sintesis material semikonduktor
DESCRIPTION
karakteristik semikonduktorTRANSCRIPT
SINTESIS DAN SIFAT OPTIK MATERIAL
SEMIKONDUKTOR
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam teknik material khususnya lapisan tipis, ZnO adalah salah satu bahan yang
menarik untuk digunakan dalam bidang sensor, sel surya, serta nanodivice, karena sifat
emisinya yang dekat dengan sinar UV, memiliki konduktivitas dan transparansi tinggi,
fotokatalis (Guanglong, 2007). ZnO adalah material semikonduktor tipe-n golongan II-IV
dengan lebar band gap 3,2 eV pada suhu kamar (Yaoming, 2010).
Lapisan tipis ZnO dapat dibuat dengan berbagai macam teknik, seperti molecular
beam epitaxy (Changzheng W, 2009), RF magnetron sputtering (Sungyeon Kim, 2006),
pulsed laser deposition (Zhu, 2010), spray pyrolysis (Prasada, 2010), chemical vapor
deposition (Preetam Singh, 2007), physical vapor deposition (George, 2010), dan sol-
gelspin coating (Davood, 2004). Pembuatan lapisan tipis dengan metode sol-gel spin
coating memiliki beberapa keuntungan, antara lain biayanya murah, tidak menggunakan
ruang dengan kevakuman tinggi, komposisinya homogen, ketebalan lapisan bisa dikontrol
dan struktur mikronya cukup baik, sehingga metode ini banyak digunakan sebagai
alternatif lain dalam pembuatan lapisan tipis (Ceng, 2004).
Berbagai macam cara digunakan untuk menghasilkan ZnO berkualitas tinggi, agar
ukuran dan bentuk film tipis ZnO dapat dikendalikan sehingga dapat diaplikasikan
sebagai perangkat optoelektronik . menurut penelitian sebelumnya, untuk meningkatkan
kualitas ZnO dapat dilakukan dengan cara doping. Sampai saat ini , ZnO didoping dengan
Ce ( George, dkk. 2011 ) , Eu ( Badalawa, dkk. 2011 ) , Gd (Murmu, dkk. 2009 ), Tb
( Yang, dkk. 2008 ), Yb ( Jiang, dkk. 2010 ) dan Er ( Jang, dkk. 2011 ) telah dipelajari
secara intensif ( Fenglin, dkk. 2012)
Sol-gel spin coting adalah metode untuk membuat lapisan dari bahan polimer
photoresist yang dideposisikan pada permukaan silikon dan material lain yang berbentuk
wafer. Setelah larutan (sol-gel) diteteskan di atas wafer, kecepatan putar diatur oleh gaya
sentrifugal untuk menghasilkan lapisan tipis yang homogen. Metode sol-gel spin coating
ini menggabungkan meteode fisika dan kimia biasa, dimana metode ini sangat mudah dan
efektif untuk membuat lapisan tipis dengan hanya mengatur parameter waktu dan
kecepatan putar serta viskositas larutan. Namun metode ini tidak dapat di aplikasikan
untuk membuat lapisan metal, karena bahan dasar metal susah untuk dibuat dalam fase
cair ( Ahzan, dkk. )
B. Rumusan Masalah
Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah aplikasi
metode sol-gel untuk sintesis film tipis ZnO:Nd. Kemudian, bagaimana interaksi antara
Neodimium dengan seng oksida dan sifat optik yang terjadi pada film ZnO dengan
adanya doping neodimium.
C. Tujuan
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu
material, dan untuk memahami sifat optik pada suatu material.
D. Landasan Teori
Sifat optik material berkaitan dengan interaksi antara material dengan radiasi
elektromagnetik, khususnya cahaya tampak. Pada gambar 1. Tampak spektrum
elektromagnetik, dan dari gambar tersebut diketahui bahwa panjang gelombang untuk
gelombang radio bervariasi dari 104 m hingga 10−4 m untuk gelombang sinar gamma dan
energi foton bervariasi dari 10−10 eV hingga 108eV.
Gambar 1. Spektrum gelombang elektromagnetik.
Foton yang jatuh pada metrial dapat dipantukan, diabsorpsi atau ditransmisikan.
Absorpsi atau transmisi foton oleh material bergantung pada senjang energi antara pita
valensi dan pita konduksi foton dan energi foton itu sendiri. Pada struktur pita logam
tidak terdapat senjang energi sehingga foton dengan energi berapapun diabsorpsi dengan
eksitasi elektron dari pita valensi dan elektron memasuki level energi yang lebih tinggi
dalam pita konduksi. Dengan demikian logam memiliki sifat “tidak tembus” radiasi
elektromagnetik, mulai dari gelombang radio, infra merah, cahaya tampak, hingga
ultraviolet, tetapi transparan terhadap sinar-X energi tinggi dan sinar gamma. Sebagian
besar radiasi yang diabsorpsi disebarkan balik sebagai radiasi dengan panjang gelombang
sama ( atau refleksi ). Logam bersifat tidak tembus dan dapat memantulkan dan yang kita
lihat adalah distribusi panjang gelombang terefleksi, yang menentukan warna logam. Jadi
tembaga dan emas hanya memantulkan rentang panjang gelombang tertentu dan
mengabsorpsi sisa foton, artinya tembaga memantulkan cahaya merah yang lebih besar
panjang gelombangnya dan mengabsorpsi biru yang lebih pendek panjang gelombangnya.
Aluminium dan perak dapat memantulkan rentang spektrum tampak secara lengkap dan
berwarna keperak-perakan.
Karena memiliki kesenjang dalam pita strukturnya, material nonlogam bersifat
transparan. Jadi apabila energi foton tidak cukup untuk mengeksitasi elektron material ke
level energi lebih tinggi, foton diteruskan dan tidak diabsorbsi dan material bersifat
transparan. Pada keramik dan polimer dengan kemurnian tinggi, senjang energi besar dan
material tersebut transparan terhadap cahaya tampak. Pada semikonduktor, elektron
tereksitasi memasuki level akseptor atau meninggalkan level donor dan foton yang
mempunyai cukup energi untuk memacu transisi tersebut akan diabsorbsi. Oleh karena
itu, semikonduktor tidak tembus panjang gelombang pendek dan transparan terhadap
panjang gelombang panjang. Struktur pita dipengaruhi oleh kristalitas sehingga material
seperti gelas dan polimer dapat bersifat transparan dalam keadaan amorf tetapi tidak
tembus cahaya apabila kristalin.
Nonmetalik kemurnian tinggi seperti gelas, intan atau safir ( Al2 O3) tidak berwarna
tetapi berubah warna apabila tercampur pengotor. Sebagai contoh, penambahan sejumlah
kecil ion Cr3 (Cr2O3 ) pada Al2 O3 menghasilkan warna manikam dengan menambahkan
level pengotor dalam celah pita safir yang meningkatkan absorpsi panjang gelombang
tertentu pada spektrum cahaya tampak. Pewarnaan gelas dan keramik dilakukan dengan
menambah pengotor logam transisi yang memiliki kulit-d yang kosong. Foton dengan
mudah berinteraksi dengan ion tersebut dan terabsorpsi ; Cr3 memberikan warna hijau,
M n2+¿ ¿ warna kuning dan Co2+¿ ¿ warna ungu biru.
pada kacamata fotokromatik energi kuanta cahaya dimanfaatkan untuk mengubah
struktur ionik gelas. Gelas mengandung ion perak ( Ag+¿¿) sebagai dopan yang
terperangkap dalam jaringan ion silikon dan oksigen dari gelas tak tertata : ion tersebut
tereksitasi oleh kuanta berenergi tinggi (foton) dan berubah menjadi perak metalik
sehingga gelas berubah menjadi gelap ( energi cahaya di absorpsi ). Karena intensitas
cahaya berkurang, atom perak terionisasi-ulang. Proses ini memerlukan waktu singkat
bergantung pada absorpsi dan nonabsorpsi dari cahaya.
( Smallman, 2000 ).
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah studi literatur.
1. Sintesis ZnO:Nd.
Larutan seng asetat ( Zn¿¿) dilarutkan dalam etanol anhidrat sehingga
terbentuk larutan ZnO dengan kelarutan diatur sebesar 0.3 mol/L, kemudian
ditambahkan monoethanolamine (MEA) sebanyak 0.3 mol/L. Monoethanolamine
(MEA) berfungsi sebagai larutan penyetabil ion logam. Larutan campuran
selanjutnya ditambahkan larutan neodimium nitrat ( Nd (NO¿¿3¿3 .6 H2O)¿
dengan variasi konsentrasi 0%, 1%, 3%, dan 5%. Larutan diaduk selama dua jam
menggunakan magnetik stirer dengan temperatur maksimal 600 C diatas hot plate,
pemanasan dilakukan secara bertahap. Larutan campuran selanjutnya didiamkan
pada temperatur kamar selama 24 jam hingga didapatkan larutan gel yang
transparan.
2. Preparasi Film ZnO:Nd Metode Sol-Gel.
Lapisan ZnO:Nd dibuat dengan alat spin coating yang dideposisikan di atas
substrat kaca. Substrat kaca yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan
detergen atau alkohol sambil digetarkan dengan ultrassonic cleaner masing
masing selama 30 detik, untuk menghilangkan kandungan minyak dan kotoran
yang melekat pada substrat. Selanjutnya proses pembuatan lapisan dengan spin
coating dilakukan selama 30 detik. Setelah gel diteteskan diatas substrat,
selanjutnya substrat diputar dengan putaran 1200 rpm selama 20 detik yang
bertujuan untuk menyebarkan gel ke seluruh permukaan substrat. Kemudian
substrat diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 detik, dengan tujuan untuk
membentuk lapisan yang datar dengan ketebalan homogen. Setelah proses spin
coating, sampel dikeringkan pada temperatur 3000 C selama 10 menit (pre-
heating) untuk menguapkan pelarut dan residu organik. Perlakuan spin coating
dan pre-heating dilakukan pengulangan beberapa kali untuk menghasikan lapisan
tipis pada substrat. Selanjutnya adalah pemanasan akhir pada temperatur 5000 C
selama 1 jam (post heating). Post heating ini berfungsi untuk membentuk partikel
ZnO:Nd dengan orientasi kristal yang seragam (Ahzan, dkk. ).
II. Pembahasan
1. Struktur dan Morfologi Film Tipis ZnO:Nd.
Struktur dan morfologi film diuji dengan difraksi sinar-X ( XRD ) pada tingkat
variasi dopan Nd. Pola XRD pada berbagai variasi doping Nd ditunjukkan oleh
gambar 1.
Semua puncak difraksi sampel menunjukkan bahwa struktur kristal heksagonal.
Tidak ada puncak yang menunjukkan cluster logam neodimium atau neodimium
oksida yang teramati dalam pola , Hal ini menunjukkan bahwa Nd telah
memasuki kisi ZnO tanpa mengubah struktur kristal . Hal ini dapat dilihat bahwa
semua film menunjukkan preferensial c - axis ( 002 ) orientasi tegak lurus
terhadap substrat . Hal ini disebabkan oleh energi bebas permukaan terendah ZnO
( 002 ). Dua puncak lainnya sesuai dengan ( 100 ) dan ( 101 ) fase ZnO . full-width
at half-maximum ( FWHM ) sesuai dengan ( 002 ) yang pertama menurun dan
kemudian meningkat dengan konsentrasi doping Nd meningkat ( masing-masing
0,22 ; 0,16 ; 0,24 dan 0,33 ) . Ini menunjukkan bahwa doping Nd sangat
mempengaruhi intensitas puncak ZnO ( 002 ). Ketika konsentrasi konsentrasi 1
% , (002 ) dari pola memiliki intensitas terkuat dan FWHM sempit, tidak ada
puncak lain , yang berarti bahwa doping 1% Nd secara efektif meningkatkan
kuantitas kristal film tipis ZnO. Sedangkan meningkatnya konsentrasi doping Nd
di atas 1%
Terbentuk puncak lain, hal ini menunjukkan intersisial Nd berlebihan sehingga
menekan pertumbuhan kristal ZnO. Menurut Nayak dkk. hal ini terkait dengan
konsentrasi doping Nd mempengaruhi stress pada film tipis ZnO. Kejadian serupa
juga telah diidentifikasi oleh Huang dkk pada tahun 2011.
Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan konsentrasi doping Nd yang
tepat dapat meningkatkan kualitas film tipis kristal ZnO. Namun ketika
konsentrasi doping Nd diatas 1% kualitas kristal terdegradasi.
Gambar 2. menunjukkan morfologi mikrograf film tipis ZnO:Nd.
Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel memiliki butiran padat. Butiran
tersebut pada dasarnya bulat, yang tumbuh secara istimewa sepanjang orientasi
sumbu-c tegak lurus terhadap substrat . Untuk Film tipis ZnO murni pada gambar
2. ( a ) , ukuran butiran rata-rata sekitar 59,85 nm dan distribusi ukuran lateral yang
tidak seragam. Adanya doping Nd akan memperkecil butiran. Doping 1 % Nd
pada film tipis ZnO meningkatkan keseragaman butiran, yang berarti bahwa
penggabungan 1 % Nd efektif meningkatkan sifat kristal film ZnO . Hasil ini
memperkuat hasil analisis difraksi sinar-X (XRD). Sedangkan pada konsentrasi
doping Nd diatas 1% tidak terjadi keseragaman besar butiran. Penelitian
sebelumnya mengungkapakan hal serupa oleh Chakraraboti dkk. pada tahun 2011.
2. Sifat Optik Film Tipis Zn:O.
Menurut Ahzan, dkk. pada film lapisan ZnO murni indeks bias dan band gap
sangat dipengaruhi oleh temperatur penumbuhan lapisan serta keseragaman
butiran kristal pada lapisan tipis. Kenaikan temperatur efektif meningkatkan nilai
transmitansi, hal ini disebabkan oleh hamburan optik oleh adanya pemadatan dan
penambahan butir yang terbentuk. Oleh sebab itu untuk mendapatkan kualitas
lapisan yang baik diperlukan pemanasan pada temperatur yang tinggi ( 5000 C ¿ .
Spektrum absorbansi film ZnO:Nd ditunjukkan pada Gambar . 3.
Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa semua film memiliki
absorbansi tinggi di daerah ultraviolet. Ketika konsentrasi doping sebnyak 1 %.
Sampel memiliki intensitas absorbansi tertinggi. Sedangkan peningkatan
konsentrasi doping Nd tingkat absorbansi secara bertahap menurun. Sehingga
dapat dijelaskan bahwa, dengan meningkatnya konsentrasi doping Nd, puncak
absorbansi sampel bergeser ke arah panjang gelombang pendek. Optical band-gap
film Zn:O ditentukan oleh rumus berikut [ Lv dkk. ] :
( αhv ¿2=A (hv−Eg)
Dimana : A = Konstanta
α = Koefisien penyerapan optik
hv = Energi foton
Eg = Band gap optik
Dari fungsi α dapat diplot nila-nilai di daerah sekitar band gap semikonduktor
dalam sebbuah grafik yang sumbu vertikalnya adalah ( αhv ¿2 atau ¿) dan sumbu
datarnya adalah hv atau hc⋀
( Ahzan, dkk.). Berdasarkan perhitungan diperoleh
band gap sebesar 3.23 eV. Ketika konsentrasi doping Nd meningkat dari 1 %
menjadi 5 % , band gap secara bertahap meningkat . Hal ini terkait dengan efek
ukuran kuantum serta kuat interaksi antara Zn oksida dan Nd . Penelitian
sebelumnya mengungkapkan bahwa efek doping Nd pada optical band gap ZnO
sangat berbeda . Misalnya, Zhou, dkk. pada tahun 2010. Preparasi nanopartikel
ZnO:Nd dengan berbagai konsentrasi doping Nd dengan metode gel-gel dan
menemukan bahwa band gap secara bertahap meningkat dengan konsentrasi
doping Nd yang meningkat . Tapi menurut Liu, dkk. pada tahun 2010
menemukan bahwa doping Nd secara efektif dapat menurunkan band gap ZnO.
Perbedaan tersebut terkait erat dengan temperatur dan lingkungan tempat
penumbuhan kristal. Gambar 3. menunjukkan doping 1% Nd pada film tipis ZnO
memiliki transmisi sangat baik pada wilayah cahaya visible.
Spektra foto luminescense dari film tipis ZnO:Nd menunjukkan pada panjang
gelombang 325 nm pada temperatur kamar.
Berdasarkan grafik tersebut menandakan bahwa kristal memiliki emisi sinar UV
yang kuat berpusat pada 377 nm dan emisi cahaya hijau yang kuat berpusat di 511
nm. Terlihat jelas bahwa intensitas emisi ultraviolet meningkat ketika film tipis
ZnO didoping dengan 1 % Nd . Hal ini karena doping 1 % Nd meningkatkan
kualitas Kristal ZnO , sehingga meningkatkan kepadatan free exciton. Terlebih
lagi , doping 1 % Nd pada ZnO - memiliki rasio terbesar antara intensitas emisi
ultraviolet dengan intensitas emisi visible, yang menegaskan bahwa doping 1 %
Nd secara efektif mengurangi cacat pada kristal ZnO , sehingga meningkatkan
kualitas kristal . Namun, ketika doping Nd di atas 1 % , intensitas emisi ultraviolet
berkurang . Kemungkinan alasannya adalah karena penurunan kualitas kristal film
tipis ZnO . Hasil yang sama juga ditemukan pada doping Mg ( Hammad, dkk.
2011 ) dan doping Al ( Cao, dkk. 2011 ) yang diolah menjadi struktur nano ZnO.
Adanya peningkatan emisi sinar hijau oleh doping Nd dapat dijelaskan bahwa
adanya kekosongan pada atom oksigen sehingga peluang terjadinya perpindahan
elektron meningkat.
Menurut Zhen, dkk. pada tahun 2013 bubuk ZnO:Nd memiliki efek fotokatalik,
Gambar 5. menunjukkan efek fotokatalik pada berbagai konsentrasi doping Nd.
Terlihat bahwa doping Nd meningkatkan aktifitas katalitik ZnO terhadap larutan
metil orange. Akan tetapi, aktivitas fotokatalik terlihat sangat signifikan pada
konsentrasi doping Nd sebanyak 3% .
III. Penutup
A. Kesimpulan
Film tipis ZnO:Nd dapat dibuat dengan metode sol - gel. Spektrum XRD
menunjukkan bahwa semua film struktur kristal heksagonal. Karakterisasi morfologi
permukaan dilakukan dengan scanning probe mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepadatan partikel permukaan meningkat.
Temperatur penumbuhan lapisan film sangat memengaruhi hasil permukaan dimana
kualitas kristal terbentuk dengan baik pada temperatur 5000 C.
Band gap film bergeser ke panjang gelombang pendek, yang menunjukkan bahwa
band gap film meningkat. Pengukuran spektrum fotoluminesen menunjukkan bahwa
semua sampel memiliki emisi ultraviolet berpusat di 377 nm dan emisi hijau berpusat di
511 nm. Intensitas emisi ultraviolet meningkat dengan baik ketika doping Nd sebesar 1 %
dan intensitas emisi hijau secara bertahap meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
doping Nd. Bubuk ZnO memiliki sifat fotokatalitik dimana efektifitasnya meningkat
dengan adanya doping Nd
Daftar Pustaka
Ahzan, S., dkk, Sintesis Lapisan ZnO Metode Sol – Gel Spincoating dan
Karakterisasi Sifat Optiknya, Fisika MIPA Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Smallman, R. E. dan Bishop, R. J. (2000), Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material, Erlangga, Jakarta.
Xian, F., dan Li, X., ( 2012 ), Effect of Nd doping level on optical and structural properties of ZnO:Nd thin films synthesized by the sol–gel route. Elsevier Optics and laser technology 45 ( 2013 ) 508 – 5012.
Zhao, Z., dkk, ( 2013 ), Optical properties and photocatalytic activity of Nd-doped ZnO powders. Elsevier Trans. Nonferrous Met. Soc. China 24(2014) 1434-1439.