sistem pendinginan alami pada rumah susun sederhana embong brantas, klojen, malang

10
SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG Makalah Ilmiah Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Arsitektur Disusun oleh: Resti Piutanti NIM. 0910650013 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Upload: resti-piutanti

Post on 05-Dec-2014

157 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Makalah Ilmiah,.

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA

RUMAH SUSUN SEDERHANA

EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

Makalah Ilmiah

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah

Seminar Arsitektur

Disusun oleh:

Resti Piutanti

NIM. 0910650013

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA

EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

Resti Piutanti

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya Malang

Email: [email protected]

Abstrak

Sistem pendinginan Alami menjadi salah satu elemen bangunan yang cukup menentukan

untuk menjaga kenyamanan penghuni, terutama pada Bangunan Rumah Susun. Kebanyakan

kasus yang telah terjadi, penghuni Rusun kembali ke rumah asalnya karena tidak nyaman dan

tidak biasa hidup di bangunan tinggi-menengah. Kenyaman termal sangat erat kaitannya dengan

aktivitas penghuni bangunan. Selain itu, dikarenakan bangunan Rusun Sederhana dituntut untuk

hemat energi (low cost), menyebabkan penggunaan pendinginan alami akan menjadi tantangan

yang besar yang akan dihadapi dalam perancangan. Metode pengumpulan data dalam makalah

ini berupa pengumpulan data sekunder pustaka. Hasil yang diiharapkan adalah diperoleh sintesa

mengenai potensi serta kendala yang terdapat pada lokasi tapak yang dikaitkan dengan variabel

yang ada.

Kata Kunci: Pendinginan Alami, Rumah Susun Sederhana, Embong Brantas

PENDAHULUAN

Bangunan rumah susun sederhana pada

dasarnya dibangun untuk mengakomodasi

masyarakat dengan tingkat kesejahteraan

menengah ke bawah. Bangunan ini tentunya

memiliki kompleksitas yang berbeda dengan

bangunan tinggi-menengah lainnya. Bangunan

rusun harus dibuat dengan efektif, efisien dan

ekonomis tanpa melupakan kebutuhan

penghuninya.

Kenyamanan (dalam hal ini merupakan

kenyamanan termal) merupakan kebutuhan

yang mendasar bagi penghuni sebuah

bangunan. Pada kebanyakan kasus yang telah

terjadi, penghuni Rusun kembali ke rumah

asalnya karena tidak nyaman dan tidak biasa

hidup di bangunan tinggi-menengah. Hal ini

menunjukkan pula bahwa kenyaman termal

sangat erat kaitannya dengan aktivitas

penghuni bangunan sehingga sangat penting

untuk menjadi perhatian agar tidak mematikan

aktivitas penghuni di dalamnya. Sistem

pendinginan Alami menjadi salah satu elemen

bangunan yang cukup menentukan untuk

menjaga kenyamanan penghuni yang dapat

diterapkan dalam rumah susun.

Di sisi lain, saat ini sangat penting

untuk berkontribusi mengurangi dampak

kerusakan alam, minimal di lingkungan sekitar

kita. Kontribusi yang dimaksud dapat berupa

pemaksimalan ruang terbuka hijau dengan

pembangunan secara vertikal, meminimalisir

penggunaan energi, penggunaan sistem

pendinginan yang pasif (alami) dan lain

sebagainya. Dari banyaknya alternatif tersebut,

pendinginan alami, merupakan sistem yang

terintegrasi, dimana aspek lain dapat menjadi

sub elemen di dalamnya.

Terlebih lagi dikarenakan bangunan

Rusun Sederhana dituntut untuk hemat energi

(low cost), pendinginan alami menjadi

alternatif yang dapat diimplementasikan

sebagai tanggapan dari fenomena yang ada.

Selain itu juga dapat menjadi penyelesaian

permasalahan kenyamanan dalam

Perancangan Rumah Susun Sederhana.

. Dalam perancangan, tentunya aspek

lokasi menjadi hal yang penting untuk menjadi

pertimbangan. Hal tersebut mempengaruhi

bagaimana sistem pendinginan alami dapat

digunakan sesuai dengan kondisi lokasi

perancangan. Sehingga diperlukan studi

mengenai potensi serta kendala yang dianalisa

berdasar variabel yang didapat dari pustaka

serta komparasi fasilitas sejenis.

TINJAUAN PUSTAKA

Kenyamanan Termal kaitannya dengan

Iklim

Menurut Prianto dan Depecker

(2001:19), pada hunian di lingkungan beriklim

tropis terutama dengan kelembaban tinggi,

Page 3: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

kenyamanan penghuni tidak hanya tergantung

pada banyaknya suplai udara segar ke dalam

ruangan, tetapi juga tergantung pada kecepatan

angin. Kelembaban tinggi dapat meng-hambat

penguapan keringat sehingga tubuh terasa

tidak nyaman. Aliran angin akan membantu

menguapkan keringat dan memberi rasa sejuk,

sehingga harus mampu melintasi penghuni di

dalam ruang agar dapat mempercepat

pendinginan secara evaporasi (evaporative

cooling). Selain itu, aliran angin juga penting

dalam segi kesehatan untuk ketersediaan udara

segar, sirkulasi udara yang baik, pengeluaran

panas dan gas yang tidak diinginkan.

Pembenaran yang paling nyata dari

sebuah arsitektur yang tanggap iklim adalah

dapat mengurangi atau merendahkan biaya

operasional bangunan untuk pengurangan

konsumsi energi untuk operasional sehari-hari

bangunan tersebut. Mendesain dengan

menjadikan kondisi iklim sebagai

pertimbangannya akan mereduksi penggunaan

energi. Pengurangan penggunaan energi

tersebut akan mempengaruhi penggunaan

energi elektrik yang menghemat biaya

operasional. Sehingga mengefisienkan fungsi

bangunan serta menjadi ekonomis. Hal ini

tentunya sangat perlu diterapkan pada

bangunan rumah susun sederhana.

Selain itu, dengan penghematan

penggunaan energi listrik yang didapat dari

hasil pembakaran minyak fosil yang makin

lama makin menipis, maka akan mengurangi

emisi karbon dari panas yang terbuang.

Dengan demikian juga akan meresuksi efek

pemanasan lokal permukaan.

Untuk memaksimalkan hal-hal tersebut

diatas, maka dibutuhkan sistem pasif. Sistem

pasif yang dimaksud disini adalah sistem

pendinginan alami pada bangunan. Pada

sistem ini, bangunan dan elemen-elemennya

berperan utama sebagai pengkondisian

kenyamanan dalam bangunan itu sendiri, tanpa

bantuan dari peralatan elektronik.

Konsep Pendinginan Alami untuk

mencapai Kenyamanan Termal

Sistem pasif pada bangunan

melibatkan elemen-elemen bangunan secara

langsung sehingga harus dipertimbangkan

sejak dari awal perencanaan. Pendinginan

alami mengikuti proses desain dari suatu

bangunan untuk menghindari beban dari alat

pendingin tambahan.

Penempatan bangunan yang tepat

terhadap matahari, angin, bentuk denah dan

konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai,

maka temperatur ruangan dapat dengan

sendirinya didinginkan beberapa derajat tanpa

bantuan peralatan mekanis. (Lippsmeier,

1994:101)

Menurut Norbert Lechner, dalam

bukunya Heating, Cooling, Lighting

(2007:282), untuk mendapatkan kenyamanan

termal secara pasif, maka harus diterapkan

beberapa pendekatan, seperti:

a. Penghindaran panas

Pada tingkatan ini yang harus dilakukan

adalah upaya-upaya untuk meminimalkan

pengaruh panas dan radiasi matahari

kedalam bangunan. Strategi-strategi yang

dapat dilakukan antara lain:

- Pembayangan terhadap sinar matahari

- Pengaturan orientasi bangunan terhadap

matahari

- Penggunaan bahan dan warna material

dinding bangunan

- Faktor-faktor vegetasi, serta

- Pengendalian panas internal dalam

ruangan

Strategi penghindaran panas

biasanya tidak cukup dilakukan untuk

mencapai kenyamanan termal, terutama

didaerah lingkungan tropis. Maka

diperlukan kombinasi dengan strategi

lain.

b. Pendinginan Pasif

Dengan menerapkan beberapa

sistem pendinginan pasif kondisi suhu

udara dapat didinginkan. Salah satu

mekanisme pendinginan pasif antara lain

menggunakan ventilasi alami. Dalam

kondisi suhu-suhu udara tertentu,

terutama pada daerah tropis, strategi

penghindaran panas saja tidak cukup

menjamin kenyamanan termal dalam

ruang. Penambahan ventilasi silang

sebagai pendingin alami sangat

membantu dalam mencapai kenyamanan

termal yang dikehendaki.

c. Penggunaan peralatan mekanis

Penggunaan bantuan peralatan mekanis

pada umumnya dilakukan apabila kondisi

bangunan tidak memungkinkan untuk

Page 4: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

menerapkan strategi penghindaran panas

maupun pendinginan pasif.

Perancangan harus memperhitungkan

kondisi-kondisi iklim yang ekstrim. Efek

radiasi matahari yang intensif, angin yang

membawa debu, tingginya kelembapan dan

temperature udara dapat dikontrol dengan

perancangan yang baik terhadap komponen-

komponen pembentuk bangunan, terutama

komponen penutup luar (Lippsmeier,

1994:74).

SELUBUNG BANGUNAN

Selubung atau kulit bangunan

merupakan bagian dari elemen bangunan yang

letaknya paling luar dan berhadapan langsung

dengan lingkungan. Selubung bangunan

adalah batas langsung antara lingkungan alami

termasuk iklim dengan lingkungan buatan atau

ruangan. Dengan demikian selubung bangunan

memiliki peran yang penting dalam

mengakomodasi hubungan timbal balik antara

lingkungan luar dan dalam bangunan.

Gambar 1. Selubung Bangunan

Sumber: goodway.com

Selubung bangunan merupakan suatu

kesatuan dari beberapa komponen-komponen

bangunan yang menyusun konstruksi terluar

sebuah bangunan. Komponen-komponen

tersebut antara lain adalah atap, dinding luar,

shading device, bukaan-bukaan ventilasi, serta

lantai.Dominasi komponen tersebut berbeda-

beda pada bangunan-bangunan tertentu. Akan

tetapi, masing-masing komponen dapat

mengoptimalkan kondisi kenyamanan dalam

ruang yang dilingkupinya.

Bukaan/Ventilasi

Udara yang bergerak menghasilkan

penyegaran karena proses penguapan, yang

berarti menurunkan temperatur pada kulit

(Lippsmeier, 1994). Pergerakan udara dalam

ruang secara alami dapat dicapai dengan cara

ventilasi. Sirkulasi udara yang mengalir

secara terus menerus akan mampu mengatasi

masalah kelembapan serta pengaruh panas

yang berlebihan di dalam ruangan.

Gambar 2. Ventilasi silang

Sumber: Brown dan DeKay. 2001

Ventilasi udara sebagai kebutuhan

mutlak untuk mencapai suatu kondisi ruang

yang sesuai dengan tuntutan fungsi. Ventilasi

udara diperlukan untuk mendapatkan

temperatur, kelembaban serta distribusi udara

sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh

proses, termasuk peralatan yang dipergunakan

di dalam ruang yang bersangkutan. Dalam hal

tersebut juga tercakup persyaratan yang

diperlukan untuk mendapatkan kenyamnan

lingkungan beraktivitas bagi civitasnya. Jika

pertukaran udara cukup baik maka

penghawaaan dan pengkondisian udara dalam

bangunan tidak begitu diperlukan.

Secara umum, dikenal ada dua jenis

ventilasi alami, yaitu ventilasi horizontal dan

ventilasi vertikal. Namun, kombinasi dua jenis

ventilasi ini akan lebih baik dan lebih optimal.

Mangunwijaya (2000:148), mendefinisikan

dua jenis ventilasi sebagai berikut:

a. Ventilasi horizontal disebabkan oleh

arus angin yang datang horizontal dari

sumber angin.

Gambar 3. Ventilasi horizontal

Sumber: 19design.wordpress.com

Page 5: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

b. Ventilasi vertikal disebabkan oleh

perbedaan lapisan-lapisan udara (baik

dalam ruangan maupun di luar ruangan)

yang berselisih berat jenisnya.

Gambar 4. Ventilasi vertikal

Sumber: 19design.wordpress.com

Atap

Atap merupakan elemen bangunan

yang terletak paling atas dari bangunan. Atap

memiliki peranan penting sebagai naungan

bagi ruangan maupun elemen lain bangunan

dari terik matahari dan hujan.

Gambar 5. Atap dan

bayangan

Sumber: kompas.com

Mangun wijaya ( 2000 : 280 )

menyebutkan persyaratan yang harus menjadi

kriteria desain atap pada daerah Nusantara,

antara lain:

a. Atap harus sebanyak mungkin

menangkis radiasi panas matahari serta

menghindari konveksi udara panas

b. Menjamin kerapatan terhadap hujan

dan kelembaban

c. Mampu menahan hempasan angin dan

hujan

Dinding Luar (Façade)

Dinding bangunan berperan dalam

menunjang keberlangsungan bangunan

sebagai; penyangga beban komponen di

atasnya, penutup atau pembatas ruang,

mengakomodasi pengaruh iklim dan

lingkungan luar (radiasi matahari, radiasi

panas dari dalam ruang, pemeliharaan suhu

dalam bangunan, perlindungan dari tampias

hujan, mengatur ventilasi dalam ruangan,

pelindung dari angin, dsb).

Mangunwijaya (2000:349),

menyebutkan kriteria dinding luar sebagai

berikut:

a. Radiasi matahari,

mampu memantulkan kembali ataupun

menyerap radiasi matahari dari luar sesuai

kebutuhan dalam ruang.

b. Radiasi sumber-sumber kalor dari dalam,

Menyerap ataupun mengembalikan

kelembapan untuk mengontrol kondensasi

kalor dalam ruang.

c. Penghalang kalor dari luar,

Tebal tipis dinding dan kemampuannya

dalam menghalangi kalor dari luar

d. Pemeliharaan suhu dalam ruangan

Sebaiknya tidak mudak terpengaruh

perubaha suhu di luar

e. Mengatur derajat kelembapan,

f. Melindungi dari arus angin,

g. Pengaturan ventilasi dalam ruangan.

Gambar 6. Dinding luar (façade) pada bangunan

Sumber: archicentral.com

Hal-hal yang mempengaruhi

keberadaannya untuk mencapai kenyamanan

termal adalah; orientasi dinding terhadap

matahari, material dan warna pada dinding,

dan konstruksi dinding.

Page 6: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

Shading Device

Sinar matahari merupakan sumber

pencahayaan alami yang penting bagi

bangunan. Namun, selain itu sinar matahari

juga memberikan radiasi panas yang dapat

memberikan dampak buruk bagi kenyamanan

termal. Bangunan memerlukan cahaya alami

dari matahari, akan tetapi pada waktu yang

sama juga harus menghindari radiasi

panasnya. Hal ini menjadi permasalahan yang

bisa diselesaikan secara teknis.

Pencahayaan dari sinar matahari dapat

dimanfaatkan dengan pantulan-pantulan,

sehingga tidak secara langsung masuk dan

membawa panas secara langsung. Salah satu

teknik yang bias dilakukan adalah dengan

menciptakan daerah bayang-bayang (shading

device) pada bidang bukaan.

Gambar 7. Shading device Sumber: ics.ele.tue.nl

METODE KAJIAN

Metode pengumpulan data dalam

makalah ini berupa pengumpulan data

sekunder pustaka. Dari studi pustaka akan

didapatkan variabel yang akan digunakan

untuk mengkaji komparasi bangunan dengan

fungsi sejenis berupa rumah susun serta

mengkaji lokasi perancangan, yakni Embong

Brantas, Kec. Klojen, Kota Malang.

Hasil yang diiharapkan adalah

diperoleh sintesa mengenai potensi serta

kendala yang terdapat pada lokasi tapak yang

dikaitkan dengan variabel yang ada.

KOMPARASI

Rumah Susun Dupak Bangunrejo

Surabaya

Rumah Susun Dupak Bangunrejo

Surabaya ini berlokasi di Jl. Alun-alun Bangun

Sari Selatan, Surabaya. Rumah susun ini

terbangun di wilayah sub-urban. Kondisi

topografinya cukup landai.

Gambar 8. Lokasi Rusun Dupak Bangunrejo

Sumber: maps.google.com

Rumah susun ini terdiri atas 3 (tiga)

lantai, dan memiliki ruang hunian sebanyak 25

unit dengan perincian 10 unit di lantai 1, 8 unit

di lantai 2, dan 7 unit di lantai 3. Fasilitas

pendukung berupa KM/WC dan dapur

komunal berada pada setiap lantai dan 2 (dua)

musholla yang masing-masing terletak di

lantai 2 dan 3. Sirkulasi vertikal menggunakan

tangga yang menghubungkan antar lantai.

Masing-masing ruang hunian memiliki

dimensi 3.0 x 6.0 m2 dan 3.6 x 5.0 m2 dengan

karakteristik penataan ruang tiap unit diatur

saling berhadapan dan dipisahkan oleh lorong

(internal-coridor).

Iklim;

Temperatur Kota Surabaya cukup

panas, yaitu rata-rata antara 22,60 – 34,10

dengan tekanan udara rata-rata antara 1005,2 –

1013,9 milibar dan kelembaban antara 42% -

97%. Kecepatan angin rata-rata perjam.

mencapai 12 – 23 km, curah hujan rata-rata

antara 120 – 190 mm.

Gambar 9. Layout Rusun Dupak Bangunrejo

Surabaya

Sumber: Indrani, 2008

Page 7: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

Orientasi bangunan;

Orientasi bangunan rusun ini

memanjang ke arah timur laut dan barat daya.

Rumah susun ini memiliki arah hadap 45o dari

utara. Seluruh unit hunian berbatasan langsung

dengan ruang luar sehingga masih

memungkinkan untuk mendapat pencahayaan

dan penghawaan yang alami.

Aliran angin;

Untuk bangunan yang berorientasi 45°

terhadap arah Utara, pada bulan Januari aliran

angin mengenai bangunan dominan dari arah

270° (Barat), sehingga orientasi bukaan

external-internal tidak tegak lurus angin. Pada

bulan Oktober, arah angin mengenai bangunan

dominan dari arah 90°, maka orientasi bukaan

external-internal juga tidak tegak lurus aliran

angin.

Gambar 10. Model bukaan external-internal eksisting

Sumber: Indrani dan Nurdiah, 2006

Berdasarkan data iklim, kecepatan

angin di Surabaya tidak terlalu tinggi,

umumnya sebesar 2,5 m/s dan sebagian besar

arah angin dari Timur-Barat.

Dalam hasil studi yang dilakukan Hedy

C. Indrani dalam jurnal mengenai kinerja

ventilasi pada hunian rumah susun dupak

bangunrejo Surabaya (2008) menunjukkan

bahwa secara keseluruhan kinerja rusun di

wilayah sub-urban yang tidak memiliki

orientasi bukaan tegak lurus aliran angin

masih dapat memenuhi persyaratan pergantian

udara jika pintu dan jendelanya memiliki

bovenlicht dengan jadual pembukaan selama

24 jam. Namun jika layout bangunan memiliki

ruang di dalam ruang seperti internal corridor

maka persyaratan pergantian udara pasti tidak

terpenuhi sehingga luasan bukaan perlu

ditingkatkan minimal 50% luasan lantai.

Dalam hal ini pernyataan yang pernah menjadi

patokan (rule of thumb) bahwa luas jendela

minimal adalah 20% dari luasan lantai, untuk

layout tiga lapis di wilayah sub-urban sudah

tidak memadai.

Pembayangan terhadap sinar matahari;

Terdapat bangunan dengan fungsi

sejenis di sekitar tapak. Terdapat obstruction

di seberang tapak. Bangunan tersebut memiliki

ketinggian bangunan yang kurang lebih sama

dengan rumah susun ini.

Gambar 11. Halangan oleh bangunan diluar tapak

Sumber: Indrani, 2008

Material;

Pemilihan bahan didasarkan pada

kemudahan dan ketersediaan di lapangan,

bahan produksinya ramah lingkungan. Namun

tidak secara khusus dimaksudkan untuk sistem

pendinginan. Pada bangunan ini digunakan

modul sehingga mempermudah pelaksanaan

pembangunan. Atap genteng, konstruksi kayu,

dinding batako tanpa plester, dan rangka

utamanya dari beton.

Selubung bangunan;

Genteng dan konstruksi atap berbentuk

pelana dari bahan kayu sebagai bantalan udara

dan mengisolasikan panas atap akibat radiasi

matahari. Sudut atap miring 30o agar dapat

mengalirkan air hujan dengan kecepatan yang

tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu

lambat, karena air hujan juga memberikan

beban pada atap. Adanya sosoran (cantilever)

memberikan keteduhan dan perlindungan dari

hujan. Atap ini juga menciptakan keteduhan

pada bagian dibawahnya.

Gambar 12.

Perspektif

Sumber: Indrani,

2008

Page 8: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

Penghawaan alami sebagai salah satu strategi

passive cooling;

Perluasan pada bukaan harus

memperhatikan perbandingan besaran outlet

dan inlet. Sesuai dengan prinsip ventury effect,

inlet yang lebih kecil dapat menaikkan

kecepatan angin. Perluasan bukaan dapat

berakibat naiknya nilai air change, namun

juga menaikkan luasan bukaan efektif (Ae).

ANALISA DAN SINTESA PADA

EMBONG BRANTAS, KLOJEN,

MALANG

Embong Brantas merupakan wilayah

sub-urban yang terdapat di tengah Kota

malang. Wilayah ini merupakan area

pemukiman yang padat. Di sebelah selatan

berbatasan langsung dengan anak sungai

brantas.

Gambar 13. Lokasi Embong Brantas

Sumber: maps.google.com

Gambar 14. Batas tapak

Sumber: dok. penulis

Topografi;

Gambar 15.

Garis kontur pada tapak

Sumber: dok.

penulis

Iklim;

Secara umum, kondisi iklim Kota

Malang selama tahun 2010 tercatat rata-rata

suhu udara berkisar antara 23,2oC sampai

24,4oC.Sedangkan suhu maksimum mencapai

29,2oC dan suhu minimum19,8

oC.Rata-rata

kelembaban udara berkisar 78% - 86%,

dengan kelembaban maksimum 99% dan

minimum mencapai45%.

Orientasi bangunan;

Dari kajian sebelumnya, dibahas

bahwa orientasi pada bangunan Rusun Dupak

Bangunrejo Surabaya adalah memanjang ke

arah timur laut dan barat daya. Rumah susun

ini memiliki arah hadap 45o dari utara.

Mengingat bentuk tapak yang miring

dan berkontur, orientasi bangunan yang ada di

dalamnya dapat disesuaikan dengan garis

kontur (memanjang searah kontur) namun arah

hadapnya tidak lebih dari 45o dari utara.

Aliran angin;

Dari hasil pengamatan Stasiun

Klimatologi Karangploso, Kecepatan angin

maksimum di Kota Malang terjadi di bulan

Oktober dengan kecepatan rata-rata sebagai

berikut: Tabel 1. Kondisi rata-rata variabel iklim di kota malang

Sumber: gaisma.com

Arah aliran udara pada tapak dominan

dirasakan dari arah selatan menuju utara.

Sehingga dapat dimanfaatkan dengan

peletakkan bukaan pada bagian selatan dan

utara sehingga terjadi ventilasi silang.

Page 9: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

Gambar 16. Arah aliran angin pada tapak Sumber: dok. penulis

Seperti yang dibahas pada kajian

mengenai Rusun Dupak Bangunrejo Surabaya,

jika layout bangunan memiliki ruang di dalam

ruang seperti internal corridor maka luasan

bukaan perlu ditingkatkan minimal 50%

luasan lantai agar persyaratan pergantian udara

pasti terpenuhi.

Pembayangan terhadap sinar matahari;

Bangunan yang terdapat pada sekitar

tapak rata-rata bertingkat kurang dari 3 lantai,

sehingga tidak terdapat halangan (obstruction)

terhadap sinar matahari.

Namun, Embong Brantas memiliki

kemiringan kontur yang cukup tajam pada

bagian tertentu sehingga terdapat area yang

terkena bayang. Hal ini menjadi kendala yang

menyebabkan pada area ini menjadi tidak bisa

mendapat pencahayaan langsung.

Gambar 17. Terdapat beberapa area berkontur yang tertutup bayangan

Sumber: dok. penulis

Material;

Jika dihubungkan dengan ketersediaan

bahan yang ada di lapangan, pada kawasan ini

material yang dapat diperoleh dengan mudah

adalah kayu, bambu, dan bata. Namun tidak

menutup kemungkinan untuk menggunakan

material lain.

Embong brantas dulunya merupakan

habitat dari rumpun bambu. Hal ini dapat

dimanfaatkan, jika dilakukan budidaya bambu

di dalamnya. Selain sebagai pendinginan suhu

lingkungan secara umum bambu dapat

digunakan sebagai material alternatif pada

bangunan.

Selubung bangunan;

a. Bukaan/Ventilasi

Ventilasi horizontal dapat menjadi dominan

pada Rusun di Embong Brantas, mengingat

arah aliran udara dari selatan tapak yang

cukup memadai. Ventilasi vertikal dapat

menjadi alternatif tambahan.

b. Atap

Curah hujan yang cukup tinggi di Kota

Malang perlu direspon dengan penggunaan

atap dengan kemiringan kurang lebih 30o

seperti yang dijelaskan pada kajian

komparasi.

Atap dapat menggunakan genteng atau

bahan lain yang dapat mereduksi radiasi

matahari. Sosoran(cantilever) juga menjadi

bagian yang penting pada atap untuk

memberikan pernaungan.

c. Dinding Luar (Façade)

Dinding luar pada banguna rusun harus

terintegrasi dengan penempatan ventilasi.

Untuk menurunkan suhu dalan bangunan,

penebalan pada dinding atau penggunaan

double façade dapat menjadi alternatif. Hal

yang perlu diperhatikan adalah material

yang akan digunakan serta efektifitas dalam

pengolahan fasad.

Misalnya: dinding yang diberi double

façade adalah area yang mendapat radiasi

paling tinggi pada perbandingan harian

(barat).

Gambar 18. Alternatif pengolahan fasad Sumber: dok. Penulis, google.com

Page 10: SISTEM PENDINGINAN ALAMI PADA  RUMAH SUSUN SEDERHANA  EMBONG BRANTAS, KLOJEN, MALANG

d. Shading Device

Pencahayaan dari sinar matahari dapat

dimanfaatkan dengan pantulan-pantulan,

sehingga tidak secara langsung masuk dan

membawa panas secara langsung.

Pada bangunan rumah susun shading device

diperlukan oleh setiap unit hunian.

Pembayangan dapat disesuaikan dengan

kondisi penyinaran matahari di Embong

Brantas.

Gambar 19. Sun Path Diagram Kota Malang

Sumber: gaisma.com

KESIMPULAN

Sistem pendinginan pada Rumah

Susun Sederhana, terutama pada daerah

beriklim tropis basah pada lokasi bangunan,

dapat diwujudkan dengan beberapa alternatif

solusi teknis. Hal ini harus dipikirkan mulai

awal, yakni pada saat perancangan karena

akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan

pada bangunan dan harus terintegrasi satu

sama lain.

Kajian mengenai topografi, iklim,

orientasi bangunan, aliran angin, pembayangan

terhadap sinar matahari, material dan selubung

bangunan menjadi analisa yang harus

dilakukan pada lokasi, guna mengoptimalkan

sistem pendinginan alami dalam perancangan. Selubung bangunan menjadi elemen

yang cukup penting pada Rumah Susun

Sederhana mengingat keberadaannya sebagai

bangunan tinggi-menengah. Berikut

komponen-komponen dalam selubung

bangunan yang dapat diolah dan dioptimalkan

guna mencapai kenyamanan termal;

Bukaan/Ventilasi

Atap

Dinding Luar

Shading Device

Pada tiap-tiap komponen tersebut

terdapat persyaratan tententu agar sesuai

dengan keberadaannya pada lokasi bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Prianto, E, and P. Depecker. 2001. A Case

Study of Traditional Dwelling in Urban

Living Quarter in Tropical Humid Region,

CERMA Laboratory Ecole d’Architecture de

Nantes Rue Massenet

Lippsmeier, George.1994. Bangunan Tropis.

Jakarta: Erlangga

Lechner, Norbert. 2007. Heating, Cooling,

Lighting. Jakarta: Kharisma Putra Utama

Susanta, I Nyoman. 2010. Sistem Penghawaan

Pada Bangunan Tinggi (High Rise Building)

Studi Kasus : Kuningan Tower.

Mangunwijaya, Y.B. 2000. Pengantar Fisika

Bangunan. Jakarta: Djambatan

W.O, Wiwik dan Isnawati. 2003.

Perancangan Arsitektur Sebagai Aspek

Teknologi Intangible dalam pembangunan

Rumah Susun Dupak Bangunrejo Surabaya

dan Lingkungan Pemukimannya.

Indrani, Hedy c. 2008. Kinerja Ventilasi pada

Hunian Rumah Susun Dupak Bangunrejo

Surabaya.

Indrani, Hedy c. 2008. Kinerja Penerangan

Alam pada Hunian Rumah Susun Dupak

Bangunrejo Surabaya.