sistem rujukan

10
A. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Alasan Pemilihan 1.Sistem Rujukan yang Bermasalah Menurut SK Menkes No. 23 tahun 1972 menyebutkan bahwa sistem rujukan adalah sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu) atau secara horizontal (antar unit yang setingkat kemampuannya. Menurut klasifikasinya, rujukan dibagi 2 yaitu (1) Rujukan medik dan (2) Rujukan kesehatan masyarakat. a. Rujukan Medik Meliputi 1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, operasi, dll 2)Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium lengkap 3)Rujukan ilmu pengetahuan : mengirim atau mendatangkan tenaga ahli. b. Rujukan Kesehatan Masyarakat 1)Rujukan sarana antara lain bantuan laboratorium kesehatan, teknologi 2)Rujukan tenaga 3)Rujukan operasional (bantuan obat, vaksin, pemeriksaan bahan saat terjadi keracunan masal dll).

Upload: ikhsan-aditya

Post on 06-Aug-2015

58 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Rujukan

A. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Alasan Pemilihan

1. Sistem Rujukan yang Bermasalah

Menurut SK Menkes No. 23 tahun 1972 menyebutkan bahwa sistem

rujukan adalah sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu

kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang

berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu) atau secara

horizontal (antar unit yang setingkat kemampuannya. Menurut

klasifikasinya, rujukan dibagi 2 yaitu (1) Rujukan medik dan (2) Rujukan

kesehatan masyarakat.

a. Rujukan Medik Meliputi

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan,

operasi, dll

2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium

lengkap

3) Rujukan ilmu pengetahuan : mengirim atau mendatangkan tenaga

ahli.

b. Rujukan Kesehatan Masyarakat

1) Rujukan sarana antara lain bantuan laboratorium kesehatan,

teknologi

2) Rujukan tenaga

3) Rujukan operasional (bantuan obat, vaksin, pemeriksaan bahan saat

terjadi keracunan masal dll).

Dalam permasalahan pada kasus ini, sebaiknya dalam merujuk

pasien harus disertai dengan perawat dari rumah sakit yang merujuk dan

disertai dengan informasi yang lengkap dari pasien tersebut. Adapun

informasi-informasi yang harus dicantumkan dari suatu rujukan adalah

identitas, anamnesis atau perjalanan penyakit yang lengkap dan jelas,

pemeriksaan fisik disertai tanda vital, diagnosis dan terapi yang sudah

diberikan kepada pasien oleh rumah sakit yang merujuknya. Karena

informasi-informasi yang terkait dengan pasien sangat penting dalam

diagnosis maupun penatalaksanaan untuk pasien tersebut.

Page 2: Sistem Rujukan

Perawat pendamping berperan sebagai tenaga kesehatan pertama

yang mengetahui kondisi pasien sebelum dirujuk. Dalam pasal 15 yang

ada dalam KEPMENKES 1239 tahun 2001 menerangkan bahwa :

a. Dalam melaksanakan asuhan keperwatan harus sesuai dengan standar

profesi, praktek, kode etik keperawatan Indonesia yang ditetapkan

oleh organisasi profesi.

b. Pelayanan tindakan medis hanya dapat dilakukan berdasarkan

permintaan tertulis dari dokter.

Salah satu kewajiban dari paramedis dalam hal ini perawat adalah :

a. Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhi standar

b. Melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan kompetensi.

c. Menjalin hubungan empati dengan pasien.

d. Medokumentasikan secara lengkap

e. Serta teliti dan objektif dalam melaksanaka kegiatan

f. Memperbaharui data

g. Mengikuti peraturan dan kebijakan institusi

h. Peka terhadap terjadinya cedera, contohnya : kelalaian dalam

pemberian obat.

Dalam kasus ini, perawat pendamping mempunyai kewajiban untuk

mendokumentasikan kepada orang yang menerima pasien setelah dirujuk

tentang informasi pasien. Peran dari perawat pendamping disini adalah

apabila ada informasi dari surat rujukan yang kurang jelas baik dari segi

anamnesis, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik, diagnosis maupun

terapi dapat ditanyakan kepada paramedis tersebut. Selain itu peran dari

paramedis dapat membangun budaya “patien safety”, membangun sistem

pelaporan secara tertulis dan mengembangkan pelayanan primer dan dari

segi pasien pun akan merasa adanya sikap peduli.

2. Perawat RSUD Margono Menjelek-jelekkan RS.X di Depan Pasien dan

Keluarganya

Dalam hal ini jelas perawat RSUD Margono membuat kepercayaan

pasien terhadap RS.X sangat berkurang. Hal ini tidak patut dilakukan

mengingat perlunya hubungan baik antara institusi kesehatan dan

Page 3: Sistem Rujukan

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan secara umum.

Dalam kasus ini walaupun RS.X melakukan kesalahan dalam sistem

rujukan namun tidak semestinya kesalahan tersebut dikemukakan di depan

pasien dan keluarganya namun lebih baik disampaikan secara tertutup

kepada pihak RS.X supaya memperbaiki sistem rujukan yang telah

dijalaninya.

Kesalahan kedua ialah ketika perawat melihat foto rontgen dan

langsung memvonis terjadinya kesalahan diagnosis. Dalam hal melakukan

diagnosis dan menyampaikan diagnosis tentu dokter yang bertugas yang

berwenang melakukan hal ini bukan perawat, walaupun perawat tersebut

lebih berpengalaman dari dokter yang bertugas, namun dalam hal ini yang

dilihat adalah wewenang, bukan kompetensi.

Secara umum hal ini telah tertulis dalam kode etik kedokteran

Indonesia dimana seorang dokter akan memperlakukan teman sejawatnya

sendiri sebagaimana dia ingin diperlakukan. Dalam kasus ini tentu dapat

diambil makna lebih luas dari kalimat tersebut, bukan hanya antara teman

sejawat dokter namun juga tenaga kesehatan lain bahkan antara institusi

kesehatan.

3. Tenaga Kesehatan Memahami dan Menjalankan Profesi Sesuai

Kompetensi dan Kewenangannya.

Penulis tertarik memilih kasus ini karena terdapat permasalahan

komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang terkait pula

terhadap keahlian dan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan

profesinya. Permasalahannya adalah perawat menyampaikan diagnosis

dari dokter yang merujuk berdasarkan rontgen pasien dan mengatakan

bahwa diagnosisnya salah serta kualitas rontgen tersebut tidak baik

sehingga meminta persetujuan pasien agar bersedia dilakukan pemeriksaan

rontgen ulang. Pasien memutuskan setuju untuk mengikuti anjuran

perawat tersebut.

Persetujuan yang berdasarkan pengetahuan merupakan salah satu

konsep inti etika kedokteran saat ini. Pasien mempunyai hak untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusannya.

Page 4: Sistem Rujukan

Pasien harus paham dengan jelas apa tujuan dari suatu tes atau

pengobatan, hasil apa yang akan diperoleh, dan apa dampaknya jika

menunda keputusan. Oleh karena itu, diperlukan seorang yang

berkompetensi dan memiliki wewenang untuk menjelaskannya. Hal ini

sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan yaitu pasal

32 ayat 4 : “Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu

kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.”

tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, maupun bidan harus memiliki

kompetensi sesuai profesinya dan melakukan tindakan medis sesuai

kewenangan yang melekat pada jabatan profesi. Pada kasus ini, seharusnya

dokter yang memiliki kompetensi dan wewenang untuk menyampaikan

diagnosis dan pemeriksaan penunjang kepada pasien.

B. Aplikasi Penyelesaian Masalah

1. Sistem Rujukan yang Bermasalah

Pada kenyataannya, sistem rujukan yang dipakai saat ini masih

banyak yang harus diubah. antara lain kurang dicantumkannya

pemeriksaan fisik khususnya vital sign. Selain itu, informasi tentang

pemberian terapi yang telah diberikan juga sangat penting, terutama waktu

pemberian terapi, karena hal ini akan mempengaruhi interaksi obat yang

akan diberikan bila efek samping obat sebelumnya masih ada.

Selain tentang isi dari surat rujukan yang kurang lengkap, dalam

kasus ini yang menjadi permasalah selanjutnya adalah tidak adanya

paramedis yang mendampingi pada saat pasien di rujuk ke RSMS.

Paramedis yang dimaksud dalah hal ini adalah perawat. Peran paramedis

adalah sebagai tenaga kesehatan yang mengetahui tentang kondisi pasien

pada saat pasien sebelum di rujuk ke RSMS. Hal ini bertujuan apabila ada

informasi yang tidak tercantum dalam surat rujukan dapat ditanyakan

kepada perawat pendamping tersebut tentang kondisi pasien sebelumnya.

2. Perawat RSUD Margono Menjelek-jelekkan RS.X di Depan Pasien dan

Keluarganya

Page 5: Sistem Rujukan

Aplikasi nyata dalam kasus ini yang pertama harus dilakukan yaitu

semua tenaga kesehatan tidak boleh menjelek-jelekkan tenaga kesehatan

lain ataupun institusi kesehatan lain terutama di depan pasien dan

keluarganya walaupun tenaga kesehatan atau institusi kesehatan tersebut

melakukan kesalahan namun sebaiknya kritik dan saran dilakukan secara

tertutup antara kedua institusi kesehatan. Selain itu perlu ditekankan

mengenai tenaga kesehatan yang berhak menyampaikan hasil diagnosis

kepada pasien. Dalam hal ini tentu dokter yang berhak melakukannya,

bukan perawat.

3. Tenaga Kesehatan Memahami dan Menjalankan Profesi Sesuai

Kompetensi dan Kewenangannya.

a. Penulis harus memahami masalah kesehatan yang dialami pasien, yaitu

dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang sesuai dengan kemampuan penulis.

b. Penulis akan memberi tahu pasien bahwa penulis telah memeriksa

pasien namun tidak berhak memberikan informasi secara detail tentang

penyakit yang diderita, lalu mengarahkan mereka agar berkonsultasi

kepada dokter.

c. Jika perawat telah memberikan penjelasan mengenai masalah pasien

kepada keluarga pasien seperti pada kasus di atas, penulis akan

memberitahukan bahwa hal yang telah dijelaskan oleh perawat hanya

dugaan, lalu menyarankan keluarga untuk langsung bertanya kepada

dokter yang bertanggung jawab.

d. Dokter memberikan informasi dan pengetahuan tentang kondisi pasien

sesuai dengan data medis yang ada dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh pasien

e. Dokter dapat mejelaskan tindak lanjut terhadap pasien.

C. Kesimpulan

Kesimpulan dari kasus permasalahan etik ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 6: Sistem Rujukan

1. Sistem rujukan harus lebih diperbaiki terutama isi dari surat rujukan yang

harus memuat segala informasi medik pasien dan pendampingan ketika

merujuk pasien.

2. Saling menghargai antar teman sejawat akan lebihmenjaga hubungan baik

antara institusi kesehatan dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan secara umum.

3. Sebaiknya sebagai petugas kesehatan dalam melakukan pekerjaan yang

sesuai kompetensi dan kewenangannya saja agar pasien mendapatkan

pelayanan yang maksimal dari seseorang yang benar-benar berkompeten

dan berwenang.

Page 7: Sistem Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Istiawan, R. 2011. Aspek Legal Praktek Mandiri Perawat. www.google.com

Pusat Studi KEdokteran Islam FK UMY. 2006. Panduan Etika Medis.

Yogyakarta: Pusat Studi Kedokteran Islam FK UMY.