sistem informasi kesehatan esti efriani.docx
TRANSCRIPT
Nama : Esti Efriani
NIM : 1502025p
Kelas : C
Prodi : D IV Kebidanan Konversi
STIKes Aisyah Pringsewu Lampung
A. SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Dalam mencapai derajat kesehatan yang baik maka perlu dikembangkan nya sistem
kesehatan. Salah satunya melalui sistem informasi kesehatan, derajat kesehatan akan
terbagun secara baik dan selaras. Dimana dengan adanya sistem informasi kesehatan ini
masyarakat juga tenaga kesehatan akan mendapatkan info yang akurat dan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga bisa dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Sistem informasi terdiri dari dua kata, yaitu System dan Information. Sistem adalah
kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan informasi
adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1999).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk
mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat Perturan perundang undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan
sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang
kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan
informasi kesehatan kabupaten/kota.Kebutuhan akan data dan informasi disediakan
melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan,
pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.
Saat ini Sistem Informasi Kesehatan (SIK) masih terhambat serta belum mampu
menyediakan data dan informasi yang akurat, sehingga SIK masih belum menjadi alat
pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif. Perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) yang pesat memberikan kemudahan dalam pengguatan dan
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Saat ini sudah ada kebutuhan-kebutuhan
untuk memanfaatan TIK dalam SIK (eHealth) agar dapat meningkatkan pengelolaan dan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai program, baik di
lingkungan Kementerian Kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, terdapat target strategis untuk
meningkatkan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Agar SIK dapat menyediakan
data/informasi yang handal, memperbaiki permasalahan-permasalahan SIK dan mencapai
target Renstra tersebut, maka perlu disusun suatu Rencana Aksi Penguatan atau Roadmap
SIK yang komprehensif dengan mengintegrasikan upaya-upaya pengembangan dan
penguatan SIK, yang melibatkan semua pemangku kepentingan terkait.
B. SEJARAH SIK DI INDONESIA
Mengawali pembahasan mengenai sistem informasi kesehatan akan tabu rasanya jika kita
tidak mengenal perjalanan jatuh bangunnya sistem informasi kesehatan di Indonesia.
Awal mula sistem yang digunakan dalam pencatatan dan administrasi di rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya masih menggunakan sistem yang manual atau pencatatan,
dengan segala resiko sampai terfatal adalah kehilangan data pasien. Namun seiring
berjalan nya zaman dan berkembang pesat nya tekhnologi membuat sistem informasi
kesehatan pun terus berkembang.
Perkembangan sistem informasi Kesehatan di Indonesia diawali dengan sebuah sistem
informasi Rumah sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information
System). Dan yang menginovatori hal ini adalah Rumah Sakit Husada pada akhir dekade
80’ an. Beriringan dengan hal itu rupanya Departemen Kesehatan juga mengembangkan
sistem informasi kesehatan berbasis komputer dengan dibantu oleh proyek luar negri
dengan bantuan beberapa tenaga ahli dari universitas gadjah mada. Namun perjuanagan
diawal ini mengalami kemerosotan, hal ini dilihat darei segi perencanaan yang tidak
tersusun dengan baik dimana identifikasi faktor penentu keberhasilan masih sangat tidak
lengkap juga tidak menyeluruh.
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3 pembagian masa
sebagai berikut :
1. Era manual (sebelum 2005)
2. Era Transisi (tahun 2005 – 2011)
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)
Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda
sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman (kemajuan Teknologi Informasi
dan Komunikasi – TIK).
1. Era Manual (sebelum 2005)
Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual Aliran data
terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui
berbagai jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di
Departemen Kesehatan. Bentuk data nya agregat. Kelemahan nya adalah Sering
terjadi duplikasi dalam pengumpulan data dan Sangat beragamnya bentuk laporan.
Kemudian Validitas nya masih diragukan. Data yang ada sulit diakses. Karena
banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah
dan dianalisis. Dan terpenting dalam Pengiriman data masih banyak menggunakan
kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
2. Era Transisi (2005 – 2011)
Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah mulai
terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.
Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual. Keamanan dan
kerahasiaan data kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah
setengah karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum
meninggalkan sistem manual.
3. Era Komputerisasi (mulai 2012)
Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai , pada era ini Pemanfaatan data menjadi
satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat). Data dari Unit
Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded) ke bank data di pusat (e-
Helath). Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank
data. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat,
tepat waktu dan efisien yang pastinya Lebih ramah lingkungan.
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi yang
berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. SIKNAS
bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem
kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari sistem
kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan
provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari sistem kesehatan
kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem
informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari
himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau kota
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa diakses
bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan
komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network (WAN),
jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan untuk
mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda, dan
arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Pengembangan jaringan komputer
(SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES)
No. 837 Tahun 2007. Dengan Tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk
menjembatani permasalahan kekurangan data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan
memungkinkan aliran data kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak
adanya kebijakan desentralisasi bidang kesehatan di seluruh Indonesia.
ALUR SIKNAS
Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling terkait yaitu:
1. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih dilakukan secara
manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK Nasional yang memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap dapat menampung SIK
Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur
(antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan,
penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke
dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi
offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy berupa data individual ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Bagi petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring
puskesmas yang belum komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data
rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah
komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan
penggabungan data di puskesmas.
2. Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data yang sudah
dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan
komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan
Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan
program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem informasi
puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
3. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan baik
kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan kabupaten/kota
dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Pusat) dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri
ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi.
4. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait kesehatan.
Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku kepentingan di
semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.
5. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data kesehatan dari
sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit program tidak perlu lagi
melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data.
6. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan UPT-nya
serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
7. Pengguna Data .
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi sendiri
serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi
yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kementerian
Kesehatan.
Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelemahan dan kemerosotan yang
terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan menjadi lebih
baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya infrastruktur yang
memadai di daerah dan juga pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi)
banya overlaps sehingga dirasaka sebagai beba oleh daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah sakit dan
klinik klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan sesuai yang dibutuhkan
di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak menyeluruh seperti di Negara Jepang
contohnya. Berkembangnya tekhnologi informasi saat ini seharusnya bisa
dimanfaatkan dalam pembentukan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh.
Terkendala dengan penjangkauan kepada masyarakat Indonesia yang berada di
pelosok yang sulit untuk didata dan sulit untuk menerima informasi baru dari luar
yang mereka anggap asing. Masih tabu dan kentalnya budata beberapa kelompok
masyarakat di Indonesia membuat sistem informasi belum menyeluruh.
RANCANGAN KERANGKA KERJA SIK DI INDONESIA