiri dari 3 lapisan:

1. T. Intima terdiri dari endotel dan serabut elastis

2. T. Media terdiri dari serabut otot polos

3. T. Adventitia terdiri dari serabut kollagen, serabut elastic dan serabut otot polos

Dalam perjalanan pembuluh getah bening yang besar, pembuluh getah bening ini

mencurahkan isinya ke dalam kelenjar getah bening (Lymph Nodes). Katub pembuluh getah

bening merupakan lipatan T. Intima yang erdiri dari jaringan ikat kendor, dilapisi endotel,

terletak berpasangan dan berhadapan. Ke dua ujung bebasnya searah dengan aliran limfe.

C. Pembuluh Limfe besar

Merupakan gabungan dari pembuluh limfe, membentuk 2 pembuluh limfe utama:

1. Ductus Lymphaticus Dexter

Menerima cairan limfe dari bagian kanan atas tubuh

2. Ductus Thoracicus

Menerima cairan limfe dari bagian tubuh kiri & kanan saluran pencernaan makanan.

Dindingnya terdiri dari:

1. T. Intima: tersusun atas endotel, serabut Kollagen & Elastis

Page 6: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

2. T. Media: terdapat beberapa lapis otot polos

3. T. Adventitia: terdiri dari serabut kollagen, serabut elastis dan otot polos serta vasa

vasorum

D. Limpa (Lien)

Kapsula dan trabekula pada limpa kaya serabut otot polos dan serabut elastic. Limpa juga

terdiri dari pulpa putih dan pulpa merah. Pulpa putih adalah jaringan limfatik padat yang

didominasi oleh limfosit kecil dan berhubungan erat dengan cabang-cabang arteri trabekuler

terletak di sentralis dan para sentralis.

Sedangakan untuk pulpa merah merupakan pulpa yang dihuni oleh semua sel darah, sinusoid

maupun tali-tali limpa yang tersusun granulosit, progenitor granulosit, sel fagosit dan sel

retikuler. Limpa tergolongkan menjadi tiga yaitu

1. Limpa tipe pertengahan atau intermedier yaitu antara pulpa merah dan pulpa putih

seimbang, kapsula dan trabekula juga seimbang

Page 7: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

2. Limpa tipe pertahanan atau defensive, pada limpa ini pulpa putih lebih dominan daripada

pulpa merah. Trabekula dan otot polos sedikit serta kapsulanya tipis. Contoh hewan ini

adalah kelinci maupun manusia.

3. Limpa tipe ketiga adalah limpa tipe penyimpan. Pada limpe ini pulpa merah lebih

dominan daripada pulpa putih. Trabekula dan kapsula tebal, serta kaya otot poloas dan

serabut elastic. contoh dari hewan ini adalah Anjing, kucing dan kuda.

4. Sedangkan untuk limpa ayam terbungkus oleh kapsula muskule tebal tanpa trabekula.

Batas antara pulpa merah dan pulpa putih tidak jelas. Pulpa putih tersebar merata

terutama tersusun oleh limfosit kecil, sedangkan untuk limfa merah tersusun dari sinus

venosus dan tali-tali sel yang terdiri dari sel retikuler, makrofag, limfosit dan eritrosit.

5. Nodus limfatikus

Pada nodus limfatikus terbungkus oleh jaringan ikat kolagen padat dengan serabut otot

dan serabut elastic. Untuk kapsula melepaskan trabekula ke dalam organ. Pada bagian

perifer korteks terisi nodulus limfatikus dengan dikelilingi oleh jaringan limfatik difus.

Selanjutnya jaringan limfatik difus melanjut ke medulla dan membentuk tali-tali medulla

atau korda medulla. jadi tali-tali medulla tersebut terisi oleh limfosit, sebgian leukosit,

makrofag dan sel plasma.

Sedangkan kapsula sendiri terbungkus oleh vasa limfatik aferen, yang selnjutnya vasa

tersebut menuju ke sinus kapsuler, kemudian ke sinus subkapsularis, kemudian ke sinus

kortikalis, kemudian ke nodulus dan kemudian ke sinus medularis kemudian ke kapsula

dan terakhir ke hilus.

D. Bursa Fabricius

Bursa fabricius merupkan sebuah kantong buntu tebuka yang terletak di dinding

proktodeum kloaka bagian dorsal. Pada bursa fabricius epithelium permukaannya berbentuk

epithelium pseudokolumner kompleks, sedangkan untuk apeks folikelnya dibatasi oleh

epithelium kolumner simpleks. Untuk tunika mukosa berlipat-lipat membentuk plika saraf folikel

organ limfatik yang lebih spesifinya folikel organ limfatik tersebut terletak di lamina propia

mukosa. Folikel terbagi korteks dan medulla, pada korteks terisi limfosit kecil sedangkan pada

medulla terisi limfosit besar.

Page 8: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

C. FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK

Salah satu fungsi utama sistem limfe adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran

kontinyu cairan interstial merupakan filtrat plasma yang menyilang dinding kapiler dan

kecepatan pembentukannya tergantung pada perbedaan tekanan di antara membran ini.

Pappenhimer dan Soto-Rivera mendukung konsep bahwa pori-pori kapiler adalah kecil dan

hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma. Molekul besar ini yang

tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik yang cenderung menjaga volume cairan

di dalam ruang kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara kapiler dan ruang interstiasial

tergantung pada empat faktor : tekanan hidrostatik di dalam kapiler dan di dalam ruang

interstiasial serta tekanan osmotik di dalam dua ruangan ini. Tekanan onkotik plasma normal

sekitar 25 mmHg, sementara tekanan onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1 mmHg.

Tekanan hidrostatik pada ujung arteiola kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung vena 17

mmHg. Tekanan Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda sebesar –

2mmHg dalam jaringan subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih cairan keluar

dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari suatu

kapile, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula. Normalnya aliran keluar bersih melebihi

aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini kembali ke sirkulasi melalui pembuluh limfe. Aliran

limfe normal 2 sampai 4 liter perhari. Kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor

lokal dan sistemik, yang mencakup konsentrasi protein dalam plasma dan cairan interstisial,

hubungan tekanan arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan keutuhan kapiler.

Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi

intrinsik yang berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke arah

duktus torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan saluran limfe

dan karena adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka limfe di dorong ke arah

kepala. Peningkatan tekan intra-abdomen akibat batuk atau mengejan, juga menekan pembulu

limfe, mempercepat aliran limfe ke atas. Perubahan fasik dalam tekanan intratoraks yang

berhubungan dengan pernafasn, membentuk mekanisme pompa lain untuk mendoong limfe

melalui mediastitinum. Aliran darah yang cepat dalam vena subklavia bisa menimbulkan efek

siphon pada duktus torasikus.

Page 9: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa (lymph

node) atau nodus getah bening yang menyaring limfa. Di dalam nodus limfa terdapat jaringan

ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-ruang yang penuh dengan sel darah putih.

Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa

diantanya kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) ,

limfonodulus. System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik, nodul

limfatik, sel limfatik. Pembuluh limfe merupakan muara kapiler limfe, menyerupai vena kecil

yang terdiri atas 3 lapis dan mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan limfe kembali

ke jaringan. Kontraksi otot yang berdekatan juga mencegah limfe keluar dari pembuluh. Tonsil

merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang dibungkus oleh capsul jaringan

pemyambung, tapi tidak lengkap.Terdiri atas bagian tengah (germinal center) dan Crypti.Tonsil

ditemukan dipharyngeal yaitu :

Page 10: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

1. tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx

2. tonsil palatina, posteo lateral cavum oral

3. tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah

Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda oval atau bulat

yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh. Fungsi utama

nodus limfaticus untuk menyaring antigen dari limfe dan menginisiasi respon imun.

Page 11: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus. Pada bayi dan anak-anak, timus

agak besar dan sampai ke mediastinum superior. Timus terus berkembang sampai pubertas

mencapai berat 30 -50 gr. Kemudian mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak Pada

orang dewasa timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi. Limpa terletak di Quadran atas

kiri abdomen, di inferior diaphragma yang memanjang dari iga 9 – 11, terletak dilateralis ginjal

dan posterolateral gaster. Fungsi limfa yaitu:

1. Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah

2. Reservoir eritrosit dan platelet

3. Memfagosit eritrosit dan platelet yang defective

4. Phagosit bacteri dan benda asing lainnya

Proses Jalan Limfe

Proses jalan limfe di mulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan interstisiil yang

mengandung zat-zat makanan didalamnya keluar dari kapiler darah. Setelah keluar dari kapiler

darah kemudian masuk ke dalam jaringan-jaringan disekelilingnya. Kemudian akan memberikan

zat-zat makanan dari jaringan. Cairan tersebut akan berkumpul di lekak-lekak jaringan yang

kecil. Dari lekak-lekak tersebut limfe mengalir melalui jalan-jalan limfe. Proses masuknya

seperti pada susunan jalan darah, pertama limfe itu masuk kedalam kapiler, antara kapiler yang

satu dengan yang lain bertemu dan akhirnya menjadi besar yaitu pembuluh limfe. Pada akhirnya

jalan-jalan limfe akhirnya menjadi dua buah, yaitu ductus thoracicus dan ductus lymphaticus

dexter.

Ductus thoracicus ini dimulai dari sebuah perluasan yang dinamakn systerna cycli.

Ductus thoracicus ini menerima limfe dari isi badan dari seluruh pasangan belakang dari dinding

dada, dinding perut, daerah bahu sebelah kiri, leher sebelah kiri dan kepala sebelah kiri.

Sedangkan untuk truncus lymphaticus dexter, pangkalnya menreima limfe dari sebagian

besar dinidng dada sebelah kanan, kepala sebelah kanan, leher sebelah kanan dan bahu sebelah

kanan, kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu berkumpul di kelenjar limfe sebelah

kanan, yang tereltak didekat pintu masuk dada., dari perkumpulan tersebut terdiri dari 3-4

pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus lymphaticus dexter.

Page 12: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Pembuluh limfe ini lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dari pembuluh darah. Sebelum

limfe dialirkan kedalam darah limfe ini akan disaring di nodus-nodus limfatikus, karena limfe

saat di lekak-lekak jaringan bisa terdapat kuman penyakit dan benda-benda debu seperti zat

arang. Jadi sebelum dialirkan kedalam pembuluh darah limfe-limfe tersebut disaring terlebih

dahulu. Pembersihan tersebut terjadi di nodus limfatikus atau di kelenjar-kelenjar limfe. Dan

kuman-kuman tersebut yang tertahan disana akan dimusnahkan oleh limfosit yang terdapat di

kelenjar-kelenjar limfe. Terkadang terdapat kuman yang lebih kuat dan akibatnya kelenjar

tersebut akan bernanah. Dan kelenjar-kelanjar limfe juga bisa berwarna hitam bila terdapat

seperti zat arang. Setelah masuk ke vasa darah, limfe tersebut pertama akan dibawa ke ren, di ren

tersebut zat-zat yang ada di dalam cairan tersebut akan dikeluarakan. Didalam pembuluh limfe

juga terdapat klep-klep sehingga cairan limfe tidak bisa kembali.

D. FUNGSI SISTEM LIMFATIK

Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi :

1. Aliran cairan interstisial

Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang diambil oleh

kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir melalui system pembuluh yang

akhirnya kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai pada ekstremitas dari sistem kapiler limfatik

yang dirancang untuk menyerap cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem

limfatik yang bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke

kelenjar getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik eferen.

Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke dalam saluran limfatik. Pada

titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam aliran darah dimana perjalanan ini dimulai

lagi.

2. Mencegah infeksi

Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka juga

mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah bening sampai

mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang untuk menghancurkan virus dan

bakteri dengan menggunakan berbagai metode. Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini

dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon

Page 13: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

kekebalan tubuh. Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan

melalui getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana. Beberapa sel Limfosit

akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan memasuki darah ketika getah

bening bergabung kembali, ini memungkinkan untuk menangani infeksi pada jaringan lain. Ini

bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga menyaring darah dengan

cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring getah bening, sel B dan sel T yang

bermigrasi dari sumsum tulang merah dan Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis

sel T yang menakjubkan, itu adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah

memasuki tubuh sebelumnya dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat. Sel T lainnya

disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag

limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis. Ada nodul limfatik

seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit.

Kelenjar timus mematangkan sel yang diproduksi di sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini

matang, sel – sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana

kemudian berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah

memproduksi sel B dan sel T yang bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening untuk

membantu dalam respon kekebalan.

Page 14: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

3. Pengangkutan Lipid

Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut lemak A,

D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening berubah warna menjadi krem.

Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran pencernaan dari makanan dan kemudian

dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan ke darah.

Page 15: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

SISTEM RETIKULOENDOTELIAL

Asshoff adalah orang yang pertama kali menamakan endotelium organ-organ seperti hati,

kelenjar limfe dan limpa yang mempunyai kemampuan fagositosis sebagai sistem

retikuloendotelial. Menurut Aschoff sistem ini mengandung 4 struktur:

1. Fagosit-fagosit limpa dan darah

2. Sel-sel retikulum pulpa limpa, korteks kelenjar limfe, pulpa kelenjar limfe dan sel-sel

retikulum jaringan limfatik lain

3. Histiosit jaringan pengikat, yang disebut makrofag jaringan

4. Retikuloendotelium dari sinusoid kelenjar limfe, sinusoid limpa, kapiler hati, sumsum

tulang, korteks adrenal dan adenohipofisis.

Menurut Athony dan Kolthoff, sistem retikuloendotelial adalah jarinagn pengikat retikular

yang tersebar luas menyelubungi sinusoid-sinusoid darah di hati, sumsum tulang dan juga

menyelubungi saluran-saluran limfe di jaringan limfatik. Sistem retikuloendotelial ini

mengandung 3 sel:

1. Sel-sel retikuloendotelial yang melapisi sinusoid darah di hati, limpa, sumsum tulang,

kelenjar limfe, termasuk sel-sel kupffer di hati dan sel-sel serupa di paru-paru dan sumsum

tulang

2. Makrofag adalah sel-sel terbanyak yang menempati jaringan pengikat dan disebut histiosit

atau resting wandering cells atau clasmatocytes

3. Mikroglia yang menyokong pusat susunan saraf

Sel-sel retikuloendotelial dapat melepaskan diri dari kerangkanya dan mengembara,

pengembaraan ini tidak menggunakan darah. Dalam pengembaraannya sel-sel retikuloendotelial

menemukan benda-benda asing yang memerlukan fungsi dari sel-sel retikuloendotelial, maka ia

mengadakan fagositosis terhadap benda-benda asing tersebut, dan setelah menyelesaikan

tugasnya, ia kembali ke tempat asalnya. Sistem retikuloendotelial yang terdapat di kelenjar limfe

berfungsi untuk menyingkirkan sel-sel badan yang telah tua, sel-sel cacat, sel-sel asing dan

menghancurkan sel-sel kanker. Hal ini mungkin karena aliran limfe menjadi sangat lambat

sewaktu melalui kelnjar limfe yang strukturnya khas. Sistem retikuloendotelia di limpa juga

berfungsi menghancurkan eritrosit-eritrosit yang sudah tua.

Menurut Guyton sistem retikuloendotelial meliputi sel-sel jaringan yang menyelubungi

saluran-saluran darah dan saluran-saluran limfe, yang berkemampuan fagositosis terhadap

Page 16: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

bakteria, virus dan benda-benda asing, dan berkemampuan membuat zat-zat imut terhadap

mereka. Sistem retikuloendotelial meliputi sel-sel fagosit di sumsum tulang, limpa, hati dan

kelenjar limfe. Sel-sel tersebut berhubungan satu sama lain, sehingga membentuk struktur

retikular.

Menurut Keele dan Neil sistem retikuloendotelial adalah sel-sel fagosit tertentu yang

terdapat pada jaringan yang menyelubungi saluran darah pada pulpa limpa, hati dan sumsum

tulang, juga fagosit-fagosit tertentu yang terdapat pada jaringan yang menyelubungi saluran

limfe di jaringan-jaringan limfatik, dan fagosit-fagosit yang terdapat pada jaringan subkutan dan

submukosa.

Fungsi sitem ini adalah:

1. Menghancurkan sel-sel darah yang sudah tua, membuat dan melepaskan bilirubin ke

sirkulasi

2. Memakan bakteria, melipatgandakan jika ada infeksi, bertanggung jawab mempertahankan

badan melawan infeksi

3. Memakan dan meproses antigen dan merangsang sel-sl plasma untuk membuat antibodi

Seluruh sistem retikuloendotelial bekerja sebagai satu unit fingsional,sehingga jika ada

salah satu sistem organ yang dikeluarkan dari badan maka akan terjadi hipertrofi, kompensasi

dari organ-organ yang masih ada.

Menurut Weiss sistem retikuloendotelial adalah suatu sitem yang bersifat menyerap dan

fagositik, yang meliputi monosit sumsum tulang, promonosit sumsum tulang, darah, limfe,

ruang-ruang serosa, jaringan pengikat, semua sistem yang digunakan untuk lalulintas

makrofagtetap menjadi makrofag pengembara.

Sistem retikoloendotelial adalah sistem yang selalu siap siaga berproliferasi cepat dan

terus menerus dalam waktu lama, apabila badan kemasukan jasad-jasad infektif atau antigen,

sistem ini merupaka salah satu dalam reaksi imunologis yang non spesifik maupun spesifik, dan

merupaka penggerak reaksi imunologis.

Sumsum tulang sebagai organ sistem retikuloendotelial bersifat hematologis dan

imunologis. Ia melepaskan bentuk awal makrofag dan limfosit-limfosit yang nantinya akan

membentuk populasi-populasi limfosit B dan limfosit T di jaringan-jaringan limfatik seperti

limpa, timus, kelenjar limfe dan jaringan limfatik semacamnya. Sumsum tulang juga membuat

antibodi.

Page 17: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Sebelum limfosit-limfosit yang akan membentuk populasi limfosit B menempati

tempatnya yang tetap di jaringan-jaringan limfatik, ia sebelumnya singgah di organ yang analog

dengan bursa Fabricius burung, walaupun organ ini belum jelas yang mana pada manusia.

Limfosit-limfosit B merupakan 10-20 % populasi limfosit kelenjar limfe, 20-35 % populasi

limfosit limpa dan merupakan 5 % limfosit yang mengalir di saluran limfe utama (ductus

thoracicus) dan tidak terdapat di timus. Populasi limfosit B bentukan dari limfosit yang telah

diselubungi antibodi yang dilepaskan oleh sumsum tulang dan pernah singgah dan dipengaruhi

Page 18: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

oleh organ analog bursa Fabricus burung, kemudian dikenal sebagai centrum germinativum atau

pulpa-pulpa putih yang bermunculan di tepi-tepi peryarteriolar lymphatic sheath dan zona

marginal limpa dan di organ limfatik lain.limfosit-limfosit ini merupakan bentuk awal sel-sel

plasma.

Timus sebagai organ sistem retikuloendotelial adalah organ epitelial yang sangat banyak

di infiltrasi oleh limfosit. Timus mengadakan turn over limfosit dengan cepat sekali, sehingga 95

% limfosit-limfosit timus telah mati dalam beberapa hari saja. Timus melepaskan limfosi-

limfosit yang umurnya mencapai beberapa bulan sampai beberapa yahun, limfosit seperti ini

yang dsebut sebagai limfosit T yang asalnya dari sumsum tulang. Limfosit T mengandung

antigen permukaan yang disebut antigen teta. Limfosit T ini juga mengembara dan menetap di

jaringan limfatik lain, misalnya pada tikus: limfosit T merupakan 75-80 % populasi limfosit

kelenjar limfe, 30-50 % populasi limfosit limpa, 80-90 % limfosit yang mengalir di limfe

saluramn limfe utama, dan hampir tidak ada yang menempati sumsum tulang. Limfosit T

tergantung pada timus. Di limpa, limfosit T menempati periarteriolar lymphatic sheath dan di

kelenjar limfe ia menempati deep perinodular cortical zones. Limfosit T merupakan antibodi

selular dan menghasilkan antibodi yang disebut lymphokines. Diduga timus menghasilkan faktor

humoral yang merangsan perkembangan lomfosit T di kelenjar limfe dan limpa. Limpa dan

kelenjar limfe adalah kerangka retikular yang dibentuk untuk memerangkap sel-sel imunologis

aktif tersebut dengan antigen, sehingga di limpa dan di kelenjar limfe tersebut terjadi

pembentukan antibodi selular maupun antibodi humoral. Jadi limpa terutama menangani benda-

benda asing yang terdapat di dalam darah, dan kelenjar limfe terutama menangani benda-benda

asing yang terdapat di dalam limfe.

Darah dan limfe mengaliri jaringan-jaringan imunologis, mengangkut antigen dan

antibodi dan memberi kesempatan keduanya saling mempengaruhi, selain itu juga memberi

kesempatan interaksi antara antigen dengan sel-sel imunologis dan interaksi sel-sel imunologis

satu sama lain (antara lain interdigitasi dan emoeripolesis-penyusun). Darah dan limfe

mencurahkan sel-sel yang berasal dari sumsum tulang dan timus ke limpa dan kelenjar limfe, dan

mencurahkan sel-sel yang berasal dari sumsum tulnag ke timus.

Jaringan limfatik seperti limpa, kelenjar limfe dan sumsum tulang, dengan hubungan vaskular

dan kerangka retikularnya, merupakan tempat produksi antibodi yang efisien. Tetapi sel-sel,

yang berkemampuan membuat antibodi, adalah sel -sel motil yang beredar ke seluruh tubuh,

Page 19: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

yang jika menemukan benda asing. mereka mulai terlihat dalam aksi imunologis dan mulai

memproduksi antibodi.

Menurut Greep & Weiss jaringan pengikat retikular adalah jaringan bentuk khusus

jaringan pengikat di mana sel-selnya mempunyai sifat khusus yang berbeda dengan sifat sel

jaringan pengikat biasa, yaitu sel-sel tersebut bersifat dapat mengadakan fagositosis. Jaringan

pengikat yang dimaksudkan adalah jaringan pengikat retikular penguat pada sumsum tulang.

timus, limpa, kelenjar limfe, tonsil, adenoid dan jaringan limfatik lain. Sel-selnya membentuk

serabut-serabut bercabang-cabang dan beranastomosis satu sama lain, sehingga terwujud

jaringan retikular. Yang termasuk sel-sel jaringan pengikat retikular adalah:

Fibroblas

Sel adiposis

Sel mast (granulosit basofil disebut wandering mast cell oleh Vander dkk)

Makrofag tetap dan makrofag pengembara atau monosit

Granulosit eosinofil

Limfosit

Sel plasma

Sistem retikuloendotelial di sumsum tulang merupakan sumber monosit, limfosit B dan

limfosit T, mcnghasilkan antibodi, mcng-inaktif-kan toksin dan berkemampuan fagositosis.

Sistem retikuloendotelial di limpa merupakan jaringan yang cermat, yang dapat rnemilih yang

tidak berguna bagi badan, yang asing dan yang berbahaya bagi badan. Limpa adalah tempat

terjadinya pcrubahan limfosit mnnjadi sel-se1 plasma, dan tempat pembuatan antibodi.

Menurut Dorland (1974) sistem retikuloendotelial meliputi jaringan-jaringan yang mengandung

kedua sel-sel retikular maupun sel-sel endotelium. Ia penting dalam melayani mekanisnme

pertahanan badan, karena sel-sel yang menyusunnya berkemampuan tinggi dalam mengadakin

fagositosis dan dapat mengambil partikel-partikel dan larutan koloidal, ia juga disebut sistem

makrofag. Ia meliputi: makrofag, sel-sel Kupffer, sel-sel retikular, sel-sel yang menyelubungi

sinus-sinus hipofisis dan sinus-sinus kelenjar adrenal, monosit, mungkin juga mikroglia.

Menurut Sodernan & Sodernan adanya sistem retikuloendotelial adalah samar-samar, sebab:

1. Sel-sel yang merupakan komponennya terletak dalam jaringan-jaringan yang terletak

tersebar luas di dalam badan

2. Jaringan sistem ini terletak di dalam jaringan-jaringan yang berbeda.

Page 20: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

3. Bentuk dan fungsinya berubah sehingga membingungkan.

Sistem retikuloendotelial meliputi makrofag-makrofag jaringan yang rnenyelubungi

sinusoid berbagai organ, mikroglia. Sel-sel retikular jaringari limfatik, histiosit, sel-sel khas

seperti sel Kupffer di hati, Iimpa dan sumum tulang.

Fungsi sistem retikuloendocelial:

1. menangani rcspons imun, yaitu pembentukan antibodi selular maupun humoral

2. Fagositosis bakteria dan berbagai partikel asing

3. Pembentukan sel darah,

4. Filtrasi darah dan cairan ekstra sel. menyingkirkan sel-sel badan yang telah tua, sel-sel

badan yang telah cacat dan sel-sel badan yang telah diselubungi oleh antibodi,

5. Hemopoiesis dan penambahan area seI induk.

Peranan vital sistem retikuloendotelial adalah melayani dipertahankannya keenceran

normal darah, membersihkan darah dan partikel-partikel toksis atau infektif seperti bakteria,

emboli rnikro, fibrin dan hasil-hasil koagulasi lain, kompieks antigen antibodi dan lipid-lipid

tertentu secara singkat dikatakan bahwa fungsinya adalah fagositosis.

Organ sistem retikuloendotelial pada manusia meliputi:

1. Kelenjar limfe: mengandung sel-sel retikuloendotehal dan sel-sel plasma, aliran darahnya

mcncapai 1 % dan pengeluaran jantung semenit; berfungsi memfiltrasi cairan ekstrasel

dan membuat antibodi.

2. Limpa; mengandung se1-sel retikuloendotelial, limfosit dan sel-sel plasma:

jumlab aliran darahnya mencapai 3—4% pengeluaran jantung semenit; fungsinya adalah

memfiltrasi darah dan membuat antibodi.

3. Hati: mengandung selsel retikuloendotelial dan hepatosit; aliran darahnya mencapai 20-

35% dan pengeluaran jantung semenit; Fungsinya adalah memfiltrasi darah.

4. Sumsum tulang: rnengandung sel-sel retikuloendotelial, sel-sel awal darah dan sel-sel

lemak; aliran darahnya mencapai 5% dan pengeluaran jantung semenit; fungsinya adalah

pembentukan sel-sel darah.

Menurut Selkurt sistem retikuloendotelial meliputi sel-sel fagositik yang terikat maupun

yang motil, yang terutama berkedudukan di hati, limpa, kelenjar limfe, paru-paru dan tractus

digestivus.

Page 21: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Kalau gambaran-gambaran yang mengenai sistem retikuloendotelial yang tersebut di atas

dijumlahkan, maka sistem retikuloendotelial meliputi sel-sel:

Makrofag termasuk monosit, fibroblas dan histiosit

Sel mast dan granulosit basofil

Granulosit eosinofil

Limfosit dan sel plasma

Sel Kupffer dan semacamnya yang terdapat di paru-paru dan sumsum tulang

Mikroglia

Yang semuanya adalah sel-sel yang dapat bergerak di dalam maupun di luar sistem sirkulasi, dan

dapat juga beristirahat di jaringan-jaringan yang tersebar luas, yang sesungguhnya kesemuanya

merupakn satu kesatuan fungsional, yaitu jaringan-jaringan:

Jaringan pengikat yang menggantung berbagai organ badan, peritoneum, pleura,

mesenterium, atau jaringan-jaringan retikular yang mengisi ruang serosa

Jaringan pengikat yang mengikat uni-unit fungsional sesuatu organ, misalnya antara lain

pengikat alveolus satu sama lain, pengikat nefron satu sama lain

Jaringan limfoletikular dan retikuloendotelial pada sumsum tulang, hati, limpa, timus dan

kelenjar limfe

Jaringan pengikat yang menyokong susunan saraf

Limfe dan darah

Yang secara singkat fungsinya adalah bertanggung jawab dalam mekanisme pertahanan badan

yang bertujuan mempertahankan ketunggalan diri sendiri.

Mempertahankan ketunggalan diri meliputi semua mekanisme yang bertujuan :

Menghancurkan semua benda asing yang berasal dari luar badan, hidup atau mati,

meliputi bakteria, debu, eritrosit asing dan jaringan transplantasi serta alergen.

Menyingkirkan sel-sel badan terutama sel-sel darah yang telah uzur

Menghancurkan sel-sel badan yang telah mengalami mutasi spontan maupun oleh virus

atau oleh kemikalia, yang kemudian mekanisme ini disebut mekanisme pengawasan

terhadap perkembangan ganas, atau pengawasan perkembangan kanker

Pembuatan sel darah

Peranan sistem retikuloendotelial dalam menanggulangi adanya invasi mikrob ke dalam badan:

Page 22: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

1. Yang mula-mula terlihat dalam peristiwa invasi mikroba ke dalam badan adalah beberapa

dari sel-sel sistem retikuloendotelial. Invasi mikrob mengakibatkan pecahnya sel-sel

mast, granulosit basofil dan trombosit, sehingga terbebaslah histamin.

Terbebasnya histamin memulai respons inflamasim yaitu mengakibatkan vasodilatasi

setempat, sehingga memberi kesempatan granulosit neutrofilmendekati tempat inflamasi

atau mikrob, dan mengadakan fagositosis. Granulosit neutrofil disebut body’s first line

defence against bacterial infections, dan dia adalah satu-satunya fagosit yang tidak

termasuk dalam sistem retikuloendotelial.

Dalam respons inflamasi, monosit segera mengikuti jejak aktivitas granulosit neutrofil,

segera meninggalkan sistem sirkulasi dan berubah menjadi makrofag, mendekati daerah

inflamasi dan mengadakan fagositosis. Monosit disebut body’s second line defence

against bacterial infections, walaupun peranan monosit ini jauh lebih penting daripada

peranan granulosit neutrofil, atau malahan mungkin monosit atau makrofag yang patut

disebut body’s first line defence bacterial infections pada jaringan.

2. Sementara mikrobA sedang ditangani oleh makrofag-makrofag, maka dapat terjadi proses

pembentukan sel-sel memorim yaitu sel-sel yang mengadakan memori terhadap adanya

sel-sel yang asing, untuk kemudian dipersiapkan antibodi yang khas untuknya.

Benda asing dapat dikenal sebagai bukan diri sendiri sebab setiap sel mempunyai antigen

permukaan. Sel-sel badan sendiri, walaupun juga mempunyai antigen permukaan, tidak

dikenal sebagai yang asing, karena mereka telah di-kode-kan dan dimemorikan sebagai

diri sendiri dan tidak dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial.

Sel-sel badan yang telah tua, sel-sel yang pertama-tama mampu mengadakan proliferasi

dan menghasilkan antibodi secara besar-besaran.

Adanya antigen berlebih-lebihan di dalam badan dapat mengakibatkan terjadinya

paralisis imunologis atau toleransi terhadap antigen. Disuga paralisis imunologis secara

alamiah dihindari dengan cara mengikat atau memerangkap dengan cepat sejumlah besar

antigen tersebut, kemudia memperkenalkannya kepada sel-sel kompeten membuat

antibodi secara sedikit demi sedikit.

Antigen juga disebut imunogen karena ia merangsang pembuatan zat imun. Yang

merangkap secar besar-besaran imunogen untuk kemudian memperkenalkannya sedikit

demi sedikit kepada sel berkompetensi membuat antibodi adalah makrofag, sel-sel

Page 23: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

berkompeten membuat antibodi adalah limfosit B, makrofag memerangkap antigen dan

merubah antigen dan menyimpannya, kemudian secarabsedikit demi sedikit makrofag

memperkenalkan antigen tersebut kepada limfosit B, mungkin dengan cara yang terlihat

sebagai fenomen emperipolesis.

Selain daripada itu, limfosit T yang mempunyai reseptor pada membrannya juga ikut

mengikat antigen secara besar-besaran, memegangnyaterus samapai diperkenalkan

kepada limfosit B sedikit demi sedikit, mungkin caranya adalah mengadakan interdigitasi

dengan lomfosit B. Setelah limfosit B mengadakan memori terhadap imunogen, ia akan

membentuk kelompok sel-sel plasma awal yang seaktu-waktu akan membuat antibodi

khas untuk imunogen yang dikenalnya tadi untuk berikutnya, maka akan disintesis

antibodi secara besar-besaran, dan sel-sel memori tadi menjadi sel-sel plasma yang

matur.

Interaksi antar makrofag dengan limfosit B dan limfosit T dengan limfosit B terjadi pada

pulpa putih atau centrum germinativum di tepi-tepi periarteriolar lymphatic sheath limpa

dan korteks kelenjar limfe.

Pembedahan kedua kalinya imunogen yang telah dikenal mengakibatkan perkembangan

pulpa putih atau centrum germinativum di pulpa merah limpa dan medulla kelenjar limfe.

3. Setelah itu badan siap siaga rnenghancurkan mikrob yang telah dikenalnya. Antibodi

dapat mengikat antigen karena kcduanya mempunyai struktur komplementer.

Pengikatan antibodi terhadap antigen mengaktifkan sistem komplemen. Penyelubungan

atau pengikatan antibodi terhadap antigen bersama rnikrobnya debut opsonisasi, dan

mikrob yang telah di-opsonisasi-kan menjadi lebih sedap untuk difagositosis oleh

makrofag.

Aktifnya sistem komplemen menggalakkan respons inflamasi. dan berarti lebih

menggiatkan makrofag-makrofag untuk ber-fagositosis; yang terlibat dalam fagositosis

ini adalah makrofag, monosit dan 1imfoit. Limfosit T beraksi mendekati antigen atau

mikrob, mungkin dia menghancurkan secara Iangsung, tetapi dia juga melepaskan zat

sitotosis dan sliolitik yang disebut lymphokines.

Penghancuran sel-sel badan yang telah uzur sesungguhnya termasuk dalam mekanisme

homeostasis yang ditangani oleh sistern imun badan, tepatnya adalah limpa, yaitu organ

sistem retikuloendotelial yang terbesar.

Page 24: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

Penghancuran eritrosit tua: Limpa berkernarnpuan memerangkap Sel-sel darah, kemudian

memilihkan arah berbagai sel darah yang diperangkap tersebut, apakah untuk:

1. Direservoikan disimpan beberapa waktu, kalau telah diperlukan oleh sirkulasi umum,

dilepaskan lagi. Limpa sebagai reservoir darah

2. Dideferensiasikan, misalnya antara lain limfosit B dideferensiasikan menjadi sel-sel

plasma untuk menghasilkan antibodi

3. Di destruksi, misalnya eritrosit tua.

Anatomis aliran darah limpa adalah aliran darah terbuka, tetapi fisiologis adalah aliran

tertutup, ini mengakibatkan terjadi

1. Skimming plasma dan sel-sel yang berkompeten membuat antibodi (Ig) dan sel-sel

yang mengandung antigen, ke arah pulpa putih

2. Darah yang kaya eritrosit, pergi ke arah pulpa merah, sehingga terjadilah

a. Produksi Ig pulpa putih

b. Penyimpanan eritrosit sebagai reservoir

c. Destruksi eritrosit di pulpa merah

Darah yang mengalir dengan dua cara melalui limpa:

1. Aliran darah yang kecepatanya sama dengan kecepataaliran darah organ lain, dialami

oleh darah dengan eritrosit normal

2. Aliran darah yang sangat lambat, yaitu di zona marginal, batang-batang limpa dan di

sinusoid limpa, di ana eritrosit-eritrosit tua dipengaruhi dan dihancurkan

Aliran darah di zona marginal, batang-batang limpa dan di pulpa merah (sinusoid limpa)

dapat menjadi sangat lambat, karena:

1. Adanya kerangka retikular yang simpang siur melintasi aliran darah dan memberikan

aliran pusaran

2. Adanya makrofag-makrofag yang berjubel-jubel menambah rintangan aliran darah

dan menambah baiknya saringan atau memperkecil lubang saringan.

Sangat lambatnya aliran darh mengakibatkan tertimbunnya metabolit yang bersifat

asam, dan mengakibatkan eritrosit menjadi kurang diskoid, sehingga menjadi lebih

fragil.

Selain daripada itu:

1. Fagosit-fagosit mensekresi enzim hidrolitik yang bersifat asam

Page 25: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

2. Kadar oksigen, kadar glukose dalam zona marginal adalah lebih rendah daripada

kadar-kadarnya di darah sirkulasi umum, sehingga pH darah di zona marginal sangat

rendah

Sehingga keadaan-keadaan tersebut diatas (suasana sangat asam):

1. Menggalakkan perubahan monosit menjadi makrofag yang siap siaga untuk memakai

eritrosit-eritrosit yang telah fragil tersebut

2. Keadaan asam tersebut destruktif terhadap eritrosit-eritrosit yang memang telah

sangat atau makin sangat fragil tersebut.

Eritrosit-eritrosit uzur dapat lolos dari sistem retikuloendotelial lain, tetapi pasti

dihancurkan oleh limpa, sedang eritrosit-eritrosit normal akan lolos dari penghancuran

limpa.

Dulu kala, imun berarti tahan terhadap penyakit-penyakit infektif. Tetapi kini terbukti

bahwa respons imun tidak selalu menguntungkan badan, malahan sebaliknya dapat

mengakibatkan efek yang merugikan badan. Pertahanan terhadap invasi mikrob menjadi

efektif jika elemen-elemen selular sistem imun berkembang dengan normal, tepat cukup ;

tetapi kalau sistem imun ini menjadi hiperaktif, dapat terjadi hal yang tidak diharapkan

seperti hipersensitivitas dan kalau sistem imun ini hipoaktif, dapat terjadi mudah sakit

yang berulang-ulang.

Reaksi hipersensitif terhadap kerusakan jaringan dibagi menjadi empat kategori:

1. Reaksi hipersensitif segera (immediate hypersensitivity), diperantarai oleh sistem

imun humoral. Pada prinsipnya, di sini terjadi kesalahan, yaitu, pertama-tama,

imunogen yang masuk badan merangsang sintesis atau mengakibatkan terjadinya

sintesis IgE, kemudian setelah terjadi pengikatan IgE terhadap imunogen, ikatan ini

mengikat sel-sel mast dan sel-sel granulosit basofil, dan mengakibatkan agregasi

trombosit, sehingga terbebaslah vasodilator-vasodilator histamin, serotonin, Slow

Reacting Substance of Anahylaxis (SRS-A), kallikrein, bradykinines heparin, enzim

lisosomal dan prostaglandins; sehingga mengakibatkan timbulnya gejala-gejala

alergi kalau ringan, dan gejala anafilaksi kalau berat.

2. Reaksi hipersensitif lambat (delayed hypersensitivity), merupakan manifestasi

imunitas selular yang normal, yang diperantarai oleh limfosit T; limfosit T bergerak

Page 26: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

mendekati antigen, mengikatnya dan melepaskan zat yang bersifat sitolisis dan

sitotoksis, yaitu lymphokines.

3. Penyakit imun kompleks sebagal akibat perlekatan kompleks antigen — antibodi

yang terlarut plasma dan beredar dalam sirkulasi, pada dinding saluran darah atau

pada glomerulus ginjal. Ini disebut penyakit autoimun oleh Vander.

4. Kelainan autoallergi yang mungkin terjadi sebagai konsekuensi reaksi imunologis

terhadap komponen-komponen jaringan badan sendiri.

Autoimun dan autoalergi adalah kelainan fungsi sistem imun, di mana ada tendensi

penghancuran terhadap sel-sel badan sendiri, yang pada prinsipnya ada kegagalan dalam

pengenalan terhadap diri sendiri. Diduga sebabnya adalah: badan terdedah kepada

antigen yang mirip sekali dengan antigen badan sendiri, sehingga antibodi yang

terbentuk tkeliru menghancurkan sel badan yang mirip sekali dengan antigen tersebut.

Pengawasan terhadap perkembangan kanker ditangani oleh lirnfosit

T. Diduga timbulnya kanker kilnis adaiah karena ada kesalahan: sel-sel kanker tidak

hanya menjadikan limfosit T reaktif, tetapi juga merangsang limfosit B menjadi reaktif

dan membentuk antibodi. Setelah sel kanker diikat antibodi, tidak mengaktifkan sistem

komplemen, sehingga sel-sel kanker yang telah terikat antibodi tersebut tidak

dihancurkan; peristiwa ini disebut blocking antibody atau immune enhancement.

Page 27: Sistem Limfatik Dan Sistem Retikulo

1

REFERENSI

Darmono. 2006. Farmakologi Dan Toksikologi Sistem Kekebalan: Pengaruh Penyebab Dan Akibatnya Pada Kekebalan Tubuh. Jakarta: Universitas Indonesia.

Fedik A.Rantam. 2003. Metode Imunologi. Jakarta: Universitas Airlangga.

Pacito. 2010. Sistem Imunitas.

Anonim 3. 2011. Radang amandel.

Anonim 4. 2009. Obstruksi limfatik.