sistem sirkulasi
DESCRIPTION
sistem sirkulasi dan anemiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai
zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta
mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal.
Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
Sistem sirkulasi juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh, dan mendistribusi
hormone serta berbagai zat tersebut, dipompakan oleh jantung melalui suatu sistem
pembuluh darah tertutup. Terdapat dua mekanisme sirkulasi darah, yaitu sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal.
Sistem sirkulasi dikendalikan oleh berbagai sistem pengaturan yang secara umum
berfungsi mempertahankan aliran darah kapiler yang adekuat bila, memungkinkan ke
seluruh organ tubuh, tetapi khususnya ke jantung dan otak. Makalah ini akan
membahas mengenai anatomi fisiologi dari sistem sirkulasi dan gangguan pada
sistem sirkulasi yaitu Anemia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memahami tentang sistem sirkulasi pada manusia beserta salah satu
gangguannya yaitu anemia.
2. Tujuan Khusus
1
a. Memahami mengenai anatomi sistem sirkulasi
b. Memahami mengenai fisiologi sistem sirkulasi
c. Memahami mengenai salah satu gangguan yang terjadi pada sistem
sirkulasi seperti anemia mulai dari pengertian, penyebab, klasifikasi,
patofisiologi, pemeriksaan diagnortik, intervensi medis dan intervensi
keperawatan.
2
BAB II
ISI
A. Anatomi Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai
zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta
mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal.
(Ganong, William F : 2001)
Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
1. Jantung
Gambar 2.1Anatomi Jantung
3
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Letak jantung di dalam rongga dada
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang
kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Ukurannya lebih
kurang sebesar gengaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
(Syaifudin : 2006)
Jantung terbagi oleh sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap
belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium dan yang
bawah ventrikel. Di setiap sisi ada hubungan antara atrium dan ventrikel melalui
lubang atrio-ventrikuler dan setiap lubang terdapat katup, yang kanan bernama
katup trikuspidalis dan yang kiri katup mitral. (Pearce, Evelyn C : 2000)
Pembuluh darah yang tersambung dengan jantung vena membawa darah dari
paru-parukava superior dan inferior yang menuangkan darahnya ke dalam atrium
kanan. Lubang dari vena kava inferior dijaga oleh katup semilunar eustakhius.
Arteri pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan. Empat vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri. Aorta membawa darah
keluar dari ventrikel kiri. Lubang dari aorta dan dari arteri pulmonaris dijaga oleh
katup semilunar. Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katip aortic, yang
menghindarkan darah mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonaris yang
4
menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel kanan. (Pearce,
Evelyn C : 2000)
Lapisan jantung terdiri dari tiga lapis, yaitu endokardium atau pembungkus
luar, miokardium atau lapisan otot tengah dan pericardium atau batas dalam.
2. Pembuluh Darah
Gambar 2.2Anatomi Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan system saluran tertutup yang membawa darah
dari jantung ke jaringan dan kembali ke jantung (Ganong, William F : 2001)
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri
yang paling besar keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri
5
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis. Arteri yang
paling besar dalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, diameternya
kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang ke seluruh tubuh
yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah
rambut (kapiler). (Syaifudin : 2006)
b. Vena
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian/alat-
alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk dan susunan yang
menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah
agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar di antaranya
vena kava dan vena pulmonalis. Vena juga mempunyai cabang yang lebih
kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. (Syaifudin :
2006)
Tabel 2.1
Perbedaan Pembuluh Darah Vena dan Arteri
Vena Arteri
1. Membawa darah kotor kecuali
vena pulmonalis
2. Mempunyai dinding yang tipis
3. Jaringannya kurang elastis
4. Mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah
1. Membawa darah bersih kecuali
arteri pulmonalis
2. Mempunyai dinding yang tebal
3. Mempunyai jaringan yang
elastis
4. Katup hanya pada permulaan
6
ke jantung
5. Tidak menunjukkan adanya
tempat mendengar denyut
jantung
keluar dari jantung
5. Menunjukkan adanya tempat
untuk mendengarkan denyut
nadi
c. Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya kira-
kira 0,008 mm. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel
jaringan. Oleh karenanya secara langsung berhubungan dengan sel.
Karena dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes ke cairan antar-sel. Kapiler berfungsi sebagai :
1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
2) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
3) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
4) Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
5) Menyaring darah yang terdapat di ginjal
(Syaifudin : 2006)
7
3. Darah
Gambar 2.3 Darah dan Pembuluhnya
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnanya merah. Komponen cair darah disebut plasma, 91-92% terdiri
dari air sebagai medium transport dan 7-9% terdiri dari zat padat. Zat padat
tersebut adalah protein-protein seperti albumin, globulin, dan fibrinogen,
unsur anorganik berupa natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi dan yodium.
Unsur organic berupa zat-zat nitrogen non protein, urea, asam urat, xantin,
kreatinin, asam amino, lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa, dan
berbagai enzim seperti amylase, protease dan lipase.
8
Gambar 2.4Sel-sel darah
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Sel-sel darah
1) Eritrosit (sel darah merah)
Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti.
Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak.
Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung
suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb) warna ini akan bertambah
9
merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen.. Kadar 1 Hb
inilah yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia.
Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di
Limpa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin
(pigmen empedu). Eritrosit di dalam tubuh dibuat di sumsum tulang
merah, limpa dan hati, Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah
tua dihancurkan di Limpa . Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan
pigmen Bilirubin (pigmen empedu).
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100
cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
Pembentukan sritrosit yaitu eritropoesis terjadi di sumsum tulang.
Pada produksi eritrosit diperlukan beesi, vitamin B12, asam folat,
piridoksin (B6), kobal, asam amino dan tembaga.
2) Leukosit (sel darah putih)
Bentuk leukosit jika di bawah mikroskop terlihat bentuknya yang
dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel, warnanya
bening, banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000.
Leukosit dibagi menjadi 5 tipe dalam 2 kategori, yaitu :
a. Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, terbagi menjadi :
10
(1) Neutrofil : granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel
yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya
banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya 60-
70%. Sel pertahanan pada invasi bakteri.
(2) Eosinofil : granula berwarna merah dengan perwarnaan asam,
ukuranya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2-4%.
(3) Basofil : granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini
lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, banyaknya kira-kira 0,5% di sumsum
merah.
b. Granulosit
Granulosit terdiri atas :
(1) Limfosit
Memiliki nucleus besar bulat, ukuran bervariasi darin7 sampai
dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam yaitu limfosit T dan
limfosit B.
(2) Monosit
Ukurannya lebih besar dari limfosit, warnanya biru sedikit abu-
abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.
11
Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total
komponen yang ada di sel darah putih.
Bentuknya besar
3) Trombosit (sel pembeku darah)
Berbetuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidupnya
sekitar 10 hari. Jumlahnya antara 150.000-400.000/milliliter.
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah.
b. Plasma darah
Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya
bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air.
Zat-zat yang terkandung dalam plasma darah adalah sebagai berikut :
1) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembukuan darah
2) Garam mineral (kalsium, kalium, natrium)
3) Protein darah (albumin, globulin)
4) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin)
5) Hormon
6) Antibodi
12
B. Fisiologi Sistem Sirkulasi
Gambar 2.5
13
Diagram sirkulasi
Jantung adalah organ utam sirkulasi darah. Terdapat dua sirkulasi dalam tubuh
manusia, yaitu :
1. Sirkulasi darah besar/ sistemik
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar
dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan
darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabng dan beranting lebih
kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang
sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah.
Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur aliran
darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung
pertukaran zat antara plasma dan jaringan intertisil. Kemudian kapiler-kapiler ini
bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang
kemudian bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan darah kembali ke jantung.
Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena yaitu vena
kava superior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah.
Dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak
atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan
jantung.
2. Sirkulasi darah kecil / pulmonal
14
Darah dari vena tadi kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang
berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang
dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Di dalam paru-
paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler
fulmonal yang mengintari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk memungut
oksigen dan melepaskan karbon dioksida.
Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan
ke jantung dan oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya dituang ke dalam
atrium kiri. Ventrikel ini berkontrasi dan darah dipompa masuk ke dalam aorta.
Maka kini mulai lagi peredaran besar.
C. Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht <
41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (Arif Mansjoer,dkk.
2001)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam
1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997)
15
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritosit dan/atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh.
Gambar 2. 6Perbedaan Eritrosit Normal dan Anemia
2. Kriteria Anemia
Menurut WHO tahun1968, dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai
dengan kriteria sebagai berikut :
Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb < 11 gr/dl
16
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :
Hb < 10 gr/dl
Hematokrit < 30%
Eritrost < 2,8 juta/mm3
3. Derajat Anemia
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah sebagai berikut :
Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
Berat Hb < 6 gr/dl
4. Etiologi
Menurut Arif Mansjoer tahun 2001, bahwa penyebab anemia antara lain :
a. Perdarahan
b. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,
dll.
c. Kelainan darah
d. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
17
e. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C.
Long, 1996 )
5. Patofisiologi
Masalah keperawatan yang timbul
18
Terluka/perdarahan
Penyakit/ulkus peptikum(penyakit
kronik
Kebiasaan makan tak seimbang
Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan B12
- Penurunan produksi eritrosit
- Pembuatan sel darah merah tidak sempurna
- Sel darah merah tidak matang
Hb menurun
Anemia Kekurangan jumlah Hb
Malnutrisi
Penurunan absorbsi
Lemah, malaise umum
Kulit pucat, membrane
mukosa kering
Mual, muntah, BB
menurun
Nyeri abdomen, peristaltic meningkat
Resti infeksi
Gangguan aktivitas
Gangguan perfusi
jaringan
Perubahan nutrisi
Diare
Hemofilia /kelainan herediter
Tidak ada mekanisme pembekuan darah bila ada luka
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam
system retikulo endoteal, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil sampingan
dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah. Apanila sel darh merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akanmuncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebiohi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urine.
6. Tanda dan Gejala
Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat dibagi menjadi
tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut :
a. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala tersebut antara lain :
19
1) Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris dan gagal jantung.
2) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstermitas.
3) Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.
4) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
b. Gejala khas masing-masing anemia
1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis,
angularis
2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
3) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
4) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi
7. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebabnya anemia dibagi menjadi :
a. Anemia karena perdarahan
Orang dewasa mempunyai volume darah sebanyak 600 ml yang beredar
ke seluruh tubuhnya. Seorang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 500 ml
dapat tidak mengalami akibat yang serius. Akan tetapi, kehilangan darah
sebanyak 1000 ml atau lebih mempunyai akibat yang serius. Tanda-tanda
20
yang timbul adalah tanda-tanda hipovolemi dan hipoksia, seperti hipotensi,
takikardi, kulit pucat, basah dan dingin, lemah, dan tingkat kesadaran
menurun.
Manajemen medis yang dilakukan secepatnya dicari penyebab dan
mengambil tindakan yang tepat. Di samping itu, pasien juga perlu transfuse
darah dan zat besi (fero sulvat). Transfuse dengan whole blood diperlukan
untuk menangani hilangnya darah akut, seperti perdarahan yang banyak.
Untuk anemia yang lain, dianjurkan transfuse dengan packed red cells karena
volume darah pasien cukup, dan apabila diberi whole blood cells dapat
mengakibatkan kelebihan beban sirkulasi dan edema paru.
Manajemen keperawatan untuk pasien yang kehilangan darah akut sama
dengan syok hipovolemik. Tanda vital dan tanda-tanda reaksi terhadap
transfuse darah harus dipantau dan dicatat. Pasien juga mengalami hipoksia
dan merasa lelah sehingga kegiatannya harus dibatasi.
b. Produksi eritrosit terganggu : Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan karena kurangnya atau
terganggunya produksi eritrosit. Sekalipun etiologinya belum diketahui, tetapi
ada beberapa factor yang dikaitkan dengan kegagalan sumsum tulang untuk
menghasilkan eritrosit. Faktor-faktor ini adalah:
1) Obat-obat antineoplastik (kemoterapi)
2) Radiasi
21
3) Obat-obat tertentu (kloramfenikol, sulfonamide, butazolidin). Obat
antikonvulsan (menzantoin)
Anemia aplastik dikarakteristikan dengan kegagalan sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah, termasuk eritrosit (anemia), leukosit (leucopenia)
dan trombosit (trombositopenia).
Tanda-tanda anemia aplastik timbul perlahan seperti kulit dan selaput
lender pucat, cepat lelah, palpitasi, dispnea waktu melakukan kegiatan, dan
perdarahan pada kulit, hidung, gusi, rectum, vagina akibat trombositopenia.
Pemeriksaan penentu adalah aspirasi sumsum tulang belakang.
Pengobatan segera adfalah menyingkirkan factor penyebab. Dahulu
pengobatannya menggunakan terapi steroid an androgen untuk menstimulus
hematopoesis., tetapi berefek toksik. Sekarang yang lebih efektif adalah
transplantasi sumsum tulang belakang.
Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mencegah infeksi seperti
perhatikan teknik isolasi, personal hygien harus baik, pertahankan kebersihan
lingkungan pasien, petugas yang merawat pasien hatus mencuci tangan
dengan benar; mencegah perdarahan seperti periksa urine dan feses untuk
darah, pakai sikat gigi yang lembut, tekan pungsi vena selama 5 menit dan
pungsi arteri selama 10 menit; mencegah kelelahan dan penyuluhan kesehatan
mengenai cara menghindari infeksi, mencegah trauma dan perdarahan.
c. Meningkatnya kerusakan eritrosit :
1) Anemia hemolitik
22
Merupakan anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Proses
hemolisis akan menimbulkan gejala berikut ini:
Penurunan kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia.
Peningkatan hasil pemecahan eritrosit dalam tubuh seperti
hemolisis di ekstravaskuler yang menyebabkan pemecahan
eritrosit yang akan menghasilkan bilirubin inderek terkonjugasi
yang dibuang melalui empedu sehingga meningkatnya
sterkobilinogen dalam feses dan urobilinogen dalam urine.
Hemolisis di intravaskuler menyebabkan lepasnya hemoglobin
bebas ke dalam plasma. Hemoglobin bebas akan keluar melalui
urine sehingga terjadi hemoglobinuria.
Intervensi medisnya adalah simtomasis, dilakukan transfuse darah
whole blood atau packed red cells untuk mengganti eritrosit yang
rusak dan memperbaiki suplai oksigen.
2) Anemia sel sabit
Letak gangguan anemia sel sabit adalah pada bgaian globin dari
hemoglobin, satu asam amino diganti dengan asam glutamate.
Penggantian dari asam amino ini sangat menggangu molekul Hb
dengan akibat terbentuknya Hb S . Hb s ini mengubah bentuk eritrosit
menjadi bentuk celurit (sabit). Eritrosit yang berbentuk celurit ini
dapat membuat darah menjadi lebih pekat. Kepekatan darah membuat
23
waktu beredar di dalam tubuh menjadi lebih lama akibatnya jaringan
dapat mengalami hipoksia. Eritrosit berbentuk celurit ini juga
menyubat pembuluh-pembuluh darah yang halus. Karena hipoksia,
jaringan-jaringan dapat mengalami iskemia dan infark pada organ
yang terkena. Tanda dan gejala yang terjadi pada anemia sel sabit
adalah nyeri hebat akibat sumbatan vascular, demam, pembesaran
jantung, disritmia, gagal jantung, infeksi bakteri berulang dan
splenomegali.
Intervensi medisnya adalah simtomasis, dilakukan transfuse darah
whole blood atau packed red cells untuk mengganti eritrosit yang
rusak, mengurangi Hb S dan memperbaiki suplai oksigen.
Intervensi keperawatannya adalah meningkatkan rasa nyaman dan
oksigenasi, memperbaiki hidrasi, mencegah infeksi, memperbaiki
perfusi jaringan dan memperbaiki toleransi terhadap aktivitas.
d. Defisiensi nutrisi :
1) Anemia defisiensi zat besi
Zat besi adalah bagian besar dari molekul hemoglobin (Hb).
Kurangnya zat besi akan mengakibatkan produksi eritrosit dengan
sedikit Hb. Defisiensi zat besi yang berat dapat menimbulkan tanda-
tanda, seperti:
Koilorika yaitu kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical dan
cekung mirip sendok.
24
Paila lidah mengalami atrofi, lidah tampak licin dan kemerahan
Pada sudut mulut sering timbul luka-luka yang kemerahan dan
sakit (stomatitits angularis)
Disfagia
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh rendahnya
masukan besi, gangguan absorbs serta kehilangan besi akibat
perdarahan menahun.
Intervensi medis yang dilakukan berupa pemberian preparat besi
untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh secara per oral dengan
terapi fero sulfat, obat ini dapat menimbulkan iritasi pada lambung,
obat ini juga perlu diminum dengan vitamin C atau jus jeruk untuk
meningkatkan absorbsinya. Besi secara parenteral dengan iron dextran
complex dan iron citic acid complex secara IM dalam atau IV.
2) Anemia megaloblastik
Penyebab anemia megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12 dan
asam folat yang mengakibatkan terganggunya sintesis DNA dan
pematangan yang tidak normal dari eritrosit. Ada obat tertentu seperti
kemoterapi dan antikonvulsan yang dapa mengganggu metabolisme
DNA dan mengakibatkan anemia megaloblastik.
Defisiensi vitamin B12 bisa disebabkan karena:
Asupan kurang: pada vegetarian
Malabsorbsi: kelainan lambung dan usus
25
Defisiensi asam folat bias disebabkan karena :
Asupan kurang pada orang tua, fakir miskin dan anoreksia
nervosa
Malabsorbsi karena penyakit usus
Kebutuhan meningkat akibat hamil, laktasi dan keadaan patologis
seperti anemia hemolitik.
Gejala klinis yang biasa muncul pada anemia megaloblastik yaitu
ikterus ringan, glositis dengan lidah berwarna merah seperti daging,
gejala neuropati seperti mati rasa, terbakar pada jari dan gangguan
serebrasi.
Terapi yang biasa dilakukan untuk mengatasi defisiensi B12
dengan diberi vitamin B12 100-1000 Ug IM sehati selama dua minggu
selanjutnya 100-1000 Ug IM setiap bulan. Untuk mengatasi defisiensi
asam folat diberi asam folat 1-5 mg/hari per oral selama empat bulan
asal tidak terdapat ganggguan absorbsi.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis
1) Tes penyaring: tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Pemeriksaan ini meliputi :
Kadar hemoglobin
Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)
Apusan darah tepi
26
2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan
pada system leukosit dan trombosit. Pemeriksaannya meliputi laju
endap darah (LED), hitung diferensial dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan
jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya
adalah untuk mengonfirmasi dugaan diagnosis tersebut. Pemeriksaan
ini meliputi :
Anemia defisiensi besi : serum iron, saturasi transferin dan feritin
serum
Anemia megaloblastik: asam folat darah, vitamin B12
Anemia hemolitik: hitung retikulosit, dan elektroforesis Hb
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
Pemeriksaan laboratorium nonhematologis meliputi :
Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lain
Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopalogi
27
Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi
Pemeriksaan sitogenik
Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaction,
FISH = fluorescence in situ hybridization)
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mangantarkan oksigen dan berbagai
zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta
mengembalikan karbondioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ginjal.
28
Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa komponen yaitu jantung, pembuluh darah, dan
darah.
Salah satu gangguan dari system sirkulasi yaitu anemia. Anemia merupakan
keadaan di mana masa eritosit dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Anemia dikelompokan menjadi beebrapa bagian yaitu, anemia karena
perdarahan, produksi eritrosit terganggu : anemia aplastik, meningkatnya kerusakan
eritrosit : anemia hemolitik dan anemia sel sabit serta defisiensi nutrisi: anemia
defisiensi besi dan anemia megaloblastik.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Baradero, Mary, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta: EGC
29
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia
Mehta, Atul. 2006. At A Glance Hematologi. Jakarta: Yudistira
30