sintesisimina-150228063344-conversion-gate02.pdf
TRANSCRIPT
k.wr ‘14
SINTESIS IMINA
TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil dengan amina primer
Mempelajari pemurnian hasil reaksi dengan teknik rekristalisasi
LANDASAN TEORI
Green chemistry merupakan desain produk kimia dan suatu proses yang mengurangi
penggunaan zat berbahaya. Hal ini merupakan pencegahan polusi di tingkat yang paling
mendasar dari atom dan molekul. Green chemistry mencampurkan suatu inovasi dalam
kimia dengan ekonomi serta pemanfaatan lingkungan, menawarkan pendekatan berbasis
ilmu pengetahuan untuk memecahkan beberapa masalah di lingkungan kita (Kirchhoff,
2001).
Metode dalam green chemistry yakni dengan menggunakan bahan yang ramah
lingkungan. Pemilihan senyawa awal, di mana umumnya sintesis menggunakan petrokimia
(dari petrolueum) yang tidak terbarukan, sehingga digunakan bahan alternative yang berasal
dari biomassa seperti butadiene, pentane, pentena, dll. Perlu juga pemilihan reagen dan
katalis yang ramah lingkungan dan tidak mengandung racun. Pemilihan pelarut juga penting,
karena umumnya pelarut yang digunakan (benzene, CFC, dll) menimbulkan bahaya bagi
kesehatan. Alternative pelarut green chemistry yakni CO2 dalam bentuk cair (supercritical
CO2) (Ahluwalia, 2004).
Kelebihan green chemistry tentu untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat
limbah kimia yang berbahaya, menghasilkan sintesis bahan kimia yang aman dan tidak
berbahaya (dapat teruarai), menghemat sumber daya (renewable), serta dapat
meminimalkan kecelakaan kerja. Sementara itu, alternative pelarut green chemistry seperti
air ternyata memiliki kelemahan, seperti proses distilasi yang intensif energy,
terkontaminasinya uap air, kapasitas panas air yang tinggi akan sulit untuk menaikkan dan
menurunkan suhu secara cepat (waktu lama). Sehingga, beberapa penggunaan bahan
alternative yang green chemistry ternyata belum menunjukkan hasil maksimal (Lancaster,
2010).
Imina disebut juga Schiff-bases, merupakan molekul yang berguna baik secara
biologi dan sintesis. Secara fisiologi, imina merupakan senyawa esensial dari berbagai
system, seperti penglihatan dan beberapa reaksi enzimatis. Sintesis imina merupakan reaksi
penting antara atom nitrogen nukleofilik dari amina primer dan karbonil elektrofilik dari
aldehid atau keton. Melalui serangan kondensasi menghasilkan elektrofilik imina pada reaksi
tersebut, kelompok ester meningkatkan sifat elektrofilik pada imina (Bennett, 2006).
Amina primer bereaksi dengan aldehid atau keton untuk menghasilkan imina disebut
juga reaksi Schiff-base. Atom nitrogen nukleofilik dari amina primer bereaksi dengan atom
karbon elektrofilik dari golongan karbonil dengan seiring pergerakan electron π ke atom
k.wr ‘14
oksigen. Penambahan nukleofilik diikuti dengan reaksi asam basa untuk membentuk
hemiaminal. Jika OH dari hemiaminal terprotonasi, molekul air dapat terdisosiasi. Kelompok
kationik ini lebih mudah terdeprotonasi, membentuk produk ini disebut imina, disebut juga
Schiff-base. Reaksi sintesis imina adalah sebagai berikut (Sorrell, 1999).
Aniline merupakan anggota dari amina yang gugus aminonya terikat secara langsung
dengan cincin benzene. Rumus kimia aniline yakni C₆H₅NH₂. Aniline merupakan cairan
berminyak yang tidak berwarna, lebih ringan dari air, mendidih pada 184⁰C, meleleh pada -
6⁰C, sedikit larut dalam air. Secara komersial, aniline dihasilkan dari reduksi nitrobenzene
oleh beberapa agen pereduksi seperti besi dan HCl, diikuti dengan distilasi uap produk
(Rappoport, 2007).
Aldehida aromatic mempunyai gugus formil atau gugus aldehida (-CHO) dalam
struktur kimianya. Radikal formil dalam senyawa aromatic dapat terikat pada inti benzene,
tetapi ada yang terikat pada rantai cabang. Benzaldehida merupakan contoh aldehida
aromatic yang gugusan formilnya langsung terikat pada inti benzene. Benzaldehida
merupakan aldehida aromatic yang paling sederhana dan terkandung dalam biji-bijian
badam. Benzaldehida mempunyai rumus molekul C6H5COH (Sumardjo, 2008).
Benzalanilin disintesis dari kondensasi aniline dengan benzaldehida dalam rasio
equimolar. Struktur dari benzalanilin adalah sebagai berikut (Neeraj, 2006).
Belzalanilin memiliki rumus kimia C13H11N dan berat molekul 181,237 g/mol.
Sementara itu, bentuknya kristal berwarna kuning dengan titik leleh yakni antara 52-54 ⁰C.
sifatnya tidak dapat tercampur sempurna dalam air, namun dapat larut dalam alcohol,
klorofom, karbon disulfide (MSDS, 2005).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Tujuan
proses kristalisasi untuk pemisahan dan pemurnian. Pengotor yang ada pada kristal terdiri
dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di
dalam kristal. Cara untuk menghilangkan pengotor dengan rekristalisasi, yaitu melarutkan
kristal kemudian mengkristalkannya kembali (Setyopratomo, 2013).
Syarat pelarut yang sesuai adalah sebagai berikut (Kortz, 2006):
Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan
Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya
Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai
k.wr ‘14
METODE PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini meliputi gelas beker, gelas ukur,
pengaduk magnet, pengaduk gelas, gelas arloji, pinset, pipet tetes, baskom, corong
gelas, kertas saring, pipa kapiler, dan alat electrothermal.
Bahan-bahan digunakan pada percobaan ini meliputi aniline, benzaldehida,
akuades, etanol, es batu, dan garam.
CARA KERJA
Dimasukkan 5 gram (0,05 mol) aniline ke dalam gelas beker. Kemudian
ditambahkan 5 gram (0,05 mol) benzaldehida dan 5 ml akuades. Larutan lalu ditutup
dengan gelas arloji dan diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet selama 1
jam dalam suhu ruang. Setelah itu didiamkan dalam penangas es hingga terbentuk
padatan. Padatan yang terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan
penyaring Buchner dan disertai pencucian menggunakan akuades.
Padatan yang telah disaring lalu direkristalisasi. Sekitar 5 ml etanol
dipanaskan, kemudian padatan tadi dimasukkan ke dalam etanol dan diaduk hingga
larut. Kemudian padatan disaring dengan corong gelas dan filtratnya ditampung
dalam gelas beker pada penangas es. Padatan yang terbentuk kemudian disaring
dengan penyaring Buchner dan dicuci menggunakan etanol. Padatan yang dihasilkan
lalu dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Setelah itu, ditimbang berat hasil dan
diuji titik lelehnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PERCOBAAN
Karakterisasi Keterangan
Nama produk
Wujud
Warna
Bau
Titik leleh
Massa produk
Rendemen
Benzalanilin
Kristal jarum
Kuning kecoklatan (kuning pucat)
Menyengat
48 – 53 ⁰C
6,10 gram
71,613%
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan sintesis senyawa imina, di mana pada reaksi
pembentukannya melibatkan proses reaksi nukleofilik terhadap senyawa karbonil
dengan amina primer. Sintesis imina pada percobaan ini menggunakan senyawa
golongan aldehida yakni benzaldehida, sedangkan senyawa amina primernya
digunakan aniline.
k.wr ‘14
Dalam proses sintesis senyawa imina ini, digunakan metode green chemistry.
Metode ini digunakan untuk mengurangi penghasilan limbah yang berbahaya.
Penggunaan metode ini diwujudkan dengan penggunaan akuades sebagai pelarut
dalam proses sintesis. Akuades digunakan sebagai pengganti toluene yang memiliki
sifat racun baik bagi tubuh maupun lingkungan. Penggunaan/paparan toluene dalam
jangka panjang dapat berakibat fatal bagi organ tubuh, seperti system saraf, darah,
ginjal, hati, pendengaran, dll. Sedangkan bahaya toluene pada lingkungan yakni
limbah yang dihasilkan dari toluene dapat berdampak serius karena menyebabkan
pencemaran lingkungan terhadap lingkungan, udara, dan air. Oleh sebab itu, untuk
mengurangi berbagai bentuk kemungkinan buruk yang dapat terjadi bagi tubuh
maupun lingkungan maka digunakan metode green chemistry yakni dengan
merubah pelarut toluene dengan pelarut akuades.
Penggunaan akuades sebagai pelarut didasarkan pada sifat kelarutan dari
kedua reaktan yakni benzaldehida dan aniline. Seperti yang telah dicantumkan pada
data MSDS diketahui bahwa kedua senyawa tersebut dapat larut dalam air.
Sehingga, dengan menggunakan akuades dapat menggantikan toluene sebagai
pelarut untuk melarutkan kedua senyawa tersebut hingga menjadi homogen.
Pembentukan imina pada percobaan ini menggunakan benzaldehida dan
aniline. Senyawa benzaldehida di sini berperan sebagai atom karbon elektrofilik dari
gugus karbonil yang mana akan diserang oleh nukleofilik dari gugus amina. Sehingga,
aniline berperan sebagai senyawa amina nukleofilik dari gugus amina primer. Atom
nitrogen dari aniline yang bermuatan positif inilah yang kemudian akan menyerang
inti (nukleofilik artinya suka inti) dari senyawa aldehida yakni atom karbon yang ada
di pusat senyawa.
Senyawa benzaldehida dan aniline dicampurkan, baru kemudian
ditambahkan pelarut akuades. Setelah itu, larutan diaduk menggunakan pengaduk
magnet selama 1 jam. Pengadukan ini bertujuan untuk mencampurkan senyawa agar
menjadi larutan yang homogen. Pengadukan juga dapat mempercepat reaksi yang
terjadi karena adanya proses pengadukan menyebabkan tumbukan antar partikel
dalam larutan akan menjadi lebih cepat dan lebih sering terjadi, sehingga reaksi
dapat berjalan cepat. Pengadukan ini juga seharusnya dilakukan dalam gelas beker
yang kecil (100 ml). Hal ini bertujuan agar luas permukaan pengadukan oleh
pengaduk magnet dapat merata. Jika menggunakan gelas beker yang besar, maka
otomatis pengaduk magnet hanya akan terfokus pada pengadukan di tengah pada
dasar gelas, sementara sisi pinggir gelas tidak begitu tercapai, sehingga pengadukan
kurang begitu sempurna. Sedangkan jika menggunakan gelas beker yang ukurannya
kecil, maka pengadukan dapat maksimal karena hampir semua sisi larutan pada
gelas beker akan teraduk sempurna.
Reaksi yang terjadi terdiri dari dua reaksi yakni reaksi adisi dan eliminasi.
Pada reaksi adisi, amina nukleofilik pada karbon karbonil yang bermuatan positif
parsial, yang diikuti dengan lepasnya proton dari nitrogen dan diperolehnya proton
k.wr ‘14
oleh oksigen. Reaksi adisi nukleofilik ini diikuti dengan reaksi asam basa untuk
membentuk hemiaminal yang umumnya tidak stabil. Reaksinya adalah sebagai
berikut.
Tahap kedua yakni reaksi eliminasi. Reaksi ini terjadi saat gugus OH dari
hemiaminal terprotonasi, molekul H2O akan terdisosiasi untuk menghasilkan
resonansi kationik yang stabil. Reaksinya adalah sebagai berikut.
Kation tersebut tidak bereaksi dengan molekul kedua dari amina karena
deprotonasi terjadi dengan mudah, membentuk produk netral yang stabil. Produk
tersebut yakni imina. Imina yang dihasilkan bernama benzalanilin. Reaksinya adalah
sebagai berikut.
Dalam proses pembentukan imina sangat tergantung pada kondisi pH. Pada
tahap pertama (reaksi adisi), kondisi larutan yang terlalu asam menyebabkan
konsentrasi amina bebas menjadi kecil sekali (dapat diabaikan). Sehingga, tahap adisi
ini yang biasanya cepat akan menjadi lambat dan akhirnya menjadi tahap penentu
laju dalam reaksi.
Sementara itu, pada tahap kedua (reaksi eliminasi), bertambahnya keasaman
larutan akan menyebabkan tahap kedua ini berjalan lebih cepat sementara tahap
pertama menjadi lebih lambat. Begitu pula dengan sebaliknya. Hal ini dapat terjadi
karena pada tahap kedua diketahui bahwa OH⁻ merupakan suatu basa kuat dan
gugus pergi yang jelek, sedangkan OH₂⁺ dapat pergi sebagai H₂O (suatu basa lemah
dan gugus pergi yang baik).
Penggantian pelarut toluene untuk sintesis imina dengan pelarut akuades
(air) yang ramah lingkungan memang sangat baik. Hal ini untuk mengurangi limbah
B3 yang berbahaya bagi lingkungan dan juga bagi kesehatan. Namun, ternyata
penggunaan akuades (air) juga memiliki kekurangan. Hal ini karena air memiliki sifat
ketidakstabilan hidrolisis pada reagen dan produk. Misalnya saja, jika temperature
air dinaikkan akan meningkatkan produk ionic, sedangkan densitas dan polaritasnya
berkurang. Jika suhu di atas 200⁰C, air dapat berfungsi sebagai pelarut organic tapi
juga bersifat asam dan basa yang kuat. Oleh sebab itu, pada percobaan ini
k.wr ‘14
pereaksian antara aniline dan benzaldehida hanya dengan pengadukan dan tidak
dilakukan dalam suhu tinggi (menggunakan refluks).
Setelah larutan diaduk selama 1 jam, kemudian didiamkan dalam penangas
es hingga terbentuk padatan. Saat menunggu larutan menjadi padatan, larutan perlu
dipukul-pukul menggunakan pengaduk gelas. Hal ini bertujuan agar padatan yang
terbentuk bukan merupakan padatan yang keras (membatu).
Padatan yang terbentuk berwarna kecoklatan. Padatan yang telah terbentuk
kemudian disaring dengan penyaring Buchner. Penggunaan penyaring Buchner dapat
menyaring lebih cepat karena menggunakan bantuan tekanan. Proses penyaringan
juga disertai dengan pencucian menggunakan akuades untuk mencuci padatan dari
sisa pengotor dalam padatan yang dapat larut dalam air (benzalanilin tidak larut
dalam air). Pencucian dilakukan hingga padatan pada corong berwarna kuning pucat.
Hal ini menandakan pengotor udah mulai berkurang.
Padatan yang telah dicuci merupakan senyawa imina yang bernama
benzalanilin. Benzalanilin ini belum merupakan senyawa yang murni, sehingga perlu
dimurnikan dari segala pengotor-pengotor yang masih dikandungnya dengan cara
rekristalisasi. Sehingga, diharapkan dapat diperoleh hasil sintesis senyawa
benzalanilin yang murni hampir 100%.
Pada proses rekristalisasi ini digunakan pelarut etanol. Etanol digunakan
karena etanol ini dapat melarutkan senyawa benzalanilin, sehingga saat campuran
larutan disaring maka dapat terpisahkan antara benzalanilin dengan senyawa
pengotornya. Sebelum digunakan, etanol perlu dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini
agar saat benzalanilin dimasukkan ke dalam etanol dapat lebih mudah dilarutkan
dengan sempurna dan pelarutan dapat lebih cepat. Benzalanilin yang telah larut
dalam etanol kemudian disaring dengan corong gelas, dan filtratnya ditampung ke
gelas beker dalam penangas es. Filtrate tersebut pun kemudian ditunggu hingga
membentuk padatan berwarna kecoklatan.
Jika filtrate sudah membentuk padatan, kemudian disaring menggunakan
penyaring Buchner kembali dan dicuci dengan menggunakan etanol untuk
menghilangkan sisa-sisa pengotor. Pencucian dilakukan hingga senyawa benzalanilin
berwarna kucing pucat. Senyawa benzalanilin yang telah disaring kemudian perlu
dikeringkan dengan oven selama 15 menit untuk menguapkan etanol dan sisa air
yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil sintesis senyawa benzalanilin
yang berbentuk Kristal jarum berwarna kuning pucat (kecoklatan) dan berbau
menyengat. Berat senyawa yang diperoleh yakni 6,1 gram, sehingga diperoleh hasil
rendemennya yakni 71,613%. Sementara itu, untuk mengidentifikasi senyawa hasil
sintesis tersebut yakni dengan menguji titik leburnya, di mana diperoleh titik
leburnya 48-53 ⁰C. Jika dibandingkan dengan literature benzalanilin di mana pada
literatur titik leburnya 51-52 ⁰C, maka hasil percobaan sudah cukup mendekati
literatur.
k.wr ‘14
Walaupun hasil rendemen yang diperoleh cukup tinggi, namun hasil tersebut
belum dapat mencapai 90%. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan gelas beker
dalam proses pengadukan dengan pengaduk magnet. Gelas beker yang digunakan
seharusnya gelas beker yang ukurannya sekitar 100 ml agar pengadukan dapat
sempurna di setiap sisi. Namun, saat percobaan yang disediakan gelas beker 200 ml,
sehingga pengadukan kurang sempurna. Hal ini menyebabkan reaksi antara senyawa
reaktan berjalan tidak sempurna, sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat
mencapai persentase yang mendekati 100%.
KESIMPULAN
... (cari sendiri ya :D ) ^^
DAFTAR PUSTAKA
Ahluwalia, dkk., 2004, New Trends in Green Chemistry, Kluwer Academic Publisher, New
Delhi.
Anonim, 2005, MSDS Benzalanilin, MP Biomedicals Australia Pty Limited, Australia.
Bennett, dkk., 2006, Synthesis and Analysis of a Versatile Imine for the Undergraduate
Organic Chemistry Laboratory, J. Chem. Educ., Vol 83, No 8, Hal 1221-1224.
Kirchhoff, M. M., 2001, Topics In Green Chemistry, J. Chem. Educ., Vol 78, No 12, Hal 1577.
Kotz, 2006, Chemistry and Chemical Reactivity, Edisi ketujuh, Belmont, USA. Lancaster, M., 2010, Green Chemistry: An Introductory Text, RSC Publishing, Cambridge.
Neeraj, dkk., 2006, Synthesis and Conparative Fungitoxicity of Benzalbenzylamines and
Benzalanilines, Pesticide Research Journal, Vol 18, No 2, Hal 129-132.
Rappoport, Z., 2007, The Chemistry of Anilines, John Wiley & Sons Ltd., England.
Setyopratomo, dkk., 2013, Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan Cara
Rekristalisasi, Jurnal Teknik Kimia Unitas, Vol 11 (2), Hal 17-23.
Sorrell, T. N., 1999, Organic Chemistry, University Science Books, California.
Sumardjo, D., 2008, Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran, EGC,
Jakarta.
LAMPIRAN
MSDS Anilina
Sifat fisik dan kimia
Bentuk : cair
Bau : aromatic, seperto amina
Berat molekul : 93,13 g/mol
Warna : tidak berwarna
Titik didih : 184,1 ⁰C (363,4 ⁰F)
k.wr ‘14
Titik beku : -6 ⁰C (21,2 ⁰F)
Kelarutan : larut dalam air dingin, air panas, methanol, dietil eter
Identifikasi Hazard
Potensi Efek Kesehatan Akut: Berbahaya dalam kasus kontak kulit, kontak
mata, menelan, inhalasi.
Potensi Efek Kesehatan kronis: Sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit
(sensitizer), efek karsinogenik, efek mutagenic. Bahan ini beracun dalam
darah, ginjal, hati, kandung kemih, limpa, sistem kardiovaskular, sistem saraf
pusat.
P3K
Mata : dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dengan kelopak mata
terbuka.
Kulit : dibilas dengan air dan sabun, serta diberi obat penahan rasa sakit
(krim anti bakteri)
Terhirup : mencari udara segar, jika sulit bernafas diberi oksigen
Tertelan : tidak memberi apapun lewat mulut
Senyawa mudah terbakar
MSDS Benzaldehida
Sifat fisik dan kimia
Bentuk : cair
Berat molekul : 106,13 g/mol
Titik didih : 179⁰C (354,2 ⁰F)
Titik beku : -26 ⁰C (-14,8 ⁰F)
Kelarutan : larut dalam air dingin
Identifikasi Hazard
Potensi Efek Kesehatan Akut: sangat bahaya jika tertelan, bahaya pada kulit
(iritan), kontak mata.
Potensi Efek Kesehatan kronis: senyawa bersifat racun pada paru-paru,
system saraf, membrane selaput lender. Dalam jangka panjang dapat
menimbulkan bahaya pada organ dalam.
P3K
Mata : dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dengan kelopak mata
terbuka.
Kulit : dibilas dengan air dan sabun, serta diberi obat penahan rasa sakit
(krim anti bakteri)
Terhirup : mencari udara segar, jika sulit bernafas diberi oksigen
Tertelan : tidak dimuntahkan, tidak memberi apapun lewat mulut
Senyawa mudah terbakar