esti yulistiasari 1400366

23
STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar profesi Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu Dra. Aas Saomah, M.Si. Oleh: Esti Yulistiasari 1400366 DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: ervani

Post on 13-Sep-2015

237 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

dll

TRANSCRIPT

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELINGDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar profesiBimbingan dan KonselingDosen pengampu Dra. Aas Saomah, M.Si.

Oleh:Esti Yulistiasari1400366

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JERMANFAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG2015

DAFTAR ISIDAFTAR ISIiBAB I PENDAHULUAN1A Latar Belakang1B Rumusan Masalah3C Tujuan Penyusunan3BAB II ISI4A Masalah-masalah Siswa di Sekolah4B Pengertian Strategi2C Strategi Bimbingan dan Konseling2BAB III PENUTUP11A Kesimpulan11B Saran11DAFTAR PUSTAKA13

i

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBimbingan dan konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya sehingga mencapai kehidupan yang bermakna. Karena walaupun ada individu yang dapat mengatasi persoalannya seorang diri, tetapi banyak juga yang tidak mampu mengatasinya seorang diri dan butuh pertolongan orang lain yang cukup berpengalaman. Umumnya yang paling membutuhkan bantuan adalah siswa sekolahan. Karena masalah-masalah selalu datang ketika kita sudah mulai mengetahui dunia luar, yang artinya kita sudah cukup umur dan sudah menjadi bagian dari masyarakat.Kita semua tahu bahwa setiap individu itu memiliki karakteristik yang unik dan berbeda- beda, sehingga timbulnya permasalahan akibat perbedaan itu akan terjadi. Jenis permasalahan pada masa remaja yaitu ; masalah emosi, masalah penyesuaian diri, dan perilaku seksual namun, tidak hanya jenis permasalahan pada masa remaja saja tapi mengetahui perrnasalahan perkembangan pada anak. Sehingga dengan adanya pennasalahan itu diperlukannya juga strategi yang tepat untuk penanganan masalah di atas. (Sunaryo, dkk. 2007).Tentu permasalahan pada masa remaja ini sering terjadi karena masa remaja merupakan masa transisi, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak memasuki masa dewasa. Kenakalan remaja merupakan salah satu dari banyak masalah sosial yang semakin merebak pada waktu sekarang ini. Masalah sosial sering dikaitkan dengan masalah perilaku menyimpang dan bahkan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan. Upaya rehabilitasi dianggap lebih tepat untuk mengatasi masalah kenakalan remaja. Hal ini karena remaja adalah generasi penerus yang masih memungkinkan potensi sumberdaya manusianya berkembang, sehingga pada saatnya akan menggantikan generasi sebelumnya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Dewasa ini semakin berkembang bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan remaja. Kenakalan remaja tidak hanya berbentuk bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi mengarah pada tindakan krirninal, seperti perkelahian masal antar pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan lain- lain. Di Amerika Serikat hampir lebih dari 40 % orang-orang yang melakukan kejahatan serius adalah anak-anak remaja nakal. Ditemukan setiap harinya 2500 anak lahir di luar pernikahan, 700 anak lahir dengan berat badan rendah, 135.000 anak membawa senjata tajam ke sekolah, 7.700 anak umur belasan melakukan kegiatan seksual aktif, 600 anak umur belasan mengidap syphilis atau gonorhoe, dan 6 anak umur belasan memutuskan untuk bunuh diri (Hom, 1991). Di Indonesia tercatat pada Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI, bahwapada tahun 1994 menangkap 1.261 pelaku perkelahian antar pelajar dan pada tahun 1998 data ini telah meningkat menjadi 18.946 pelaku yang ditangkap (Justika, 1999).

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:1. Apa masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah?2. Apa itu strategi?3. Bagaimana strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling?

C. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut:1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.2. Mengetahui definisi strategi.3. Mengetahui strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.

2

1

BAB IIISIA. Masalah-masalah Siswa di SekolahMasalah ialah suatu yang menghambat, merintangi, mempersulit bagi orang dalam usahanya mencapai sesuatu. Bentuk konkrit dari hambatan/rintangan itu dapat bermacam-macam, misalnya godaan, gangguan dari dalam atau dari luar, tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup. Masalah yang timbul dalam kehidupan siswa di sekolah beraneka ragam, diantaranya sebagai berikut:a) Masalah Perkembangan IndividuSetiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik dan psikis atau sifat-sifat mental. Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung kepada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan factor penting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu. Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika factor-faktor tersebut bisa saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah. Asuhan dalam perkambangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan. Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan perilaku yang menyimpang (delinquency) atau situasi kehidupan yang tidak bahagia, penyimpangan perilaku yang dialami individu, sebagai dampak dari tidak tertuntaskannya tugas-tugas perkembangan akan bervariasi sesuai dengan fase perkembangannya.Penyimpangan perilaku yang dialami anak berusia sekolah dasar diantaranya adalah (1) suka membolos dari sekolah, (2) malas belajar, dan (3) keras kepala. Pada usia remaja, penyimpangan perilaku yang dialaminya seperti (1) suka mengisolir diri, (2) meminum-minuman keras keras, (3) mengkonsumsi obat-obat terlarang atau narkoba, (4) tawuran, (5) malas belajar, (6) kurang bersikap hormat kepada orangtua dan orang dewasa lainnya.Masa belajar disekolah atau perguruan tinggi merupakan masa transisi, sebagai proses untuk mencapai kematangan, dan masa persiapan untuk mencapai kehidupan dewasa yang berarti. Dalam hubungan ini sekolah atau perguruan tinggi mempunyai peranan yang penting dalam membantu siswa (mahasiswa) untuk mencapai taraf perkembangan, melalui penuntasan atau pencapaian tugas-tugas perkembangannya secara optimal.b) Masalah Perbedaan IndividuKeunikan Individu mengandung arti bahwa tidak ada 2 orang individu yang sama persis dalam aspek pribadinya,baik aspek jasmani maupun rohaniah. Induvidu yang satu berbeda dengan individu lainya. Timbulnya perbedaan individu ini dapat dikembalikan kepada factor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu, meskipun dengan lingkungan yang sama, sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu, meskipun pembawaannya sama.Di sekolah sering kali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada yang sangat lambat belajar. Ada yang menonjol dalam kecerdasan tertentu tapi kurang cerdas pada bidang yang lain.Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar,alat alat pelajaran, pelayanan lainnya. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini di sebabkan karena pelayanan pada pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran pada umumnya atau rata-rata.Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dari setiap individu, maka masalah perbedaan individu ini perlu mendapat perhatian dalam pelayanan pendidikan. Dengan kata lain sekolah hendaknya memberikan pelayanan kepada para siswa secara individual sesuai dengan keaunikan masing-masing. Usaha melayani siswa secara individual ini dapat diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling.Untuk memahami karakteristik diatas, dapat dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Teknik tes meliputi psikotes dan tes prestasi belajar. Sementara teknik non-tes meliputi angket, wawancara, observasi, sosiometri, autobiografi dan catatan anekdot. Data tentang keragaman atau perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi usaha layanan bimbingan dan konseling.

c) Masalah Kebutuhan IndividuKebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya.Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:1. memperoleh kasih sayang;2. memperoleh harga diri;3. untuk memperoleh pengharapan yang sama;4. ingin dikenal;5. memperoleh prestasi dan posisi;6. untuk dibutuhkan orang lain;7. merasa bagian dari kelompok;8. rasa aman dan perlindungan diri;9. untuk memperoleh kemerdekaan diri.

Seorang ahli, Hurlock(1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada masa puber, yaitu: 1) Ingin menyendiri. Jika perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anak-anak biasanya mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, juga sering bertengkar dengan sesama teman ben-nain.2) Bosan. Anak mulai merasa bosan dengan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada masa puber ini biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.3) Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.4) Antagonisme sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, senng membantah dan menentang.5) Emosi yang meninggi. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah yang berlebihan hanya dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah, sedih, cepat tersinggung, dan cepat marah.6) Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada diri anak pada masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih bagi anak yang sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya. (Supriyo dkk. 2003).Sikap dan perilaku anak yang berada dalam rnasa puber tersebut sering mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu pada masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada masa remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja :1) Masalah Emosi, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional.2) Masalah Penyesuaian Diri, pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Melalui penyediaan sarana danprasarana serta fasilitas pembinaan bakat dan minat yang baik, lewat kegiatan kurikuler untuk mencegah salah dalam bergaul.3) Masalah Perilaku Seksual, pada masa ini remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh keinginan yang kuat unuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks. Bahkan Hurlock (1980:229) menyatakan bahwa hubungan seks di luar nikah dianggap "benar" apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan saling merasa terikat. (Supriyo dkk. 2003) B. Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Hardy, Langley dan Rose dalam Sudjana (1986) mengemukakan "strategy is perceived as plan or a set of explisit intention preceeding and controling actions" (strategi dipaharni sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan). (Juntika, Ahmad. 2005. H 9) Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa strategi konsultasi, strategi pengajaran remedial, strategi klasikal, strategi kelornpok dan strategi individual. C. Strategi Bimbingan dan Konseling1. Strategi Konsultasi, konsultasi dalam program bimbingan dan konseling dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan rnemperbaiki masalah yang membatasi peserta didik atau sekolah. Adapun beberapa tujuan dari konsultasi adalah sebagai berikut;(a). Mengembangkan dan menyempumakan lingkungan belajar bagi peserta didik, oramg tua dan administrator sekolah(b). Memperluas layanan dari para ahli(c). Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar. (Bakar, Abu. 2010. H 79)2. Strategi Pengajaran Remedial,pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara skematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut, yaitu diagnostik kesulitan belajar-mengajar, rekomendasi/referral, penelaahan kembali kasus, pilihan alternatif tindakan, layanan konseling, pelaksanaan pengajaran remedial, pengukuran kembali hasil belaja-mengajar, reevaluasi/rediagnostik, tugas tambahan dan kemudian hasil yang diharapkan.3. Strategi Klasikal, hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para peserta didik. Peserta didik diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi rnerupakan proses bantuan yang diberikan kepada para peserta didik tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan intemet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jampengembangan diri. Agar semua peserta didik terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas. (Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. 2005. H 132) dan (Kaartadinata,Sunaryo dkk. 2007. H 40).4, Strategi Kelornpok 1) Bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (peserta didik). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang beranggotakan 20 sampai 30 orang2) Konseling Kelompok, adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien (peserta didik) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya. Prosedur konseling kelompok sarna dengan bimbingan kelompok, yaitu : a. Tahap pembentukan b. Tahap peralihan c. Tahap kegiatan d. Tahap pengakhiran (Juntuka, Ahmad. 2005. 1-1 17).5. Strategi Individual, adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara konselor dan seorang konseli (Peserta didik). Dalam strategi ini diusahakan agar hubungan konseli dan konselor terjalin secara dinamis dan khusus. Secara umum proses konseling individual terbagi atas tiga tahapan yaitu :1) Tahap Awal Konseling.2) Tahap Pertengahan3) Tahap Akhir Konseling4) Tujuan akhir. Pada tahapan ini memutuskan perubahan sikap dan prilaku yang tidak bermasalah. Juntika, Ahmad. 2005. H 15).

4BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanPerlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling.Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.B. SaranUntuk menciptakan pelayanan bimbingan secara bermutu, maka para pembimbing, guru, dan personel sekolah lainnya perlu mendapatkan penambahan, perluasan, atau pendalaman tentang konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan tertentu tentang bimbingan, sesuai dengan deskripsi pekerjaan (kinerja) masing-masing. Bentuk pengembangan staf ini bisa dilaksanakan melalui seminar atau lokakarya. Melalui kegiatan pengembangan ini diharapkan personel sekolah memiliki kompetensi atau kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja(kinerja) masing-masing.

Selain itu, konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak instansi di luar sekolah (pemerintah dan swasta) untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam upaya memfasilitasi individu atau peserta didik mengembangkan npotensi dirinya secara optimal, untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program layanan bimbingan dan konseling.

12

11DAFTAR PUSTAKAYusuf, Syamsu., dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja RosdakaryaWinkel, W.S. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT GramediaSudrajat, Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/. Kartaadinata, Sunaryo dkk. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.Juntika, A. & Sudianto, A. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: Grasindo. 2005.13