sistem produksi hasil perkebunan dan kehutanan (1)
TRANSCRIPT
SISTEM PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
KOPI – INTERNASIONAL
1. Gambaran Umum Kopi
Kopi lebih banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar baik di negara – negara
pengekspor maupun pengimor diseluruh dunia. Kopi diminum setiap saat, tempat dan pada
acara – acara tertentu (seperti coffe break, kendurian dan lain sebaginya) oleh masyarakat
perkotaan maupun pedesaan, dengan kata lain minuman kopi merupakan minuman
masyarakat umum. Lebih dari 4 triliun cangkir kopi dikonsumsi setiap tahunnya. Bahkan
kopi telah menjadi komoditas perdagangan terbesar kedua setelah minyak. Konsumsi kopi
di negara – negara eksportir dari tahun ke tahun memiliki rata - rata 24.630 ribu bag (1 bag
setara dengan 60 kg), sedangkan di Indonesia sendiri mengkonsumsi rata – rata tiap
tahunnya 2.045 ribu bag dan didominasi oleh kopi robusta. Tingginya tingkat permintaan
terhadap produk kopi yang menjadi dasar untuk memilih kopi sebagai produk agroindustri
dan merupakan peluang bisnis yang baik di masa mendatang di Indonesia yang memiliki
potensi alam yang memadai untuk memproduksi kopi.
Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari Famili Rubiaceae. Genus kopi ini
memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai
ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika.
(Gambar 1. Perbandingan antara Kopi Arabika dan Kopi Robusta)
Kopi Arabika (Coffea arabica)
Arabika (Coffea arabica) diduga pertama kali diklasifikasikan oleh seorang
ilmuan Swedia bernama Carl Linnaeus (Carl von Linné) pada tahun 1753. Jenis Kopi yang
memiliki kandungan kafein sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia.
Arabika atau Coffea arabica merupakan Spesies kopi pertama yang ditemukan dan
dibudidayakan manusia hingga sekarang. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700-
1700 m dpldengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut.
Jenis kopi arabika sangat rentan terhadap serangan penyakit karat daun Hemileia
vastatrix (HV), terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga
dari segi perawatan dan pembudayaan kopi arabika memang butuh perhatian lebih
dibanding kopi Robusta atau jenis kopi lainnya. Kopi arabika saat ini telah menguasai
sebagian besar pasar kopi dunia dan harganya jauh lebih tinggi daripada jenis kopi lainnya.
Di Indonesia kita dapat menemukan sebagian besar perkebunan kopi arabika di daerah
pegunungan toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa. Beberapa
varietas kopi arabika memang sedang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain kopi
arabica jenis Abesinia, arabika jenis Pasumah, Marago, Typica dan kopi arabika Congensis.
Kopi Robusta
Merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama coffea canephora. Tumbuh baik
di ketinggian 400-700 m dpl, temperatur 21-24° C dengan bulan kering 3-4 bulan secara
berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan
Liberika.
Mutu Kopi
STANDAR NASIONAL INDONESIA UNTUK KOPI BIJI Indonesia telah
menerapkan standar ekspor kopi biji berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak tahun 1990
menggantikan sistem Triase (Bobot per Bobot). Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini
adalah Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008 Kopi Biji, hasil dari beberapa kali
revisi , disamping dengan mempertimbangkan perkembangan pasar global dan
persyaratan internasional juga memperhatikan sebagian Resolusi ICO (International
Coffee Organization) No: 407 tentang “ Coffee Quality Improvement Program”.
SYARAT MUTU UMUM Kadar air kopi biji tidak lagi dibedakan berdasarkan jenis
pengolahan (pengolahan basah dan kering) tetapi sama- sama maksimum 12,5 %.
Persyaratan lain tetap sama seperti standar sebelumnya yakni :
No Kriteria Persyaratan
1 Serangga Hidup Tidak ada
2 Biji berbau busuk dan atau berbau kapang Tidak ada
3 Kadar air (b/b) Maks 12,5 %
4 Kadar kotoran b/b Maks 0,5 %
SYARAT MUTU KHUSUS Berdasarkan Ukuran Biji. Kriteria ukuran biji sama -sama
dengan menggunakan ukuran lubang bulat untuk semua jenis kopi biji dan berdasarkan
prosesnya. Namun untuk lolos ayakan untuk Robusta dibedakan berdasarkan proses
pengolahannya (proses basah dan kering).
Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan kering
Ukuran Kriteria Persyaratan
Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (sieve No. 16) Maks lolos 5 %
Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 3,5 mm (sieve no: 9 )
Maks lolos 5 %
Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan basah.
Ukuran Kriteria >Persyaratan
Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 7,5 mm (sieve no.19) Maks lolos 5 %
Sedang Lolos ayakan dimater 7,5 mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 6,5 mm (sieve no.16)
Maks lolos 5 %
Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 5,5 mm (sieve no 14)
Maks lolos 5 %
Syarat mutu khusus kopi Arabika
Ukuran Kriteria Persyaratan
Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (sieve No. 16) Maks lolos 5 %
Sedang Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 6 mm (sieve No. 15)
Maks lolos 5 %
Kecil Lolos ayakan diameter 6 mm, tidak lolos ayakan berdiameter
5 mm (sieve no. 13)
Maks lolos 5 %
Berdasarkan sistem nilai cacat
Mutu Persyaratan
Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11
Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
Catatan: untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4 a dan 4 b. Secara
umum kopi arabika Indonesia diekspor dalam bentuk mutu 1, sedangkan kopi robusta
sekitar 60 % diekspor dalam mutu 4, sekitar 30 % diekspor dalam mutu 5 dan mutu 6,
serta sekitar 10 % diekspor dalam mutu 1 dan mutu 2.
Sedangkan untuk penentuan besarnya nilai cacat biji kopi didasarkan atas :
NoJenis CacatNilai Cacat
1 1 (satu) biji hitam 1 (satu)
2 1 (satu) biji hitam sebagian 1/2 (setengah).
3 1 (satu) biji hitam pecah 1/2 (setengah).
4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu)
5 1 (satu) biji coklat 1/4 (seperempat)
6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu)
7 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang 1/2 (setengah).
8 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima)
9 1 (satu) biji berkulit tanduk 1/2 (setengah).
10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar 1/2 (setengah).
11 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima)
12 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh)
13 1 (satu) biji pecah 1/5 (seperlima)
14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima)
15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh)
16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima)
17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh)
18 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar 5 (lima)
19 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang 2 (dua)
20 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil 1 (satu)
Catatan: Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 gr. Jika satu biji kopi
mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan
pada bobot nilai cacat terbesar.
Luas Area Produksi
Luas areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta hektar. Dari luas
areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik
perkebunan swasta dan Pemerintah (PTP Nusantara). Oleh karena itu, produksi kopi
Indonesia sangat tergantung oleh perkebunan rakyat. Dari luas areal perkebunan kopi,
luas areal yang menghasilkan (produktif) mencapai 920 hektar (sekitar 77%). Luas areal
perkebunan kopi, dari tahun ke tahun semenjak tahun 1960 terus menunjukkan
peningkatan khususnya pada perkebunan kopi rakyat. Sebaliknya pada perkebunan
swasta dan perkebunan negara tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Produksi
kopi Indonesia dalam tahun 2012 mencapai 750.000 ton. Peningkatan tersebut disebabkan
karena cuaca yang mendukung untuk pembungaan dan pembentukan buah kopi.
Pengaruh cuaca merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi
kopi nasional.
Secara komersial ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu kopi arabika
dan kopi robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan berbuah optimal pada
ketinggian diatas 1.000 m diatas permukaan laut, sedangkan kopi robusta pada ketinggian
400 – 800 m diatas permukaan laut. Mengingat di Indonesia lahan dengan ketinggian
diatas 1.000 m diatas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka perkembangan
tanaman kopi arabika terbatas. Dari total produksi kopi 750.000 ton tahun 2012, kopi
arabika menghasilkan hampir 150.000 ton dari luas areal 250.000 hektar, sedangkan kopi
robusta menghasilkan 600.000 ton dari luas areal 1,05 juta hektar.
2. Potensi Pasar
Produksi Kopi dunia tahun 2012 menurut International Coffee Organization (ICO)
mencapai 134,39 juta bag atau 8,06 juta ton. Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar
ketiga setelah Brazil, Vietnam dan diikuti oleh Columbia yang membayangi pada posisi
keempat. Total ekspor kopi (biji dan olahannya) tahun 2012 sebesar 433,6 ribu ton dengan
nilai US$ 814,3 juta yang dipasarkan ke-65 negara tujuan ekspor. Sepuluh negara tujuan
ekspor utama adalah Jerman, Amerika Serikat (AS), Jepang, Italia, Malaysia, Inggris,
Belgia, Mesir, Algeria dan Rusia. Korea Utara, Laos, Kiribati merupakan merupakan pasar
baru bagi kopi Indonesia pada tahun 2012.
Pangsa Pasar Ekspor Kopi Indonesia, Brazil dan Vietnam di Negara Eropa
Bila ditinjau dari pangsa pasar kopi Indonesia atas dasar volume di negara tujuan
utama, untuk pasar Jerman, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke lima atau 5,70 %
dari total impor Jerman dari dunia sebesar 1.150,5 ribu ton. Pemasok yang mengungguli
Indonesia untuk pasar Jerman adalah Brazil, Vietnam, Peru dan Honduras. Untuk pasar
AS, Indonesia menempati urutan terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, Columbia
dengan pangsa pasar 6,03 % dari total impor AS. Untuk pasar Jepang pemasok utama
terbesar adalah Brazil dengan pangsa pasar 29,76%, sedangkan Indonesia menempati
posisi ke tiga setelah Brazil dan Columbia dengan pangsa pasar 14,22 % dari total impor
Jepang. Untuk Pasar Italia, kopi Brazil dan Vietnam mendapat pangsa pasar masing
masing sebesar 33,15% dan 18,87% dari total impor Italia dan Indonesia tidak ternasuk
lima besar.
Untuk pasar Malaysia, Indonessia memasok 44,68 % dari total impor Malaysia,
sekaligus menempati posisi kedua setelah Vietnam, sedangkan untuk pasar Inggris,
Indonesia menempati posisi kedua setelah Vietnam dengan pangsa pasar 13,93 %.
Eksportir terbesar dunia (atas dasar nilai) tahun 2012 adalah Brazil, dengan nilai ekspor
USD 5.203,3 juta dengan volume 1.795,2 ribu ton diikuti oleh Jerman, Columbia, Swiss dan
Belgia. Dari posisi tersebut dapat dilihat bahwa pemain pasar kopi dunia tidak serta merta
produsen utama. Dua negara (Brazil dan Columbia yang merupakan produsen kopi dunia,
sedangkan Jerman, Swiss dan Belgia bukan produsen kopi dunia, namun memanfaatkan
nilai tambah dari kopi. Indonesia sebagai produsen kopi sedang berupaya untuk
memanfaatkan nilai tambah dari kopi, dengan mengembangkan kopi organik, kopi spesialty
termasuk mengembangkan kopi besertifikat Indikasi Georafis, seperti Kopi Kintamani (Bali),
Kopi Gayo (Aceh) dan Kopi Arabikan Flores Bajawa (NTT). Kita berharap di masa yang
akan datang Indonesia dapat lebih menikmati nilai tambah dari kopi dan meningkatkan
perannya di pasar internasional. (Sumber ICO, UN Comtrade, BPS.).
Negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia
Perbandingan Produktivitas Kopi Indonesia, Brazil dan Vietnam
3. Bahan Baku
Budidaya Kopi
1. Pembibitan tanaman
Lubang untuk tanaman kopi dapat dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm dengan jarak
tanam 2,5x2,5 m tergantuk letak dan keadaan kebun. Kebutuhan bibit yaitu berkisar antara
1600-2.00 ton/ha dengan pembukaan atau persiapan lahan minimal 8 bulan. Pohon-pohon
peneduh seperti dadap, lamtoro, perlu disiapkan sebelum penanaman kopi dan sangat
dianjurkan ditanam sekurangnya setahu sebelum penanaman kopi. Penanaman bibit
sebaiknya dilakukan setelah 6-8 bulan umur bibit tanaman dan dianjurkan pada awal musim
hujan, agar terjamin tanaman tidak akan dihadapkan pada kekeringan.
2. Penanaman dan Pemeliharan tanaman
Dalam memilih penanaman bibit kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain
produktivitas, kualitas (aroma dan rasa amat berpengaruh terutama pada jenis Arabika) dan
ketahanan terhadap gangguan hama/penyakit Pupuk yang digunakan pada umumnya harus
mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak
dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di
pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan
KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk
majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung
unsur NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi
sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.
Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim
hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari
permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang
hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama).
3. Pola Produksi Kopi
1. Periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Selama 3 tahun pertama, tanaman kopi biasanya belum menghasilkan atau dikenal
sebagai periode TBM. Tanaman baru menghasilkan biasanya pada tahun ke empat dan
diperkirakan dapat berumur sampai 30 tahun apabila dirawat dengan baik.
2. Periode Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman kopi termasuk apa yang dinamakan "tanaman hari pendek" (short day
plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal bunga dalam periode hari pendek (yang
dimaksud dengan hari pendek adalah siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam). Pola
panen tanaman ini di Indonesia dapat dilihat pada masa panen.
3. Pola Panen
Pola panen tanaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain cuaca, musim
dan terutama curah hujan. Masa panen di daerah basah dimana hujan turun sepanjang
tahun biasanya lebih lama, dibandingkan masa panen di daerah kering yang produksi
tertinggi pada masa puncak panen.
4. Fluktuasi Panen
Tanaman kopi termasuk tanaman yang mengalami satu kali masa panen selama dua
tahun. Penurunan produksi tanaman ini yang merupakan konsekuensi sifat alaminya dapat
mencapai 20 hingga 60 %, tergantung pada kondisi kesehatan tanaman tersebut. Dengan
fenomena seperti ini, jika kita ingin membandingkan produktifitasnya dari satu masa panen
ke masa panen yang lain, maka harus diambil tiap 2 tahun, sebagai contoh,
membandingkan produksi panen pada tahun ke-4 dengan tahun ke-6, dan bukan
membandingkannya dengan tahun ke-5. Dengan metode ini kita mendapatkan produksi
rata-rata per dua tahun, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesimpulan yang
menyesatkan.
5. Proses Produksi
Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam proses, antara lain:
(Gambar 2. Diagram Alir Proses Pengolahan Biji Kopi)
1. Proses kering
Proses kering amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah dipetik,
kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10 sampai 15 hari. Baru setelah itu
kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi Arabika dari Brazil melalui proses kering, dan
kualitasnya tetap bagus karena kopi yang dipetik biasanya yang telah betul-betul matang
(berwarna merah).
2. Proses basah
Pada proses basah diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji kopi
yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan oleh perkebunan besar
dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik yang cakap sehingga mereka tidak
tergantung pada cahaya matahari untuk mengeringkan kopi tersebut.
Rendemen dan Faktor Kritis
1. Rendemen biji kopi.
Rendemen biji kopi menurut jenisnya adalah Arabika: 16-18 % dan Robusta: 20-
30 %. Ini berarti bahwa setiap 100 kg biji kopi segar, untuk kopi Arabika akan menghasilkan
16-18 kilogram kopi (dengan kandungan air 12%), sedangkan untuk kopi Robusta, akan
menghasilkan sekitar 20-30 kilogram kopi.
2. Faktor Kritis.
Ukuran biji kopi merupakan salah satu elemen penting dari kualitasnya yang
berpengaruh pada harga jual kopi tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran biji
tersebut antara lain varietas tanaman yang ditanam, cuaca, ketinggian daerah tanam,
kesuburan tanah, dan sistem pemotongan saat panen.
Perkembangan Produksi Kopi Indonesia, Brazil dan Vietnam
4. Pemasaran
Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi
kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi
Indonesia dengan USA, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama.
Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia,
pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi arabika Sumatera,
sedangkan pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) merupakan pintu gerbang kopi arabika
dan robusta yang dihasilkan dari jawa Timur dan wilayah Indonesia bagian timur.
Permintaan akan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat mengingat kopi
robusta Indonesia mempunyai keunggulan karena body yang dikandungnya cukup kuat,
sedangkan kopi arabika yang dihasilkan oleh berbagai daerah di Indonesia mempunyai
karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
5. Konsep Agrowisata
Perkebunan kopi dapat dijadikan salah satu alternatif wisata yang berbasis
keindahan alam. Perkebunan kopi biasanya terletak di wilayah yang luas dan di kelola rapi
sehingga mempunyai kesan eksotis dan alami. Secara konseptual, pemanfaatan
perkebunan kopi menjadi agrowisata mendukung green campaign yang menjadi perhatian
perkembangan dunia. Pemanfaatan perkebunan kopi menjadi agrowisata dapat di mulai
pada penataan wilayah tanam kopi yang mempunyai seni yang indah. Setelah itu,
pembuatan fasilitas-fasilitas pendukung yang menambah nilai wisata dari perkebunan kopi
tersebut. Salah satu contoh perkebunan kopi yang tertata rapi dan dimanfaatkan sebagai
agrowisata adalah perkebunan kopi Jolong Pati :
6. Kebijakan Pemerintah dan Kelembagaan
Secara umum kelembagaan dari eksportir kopi di Indonesia di satukan pada Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia. AEKI menjadi penghubung antara petani kopi di Indonesia dengan
dunia ekspor kopi. Salah satu komoditas dari ekspor kopi Indonesia adalah kopi Toraja.
Untuk mengenal lebih dalam AEKI dapat di baca berikut :
Visi dan Misi
1. AEKI adalah wadah seluruh perusahaan eksportir, perusahaan industri pengolahan
kopi dan perusahaan dibidang perkopian Indonesia lainnya yang berasaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. AEKI tidak terikat dan mengikatkan diri pada partai atau golongan politik apapun.
Tujuan Asosiasi
Tujuan AEKI adalah mewujudkan masyarakat perkopian yang sejahtera, tangguh
dan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan perekonomian nasional.
Tugas Utama Asosiasi
1. Mengarahkan anggota menjadi profesional dan memiliki citra yang baik
2. Memberikan perlindungan dan memperjuangkan kepentingan anggota
3. Membantu upaya Pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
petani serta pelaku usaha lain dalam bidang perkopian.
4. Memberikan pendapat dan saran kepada Pemerintah dan Lembaga lain dalam
pengambilan keputusan terhadap kebijakan perkopian nasional
5. Menjaln dan membina kerjasama dengan instansi/lembaga terkait dibidang
perkopian baik di dalam maupun di luar negeri.
(Gambar Website AEKI)
Struktur Organisasi AEKI
AEKI memiliki beberapa agenda rapat, antara lain :
1. Rapat Umum Anggota (RUA)
Rapat Umum Anggota merupakan pemegang kekuasan tertinggi dari Asosiasi.
Rapat Umum Anggota diadakan sekali dalam waktu lima tahun sesuai dengan
masa bhakti kepengurusan .
2. Dewan Pleno
Dewan Pleno terdiri dari: Badan Pengurus Pusat dan Badan Pengurus Daerah
yang diwakili oleh Ketua dan seorang wakil Ketua atau yang diberi mandat secara
tertulis. Diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-
waktu jika diperlukan.
3. Badan Pengurus Pusat (BPP).
Badan Pengurus Pusat terdiri dari unsur Pimpinan yaitu: Ketua Umum, Wakil Ketua
Umum Wilayah I, Wakil Ketua Umum Wilayah II, dan Wakil Ketua Umum Wilayah
III, serta Kompartemen – kompartemen yang terdiri dari:
ñ Kompartemen Hubungan Luar Negeri.
ñ Kompartemen Promosi dan Pemasaran.
ñ Kompartemen Industri dan Spesialti Kopi.
ñ Kompartemen Produksi dan Mutu.
ñ Kompartemen Orbin dan Hukum.
ñ Kompartemen Administrasi dan Keuangan.
4. Rapat Umum Anggota (RUA) Daerah.
Rapat Umum Anggota merupakan pemegang kekuasan tertinggi di Daerah.
Rapat Umum Anggota diadakan sekali dalam waktu lima tahun sesuai dengan
masa bhakti kepengurusan .
5. Badan Pengurus Daerah Lengkap.
Badan Pengurus Daerah Lengkap terdiri dari: Ketua BPD, Wakil-wakil Ketua BPD,
Ketua – Ketua kompartemen, Wakil-wakil Ketua Kompartemen serta Anggota -
anggota Kompartemen. Diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun
dan sewaktu-waktu jika diperlukan.
6. Badan Pengurus Daerah (BPD).
Badan Pengurus Daerah adalah Pengurus Asosiasi yang dibentuk ditingkat
Propinsi. Badan Pengurus Daerah terdiri dari ketua dibantu oleh wakil-wakil ketua
dan Kompartemen-kompartemen sesuai kebutuhan dengan merujuk pada BPP
AEKI
Sedangkan kebijakan yang berlaku di Indonesia tentang ekspor kopi dapat di baca
pada berikut :
KEBIJAKAN PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR
(Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/20/PBI/2011)
1. Mengapa diperlukan kebijakan penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)?
o Tidak seluruh DHE masuk ke dalam negeri sehingga pasar valuta asing domestik
mengalami kondisi kekurangan pasokan valas.
o Kekurangan pasokan valas tersebut dipenuhi oleh modal asing jangka pendek (hot
money) yang rentan terhadap pembalikan (sudden capital reversal) sehingga
berpotensi mengganggu kestabilan rupiah.
2. Apa manfaat dari kebijakan DHE tersebut?
o Memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dengan meningkatkan kesinambungan
pasokan valuta asing serta mengurangi ketergantungan pada dana asing jangka
pendek.
o Meningkatkan aktivitas pasar valuta asing dan pengembangan pasar uang di dalam
negeri.
o Memperkuat stabilitas makro ekonomi dan sumber pembiayaan ekonomi.
3. Bagaimana bentuk pelaksanaan kebijakan DHE tersebut?
o Kebijakan berlaku efektif untuk ekspor dengan dokumen Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB) yang diterbitkan mulai tanggal 2 Januari 2012
o Seluruh DHE wajib diterima oleh Eksportir melalui Bank Devisa dalam negeri
selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal PEB
o Untuk transaksi ekspor dengan cara pembayaran usance L/C, konsinyasi,
pembayaran kemudian (open account), collection yang jatuh temponya ≥ 90 hari,
penerimaan DHE melalui Bank Devisa dalam negeri selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari setelah tanggal jatuh tmepo pembayaran.
o DHE tidak wajib disimpan di Bank Devisa dalam negeri untuk jangka waktu tertentu.
o DHE tidak wajib dikonversi ke dalam mata uang rupiah
o Ketentuan peralihan selam tahun 2012, batas waktu penerimaan DHE di Bank Devis
dalam negeri paling lama 6 (enam) blan setelah tanggal PEB
4. Bagaiman mekanisme pemantauan penerimaan DHE oleh Bank Indonesia?
Pemantauan penerimaan DHE dilakukan oleh Bank Indonesia melalui dua sumber
data:
Berdasarkan data PEB yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Berdasarkan data penerimaan DHE yang diperoleh dari laporan Rincian Transaksi
Ekspor (RTE) Bank Devisa dalam negeri.
Informasi DHE yang diperoloeh dari laporan RTE dan dat PEB yang diperoleh dari
Bea Cukai akan dicocokkan dengan menggunakan Sandi Kantor Pabean, Nomor
Pendaftaran PEB, dan tanggal Pendaftaran PEB sebagai nomor identifikasi.
5. Bagaimana mekanisme pelaporan Rincian Transaksi Ekspor(RTE) oleh Eksportir
kepada Bank Devisa dalam negeri?
Bank Devisa dalam negeri akan mengirimkan laporan RTE (soft copy) yag memuat
daftar transaksi penerimaan DHE kepada Eksportir untuk dilengkapi dengan informasi
yang dibutuhkan.
Eksportir melengkapi lap[oran RTE yang diberikan bank, dengan mencantumkan
Sandi Kantor Pabean, Nomor Pendaftaran PEB, Tanggal Pendaftaran PEB, Nilai DHE,
Nilai PEB, Sandi Keterangan, serta dilengkapi Dokumen Pendukung.
Dokumen pendukung diperlukan terutama untuk transaksi ekspor dengan uang muka
(advance payment), Nilai DHE kurang dari Nilai PEB dan/atau DHE diterima melewati
batas waktu yang ditetapkan.
Eksportir mengirimkan Laporan RTE (soft copy) yag telah dilengkapi dengan dokumen
pendukung kepada Bank Devisa dalam negeri.
Eksportir harus menyampaikan informasi tersebut di atas dalam format laporan RTE
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah penerimaan DHE.
Eksportir harus menyampaikan dokumen pendukung kepada Bank Devisa dalam
negeri selambat-lambatnya.
14 (empat belas) hari setelah tanggal PEB untuk ekspor yang akan diterima melewati
batas waktu yang ditetapkan.
Tanggal 5 bulan berikutnya untk penerimaan Nilai DHE kurang dari Nilai PEB karena
maklon, jasa perbaikan, operational/financial leasing.
90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal PEB atau 14 (empat belas) hari setelah
tanggal jatuh tempo pembayaran, untuk kondisi importir wanprestasi, pailit atau force
majeure.
6. Apa sanksi atas ketidaktapatuhan terhadap ketentuan DHE?
Sanksi dendan sebesar 0.5% dari DHE yang belum diterima melalui Bank Devisa
dalam negeri (minimum Rp. 10 juta, maksimum Rp. 100 juta), yang disetor ke Kas
Negara.
Sanksi administratif pemberatan berupa penangguhan pelayanan ekspor di Bea Cukai
bagi Eksportir bersangkutan.
Untuk peraturan pemerintah yang berlaku di Indonesia menggunakan Peraturan
Kementrian Dalam Negeri NOMOR: 10/M-DAG/PER/5/2011
International Coffee Organization (ICO)
International Coffee Organization (ICO)/Organisasi Kopi Internasional didirikan pada
tahun 1963 ketika Kesepakatan Kopi Internasional Pertama berlaku untuk jangka waktu 5
tahun (1962 – 1967) , Sejak itu perundingan Kesepakatan Kopi Internasional berturut-turut
dilakukan dan menghasilkan Kesepakatan tahun 1968 (dengan perpanjangan selama dua
kali), Kesepakatan 1976, Kersepakatan 1983 ( dan empat kali perpanjangannya) ,
Kesepakatan tahun 1994 (dengan satu kali perpanjangan) yang disetujui Dewan untuk
jangka waktu 5 tahun mulai 1 Oktober 1994 dan terakhir , Kesepakatan tahun 2001.
Organisasi ini di bawah naungan PBB.
Kesepakatan tahun 1962 dirundingkan di New York pada konperensi yang diadakan
dengan bantuan PBB. Berturut-turut Kesepakatan tahun 1968, 1976, 1983 dan 1994
dirundingkan pada Kontor Pusat Organisasi Kopi Internasional di London, Inggris seperti
juga Kesepakatan baru tahun 2001.
TUJUAN
Organisasi kopi internasional mempunyai tujuan sebagai berikut :
Mempromosikan kerjasama internasional dalam bidang perkopian;
Menyediakan suatu forum konsultasi antar pemerintah, dan negosiasi apabila
diperlukan, tentang masalah perkopian dan cara untuk mencapai keseimbangan
yang layak antara penawaran dan permintaan dunia atas dasar yang menjamin
penawaran kopi yang memadai pada harga yang wajar bagi para konsumen dan
pasar-pasar kopi dengan harga yang menguntungkan bagi para produsen, dan
yang akan mendukung keseimbangan jangka panjang antara produksi dan
konsumsi;
Menyediakan suatu forum konsultasi tentang permasalahan kopi dengan sektor
swasta;
Memfasilitasi perluasan dan transparansi perdagangan kopi internasional;
Bertindak sebagai suatu pusat untuk melakukan pengumpulan dan analisa serta
penyebaran dan publikasi informasi ekonomi dan teknik, data statistik dan hasil-
hasil studi, penelitian dan pengembangan bidang perkopian;
Mendorong Anggota untuk mengembangkan ekonomi perkopian yang
berkesinambungan;
Mempromosikan, mendorong dan meningkatkan konsumsi kopi;
Menganalisa dan memberikan saran dalam persiapan proyek-proyek yang
memberikan manfaat bagi ekonomi perkopian dunia
Mempromosikan kualitas kopi dan;
Mempromosikan pelatihan dan program-program informasi yang dirancang untuk
membantu alih teknologi yang berkaitan dengan bidang perkopian kepada para
Anggota.
Dalam perjanjian ini yang dimaksud kopi adalah biji dan buah dari pohon kopi,
baik buah kopi yang masih berkulit, kopi hijau atau kopi panggang dan termasuk kopi
bubuk, kopi tanpa kafein, kopi cair dan kopi solube.
KEANGGOTAAN ICO
Ada tiga macam keanggotaan dari negara-negara yang menandatangani perjanjian ini.
Pertama, Keanggotaan Organisasi, yaitu semua pihak yang menandatangani perjanjian ini,
bersama-sama dengan wilayahnya untuk mana Perjanjian ini diperluas sesuai ketentuan-
ketentuan pasal 48, harus merupakan Anggota Tunggal dari Organisasi. Anggota ini dapat
merubah kategori keanggotaannya dengan persyaratan yang disetujui oleh Dewan; Kedua,
Keanggotaan yang terpisah bagi wilayah-wilayah tertentu, yaitu merupakan importir netto
kopi; Ketiga, Keanggotaan Kelompok, yaitu kelompok yang merupakan eksportir netto kopi.
KEDUDUKAN DAN STRUKTUR ICO
Organisasi Perkopian Internasional yang didirikan berdasarkan Perjanjian Kopi
Internasional 1962 harus tetap ada untuk mengatur ketentuan-ketentuan dan mengawasi
pelaksanaan Perjanjian ini. Kedudukan Organisasi ini harus di London kecuali jika Dewan
dengan suara mayoritas dua per tiga memutuskan lain. Secara struktural organisasi harus
bekerja melalui Dewan Kopi Internasional dan Badan Eksekutif, dan akan dibantu oleh
Konperensi Kopi Dunia, Badan Konsultatif Sektor Swasta. Komite Promosi dan Komite-
Komite khusus sesuai keperluan
PELAKSANAAN
Negara-negara Anggota mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memungkinkan mereka memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini dan
sepenuhnya bekerjasama satu sama lain untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan
Perjanjian. Negara Anggota terutama melaksanakan penyediaan semua informasi yang
diperlukan dalam rangka memudahkan berlakunya Perjanjian.
Surat Keterangan Asal merupakan sumber informasi yang penting dalam
perdagangan kopi. Oleh karena itu, Anggota Pengekspor bertanggung jawab untuk
menjamin penerbitan dan penggunaan Surat Keterangan Asal berdasarkan peraturan-
peraturan yang ditetapkan oleh Dewan. Negara Anggota juga mengakui pentingnya
informasi tentang re-ekspor untuk menganalisa secara tepat perekonomian kopi dunia. Oleh
karena itu, negara Anggota Pengimpor harus menyampaikan informasi mengenai re-ekspor
secara tepat dan teratur, dalam bentuk dan cara yang telah ditentukan oleh Dewan.
DEWAN PERKOPIAN INTERNASIONAL
1. Susunan Dewan Kopi Internasional
Kekuasaan tertinggi Organisasi berada pada Dewan Kopi Internasional, yang
terdiri dari semua Anggota Organisasi. Setiap Anggota harus menunjuk satu wakil
di Dewan dan,jika diinginkan, satu atau lebih pengganti. Anggota dapat juga
menunjuk satu atau lebih penasehat untuk wakil atau penggantinya.
2. Kewenangan dan Fungsi Dewan
Kewenangan yang secara khusus diberikan oleh Perjanjian ini harus
ditetapkan dalam Dewan, yang akan memiliki kewenangan dan menjalankan
pekerjaan yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan Perjanjian ini.
Dewan akan mendelegasikan kepada Ketua Dewan, dengan dibantu
Sekretariat, tugas untuk memperoleh kepastian mengenai keabsahan dari
berbagai komunikasi tertulis berkenaan dengan ketentuan-ketentuan. Ketua harus
menyerahkan laporannya kepada Dewan.
Dewan dapat membentuk komite-komite atau kelompok-kelompok kerja, jika
dianggap perlu.
3. Sidang-Sidang Dewan
Sesuai dengan ketentuan umum, Dewan harus menyelenggarakan sidang
tetap dua kali dalam setahun. Dewan dapat menyelenggarakan sidang khusus,
atas permintaan Badan Eksekutuf, atau setiap lima anggota atau anggota yang
yang memiliki sekurang-kurangnya 200 suara.
Sidang harus diselenggarakan di tempat kedudukan Organisasi, kecuali jika
Dewan memutuskan lain berdasarkan dua per tiga suara mayoritas yang
diberikan. Kuorum yang diperlukan untuk sidang Dewan yang akan mengambil
keputusan-keputusan harus dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota pengekspor
dan pengimpor yang mewakili sekurang-kurangnya dua per tiga suara.
BADAN EKSEKUTIF
Badan Eksekutif terdiri dari delapan Anggota pengekspor dan delapan Anggota
pengimpor yang dipilih setiap tahun kopi. Badan Eksekutif bertangguang jawab kepada dan
bekerja berdasarkan petunjuk umum Dewan. Dewan , dengan suara mayoritas tunggal dari
seluruh suara yang telah dibagikan, setiap saat dapat membatalkan wewenang yang telah
didelegasikan kepada Badan Eksekutif. Badan Eksekutif akan mempelajari Anggaran
Administratif yang disampaikan Eksekutif Direktur dan diajukan kepada Dewan disertai
rekomendasi untuk memperoleh persetujuan, mempelajari dengan seksama rencana kerja
tahunan Organisasi,memutuskan masalah-masalah administrasi dan keuangan yang
berkaitan dengan kegiatan Organisasi. Badan Eksekutif dapat membentuk kelompok-
kelompok kerja, bila dianggap perlu.
BADAN KONSULTATIF SEKTOR SWASTA
Badan Konsultatif Sektor Swasta merupakan suatu badan konsultasi yang membuat
rekomendasi atas setiap konsultasi yang disampaikan oleh Dewan dan dapat mengundang
Dewan untuk memberikan pertimbangkan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan
Perjanjian.
(Gambar xx Website International Coffe Organitation)