sinusitis

46
SINUSITIS OLEH : HAFIDLOTUL MU’AWANAH

Upload: nana-muawanah

Post on 21-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

sinusitis maxillaris

TRANSCRIPT

SINUSITIS

OLEH :HAFIDLOTUL MU’AWANAH

Case

Jenis Anamnesis : Autoanamnesis Anamnesis tanggal : 17 Februari 2015 Ruang : Flamboyan lt.1 Identitas Pasien Nama : Ny. R Umur : 53 th Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Pojok, Dadap Ayam, Suruh Pekerjaan : ibu RT Masuk RS : 16 Februari 2015 s

Keluhan utama : hidung berbau busuk Keluhan tambahan : - Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan hidung berbau, keluhan dirasakan ± sejak 1 tahun. Awalnya pasien mengeluh sering pilek, bersin-bersin, dan hidung terasa tersumbat terutama jika udara dingin, os mengaku ia telah berobat ke beberapa dokter namun tak kunjung sembuh. Kini pasien merasa hidungnya bau dan serasa ada cairan di tenggorokannya. Os sering mengeluh nyeri kepala dan nyeri pada pipi kiri. Gigi pasien berlubang pada geraham kiri atas

Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi (+), DM (-), Asma (-),Alergi (-)• Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi (+), DM (-), Asma (-),Alergi (-)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Cukup Kesadaran : Composmentis Denyut nadi : 84 x/menit Tekanan darah : 150/90 mmHg Pernapasan : 20 x/menit Suhu : afebris Status Internus : dalam batas normal

Status THT

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi SPN PA/Waters

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis Sinusitis Maxillaris Sinistra

Tatalaksana Cefadroxil 2x1 Methylprednisolon 4mg 2x1 Starmuno 1x1 Motivasi CWL → os setuju→ isi sinus berupa

polip

Anatomi Sinus Paranasal

Fungsi Sinus Paranasal

Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sebagai penahan suhu (thermal insulator) Membantu keseimbangan kepala Membantu resonansi suara Sebagai perendam perubahan tekanan udara Membantu produksi mukus

Definisi Sinusitis

Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis.

Epidemiologi

ƒ Dilaporkan > 31 juta penduduk Amerika menderita sinusitis

ƒ 17 % of patients > age 65

ƒ 5 milyar dollar dihabiskan untuk terapi medis sinusitis dan 60 milyar dollar lainnya dihabiskan untuk tindakan operatif sinusitis di A.S

Etiologi

Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Streptococcus group A, Staphylococcus aureus, Neisseria, Klebsiella, Basil gram -, Pseudomonas.

Virus:Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus

Bakteri anaerob: fusobakteria

Jamur

Klasifikasi Sinusitis

Konsensus tahun 2004 membagi rinosinusitis menjadi : • akut dengan batas sampai empat minggu, • subakut antara empat minggu sampai tiga

bulan • kronik jika lebih dari tiga bulan atau

berdasarkan jenis atau tipe inflamasinya yaitu infectious atau non-infectious (Mangunkusomo dan Soetjipto,2007; Sobol, 2011).

Berdasarkan berat penyakit, sinusitis dapat dibagi menjadi, ringan, sedang dan berat. Hal ini dapat dinilai dengan total visual analoque scale (VAS)3o Ringan = 0-3o Sedang = 3-7o Berat = 7-10

Nilai VAS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien

Berdasarkan Penyebabnya : Sinusitis tipe Rhinogen Sinusitis tipe Odontogen

Patofisiologi Sinusitis

Dipengaruhi tiga faktor, yaitu : patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung

Gejala klinis

Pemeriksaan

Transiluminasi

Radiologi-Rontgen

Penebalan mukosa, Opasifikasi sinus ( berkurangnya

pneumatisasi) Gambaran air fluid level yang khas akibat

akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters.

Penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik)

Posisi Waters, terlihat adanya air fluid level dan penebalan mukosa pada sinus maxillaris

Lateral View, terlihat sinus frontalis dan sphenoidalis normal

Sinus frontal tampak opak

Kekurangan Foto Polos SPN

Visualisasi yang kurang jelas pada sinus ethmoidalis

Jika terlihat gambaran opasitas, sulit untuk membedakan apakah itu infeksi, tumor, atau polip

CT-SCAN

CT Scan merupakan Gold Standart untuk pemeriksaan penunjang sinusitis

Keuntungan pemeriksaan CT-Scan : Sinus ethmoid dapat tervisualisasi Dapat mengevaluasi penyebab gambaran

sinus yang opak Indikasi jika terdapat komplikasi atau

diagnosis yang belum pasti

SINOSCOPY

Sinoscopy (Endoscopy Sinus Surgery) dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maxilla melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maxilla yang sebenarnya dan selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

MIKROBIOLOGI

Biakan yang berasal dari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun demikian, pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis dilakukan dengan menagspirasi pus dari sinus yang terkena.

KOMPLIKASI

Kelainan pada orbita Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena

letaknya yang berdekatan dengan mata . Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan

perkontinuitatum Edema palpebra Preseptal selulitis Selulitis orbita tanpa abses Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel

abses Selulitis orbita dengan intraperiosteal abses Trombosis sinus cavernosus

Kelainan intrakranial Abses extradural, subdural, dan intracerebral Meningitis Encephalitis Trombosis sinus cavernosus atau sagital

Kelainan pada tulang Osteitis Osteomyelitis

Kelainan pada paru Bronkitis kronik Bronkhiektasis

Otitis media Toxic shock syndrome Mucocele , pyococele

TATALAKSANA-SINUSITIS AKUT

Analgetik Antibiotik : antibiotik lini pertama yang digunakan adalah

amoxicillin apabila alergi bisa digunakan Trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP/SMX) atau golongan makrolid, jika dalam waktu 72 jam tidak ada perbaikan secara klinis maka dapat disimpulkan telah terjadi resistensi pada antibiotik tersebut.antibiotik lini kedua yaitu golongan floroquinolon atau amoxicilin-clavulanic acid inhibitors yang merupakan terapi inisial jika terjadi resistensi pada antibiotik lini pertama.

DekongestanPemberian dekongestan seperti pseudoefedrin, dan tetes hidung poten seperti fenilefrin dan oksimetazolin cukup bermanfaat untuk mengurangi udem sehingga dapat terjadi drainase sinus.

Irigasi Antrum :apabila ketiga terapi di atas gagal, dan ostium sinus sedemikian udematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksiilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus kedalam antrum maksillaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.

Diatermi gelombang pendekberdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neesha Shinde dkk dengan metode cross sectional menunjukkan bahwa terapi dengan diatermi gelombang pendek pada sinusitis efektif mengurangi keluhan yang dirasakan terutama keluhan nyeri. Pada penelitian tersebut menyebutkan kombinasi diatermi gelombang pendek dan antibiotik jauh lebih efektif daripada pemberian antibiotik saja.

Menghilangkan faktor predisposisi

TATALAKSANA SINUSITIS KRONIS

Prinsip utama penanganan sinusitis kronik adalah Mengenali faktor penyebab dan mengatasinya

Mengembalikan integritas dari mukosa yang udem Pengembalian ventilasi sinus dan koreksi mukosa akan mengembalikan fungsi lapisan mukosilia

Continue...

Antibiotika : antibiotik lini ke dua Mukolitik Nasal toilet

Pembersihan hidung dan sinus dari sekret yang kental dapat dilakukan dengan saline sprays atau irigasi.

KortikosteroidBerdasarkan penelitian yang dilakukan kortikosteroid dapat diberikan sebagai monoterapi pada sinusitis ringan atau sedang. Namun jika dalam waktu 72 jam tidak menunjukkan respon, antibiotik segera diberikan. Berdasarkan cochrane review pada 3 penelitian yang dilakukan secara random, kombinasi pemberian antibiotik yaitu amoxiclav (50 mcg) dan kortikostroid mometasone furoate (200 mcg atau 400 mcg dua kali sehari) menunjukkan hasil yang baik secara klinis

PembedahanPembedahan dilakukan apabila pengobatan denganmedikamentosa sudah gagal. Pembedahan tidak radikal yang akhir akhir ini sedang dikembangkan adalah menggunakan endoskopi yang disebut Bedah Sinus Endoskopi Fungsional

PROGNOSIS

Prognosis untuk sinusitis akut yaitu 40 % dari penderita akan sembuh secara spontan tanpa pemberian antibiotik, namun komplikasi dari terapi yang tidak adekuat adalah sinuistis kronik, abses otak, dan komplikasi ekstrasinus yang lain

Prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik

PEMBAHASAN Kriteria mayor untuk penegakan diagnosis rinosinusitis

kronik secara klinis pada kasus ini adalah diperoleh nyeri pada pipi kiri, hidung terasa tersumbat, dan keluar discharge purulen pada hidung ketika dilakukan pemeriksaan spekulum nasi. Diagnosis rinosinusitis kronik dapat ditegakkan jika terdapat paling sedikit 2 gejala mayor dan onsetnya selama 12 minggu. Secara klinis diagnosis rinosinusitis kronik dapat ditegakkan

Dari hasil Rontgen ditemukan kesan adanya gambaran sinustis maxillaris sinistra. Berdasarkan hasil anamnesis diatas dapat disimpulkan bahwa pasien tidak merespon dengan terapi-terapi yang selama ini diperoleh. Oleh karena itu, pasien diberikan motivasi untuk dilakukan tindakan operasi pembersihan sinus.

Pada kasus ini masih diberikan terapi farmakologis berupa antibiotik golongan floroquinolon yaitu cefadroxil 2x1, kortikosteroid oral yaitu Methylprednisolon 4 mg 2x1, dan starmuno untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebanyak 1x1. Tatalaksana pada kasus ini hampir sesuai dengan algoritma tatalaksana Rhinosinusitis kronik, hanya saja tidak dipertimbangkan irigasi saline.

5d Selain itu menjelang operasi, selama 4 atau 5 hari

pasien diberi antibiotik dan kortikosteroid sistemik dan lokal. Hal ini penting untuk mengeliminasi bakteri dan mengurangi inflamasi, karena inflamasi akan menyebabkan edema dan perdarahan yang banyak, yang akan mengganggu kelancaran operasi. Kortikosteroid juga bermanfaat untuk mengecilkan polip sehingga operasinya akan lebih mudah

KESIMPULAN Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi

karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu keempat sinus yang ada (maxillaris, frontalis, sphenoidalis, ethmoidalis). Sinusitis akut terjadi selama empat minggu, sinusitis subakut terjadi 4-12 minggu, dan onset sinusitis kronik > 12 minggu

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang merupakan gold standart untuk sinusitis adalah CT Scan

Prinsip penatalaksanaan sinusitis adalah dengan membuka sumbatan KOM sehingga drainase dan ventiasi sinus-sinus pulih secara alami. Bedah Sinus Endoskopi Fungsional merupakan operasi terkinin untuk sinusitis kronik yang membutuhkan operasi

Antibiotik yang digunakan untuk terapi sinusitis pada lini pertama adalah amoxicillin, TMP/SMX, dan eritromisin. Namun jika tak respon atau sinusitis kronik menggunakan antibiotik lini kedua yaitu golongan floroquinolon atau amoxicillin-cluvalanic

DAFTAR PUSTAKA

Ahovuo-Saloranta A, Borisenko OV, Kovanen N, Varonen H, Rautakorpi UM, Williams JW Jr., et al (2008) Antibiotics for acute maxillary sinusitis. Cochrane Database of Systematic Reviews April 16: CD000243.

Endang Mangunkusoma. 1999. Sinusitis dalam Kumpulan makalah Simposium sinusitis.Jakarta :1-6

E. Mangunkusoma.Fisiologi Hidung dan Paranasal Dalam Iskandar N, dkk (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FK UI Jakarta 1990:85-87

Ferech M, Coenen S, Malhotra-Kumar S, Dvorakova K, Hendrickx E, Suetens C, et al (2006) European Surveillance of Antimicrobial Consumption (ESAC): outpatient antibiotic use in Europe. Journal of Antimicrobial Chemotherapy 58: 401–407.

Rosenfeld RM, Andes D, Bhattacharyya N, Cheung D, Eisenberg S, Ganiats TG, et al (2007a) Clinical practice guideline: adult sinusitis. Otolaryngology–Head and Neck Surgery 137: S1–S31.

Rosenfeld RM, Singer M, Jones S (2007b) Systematic review of antimicrobial therapy in patients with acute rhinosinusitis.Otolaryngology–Head and Neck Surgery 137: S32–S45 

Williamson IG, Rumsby K, Benge S, Moore M, Smith PW, Cross M, et al (2007) Antibiotics and topical nasal steroid for treatment of acute maxillary sinusitis: a randomized controlled trial. The Journal of the American Medical Association 298: 2487–2