sistem rujukan untuk mahasiswa kebidanan
TRANSCRIPT
SISTEM RUJUKAN
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan
yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu
tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita
ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan
salah satu hal yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama
terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus
yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi
faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal,
terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu
atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan
berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
1. Pengertian
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan kebidanan adalah suatu
perlimpahan tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan
yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal. Rujukan vertikal
maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah
lengkap. Misalnya, dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau
rumah sakit tipe C kerumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan
personlianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar-unit
yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan
bagian ilmu kesehatan anak.
Hal – hal yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu “BAKSOKU”
yang dijabarkan sebagai berikut :
1
B (bidan) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti
spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah
diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat
rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di
temapat rujukan
2. Tujuan
a. pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian
dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
b. dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian
masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
c. Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan
secara terpadu
3. Jenis
a. Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas
satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada
yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis
rujukan medic antara lain:
2
Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic,
pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lenih lengkap.
Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
b. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan
atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah
rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional
4. Jenjang Tingkat Tempat Rujukan
3
PUSKESMAS PEMBANTU/BIDAN
POSYANDU/KADER/DUKUN BAYI
RUMAH SAKIT TIPE A
RUMAH SAKIT TIPE B
RUMAH SAKIT TIPE C/D
PUSKESMAS RAWAT INAP
PUSKESMAS/BP/RB/BKIA SWASTA
5. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
a. Dari Kader dapat langsung merujuk ke :
1. Puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin / bidan desa
3. Puskesmas / puskesmas rawat inap
4. Rumah sakit pemerintah / swasta
b. Dari Posyandu dapat langsung merujuk ke :
Puskesmas pembantu
Pondok bersalin / bidan desa
Puskesmas / puskesmas rawat inap
Rumah sakit pemerintah / swasta
c. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit
swasta
d. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit
swasta
6. Mekanisme Rujukan
1. Stabilisasi Klien
a. tingkat kader
bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh
keluarga atau kader, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena mereka belum dapat menetapkan
tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, pustu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui.
Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
4
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana
yang harus dirujuk
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan.
Stabilitas penderita dan rujukan yang cepat dan tepat sangat penting dalam
menyelamatkan pasien dari kasus kegawat-darurat, tidak peduli jenjang
atau tingkat pelayanan kesehatan itu. Kemampuan tempat pelayanan
kesehatan untuk segera merujuk pasien ke jenjang pelayanan yang lebih
tinggi amat menentukan upaya penyelamatan kehidupan pasien dengan
kasus yang gawat. Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu
diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut
penderita.
2. Persiapan Administrasi
Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon
atau alat komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu dengan
menyertai surat rujukan yang berisi data mengenai pasien dan tindakan
yang sudah dilakukan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan
format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ke tempat rujukan.
Contoh surat rujukan :
SURAT RUJUKAN
KepadaYth. Bagian Anak
RS. YARSI (Yayasan Rumah Sakit Islam)
Bersama ini kami rujuk :
Bayi Ny Kirana
5
Lahir tanggal 22 September 2011 pukul 10.00 WIB di rumah Jenis kelamin : laki-laki. Keadaan bayi waktu lahir : tidak menangis, tidak bernapas. Waktu mulai tindakan resusitasi : pukul 10.00 WIB. Langkah Resusitasi yang dilakukan :
Setelah tali pusat dipotong dandijelaskan pada ibu, dilakukan enam
langkah awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan Ventilasi
2 X, dinilai dada tidak berkembang. Setelah diperiksa letak sungkup dan
dibetulkan posisi kepala dan lender diisap lagi, diulang Ventilasi 2 X.
Dinilai, dada Bayi berkembang. DilakukanVentilasi 20 X dalam 30
detik.Bayi belum bernapas, diulangi lagi ventilasi 20 X dalam 30 detik lalu
dihentikan dan dinilai, bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 20 X
dalam 30 detik dan bayi belum bernafas. Diteruskan ventilasi 20 X dalam
30 detik dan bayi mulai belum bernafas.
Waktu bayi bernapas spontan : pukul 10.03 WIB.
Mohon bantuan penanganan selanjutnya. Terimakasih
Desa Marunsu
Kabupaten Bengkayang
Bidan Neti
3. Melibatkan Keluarga
Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan
informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk mendapatkan
pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi
penyulit seperti keterlambatan untuk merujuk kefasilitas kesehatan yang
sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan
6
dan hasil penilaian (termasuk patograp) yang telah dilakukan untuk
dibawa kefasilitas rujukan.
Jika ibu datang untuk mendapatkan ashan persalinan dan kelahiran bayi
dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu
dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka mambuat rencan
rujukan pada saat awal persalinan.
Jika bayi dilahirkan dengan kelainan bawaan, jelaskan masalahnya kepada
ibu dan keluarganya,serta bantu mereka untuk merujuk bayi kefasilitas
rujuakan yang sesuai. Bayi dengan kelainan bawaan hidrisepalus,
mikrosepalus, megakolon, lanit-langit mulut yang terbelah, dan bibir
sumbing harus segara dirujuk. Bayi dengan anensepalus tidak perlu
dirujuk jaga bayi tersebut agar nyaman, lalu tentramkan hati ibu dan
keluarganya.
Rujuk setiap bayi yang menunjukan tanda-tanda infeksi, kelihatan tidak
sehat, tidak memberi reaksi yang baik terhadap resusitasi, dan mengalami
kesulita bernafas yang berkepanjangan. Lakukan pula rujukan terhadap
bayi yang tidak dapat memulai dan melakukan upaya untuk menyusui.
4. Cara-Cara Merujuk Kasus Kebidanan
Kaji kebutuhan klien untuk pelayanan dirumah sakit lain
komunikasikan dengan departemen yang bersangkutan tentang
kebutuhan dilakukannya rujukan
Jelaskan pada klien bahwa akan mendapatkan pelayanan dari rumah
sakit rujukan
Konsultasikan dengan pelayanan rujukan tentang implikasi perawatan
yang berhubunagan dengan tindakan yang diharuskan
Catat informasi tentang rujukan
7. Indikasi Perujukan
a. Riwayat seksio sesaria
b. Perdarahan per vaginam
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
d. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
7
e. Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda/gejala infeksi
j. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
k. TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
l. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk
5/5
m. Presentasi bukan belakang kepala
n. Kehamilan gemeli
o. Presentasi majemuk
p. Tali pusat menumbung
q. Syok
Tabel Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakan dan/atau Rujukan Segera
Selama Kala Satu persalinan
Temuan-temuan
anamnesis dan/atau
pemeriksaan
Rencana untuk Asuhan atau Perawatan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Perdarahan per vaginam
selain lendir bercampur
darah (‘show’)
Jangan melakukan pemeriksaan dalam.
1. Baringkan ibu ke sisi kiri.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
8
Laktat atau garam fisiologis (NS).
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Kurang dari 37 minggu
(persalinan kurang bulan)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Ketuban pecah disertai
dengan keluarnya
mekonium kental
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Dengarkan DJJ.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan
bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa
partus set, kateter penghisap lendir De Lee,
handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti
bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan di
perjalanan.
Ketuban pecah dan air
ketuban berampur dengan
sedikit mekonium disertai
tanda-tanda gawat janin
1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat
janin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di
bawah).
Ketuban pecah (lebih dari
24 jam)
atau
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri.
9
Ketuban pecah pada
kehamilan kurang bulan
(usia kehamilan kurang
dari 37 minggu)
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan serta semangat.
Tanda-tanda atau gejala-
gejala infeksi:
· temperatur > 38 0 C
· menggigil
· nyeri abdomen
· cairan ketuban berbau
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan
125 cc/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksaan gawatdarurat obstetri.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan serta semangat.
Tekanan darah lebih dari
160/110 dan/atau terdapat
protein dalam urin (pre-
eklampsia berat)
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
laktat atau garam fisiologi (NS).
3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama
20 menit.
4. Suntikan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM pada
bokong kiri dan kanan).
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat
10
Tinggi fundus 40 cm atau
lebih (makrosomia,
polihidramnion,
kehamilan ganda)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat
Alasan: Jika diagnosisnya adalah polihidramnion,
mungkin ada masalah-masalah lain dengan
janinnya. Makrosomia dapat menyebabkan
distosia bahu dan risiko tinggi untuk perdarahan
pascapersalinan.
DJJ kurang dari 100 atau
lebih dari 180 x/menit
pada dua kali penilaian
dengan jarak 5 menit
(gawat janin)
1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk
bernafas secara teratur.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan
125 cc/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Primipara dalam fase aktif
kala satu persalinan
dengan penurunan kepala
janin 5/5
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi bukan belakang
kepala (sungsang, letak
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
11
lintang, dll.) kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi ganda
(majemuk) (adanya bagian
lain dari janin, misalnya:
lengan atau tangan,
bersamaan dengan
presentasi belakang
kepala)
1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke
dada atau miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Tali pusat menumbung
(Jika tali pusat masih
berdenyut)
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi,
letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala
janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar
bagian terbawah janin tidak menekan tali pusatnya
(minta keluarga ikut membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat
ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud
dimana posisi bokong berada jauh diatas kepala
ibu dan pertahankan posisi ini hingga tiba di
12
tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Tanda dan gejala syok:
· Nadi cepat, lemah (lebih
dari 110 x/menit)
· Tekanan darah menurun
(sistolik kurang dari 90
mmHg)
· Pucat
· Berkeringat atau kulit
lembab, dingin
· Nafas cepat (lebih dari 30
x per menit)
· Cemas, bingung atau
tidak sadar.
· Produksi urin sedikit
(kurang dari 30 ml/jam)
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk
meningkatkan aliran darah ke jantung.
3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau garam fisiologis (NS). Infuskan 1 lt
dalam waktu 15-20 menit; dilanjutkan dengan 2 lt
dalam satu jam pertama, kemudian turunkan
tetesan menjadi 125 ml/jam.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat
Tanda dan gejala
fase laten berkepanjangan:
· pembukaan serviks
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
13
kurang
dari 4 cm setelah 8 jam
· kontraksi teratur (lebih
dari 2 dalam 10 menit)
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
Tanda dan gejala
belum in partu:
· Frekuensi kontraksi
kurang dari 2 kali dalam
10 menit dan lamanya
kurang dari 20 detik
· tidak ada perubahan
pada serviks dalam waktu
1 hingga 2 jam
1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas.
3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada
perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada
tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin,
persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk:
· Menjaga cukup makan dan minum.
· Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi
peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.
Tanda dan gejala
partus lama:
· pembukaan serviks
mengarah ke sebelah
kanan garis waspada
partograf
· pembukaan serviks
kurang dari 1 cm per jam
· frekuensi kontraksi
kurang dari 2 kali dalam
10 menit dan lamanya
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan
dukungan dan semangat.
14
kurang dari 40 detik
Kasus Perdarahan Plasenta Previa
NY. Y, 30 tahun, periksa tanggal 7 Maret 2012, jam 08.00
# Subjektif:
Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga dan 2 anak lahir hidup
Ibu mengatakan HPHT tanggal 25-07-2011
Ibu mengatakan saat ini usia kehamilannya 32 minggu
Ibu mengatakan ada merasakan gerakan janin
Ibu mengeluh keluar darah berwarna merah segar melalui alat kelamin
sejak jam 22.00 wib pada tanggal 06-03-2012
Ibu mengatakan saat darah keluar tidak terasa nyeri
Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya
# Objektif:
KU: Lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD: 90/70mmHg, N: 92x/m, R: 24x/m, S: 36,5C
TB: 150cm
BB: 60kg (Sebelum hamil: 50kg)
Inspeksi : terlihat pengeluaran darah pervaginam sebanyak 150cc.
Palpasi :
- Leopold I : TFU ½ pusat-px (30cm), pada fundus teraba bagian lunak
dan tidak melenting yakni bokong.
- Leopold II : Pada bagian kiri perut teraba bagian keras dan memanjang
yakni punggung janin dan pada bagian kanan teraba bagian bagian
kecil yakni ektremitas janin.
- Leopold III : Pada terbawah janin teraba ada satu bantalan yang
mengganjal pada bagian segmen bawah rahim.
15
- Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Auskultasi : DJJ : 144x/m
Perkusi : reflex patella kiri – kanan : (+)
TP : 02-05-2012
TBBJ : (30-12) X 155 = 2790 gram
Pemeriksaan Laboratorium : Hb :10,5 gr
# Assesment:
Ny. Y, 30 tahun, GIIIPIIA0M0, hamil 32 minggu, punggung kiri,
kedudukan kepala, bagian terbawah janin belum masih PAP, janin intra uteri
tunggal hidup. Ibu dengan plasenta previa.
Masalah : Ibu cemas dengan kehamilannya
Kebutuhan : atasi kecemasan ibu dengan memberikan penjelasan tentang
keadaan janin dan keadaan ibu.
Diagnosa Potensial : - Terjadinya perdarahan antepartum
- Terjadinya gawat janin
- Terjadinya aspiksia
Antisipasi : - Melakukan kolaborasi dengan Dokter Obgyn
- Penatalaksanaan perdarahan antepartum
- Penatalaksaan aspiksia pada BBL
# Planning:
Jelaskan keadaan ibu saat ini dan hasil pemeriksaan yaitu kehamilan ibu
mengalami komplikasi dimana ari-ari berada pada bagian bawah rahim
dan ibu harus dirujuk
Lakukan observasi ttv, perdarahan, dan djj
16
Anjurkan ibu melakukan beristirahat total dan mengurangi aktivitas yang
berat
Lakukan pemasangan infuse RL 20 tpm
Lakukan pemasangan oksigen 2 liter
Lakukan persetujuan tindakan
Berikan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil
Siapkan keperluan rujukan
Tanggal 07-03-2012, jam 08.30
Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan rujukan. Keadaan ibu lemah, TD:
100/70, N: 86 x/m, R : 22 x/m, S : 36,6. DJJ 144X/m. Masih terlihat
pengeluaran darah merah segar pervaginam. Ibu terpasang infuse RL 20
tpm dan oksigen 2 liter. Ibu sudah dirujuk untuk penanganan lebih lanjut
17