sistem koloid

13

Click here to load reader

Upload: lelo-susilo

Post on 11-Jun-2015

24.618 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

http://lelosusilo.wordpress.com/

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Koloid

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester

untuk bidang study kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk

menambah pengetahuan seputar Sistem Koloid.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Palangkaraya, 5 Juni 2009

Penulis

DAFTAR ISI

1

Page 2: Sistem Koloid

Kata Pengantar

Daftar Isi

Sistem Dispers dan Sistem Koloid

1. Sistem Koloid ..................................................................................3

2. Macam-macam Koloid.....................................................................4

3. Sifat-sifat Koloid..............................................................................7

Daftar Pustaka

Sistem Dispers dan Sistem Koloid

2

Page 3: Sistem Koloid

A.Dispersi kasar(suspensi)

: partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar

dari 100 nm.

B.Dispersi koloid

: partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm

- 100 nm.

C. Dispersi molekuler

(larutan sejati)

: partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil

dari 1 nm.

Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium

pendispersi.

Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan

untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

1. Sistem koloidSistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat

yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1

- 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi

tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;

sehingga tidak dijumpai pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki

oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,

serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-

hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian

tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

2. Macam-macam koloid

Tabel Jenis Koloid

3

Page 4: Sistem Koloid

Fase Terdipersi Medium

Pendispersi

Jenis

(Nama Koloid)

Contoh

Padat

Cair

Gas

Padat

Sol padat

Emulsi padat

Busa padat

Mutiara, kaca warna

Keju, mentega

Batu apung, kerupuk

Padat

Cair

Gas

Cair

Sol, gel

Emulasi

Busa

Pati dalam air, cat, jeli

Susu, mayones, santan

Krim, pasta

Padat

Cair Gas

Aerosol padat

Aerosol cair

Debu, asap

Awan, kabut

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat

pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

Aerosol

Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang

memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut)

sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat

(contoh: asap).

Aerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada di udara

(juga disebut abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Dalam bahasa

sehari-hari, aerosol merujuk pada tabung semprot aerosol maupun

isi tabung itu.

Istilah aerosol, berasal dari kenyatgaan bahwa bahan yang

"melayang" di udara adalah suspensi (campuran di mana partikel

padat, cair, maupun gabungan keduanya disuspensikan di cairan).

Untuk membedakan suspensi dari larutan yang sesungguhnya,

istilah sol yang semula berkembang berarti meliputi dispersipartikel

tipis (sub-mikroscopik) dalam sebuah cairan. Dengan studi dispersi di

udara, istilah aerosol berkembang dan kini mencakupi tetesan padat,

partikel padat, dan gabungan keduanya.

4

Page 5: Sistem Koloid

Sol

Jenis - Jenis Sol

Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya

padatan dan medium pendispersinya cairan.

Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat

Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.Contoh: sol belerang, sol emas.

Emulsi

Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat

cair. Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi

menjadi:

1. Emulsi Gas (Aerosol Cair)Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas.

Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk sistem

koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga

mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.

2. Emulsi Cair

Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair.

Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling

melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-

polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya

seperti minyak.

Sifat emulsi cair yang penting ialah:

Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan,

pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan

perusakan zat pengelmusi.

Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium

pendispersinya.

5

Page 6: Sistem Koloid

Emulsi Padat atau Gel

Buih

Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium

pendisperasi zat cair atau zat padat. Baerdasarkan medium

pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Buih Cair (Buih) Buih cair adalah sistem koloid dengan fase

terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat cair. Fase

terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida

yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari

adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-

fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh

suatu kestabilan. Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas

seperti pada sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film

(lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih

teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki

struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh

kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih

rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan

mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka

bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting: Struktur buih cair dapat

berubah dengan waktu, karena: - pemisahan medium pendispersi (zat

cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh

berbeda, - terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung

gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran

gelembung gas menjadi lebih besar, - rusaknya film antara dua

gelembung gas. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari

luar. Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali

ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang

diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi. Contoh buih cair:

- Buih hasil kocokan putih telur Karen audara di sekitar putih telur

akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu p[rotein dan

glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk

buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan

mengembang. - Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam

kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat,

6

Page 7: Sistem Koloid

aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang

dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih

tersebut.

Buih Padat Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi

gas dan denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini

dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh

buih padatyang mungkin kita ketahui: - Roti Proses peragian yang

melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti.

Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk

lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida

untuk membentuk buih padat. - Batu apung Dari proses solidifikasi

gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung. - Styrofoam Styrofoam

memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium

pendisperasi polistirena.

Gel

Gel (dari bahasa Latin gelu — membeku, dingin, es atau gelatus —

membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase:

padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan

kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat

berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan

gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat

seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, dan gel

rambut.

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi

cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan

tenang. Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis.

Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk

membentuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan

sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan

yang sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik.

Banyak zat dapat membentuk gel apabila ditambah bahan

pembentuk gel (gelling agent) yang sesuai. Teknik ini umum

digunakan dalam produksi berbagai macam produk industri, dari

makanan sampai cat serta perekat.

3. Sifat-Sifat Koloid7

Page 8: Sistem Koloid

Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh

partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul

koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall

(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu

disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.

Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka

larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan

pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal

itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel

yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.

Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil

sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit

diamati.

Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi

tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop

ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak

membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel

suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair

dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di

tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat

cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan

partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.

Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak

seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan

arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.

Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak

Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati

dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan

zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi

suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-

partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel

fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah

suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

8

Page 9: Sistem Koloid

Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+

 Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya

menyerap ion S2-

Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa

lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya

permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan

absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu

partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena

permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif

karena permukaannya menyerap ion S2.

Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid

bermuatan negatif.

Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk

endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak

lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti

pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti

penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi

koloid lain dari proses koagulasi.

Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara

ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang

tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang

9

Page 10: Sistem Koloid

berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat

dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan

cairan akan berpisah.

Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang

bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo, Unggul. 2007. KIMIA Untuk SMA Kelas XI. Surakarta :PHiBETA

1. www.google.com

2. uk.wikipedia.org

3. answers.yahoo.com

4. www.bing.com

5. free.vlsm.org

6. www.amazon.com

10