sistem produksi hasil perkebunan dan kehutanan (1)

29
SISTEM PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KOPI – INTERNASIONAL 1. Gambaran Umum Kopi Kopi lebih banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar baik di negara – negara pengekspor maupun pengimor diseluruh dunia. Kopi diminum setiap saat, tempat dan pada acara – acara tertentu (seperti coffe break, kendurian dan lain sebaginya) oleh masyarakat perkotaan maupun pedesaan, dengan kata lain minuman kopi merupakan minuman masyarakat umum. Lebih dari 4 triliun cangkir kopi dikonsumsi setiap tahunnya. Bahkan kopi telah menjadi komoditas perdagangan terbesar kedua setelah minyak. Konsumsi kopi di negara – negara eksportir dari tahun ke tahun memiliki rata - rata 24.630 ribu bag (1 bag setara dengan 60 kg), sedangkan di Indonesia sendiri mengkonsumsi rata – rata tiap tahunnya 2.045 ribu bag dan didominasi oleh kopi robusta. Tingginya tingkat permintaan terhadap produk kopi yang menjadi dasar untuk memilih kopi sebagai produk agroindustri dan merupakan peluang bisnis yang baik di masa mendatang di Indonesia yang memiliki potensi alam yang memadai untuk memproduksi kopi. Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari Famili Rubiaceae. Genus kopi ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika.

Upload: fatchul-rahman

Post on 22-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

SISTEM PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

KOPI – INTERNASIONAL

1. Gambaran Umum Kopi

Kopi lebih banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar baik di negara – negara

pengekspor maupun pengimor diseluruh dunia. Kopi diminum setiap saat, tempat dan pada

acara – acara tertentu (seperti coffe break, kendurian dan lain sebaginya) oleh masyarakat

perkotaan maupun pedesaan, dengan kata lain minuman kopi merupakan minuman

masyarakat umum. Lebih dari 4 triliun cangkir kopi dikonsumsi setiap tahunnya. Bahkan

kopi telah menjadi komoditas perdagangan terbesar kedua setelah minyak. Konsumsi kopi

di negara – negara eksportir dari tahun ke tahun memiliki rata - rata 24.630 ribu bag (1 bag

setara dengan 60 kg), sedangkan di Indonesia sendiri mengkonsumsi rata – rata tiap

tahunnya 2.045 ribu bag dan didominasi oleh kopi robusta. Tingginya tingkat permintaan

terhadap produk kopi yang menjadi dasar untuk memilih kopi sebagai produk agroindustri

dan merupakan peluang bisnis yang baik di masa mendatang di Indonesia yang memiliki

potensi alam yang memadai untuk memproduksi kopi.

Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari Famili Rubiaceae. Genus kopi ini

memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai

ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika.

(Gambar 1. Perbandingan antara Kopi Arabika dan Kopi Robusta)

Page 2: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Kopi Arabika (Coffea arabica)

Arabika (Coffea arabica) diduga pertama kali diklasifikasikan oleh seorang

ilmuan Swedia bernama Carl Linnaeus (Carl von Linné) pada tahun 1753. Jenis Kopi yang

memiliki kandungan kafein sebasar 0.8-1.4% ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia.

Arabika atau Coffea arabica merupakan Spesies kopi pertama yang ditemukan dan

dibudidayakan manusia hingga sekarang. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700-

1700 m dpldengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut.

Jenis kopi arabika sangat rentan terhadap serangan penyakit karat daun Hemileia

vastatrix (HV), terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga

dari segi perawatan dan pembudayaan kopi arabika memang butuh perhatian lebih

dibanding kopi Robusta atau jenis kopi lainnya. Kopi arabika saat ini telah menguasai

sebagian besar pasar kopi dunia dan harganya jauh lebih tinggi daripada jenis kopi lainnya.

Di Indonesia kita dapat menemukan sebagian besar perkebunan kopi arabika di daerah

pegunungan toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa. Beberapa

varietas kopi arabika memang sedang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain kopi

arabica jenis Abesinia, arabika jenis Pasumah, Marago, Typica dan kopi arabika Congensis.

Kopi Robusta

Merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama coffea canephora. Tumbuh baik

di ketinggian 400-700 m dpl, temperatur 21-24° C dengan bulan kering 3-4 bulan secara

berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan

Liberika.

Mutu Kopi

STANDAR NASIONAL INDONESIA UNTUK KOPI BIJI Indonesia telah

menerapkan standar ekspor kopi biji  berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak tahun 1990

menggantikan sistem Triase (Bobot per Bobot). Standar mutu kopi biji yang berlaku saat ini

adalah Standar Nasional Indonesia nomor 01-2907-2008 Kopi Biji, hasil dari beberapa kali

revisi , disamping dengan mempertimbangkan perkembangan pasar global dan

persyaratan internasional juga memperhatikan sebagian Resolusi ICO (International

Coffee Organization) No: 407 tentang “ Coffee Quality Improvement Program”.

SYARAT MUTU UMUM Kadar air kopi biji tidak lagi dibedakan berdasarkan jenis

pengolahan (pengolahan basah dan kering) tetapi sama- sama maksimum 12,5 %. 

Persyaratan lain tetap sama seperti standar sebelumnya yakni  : 

Page 3: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

No Kriteria Persyaratan

1 Serangga Hidup Tidak ada

2 Biji berbau busuk dan atau berbau kapang Tidak ada

3 Kadar air (b/b) Maks 12,5 %

4 Kadar kotoran b/b Maks 0,5 %

SYARAT MUTU KHUSUS Berdasarkan Ukuran Biji. Kriteria ukuran biji sama -sama

dengan menggunakan ukuran lubang bulat untuk semua jenis kopi biji dan berdasarkan

prosesnya. Namun untuk lolos ayakan untuk Robusta dibedakan berdasarkan proses

pengolahannya (proses basah dan kering).

Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan kering

Ukuran Kriteria Persyaratan

Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (sieve No. 16) Maks lolos 5 %

Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan

berdiameter 3,5 mm (sieve no: 9 )

Maks lolos 5 %

Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan basah.

Ukuran Kriteria >Persyaratan

Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 7,5 mm (sieve no.19) Maks lolos 5 %

Sedang Lolos ayakan dimater 7,5 mm, tidak lolos ayakan

berdiameter 6,5 mm (sieve no.16)

Maks lolos 5 %

Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan

berdiameter 5,5 mm (sieve no 14)

Maks lolos 5 %

Page 4: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Syarat mutu khusus kopi Arabika

Ukuran Kriteria Persyaratan

Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm (sieve No. 16) Maks lolos 5 %

Sedang Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos ayakan

berdiameter 6 mm (sieve No. 15)

Maks lolos 5 %

Kecil Lolos ayakan diameter 6 mm, tidak lolos ayakan berdiameter

5 mm (sieve no. 13)

Maks lolos 5 %

Berdasarkan sistem nilai cacat

Mutu Persyaratan

Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11

Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25

Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44

Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60

Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80

Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150

Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

Catatan: untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4 a dan 4 b. Secara

umum kopi arabika Indonesia diekspor dalam bentuk mutu 1, sedangkan kopi robusta

sekitar 60 % diekspor dalam mutu 4, sekitar 30 % diekspor dalam mutu 5 dan mutu 6,

serta sekitar 10 % diekspor dalam mutu 1 dan mutu 2.

Sedangkan untuk penentuan besarnya nilai cacat biji kopi didasarkan atas :

NoJenis CacatNilai Cacat

1 1 (satu) biji hitam 1 (satu)

2 1 (satu) biji hitam sebagian 1/2 (setengah).

3 1 (satu) biji hitam pecah 1/2 (setengah).

4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu)

5 1 (satu) biji coklat 1/4 (seperempat)

Page 5: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu)

7 1 (satu)  kulit kopi ukuran sedang 1/2 (setengah).

8 1 (satu)  kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima)

9 1 (satu) biji berkulit tanduk 1/2 (setengah).

10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar 1/2 (setengah).

11 1 (satu)  kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima)

12 1 (satu)  kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh)

13 1 (satu) biji pecah 1/5 (seperlima)

14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima)

15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh)

16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima)

17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh)

18 1 (satu)  ranting, tanah atau batu berukuran besar 5 (lima)

19 1 (satu)  ranting, tanah atau batu berukuran sedang 2 (dua)

20 1 (satu)  ranting, tanah atau batu berukuran kecil 1 (satu)

Catatan: Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 gr. Jika satu biji kopi

mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan

pada bobot nilai cacat terbesar.

Luas Area Produksi

Luas areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta hektar. Dari luas

areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik

perkebunan swasta dan Pemerintah (PTP Nusantara). Oleh karena itu, produksi kopi

Indonesia sangat tergantung oleh perkebunan rakyat. Dari luas areal perkebunan kopi,

luas areal yang menghasilkan (produktif) mencapai 920 hektar (sekitar 77%). Luas areal

perkebunan kopi, dari tahun ke tahun semenjak tahun 1960 terus menunjukkan

peningkatan khususnya pada perkebunan kopi rakyat. Sebaliknya pada perkebunan

swasta dan perkebunan negara tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Produksi

kopi Indonesia dalam tahun 2012 mencapai 750.000 ton. Peningkatan tersebut disebabkan

Page 6: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

karena cuaca yang mendukung untuk pembungaan dan pembentukan buah kopi.

Pengaruh cuaca merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi

kopi nasional.

Secara komersial ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu kopi arabika

dan kopi robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan berbuah optimal pada

ketinggian diatas 1.000 m diatas permukaan laut, sedangkan kopi robusta pada ketinggian

400 – 800 m diatas permukaan laut. Mengingat di Indonesia lahan dengan ketinggian

diatas 1.000 m diatas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka perkembangan

tanaman kopi arabika terbatas. Dari total produksi kopi 750.000 ton tahun 2012, kopi

arabika menghasilkan hampir 150.000 ton dari luas areal 250.000 hektar, sedangkan kopi

robusta menghasilkan 600.000 ton dari luas areal 1,05 juta hektar.

2. Potensi Pasar

Produksi Kopi dunia tahun 2012 menurut International Coffee Organization (ICO)

mencapai 134,39 juta bag atau 8,06 juta ton. Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar

ketiga setelah Brazil, Vietnam  dan diikuti oleh Columbia yang membayangi pada posisi

keempat. Total ekspor kopi (biji dan olahannya) tahun 2012 sebesar 433,6 ribu ton dengan

nilai US$ 814,3 juta yang dipasarkan ke-65 negara tujuan ekspor. Sepuluh negara tujuan

ekspor utama adalah Jerman, Amerika Serikat (AS), Jepang,  Italia,  Malaysia, Inggris,

Belgia, Mesir, Algeria dan Rusia. Korea Utara, Laos, Kiribati merupakan merupakan pasar

baru bagi kopi Indonesia pada tahun 2012.

Pangsa Pasar Ekspor Kopi Indonesia, Brazil dan Vietnam di Negara Eropa

Bila ditinjau dari pangsa pasar kopi Indonesia atas dasar volume di negara tujuan

utama, untuk pasar Jerman, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke lima  atau 5,70 %

Page 7: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

dari total impor Jerman dari dunia sebesar  1.150,5 ribu ton. Pemasok yang mengungguli

Indonesia untuk  pasar Jerman adalah Brazil, Vietnam, Peru dan Honduras. Untuk pasar

AS, Indonesia menempati urutan terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, Columbia

dengan pangsa pasar 6,03 % dari total impor AS. Untuk pasar Jepang pemasok utama

terbesar adalah Brazil dengan pangsa pasar 29,76%, sedangkan Indonesia menempati

posisi ke tiga setelah Brazil dan Columbia dengan pangsa pasar 14,22 % dari total impor

Jepang. Untuk Pasar Italia, kopi Brazil dan Vietnam  mendapat pangsa pasar masing

masing sebesar 33,15% dan 18,87% dari total impor Italia dan  Indonesia tidak ternasuk

lima besar.

Untuk pasar Malaysia, Indonessia memasok 44,68 % dari total impor Malaysia,

sekaligus menempati posisi kedua setelah Vietnam, sedangkan untuk pasar Inggris,

Indonesia menempati posisi kedua setelah Vietnam dengan pangsa pasar 13,93 %.

Eksportir terbesar dunia (atas dasar nilai)  tahun 2012 adalah Brazil, dengan nilai ekspor

USD 5.203,3 juta dengan volume  1.795,2 ribu ton diikuti  oleh Jerman, Columbia, Swiss dan

Belgia. Dari posisi tersebut dapat dilihat bahwa pemain pasar kopi dunia tidak serta merta

produsen utama. Dua negara (Brazil dan Columbia yang merupakan produsen kopi dunia,

sedangkan  Jerman, Swiss dan Belgia  bukan produsen kopi dunia, namun memanfaatkan 

nilai tambah dari kopi. Indonesia sebagai produsen kopi sedang berupaya untuk 

memanfaatkan  nilai tambah dari kopi, dengan mengembangkan kopi organik, kopi spesialty

termasuk mengembangkan kopi besertifikat Indikasi Georafis, seperti Kopi Kintamani (Bali),

Kopi Gayo (Aceh) dan Kopi Arabikan Flores Bajawa (NTT). Kita berharap di masa yang

akan datang Indonesia dapat lebih menikmati nilai tambah dari kopi dan meningkatkan

perannya di pasar internasional. (Sumber ICO, UN Comtrade, BPS.).

Page 8: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia

Perbandingan Produktivitas Kopi Indonesia, Brazil dan Vietnam

3. Bahan Baku

Budidaya Kopi

1. Pembibitan tanaman

Lubang untuk tanaman kopi dapat dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm dengan jarak

tanam 2,5x2,5 m tergantuk letak dan keadaan kebun. Kebutuhan bibit yaitu berkisar antara

Page 9: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

1600-2.00 ton/ha dengan pembukaan atau persiapan lahan minimal 8 bulan. Pohon-pohon

peneduh seperti dadap, lamtoro, perlu disiapkan sebelum penanaman kopi dan sangat

dianjurkan ditanam sekurangnya setahu sebelum penanaman kopi. Penanaman bibit

sebaiknya dilakukan setelah 6-8 bulan umur bibit tanaman dan dianjurkan pada awal musim

hujan, agar terjamin tanaman tidak akan dihadapkan pada kekeringan.

2. Penanaman dan Pemeliharan tanaman

Dalam memilih penanaman bibit kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain

produktivitas, kualitas (aroma dan rasa amat berpengaruh terutama pada jenis Arabika) dan

ketahanan terhadap gangguan hama/penyakit Pupuk yang digunakan pada umumnya harus

mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak

dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di

pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan

KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk

majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung

unsur NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi

sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.

Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim

hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari

permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang

hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama).

3. Pola Produksi Kopi

1. Periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Selama 3 tahun pertama, tanaman kopi biasanya belum menghasilkan atau dikenal

sebagai periode TBM. Tanaman baru menghasilkan biasanya pada tahun ke empat dan

diperkirakan dapat berumur sampai 30 tahun apabila dirawat dengan baik.

2. Periode Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman kopi termasuk apa yang dinamakan "tanaman hari pendek" (short day

plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal bunga dalam periode hari pendek (yang

dimaksud dengan hari pendek adalah siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam). Pola

panen tanaman ini di Indonesia dapat dilihat pada masa panen.

3. Pola Panen

Pola panen tanaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain cuaca, musim

dan terutama curah hujan. Masa panen di daerah basah dimana hujan turun sepanjang

Page 10: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

tahun biasanya lebih lama, dibandingkan masa panen di daerah kering yang produksi

tertinggi pada masa puncak panen.

4. Fluktuasi Panen

Tanaman kopi termasuk tanaman yang mengalami satu kali masa panen selama dua

tahun. Penurunan produksi tanaman ini yang merupakan konsekuensi sifat alaminya dapat

mencapai 20 hingga 60 %, tergantung pada kondisi kesehatan tanaman tersebut. Dengan

fenomena seperti ini, jika kita ingin membandingkan produktifitasnya dari satu masa panen

ke masa panen yang lain, maka harus diambil tiap 2 tahun, sebagai contoh,

membandingkan produksi panen pada tahun ke-4 dengan tahun ke-6, dan bukan

membandingkannya dengan tahun ke-5. Dengan metode ini kita mendapatkan produksi

rata-rata per dua tahun, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesimpulan yang

menyesatkan.

Page 11: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

5. Proses Produksi

Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam proses, antara lain:

(Gambar 2. Diagram Alir Proses Pengolahan Biji Kopi)

1. Proses kering

Proses kering amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah dipetik,

kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10 sampai 15 hari. Baru setelah itu

kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi Arabika dari Brazil melalui proses kering, dan

kualitasnya tetap bagus karena kopi yang dipetik biasanya yang telah betul-betul matang

(berwarna merah).

2. Proses basah

Pada proses basah diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji kopi

yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan oleh perkebunan besar

dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik yang cakap sehingga mereka tidak

tergantung pada cahaya matahari untuk mengeringkan kopi tersebut.

Rendemen dan Faktor Kritis

1. Rendemen biji kopi.

Page 12: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Rendemen biji kopi menurut jenisnya adalah Arabika: 16-18 % dan Robusta: 20-

30 %. Ini berarti bahwa setiap 100 kg biji kopi segar, untuk kopi Arabika akan menghasilkan

16-18 kilogram kopi (dengan kandungan air 12%), sedangkan untuk kopi Robusta, akan

menghasilkan sekitar 20-30 kilogram kopi.

2. Faktor Kritis.

Ukuran biji kopi merupakan salah satu elemen penting dari kualitasnya yang

berpengaruh pada harga jual kopi tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran biji

tersebut antara lain varietas tanaman yang ditanam, cuaca, ketinggian daerah tanam,

kesuburan tanah, dan sistem pemotongan saat panen.

Perkembangan Produksi Kopi Indonesia, Brazil dan Vietnam

4. Pemasaran

Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi

kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi

Indonesia dengan USA, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama.

Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia,

pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi arabika Sumatera,

sedangkan pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) merupakan pintu gerbang kopi arabika

dan robusta yang dihasilkan dari jawa Timur dan wilayah Indonesia bagian timur.

Page 13: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Permintaan akan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat mengingat kopi

robusta Indonesia mempunyai keunggulan karena body yang dikandungnya cukup kuat,

sedangkan kopi arabika yang dihasilkan oleh berbagai daerah di Indonesia mempunyai

karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.

5. Konsep Agrowisata

Perkebunan kopi dapat dijadikan salah satu alternatif wisata yang berbasis

keindahan alam. Perkebunan kopi biasanya terletak di wilayah yang luas dan di kelola rapi

sehingga mempunyai kesan eksotis dan alami. Secara konseptual, pemanfaatan

perkebunan kopi menjadi agrowisata mendukung green campaign yang menjadi perhatian

perkembangan dunia. Pemanfaatan perkebunan kopi menjadi agrowisata dapat di mulai

pada penataan wilayah tanam kopi yang mempunyai seni yang indah. Setelah itu,

pembuatan fasilitas-fasilitas pendukung yang menambah nilai wisata dari perkebunan kopi

tersebut. Salah satu contoh perkebunan kopi yang tertata rapi dan dimanfaatkan sebagai

agrowisata adalah perkebunan kopi Jolong Pati :

6. Kebijakan Pemerintah dan Kelembagaan

Secara umum kelembagaan dari eksportir kopi di Indonesia di satukan pada Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia. AEKI menjadi penghubung antara petani kopi di Indonesia dengan

dunia ekspor kopi. Salah satu komoditas dari ekspor kopi Indonesia adalah kopi Toraja.

Untuk mengenal lebih dalam AEKI dapat di baca berikut :

Visi dan Misi

1. AEKI adalah wadah seluruh perusahaan eksportir, perusahaan industri pengolahan

kopi dan perusahaan dibidang perkopian Indonesia lainnya yang berasaskan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. AEKI tidak terikat dan mengikatkan diri pada partai atau golongan politik apapun.

Tujuan Asosiasi

Page 14: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Tujuan AEKI adalah mewujudkan masyarakat perkopian yang sejahtera, tangguh

dan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan perekonomian nasional.

  Tugas Utama Asosiasi

1. Mengarahkan anggota menjadi profesional dan memiliki citra yang baik

2. Memberikan perlindungan dan memperjuangkan kepentingan anggota

3. Membantu upaya Pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

petani serta pelaku usaha lain dalam bidang perkopian.

4. Memberikan pendapat dan saran kepada Pemerintah dan Lembaga lain dalam

pengambilan keputusan terhadap kebijakan perkopian nasional

5. Menjaln dan membina kerjasama dengan instansi/lembaga terkait dibidang

perkopian baik di dalam maupun di luar negeri.

(Gambar Website AEKI)

Struktur Organisasi AEKI

Page 15: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

AEKI memiliki beberapa agenda rapat, antara lain :

1. Rapat Umum Anggota (RUA)

Rapat Umum Anggota merupakan pemegang kekuasan tertinggi dari Asosiasi.

Rapat Umum Anggota diadakan sekali dalam waktu lima tahun sesuai dengan

masa  bhakti kepengurusan .

2. Dewan Pleno

Dewan Pleno terdiri dari:  Badan Pengurus Pusat dan  Badan Pengurus Daerah

yang diwakili oleh Ketua dan seorang wakil Ketua atau yang diberi mandat secara

tertulis. Diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-

waktu jika diperlukan.

3. Badan Pengurus Pusat (BPP).

Badan Pengurus Pusat terdiri dari unsur Pimpinan yaitu: Ketua Umum, Wakil Ketua

Umum Wilayah I, Wakil Ketua Umum Wilayah II, dan Wakil Ketua Umum Wilayah

III, serta Kompartemen – kompartemen yang terdiri dari:

ñ         Kompartemen Hubungan Luar Negeri.

ñ         Kompartemen Promosi dan Pemasaran.

ñ         Kompartemen Industri dan Spesialti Kopi.

ñ         Kompartemen Produksi dan Mutu.

ñ         Kompartemen Orbin dan Hukum.

ñ         Kompartemen Administrasi dan Keuangan.

4. Rapat Umum Anggota (RUA) Daerah.

Rapat Umum Anggota merupakan pemegang kekuasan tertinggi di Daerah.

Page 16: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Rapat Umum Anggota diadakan sekali dalam waktu lima tahun sesuai dengan

masa  bhakti kepengurusan .

5. Badan Pengurus Daerah Lengkap.

Badan Pengurus Daerah Lengkap terdiri dari: Ketua BPD, Wakil-wakil Ketua BPD,

Ketua – Ketua kompartemen, Wakil-wakil Ketua Kompartemen serta Anggota -

anggota Kompartemen. Diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun

dan sewaktu-waktu jika diperlukan.

6. Badan Pengurus Daerah (BPD).

Badan Pengurus Daerah adalah Pengurus Asosiasi yang dibentuk ditingkat

Propinsi. Badan Pengurus Daerah terdiri dari ketua dibantu oleh wakil-wakil ketua

dan Kompartemen-kompartemen sesuai kebutuhan dengan merujuk pada BPP

AEKI

Sedangkan kebijakan yang berlaku di Indonesia tentang ekspor kopi dapat di baca

pada berikut :

KEBIJAKAN PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR 

(Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/20/PBI/2011)

1. Mengapa diperlukan kebijakan penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)?

o Tidak seluruh DHE masuk ke dalam negeri sehingga pasar valuta asing domestik

mengalami kondisi kekurangan pasokan valas.

o Kekurangan pasokan valas tersebut dipenuhi oleh modal asing jangka pendek (hot

money) yang rentan terhadap pembalikan (sudden capital reversal) sehingga

berpotensi mengganggu kestabilan rupiah.

2. Apa manfaat dari kebijakan DHE tersebut?

o Memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dengan meningkatkan kesinambungan

pasokan valuta asing serta mengurangi ketergantungan pada dana asing jangka

pendek.

o Meningkatkan aktivitas pasar valuta asing dan pengembangan pasar uang di dalam

negeri.

o Memperkuat stabilitas makro ekonomi dan sumber pembiayaan ekonomi.

3. Bagaimana bentuk pelaksanaan kebijakan DHE tersebut?

o Kebijakan berlaku efektif untuk ekspor dengan dokumen Pemberitahuan Ekspor 

Barang (PEB) yang diterbitkan mulai tanggal 2 Januari 2012

Page 17: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

o Seluruh DHE wajib diterima oleh Eksportir melalui Bank Devisa dalam negeri

selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal PEB

o Untuk transaksi ekspor dengan cara pembayaran usance L/C, konsinyasi,

pembayaran kemudian (open account), collection yang jatuh temponya ≥ 90 hari,

penerimaan DHE melalui Bank Devisa dalam negeri selambat-lambatnya 14 (empat

belas) hari setelah tanggal jatuh tmepo pembayaran.

o DHE tidak wajib disimpan di Bank Devisa dalam negeri untuk jangka waktu tertentu.

o DHE tidak wajib dikonversi ke dalam mata uang rupiah

o Ketentuan peralihan selam tahun 2012, batas waktu penerimaan DHE di Bank Devis

dalam negeri paling lama 6 (enam) blan setelah tanggal PEB

4. Bagaiman mekanisme pemantauan penerimaan DHE oleh Bank Indonesia?

Pemantauan penerimaan DHE dilakukan oleh Bank Indonesia melalui dua sumber

data:

Berdasarkan data PEB yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bea Cukai.

Berdasarkan data penerimaan DHE yang diperoleh dari laporan Rincian Transaksi

Ekspor (RTE) Bank Devisa dalam negeri.

Informasi DHE yang diperoloeh dari laporan RTE dan dat PEB yang diperoleh dari

Bea Cukai akan dicocokkan dengan menggunakan Sandi Kantor Pabean, Nomor

Pendaftaran PEB, dan tanggal Pendaftaran PEB sebagai nomor identifikasi.

5. Bagaimana mekanisme pelaporan Rincian Transaksi Ekspor(RTE) oleh Eksportir

kepada Bank Devisa dalam negeri?

Bank Devisa dalam negeri akan mengirimkan laporan RTE (soft copy) yag memuat

daftar transaksi penerimaan DHE kepada Eksportir untuk dilengkapi dengan informasi

yang dibutuhkan.

Eksportir melengkapi lap[oran RTE yang diberikan bank, dengan mencantumkan

Sandi Kantor Pabean, Nomor Pendaftaran PEB, Tanggal Pendaftaran PEB, Nilai DHE,

Nilai PEB, Sandi Keterangan, serta dilengkapi Dokumen Pendukung.

Dokumen pendukung diperlukan terutama untuk transaksi ekspor dengan uang muka

(advance payment), Nilai DHE kurang dari Nilai PEB dan/atau DHE diterima melewati

batas waktu yang ditetapkan.

Eksportir mengirimkan Laporan RTE (soft copy) yag telah dilengkapi dengan dokumen

pendukung kepada Bank Devisa dalam negeri.

Eksportir harus menyampaikan informasi tersebut di atas dalam format laporan RTE

paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah penerimaan DHE.

Page 18: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Eksportir harus menyampaikan dokumen pendukung kepada Bank Devisa dalam

negeri selambat-lambatnya.

14 (empat belas) hari setelah tanggal PEB untuk ekspor yang akan diterima melewati

batas waktu yang ditetapkan.

Tanggal 5 bulan berikutnya untk penerimaan Nilai DHE kurang dari Nilai PEB karena

maklon, jasa perbaikan, operational/financial leasing.

90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal PEB atau 14 (empat belas) hari setelah

tanggal jatuh tempo pembayaran, untuk kondisi importir wanprestasi, pailit atau force

majeure.

6. Apa sanksi atas ketidaktapatuhan terhadap ketentuan DHE?

Sanksi dendan sebesar 0.5% dari DHE yang belum diterima melalui Bank Devisa

dalam negeri (minimum Rp. 10 juta, maksimum Rp. 100 juta), yang disetor ke Kas

Negara.

Sanksi administratif pemberatan berupa penangguhan pelayanan ekspor di Bea Cukai

bagi Eksportir bersangkutan.

Untuk peraturan pemerintah yang berlaku di Indonesia menggunakan Peraturan

Kementrian Dalam Negeri NOMOR: 10/M-DAG/PER/5/2011

International Coffee Organization (ICO)

International Coffee Organization (ICO)/Organisasi Kopi Internasional didirikan pada

tahun 1963 ketika Kesepakatan Kopi Internasional Pertama berlaku untuk jangka waktu 5

tahun (1962 – 1967) , Sejak itu perundingan Kesepakatan Kopi Internasional berturut-turut

dilakukan dan menghasilkan Kesepakatan tahun 1968 (dengan perpanjangan selama dua

kali), Kesepakatan 1976, Kersepakatan 1983 ( dan empat kali perpanjangannya) ,

Kesepakatan tahun 1994 (dengan satu kali perpanjangan) yang disetujui Dewan untuk

jangka waktu 5 tahun mulai 1 Oktober 1994 dan terakhir , Kesepakatan tahun 2001.

Organisasi ini di bawah naungan PBB.

Kesepakatan tahun 1962 dirundingkan di New York pada konperensi yang diadakan

dengan bantuan PBB. Berturut-turut Kesepakatan tahun 1968, 1976, 1983 dan 1994

dirundingkan pada Kontor Pusat Organisasi Kopi Internasional di London, Inggris seperti

juga Kesepakatan baru tahun 2001.

TUJUAN

Organisasi kopi internasional mempunyai tujuan sebagai berikut :

Mempromosikan kerjasama internasional dalam bidang perkopian;

Page 19: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Menyediakan suatu forum konsultasi antar pemerintah, dan negosiasi apabila

diperlukan, tentang masalah perkopian dan cara untuk mencapai keseimbangan

yang layak antara penawaran dan permintaan dunia atas dasar yang menjamin

penawaran kopi yang memadai pada harga yang wajar bagi para konsumen dan

pasar-pasar kopi dengan harga yang menguntungkan bagi para produsen, dan

yang akan mendukung keseimbangan jangka panjang antara produksi dan

konsumsi;

Menyediakan suatu forum konsultasi tentang permasalahan kopi dengan sektor

swasta;

Memfasilitasi perluasan dan transparansi perdagangan kopi internasional;

Bertindak sebagai suatu pusat untuk melakukan pengumpulan dan analisa serta

penyebaran dan publikasi informasi ekonomi dan teknik, data statistik dan hasil-

hasil studi, penelitian dan pengembangan bidang perkopian;

Mendorong Anggota untuk mengembangkan ekonomi perkopian yang

berkesinambungan;

Mempromosikan, mendorong dan meningkatkan konsumsi kopi;

Menganalisa dan memberikan saran dalam persiapan proyek-proyek yang

memberikan manfaat bagi ekonomi perkopian dunia

Mempromosikan kualitas kopi dan;

Mempromosikan pelatihan dan program-program informasi yang dirancang untuk

membantu alih teknologi yang berkaitan dengan bidang perkopian kepada para

Anggota.

Dalam perjanjian ini yang dimaksud kopi adalah biji dan buah dari pohon kopi,

baik buah kopi yang masih berkulit, kopi hijau atau kopi panggang dan termasuk kopi

bubuk, kopi tanpa kafein, kopi cair dan kopi solube.

KEANGGOTAAN ICO

Ada tiga macam keanggotaan dari negara-negara yang menandatangani perjanjian ini.

Pertama, Keanggotaan Organisasi, yaitu semua pihak yang menandatangani perjanjian ini,

bersama-sama dengan wilayahnya untuk mana Perjanjian ini diperluas sesuai ketentuan-

ketentuan pasal 48, harus merupakan Anggota Tunggal dari Organisasi. Anggota ini dapat

merubah kategori keanggotaannya dengan persyaratan yang disetujui oleh Dewan; Kedua,

Keanggotaan yang terpisah bagi wilayah-wilayah tertentu, yaitu merupakan importir netto

kopi; Ketiga, Keanggotaan Kelompok, yaitu kelompok yang merupakan eksportir netto kopi.

Page 20: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

KEDUDUKAN DAN STRUKTUR ICO

Organisasi Perkopian Internasional yang didirikan berdasarkan Perjanjian Kopi

Internasional 1962 harus tetap ada untuk mengatur ketentuan-ketentuan dan mengawasi

pelaksanaan Perjanjian ini. Kedudukan Organisasi ini harus di London kecuali jika Dewan

dengan suara mayoritas dua per tiga memutuskan lain. Secara struktural organisasi harus

bekerja melalui Dewan Kopi Internasional dan Badan Eksekutif, dan akan dibantu oleh

Konperensi Kopi Dunia, Badan Konsultatif Sektor Swasta. Komite Promosi dan Komite-

Komite khusus sesuai keperluan

PELAKSANAAN

Negara-negara Anggota mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

memungkinkan mereka memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini dan

sepenuhnya bekerjasama satu sama lain untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan

Perjanjian. Negara Anggota terutama melaksanakan penyediaan semua informasi yang

diperlukan dalam rangka memudahkan berlakunya Perjanjian.

Surat Keterangan Asal merupakan sumber informasi yang penting dalam

perdagangan kopi. Oleh karena itu, Anggota Pengekspor bertanggung jawab untuk

menjamin penerbitan dan penggunaan Surat Keterangan Asal berdasarkan peraturan-

peraturan yang ditetapkan oleh Dewan. Negara Anggota juga mengakui pentingnya

informasi tentang re-ekspor untuk menganalisa secara tepat perekonomian kopi dunia. Oleh

karena itu, negara Anggota Pengimpor harus menyampaikan informasi mengenai re-ekspor

secara tepat dan teratur, dalam bentuk dan cara yang telah ditentukan oleh Dewan.

DEWAN PERKOPIAN INTERNASIONAL

1. Susunan Dewan Kopi Internasional

Kekuasaan tertinggi Organisasi berada pada Dewan Kopi Internasional, yang

terdiri dari semua Anggota Organisasi. Setiap Anggota harus menunjuk satu wakil

di Dewan dan,jika diinginkan, satu atau lebih pengganti. Anggota dapat juga

menunjuk satu atau lebih penasehat untuk wakil atau penggantinya.

2. Kewenangan dan Fungsi Dewan

Kewenangan yang secara khusus diberikan oleh Perjanjian ini harus

ditetapkan dalam Dewan, yang akan memiliki kewenangan dan menjalankan

pekerjaan yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan Perjanjian ini.

Page 21: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

Dewan akan mendelegasikan kepada Ketua Dewan, dengan dibantu

Sekretariat, tugas untuk memperoleh kepastian mengenai keabsahan dari

berbagai komunikasi tertulis berkenaan dengan ketentuan-ketentuan. Ketua harus

menyerahkan laporannya kepada Dewan.

Dewan dapat membentuk komite-komite atau kelompok-kelompok kerja, jika

dianggap perlu.

3. Sidang-Sidang Dewan

Sesuai dengan ketentuan umum, Dewan harus menyelenggarakan sidang

tetap dua kali dalam setahun. Dewan dapat menyelenggarakan sidang khusus,

atas permintaan Badan Eksekutuf, atau setiap lima anggota atau anggota yang

yang memiliki sekurang-kurangnya 200 suara.

Sidang harus diselenggarakan di tempat kedudukan Organisasi, kecuali jika

Dewan memutuskan lain berdasarkan dua per tiga suara mayoritas yang

diberikan. Kuorum yang diperlukan untuk sidang Dewan yang akan mengambil

keputusan-keputusan harus dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota pengekspor

dan pengimpor yang mewakili sekurang-kurangnya dua per tiga suara.

BADAN EKSEKUTIF

Badan Eksekutif terdiri dari delapan Anggota pengekspor dan delapan Anggota

pengimpor yang dipilih setiap tahun kopi. Badan Eksekutif bertangguang jawab kepada dan

bekerja berdasarkan petunjuk umum Dewan. Dewan , dengan suara mayoritas tunggal dari

seluruh suara yang telah dibagikan, setiap saat dapat membatalkan wewenang yang telah

didelegasikan kepada Badan Eksekutif. Badan Eksekutif akan mempelajari Anggaran

Administratif yang disampaikan Eksekutif Direktur dan diajukan kepada Dewan disertai

rekomendasi untuk memperoleh persetujuan, mempelajari dengan seksama rencana kerja

tahunan Organisasi,memutuskan masalah-masalah administrasi dan keuangan yang

berkaitan dengan kegiatan Organisasi. Badan Eksekutif dapat membentuk kelompok-

kelompok kerja, bila dianggap perlu.

BADAN KONSULTATIF SEKTOR SWASTA

Badan Konsultatif Sektor Swasta merupakan suatu badan konsultasi yang membuat

rekomendasi atas setiap konsultasi yang disampaikan oleh Dewan dan dapat mengundang

Dewan untuk memberikan pertimbangkan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan

Perjanjian.

Page 22: Sistem Produksi Hasil Perkebunan Dan Kehutanan (1)

(Gambar xx Website International Coffe Organitation)