sinusitis farmasi

18
Tugas Farmasi SINUSITIS Oleh: Ginanjar Tenri Sultan G99141121 Pembimbing: Dra. Diah Poerwohastoeti, S.Farm, M.Si., Apt.

Upload: vidi

Post on 24-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Tugas Farmasi

SINUSITIS

Oleh:Ginanjar Tenri SultanG99141121

Pembimbing:Dra. Diah Poerwohastoeti, S.Farm, M.Si., Apt.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDIS U R A K A R T A2015

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISISinusitis berasal dari akar bahasa Latinnyasinus, akhiran umum dalam kedokteran -itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.1Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis.1Secara klinis sinusitis dibagi atas2 :1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan.3. Sinusitis kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi atas2 :1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yangmenyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi.2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis.

B. ETIOLOGIBerbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalamterjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia,yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain adalahrinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atautumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus (Wegeners granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkanobstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan kandungansekret mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan mengganggu pengeluaran mukus.2Di rumah sakit, penggunaan pipa nasotrakeal adalah faktor resiko mayor untuk infeksi nosokomial di unit perawatan intensif.Infeksi sinusitis akut dapat disebabkan berbagai organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur. Virus yang sering ditemukan adalah rhinovirus, virusparainfluenza, dan virus influenza. Bakteri yang sering menyebabkan sinusitisadalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan moraxellacatarralis. Bakteri anaerob juga terkadang ditemukan sebagai penyebabsinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada gigi premolar. Sedangkanjamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif yang mengancam jiwa. Jamur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah dari spesies Rhizopus, rhizomucor,Mucor, Absidia, Cunninghamella, Aspergillus, dan Fusarium.2

C. PATOFISILOGIDalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen.Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen.Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis.Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitisdipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksidrainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa.Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza Adan B,parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang mengalami ISPA akan memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus paranasal. Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksipada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi, polyps, tumor, trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga menyebabkan menurunya patensi sinus ostia.Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia.Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakanmedia yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen.Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan pada sinus.Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sepertikehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri,environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa,parut, primary cilliary dyskinesia (Kartagener syndrome).Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untukberkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsilapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, danterdapatnya beberapa bakteri patogen. Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. Bila hal ini terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus.Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi.2

D. DIAGNOSISKriteria diagnosis sinusitis :Gejala mayorGejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajahSakit kepala

Sekret nasal purulenBatuk

Demam Rasa lelah

Kongesti nasalRasa lelah

Obstruksi nasalHalitosis

Hiposmia atau anosmiaNyeri gigi

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.3

Pemeriksaan PenunjangTerdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu4:1. Pemeriksaan transluminasi.Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram ataugelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah,karena akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yangsakit.2.PencitraanDengan foto kepala posisi Waters, PA, dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT Scanadalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis.3.KulturKarena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.4.Rontgen gigi Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.E. PENATATALAKSANAAN1. Sinusitis akuta. Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan.b. Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri (terapi awal umumnya dengan amoksisilin atau kotrimoksazol).c. Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri. Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung). Untuk mengurangi Penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.52. Sinusitis kronikDiberikan antibiotik dan dekongestan.Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut). Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:1) Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas2) Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam3) Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronik adalah pembedahan.5

Obat: a. Dekongestan: Efedrin. Obat paten: Rhinofed tab (efedrin 30 mg, terfenadine 40 mg), Afrin (Oxymetazoline HCl) tetes hidung dewasa 0.05% x 10 ml, tetes hidung anak 0.025% x 10 ml, semprot hidung dewasa 0.05% x 15 ml. b. Antibiotik5

BAB IILAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS1. IDENTITASNama:Tn. BUmur: 32 tahunJenis kelamin: Laki-lakiPekerjaan: KaryawanAlamat: KaranganyarNo. RM: 01127XXX

2. KELUHAN UTAMAHidung tersumbat dan gatal.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGKira-kira 1,5 bulan yang lalu pasien mengeluh hidung kanan berbau. Makin lama makin memberat hingga mengganggu aktivitas karena bau sangat tidak enak.Mampet (+) pada hidung kanan, ingus kuning kental.nyeri pada pipi kanan (+) nyeri pada pangkal hidung (-) nyeri di daerah dahi (-). Keluhan bersifat terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas maupun perubahan cuaca. Keluar ingus (+) dari hidung kanan, warna kuning, kental berbau.Pasien mengaku sulit untuk mengeluarkan ingusnya.Riwayat sering bersin pada pagi hari (+), mimisan (-).Keluhan lendir mengalir di tenggorok (+).Batuk (+).Kira-kira 3 minggu yang lalu pasien sudah berobat tetapi belum membaik.Karena keluhan masih dirasakan, pasien memeriksakan diri ke RSDM.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat sakit gigi: (+)Riwayat alergi dingin: disangkalRiwayat alergi obat: disangkalRiwayat asma: disangkal

5. RIWAYAT KELUARGARiwayat sakit serupa: (+) ibu pasienRiwayat asma: (+) ibu pasienRiwayat alergi makanan: disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK1. Status Generalisa.keadaan umum: Baik, compos mentis, gizi kesan cukupb. Vital sign1) Tensi: 130/80 mmHg2) Respirasi rate: 22x/menit3) Nadi: 88x/ menit4) Suhu: 36.80Cc.Kepala: dalam batas normald.Mata: dalam batas normale.Kepala: dalam batas normalf.Hidung: lihat status lokalisg.Mulut: gigi molar 1 kanan atas sisa akarh.Leher: dalam batas normali.Thorax posterior: dalam batas normalj.Thorax anterior: dalam batas normalk.Abdomen: dalam batas normall.Ekstermitas superior : dalam batas normalm.Ekstermitas inferior : dalam batas normal

2. Status lokalisTampak mukosa hidung kanan basah dengan secret mukoid, concha inferior kanan hipertrofi, terdapat aliran discharge dari meatus media.

C. DIAGNOSA BANDING 1. Sinusitis kronis ec dentogen2. Sinusitis kronis ec rhinogen

D. USULAN PEMERIKSAANKonsul dokter gigi dan mulut, usul foto panoramik.Pemeriksaan laboratorium (hitung eosinofil dalam darah tepi dan IgE total) dan skin test.

E. DIAGNOSIS KERJASinusitis kronis ec dentogen

F. TERAPIR/ Oxymethazoline HCl 0.25% nasal drops No. I 2 dd 2-3 gtt nasales R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No. IX 3 dd tab IPro: Tn. B (32 tahun)

Mekanisme Kerjaa. Oxymethazoline HCl 0.25% Nasal Drops1) Setiap 1 ml mengandung 0.5 mg Oksimetazolin HCl.2) Oksimetazolin merupakan dekongestan dengan durasi kerja lama (12 jam). Penggunaan dekongestan disini untuk mengecilkan konka dan membuka tuba eustachii yang tersumbat sehingga drainage cairan menjadi lancar.3) Indikasinya untuk hidung mampet pada influenza, sinusitis, dan rhinitis.b. Ciprofloxacin1) Ciprofloxacin merupakan golongan fluoroquinolone dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, Staphylococcus epidermidis, dan kebanyakan organisme gram negatif tapi tidak efektif untuk kuman anaerobe. Menghambat sintesa DNA bakteri dan juga pertumbuhannya. Terapi dilanjutkan setelah tanda dan gejala hilang selama sekurantg- kurangnya 2 hari (biasanya 7-14 hari). Terbukti sangat efektif untuk demem typhoid dan para typhoid. Panas turun pada hari ke 3- 5, dan angka kejadian relaps dan carrier jarang. Quinolone lain (seperti Ofloxacin, norfloxacin, pefloxacin) biasanya juga efekti. Jika pasien meneluh mual atau mengalami diare dapat diberikan per IV. Fluoroquinolone sangat efektif terhadap strain yang multiresistendan mempunyai aktivitas antibakteri intraselluler.2) Kontra indikasi : Pasien dengan riwayat hipersensitivitas.

DAFTAR PUSTAKA1. Laszlo I. Radiologi Daerah Kepala dan Leher. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepal & Leher Jilid 2. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. 2-9.2. Higler PA. Nose: Applied Anatomy dan Physiology. In: Adams GL, Boies LR, Higler PA, editors. Boies Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. Philadelphia, PA: WB Saunders Company; 1989. p.173-903. Sobol SE, Schloss MD, Tewfik TL. Acute Sinusitis Medical Treatment. August 8, 2005. Available from: http://www.emedicine.com. Accessed December 20, 20104. Rubin MA, Gonzales R, Sande MA. Infections of the Upper Respiratory Tract. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors. Harrisons Principle of Internal Medicine. 16th ed. New York, NY: McGraw Hill; 2005. p. 185-935. Mangunkusumo E, Rifki N. Sinusitis. Dalam: Supardi EA, Iskandar N, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2001. p.120-4