sistem pengupahan outsourcing pada pt. permata...

97
SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA INDONESIA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Oleh: Rudi Sugiarto 107046101959 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010 i

Upload: vuongxuyen

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Oleh:

Rudi Sugiarto 107046101959

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431/2010

i

Page 2: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah
Page 3: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah
Page 4: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah
Page 5: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur selayaknya hanya kita panjatkan kehadirat Rabb Semesta

Alam, sumber segala ilmu pengetahuan, Allah SWT, atas segala limpahan karunia

dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah kepada penulis,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Sistem

Pengupahan Outsourcing Pada PT. Permata Indonesia Perspektif Ekonomi

Islam”

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi dan Rasul Muhammad

SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan seluruh umatnya yang

senantiasa mengikuti ajarannya.

Dibalik terselesaikannya skripsi ini, tentunya tidak lepas berkat pertolongan

Allah SWT yang juga diberikan melalui hamba-hambanya yang Insya Allah akan

mendapat ganjaran yang lebih utama dari-Nya, penulis hanya mampu mengucapkan

banyak-banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, selaku

Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Muamalat Ekonomi

v

Page 6: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Afifi Fauzi Abbas, MA, selaku dosen pembimbing atas segenap

waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga

akhir penulisan skripsi ini

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya

5. Segenap pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam

melengkapi literatur penelitian.

6. Segenap pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khusnya kepada Bapak H.

Abdullah Hamri, S.Ag, Bapak. Muhammad Zuhri, S.IP, Mas Farhan Mustafa,

SEI dan Iis Mulyadi atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.

7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, yang paling berjasa dan memiliki

pengaruh besar dalam proses kehidupan penulis. Dorongan berupa semangat

yang tertuang melalui doa, daya dan upaya selalu dicurahkan untuk penulis

8. Buat adik-adik saya tercinta, terimakasih atas doa dan sarannya. Semoga adik-

adiku menjadi anak yang solehah serta menjadi anak yang berbakti kepada

orang tua, agama dan negara.

vi

Page 7: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

vii

9. Kepada pihak PT. Permata Indonesia, khususnya kepada Ibu Betty Mariyani

dan Bpk. Slamet selaku pendamping lapangan yang dengan sangat ramah telah

membantu penulis dalam pengumpulan data

10. Kepada ustad Hamdan yang senantiasa memberikan arahan dan dorongan demi

terselesaikannya skripsi ini beserta temen-temen liqo, yaitu Adi Nugroho (FST),

Aip Hadifahma (FSH), Debi Agustinus/Deas (Psi), Ahmad Subri (FST), Ichsan

Rahman (FST), Zikri Ramadhan (FST), Abdul Salam (FEIS), Fajar Lahmudin

(FST) dan Musthofa (FITK) yang senantiasa menyemangati penulis.

11. Kepada Indra Azhar Liqoh, S.E. Sy yang telah membantu penulis dalam

mencarikan objek penelitian

12. Buat sahabat-sahabatku yang baik jurusan muamalah khususnya kelas PS D

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita terus

terjalin sampai akhir nanti.

Akhir kata, penulis sadar tentu banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan

pada skripsi ini. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritiknya dari semua pihak

yang membaca skripsi ini karena hanya Tuhanlah yang Maha Benar dan Maha

Sempurna. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal

‘alamin.

Ciputat, Syawal 1431 H September 2010 M

RUDI SUGIARTO

Page 8: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah 1

B. Identifikasi masalah 4

C. Pembatasan dan Perumusan masalah 5

D. Tujuan dan Manfaat penelitian 5

E. Review Studi Terdahulu 6

F. Objek penelitian 9

G. Metode penelitian 9

H. Sistematika penulisan 11

BAB II UPAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian upah perspektif ekonomi Islam 13

B. Landasan hukum upah perspektif ekonomi Islam 15

C. Rukun dan syarat upah (Ujrah) 18

viii

Page 9: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

ix

D. Berakhirnya akad Ujrah 20

E. Perbedaan tingkat upah 21

F. Hikmah Upah (Ujrah) 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN OUTSOURCING PT.

PERMATA INDONESIA

A. Sekilas tentang outsourcing 34

B. Gambaran umum PT. Permata Indonesia 51

C. Perjanjian Kerja Outsourcing pada PT. Permata Indonesia 59

D. Praktek Pengupahan Outsourcing Pada PT. Permata Indonesia 68

BAB IV ANALISIS PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA

INDONESIA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Kontrak Tenaga Kerja (Ijarah) Dalam Perspektif Ekonomi Islam 71

B. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Pengupahan PT. Permata

Indonesia 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 87

B. Saran-saran 88

Page 10: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

2

Untuk memenuhi kebutuhan SDM tersebut, maka perusahaan yang

membutuhkan tenaga kerja memanfaatkan lembaga outsourcing untuk merekrut

para tenaga kerja outsourcing.

Dalam pelaksanaannya, tenaga kerja outsourcing yang ditempatkan di

perusahaan pengguna jasa outsourcing secara aturan kerja dan disiplin kerja

harus mengikuti ketentuan yang berlaku di perusahaan dimana mereka

ditempatkan. Sehingga perusahaan pengguna jasa outsourcing tidak

bertanggung jawab terhadap kondisi buruh yang bekerja di perusahaannya.2

Hak yang diterima para pekerja outsourcing di perusahaan tempat mereka

bekerja tidak setara seperti yang diterima para pekerja tetap di perusahaan

tersebut. Padahal dalam bekerja mereka dituntut untuk melakukan hal yang

sama dengan pekerja tetap. Para pekerja outsourcing selalu kalah ketika

menghadapi perselisihan dengan perusahaan pengguna jasa. Sehingga kebijakan

dalam memahami hak pekerja outsourcing tampaknya belum terpenuhi.3

Kondisi ini diperparah oleh kapitalis global yang tanpa ampun dengan

jargon-jargon produktivitas, efisiensi dan kompetisinya mengharuskan mau

tidak mau agar sebuah perusahaan berkompetisi harus memiliki buruh dengan

2 Gindo N, “Praktek Outsourching Semakin Menggila”, Artikel di akses pada 16 oktober 2009

dari http://kpsmedan.org/index.php?option=com.

3 Zanikhan, “Praktek Outsourcing dan Perlindungan Hak-Hak Kerja”, artikel di akses pada 16 oktober 2009 pada http://zanikhan.multiply.com/profile.

Page 11: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

3

upah murah.4 Para tenaga kerja (buruh) tidak mendapat perlakuan dan porsi

yang layak sebagai manusia yang bermartabat dalam proses produksi dan

dinamika perekonomian. Mereka hanya dipandang sebagai alat produksi yang

hampir-hampir tak jauh berbeda dengan mesin produksi lainnya.5 Ketika para

buruh hanya memiliki sumber pendapatan berupa gaji (upah), maka pencapaian

kesejahteraan bergantung pada kemampuan gaji dalam memenuhi berbagai

kebutuhan hidupnya. Dalam kenyataanya, jumlah gaji relatif tetap, sementara

itu kebutuhan hidup selalu bertambah (adanya bencana, sakit, sekolah, tambah

anak, harga barang naik, listrik, telepon, biaya transportasi, dan lain-lain.). Hal

ini menyebabkan kualitas kesejahteraan rakyat (termasuk buruh) semakin

rendah.6 Ironis memang, disatu sisi perusahaan butuh SDM yang berkualitas

dan yang mempunyai etos kerja tinggi namun disisi lain mereka tidak

menghargai para pekerja.

Padahal Islam sangat memperhatikan nasib tenaga kerja (buruh).

Perhatikanlah bagaimana Islam menjadikannya sebagai kekasih Allah. Suatu

ketika, seorang buruh dari kalangan Anshar lewat dihadapan Rosululloh saw.

Lalu beliau saw melihat tangannya yang kasar, dan bertanya, “Apa ini yang

terjadi dengan tanganmu?” Ia menjawab, “Ini bekas sekop yang kugunakan

4 Anjar Priandoyo, ”Delapan Pertanyaan Tentang Outsourcing (tenaga kerja)”, artikel di akses pada 16 oktober 2009 pada http://priandoyo.wordpress.com

5 Eggi Sudjana, Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Kering (Jakarta: Persaudaraan Pekerja

Muslim Indonesia (PPMI), 2000), h.11. 6 Wisnu Sudibjo, “Syariat Islam Dalam Persoalan Tenaga Kerja” artikel diakses pada 16

oktober 2009 dari http://wisnusudibjo.wordpress.com

Page 12: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

4

untuk bekerja dan menafkahi keluargaku.” Spontan Rasulullah saw menggamit

tangan buruh itu, menciumnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi di hadapan

para sahabat beliau, sambil berkata, “Inilah tangan yang dicintai Allah!” Dalam

riwayat lain, beliau saw berkata, “Inilah tangan yang tidak akan disentuh api

neraka!”.7 Kisah tersebut menggambarkan bahwa Islam begitu menghargai dan

mengangkat derajat para tenaga kerja (buruh).

Masalah tenaga kerja (buruh) memang suatu masalah yang sangat kompleks

dan sangat urgen yang mesti dapat perhatian khusus, karena maju mundurnya

bisnis (perusahaan) pada khususnya dan perekonomian pada umumnya tidak

lepas dari peran para tenaga kerja (sumber daya manusia). Oleh sebab itu,

penulis mengangkatnya menjadi sebuah judul skripsi: Sistem Pengupahan

Outsourcing Pada PT. Permata Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi

Islam.

B. Identifikasi Masalah

Istilah outsourcing belakangan ini memang sering diperbincangkan oleh

berbagai kalangan, khususnya kaum buruh (tenaga kerja) yang menolaknya

dengan anggapan outsourcing merupakan wujud dari pengingkaran serta

penghilangan hak-hak dasar pekerja seperti hak dalam gaji (upah), perlindungan

kesehatan, perlindungan ekonomi serta perlindungan keselamatan kerja.

7 Baqir Sharif Qarashi, Hak dan Peran Pekerja Dalam Islam (Jakarta: Al-Huda, 2007), h. 235.

Page 13: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini pembahasan masalah dibatasi pada sistem pengupahan

outsourcing pada PT. Permata Indonesia dalam perspektif ekonomi Islam. Dari

batasan masalah tersebut, penulis membagi tiga pokok bahasan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana sistem pengupahan dalam ekonomi Islam?

2. Bagaimana sistem pengupahan outsourcing di PT. Permata Indonesia?

3. Bagaimanakah pandangan ekonomi Islam terhadap praktek pengupahan

outsourcing di PT. Permata Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui dan menjelaskan mengenai sistem pengupahan dalam

ekonomi Islam

b. Mengetahui dan menjelaskan sistem pengupahan outsourcing yang

diterapkan oleh PT. Permata Indonesia

c. Mengetahui dan menjelaskan pandangan ekonomi Islam terhadap sistem

pengupahan outsourcing pada PT. Permata Indonesia

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan pencerahan

dan daya guna bagi pihak-pihak yang berkaitan, yakni sebagai berikut:

Page 14: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

6

a. Bagi Mahasiswa

Menambah khasanah keilmuan demi meningkatkan kompetensi diri,

kecerdasan intelektual dan emosional serta mengetahui terkait sistem

pengupahan dalam praktek outsourcing.

b. Bagi Institusi

Memberikan sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada

pemerintah maupun lembaga yang terkait khususnya pada lembaga

outsourcing PT. Permata Indonesia agar dapat menerapkan sistem

pengupahan yang sesuai dengan aturan Islam.

c. Bagi Pihak Lain

Penulis berharap dengan adanya penulisan skripsi ini, dapat

memperkaya wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam bagi

masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai sumbang saran dan

masukan bagi lembaga-lembaga penyedia jasa layanan outsourcing

dalam menetapkan upah yang adil dan layak sehingga tidak ada unsur

kedzaliman.

E. Review Studi Terdahulu

Penelitian yang mengkaji masalah outsourcing belum begitu banyak. Seperti

halnya penelitian yang dilakukan oleh Moch. Syafi’i, mahasiswa Fakultas

Syari’ah dan Hukum jurusan perbankan syari’ah tahun 2008, membahas tentang

Page 15: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

7

“Outsourcing Tenaga Kerja Ditinjau Dari Perspektif Ijarah”. Permasalahan

yang dibahas dalam penelitiannya adalah:

1. Mengapa perusahaan sekarang menggunakan outsourcing?

2. Bagaimana hak-hak karyawan pada outsourcing?

3. Bagaimana bentuk kerjasama perusahaan outsourcing dengan perusahaan

pengguna jasa serta karyawan ditinjau dari perspektif Ijarah?

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan jenis data kualitatif. Data primernya adalah buku yang ditulis

oleh DR. Richardus Eko Indrajit dan Drs. Richardus Djokopranoto yang

berjudul proses bisnis outsourcing, Undang-Undang Dasar 1945, Al-Quran dan

Hadis sebagai dasar Ijarah. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa:

1. Alasan utama perusahaan melakukan outsourcing adalah untuk

memperkecil biaya produksi. Dengan biaya produksi yang semakin kecil

maka keuntungan akan menjadi lebih banyak. Alasan selanjutnya adalah

untuk meningkatkan fokus perusahaan yakni dengan memusatkan diri pada

masalah dan strategi utama perusahaan. Dengan demikian, perusahaan akan

mampu meningkatkan kompetensi utamanya, sebab hal-hal yang kecil yang

sering kali menghabiskan waktu dan manajer telah dialihkan pada

perusahaan yang lebih kompeten mengatasinya.

2. Hak-hak yang hendaknya diperoleh oleh karyawan adalah hak dalam gaji,

perlindungan kesehatan, perlindungan ekonomi serta perlindungan

keselamatan kerja. Namun pada outsourcing disebabkan berdasarkan upah

Page 16: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

8

minimum dengan standar yang rendah dan untuk perlindungan terhadap

karyawan banyak yang dikurangi bahkan karyawan outsorcing ketika di

PHK tidak mendapatkan uang pesangon. Alasannya karena karyawan

tersebut bukan karyawan tetap dan jangka waktu kerjanya adalah maksimal

dua tahun waktu kerja, yang akhirnya banyak sekali para karyawan yang

mendapat PHK tanpa ada perlindungan ekonomi secara utuh.

3. Sistem kerja sama pada outsourcing bisa digambarkan seperti Ijarah

parallel. Sebab ibaratnya perusahaan pengguna menyewa tenaga kerja dari

persahaan outsourcing. Sementara itu perusahaan outsourcing membayar

karyawan untuk bekerja pada perusahaan pengguna jasa outsourcing. Bisa

dikatakan bahwa sistem ini bentuknya adalah Ijarah, yang objeknya adalah

manfaat dan manusia. Manfaat dari manusia jika merujuk pada konsep

Ijarah maka manusia atau karyawan itu adalah milik perusahaan

outsourcing.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih fokus pada

sistem pengupahan outsourcing dalam prakteknya di lapangan dengan

menggunakan pandangan sistem pengupahan dalam ekonomi Islam. dalam

penelitian ini, penulis mengambil studi kasus di PT. Permata Indonesia. Analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif. Adapun tujuan diadakannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan sistem pengupahan

yang diterapkan oleh PT. Permata Indonesia terhadap para tenaga kerja

outsourcing.

Page 17: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

9

F. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah PT. Permata Indonesia

yang bertempat di Ruko Permata Plaza Blok B 1- 4 Jl. Raya kebayoran lama

No. 225 Jakarta

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Penelitian pustaka (library researceh), dalam hal ini penulis mengkaji

dan mempelajari berbagai bahan berupa buku seperti buku yang ditulis

oleh Ibtida Yasar yang berjudul Merancang Perjanjian Kerja

Outsourcing, surat kabar, hasil penelitian sebelumnya dan beberapa

artikel dari internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini

dilakukan untuk mendapat informasi dan landasan pemikiran secara

teoritis.

b. Penelitian lapangan (field researceh), dalam hal ini penulis melakukan

penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data terkait

praktek pengupahan outsourcing pada PT. Permata Indonesia

2. Jenis Sumber data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber

data, yaitu:

Page 18: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

10

a. Data primer, merupakan data dalam bentuk hasil rekaman wawancara

maupun bentuk lainnya yang diperoleh secara langsung dengan orang

atau pihak yang terkait, dalam hal ini PT. Permata Indonesia

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literature-literatur

kepustakaan seperti jurnal, makalah, paper, buku-buku, serta sumber

lainnya seperti surat kabar dan majalah yang berkaitan dengan topik

penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan adalah data deskriptif kualitatif, maka

dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif evaluatif,

untuk menggambarkan dan mengevaluasi tentang sistem upah karyawan

outsourcing di PT. Permata Indonesia ditinjau menurut Hukum Islam secara

objektif, kemudian ditarik suatu kesimpulan sehingga membentuk suatu

karya tulis yang mencerminkan satu kesatuan yang utuh dan diharapkan

setiap fakta yang ada bisa diterima secara logis dan secara ilmiah.

4. Pedoman Penulisan Laporan

Teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

Page 19: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

11

H. Sistematika Penulisan

Dalam membahas skripsi ini penulis membagi kedalam lima bab. Maka dari

itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I, PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait latar belakang

masalah, identifikasi masalah, selanjutnya pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) studi

terdahulu, objek penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II, UPAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan pengertian

upah perspektif ekonomi Islam, landasan hukum upah perspektif

ekonomi Islam, rukun dan syarat upah (Ujrah), berakhirnya akad

Ujrah, Perbedaan tingkat upah, hikmah sewa/upah (Ujrah)

BAB III, GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN OUTSOURCING PT.

PERMATA INDONESIA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan sekilas

tentang outsourcing dan gambaran umum PT. Permata Indonesia,

Perjanjian Kerja Outsourcing pada PT. Permata Indonesia dan Praktek

Pengupahan Outsourcing Pada PT. Permata Indonesia

Page 20: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

12

BAB IV, ANALISIS PRAKTEK PENGUPAHAN OUTSOURCING PT.

PERMATA INDONESIA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Berisi tentang analisis sistem kontrak tenaga kerja dalam perspektif

ekonomi Islam dan praktek pengupahan PT. Permata Indonesia

perspektif ekonomi Islam

BAB V, PENUTUP

Dalam bab terakhir ini penulis membuat kesimpulan dari uraian-uraian

juga penjelasan yang sudah disajikan pada bab-bab terdahulu dan

selanjutnya memberikan saran-saran yang dapat penulis sampaikan

yang sekiranya berguna dan bermanfaat bagi para pembaca dan kepada

PT. Permata Indonesia.

Page 21: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

14

Dalam kitab-kitab fiqh kata ujrah selalu diartikan sebagai sewa menyewa.

Sebenarnya antara sewa dan upah mempunyai perbedaan makna operasional,

sewa biasanya digunakan untuk benda, seperti, seorang mahasiswa menyewa

kamar untuk tempat tinggal selama kuliah, sedangkan upah digunakan untuk

tenaga, seperti, para karyawan kerja di pabrik dibayar gajinya (upahnya) satu

kali dalam seminggu. Di Indonesia kata ujrah sendiri lebih dikenal dengan

istilah upah, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang

dimaksud dengan upah ialah uang dan lain sebagainya yang dibayarkan sebagai

pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk

mengerjakan sesuatu.4 Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan pula bahwa

yang dimaksud dengan upah ialah pembayaran yang diterima oleh buruh untuk

jasa-jasa yang telah diberikannya.5 Menurut pernyataan Professor Benham

sebagaimana yang dikutif dalam bukunya Afzalurrahman: upah dapat

didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberi

pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai perjanjian.6

Sedangkan menurut terminologi para ulama berbeda-beda dalam

memberikan definisi walaupun memiliki makna yang saling berdekatan.7 Ulama

Mazhab Hanafiyah, mendefinisikan ijarah sebagai transaksi terhadap suatu

4 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet 1, h. 994 5 Hasan Syadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1984), cet 6, h. 3718 6 Afzalurrahman, Doktrin EkonomiIislam Jilid 2, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 361 7 AH. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet 1., h. 120

Page 22: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

15

manfaat dengan imbalan”. Ulama Mazhab Syafi’i mendefisinikannya dengan

”Transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu, bersifat bisa dimanfaatkan

dengan suatu imbalan tertentu”. Sedangkan Ulama Mazhab Maliki dan Hanbali

mendefisinikannya dengan, ”Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan

dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.”8

Manfaat yang dimaksud dalam pengertian ijarah di atas memilki beberapa

penjelasan. Manfaat terkadang berbentuk manfaat barang, seperti rumah untuk

ditempati atau mobil untuk dikendarai, terkadang berbentuk karya, seperti karya

seorang insinyur, tukang tenun, tukang pewarna, penjahit dan binatu. Juga

terkadang berbentuk sebagai kerja pribadi seseorang yang mencurahkan tenaga

seperti buruh dan para pekerja.9

B. Landasan Hukum Upah Perspektif Ekonomi Islam

Para Ulama fiqh mengatakan bahwa yang menjadikan dasar-dasar hukum

atau rujukan ujrah adalah Al-Quran, Al-Sunnah dan Ijma.

1. Dasar hukum ujrah dalam Al-Quran adalah:

a. Firman Allah,

8 M. Ali Hasan, Berbagai Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), cet ke II, h. 227-228 9 Sayyid Sabiq, Fikh Sunah, Alih Bahasa oleh H. Kamaluddin A. Marjuki, h. 15

Page 23: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

16

/ ٦٥ : ٦) االطالق(Artinya:

“Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya”. (QS. At-Thalaq/ 65 : 6)

b. Firman Allah,

١٨: ٧٧ ) / الكهف(

Artinya :

“Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 77)

c. Firman Allah,

) البقرة ( ٢ : ٢٣٣ /

Artinya:

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut”. (QS. Al-Baqarah/ 2 : 233)

2. Dasar hukum ujrah dalam Al-Sunnah

a. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas

Page 24: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

17

رواه البخاري( إحتجم و اعطى الحجام أجره :عن ابن عباس قال

) و مسلمArtinya:

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Hadis Riwayat Ibnu Majah

)ماجةرواه بن (أعطوا الأجير أجره قبل أن يجف عرقهArtinya:

“Berikanlah upah kepada orang yang dipakai tenaganya sebelum kering keringatnya”. (HR. Ibnu Majah)

c. Hadis Riwayat Ahmad dan Abu Dawud

آنا نكرى األرض بما على السواقى من الزرع فنهى رسول اهللا

. ورق اهللا عليه وسلم عن ذالك وأمرنا ان نكريها بذهب او صل

)رواه أحمد وأبو داود والنساءى(Artinya:

“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang tumbuh. Lalu rosulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).

3. Dasar hukum ujrah dalam Ijma

Mengenai disyari’atkannya ijarah, para Sahabat dan Tabi’in, semua

mereka telah membolehkan ijarah. Selain itu pula, ada yang mengatakan

bahwa ijma’ ulama perkara ijarah kembali kepada nash Al-Quran dan

Page 25: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

18

sunnah Nabi yang suci. Semua ulama bersepakat tidak seorang ulama pun

yang membantah kesepakatan (ijma’) ini.10

Lebih jauh lagi, ujrah disyariatkan oleh karena manusia

membutuhkannya. Mereka membutuhkan rumah untuk tempat tinggal,

mereka membutuhkan binatang untuk dijadikan kendaraan dan angkutan,

begitu juga manusia membutuhkan berbagai peralatan untuk digunakan

dalam kebutuhan hidup dan lain sebagainya. Dan semua itu bisa dijangkau

dengan memperoleh upah.

C. Rukun dan Syarat upah (Ujrah)

Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah itu hanya satu, yaitu ijab (ungkapan

menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa-menyewa). Akan tetapi,

jumhur ulama mengatakan bahwa rukun Ijarah (upah) itu ada empat, yaitu:

1. Orang yang berakad

2. Sewa/imbalan

3. Manfaat

4. Shighat (ijab-qabul).11

Adapun syarat-syarat akad ijarah adalah sebagai berikut:

10 Imam Taqiyuddin Abu Baker Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (terj) oleh K.H Syarifuddin

Anwar dan K.H Misbah Mustafa, (Surabaya: CV. Bina Iman, 1994), cet 1, h. 694 11 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 122

Page 26: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

19

1. Untuk kedua orang yang berakad (al-muta’aqidain), menurut ulama

Syafi’iyah dan Hanabillah, disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh sebab

itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan

orang gila, menyewakan harta mereka atau diri mereka (sebagai buruh),

menurut mereka ijarah-nya tidak sah. Akan tetapi ulama Hanafiyah dan

Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus

mencapai usia baligh.

2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan

akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu,

maka akadnya tidak sah.

3. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna,

sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang

akan menjadi objek ijarah itu tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan

manfaat itu dapat dilakukan dengan menjelaskan manfaatnya, dan

penjelasan berapa lama manfaat di tangan penyewa.

4. Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.

5. Upah/sewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai

harta.12

12 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h.123

Page 27: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

20

D. Berakhirnya akad Ujrah

Pada prinsipnya ijarah merupakan akad yang mengikat (lazim) kedua belah

pihak yang melakukannya. Artinya ketika akad terjadi, masing-masing pihak

harus menunaikan kewajiban dan menunaikan kewajiban dan menerima hak

masing-masing serta tidak boleh membatalkannya (fasakh) kecuali ada hal-hal

yang menurut ketentuan hukum (syara’) dapat dijadikan alasan pembatalan.

Adapun hal-hal yang bisa menyebabkan batalnya akad ijarah yaitu :

1. Salah satu pihak meninggal dunia.

2. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir. Apabila

yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada

pemiliknya, dan apabila yang disewa itu jasa seseorang, maka ia berhak

menerima upah. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama.

3. Terjadinya kerusakan pada barang sewaan, seperti rumah terbakar atau

mobil hilang

4. Menurut ulama Hanafiyah apabila ada udzur dari salah satu pihak. Udzur-

udzur yang dapat membatalkan akad ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah

adalah salah satu pihak mengalami kepailitan dan berpindah tempatnya

penyewa, misalnya seseorang digaji untuk menggali sumur di suatu desa,

sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain. Akan

tetapi menurut jumhur ulama, udzur yang boleh membatalkan akad ijarah itu

hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju

dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.

Page 28: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

21

5. Berakhirnya dengan akad iqalah yaitu pembatalan akad atas dasar

kesepakatan antara kedua belah pihak.13

E. Perbedaan Tingkat Upah

Dalam kehidupan ini, banyak kita jumpai perbedaan tingkat upah. Pebedaan

upah bisa kita lihat antara pekerja intelektual dan pekerja kasar, antara pekerja-

pekerja terampil dan pekerja tidak terampil. Adakalanya perbedaan upah itu

sangat mencolok sekali. Ada upahnya hanya cukup untuk hidup, ada yang

memungkinkan suatu kahidupan yang menyenangkan dan ada pula yang

memungkinkan suatu kehidupan yang mewah. Ada beberapa faktor penting

yang menjadi sumber dari perbedaan upah, yaitu:

1. Perbedaan jenis pekerjaan

2. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan

3. Pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan.14

4. Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.15

Dalam beberapa hal, hukum Islam mengakui adanya perbedaan upah

diantara tingkat pekerja. Karena adanya perbedaan kemampuan serta bakat yang

13 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 127-128 14 Payaman P. Simajuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta :LPFE UI,

1998), cet ke-2., h. 38 15 Payaman P. Simajuntak, Ibid., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. h. 52

Page 29: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

22

mengakibatkan perbedaan penghasilan dan hasil material. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nissa:

⌧ /٤ : ٣٢) النساء ( ☺

Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah

kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S An-Nissa ayat / 4 : 32) Berdasarkan ayat di atas bahwa penentuan upah pekerja didasarkan atas

kemampuan atau profesionalisme16 dan Pendekatan Al-Quran dalam hal

penentuan upah berdasarkan pertimbangan dan bakat ini merupakan salah satu

sumbangan terpenting bagi kemajuan peradaban manusia. 17

16 Abdul Hamid Mursi, SDM Produktif: Pendekatan dan Sains, (Jakarta: Gema Insani Press,

1987), h. 156 17 M.A Manan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2000), h. 118

Page 30: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

23

Islam menawarkan suatu penyelesaian yang sangat baik atas masalah upah dan

menyelamatkan kepentingan kedua belah pihak, kelas pekerja dan para majikan

tanpa melanggar hak-hak yang sah dari majikan. Seorang majikan tidak

dibenarkan bertindak kejam terhadap kelompok pekerja dengan menghilangkan

hak sepenuhnya dari bagian mereka. Upah ditetapkan dengan cara yang paling

tepat tanpa harus menindas pihak manapun. Setiap pihak memperoleh bagian

yang sah dari hasil kerja sama mereka tanpa adanya ketidakadilan terhadap

pihak lain. Prinsip pemerataan terhadap semua makhluk tercantum dalam surat

Al-Baqarah :

☺ / ٢ : ٢٧٩ ) البقرة ( ☺

Artinya : ”Kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(Q.S Al-Baqarah/ 2

: 279) Dalam perjanjian (tentang upah) kedua belah pihak diperingatkan untuk

bersikap jujur dan adil dalam semua urusan mereka, sehingga tidak terjadi

tindakan aniaya terhadap orang lain juga tidak merugikan kepentingannya

sendiri. Penganiayaan terhadap para pekerja berarti bahwa mereka tidak dibayar

secara adil dan bagian yang sah dari hasil kerja sama sebagai jatah dari hasil

kerja mereka tidak mereka peroleh, sedangkan yang dimaksud dengan

penganiayaan terhadap majikan yaitu mereka dipaksa oleh kekuatan industri

untuk membayar upah para pekerja melebihi dari kemampuan mereka. Oleh

karena itu, Al-Quran memerintahkan kepada majikan untuk membayar para

Page 31: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

24

pekerja dengan bagian yang seharusnya mereka terima sesuai kerja mereka, dan

pada saat yang sama dia telah menyelamatkan kepentingannya sendiri.

Demikian pula para pekerja akan dianggap penindas jika dengan memaksa

majikan untuk membayar melebihi kemampuannya. 18 Perinsip keadilan yang

sama tercantum dalam surat Al-Jaatsiyah :

☺ / ٤٥ : ٢٢ ) الجاثية( ☺

Artinya:

”Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan”. (Q.S Al-Jaatsiyah/ 45 : 22)

Setiap manusia akan mendapat imbalan dari apa yang telah dikerjakannya

dan masing-masing tidak akan dirugikan. Jadi ayat ini menjamin tentang upah

yang layak kepada setiap pekerja sesuai dengan apa yang telah

disumbangkannya dalam proses produksi, jika ada pengurangan dalam upah

mereka tanpa diikuti oleh berkurangnya sumbangsih mereka hal itu dianggap

ketidakadilan dan penganiayaan. Ayat ini memperjelas bahwa upah setiap orang

harus ditentukan berdasarkan kerjanya dan sumbangsihnya dalam kerjasama

18 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2, h. 363-364

Page 32: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

25

produksi dan untuk itu harus dibayar tidak kurang, juga tidak lebih dari apa

yang telah dikerjakannya.

Tentang prinsip ini disebut lagi dalam surat A-Ahqaf:

/ ٤٦ : ١٩) األحقاف( Artinya:

”Dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.” (Q.S Al-Ahqaf/ 46 : 19) Dan dalam surat Ali-Imran:

/ ١٦١:٣) آل عمران( ☺

Artinya: “Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia

kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” (Q.S Ali-Imran/ 3 :161) Meskipun dalam ayat ini terdapat keterangan tentang balasan terhadap

manusia di akhirat kelak terhadap pekerjaan mereka di dunia, akan tetapi prinsip

keadilan yang disebutkan disini dapat pula diterapkan di dunia ini. Oleh karena

itu, setiap orang harus diberi imbalan penuh sesuai hasil kerjanya dan tidak

seorang pun yang harus diperlakukan secara tidak adil. Pekerja harus

memperoleh upahnya sesuai sumbangsihnya terhadap produksi.19

Dalam Islam di kenal beberapa tingkatan upah, yaitu :

19 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. h. 36

Page 33: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

26

1. Tingkat upah minimum

Pekerja dalam hubungannya dengan majikan berada dalam posisi yang

sangat lemah yang selalu ada kemungkinan kepentingannya tidak akan

terlindungi dan terjaga dengan sebaik-baiknya. Mengingat posisinya yang

lemah Islam memberikan perhatian besar untuk melindungi hak-haknya dari

pelanggaran yang dilakukan oleh majikan. Sudah menjadi kewajiban para

majikan untuk menentukan upah minimum yang dapat menutupi kebutuhan

pokok hidup termasuk makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya,

sehingga pekerja akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang layak.20

Selain itu anak-anak mereka berkesempatan memperoleh pendidikan

dan tersedianya fasilitas pengobatan bagi keluarga mereka. Apabila

kebutuhan-kebutuhan pokok tidak tertutupi dengan upah tersebut maka

akibatnya akan timbul rasa ketidakpuasan di kalangan kelompok pekerja

sehingga melahirkan kebencian dan konflik antara kelompok didalam

masyarakat yang betul-betul akan merusak persatuan dan kesatuan dan

akibatnya terjadi kehancuran dalam ekonomi dan masyarakat. Tingkat

minimum ini sewaktu-waktu harus ditinjau kembali untuk melakukan

penyesuaian berdasarkan perubahan tingkat harga dan biaya hidup.

Pemerintah sebagai wakil Allah SWT dimuka bumi ini diharapkan dapat

melakukan pemerataan rezeki terhadap anggota masyarakatnya. Karena

tugas utamanya memperhatikan agar setiap pekerja dalam Negara

20Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. h. 366

Page 34: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

27

memperoleh upah yang cukup untuk mempertahankan suatu tingkat

kehidupan yang wajar serta sangat bertanggung jawab baik secara langsung

atau tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan makan masyarakatnya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Huud:

/٦:١١) الهود(

Artinya:

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (Q.S Al-huud/ 11 : 6) Pemerintah juga tidak akan pernah membolehkan pemberian upah di

bawah tingkat batas minimum, hal ini dimaksudkan agar pekerja dapat

memenuhi kebutuhan pokoknya.21

2. Upah tertinggi

Benarlah bahwasanya Islam tidak membiarkan upah berada di bawah

tingkat minimum yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok kelompok

kerja dan juga benar tidak membiarkan adanya kenaikan upah melebihi

tingkat tertentu yang ditentukan berdasarkan sumbangsihnya terhadap

produksi.22

Prinsip upah maksimum digambarkan dalam firman Allah SWT :

21 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. h. 367 22 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. h. 371

Page 35: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

28

/ ٥٣ : ٣٩)النجم (

Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa

yang telah diusahakannya.” (Q.S An-Najm/ 53 :39).

Dan firman Allah:

: ٥٤) يس ( ☺

٣٦ /

Artinya : “Dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu

kerjakan.” (Q.S Yaasiin/ 36 : 54)

Ayat-ayat tersebut menetapkan tentang apa yang dapat dituntut para

pekerja dari para majikan. Upah maksimum yang mereka tuntut dari para

majikan harus sesuai dengan apa yang telah mereka sumbangkan dalam

keberhasilan bersama faktor-faktor produksi lainnya.23

3. Tingkat upah sesungguhnya

Islam telah menyediakan usaha-usaha pengamanan untuk melindungi

hak-hak para majikan dan pekerja. Jatuhnya upah di bawah tingkat terendah

tidak seharusnya terjadi untuk melindungi hak-hak pekerja, sebaliknya

naiknya upah yang melebihi batas tertinggi tidak seharusnya terjadi demi

menyelamatkan kepentingan majikan. Upah yang sesungguhnya tanpa harus

23 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. h. 372

Page 36: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

29

selalu berpegang pada batas minimum dan upah maksimum karena upah

yang sesungguhnya akan berubah di antara kedua batas-batas ini. Karena

dimanapun upah yang akan ditetapkan antara tingkat minimum dan

maksimum penentuannya berdasarkan standar hidup sehari-hari dari para

pekerja secara terus menerus.24

Menjadi suatu kewajiban bagi setiap orang-orang yang beriman

berusaha untuk berperan serta membantu mengadakan perubahan terhadap

keberadaan sistem upah yang tidak Islami dan tidak adil serta menggantinya

dengan suatu sistem upah yang lebih tepat dan adil. Ada tiga hal yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun suatu sistem upah antara lain:

a. Upah minimum haruslah cukup untuk memenuhi keperluan-

keperluan pokok

b. Tanggung jawab ekonomi pekerja termasuk jumlah anggota

keluarganya harus menjadi bahan pertimbangan

c. Perbedaan-perbedaan dalam upah harus dalam batas-batas yang

ditetapkan sesuai perbedaan-perbedaan yang mendasar antara lain

dalam jenis pekerjaan, lama pengabdian, pendidikan dan pelatihan

serta kebutuhan ekonomi tiap pekerja.25

24 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. hlm. 374

25 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2. hlm. 380

Page 37: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

30

G. Hikmah Upah (Ujrah)

Bentuk sewa menyewa ini dibutuhkan dalam kehidupan manusia, oleh

karena Syari’at Islam membenarkannya. Seseorang terkadang dapat memenuhi

salah satu kebutuhan hidupnya tanpa melakukan pembelian barang karena

jumlah uangnya yang terbatas, misalnya menyewa rumah, sementara yang

lainnya memiliki kelebihan rumah dan dapat menyewakan untuk memperoleh

uang dalam rangka memenuhi kebutuhan lainnya.

Tidak semua dapat membeli kendaraan karena harganya yang tidak

terjangkau. Namun demikian setiap orang dapat menikmati kendaraan dengan

cara menyewa. Demikian juga banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan

sendiri, karena terbatasnya tenaga dan keterampilan. Misalnya mendirikan

bangunan, dalam keadaan dimana kita mesti menyewa tenaga buruh yang

memiliki kesanggupan dalam pekerjaan tersebut.26

26 Rahmat Syafii, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), cet. 2 h. 127

Page 38: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

35

suatu perusahaan, melalui perusahaan penyedia atau pengerah tenaga kerja.

Ini berarti ada dua perusahaan yang terlibat, yakni perusahaan yang terlibat

menyeleksi, melatih dan mempekerjakan tenaga kerja yang menghasilkan

suatu jasa tertentu untuk kepentingan perusahaan lainnya. Dengan demikian

perusahaan yang kedua tidak mempunyai hubungan kerja langsung dengan

tenaga kerja yang bekerja padanya. Hubungan ini hanya melalui perusahaan

penyedia tenaga kerja.3

2. Sejarah Perkembangan Outsourcing

Pada tahun 1970 dan 1980, perusahaan-perusahaan berusaha dalam

persaingan global, tetapi mengalami kesulitan karena kurangnya persiapan

akibat struktur manajemen yang membengkak. Akibatnya, risiko usaha

dalam segala hal, termasuk risiko ketenagakerjaan pun meningkat. Tahap ini

merupakan awal timbulnya pemikiran outsourcing pada dunia usaha. Untuk

meningkatkan keluwesan dan kreativitasnya, banyak perusahan besar yang

membuat strategi baru dengan konsentrasi pada bisnis inti,

mengidentifikasikan proses kritikal, dan memutuskan hal-hal yang harus di-

outsource.4

3 Wang Muba, “Tenaga Kerja Outsourcing”, Artikel di akses pada 16 oktober 2009 dari

http://wangmuba.com

4 Candra Suwondo, Outsourcing Implementasi di Indonesia. h. 4

Page 39: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

36

Awal timbulnya outsourcing pada perusahaan adalah untuk membagi

resiko usaha dalam berbagai masalah, termasuk masalah ketenagakerjaan.

Hal tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. Perubahan paradigma di Negara Barat dari pekerja adalah asset

terbesar perusahaan menjadi pekerja adalah kewajiban terbesar

perusahaan

b. Perbahan paradigma dari pandangan kerja tradisional bahwa pekerja

melayani sistem menjadi pandangan kerja modern bahwa sistem

harus melayani pekerja.

c. Sistem pengembangan karir pada sistem organisasi yang ada saat ini

cenderung menghasilkan sebagian orang terbuang.

d. Keterbatasan teknologi otomatisasi.5

Namum dengan perkembangan zaman, tujuan dari outsourcing tidak

hanya untuk membagi risiko ketenagakerjaan, tetapi menjadi lebih

kompleks. Outsourcing telah menjadi alat manajemen, serta bukan hanya

untuk menyelesaikan masalah, tetapi untuk mendukung dan sasaran bisnis.

Berdasarkan hasil survey outsourcing institute ada beberapa alasan mengapa

perusahaan-perusahaan melakukan outsourcing. Alasan-alasan tersebut

antara lain untuk:

5 Candra Suwondo, Outsourcing Implementasi di Indonesia, h. 5

Page 40: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

37

a. Meningkatkan fokus perusahaan

b. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia

c. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering.

d. Membagi resiko

e. Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan

lain

f. Memungkinkan tersedianya dana kapital

g. Menciptakan dana segar

h. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi.

i. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri

j. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.6

Alasan-alasan nomor 1 sampai dengan nomor 5 di atas merupakan target

jangka panjang dan bersifat strategis sedangkan alasan nomor 6 sampai

dengan 10 lebih bersifat taktis atau yang mempengaruhi operasi dan bisnis

perusahaan sehari-hari.7 Alasan lainnya adalah alasan transformasional

(perubahan), yaitu:

a. Membawa solusi baru kepada nasabah lebih cepat

b. Reaksi untuk mempersingkat daur hidup produk

6 Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, Proses Bisnis Outsourcing (Jakarta: PT

Grasindo, 2003), cet 1., h. 4

7Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, Proses Bisnis Outsourcing , h. 5

Page 41: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

38

c. Mendefinisikan ulang hubungan dengan penyedia jasa dan rekan

bisnis

d. Mengungguli pesaing

e. Masuk ke pasar-pasar yang baru dengan resiko kecil.8

3. Landasan hukum outsourcing

Dalam undang-undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003, praktik alih

daya dikenal dalam dua bentuk, yaitu pemborongan pekerjaan dan

penyediaan jasa pekerja, yang diatur dalam pasal 64, 65, dan 66 sebagai

berikut:

Pasal 64

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau

penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.

Pasal 65

(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain

dilaksanakan melalui perjanjian pem borongan pekerjaan yang dibuat

secara tertulis

(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

8 Candra Suwondo, Outsourcing Implementasi di Indonesia, h. 12

Page 42: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

39

b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari

pemberi pekerjaan

c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan

d. tidak menghambat proses produksi secara langsung.

(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk

badan hukum.

(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada

perusahaan lain sebagaimana dimak-sud dalam ayat (2) sekurang-

kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada

perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara

perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya.

(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan

atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu

tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 59.

(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)

tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh

Page 43: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

40

dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan

kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

(9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), maka hubungan kerja

pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).

Pasal 66

(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh

digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau

kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali

untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan

langsung dengan proses produksi.

(2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan

yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan

penyedia jasa pekerja/buruh;

b. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana

dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu

yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59

dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara

tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak;

Page 44: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

41

c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta

perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan

penyedia jasa pekerja/buruh; dan

d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan

perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal

sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini.

(3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan

hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di

bidang ketenagakerjaan.

(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2)

huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi

hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan

penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara

pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.9

Sementara itu, pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.101/Men/VI/2004

Tahun 2004 tentang tata cara perizinan perusahaan penyedia jasa pekerja

dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

9 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 64,65, & 66 Tentang Ketenagakerjaan, File UU ini

di akses pada tanggal 16 Juli 2010 dari http://pkbl.bumn.go.id/file/UU-13-2003-ketenagakerjaan.pdf

Page 45: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

42

No.Kep.220/Men/X/2004 Tahun 2004 tentang syarat-syarat penyerahan

sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain.10

Untuk menentukan suatu kegiatan apakah termasuk kegiatan pokok

(kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi) atau

kegiatan penunjang (yang tidak berhunbungan langsung dengan proses

produksi), yaitu dengan melihat akibat dari keberadaan kegiatan (satu

pekerjaan). Apabiala tanpa kegiatan tersebut perusahaan tetap dapat berjalan

dengan baik, maka kegiatan itu termasuk kegiatan penunjang. Akan tetapi

sebaliknya, apabila tanpa kegiatan yang dimaksud, proses kegiatan

perusahaan menjadi terganggu dan tidak dapat berjalan, maka kegiatan itu

termasuk kegiatan pokok.11

4. Perjanjian outsourcing

Perjanjian yang diatur oleh KUHPerdata pasal 1313 yang berbunyi,

”Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Dengan

adanya pengertian tentang perjanjian, maka bisa diambil kesimpulan bahwa

kedudukan antara para pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan

10 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar Mandiri

Abadi, 2009), cet. Ke-1., h. 1 11 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing. h. 6

Page 46: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

43

seimbang. Hal ini akan berlainan jika pengertian perjanjian tersebut

dibandingkan dengan kedudukan perjanjian kerja.12

Dalam suatu perjanjian, dikenal adanya asas kebebasan berkontrak atau

freedom of contract. Maksud asas tersebut adalah bahwa setiap orang pada

dasarnya boleh membuat perjanjian yang berisi dan macam apapun, asal

tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban

umum.13 Suatu perjanjian agar keberadaannya diakui oleh undang-undang

(legally concluded contract) harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan oleh undang-undang.14

Apabila dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur bahwa

suatu perjanjian dinyatakan sah apabila memenuhi 4 syarat, maka dalam

hukum ketenagakerjaan secara khusus diatur dalam Undang-undang No. 13

tahun 2003 pasal 52, sebagai berikut:

Pasal 52

(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar :

a. kesepakatan kedua belah pihak;

b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

12 Didalam pengertian perjanjian kerja, para pihak yang mengadakan perjanjian tidak dlam kedudukan yang sama dan seimbang, karena pihak yang satu yaitu pekerja mengikatkan diri dan bekerja dibawah perintah orang lain, yaitu pengusaha.

13 Djumaidi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

Cet-5., h. 13 14 Djumaidi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, h. 17

Page 47: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

44

d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.

(2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat

dibatalkan.

(3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal

demi hukum.15

Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) juga tidak semata-mata hanya

mendasarkan pada asas kebebasan berkontrak sesuai pasal 1338 KUH

Perdata, namun juga harus memenuhi ketentuan ketenagakerjaan, yaitu UU

No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:

Kep-101/MEN/VI/2004 apabila perusahaan penyedia jasa pekerja /buruh

memperoleh pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, kedua belah

pihak wajib membuat perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya memuat :

1. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan

penyedia jasa

2. Penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana

dimaksud huruf (1), hubungan kerja yang terjadi adalah antara

15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 52 Tentang Ketenagakerjaan, File UU ini di akses

pada tanggal 16 Juli 2010 dari http://pkbl.bumn.go.id/file/UU-13-2003-ketenagakerjaan.pdf

Page 48: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

45

perusahaan penyedia jasa dengan pekerja/buruh yang dipekerjakan

perusahaan penyedia jasa sehingga perlindungan upah dan

kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi

tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

3. Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh bersedia

menerima pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh

sebelumnya untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus menerus ada di

perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahan

penyedia jasa pekerja/buruh.16

Perjanjian kerja antara karyawan alih daya dengan vendor biasanya

mengikuti jangka waktu perjanjian kerjasama antara vendor dengan

perusahaan pengguna jasa alih daya. Hal ini dimaksudkan apabila

perusahaan pengguna jasa alih daya hendak mengakhiri kerjasamanya

dengan perusahaan alih daya, maka pada waktu yang bersamaan berakhir

pula kontrak kerja anatara karyawan dengan perusahaan penyedia alih daya.

Oleh karena itu, dalam penyedia jasa pekerja alih daya, ada dua tahapan

perjanjian yang harus dilakukan, yaitu:

1. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan

penyedia pekerja. Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerjaan

kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau

16 Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 64-

65

Page 49: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

46

perjanjian penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis. Pekerjaan

yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama

b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari

pemberi pekerjaan

c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara secara

keseluruhan

d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung

e. Dalam hal penempatan pekerja, perusahaan pengguna jasa pekerja

akan membayar sejumlah dana (managemant fee) kepada perusahaan

penyedia pekerja.

2. Perjanjian perusahaan penyedia pekerja dengan karyawan. Penyedia jasa

pekerja untuk kegiatan penunjang perusahaan harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Adanya hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan penyedia jasa

pekerja

b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja adalah

perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) yang memenuhi

persyaratan dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)

yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah

pihak.

Page 50: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

47

c. Perlindungan usaha dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja maupun

perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan

penyedia jasa pekerja.17

Dengan adanya dua perjanjian tersebut, maka walaupun karyawan

sehari-hari bekerja diperusahaan pemberi pekerjaan, ia tetap berstatus

sebagai karyawan perusahaan penyedia pekerja. Pemenuhan hak-hak

karyawan seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja,

serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan

penyedia jasa pekerja.

Berdasarkan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

:Kep. 220/MEN/X/2004 Tentang syarat-syarat penyerahan sebagian

pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, menyatakan bahwa :

Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada

perusahaan penerima pekerjaan sekurang-kurangnya sama dengan

pekerja/buruh pada perusahaan pemberi pekerjaan dimaksudkan agar

terdapat perlakuan yang sama terhadap pekerja atau buruh di perusahaan

pemberi pekerjaan maupun di perusahaan penerima pekerjaan karena pada

17 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar

Mandiriabadi, 2009), cet. Ke-1., h. 12-13

Page 51: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

48

hakikatnya bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama, sehingga tidak

ada lagi syarat kerja, upah, perlindungan kerja yang lebih rendah.18

Bentuk perjanjian kerja yang lazim digunakan dalam alih daya

(outsourcing) adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). PKWT

adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan

hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. PKWT

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

• Didasarkan atas jangka waktu paling lama tiga tahun19 atau selesainya

suatu pekerjaan tertentu

• Dibuat secara tertulis

• Dalam bahasa Indonesia dan huruf latin atau dalam bahasa Indonesia

sebagai yang utama; tidak ada masa percobaan kerja (probation).20

5. Kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja

Kewajiban dan hak antara pihak yang satu dengan yang lainnya

merupakan suatu kebalikan, jika di satu pihak merupakan suatu hak maka di

pihak lainnya adalah merupakan suatu kewajiban.21

18 Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 69 19 Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republic Indonesia Kep.

100/MEN/VI/2004 Tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu. Pasal 3 ayat 2 20 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar

Mandiriabadi, 2009), cet. Ke-1., h. 14 21 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

Ed 2, cet. 5. h. 45

Page 52: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

49

Jika isi yang tertuang di dalam perjanjian kerja tersebut menunjukan

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak pekerja, maka

sebaliknya kewajiban tersebut bagi pihak pengusaha adalah merupakan

haknya, dan begitu pula sebaliknya. Hak dan kewajiban para pihak dalam

perjanjian kerja adalah sebagai berikut:

1. Kewajiban-kewajiban dari pihak pekerja

a. Buruh wajib melakukan pekerjaan

b. Buruh wajib mentaati aturan dan petunjuk dari majikan. Buruh

sewaktu melakukan pekerjaannya, wajib mentaati perintah-perintah

yang diberikan oleh majikan. Yang mana dituangkan dalam tata

tertib perusahaan dan peraturan perusahaan. Namun yang perlu

diperhatikan disini, adalah pekerja wajib mentaati perintah-perintah

yang diberikan oleh majikan sepanjang diatur di dalam perjanjian

kerja, undang-undang dan kebiasaan setempat. Apabila perintah

majikan yang datangnya diluar aturan apalagi perintah yang

bertentangan dengan undang-undang, norma susila, kebiasaan dan

ketertiban umum, maka dalam hal ini pekerja tidak perlu untuk

mentaati perintah tersebut.

c. Kewajiban untuk membayar ganti rugi dan denda. Jika si pekerja

atau buruh dalam melakukan pekerjaannya, akibat kesengajaannya

atau karena kelalaiannya sehingga menimbulkan kerugian,

kerusakan, kehilangan, yang dapat merugikan majikan maka resiko

Page 53: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

50

yang timbul menjadi tanggung jawab si pekerja. Sebaliknya jika

suatu kejadian tersebut dikarenakan bukan karena kesalahan si

pekerja atau karena di luar batas kemampuan si pekerja maka

kejadian tersebut bukan menjadi tanggung jawab si pekerja.

Misalnya karena bencana alam dan kejadian yang sejenis.22

2. Kewajiban-kewajiban dari pihak majikan

Dalam melakukan hubungan kerja, ada banyak kewajiban-kewajiban

dari si majikan yang harus dilakukan, namun pemenuhan prestasi yang

utama dalam suatu perjanjian kerja tersebut adalah kewajiban si majikan

untuk membayar upah tepat pada waktunya. Akan tetapi karena

kewajiban lainnya juga penting untuk dilaksakan oleh majikan, maka

akan di rinci sebagai berikut:

a. Kewajiban untuk berbuat dan atau tidak berbuat sesuatu berdasarkan

ketentuan hukum

b. Kewajiban untuk memberikan istirahat tahunan

c. Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan

d. Kewajiban memberikan surat keterangan. Di dalam surat keterangan

tersebut harus berisi tentang sifat pekerjaan yang dilakukan, lamanya

hubungan kerja antara si buruh dan majikan.

22 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja. h. 47

Page 54: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

51

e. Kewajiban majikan untuk memberlakukan sama antara pekerja pria

dan wanita. Majikan dalam mengadakan atau membuat suatu

perjanjian kerja, tidak boleh membedakan antara calon pekerja

wanita dan pria. Baik dalam hal kesempatan pendidikan, syarat-

syarat kerja, dalam arti kenaikan pangkat dan berakhirnya hubungan

kerja maupun dalam hal pemberian upah.

f. Kewajiban membayar upah. Di dalam hubungan kerja, kewajiban

yang utama dan terpenting bagi majikan adalah ”membayar upah”

tepat pada waktunya. Ketentuan ini jelas ditegaskan pada pasal 1602

KUHPerdata yang berbunyi: ”Majikan wajib membayar upah kepada

buruh pada waktu yang ditentukan” Upah adalah merupakan salah

satu sarana utama bagi para pekerja dan keluarganya, karena perihal

upah selain menimbulkan kewajiban dari pekerja dan majikan, perlu

pula perhatian pihak lain, yaitu pemerintah.23

B. Gambaran Umum PT. Permata Indonesia

1. Sejarah singkat pendirian PT. Permata Indonesia

PT. Permata Indo Sejahtera mengawali bisnis di bidang sales dan

distribution pada tahun 2005 dengan menangani penjualan dan distribusi

sepeda motor YAMAHA. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas bisnis,

23 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja. h. 49

Page 55: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

52

pada tahun 2007, perusahaan memulai bisnis di bidang outsourcing,

khususnya penyediaan jasa tenaga kerja dan agen pembayar (paying agent)

bagi perusahaan-perusahaan yang memerlukannya.24 Selain hal tersebut,

faktor yang mendorong PT. Permata Indonesia mengambil bisnis jasa

outsourcing yaitu karena ke depannya bisnis ini dipandang cukup bagus,

dengan alasan bahwa ke depan perusahaan-perusahaan akan lebih fokus ke

proses produksi utama dan urusan perekrutan tenaga kerja diserahkan ke

perusahaan outsourcing dan perusahaan tidak akan menjadikan karyawan

outsourcing menjadi tenaga tetap karena dengan alasan costnya lebih

besar.25

Di bawah branding Permata Indonesia, bisnis outsourcing tersebut

semakin berkembang dibuktikan dengan meningkatnya jumlah perusahaan

klien dan tenaga kerja outsource yang ditangani serta ragam jasa

outsourcing yang diberikan oleh Permata Indonesia.26

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi perusahaan yang profesional dan terbaik di bidang sales,

distribution dan outsourcing.

24 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th) 25 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010. 26 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th)

Page 56: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

53

b. Misi

Mengutamakan kepuasaan layanan, kecepatan dan ketepatan

mengendalikan sentuhan karyawan, mitra kerja dan yang terlatih,

memiliki ketulusan dan mencintai pekerjaan serta keunggulan proses

bisnis berbasis tekhnologi yang berkesinambungan.

3. Pelayanan

Jenis jasa layanan yang ditawarkan oleh PT. Permata Indonesia adalah

sebagai berikut:

a. Penyedia jasa tenaga kerja (PJTK)

Sebagai agen penyedia jasa tenaga kerja, Permata Indonesia

membantu perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja yang handal

dengan cara memelihara basis data pencari kerja secara terus menerus,

melakukan seleksi sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan,

menempatkan tenaga kerja berdasarkan kontrak kerja yang disepakati,

memantau kinerja tenaga kerja, serta pembayaran gaji.

b. Paying Agen/Paying Vendor

Sebagai agen pembayar, Permata Indonesia membantu perusahaan

untuk melakukan pembayaran gaji termasuk jamsostek, asuransi dan

pajak, bagi para pekerjanya baik outsource maupun non-outsource

c. Recruitment Services

Sebagai penyedia jasa rekrutmen, permata Indonesia membantu

perusahaan dalam hal pengadaan tenaga kerja, khususnya dalam dalam

Page 57: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

54

hal pencarian kandidat dan seleksi awal. Selanjutnya kandidat

dikirimkan ke perusahaan klien untuk proses seleksi selanjutnya.

Apabila kandidat tersebut diterima, proses kontrak kerja dan

pembayaran gaji dilakukan langsung oleh perusahaaan klien itu sendiri,

sedangkan Permata Indonesia mendapatkan recruitment fee atas proses

rekrutmen yang dilakukan.

d. Business Process Outsource

Permata Indonesia juga mampu membantu perusahaan untuk target-

target kerja tertentu dalam bidang-bidang yang lazim oleh perusahaan

outsourcing, seperti misalnya pembangunan yang meliputi penyediaan

tempat, infrastruktur sampai dengan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

mencapai target sales center tersebut.

e. Sales and Distribution Consultant.27

Permata Indonesia juga dapat berperan sebagai konsultan yang

perusahaan untuk membangun sales management and distribution

termasuk penyusunan standard operation procedure key performance

indicator (KPI) serta disain dan implementasi development yang

diperlukan. Sebagai konsultan, permata Indonesia dapat menyediakan

tenaga ahli, bimbingan dan pengawalan dalam tahap perencanaan

sampai dengan implementasi sistem dari yang telah disepakati.

27 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th)

Page 58: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

55

4. Landasan hukum PT. Permata Indonesia

Dalam menjalankan bisnis praktek alih daya (outsourcing), PT. Permata

Indonesia mengacu pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

ketenagakerjaan, yang diatur dalam pasal 64, 65, dan 66.28

5. Rekrutmen

Proses rekrutmen dan seleksi pada dasarnya dilakukan dengan mengacu

pada ketentuan dan persyaratan yang disepakati antara PT. Permata

Indonesia dan perusahaan klien, melalui Perjanjian Kerjasama. Meskipun

demikian, secara umum proses rekrutmen dan seleksi dilakukan sebagai

berikut:

Proses rekrutmen

Proses ini dilakukan dengan melakukan profiling kandidat berdasarkan

persyaratan dan kualifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan klien.

Selanjutnya pencarian kandidat dilakukan melalui berbagai sumber antara

lain basis data dan jaringan rekrutment elektronik yang dimiliki oleh

Permata Indonesia (www.karir-ku.com dan www.rajalowongan.com) dan

diperbaharui secara berkala baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara

berkesinambungan, permata Indonesia juga menjalin kerja sama dengan

institusi pendidikan dan secara aktif mengikuti berbagai ajang job fair,

campus recruitment, serta advertisement, baik printed-ad maupun web-ad.

28 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010.

Page 59: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

56

Proses seleksi

Proses seleksi dilakukan dengan cara seleksi administratif dan interview,

khususnya untuk mengetahui minat dan pengalaman kandidat tenaga

kerja..29 Dalam interview tersebut ada standar dokumentasi yang mesti di

lengkapi terlebih dahulu oleh para calon tenaga kerja, seperti Ijazah, KTP,

dll, kemudian skill dan terakhir training, maksudnya supaya para calon

tenaga kerja lebih PD pada saat menghadapi user dan ada harganya di mata

klien.30 Untuk seleksi yang membutuhkan psikotes dapat dilakukan sesuai

dengan permintaan klien /kesepakatan dalam perjanjian kerjasama, termasuk

apabila dibutuhkan psikotes atau assessment yang lebih komprehensif lagi,

kandidat dapat dikirimkan ke lembaga psikologi profesional yang memiliki

kerja sama dengan Permata Indonesia. Dengan pula halnya dengan tes

kesehatan, Permata Indonesia dapat memfasilitasi tes kesehatan bagi

kandidat yang diharuskan melalui tahapan tersebut.31

6. Pembayaran

Dalam memberikan pelayanan kepada perusahaan, PT. Permata

Indonesia memiliki 2 (dua) jenis sistem fee management, yaitu

29 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th) 30 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010.

31 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th)

Page 60: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

57

1. Recrutmen Services/Fee

Permata Indonesia mengajukan recrutmen fee untuk setiap yang

lolos seleksi dan menandatangani kontrak kerja di perusahaan klien

dengan atau tanpa adanya kesepakatan penjaminan untuk jangka waktu

tertentu. Besarnya recruitment fee tersebut bervariasi tergantung pada

kesepakatan yang dicapai Permata Indonesia dengan perusahaan klien.

2. Paying Agent Fee

Dalam sistem ini, kandidat yang lolos seleksi menandatangani perjanjian

kerja di Permata Indonesia untuk ditempatkan dan bekerja secara rutin di

perusahaan klien, serta mendapatkan pembayaran atas kepegawaiannya

dari perusahaan dimana ia ditempatkan oleh Permata Indonesia. Untuk

memastikan ditunaikannya kewajiban tenaga kerja tersebut, Permata

Indonesia menghitung prosentase management fee setiap bulan dari total

pembayaran yang ditagihkan kepada perusahaan klien. Besarnya

prosentase management fee tersebut sangat tergantung pada skala bisnis

serta pra-pembayaran (pre-financing) yang dipilih. Ada dua bentuk pre-

financing, yaitu:

a. Pre financing oleh Permata Indonesia

Maksudnya seluruh biaya tenaga kerja, seperti gaji, lembur, insentif,

jamsostek, dan lain-lain dibayarkan terlebih dahulu oleh Permata

Indonesia sesuai dengan periode waktu pembayaran, selanjutnya

Page 61: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

58

biaya ditagihkan ke perusahaan klien dan dibayarkan kembali oleh

perusahaan klien dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja.

b. Pre-financing oleh perusahaan klien

Maksudnya seluruh biaya tenaga kerja, seperti gaji, lembur, insentif,

jamsostek dan lain-lain dihitung dan ditagihkan terlebih dahulu ke

perusahaan klien oleh Permata Indonesia. Selanjutnya, setelah

pembayaran oleh perusahaan klien, Permata Indonesia baru

melakukan pembayaran kepada tenaga kerja yang ditempatkan di

perusahaan klien.32

4. Kekuatan PT. Permata Indonesia dalam menjalin hubungan kerja sama

dengan mitra-mitra pengguna jasa outsourcing.

PT. Permata Indonesia mempunyai staf yang profesional dan kompeten

dalam bidang Sumber Daya Manusia dengan latar belakang pendidikan

psikologi dan latar belakang pengalaman yang sangat membantu dalam

mencari dan menyaring calon tenaga kerja baik yang fresh graduate

maupun yang berpengalaman.33

Klien melihat PT. Permata Indonesia kuat di sales, Human Resources

nya bagus artinya orang-orang yang di ajukan PT. Permata Indonesia

kepada klien itu adalah orang-orang yang qualified dan dari segi operasional

32 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th)

33 http://permataindonesia.com/

Page 62: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

59

juga termasuk bagus, artinya bagus dari segi pengupahannya tepat waktu,

dan dari segi pemenuhan hak-hak yang lainnya juga terbilang bagus seperti

Jamsostek, Asuransi, dan THR, maupun terkait NPWPnya.34

C. Perjanjian Kerja Outsourcing pada PT. Permata Indonesia

Perjanjian kerja merupakan perjanjian yang dibuat antara buruh dan

majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada

majikan dengan menerima upah dan majikan menyatakan kesanggupannya

untuk memperkerjakan buruh dengan membayar upah.35 Wiwoho Soedjono

berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah hubungan

hukum antara seseorang yang bertindak sebagai majikan, atau perjanjian orang

perorangan pada suatu pihak dengan lain pihak sebagai majikan, untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dengan mendapat upah.36 Perjanjian menurut

pasal 1338 KUH perdata (Asas Kebebasan Berkontrak) adalah semua

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain

dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-

undang dinyatakan cukup untuk itu. Persetujuan-persetujuan itu harus

34 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010. 35 H. Zainal Asikin, dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004), Cet. 5, h. 37 36 H. Zainal Asikin, dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan. h. 271

Page 63: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

60

dilaksanakan dengan itikad baik.37 Syarat sahnya perjanjian kerja mengacu pada

syarat sahnya perjanjian perdata pada umumnya, adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan antara para pihak (tidak ada dwang-paksaan, dwaling-

penyesatan/kehilafan atau bedrog-penipuan)

2. Pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan

untuk (bertindak) melakukan perbuatan hukum (cakap usia dan tidak

dibawah perwalian/pengampun

3. Ada (objek) pekerjaan yang diperjanjikan, dan

4. (Causa) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku ( pasal 52 ayat 1 undang-undang ketenagakerjaan).38

Bentuk perjanjian kerja yang lazim digunakan dalam alih daya

(outsourcing) adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Begitu juga

bentuk perjanjian kerja antara tenaga kerja dengan PT. Permata Indonesia

adalah perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).39 Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan

pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk

37 Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 45 38 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar

Mandiriabadi, 2009), cet. Ke-1., h. 14

39 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010.

Page 64: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

61

pekerjaan tertentu.40 Berdasarkan pasal 1 keputusan Menteri Tenaga Terja dan

Transmigrasi No. KEP 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, memberikan pengertian bahwa Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja/buruh dengan pengusaha

untuk pekerjaan tertentu yang bersifat sementara.41 Biasanya orang awam

menyebut orang yang bekerja berdasarkan PKWT dengan sebutan karyawan

kontrak. Bentuk perjanjian kerja ini dipandang cukup fleksibel bagi perusahaan

pengguna jasa outsourcing karena lingkup pekerjaannya yang berubah-ubah

sesuai dengan perkembangan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan karyawan

outsourcing, walaupun secara organisasi dibawah perusahaan outsourcing,

namun pada saat rekrutmen, karyawan tersebut harus mendapatkan persetujuan

dari pihak perusahaan pengguna jasa outsourcing. Apabila perjanjian kerja sama

antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa berakhir,

maka berakhir juga perjanjian kerja antara perusahaan pengguna jasa dengan

karyawannya.42

Hal-hal yang dimuat dalam perjanjian PKWT secara tertulis antara PT.

Permata Indonesia dengan tenaga kerja outsourcing, yaitu meliputi:

40 Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, h. 45 41 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),Cet. 1, h. 48 42 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar Mandiri

Abadi, 2009), cet. Ke-1., h. 14

Page 65: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

62

1. Hubungan kerja

a. PT. Permata Indonesia menerima dan memperkerjakan tenaga kerja

sebagai X di perusahaan pengguna jasa yang telah mengadakan

kerjasama dengan PT. Permata Indonesia dimana dalam perjanjian ini

adalah pengguna jasa dengan lokasi kerja di daerah A

b. Perjanjian waktu tertentu ini berlaku untuk jangka waktu mulai dari

(tanggal, bulan dan tahun) dan akan berakhir pada (tanggal, bulan dan

tahun)

c. Dalam hal PT. Permata Indonesia masih membutuhkan jasa tenaga kerja

outsourcing maka perjanjian kerja ini dapat diperpanjang dengan

persetujuan kedua belah pihak dan juga perusahaan pengguna jasa

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Tugas dan kewajiban tenaga kerja outsourcing

d. Menyediakan waktu secara utuh dan mematuhi sepenuhnya pembagian

tugas dan lokasi dalam pemberian pelayanan jasa termasuk perubahan-

perubahannya yang diberikan oleh PT. Permata Indonesia atau

perusahaan pengguna jasa

e. Mentaati peraturan umum, jadwal kerja, dan tata tertib kerja perusahaan

serta ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku di perusahaan PT.

Permata Indonesia dan atau perusahaan pengguna jasa

Page 66: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

63

f. Memenuhi target perbulan yang harus dicapai minimal 80% dari target

yang telah ditentukan oleh perusahaan pengguna jasa

g. Apabila pencapaian kurang dari pencapaian minimal perbulan yang telah

ditentukan, maka kinerja tenaga kerja outsourcing yang bersangkutan

akan dievaluasi

h. Tindak lanjut terhadap hasil evaluasi tersebut adalah hak dari

perusahaan pengguna jasa dan dilanjutkan kepada pihak PT. Permata

Indonesia

i. Selain sebagaimana diatur dalam pasal ini pihak PT. Permata Indonesia

akan menetapkan lebih lanjut tugas dan kewajiban tenaga kerja

outsourcing.

Apabila tenaga kerja outsourcing tidak dapat atau gagal memenuhi tugas

dan kewajiban-kewajibannya sebagaimana tertulis di atas, maka tenaga

kerja bersedia mengundurkan diri.

3. Imbalan

a. Gaji pokok adalah sebesar Rp. X yang berlaku di wilayah kerja masing-

masing pada tahun berjalan, yang dibayarkan setiap tanggal (A) setiap

bulan oleh pihak PT. Permata Indonesia

b. Pembayaran gaji pokok secara penuh dilakukan bila tenaga kerja masuk

untuk pertama kali satu bulan penuh dalam periode tanggal 15 bulan

berjalan sampai dengan tanggal 14 bulan berikutnya

Page 67: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

64

c. Pihak tenaga kerja yang tercatat efektif join ataupun mengundurkan

periode tersebut akan menerima gaji secara prorate

d. Pengiriman form absensi dan nomor rekening paling lambat tanggal 16

setiap bulannya, jika tanggal 16 pihak pihak PT. Permata Indonesia

belum menerima absensi dan nomor rekening maka gajian pihak pihak

tenaga kerja dilkukan bulan berikutnya

e. Gaji pokok dikenai potongan Jamsostek sebesar 2 % menjadi beban

pihak tenaga kerja, dan sebesar 4,24 % menjadi beban pihak perusahaan

pengguna jasa

f. Pajak atas penggajian (Pph 21) yang diterima oleh pihak tenaga kerja

akan menjadi beban pihak perusahaan pengguna jasa. Dan

pembayarannya apabila pihak tenaga kerja sudah menyerahkan absensi

yang telah disetujui/diketahui oleh atasan masing-masing

g. Pajak atas komisi dan bonus (Pph 21) yang diterima pihak tenaga kerja

akan menjadi beban pihak tenaga kerja

h. Perhitungan insentif dilakukan oleh pihak perusahaan pengguna jasa

dengan mengacu pada juklak pembayaran insentif yang berlaku pihak

perusahaan tersebut dan akan dibayarkan oleh pihak PT. Permata

Indonesia kepada pihak tenaga kerja setiap tanggal 15 bulan berikutnya

berdasarkan pencapaian pada bulan berjalan dengan periode perhitungan

target pencarian adalah tanggal 1 s/d 30 setiap bulan

Page 68: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

65

i. Tunjangan kesehatan berupa rawat inap dan rawat jalan, kecuali

tunjangan kesehatan mata, gigi dan melahirkan.

4. Pemutusan perjanjian

Pihak PT. Permata Indonesia setiap saat dapat memutuskan perjanjian

ini jika pihak tenaga kerja melakukan perbuatan tersebut dibawah ini dengan

sengaja atau tidak sengaja yang merugikan pihak PT. Permata Indonesia dan

atau pihak perusahaan pengguna jasa antara lain:

a. Pihak tenaga kerja tidak masuk kerja 1 hari tanpa pemberitahuan

dianggap mangkir maka akan diberikan surat peringatan

b. Pihak tenaga kerja tidak masuk kerja 5 hari berturut-turut tanpa

pemberitahuan maka dianggap mengundurkan diri

c. Pihak tenaga kerja tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dari

waktu ke waktu oleh pihak PT. Permata Indonesia dan atau pihak

perusahaan pengguna jasa yaitu minimal 80 % dari target pada bulan

tersebut

d. Pihak tenaga kerja telah melakukan pelanggaraan/ kesalahan berat yang

akibatnya baik langsung maupun tidak langsung dapat merugikan atau

mencemarkan nama baik perusahaan

e. Jika terjadi kesalahan atau kelalaian yang dilakukan pihak tenaga kerja

baik disengaja maupun tidak disengaja merupakan kewajiban pihak

tenaga kerja

Page 69: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

66

f. Pihak kedua meninggal dunia

g. Memberikan keterangan palsu dan dipalsukan sehingga merugikan pihak

PT. Permata Indonesia dan atau pihak perusahaan pengguna jasa

h. Pihak tenaga kerja melakukan pelanggaran terhadap isi perjanjian ini

i. Dalam hal pihak tenaga kerja mengundurkan diri sebelum berakhirnya

masa perjanjian, maka pihak tenaga kerja wajib membayar ganti rugi

sebesar biaya asuransi kesehatan yang telah dikeluarkan pihak PT.

Permata Indonesia atau sesuai pasal 62 UU No. 13 Tentang Ketenaga

kerjaan, dimana penentu besarnya ganti rugi ditentukan dari nilai yang

terkecil

j. Dalam hal pihak tenaga kerja mengundurkan diri sebelum berakhirnya

masa perjanjian, maka pihak tenaga kerja harus memberitahukan kepada

pihak PT. Permata Indonesia paling lambat 30 hari sebelumnya

k. Pihak tenaga kerja tidak berhak dan dilarang keras membeberkan semua

data atau informasi yang bersifat rahasia dalam bentuk dan alasan

apapun yang ada kaitannya dengan pihak PT. Permata Indonesia dan

atau perusahaan pengguna jasa kepada pihak lain tanpa izin tertulis dari

pihak PT. Permata Indonesia atau pihak perusahaan pengguna jasa baik

selama PKWT ini berlangsung maupun sesudah hubungan kerja ini

berakhir.

Page 70: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

67

l. Seluruh hasil kerja pihak tenaga kerja yang dihasilkan dalam hubungan

kerja berdasarkan PKWT ini menjadi milik pihak ketiga dan menjadi

hak kekayaan intelektual pihak perusahaan pengguna jasa

m. Apabila pihak tenaga kerja melakukan pelanggaran atas pernyataan ini

maka pihak tenga kerja bersedia untuk menanggung atau mengganti rugi

atas semua kerugian yang diakibatkan olehnya

n. Apabila pihak tenaga kerja tidak bisa melakukan penggantian atas

kerugian yang terjadi baik seluruhnya maupun sebagian, maka pihak

tenaga kerja siap untuk bertanggung jawab sepenuhnya baik secara

perdata maupun pidana atau sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Dalam hal ini pihak tenaga kerja membebasakan pihak PT. Permata

Indonesia.

5. Penyelesaian perselisihan

a. Perselisihan yang timbul sebagai akibat perjanjian ini akan diselesaikan

secara musyawarah untuk mencapai mufakat

b. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka

masing-masing pihak sepakat untuk menyelesaikannya di pengadilan

negeri setempat dan masing-masing pihak memilih kediaman hukum

yang tetap di kepaniteraan pengadilan negeri.43

43 PT. Permata Indonesia, Klausul Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT. Permata

Indonesia

Page 71: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

68

Unsur-unsur hubungan kerja terdiri atas adanya pekerjaan, adanya

perintah, dan adanya upah.44 PT. Permata Indonesia melaksanakan

perjanjiannya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, pihak-pihak yang

melakukan perjanjian juga mempunyai kemampuan dan kecakapan untuk

(bertindak) melakukan perbuatan hukum, adanya objek pekerjaan yang

diperjanjiakan dan pekerjaan yang diperjanjikannya pun tidak bertentangan

dengan ketertiban umum, kesusilaan, maupun dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

D. Praktek Pengupahan Outsourcing Pada PT. Permata Indonesia

Dalam menerapkan sistem pengupahan terhadap para tenaga kerja

outsourcing, PT. Permata Indonesia menggunakan sistem pre-financing

perusahaan klien, maksudnya yaitu seluruh biaya tenaga kerja, seperti gaji,

lembur, insentif, jamsostek dan lain-lain dihitung dan ditagihkan terlebih dahulu

ke perusahaan klien oleh Permata Indonesia. Selanjutnya, setelah dilakukan

pembayaran oleh perusahaan klien, Permata Indonesia baru melakukan

pembayaran kepada tenaga kerja yang ditempatkan di perusahaan klien.45

Berikut adalah skema mekanisme pembayaran upah di PT. Permata Indonesia.

Skema di bawah ini merupakan versi dan format dari penulis berdasarkan

keterangan dari hasil wawancara.

44 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan. h. 47 45 PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta: PT. Permata Indonesia, t.th)

Page 72: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

69

Mekanisme pembayaran upah tenaga kerja outsourcing di PT. Permata

Indonesia

1 3

22 2

PT. Permata

Indonesia KLIEN Tenaga Kerja

Keterangan gambar:

1. PT. Permata Indonesia mengirim draft upah via email ke klien

2. Setelah klien menyetujui atas draft upah yang dikirim, kemudian klien

membayar ke PT. Permata Indonesia

3. Setelah diterima PT. Permata Indonesia baru kemudian dibayarkan ke

tenaga kerja.46

Dalam menentukan upah tenaga kerja outsourcing baik itu besarnya upah

maupun waktu pembayarannya PT. Permata Indonesia mengikuti peraturan

pengupahan yang diterapkan oleh perusahaan pengguna jasa outsourcing (klien)

atau peraturan pengupahan yang berlaku di wilayah kerja masing-masing pada

tahun berjalan. Dalam hal pengambilan keuntungan (fee) PT. Permata Indonesia

menerapkan 2 (dua jenis) sistem fee manajemen, yaitu recrutmen services/fee

dan paying agen fee. Sebagai contoh misalnya PT. Permata Indonesia sanggup

menyediakan 10 orang untuk mengisi posisi teller, dan dari jasa penyediaan

tenaga kerja tersebut oleh klien dihargai sesuai kesepakatan perjanjian kerja

46 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010.

Page 73: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

70

sama (PKS). Jadi dalam hal pengupahan yang diterapkan oleh PT. Permata

Indonesia terhadap para tenaga kerja outsourcing tidak ada pemotongan dari

gaji pokoknya. Adapun pemotongan dari upah pokok karyawan hal itu

digunakan untuk Jamsostek sebesar 2% dan 4,24% nya menjadi beban

perusahaan pengguna jasa outsourcing (klien) dengan tanpa mengurangi gaji

pokok tenaga kerja. Begitu juga, upah tenga kerja outsourcing yang diterapkan

PT. Permata Indonesia berbeda-beda tergantung posisi yang ditawarkan. Hak-

hak tenaga kerja outsourcing PT. Permata Indonesia selain upah adalah hak

Jamsostek, hak Asuransi, dan mendapat THR.47

47 Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010.

Page 74: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

71

BAB IV

ANALISIS PRAKTEK PENGUPAHAN OUTSOURCING PT. PERMATA

INDONESIA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Kontrak Tenaga Kerja Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam ekonomi Islam, problem perburuhan diatur oleh hukum-hukum

“kontrak kerja” (Ijarah). Secara definisi Ijarah adalah pemilikan jasa dari

seorang ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang

mengontrak tenaga), serta pemilikan harta dari pihak must’jir oleh seorang ajir.

Atau dengan kata lain Ijaroh merupakan transaksi terhadap jasa tertentu dengan

disertai kompensasi atau upah.1

Dalam alih daya (outsourcing) bentuk perjanjian kerja yang lazim

digunakan adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).2 Begitu juga

bentuk perjanjian yang diterapkan oleh PT. Permata Indonesia terhadap para

tenaga kerja outsourcing adalah perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah perjanjian kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam

waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.3

1 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008). Ed.

1. cet. 1., h. 229 2 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar Mandiriabadi,

2009), cet. Ke-1., h. 13

3 Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 45

71

Page 75: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

72

Syarat tercapainya transaksi Ijaroh tersebut adalah kelayakan dari orang-

orang yang melakukan aqad, yaitu, si penyewa tenaga atau majikan (disebut

dengan Musta'jir) dengan orang yang dikontrak atau pemberi jasa/tenaga

(disebut dengan Ajiir). Kelayakan tersebut meliputi :4

1. Kerelaan (keridhaan) dua orang yang bertransaksi

Hukum yang berlaku dalam masalah upah atau gaji, sebenarnya kembali

kepada keridhaan kedua belah pihak. Prinsipnya adalah ‘an taradhin, yaitu

kedua belah pihak saling ridha yang disepakati di awal perjanjian.5

Sebagaimana bentuk perjanjian kerja antara PT. Permata Indonesia dengan

tenaga kerja outsourcing harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Untuk membuktikan kesepakatan maka dalam perjanjian tersebut harus

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

2. Berakal dan Mumayyis (mampu membedakan dan memilih)

Pada tahap ini seseorang telah mencapai aqil-baligh dan dalam keadaan

normal ia dianggap telah menjadi mukallaf. Kapan seseorang dianggap telah

baligh ini terdapat perbedaan pendapat dari para ulama. Mayoritas ulama

menyebutkan usia 15 tahun, sedangkan sebagian kecil ulama mazhab Maliki

menyebutkan 18 tahun. Namun, ada yang memudahkan perkiraan baligh ini

dengan melihat tanda-tanda fisik, yaitu ketika seorang perempuan telah

4 http://www.angelfire.com

5 Ahmad Sarwat, Sistem Memberi Upah dalam Islam, Artikel di akses pada 21 Juli 2010 dari

http://assunnah.or.id

Page 76: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

73

datang bulan (haid) dan laki-laki telah mengalami perubahan-perubahan

suara dan fisiknya.6 Sebagaimana tahapan perekrutan calon tenaga kerja

outsourcing di PT. Permata Indonesia mensyaratkan kartu tanda pengenal

(KTP). Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2006 pasal 63 ayat 1

disebutkan bahwa “Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing

yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun

atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki KTP”. Syarat seseorang

untuk membuat kartu tanda penduduk yaitu minimal 17 tahun dan ini

membuktikan bahwa seseorang sudah dikatakan baligh menurut Islam.

3. Jelas upah dan manfaat yang akan di dapat.7

Masalah akad pekerjaan penting dipahami dalam satu persepsi yang sama

oleh pihak perusahaan dan tenaga kerja. Akad pekerjaan akan menjadi syarat

dan pedoman dalam bekerja karena ia mengikat kedua belah pihak.8 Hal-hal

yang terkait dengan kesepakatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ketentuan kerja

Ijarah adalah memanfaatkan jasa seseorang yang dikontrak untuk

dimanfaatkan tenaganya. Oleh karena itu, dalam kontrak kerjanya harus

ditentukan bentuk kerjanya, waktu, upah, serta tenaganya. dan waktunya

6 Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Dalam Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1, cet. 3, h. 53

7 http://www.angelfire.com 8 M.I. Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2002). Cet. 1., h.192

Page 77: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

74

harus ditentukan, misalnya harian, bulanan atau tahunan. Selain itu, upah

kerjanya juga harus ditetapkan.

a. Bentuk kerja

Tiap pekerjaan yang halal maka hukum mengontraknya juga halal.

Di dalam ijarah tersebut harus tertulis jenis atau bentuk pekerjaan yang

harus dilakukan seorang ajir. Jenis pekerjaan harus dijelaskan, sehingga

tidak kabur, karena transaksi ijarah yang masih kabur hukumnya adalah

fasid (rusak)9

Dalam melaksanakan perjanjian kerja, PT. Permata Indonesia

menjelaskan bentuk dan jenis pekerjaan yang akan diberikan kepada

tenaga kerja outsourcing, hal tersebut termuat dalam klausul perjanjian

kerja waktu tertentu. Adapun bentuk dan jenis pekerjaan yang tenaga

kerja terima merupakan sondingan dari perusahaan pengguna jasa.

b. Waktu kerja

Dalam praktek outsourcing masalah waktu sangat diperhatikan juga,

sebagaimana telah di atur dalam Keputusan mentri tenaga kerja dan

transmigrasi RI Kep. 100/MEN/VI/2004, pasal 3 ayat 2 Tentang

pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu, disebutkan bahwa jangka

waktu dalam perjanjian kerja waktu tertentu paling lama tiga tahun.

Sebagaimana transaksi ijarah harus disebutkan jangka waktu pekerjaan

9 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, h. 230

Page 78: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

75

itu yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau

selesainya pekerjaan tertentu. Selain itu, harus ada juga perjanjian waktu

bekerja bagi ajir. Adapun waktu yang diterapkan oleh PT. Permata

Indonesia yaitu selama 7 bulan.

Dalam Islam apabila pekerjaan yang memang harus disebutkan

waktunya tetapi tidak terpenuhi maka pekerjaan tersebut menjadi tidak

jelas dan tentu saja hukumnya menjadi tidak sah. Apabila waktu kontrak

sudah ditentukan misalnya dalam jangka waktu 1 tahun atau 1 bulan,

maka tidak boleh salah seorang diantara kedua belah pihak

membubarkannya, kecuali apabila waktunya telah habis. Begitu pula

tidak boleh seseorang bekerja untuk selamanya (tampa waktu yang jelas)

dengan perkiraan gaji yang juga tidak jelas.10

c. Upah kerja (Dibahas di sub bab tersendiri).

2. Hubungan Kerja

Hubungan kerja dalam outsourcing terjadi terhadap tiga objek yaitu

pihak perusahaan outsourcing sebagai vendor atau pensuplai dan penyedia

tenaga kerja. Dalam penyediaan jasa pekerja alih daya (outsourcing), ada

dua tahapan perjanjian yang dilakukan harus dilakukan, yaitu:

a. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan

penyedia pekerja

10 http://www.angelfire.com/id/dialogis/perlakuan.html

Page 79: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

76

b. Perjanjian perusahaan penyedia pekerja dengan karyawan

Dengan adanya dua perjanjian kerja tersebut, maka hubungan hubungan

kerja yang terjadi adalah adalah walaupun karyawan sehari-hari bekerja di

perusahaan pemberi pekerjaan, ia tetap berstatus sebagai karyawan

perusahaan penyedia pekerja. Sedangkan pemenuhan hak-hak karyawan

seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta

perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan

penyedia jasa pekerja.11

Islam menempatkan majikan dan pekerja dalam kedudukan yang setara,

keduanya saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Karena itu,

konsep Islam tentang hubungan kerja majikan-pekerja adalah konsep

penyewaan (ijarah). Konsep penyewaan meniscayakan keseimbangan

antara kedua belah pihak, sebagai musta’jir (penyewa) dan mu’jir (pemberi

sewa). Penyewa adalah pihak yang menyerahkan upah dan mendapatkan

manfaat, sedangkan mu’jir adalah pihak yang memberikan manfaat dan

mendapatkan upah.12

Antara musta’jir dan mu’jir terikat perjanjian selama waktu tertentu

sesuai kesepakatan. Selama waktu itu pula, kedua belah pihak menjalankan

kewajiban dan menerima hak masing-masing. Dalam akad Ijarah ini,

11 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, h. 13

12 Safari Ar Rizki, Tenaga kerja dan Upah Dalam Islam ,Artikel di akses pada 30 Juli 2010

pada http://ekisonline.com/index.php?option=com

Page 80: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

77

musta’jir tidak dapat menguasai mu’jir, karena status mu’jir adalah mandiri,

dan hanya diambil manfaatnya saja. Berbeda dengan jual beli, ketika akad

selesai maka pembeli dapat menguasai sepenuhnya barang yang dibelinya.

Dalam outsourcing terdapat dua kali bentuk ijarah, yaitu:

Pertama, Ijarah dalam arti sewa-menyewa yang terjadi pada perusahaan

otsourcing dengan perusahaan penggunanya dimana perusahaan penyewa

ataupun mengambil manfaat dari barang baik berupa computer atau barang

modern dan tenaga kerja yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan pengguna

untuk meningkatkan produktifitas perusahaan.

Kedua, Ijarah dalam arti upah mengupah yang terjadi antara karyawan

dengan perusahaan outsourcing, yakni perusahaan outsourcing

memanfaatkan keahlian dari karyawan untuk pekerjaannya. Maka karyawan

juga berhak untuk mendapat upah dari kerja yang telah dilaksanakan. Dan

kerja yang dilakukan oleh karyawan adalah mempunyai waktu yang telah

ditentukan oleh perusahaan outsourcing.13

Kontak kerja antara pengusaha dan pekerja adalah kontrak kerja sama

yang harusnya saling menguntungkan. Pengusaha diuntungkan karena

memeroleh jasa dari pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tertentu yang

dibutuhkan pengusaha. Sebaliknya, pekerja diuntungkan karena

memperoleh penghasilan dari imbalan yang diberikan pengusaha karena

13 M. Syafi’I, Outsourcing Tenaga Kerja Perspektif Ijarah, (skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 70

Page 81: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

78

memberikan jasa kepada pengusaha. Karena itulah, hubungan

ketenagakerjaan di dalam pandangan Islam adalah hubungan kemitraaan

yang harusnya saling menguntungkan tidak boleh satu pihak menzalimi dan

merasa dizalimi oleh pihak lainnya.

3. Penyelesaian Perselisihan

Dalam pelaksanaan kegiatan alih daya, berbagai potensi perselisihan

mungkin timbul, misalnya berupa pelanggaran peraturan perusahaan oleh

karyawan maupun adanya perselisihan antara karyawan outsourcing dengan

karyawan lainnya. Menurut pasal 66 ayat (2) hurup c UU No.13 Tahun

2003, penyelesaian yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan

penyedia jasa pekerja. Jadi, walaupun yang dilanggar oleh karyawan alih

daya adalah peraturan perusahaan pemberi pekerjaan, yang berwenang

menyelesaikan perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa

pekerja.14

Pada dasarnya peraturan pemerintah, baik UUK maupun Peraturan

Menteri Tenaga Kerja RI No PER-02/MEN/1993 Tentang kesepakatan kerja

waktu tertentu, tidak mengatur secara terperinci mengenai penyelesaian

perburuhan untuk tenaga kerja waktu tertentu. Mekipun demikian jika

ditinjau lebih jauh, suatu tenga kerja waktu tertentu dengan kata lain tenaga

kerja kontrak melakukan suatu pekerjaan di suatu perusahaan berdasarkan

14 Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, h. 48

Page 82: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

79

kontrak kerja yang telah dibuat dan ditandatangani oleh tenaga kerja kontrak

tersebut serta pihak perusahaan yang mempekerjakannya. Sementara itu,

jika terjadi suatu perselisihan, penyelesaian perselisihan yang dapat

dilakukan/diambil oleh tenaga kerja kontrak tersebut adalah penyelesaian

perselisihan perburuhan sebagaimana yang tercantum dalam kontrak

tersebut.15

Penyelesaian perselisihan yang diterapkan oleh PT. Permata Indonesia,

sebagaimana yang termuat dalam klausul perjanjian, yaitu perselisihan yang

timbul sebagai akibat perjanjian akan diselesaikan secara musyawarah untuk

mencapai mufakat, sedangkan apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan

secara musyawarah maka masing-masing pihak sepakat untuk

menyelesaikannya di pengadilan negeri setempat dan masing-masing pihak

memilih kediaman hukum yang tetap di kepaniteraan Pengadilan Negeri.

Sebagaimana dalam Islam, penyelesaian perselisihan pada prinsipnya

boleh dilaksanakan melalui tiga jalan, yaitu

a. Jalan perdamaian (shulhu)

Jalan pertama yang dilakukan apabila terjadi perselisihan dalam

suatu akad adalah dengan menggunakan jalan perdamaian (shulhu)

antara kedua belah pihak. Dalam fiqih pengertian shulhu adalah suatu

15 Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja (untuk karyawan dan

perusahaan), penyunting, Yoga Anggoro (Jakarta: Visimedia, 2009), cet. 1., h.86

Page 83: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

80

jenis akad untuk mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling

berlawanan, atau untuk mengakhiri sengketa.

b. Jalan arbitrase (tahkim)

Istilah tahkim secara literal berarti mengangkat sebagai wasit atau

juru damai. Sedangkan secara terminologis tahkim berarti pengangkatan

seorang atau lebih, sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang atau

lebih yang bersengketa, guna menyelesaikan perkara yang mereka

perselisihkan secara damai yang ditunjuk langsung oleh dua orang yang

bersengketa.

c. Jalan peradilan (al-Qadha)

Al-qadha secara harfiah berarti antara lain memutuskan atau

menetapkan. Menurut istilah fiqih kata ini berarti menetapkan hukum

syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya

secara adil dan mengikat. Orang yang berwenang menyelesaikan perkara

pada pengadilan semacam ini dikenal dengan qadhi (hakim).

4. Berakhirnya Akad

PKWT berakhir pada saat berakhirnya jangka waktu yang ditentukan

dalam klausul perjanjian kerja.16 Menurut UUK pasal 61 ayat (1) perjanjian

kerja berakhir sebagai berikut:

a. Pekerja meninggal dunia

16 Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja (untuk karyawan dan

perusahaan), h. 73

Page 84: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

81

b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja

c. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga

penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai

kekuatan hokum tetap

d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama

yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

Jika salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya

jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT), atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena hal-hal yang di

atas, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar

ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar uah pekerja/buruh sampai batas

waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja (pasal 62 UUK).17

Sebab-sebab berakhirnya perjanjian kerja sebagaimana yang tertuang

dalam UUK pasal 61 ayat (1) diterapkan juga dalam perjanjian kerja waktu

tertentu di PT Permata Indonesia. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas

bahwa masalah perburuhan dalam ekonomi Islam diatur oleh hukum-hukum

“kontrak kerja” (Ijaroh).

Pada prinsipnya Ijarah merupakan akad yang mengikat (lazim) kedua

belah pihak yang melakukannya. Artinya ketika akad terjadi, masing-masing

17 Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja (untuk karyawan dan

perusahaan), h. 77

Page 85: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

82

pihak harus menunaikan kewajiban dan menerima hak masing-masing serta

tidak boleh membatalkannya (fasakh) kecuali ada hal-hal yang menurut

ketentuan hokum (syara’) dapat dijadikan alasan pembatalan.18 Adapun hal-

hal yang bisa menyebabkan batalnya akad ijarah yaitu:

a. Salah satu pihak meninggal dunia

Mengenai kematian ini, terdapat perbedaan pendapat diantara para

fukoha mengenai masalah apakah kematian pihak-pihak yang

melakukan akad mengakibatkan berakhirnya akad. Dalam akad sewa

menyewa yang merupakan akad yang mengikat secara pasti dua belah

pihak, penyewa atau yang menyewakan, menurut pendapat ulama-ulama

madzhab hanafi mengakibatkan berakhirnya akad. Dengan alasan bahwa

objek sewa menyewa adalah manfaat barang sewa yang terjadinya

sedikit-sedikit sejalan dengan waktu yang dilalui. Manfaat barang yang

ada setelah meninggalnya pemilik bukan lagi menjadi haknya sehingga

akad tidak berlaku lagi terhadapnya. Berbeda dengan ulama syafi’iyah

memandang manfaat barang sewa semuanya telah ada ketika akad

diadakan, tidak terjadi sedikit-sedikit, sehingga kematian salah satu

pihak tidak membatalkan akad.19 Karena dalam outsourcing yang

menjadi objek adalah pekerja maka apabila si pekerja meninggal dunia

18 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 127 19 Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Dalam Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),

Ed. 1, cet. 3, h. 93

Page 86: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

83

maka putus akadnya karena yang disewa adalah jasa si pekerja dan hal

itu tidak bisa di gantikan.

b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad Ijarah telah berakhir.

c. Berakhir dengan iqalah yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan

antara kedua belah pihak.

d. Terjadinya kerusakan pada barang sewaan, seperti rumah terbakar atau

mobil hilang.

e. Menurut ulama Hanafiyah apabila ada udzur dari salah satu pihak.

Udzur-udzur yang dapat membatalkan akad Ijarah itu, menurut ulama

Hanafiyah adalah salah satu pihak mengalami kepailitan dan berpindah

tempatnya penyewa, misalnya seseorang digaji untuk menggali sumur di

suatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa

lain. Akan tetapi menurut jumhur ulama, udzur yang boleh membatalkan

akad Ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau

manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan

dilanda banjir.20 Sebagaimana yang diterapkan oleh PT. Permata

Indonesia dalam hal pemutusan perjanjian kerja yaitu apabila si pekerja

melakukan hal-hal yang dapat merugikan perusahaan atau melanggar

apa-apa yang telah dibuat dalam perjanjian kerja tersebut.

20 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 128

Page 87: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

84

B. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Pengupahan Outsourcing PT.

Permata Indonesia

Dalam ekonomi Islam disyaratkan agar upah dalam transaksi ijarah

disebutkan secara jelas. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :

من استأجر أجيرا فليعلمه أجره

Artinya: “Siapa yang memperkerjakan seseorang hendaklah ia memberitahukan

kepadanya berapa bayarannya.”21

Hadist ini menegaskan bahwa seorang buruh jangan sampai tidak

mengetahui upahnya karena hal itu dapat membuka peluang terjadinya proses

penipuan.

Dalam hal pengupahan, PT. Permata Indonesia bersikap transfaran terhadap

tenaga kerja hal itu bisa terlihat dalam klausul perjanjian yang mana besarnya

upah yang diterima tenaga kerja outsourcing disebutkan didalam perjanjian

tersebut. Dalam hal besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja outsourcing

mengikuti peraturan perusahaan dimana ia bekerja. Jadi dalam hal ini PT.

Permata Indonesia tidak mempunyai wewenang dalam menentukan upah dan

PT. Permata Indonesia tidak punya hak atas upah karyawan tersebut. Dalam

artian perusahaan tidak mengambil keuntungan dari upah tenaga kerja dengan

cara memotongnya. Akan tetapi PT. Permata Indonesia memperoleh

keuntungan dari fee managemen. Dalam hal pengambilan keuntungan (fee) PT.

21 Ibnu Abi Syaibah, Kitab Al-Mushannif Ibnu Abi Syaibah, Juz. 5., h. 129

Page 88: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

85

Permata Indonesia menerapkan 2 (dua jenis) sistem fee manajemen, yaitu

recrutmen services/fee dan paying agen fee.

Islam mengharamkan segala jenis kezaliman dan mengajak dihilangkannya

berbagai bencana dan keburukan yang timbul darinya, sebagaimana tercantum

dalam surat Al-Baqarah :

☺ / ٢ : ٢٧٩ ) البقرة( ☺

Artinya :

”Kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(Q.S Al-Baqarah/ 2 : 279)

Diantara bentuk-bentuk kezaliman yang paling jelas adalah memeras kaum

buruh dan menahan upah kerja mereka. Sesungguhnya hal semacam itu sangat

diharamkan dan sangat jelas pelarangannya karena dapat dikategorikan sebagai

memakan harta secara batil.22 Di dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh

Bukhari dalam shahihnya , disebutkan:

باع حرا ثم غدر، رجلرجل اعطى بي: ثالثة أنا خصمهم يوم القيامة فأآل ثمنه، ورجل إستأجر أجيرا فاستوفى منه ولم يوفه أجره

Artinya:

“Tiga orang yang aku menjadi seteru mereka pada hari kiamat: Seseorang yang berjanji pada-Ku kemudian ia melarangnya, seseorang yang menjual orang merdeka lalu ia memakan hasil penjualannya, dan seseorang yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh itu memenuhi pekerjaannya tetapi ia tidak memberikan upahya kepadanya.23

22 Baqir Sharief Qorashy, Keringat Buruh (Hak dan Peran Pekerja dalam Islam)., h. 249

23 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, penj. K.H Didin

Hafiduddin, (Jakarta: Robbani Press, 2001). Cet. 1., h. 403

Page 89: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

86

Begitu juga Islam menganjurkan untuk mempercepat dalam pembayaran

upah tenaga kerja, sebagaimana Hadist Riwayat Ibnu Majah:

)رواه بن ماجة (أعطوا الأجير أجره قبل أن يجف عرقهArtinya:

“Berikanlah upah kepada orang yang dipakai tenaganya sebelum kering keringatnya”.*

Hadist ini mempertegas bahwa pemilik usaha (perusahaan) berkewajiban

membayar upah kepada buruh yang telah selesai melaksakan pekerjaannya,

entah itu dibayarkan secara harian, mingguan, bulanan, ataupun lainnya.24

Dalam hal pembayaran upah, PT. Permata Indonesia membayar upah tenaga

kerja setiap bulan. Adapun tentang mengenai penentuan upah, yaitu rujukannya

kepada kesepakatan antara kedua belah pihak. Tetapi tidak sepatutnya bagi

pihak yang kuat dalam akad (kontrak) mengeksploitasi kebutuhan pihak yang

lemah dan memberikan kepadanya upah di bawah setandar.25 Hukum yang

berlaku dalam masalah upah atau gaji, sebenarnya kembali kepada keridhaan

kedua belah pihak. Prinsipnya adalah ‘an taradhin, yaitu kedua belah pihak

saling ridha yang disepakati di awal perjanjian.26

* (HR. Ibnu Majah dari Umar, Abu ya’la dari Abu Hurairah, a-Tabrani dalam al-Ausath dari

Jabir, al-Hakim dari Anas dan semua jalan riwayatnya adalah lemah, tetapi secara kolektif menjadi hadist hasan, seperti dikatakan oleh al-Munawi dalam Faidhul Qadir (I/562-563), dihasankan oleh al-Bani dalam Shahih al-Jami’ Ash-Shaghir wa Ziyadatuh (1055))

24 Baqir Sharief Qorashy, Keringat Buruh (Hak dan Peran Pekerja dalam Islam)., h. 251 25 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, h. 405

26 Ahmad Sarwat, Sistem Memberi Upah dalam Islam, Artikel di akses pada 21 Juli 2010 dari

http://assunnah.or.id

Page 90: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam ekonomi Islam, upah (ujrah) merupakan bagian dari Ijarah. Di

dalam pelaksanannya ada syarat dan ketentuan yang mengikat kedua belah

pihak, baik pemberi upah dan yang menerimanya. Dalam hal besar kecilnya

upah, Islam mengakui terjadinya perbedaan dikarenakan beberapa sebab

seperti, perbedaan jenis pekerjaan, perbedaan kemampuan, keahlian, dan

pendidikan,

2. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja outsourcing di PT. Permata

Indonesia mengikuti peraturan yang ada di perusahaan pengguna jasa

outsourcing (klien). Aturan yang yang diikuti oleh PT. Permata Indonesia

dalam hal pengupahan adalah waktu pembayaran dan besarnya upah tenaga

kerja outsourcing. Upah pokok karyawan tidak ada pemotongan oleh PT.

Permata Indonesia. Adapun pemotongan dari upah pokok karyawan hal itu

digunakan untuk Jamsostek sebesar 2% dan 4,24% nya menjadi beban

perusahaan pengguna jasa outsourcing (klien). PT. Permata Indonesia tidak

mengambil keuntungan dari upah pokok karyawan, namun keuntungannya

diperoleh dari fee manajemen. Fee manajemen adalah biaya atau bayaran

87

Page 91: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

88

yang diterima PT. Permata Indonesia dari klien atas jasa penyediaan tenaga

kerja. Fee managemen itu tidak ada hubungannya dengan tenaga kerja, akan

tetapi hubungannya antara PT. Permata Indonesia dengan perusahaan

pengguna jasa (klien). Selain upah, hak-hak tenaga kerja outsourcing yang

diberikan oleh PT. Permata Indonesia adalah hak Jamsostek, Hak Asuransi,

dan mendapat THR.

3. Secara umum praktek pengupahan outsourcing yang diberlakukan PT.

Permata Indonesia terhadap tenaga kerja outsourcing nya telah memenuhi

aspek-aspek Syariah Islam antara lain ditinjau dari perjanjian kerjanya,

karena masalah upah diputuskan oleh mereka yang mengadakan perjanjian

kerja. Dalam melaksanakan perjanjian kerja, PT. Permata Indonesia

memberikan kejelasan kepada tenaga kerja outsourcing baik dari aspek

bentuk dan jenis kerjanya, masa kerjanya, maupun upah yang diberikan.

Sebagaiman Islam sangat menekankan dalam hal pengupahan harus dengan

rasa keadilan dan tidak ada unsur kedzaliman. Pada prinsipnya dalam

praktek pengupahan adalah ‘an taradhin, yaitu kedua belah pihak saling

ridha yang disepakati di awal perjanjian.

B. Saran-saran

Sebagai program perbaikan kedepan, penulis memberi saran-saran kepada

PT. Permata Indonesia sebagai berikut :

Page 92: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

89

1. PT. Permata Indonesia hendaknya senantiasa menjaga hubungan baik antara

tenga kerja outsourcing maupun dengan para klien, karena mereka adalah

mitra-mitra kerja yang mendukung perkembangan bisnis outsourcing

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik dari karyawan

PT. Permata Indonesia maupun dari para tenaga kerja yang direkrut,

mengingat faktor SDM memiliki dampak yang signifikan dalam mendorong

sebuah kinerja perusahaan kearah yang lebih baik dan supaya tenaga kerja

yang disalurkan mempunyai skill dan ada harganya di mata para klien atau

perusahaan pengguna jasa outsourcing

3. Meningkatkan kembali pelayanan, baik dari segi pembayaran upah,

pemenuhan hak-hak para tenaga kerja outsourcing lainnya. Karena dengan

memenuhi hak-hak dasar tenaga kerja, maka akan meningkatkan kinerja

para tenaga kerja dan hal itu sangat di cintai Allah SWT dan Rasul-Nya.

Page 93: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

BAB II

UPAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Upah dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam kacamata Islam, upah dimasukan ke dalam wilayah fiqh muamalat,

yakni dalam pembahasan tentang ujarah. Menurut bahasa, ujrah berarti upah.

Sedangkan menurut tata bahasa, ujrah ( أجرة) atau ijarah (اجارة ) atau ajaarah

( اجر ) dan yang fasih adalah ijarah, yakni masdar sam’i dari fi’il ajara (اجارة)

dan ini menurut pendapat yang sahih.1

Pendapat lain mengemukakan bahwa ujrah berasal kata al-ajru yang berarti

al-iwadhu (ganti). Dengan sendirinya, lafaz al-tsawab (pahala) bisa dikaitkan

dengan upah. Mengingat, al-tsawab (pahala) merupakan imbalan atas sesuatu

pekerjaan baik. 2 Ujrah atau upah diartikan sebagai pemilikan jasa dari seorang

ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak

tenaga). Ijarah merupakan transaksi terhadapa jasa tertentu dengan disertai

kompensasi.3 Kompensasi imbalan inilah yang kemudian disebut ujrah. Lafaz

ujrah mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan suatu

benda atau imbalan dari suatu kegiatan.

1 Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, alih bahasa oleh Drs. H. Moh. Zuhri Dipl. Tafl,

et. al., (Semarang: as-Syifa, 1994), cet. Ke-2, h. 166

2 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa oleh H. Kamaludin A. Marjuki, (Bandung: Al Maarif, 1997), cet 7, jilid 13, h. 15

3 Taqyudin an-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Islam, (Surabaya: Risalah

Gusti, 1996), h. 83

13

Page 94: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN OUTSOURCING PT. PERMATA

INDONESIA

A. Sekilas Tentang Outsourcing

1. Pengertian Outsourcing

Outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari

suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa

outsourcing).1 Dalam hukum ketenagakerjaan Indonesia outsourcing (alih

daya) diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyedia jasa tenaga

kerja. Pengertian lainnya, Outsourcing adalah proses memindahkan

pekerjaan dan layanan yang sebelumnya dilakukan di dalam perusahaan ke

pihak ketiga. Outsourcing bisa diartikan juga usaha untuk mendapatkan

tenaga ahli serta mengurangi beban dan biaya perusahaan dalam

meningkatkan kinerja perusahaan agar terus kompetitif dalam menghadapi

perkembangan ekonomi dan teknologi global dengan menyerahkan kegiatan

perusahaan pada pihak lain yang tertuang dalam kontrak.2 Dibidang

ketenagakerjaan, outsourcing dapat diterjemahkan sebagai pemanfaatan

tenaga kerja untuk memperoduksi atau melaksakan suatu pekerjaan oleh

1 Candra Suwondo, Outsourcing Implementasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, 2003), Cet. 1., h. 2 2 Amin Widjaja Tunggal, Outsourcing Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 11

34

Page 95: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

DAFTAR PUSTAKA Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Iislam Jilid 2, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995). Asikin, H. Zainal, dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004). Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan Dalam Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2007) Djatnika, H. Rahmat, Pola Hidup Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

1991). Djumaidi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004). Hasan Syadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1984). Hasan, M. Ali, Berbagai Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004) Http://permataindonesia.com/ Http://www.angelfire.com/id/dialogis/perlakuan.html Huda, Nurul, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana,

2008) Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja (untuk karyawan dan

perusahaan), penyunting, Yoga Anggoro (Jakarta: Visimedia, 2009) Al-Husaini, Imam Taqiyuddin Abu Baker, Kifayatul Akhyar, (terj) oleh K.H

Syarifuddin Anwar dan K.H Misbah Mustafa, (Surabaya: CV. Bina Iman, 1994).

Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto, Proses Bisnis Outsourcing

(Jakarta: PT Grasindo, 2003). Klausul Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT. Permata Indonesia

90

Page 96: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

91

Lathif, AH. Azharudin, Fikh muamalah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). Manan, M.A, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf,

2000). Muba, Wang, “Tenaga Kerja Outsourcing”, Artikel di akses pada 16 oktober 2009

dari http://wangmuba.com Mursi, Abdul Hamid, SDM Produktif : Pendekatan dan Sains, (Jakarta : Gema Insani

Press, 1987). N, Gindo, “Praktek Outsourching Semakin Menggila”, Artikel di akses pada 16

Oktober 2009 dari http://kpsmedan.org/index.php?option=com. PT. Permata Indonesia, Klausul Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) PT.

Permata Indonesia PT. Permata Indonesia. Profil Perusahaan, Booklet, (Jakarta, PT. Permata Indonesia,

t.th) Priandoyo, Anjar , ”Delapan Pertanyaan Tentang Outsourcing (tenaga kerja)”, di

akses pada 16 oktober 2009 pada http://priandoyo.wordpress.com Qardhawi, Yusuf, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, penj. K.H

Didin Hafiduddin, (Jakarta: Robbani Press, 2001). Qarashi, Baqir Sharif, Hak dan Peran Pekerja Dalam Islam (Jakarta: Al-Huda,

2007). Rifai, Moh., Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV. Wicaksana, 2002). Rizki, Safari, Tenaga kerja dan Upah Dalam Islam ,Artikel di akses pada 30 Juli

2010 pada http://ekisonline.com/index.php?option=com Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, (terj) oleh H. Kamaludin A. Marjuki, (Bandung: Al

Ma’rif, 1997). Sarwat, Ahmad, Sistem Memberi Upah dalam Islam, Artikel di akses pada 21 Juli

2010 dari http://assunnah.or.id Simajuntak, Payaman P., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta :LPFE

UI, 1998).

Page 97: SISTEM PENGUPAHAN OUTSOURCING PADA PT. PERMATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4030/1/RUDI... · dan rahmatnya yang tak terkira, serta atas segala ilmu dan hidayah

92

Sudibjo, Wisnu, “Syariat Islam Dalam Persoalan Tenaga Kerja” artikel diakses pada 16 oktober 2009 dari http://wisnusudibjo.wordpress.com

Sudjana, Eggi, Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Kering (Jakarta:: Persaudaraan

Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), 2000). Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007). Sutedi, Adrian, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009). Suwondo, Candra, Outsourcing Implementasi di Indonesia, (Jakarta : PT. Elex Media

Komputindo, 2003). Syahatah, Husain dan Siddiq Muh Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi dan Etika Bisnis

Dalam Islam (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005). Syaibah, Ibnu Abi, Kitab Al-Mushannif Ibnu Abi Syaibah, Juz. 5., h. 129 Tunggal, Amin Widjaja, Outsourcing Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo,

2008). Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 64,65, & 66 Tentang Ketenagakerjaan,

File UU ini di akses pada tanggal 16 Juli 2010 dari http://pkbl.bumn.go.id/file/UU-13-2003-ketenagakerjaan.pdf

Wawancara Pribadi dengan Betty Mariyani. Jakarta, 14 Juni 2010. Yasar, Iftida, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, (Dicetak oleh PT. Ikrar

Mandiriabadi, 2009). Yusanto, M.I. dan M.K. Widjajakusuma, Menggas Bisnis Islami, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2002) Zanikhan, “Praktek Outsourcing dan Perlindungan Hak-Hak Kerja”, artikel di akses

pada 16 oktober 2009 pada http://zanikhan.multiply.com/profile.