sistem keuangan syariah

14
SISTEM KEUANGAN SYARIAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tiga dasawarsa terakhir, jumlah lembaga finansial Islam meningkat di atas 300, menyebar di 75 negara. Asetnya lebih dari USS 300 miliar dolar dan tumbuh rata-rata 15% per tahun. Meski pertumbuhannya fantastis namun perkembangan keuangan syariah tetap berada dibawah bayang-bayang keuangan kapitalis. Akan tetapi kehancuran ekonomi global yang secara garis besar menganut sistem ekonomi kapitalis memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan radikal dan struktural dalam sistem finansial global. Ambruknya kapitalisme yang didasarkan pada riba dan surat berharga dan bukan memperdagangkan barang di pasar merupakan bukti bahwa sistem itu mengalami krisis dan memperlihatkan bahwa filosofi ekonomi Islam mampu bertahan. Sebaliknya, sistem keuangan syariah justru bisa menjadi jawaban atas kekurangan keuangan kapitalis, terutama karena bisa meminimalkan risiko kerugian akibat sistem bunga berbunga, derivatif, dan aksi spekulasi dalam surat berharga. Ini dimungkinkan karena lembaga keuangan syariah tidak membeli kredit, tetapi berfungsi mengelola aset nyata dan menyalurkannya pada sekor riil. Cara ini bisa memberikan

Upload: karina-ekky-damayanti

Post on 13-Dec-2014

114 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Keuangan Syariah

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam tiga dasawarsa terakhir, jumlah lembaga finansial Islam meningkat di atas 300,

menyebar di 75 negara. Asetnya lebih dari USS 300 miliar dolar dan tumbuh rata-rata 15% per

tahun. Meski pertumbuhannya fantastis namun perkembangan keuangan syariah tetap berada

dibawah bayang-bayang keuangan kapitalis. Akan tetapi kehancuran ekonomi global yang secara

garis besar menganut sistem ekonomi kapitalis memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan

radikal dan struktural dalam sistem finansial global.

Ambruknya kapitalisme yang didasarkan pada riba dan surat berharga dan bukan

memperdagangkan barang di pasar merupakan bukti bahwa sistem itu mengalami krisis dan

memperlihatkan bahwa filosofi ekonomi Islam mampu bertahan. Sebaliknya, sistem keuangan

syariah justru bisa menjadi jawaban atas kekurangan keuangan kapitalis, terutama karena bisa

meminimalkan risiko kerugian akibat sistem bunga berbunga, derivatif, dan aksi spekulasi dalam

surat berharga.

Ini dimungkinkan karena lembaga keuangan syariah tidak membeli kredit, tetapi

berfungsi mengelola aset nyata dan menyalurkannya pada sekor riil. Cara ini bisa memberikan

perlindungan bagi lembaga keuangan dari ancaman lanjakan kredit macet, tidak seperti yang saat

ini dialami oleh bank-bank Eropa dan AS, yang menganut sistem kapitalis. oleh karena itu dalam

hal ini sangat diperlukan pemahaman lebih lanjut tentang sistem keuangan syariah itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah konsep memelihara harta kekayaan?

2.      Bagaimanakah memperoleh dan menggunakan harta dalam syariah?

3.      Apakah akad-akad dalam syariah?

4.      Apakah transaksi-transaksi yang dilarang dalam syariah?

5.      Bagaimanakah prinsip sistem keuangan syariah?

6.      Bagaimanakah instrumen keuangan syariah?

Page 2: Sistem Keuangan Syariah

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui apakah konsep memelihara harta kekayaan.

2.      Untuk mengetahui bagaimanakah memperoleh dan menggunakan harta dalam syariah.

3.      Untuk mengetahui apakah akad-akad dalam syariah.

4.      Untuk mengathui apakah transaksi-transaksi yang dilarang dalam syariah.

5.      Untuk mengetahui bagaimanakah prinsip sistem keuangan syariah.

6.      Untuk mengetahui bagaimanakah instrumen keuangan syariah.

Page 3: Sistem Keuangan Syariah

BAB II

PEMBAHASAN

A.    KONSEP MEMELIHARA HARTA KEKAYAAN

1.      Anjuran Bekerja atau Berniaga

Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan

meminta-minta dalam mencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk memenuhi sebagian perintah

Allah, seperti infak, zakat, pergi haji, perang (jihad) dan sebagainya.

2.      Konsep Kepemilikan

Kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan kemanfaatannya

selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak. Saat dia meninggal,

kepemilikan tersebut berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya, sesuai ketentuan

syariah.

B.     PENGGUNAAN DAN PENDISTRIBUSIAN HARTA

Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain :

1.      Tidak boros dan tidak kikir

2.      Memberi infak dan shodaqoh

3.      Membayar zakat sesuai ketentuan

4.      Memberi pinjaman tanpa bunga (qarditul hasan)

5.      Meringankan kesulitan orang yang berutang

C.    AKAD / KONTRAK / TRANSAKSI

Akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang dibenarkan

oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Menurut Abdul Razak Al-

Shanhuri, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban

Page 4: Sistem Keuangan Syariah

hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait langsung

maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.1[1]

1.      Jenis Akad

a.       Akad tabarru’ yaitu segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi nirlaba. Transaksi ini

pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersial. Akad tabarru’

dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan.

b.      Akad tijarah atau muawadah yaitu segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi untuk

laba. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, oleh karena itu bersifat komersial.

2.      Rukun dan Syarat Akad

Rukun dan syarat sahnya suatu akad ada tiga, yaitu :

a.       Pelaku

Pelaku yaitu para pihak yang melakukan akad (penjual) dan pembeli, penyewa, dan yang

menyewakan, karyawan dan majikan, shahibul maal dan mudharib.

b.      Objek

Objek akad merupakan sebuah konsekuensi yang harus ada dengan dilakukannya suatu transaksi

tertentu. Objek jual beli adalah barang dagangan. Objek mudharabah dan musyarakah adalah

modal dan kerja. Objek sewa-menyewa adalah manfaat atas barang yang disewakan dan

sebagainya.

c.       Ijab qabul

Ijab qabul merupakan kesepakatan dari para pelaku dan menunjkkan mereka saling ridha. Tidak

sah suatu transaksi apabila ada salah satu pihak yang terpaksa melakukannya, dan oleh

karenanya akad dapat menjadi batal.

D.    TRANSAKSI YANG DILARANG

1.      Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan Allah

Merupakan aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan

barang dan jasa yang diharamkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukkan,

narkoiba, dan sebagainya.

1

Page 5: Sistem Keuangan Syariah

2.      Riba

Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (al-ziyadah), berkembang (an-

nuwuw), meningkat (al-irtifa’) dan membesar (al-‘uluw). Menurut Imam Sarakhzi, riba adalah

tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan

syariah atas penambahan tersebut.2[2]

3.      Penipuan

Penipuan terjadi apabila salah satu pihak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain

dan dapat terjadi dalam empat hal, yaitu : dalam kuantitas, dalam kualitas, dalam harga, dan

dalam waktu penyerahannya.

4.      Perjudian

Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua belah pihak atau lebih, dimana

mereka menyerahkan uang atau harta kekayaan lainnya, kemudian mengadakan permainan

tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan, kuis sms, tebak skor bola, atau media lainnya.

Pihak yang menang berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para

pesertanya. Sebaliknya, apabila dalam undian itu kalah, maka uangnya pun harus direlakan untuk

diambil oleh yang menang.

5.      Transaksi yang Mengandung Ketidakpastian / Gharar

Syariah melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian (ghara). Gharar terjadi

ketika terdapat incomplete information, sehingga ada ketidakpastian antara dua belah pihak yang

bertransaksi. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak dan ada pihak

yang dirugikan. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yaitu : dalam kuantitas, kualitas,

harga, waktu penyerahan, dan akad.

6.      Penimbunan Barang / Ihtikar

2

Page 6: Sistem Keuangan Syariah

Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, kemusian

menimpannya, sehingga barang tersebut berkurang di pasaran dan mengakibatkan peningkatan

harga.

Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat merugikan orang lain dengan

kelangkaannya atau sulit didapat dan harganya yang tinggi. Dengan kata lain, penimbun

mendapatkan keuntungan yang besar di bawah penderitaan orang lain.

7.      Monopoli

Alasan larangan monopoli sama dengan larangan penimbunan barang, walaupun seorang

monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang. Monopoli, biasanya dilakukan dengan

membuat entry barrier untuk menghambat produsen atau penjual masuk ke pasar agar ia menjadi

pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi.

8.      Rekayasa Permintaan (Bai’an Najsy)

An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan, karena merekayasa permintaan dimana satu

pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar calon pembeli tertarik

dan membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi.

9.      Suap

Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada di dalam masyarakat sehingga

menimbulkan ketidakadilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti

akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.

10.  Penjual Bersyarat / Ta’alluq

Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan dimana berlakunya akad pertama

tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun (sesuatu

yang harus ada dalam akad) yaitu objek akad.

11.  Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak Pembeli (Bai’al Inah)

Misalnya, A menjual secara kredit pada B kemudian A membeli kembali barang yang

sama dari B secara tunai. Dari contoh ini, kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan

Page 7: Sistem Keuangan Syariah

jual-beli, namun tujuannya bukan untuk mendapatkan barang, melainkan A mengharapkan untuk

mendapatkan uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran.

12.  Jual Beli dengan Cara Talaqqi Al-Rukban

Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang

perniagaan dan membelinya, dimana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang

dagangan yang dibawanya, sementara pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang berlipat

dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka.

E.     PRINSIP SISTEM KEUANGAN SYARI’AH

Adapun prinsip sistem ekonomi Islam sebagaimana diatur melalui Al-qur’an dan As-

sunnah adalah sebagai berikut :

1.      Pelarangan riba.

2.      Pembagian risiko.

3.      Tidak menganggap uang sebagai modal potensial.

4.      Larangan melakukan kegiatan spekulatif.

5.      Kesucian kontrak.

6.      Aktivitas usaha harus sesuai syariah

F.     INSTRUMEN KEUANGAN SYARI’AH

Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1.      Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract.

a.       Mudharabah

Mudharabah adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul

maal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan

usaha.3[3] Keuntungan dibagikan sesuai dengan ratio laba yang disepakati bersama, dan kerugian

hanya ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan dan kelalaian oleh

mudharib.

b.      Musyarakah

3

Page 8: Sistem Keuangan Syariah

Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal untuk

menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalm suatu kemitraan, dengan

nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional

sesuai dengan kontribusi modal.4[4]

2.      Akad jual beli atau sewa-menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk certainty

contract.

a.       Murabahah

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan dan

keuntungan yang disepakati antara oenjual dan pembeli.

b.      Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang

diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakuakan secara tunai.

c.       Istishna’

Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan saham, namun dalam istishna’ pembayaran

dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali atau ditangguhkan selama jangka waktu

tertentu.

d.      Ijarah

Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk

mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

3.      Akad lainnya

a.       Sharf

Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli

mata uang asing dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis maupun yang tidak

sejenis.

b.      Wadiah

4

Page 9: Sistem Keuangan Syariah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu

maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan

mengehndakinya.5[5]

Wadiah dapat didefinisikan sebagai akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau

barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak

pertama titipan wajib menyerahkan kembali auang atau barang titipan tersebut.6[6]

c.       Qardhul Hasan

Pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbala, waktu pengembalia pinjaman

ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.

d.      Al-Wakalah

Wakalah adalah mewakilkan suatu urusan kepada orang lain untuk bertindak atas

namanya. Dengan kata lain wakalah dapat diartikan sebagai jasa pemberian kuasa dari satu pihak

ke pihak lain, dan untuk jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.

e.       Kafalah

Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaran utang

satu pihak pada pihak lain.

f.       Hiwalah

Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama kepada pihak lain atas

dasar saling mempercayai. Dengan kata lain, hiwalah adalah proses pemindahan tanggung jawab

pembayaran hutang dimana A mempunyai hutang ke C dan dalam waktu yang sama, B

mempunyai hutang ke A, atas persetujuan bersama B melunasi hutang A ke C.

g.      Rahn

Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan asset berupa penahanan

harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

5

6

Page 10: Sistem Keuangan Syariah

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1. Konsep Memelihara Harta Kekayaan, meliputi:

a.       Anjuran bekerja atau berniaga

b.      Konsep kepemilikan

2. Penggunaan dan Pendistribusian Harta Berdasarkan Ketentuan Syariah, meliputi:

a.       Tidak boros dan tidak kikir

b.      Memberi infak dan shodaqoh

c.       Membayar zakat sesuai ketentuan

d.      Memberi pinjaman tanpa bunga (qarditul hasan)

e.       Meringankan kesulitan orang yang berutang

3. Akad atau kontrak atau transaksi

a.       Jenis Akad, meliputi akad tabarru’ dan akad tijarah atau muawaddah.

b.      Rukun Akad, meliputi pelaku, objek, dan ijab qabul.

Page 11: Sistem Keuangan Syariah

4.      Transaksi yang dilarang dalam syariah, meliputi: aktivitas bisnis terkait barang dan jasa yang

diharamkan Allah, riba, penipuan, perjudian, transaksi yang mengandung ketidakpastian / gharar,

penimbunan barang / ihtikar, monopoli, rekayasa permintaan (bai’an najsy), suap, penjual

bersyarat / ta’alluq, pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli (bai’al inah), dan jual

beli dengan cara talaqqi al-rukban.

5.      Prinsip sistem keuangan syari’ah, meliputi: pelarangan riba, pembagian risiko, tidak

menganggap uang sebagai modal potensial, larangan melakukan kegiatan spekulatif, kesucian

kontrak, dan aktivitas usaha harus sesuai syariah.

6.      Instrumen keuangan syari’ah

a.       Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract, meliputi:

mudharabah, musyarakah.

4.      Akad jual beli atau sewa-menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk certainty

contract, meliputi : murabahah, salam, istishna’, dan ijarah.

5.      Akad lainnya, meliputi: sharf, wadiah, qardhul hasan, al-wakalah, kafalah, hiwalah, dan rahn.