sintesis nano partikel tungsten trioksida (wo3) … · selama 12 jam pada ovariasi temperatur yakni...
TRANSCRIPT
SINTESIS NANO PARTIKEL TUNGSTEN TRIOKSIDA (WO3) MENGGUNAKAN
METODE SOL-GEL DAN PROSES POST HYDROTHERMAL
Eko Prasetio N1, Diah Susanti
2, Hariyati Purwaningsih
2
1 Mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
2 Dosen jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
ABSTRAK Nano partikel Tungsten Trioksida (WO3) dibuat dari material dasar Tungsten (VI)
Hexaklorida (WCl6) dan alkohol dengan menggunakan metode sol-gel yang kemudian dilanjutkan
dengan proses post-hydrothermal yang dilakukan dengan pemberian pemanasan di dalam furnace
selama 12 jam pada variasi temperatur yakni 160oC, 180
oC dan 200
oC. Pengujian SEM, HR-TEM,
XRD, BET Analysis, DTA/TGA, FT-IR Spectrometry dan Raman Spectroscopy untuk mengetahui
struktur dan morphologinya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi temperatur
pemanasan, maka semakin besar ukuran kristal yang didapat. Selain itu diketahui bahwa dengan
semakin tinggi temperatur pemanasan, maka semakin besar ukuran partikel dan diikuti dengan
berkurangnya agregasi yang terbentuk. Dengan pemberian pemanasan pada temperatur 200oC,
masih terdapat kandungan air yang tersisa. Struktur kristal WO3 akan mengalami perubahan pada
pemanasan 220oC. Dengan semakin tinggi temperatur pemanasan,luas area aktif partikel per gram-
nya semakin berkurang. Penyusun partikel WO3 ,berupa tabung panjang berukuran nano meter.
Kata kunci; nano partikel, Tungsten Trioksida (WO3), sol-gel, post hydrothermal
1. PENDAHULUAN
Sintesis nano partikel metal oksida
telah menarik banyak perhatian
dikarenakan tingginya aspek ratio
strukturnya, besarnya surface area yang
dihasilkan dan sifat-sifat fisik yang unik
termasuk karakterisasi optical, magnetik
dan elektoniknya. Nano partikel juga
menjadi perhatian sehubungan dengan
kemampuannya dalam berbagai aplikasi
seperti sensor gas beracun, alat-alat opto
elektrokromik dan modulasi optikal,
fotokatalis, desain permukaan hidrofilik,
serta katalis selektif untuk diaplikasikan
reaksi oksidasi dan reduksi. Dari
bermacam-macam transisi oksida, Tungsten
Trioksida menjadi bahan yang mendapat
banyak perhatian sehubungan dengan sifat-
sifat fisik. Sifat ini menjadikannya material
yang menjanjikan untuk berbagai macam
kegunaan termasuk sebagai sensor gas,
peralatan energi surya, dan alat penyimpan
optik yang dapat dihapus. Nano partikel
dari tungsten trioksida memiliki ukuran
nanometer dan telah banyak dibuat dengan
beberapa metode dan kondisi yang berbeda
seperti metode thermal evaporation,
metode hydrothermal, reverse micelles
route, teknik physical vapor deposition,
teknik elektrokimia, chemical vapor
deposition dan proses sonochemistry.
Selain itu nanopartikel telah disintesis
dengan menggunakan wet chemical process
seperti teknik sol-gel,[20].
Diantara banyak metode yang dapat
dilakukan, metode sol gel dipilih sebagai
metode yang paling efektif untuk
menghasilkan nano partikel tungsten
trioksida. Hal ini dikarenakan langkah kerja
yang mudah, biaya yang rendah,
homogenitas yang tinggi dan menggunakan
tempeatur yang rendah. Sample dengan
kualitas yang bagus dapat diperoleh dengan
menggunakan pelarut dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi untuk meningkatkan
kelarutan padatan dan menaikkan
kecepatan reaksi, [12].
Bentuk dari komposisi nano partikel
WO3 dapat dirubah dengan penambahan
agen seperti surfactant, garam inorganic
dan larutan asam organik. Telah diketahui
bahwa permukaan kristal dan bentuk dari
nanopartikel berpengaruh pada properties
Tungsten Trioksida, [19].
2. METODOLOGI PENELITIAN
Proses pembuatan sampel pada sintesis
nano partikel Tungsten Trioksida meliputi
2 mekanisme utama dalam
pembentukannya yaitu proses sol dan
gelasi. Proses sol-gel untuk menghasilkan
gel Tungsten oxide ditunjukkan pada flow
chart pada Gambar 1. Tungsten (VI)
Hexaklorida (WCl6) dicampur dengan
etanol dan 0,5M NH4OH. Larutan diaduk
dalam temperatur es selama 24 jam seperti
yang terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Alur penelitian
Ion klorida dihilangkan menggunakan
aquades sampai tidak ada endapan putih
AgCl yang muncul ketika dititrasi dengan
larutan 0,1M perak nitrat (AgNO3).
Endapan dipisahkan dari larutan yang
tersisa menggunakan centrifuge. Endapan
kemudian dipeptized dengan amonia
hidroksida (NH4OH), dan ditambahkan 50
µl surfactant (Sigma, Triton X-100) ke
dalam larutan. Diperoleh Tungsten
Trioksida gel, [33]. Gel Tunsgten Trioksida
di proses dengan post hidrothermal dengan
variasi temperatur 200oC, 180
oC, 160
oC
selama 12 jam. Serbuk hasil post
hydrothermal kemudian dikeringkan
dengan menempatkannya pada crusibel
dengan tutup ke dalam furnace. Dipanaskan
pada temperatur 100oC selama satu jam.
Proses ini hanya berfungsi untuk
mengurangi kandungan H2O yang masih
banyak terdapat pada sampel hasil dari post
hidrothemal. Sampel yang telah kering,
kemudian di uji dengan menggunakan
Scanning Electron Microscope (SEM)
Zeiss EVO MA 10 dan High-Resolution
Transmission Electron Microscope (HR-
TEM) FEI, Tecnai G2 F20, Philips-FEI
untuk mengetahui morfolgi partikel yang
didapatkan. Alat uji X-Ray Diffraction
(XRD) Philips Analytical digunakan untuk
mengetahui stuktur kristalnya. Alat uji
Differential Thermal Analysis /
Thermogravimetric Analysis (DTA/TGA)
Metler Toledo digunakan untuk mengetahui
perubahan struktur yang terjadi terhadap
temperatur. Alat Brauner Emmet Teller
Analysis (BET analysis) Quantachrome
autosorb iQ digunakan untuk mendapatkan
luas pemukaan aktifnya dan jenis pori-pori
yang terbentuk, sedangkan alat Raman
Spectroscopy Renishaw dan alat uji Fourier
Transform Infra Red Spectrometry (FT-IR
Spectrometry) Shimadzu, FT-IR 8400S
digunakan untuk mengetahui gugus ikatan
yang terbentuk.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan setelah
proses ini tergolong masih basah. Oleh
karena itu, setelah proses pemanasan
dengan menggunakan alat post-
hidrothermal, partikel yang didapatkan
kemudian ditempatkan dalam sebuah
crusible dan dipanaskan dengan temperatur
pemanasan sebesar 100oC selama 1 jam.
Pemanasan ini ditujukan untuk mengurangi
kandungan cairan pada partikel Tungsten
Trioksida (WO3) yang masih terdapat pada
hasil pemanasan dengan menggunakan alat
post-hydrothermal. Berikut adalah
gambaran secara makro hasil dari
serangkaian proses pembuatan partikel
WO3 dengan metode sol-gel dan post-
hidrothermal.
Gambar 2. Tungsten Trioksida (WO3) dengan
perlakuan Hydrothermal pada pemanasan
temperatur (a) 160oC, (b) 180
oC dan (c) 200
oC
3.1 Hasil Uji XRD
Dari hasil pengujian XRD
menunjukkan hasil yang didapati pada
sample WO3 dengan pemanasan 160oC,
memiliki struktur kristal yang
berkesesuaian dengan JCPDF nomor 84-
0886 yang mempunyai struktur kristalnya
orthorombik. Sample dengan pemanasan
pada temperatur 160oC menunjukkan
memiliki puncak difraksi yang dominan
pada 2 16.574o, 25.633
o dan 35.010
o.
Hasil yang serupa terjadi pada
sample WO3 dengan pemanasan 180 oC dan
200 oC, Sample dengan pemanasan 180
oC
menunjukkan memilki puncak-puncak
difraksi yang dominan pada 2 16.600o,
25.599o and 35.021
o. Pada hasil uji sample
WO3 dengan pemanasan pada temperatur
200oC, menunjukkan puncak-puncak
difraksi yang dominan yakni pada 2
16.545o, 25.641
o dan 35.031
o. Puncak pada
ke tiga sample (160oC, 180
oC dan 200
oC)
ini memiliki arah orientasi yakni (111),
(020) dan (131),[9].
Hasil uji XRD menunjukkan bahwa
pemanasan dengan menggunakan
temperatur 180oC (gambar 3 b),
menghasilkan sample WO3 yang memiliki
puncak difraksi paling tinggi jika
dibandingkan dengan sample yang
dipanaskan dengan temperatur pamanasan
160oC dan 200
oC. Hal menunjukkan
kristalinitas sample dengan pemanasan
180oC lebih jika dibandingkan dengan
pemanasan 160oC dan 200
oC.
Perhitungan ukuran kristal sample
WO3 menggunakan rumus Debye Scherrer,
didapati bahwa temperatur pemanasan
mempengaruhi struktur dan ukuran kristal
pada sample, semakin besar pemanasan
yang diberikan pada sampel, maka semakin
besar ukuran kristal yang dihasilkan[12].
D adalah ukuran kristal dalam Ǻ, λ adalah
panjang gelombang yang digunakan dalam
uji XRD yakni 1.54056 Ǻ, dan B adalah
lebar setengah puncak dalam radian. θ
adalah posisi sudut terbentuknya puncak.
Tabel 1. Ukuran kristal sample WO3 hasil uji
XRD
3.2 Hasil Uji SEM
Dari hasil uji SEM dapat kita
ketahui bahwa morfologi sample WO3 yang
terbentuk memiliki kecenderungan
mengalami peningkatan ukuran serpih yang
terbentuk sesuai dengan peningkatan
temperatur pemanasan yang diberikan.
Pada Gambar 3(a) dan 4(a), sample dengan
temperatur pemanasan 160oC, memiliki
ukuran serpih yang berukuran lebih tebal
jika dibandingkan dengan yang ada pada
sample WO3 dengan pemanasan 180oC dan
200oC, dengan agregasi serpihan terbentuk
dibeberapa bagian. Kemudian dengan
peningkatan temperatur, maka serpih yang
terbentuk akan mengalami peningkatan
ukuran lebar. Seperti nampak pada sample
WO3 yang dipanaskan dengan temperatur
pemanasan sebesar 180oC (gambar 3(b) dan
4(b)), ukuran serpih yang terbentuk
mengalami peningkatan disertai dengan
pengurangan ukuran agregasi. Penampakan
peningkatan ukuran serpih dan
pengurangan agregasi akan terlihat jelas
pada gambar 3(c) dan 4(c) yakni sample
WO3 yang dipanaskan dengan temperatur
pemanasan 200oC [15]. Ukuran partikel dan
ketebalannya secara jelas akan tersaji
dalam Tabel 2.
Sample
(oC)
Peak sample hkl D ( Ǻ)
1 2 3 1 2 3
160 16.57 25.63 35.01 111 020 131 502.079 180 16.60 25.59 35.02 111 020 131 509.3899
200 16.54 25.64 35.03 111 020 131 509.4944
(c) (b) (a)
(c)
(b)
(a)
(111
)
(020
)
(131
) (0
02
) (2
00
)
(202
) (2
22
) (3
11
)
(113
)
(162
)
Tabel 2. Ukuran partikel dan tebal sample WO3 dengan pemanasan pada temperatur berbeda
selama 12 jam.
Temperatur (
oC) 160 180 200
Ukuran Partikel (m) 0.4-2 0.4-2.2 0.4-3
Tebal Partikel (nm) ~ 70 ~ 90 ~ 100
Gambar 3. Hasil Uji XRD sample Tungsten Trioksida dengan pemanasan (a) 160oC, (b)
180oC dan (c) 200
oC
Gambar 4. Hasil SEM pada sampel Tungsten Trioksida dengan pemanasan (a) 160oC, (b)
180oC dan (c) 200
oC pada perbesaran 2.000x
Gambar 5. Hasil SEM pada sampel Tungsten Trioksida dengan pemanasan (a) 160oC, (b)
180oC dan (c) 200
oC pada perbesaran 10.000x
Penggumpala
n
(a) (b) (c)
(a) (c) (b)
3.3 Hasil Uji FT-IR
Hasil uji menunjukkan terdapat
penyerapan vibrasi yang luas pada lekukan
3448.84 cm-1
(Gambar 6a), yang
merupakan bidang vibrasi dari gugus
v(OH),[7]. Penyerapan vibrasi kemudian
berlangsung pada area sekitar 2854.74 cm-1
(Gambar 6b) hingga 2996.62cm-1
(Gambar
6a) yang menunjukkan adanya penyerapan
vibrasi oleh gugus v(CH2),[13].
Selanjutnya lekukan pada area 2380.24cm-1
hingga 2376.38 cm-1
menunjukkan adanya
penyerapan vibrasi yang dilakukan oleh
gugus CO2,[17].
Lekukan yang menandakan
penyerapan vibrasi juga terdapat di daerah
1627,97 cm-1
pada Gambar 6b dan 6c dan
1639.55 cm-1
pada Gambar 6a. Pada area
lekukan ini timbul akibat adanya
penyerapan vibrasi yang dilakukan oleh
gugus (OH),[7]. Area lekukan yang
terlihat pada daerah 1404.22 cm-1
(Gambar
6a), 1408.08 cm-1
(Gambar 6b) dan
1400.37cm-1
(Gambar 6c) merupakan
akibat adanya penyerapan vibrasi yang
dilakukan oleh gugus (OH) yang berasal
dari ikatan dengan gugus hydroxyl yang
satu sisi nya berhubungan dengan Tungsten
[7]. Lekukan pada area 1246.06 cm-1
(Gambar 6a) hingga 1103.32 cm-1
(Gambar
6c) menunjukkan adanya ikatan antara
gugus (C-O-C) yang terjadi pada
sample,[6].
Masih terdapatnya gugus v(OH),
yang muncul pada penyerapan vibrasi
3448.84 cm-1
, menunjukkan masih adanya
ikatan yang terbentuk dengan gugus air
meskipun pemanasan yang diberikan
mencapai temperatur 200oC, [1]. Area
lekukan yang terjadi pada 594.1 cm-1
(Gambar 6a) dan 586,1 cm-1
(Gambar 6 c),
menunjukkan adanya penyerapan vibrasi
oleh gugus ikatan W-O-O, [8].
Kemudian area lekukan yang terjadi
pada 655.82 cm-1
sampai dengan 813.99
cm-1
menunjukkan adanya penyerapan
vibrasi yang dilakukan oleh gugus O-W-O
interbridging dalam WO3. Lekukan yang
menunjukkan adanya penyerapan vibrasi
oleh gugus W=O berada pada area 941.29
cm-1
(Gambar 6 a dan b), [7].
Terjadinya lekukan yang serupa
namun berada pada area yang sama, seperti
halnya lekukan yang menandakan adanya
penyerapan vibrasi oleh O-W-O,
dikarenakan adanya pengaruh dari panjang
ikatan (yang menunjukkan kekuatan ikatan)
dan frekuensi dari jenis vibrasi pada area
ikatan O-W-O, [13].
Gambar 6. Grafik hasil Uji Fourier
Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR)
pada Tungsten Trioksida dengan
pemanasan (a) 160oC, (b) 180
oC dan (c)
200oC
Tabel 3. Karakteristik gugus yang
terbentuk pada sample Tungsten Trioksida
hasil uji FT-IR.
3.4 Hasil Uji DTA/TGA
Pada kurva DTA diketahui terdapat
lekukan kecil pada area temperatur sekitar
Gugus
Wavenumber (cm-1)
Temperatur (oC)
160 180 200
v(OH) 3448.84 3448.84 3448.84
v(CH2) 2928.04 2924.18 2928.04
2854.74 2996.62 CO2 2380.24 2380.24 2376.38
1639.55 1627,97 1627,97
1404.22 1408.08 1400.37
(C-O-C) 1246.06
1246.06 1103.32 1107.18
W=O 941.29 941.29 -
O-W-O 721.4 698.25 655.82
813.99
W-O-O 594.1 586.38 -
Tra
nsm
itan
ce (
%)
Wavenumber (cm-1)
(a)
(b)
(c)
50 oC (Gambar 7 a,b dan c) yang
menunjukkan reaksi endothermic sangat
sedikit akibat dari pelepasan secara fisik
kandungan air dan alcohol yang masih
terserap ke dalam sampel WO3. Pada area
temperatur 200oC hingga 320
oC juga
terdapat lekukan menandakan reaksi
endothermic (Gambar 7 b dan c) yang
menunjukkan adanya penguapan dari
kristal air [22].
Gambar 7(d) menunjukkan hasil
yang sangat berbeda dibandingkan dengan
Gambar 7 (a), (b) dan (c), tedapat lekukan
tajam pada awal pemanasan hingga 90oC
yang menunjukkan adanya reaksi
endothermic pada sampel WO3.
Dimungkinkan pada temperatur ini terjadi
penyerapan panas oleh sampel digunakan
untuk menguapkan air dan larutan alcohol
yang masih banyak terkandung dalam
sample. Grafik kemudian menunjukkan
peningkatan heat flow hingga pada
temperatur 120oC yang menunjukkan
adanya reaksi eksoterm akibat adanya
dekomposisi dari WO3.H2O yang terbentuk.
Lekukan dengan intensitas yang sangat
kecil pada temperatur 220oC
menunjukkan adanya reaksi endhotehrmal
dikarenakan adanya penguapan beberapa
dari kristal air yang masih ada secara
kimiawi berikatan dalam sample WO3 [22].
Dalam kurva TGA terlihat bahwa
pengurangan berat sample yang paling
banyak terjadi ditunjukkan oleh Gambar
7(a) yaitu pada hasil uji sample WO3
dengan pemasan pada temperatur 160oC.
Terjadi pada temperatur sekitar 150oC
hingga 300oC, pengurangan berat yang
signifikan sebesar 10%. Pada Gambar
7(b), yakni sampel WO3 yang dipanaskan
dengan temperatur 180oC, pengurangan
berat sebesar 6% terjadi bermula pada
temperatur sekitar 150oC hingga sekitar
temperatur 300oC. Pada sampel dengan
pemanasan 200oC (Gambar 4.9 c),
pengurangan berat itu terjadi 4% bermula
pada temperatur sekitar 150oC hingga
sekitar temperatur 300oC.
Pengurangan berat sample WO3
tanpa perlakuan pemanasan, pada Gambar
7(d), terjadi dengan jumlah yang sangat
banyak yakni sebesar 70% dari berat
semula pada pemansan hingga 100oC.
Pengurangan berat terjadi kembali pada
ketika sample terus dipanaskan hingga
temperatur 250oC, namun kali
pengurangan berat yang terjadi hanya
berkisar 7% dari berat semula. Pada
pemansan selanjutnya pengurangan % berat
sampel hanya terjadi sangat sedikit sekali
[22].
Dengan perlakuan pemanasan yang
semakin tinggi, kandungan air yang tersisa
pada sampel WO3 akan semakin rendah.
3.5 Hasil Pengujian Brauner Emmet
Teller Analysis (BET Analysis)
Diketahui dari hasil uji BET bahwa
sampel WO3 yang diberi perlakuan
pemanasan dengan temperatur pemanasan
160oC memiliki ukuran luas permukaan
87.379 m2/gr, lebih besar jika dibandingkan
dengan luasan permukaan yang dimiliki
oleh sample WO3 dengan pamanasan pada
temperatur 200oC yang hanya sebesar
76.325 m2/gr. Pengujian besar ukuran pori
yang dilakukan pada sample WO3 dengan
pemanasan 180oC menunjukkan bahwa
sample WO3 memiliki ukuran pori rata-rata
sebesar 2,96314 nm dan termasuk kedalam
kategori mesopore.
Hasil uji BET menunjukkan perbedaan
pengaruh perlakuan pemasan pada sample
WO3, ditunjukkan pada hasil uji tersebut
bahwa, peningkatan temperatur pemasanan
akan menurunkan luasan permukaan yang
dihasilkan. Dengan demikian, semakin
tinggi temperatur pemanasan yang
diberikan semakin kecil luas permukaan
yang didapatkan
Tabel 4.6 Luasan surface area pada sampel uji
WO3 hasil uji BET
Feature Temperatur (
oC)
160 180 200
BET Surface
area (m2/g)
87.37 76.32 56.43
(a)
(d) (c)
(b) (b)
b
0.34nm
d (111)
5nm
a a
b
d(022)
d(120)
d(111)
Gambar 7. Grafik hasil uji DTA/TGA pada Tungsten Trioksida (WO3) yang dipanaskan pada
(a) 160oC, (b) 180
oC dan (c) 200
oC, sedangkan (d) WO3 tanpa perlakuan pemanasan.
1
Gambar 8. Hasil Uji HR TEM sample WO3 dengan temperatur pemanasan 200oC. (a) dan
(b) merupakan perbesaran gambar (1), sedangkan (c) merupakan perbesaran gambar (b) pada
area yang di beri tanda kotak
c
(a) (b)
Gambar 9. (a) Pola difraksi atom sample Tungsten Trioksida yang membentuk ring pattern,
zone axisnya [2 -1 -1], (b) Hasil uji EDX sample Tungsten Trioksida dengan pemanasan
200oC
(a)
(c)
(b)
3.6 Hasil Uji Raman Spectroscopy
Perbedaan yang sangat menonjol
juga terlihat pada sampel 160oC (gambar
10a) dengan adanya lekukan pada area
329.832 cm-1
raman shift yang
menunjukkan adanya absorpsi vibrasi yang
dilakukan oleh gugus δ(O-W-O). Pada
sampel 180oC (Gambar 10b), lekukan
bermula pada area 384.673 cm-1
, sedangkan
smpel 200oC (Gambar 10c), lekukan
bermula pada area 382.619 cm-1
yang
keduanya, menunjukkan adanya
penyerapan vibrasi yang dilakukan oleh
gugus W-OH2. Kemudian lekukan yang
menandakan adanya penyerapan vibrasi
juga terjadi pada area 761.965 cm-1
(grafik
a), 650.884 cm-1
(grafik b), dan pada
674.446 cm-1
(grafik c) yang kesemuanya
menunjukkan penyerapan vibrasi yang
dilakukan oleh gugus v(O-W-O).
Lekukan kemudian terlihat juga
pada area 922.871 cm-1
, 948.595 cm-1
(grafik a), 944.937 cm-1
, 960.982 cm-1
(grafik b) dan pada 945.257 cm-1
(grafik c),
yang kesemuannya menunjukkan
penyerapan vibrasi yang dilakukan oleh
gugus v(W=O). Terjadinya lekukan yang
serupa namun berada pada area yang sama,
seperti halnya lekukan yang menandakan
adanya penyerapan vibrasi oleh v(W=O),
dikarenakan adanya pengaruh dari panjang
ikatan (yang menunjukkan kekuatan ikatan)
dan frekuensi dari jenis vibrasi pada area
ikatan v(W=O)[13].
Gambar 10. Grafik hasil Uji Raman pada
sample Tungsten Trioksida (WO3) dengan
pemanasan (a) 160oC, (b) 180
oC dan (c) 200
oC.
Tabel 4. Karakteristik gugus yang
terbentuk pada WO3 hasil uji Raman
spectroscopy
Simbol v = stretching mode, δ =
deformation / in-plane bending
3.7 Hasil Uji HR TEM
Hasil pengujian sample WO3 yang
dipanaskan pada temperatur 200oC
menunjukkan bahwa memiliki partikel
yang berbertuk tabung panjang yang
tersebar acak saling bertumpuk dalam
ukuran nano meter, berkumpul membentuk
partikel yang lebih besar berupa serpih-
serpih transparan (Gambar 8a)
Gambar 8(c), menunjukkan jarak antar
atom WO3 yang memiliki jarak antar atom
sebesar 0.34nm dan arah orientasi (111).
Diketahui juga bahwa atom-atom banyak
mengalami dislokasi. Hal ini ditujukkan
dengan pendeknya rangkaian atom yang
terbentuk pada satu arah.
Pola difraksi atom-atomnya
membentuk pola lingkaran (Gambar 9a).
yang menunjukkan bahwa sample WO3
dengan pemanasan 200oC memiliki tingkat
kekristalan yang rendah. Pola difraksinya
juga menunjukkan adanya atom-atom
dengan arah orientasi (120), (022) dan
(111). Hasil ini berkesesuaian dengan hasil
uji XRD sample yang menunjukkan bahwa
sampel memiliki struktur orthorombik. dan
juga didapatkan oleh Xueting Chang dkk,
(2010), dalam penelitiannya yang
menghasilkan WO3.H2O dengan struktur
kristal orthorombik, [5].
Dari hasil pengujian EDX terlihat
bahwa hanya kandungan W dan O yang ada
pada sample. Kandungan Cu yang muncul
berasal carbon film grid yang digunakan
untuk pengujian, sedangkan kandungan Fe
Gugus
Raman shift (cm-1
)
Temperatur (oC)
160 180 200
δ(O-W-O) 329.832 - -
W-OH2 - 384.673 382.619
v(O-W-O). 761.965 650.884 674.446
v(W=O). 922.871 944.937
945.257 948.595 960.982
dn Co-nya berasal dari TEM holder yang
digunakan
4. KESIMPULAN
Tungsten trioksida nanopartikel dapat
disintesa menggunakan metode sol-gel.
Hasil uji XRD menunjukkan bahwa
material yang dihasilkan memiliki struktur
kristal orthorombik.
Proses post-hidrotermal menghasilkan
ukuran kristal yang semakin besar seiring
dengan kenaikan temperatur pamanasan.
Ukuran partikel WO3 juga mengalami
kenaikan seiring dengan bertambah
tingginya temperatur pemanasan dan
kecenderungan membentuk agregasinya
juga berkurang jumlah dan ukurannya.
Pemanasan sample hingga temperatur
200oC, masih terdapat kandungan air, baik
yang berupa fisik, maupun secara kimiawi.
Dari hasil uji HR-TEM, terlihat bahwa
partikel Tungsten Trioksida, berupa nano
tube yang berdempetan dan kemudian
membentuk partikel berupa serpihan-
serpihan semi transparan. Peningkatan
temperatur pemanasan, mengakibatkan
penurunan luas permukaan yang dimiliki
sample Tungsten Trioksida dalam m2/gr.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Agrawal, A, H. Habibi. 1989. “Effect of
Heat Treatment On The Structure,
Composition And Electrochromic
Properties Of Evaporated Tungsten
Oxide Films”.Thin Solid Films. 161.
257-270
[2] Brinker, C.Jeffry dan George W
Scherer. 1990. “Sol-gel Science: The
Physics and Chemistry of Sol-gel
Processing”. Boston dan London:
Academic Press, Inc.
[3] Bushan, Bharat. 2003. ”Handbook of
Nanotechnology”. London Paris
Tokyo: Springer-Verlag New York
Berlin Heidelberg.
[4] Byrappa, K., Masahiro Yoshimura.
2001. Handbook of Hydrothermal
Technology “A Technology for Crystal
Growth and Materials Processing”.
Norwich, New York, U.S.A: William
Andrew Publishing, Llc
[5] Chang, Xueting., Shibin Sun, Yansheng
Yin. 2010. “Green synthesis of
tungsten trioxide monohydrate
nanosheets as gas sensor”. Material
chemistry and physic 126: 717-721
[6] Cremonesi A., D. Bersani, P.P. Lottici,
Y. Djaoued, P.V. Ashrit . 2004. “WO3
thin films by sol–gel for
electrochromic applications”. Journal
of Non-Crystalline Solids 345&346 :
500–504
[7] Daniel, M. F., B. Desbat, J. C.
Lassegues. 1987. “Infrared and Raman
Study of WO3 Tungsten Trioxides and
WO3,H2O Tungsten Trioxide
Hydrates”. Journal of Solid State
Chemistry 67, 235-247.
[8] Deepa, M. P.Signh, A.N. Sharma, S.A.
Agnihorty. 2006. “Effect Humidity on
structure and electrochromic properties
of sol-gel derived tungsten oxide
films”. Solar Energy Materials & Solar
Cells 90 : 2665-2682
[9] Deki, Shigehito, Alexis Bienvenu
Béléké, Yuki Kotani, Minoru
Mizuhata. 2010.” Synthesis of tungsten
oxide thin film by liquid phase
deposition”. Materials Chemistry and
Physics 123 : 614–619
[10]Egerton, Ray F. 2005. Physical
Principles of Electron Microscopy: An
Introduction to TEM, SEM, and AEM.
United States of America: Springer
Science+Business Media, Inc
[11] Gusev, A.I., dan A.A. Rempel. 2004.
“Nanocrystaline Materials”. Cambrige:
Cambridge International Publising.
[12] Ha, Jang-Hoon., P. Muralidharan, Do
Kyung Kim. 2008. “Hydrothermal
Synthesis and Characterization of Self-
assembled h-WO3
Nanowires/nanorods Using EDTA
Salts”. Journal of Alloys and
compounds 475 : 446-451.
[13]Ingham, Bridget. 2005. “Low-
Dimensional Physic of Organic-
Inorganic Multilayers”. Thesis.
Wellington : Victoria University of
Wliington . 22, 35-65.
[14] Lassner, Erik; Schubert Wolf-dieter.
1999. “Tungsten: Properties,
Chemistry, Technology of The
Element, Alloys, and Chemical
Compounds”. United States of
America: Kluwer Academic / Plenum
Publishers
[15] Nisfu, Hasnan, Diah Susanti, dan
Hariyati Purwaningsih. 2011. “Sintesa
Tungsten Trioksida Nano Partikel
Dengan Metode Sol Gel dan Post-
Hydrothermal”. Skripsi S1 Jurusan
Teknik Material dan Metalurgi ITS.
[16] Özmen, Bahar. 2004. “ Hydrothermal
Synthesis Of Solid State Materials And
Crystallography”. Dissertation. Ýzmir,
Turkey: Ýzmir Institute of Technology
[17] Papaefthimiou, S., G. Leftheriotis dan
P. Yianoulis. 2001. “Study of WO3
films with textured surfaces for
improved electrochromic
performance”. Solid State Ionics 139 :
135–144
[18] Sakka, Sumio. 1980. “Handbook of
Sol-gel Science and Technology:
Processing Characterization and
Applications”. New York Boston
Dordrecht London Moscow: Kluwer
Academic Publishers
[19] Sun, Zhengfei. 2005. “ Novel Sol-Gel
Nanoporous Materials,
Nanocomposites and Their
Applications in Bioscience”. Thesis.
Drexel:Drexel University. 27-59
[20] Supothina, Sitthisuntorn., Panpailin
Seeharaj, Sorachon Yoriya, Mana
Sriyudthsak. 2006. “Synthesis of
tungsten oxide nanoparticles by acid
precipitation method”. Ceramics
International 33 : 931-936
[21] Wang, Shih-Han., Tse-Chuan Choua,
Chung-Chiun Liu. 2003. “Nano-
crystalline tungsten oxide NO2
sensor”. Sensors and Actuators B 94 :
343-351
[22]Yu, Jiagou., Lifang qi, Bei Cheng,
Xiufeng Zhao. “Effect of calcination
temperatures on microstructures and
photocatalytic activity of tungsten
trioxide hollow micropheres”. Journal
of Hazardous Materials 160. 623-625.
5nm